e) Menurut Malthis dan Jackson (2002), keselamatan kerja adalah menunjuk pada
perlindungan kesejahteraan fisik dengan dengan tujuan mencegah terjadinya kecelakaan atau
cedera terkait dengan pekerjaan.
Jadi Keselamatan kerja adalah sebuah kondisi di manapara karyawan terlindungi dari
cedera yang disebabkan oleh berbagai kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan.
Secara umum keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya
yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan
tempat kerja dan lingkungan kerja dan sebagai unsur-unsur penunjang seorang karyawan agar
selamat saat sedang bekerja dan setelah mengerjakan pekerjaannya serta cara melakukan
pekerjaan guna menjamin keselamatan tenaga kerja dan aset perusahaan agar terhindar dari
kecelakaan dan kerugian lainnya. Keselamatan kerja juga meliputi penyediaan APD,
perawatan mesin dan pengaturan jam kerja yang manusiawi.
Adapun Unsur penunjang keselamatan kerja, yaitu adanya unsur keamanan dan
kesehatan kerja, kesadaran keamanan dan kesehatan kerja, teliti dalam bekerja dan
melaksanakan prosedur kerja.
Dalam konsep pengelolaan keselamatan kerja modern (Modern Safety Management =
MSM) dikenal 2 definisi keselamatan kerja. Pertama, didefinisikan sebagai bebas dari
kecelakaan-kecelakaan atau bebas dari kondisi sakit, luka atau bebas dari kerugian. Kedua,
didefinisikan sebagai pengontrolan kerugian. Definisi ini lebih fungsional karena berkaitan
dengan luka, sakit, kerusakan harta dan kerugian terhadap proses. Definisi kedua ini juga
termasuk dalam hal pencegahan kecelakaan dan mengusahakan seminimum mungkin
terjadinya kerugian.
Dalam hubungan kondisi-kondisi dan situasi di Indonesia, keselamatan kerja dinilai seperti
berikut:
1. Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian
sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi
keamanan tenaga kerja, kecelakaan selain menjadi sebab hambatan-hambatan langsung
juga merupakan kerugian-kerugian secara tidak langsung, yakni kerusakan mesin dan
peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa saat, kerusakan pada
lingkungan kerja dan lain-lain. Biaya-biaya sebagai akibat kecelakaan kerja, baik langsung
ataupun tidak langsung, cukup bahkan kadang-kadang terlampau besar sehingga bila
diperhitungkan secara nasional hal itu merupakan kehilangan yang berjumlah besar.
2. Analisa kecelakaan secara nasional berdasarkan angka-angka yang masuk atas dasar wajib
lapor kecelakaan dan data kompensasinya, dewasa ini seolah-olah relatif rendah
dibandingkan dengan banyaknya jam kerja tenaga kerja.
3. Potensi-potensi bahaya yang mengancam keselamatan pada berbagai sektor kegiatan
ekonomi jelas dapat diobservasi, misalnya:
Sektor pertanian yang juga meliputi perkebunan menampilkan aspek-aspek bahaya potensial
seperti modernisasi pertanian dengan penggunaan racun-racun hama dan pemakaian alay baru
seperti mekanisasi.
Sektor industri disertai bahaya-bahaya potensial seperti keracunan- keracunan bahan kimia,
kecelakaan-kecelakaan oleh mesin, kebakaran, ledakan-ledakan dan lain-lain.
Sektor pertambangan mempunyai risiko-risiko khusus sebagai akibat kecelakaan tambang,
sehingga keselamatan pertambangan perlu dikembangkan secara sendiri, minyak dan gas
bumi termasuk daerah rawan kecelakaan.
Sektor perhubungan ditandai dengan kecelakaan-kecelakaan lalu lintas darat, laut dan udara
serta bahaya-bahaya potensial pada industri pariwisata, demikian pula telekomunikasi
mempunyai kekhususan dalam risiko bahaya.
Sektor jasa, walaupun biasanya tidak rawan kecelakaan juga menghadapkan problematik
bahaya kecelakaan khusus.
4. Menurut observasi, angka frekuensi untuk kecelakaan-kecelakaan ringan yang tidak
menyebabkan hilangnya hari kerja tetapi hanya jam kerja masih terlalu tinggi. Padahal
dengan hilangnya satu atau dua jam sehari mengakibatkan kehilangan jam kerja yang
besar secara keseluruhan.
Adapun alasan yang berkaitan dengan tujuan dan pentingnya keselamatan kerja adalah:
a) Manfaat Lingkungan Yang Aman Dan Sehat
Jika perusahaan dapat menurunkan tingkat dan beratnya kecelakaan kecelakaan kerja,
penyakit, dan hal hal yang berkaitan dengan stress, serta mampu meningkatkan kulitas
kehidupan kerja para pekerja, perusahan akan semakin efektif. Peningkatan peningkatan
terhadap hal ini akan mengasilkan :
Mengingkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.
Menginkatnya efisensi dan kualitas kerja yang lebih berkomitmen
Menurunnya biaya biaya kesehatan dan asuransi
Tingkat Kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena
menurunnya pengajuan klaim
Felksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya partisipasi
dan rasa kepemilikan
Rasio seleski tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan
b) Kerugian Lingkungan Kerja Yang Tidak Aman dan Tidak Sehat
Jumlah biaya yang besar sering muncul karena ada kerugian kerugian akibat
kematian dan kecelakaan di tempat kerja dan kerugian menderita penyakit penyakit yang
berkaitan dengan kondisi pekerjaan Jadi secara umum dapat disimpulkan bahwa bidang
keselamatan kerja mempunyai tujuan untuk mencegah atau mengurangi resiko terjadinya
gangguan kesehatan melalui perancangan sistem kerja (contoh: desain alat, mesin, alat
pelindung diri, manajemen resiko dll bahkan sampai tingkat sosial seperti desain organisasi
kerja, waktu kerja, dll) yang baik. Intinya keselamatan kerja mencegah munculnya
gangguan kesehatan kerja.
2.
3.
4.
tanggung
jawab
para
manajer
dalam
melaksanakan
program
keselamatan kerja.
2. Kondisi Kerja:
Mengembangkan dan memelihara lingkungan kerja fisik yang aman, misalnya dengan
penyediaan alat-alat pengaman.
I.
J.
- Sosial Budaya
Adanya kesenjangan sosial budaya dalam bentuk rendahnya disiplin dan kesadaran
masyarakat terhadap masalah keselamatan kerja, kebijakan asuransi yang tidak berorientasi
pada pengendalian bahaya, perilaku masyarakat yang belum sepenuhnya mengerti terhadap
bahaya-bahaya yang terdapat pada industri dengan teknologi canggih serta adanya budaya
santai
2. Masalah Mikro
Masalah yang bersifat mikro yang terjadi di perusahaan antara lain terdiri dari :
-Kesadaran, dukungan dan keterlibatan
Kesadaran, dukungan dan keterlibatan manajemen operasi terhadap usaha
pengendalian bahaya dirasakan masih sangat kurang. Keadaan ini akan membudaya mulai
dari lapis bawah sehingga banyak para karyawan memilki kesadaran keselamatan yang
rendah, disamping itu pengetahuan mereka terhadap bidang rekayasa dan manajemen
keselamatan kerja juga sangat terbatas.
-Kemampuan yang terbatas dari petugas keselamatan kerja
kendala
diperolehnya
kinerja
keselamatan
kerja
yang
baik.
Akibat daripada kekurangan ini terdapatnya kesenjangan antara makin majunya teknologi
terapan dengan dampak negatif yang makin tinggi dengan kemampuan para petugas
keselamatan kerja dalam mengantisipasi keadaan yang makin berbahaya.
-Standard, code of practice
Sebagai ahli menunjuk pekerja sebagai penyebab utama terjadinya kecelakaan. Kecelakan
bergantung pada perilaku pekerja, tingakt bahaya dalam lingkungan pekerja, dan semata
mata nasib sial
Pekerja Berperangai Sadis
Kekerasan di tempat pekerja meningkatkan dengan pesat, dan perusahaan dianggap
bertanggung jawab terhadap hal itu
M. Pengertian Kecelakaan Kerja
Kecelakaan Kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak
diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap
proses. Juga kecelakaan ini biasanya terjadi akibat kontak dengan suatu zat atau sumber
energi. Secara umum kecelakaan kerja dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1) Kecelakaan industry (industrial accident) yaitu kecelakaan yang terjadi ditempat kerja
karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja.
2) Kecelakaan dalam perjalanan (community accident) yaitu kecelakaan yang terjadi diluar
tempat kerja yang berkaitan dengan adanya hubungan kerja.
sewajarnya
memiliki
bahkan
b. Pihak manajemen dapat menentukan apakah peraturan tentang keselamatan kerja bersifat
formal ataukah informal. Secara formal dimaksudkan setiap aturan dinyatakan secara tertulis,
dilaksanakan dan dikontrol sesuai dengan aturan. Sementara secara informal dinyatakan tidak
tertulis atau konvensi dan dilakukan melalui pelatihan dan kesepakatan-kesepakatan.
c. Pihak manajemen perlu proaktif dan reaktif dalam pengembangan prosedur dan rencana
tentang keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Proaktif berarti pihak manajemen perlu
memperbaiki terus menerus prosedur dan rencana sesuai kebutuhan perusahaan dan
karyawan. Sementara arti reaktif, pihak manajemen perlu segera mengatasi masalah
keselamatan dan kesehatan kerja setelah suatu kejadian timbul.
d. Pihak manajemen dapat menggunakan tingkat derajad keselamatan dan kesehatan kerja
yang rendah sebagai faktor promosi perusahaan ke khalayak luas. Artinya perusahaan sangat
peduli dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
Sesuai dengan strategi di atas maka program yang diterapkan untuk menterjemahkan
strategi itu diantara perusahaan biasanya dengan pendekatan yang berbeda. Hal ini sangat
bergantung
pada kondisi
dan
Dengan mengetahui ciri-ciri personal itu maka perusahaan dapat memprediksi siapa
saja karyawan yang potensial untuk mengalami kecelakaan kerja. Lalu sejak dini perusahaan
dapat menyiapkan upaya-upaya pencegahannya.
b) Sistem Insentif
Insentif yang diberikan kepada karyawan dapat berupa uang dan bahkan karir. Dalam
bentuk uang dapat dilakukan melalui kompetisi antarunit tentang keselamatan kerja paling
rendah dalam kurun waktu tertentu, misalnya selama enam bulan sekali. Siapa yang mampu
menekan kecelakaan kerja sampai titik terendah akan diberikan penghargaan. Bentuk lain
adalah berupa peluang karir bagi para karyawan yang mampu menekan kecelakaan kerja bagi
dirinya atau bagi kelompok karyawan di unitnya.
c) Pelatihan Keselamatan Kerja
Pelatihan keselamatan kerja bagi karyawan biasa dilakukan oleh perusahaan. Fokus
pelatihan umumnya pada segi-segi bahaya atau resiko dari pekerjaan, aturan dan peraturan
keselamatan kerja, dan perilaku kerja yang aman dan berbahaya.
d) Peraturan Keselamatan Kerja
Perusahaan perlu memiliki semacam panduan yang berisi peraturan dan aturan yang
menyangkut apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh karyawan di tempat kerja. Isinya
harus spesifik yang memberi petunjuk bagaimana suatu pekerjaan dilakukan dengan hati-hati
untuk mencapai keselamatan kerja maksimum. Sekaligus dijelaskan beberapa kelalaian kerja
yang dapat menimbulkan bahaya individu dan kelompok karyawan serta tempat kerja. Dalam
pelaksanaannya perlu dilakukan melalui pemantauan, penumbuhan kedisiplinan dan tindakan
tegas kepada karyawan yang cenderung melakukan kelalaian berulang-ulang.
Untuk menerapkan strategi dan program di atas maka ada beberapa pendekatan sistematis
yang dilakukan secara terintegrasi agar manajemen program kesehatan dan keselamatan kerja
berjalan efektif berikut ini.
a. Pendekatan Keorganisasian
- Merancang pekerjaan,
b. Tingkat Frekuensi
Tingkat frekuensi mencerminkan jumlah kecelakaan dan penyakit setiap satu juta jam kerja
bukan dalam tahunan seperti dalam tingkat insiden
c. Tingkat Kegawatan
Tingkat kegawatan menggambarkan jam kerja yang hilang karena kecelakaan atau penyakit
4) Mengendalikan Kecelakaan
Cara terbaik untuk mencegah kecelakaan dan meningkatkan keselamatan kerja barang kali
adalah dengan merancang lingkungan kerja sedemikian rupa sehingga kecelakan tidak akan
terjadi
5) Ergonomis
Cara lain untuk meningkatakan keselamatan kerja adalah dengan membuat pekerjaan itu
sendiri menjadi lebih nyaman dan tidak terlalu melelahkan.
6) Divisi Keselamtaan Kerja
Strategi lain dalam rangka mencegah kecelakaan adalah pemanfaatan divisi divisi
keselamatan kerja.
7) Pengubahan Tingkah Laku
Mendorong dilaksanakan kebiasaan kerja yang dapat mengurangi kemungkinan kecelakaan
juga dapat menjadi strategi yang sangat berhasil
O. Peran K3 Terhadap Upaya Kesehatan Masyarakat
Peran tenaga kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja adalah menjadi
melalui pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang
meliputi pemeriksaan awal, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus. Untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan sakit pada tempat kerja dapat dilakukan dengan penyuluhan
tentang kesehatan dan keselamatan kerja
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam
bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk
diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan
berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat
meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat
memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat
makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan
dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum
memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40% masyarakat
pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa
anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja
dengan produktivitas yang optimal.
Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat saling berkaitan. Pekerja yang
menderita gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja cenderung lebih mudah mengalami
kecelakaan kerja. Menengok ke negara-negara maju, penanganan kesehatan pekerja sudah
sangat serius. Mereka sangat menyadari bahwa kerugian ekonomi (lost benefit) suatu
perusahaan atau negara akibat suatu kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja sangat
besar dan dapat ditekan dengan upaya-upaya di bidang kesehatan dan keselamatan kerja.
Di negara maju banyak pakar tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan banyak buku serta
hasil penelitian yang berkaitan dengan kesehatan tenaga kerja yang telah diterbitkan. Di era
globalisasi ini kita harus mengikuti trend yang ada di negara maju. Dalam hal penanganan
kesehatan pekerja, kitapun harus mengikuti standar internasional agar industri kita tetap dapat
ikut bersaing di pasar global. Dengan berbagai alasan tersebut rumah sakit pekerja
merupakan hal yang sangat strategis. Ditinjau dari segi apapun niscaya akan menguntungkan
baik bagi perkembangan ilmu, bagi tenaga kerja, dan bagi kepentingan (ekonomi) nasional
serta untuk menghadapi persaingan global. Diharapkan di setiap kawasan industri akan
berdiri rumah sakit pekerja sehingga hampir semua pekerja mempunyai akses untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif. Setelah itu perlu adanya rumah sakit
pekerja sebagai pusat rujukan nasional. Sudah barang tentu hal ini juga harus didukung
dengan meluluskan spesialis kedokteran okupasi yang lebih banyak lagi.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha, kesehatan dan
keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap timbulnya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan
K3 diawali dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Tujuan
dari dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.
Setelah kita memahami apa yang dimaksud dengan kesehatan dan keselamatan kerja, maka
kita dapat menyimpulkan bahwa, Peranan K3 terhadap upaya kesehatan masyarakat adalah:
1. Agar dalam menangani korban kecelakaan kerja lebih cepat.
2. Untuk mencegah kecelakaan dan sakit pada pekerja di tempat mereka
bekerja.
3. Menunjukan cara yang lebih baik untuk selamat menghilangkan kondisi
kelalaian.
4. Memperbaiki kesadaran terhadap setiap masyarakat dalam kesehan
keselamatan kerja
5. Mengurangi kerugian bagi pekerja dan pengusaha
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi si pembaca dan
apabila ada kesalahan dari penuliasan makalah tersebut kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar dapat lebih baik dari pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
3.
4.
Seni.Jakarta:Rineka Cipta.
Ferdinan Siahaan .,2005 Hubungan Sikap Pekerja Terhadap Penerapan Program K3
5.
2.
Offset, Yogyakarta