Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Fisika Unand Vol. 4, No.

1, Januari 2015

ISSN 2302-8491

RANCANG BANGUN SISTEM TELEMETRI NIRKABEL UNTUK


PERINGATAN DINI BANJIR DENGAN MODULASI DIGITAL FSKMODULASI FREKUENSI
Suhendri Saputra, Wildian
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang
Kampus Unand Limau Manis, Pauh Padang 25163
e-mail: hendry_a5@yahoo.com
ABSTRAK
Telah dilakukan rancang bangun sistem telemetri nirkabel untuk peringatan dini banjir dengan
modulasi digital FSK-modulasi frekuensi. Sistem terdiri dua unit perangkat keras yaitu unit
pamancar dan unit penerima. Unit pemancar terdiri dari sensor, rangkaian ADC, rangkaian PSC,
rangkaian modulator digital FSK dan modul pemancar FM. Sensor yang digunakan adalah sensor
ketinggian berupa potensiometer tipe rotary dengan nilai koefisien determinasinya adalah 0,9996.
Unit penerima terdiri dari modul penerima FM, rangkaian demodulator FSK, dan sistem minimum.
Keluaran dari sistem ini adalah status ketinggian permukaan sungai yang ditampilkan pada LCD dan
bunyi alarm jika ketinggian air pada status waspada. Hasil pengujian dan pengukuran perangkat
menunjukkan bahwa unit penerima dapat menampilkan ketinggian permukaan air pada LCD dan
mengaktifkan alarm jika ketinggian air pada status waspada pada kecepatan transfer data sebesar
1190,5 bps. Data dapat diterima oleh unit penerima dalam jangkauan hingga 10 meter pada frekuensi
kerja 99 MHz. Pengujian dilakukan pada skala laboratorium.
Kata kunci : sistem telemetri nirkabel, modulasi digital FSK, modulasi frekuensi.
ABSTRACT
A design of wireless telemetry system for flood early warning with FSK digital modulationfrequency modulation has been conducted. System consists of transmitter and receiver unit.
Transmitter unit consists of sensor, ADC circuit, PSC circuit, digital FSK modulator circuit and FM
transmitter module. The sensor used is rotary type potentiometer with determination coeficient value
is 0.9996. The receiver unit consists of a FM receiver module, FSK demodulator circuit, and the
minimum system. The output are water level that are displayed on LCD and alarm sound if the
water level in emergencies level. Results of test and measurement device indicates that the receiver
is able to show the height of the water level on the LCD and activate an alarm if the water level in
emergencies at data rate transfer 1190,5 bps. Data can be received by the receiver in the range up
to 10 meters at the working frequency of 99 MHz. Testing was conducted at the laboratory scale.
Keywords : wireless telemetry systems, digital FSK modulation, frequency modulation
I. PENDAHULUAN
Banjir adalah keadaaan dimana suatu daerah digenangi air dalam jumlah yang besar
(Leaflet Set Bakornas PBP, 2013). Fenomena ini dapat terjadi akibat meluapnya air dari badan
air (seperti sungai atau danau). Banjir dapat diprediksi kemunculannya dengan membuat
rancang bangun sistem peringatan dini banjir. Besaran fisis yang diindera adalah ketinggian air
di hulu sungai. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mendeteksi dini kemungkinan
terjadinya banjir melalui ketinggian air di hulu sungai. Satrio dan Wildian (2011) telah
merancang suatu sistem pendeteksi ketinggian permukaan sungai menggunakan sensor
ultrasonik PING yang dikontrol dengan mikrokontroler AT89S52. Alat ini dapat mendeteksi
dengan baik ketinggian permukaan air yang tenang. Sistem peringatan dini banjir yang
dirancang Satrio jika ditempatkan di hulu sungai, akan membutuhkan kabel yang sangat
panjang sebagai media transmisi datanya. Sistem ini akan mengalami masalah jika tejadi
kerusakan secara fisik pada kabel seperti akibat badai yang dapat memutuskan kabel transmisi.
Pemasangan kabel yang panjang rentan terhadap noise. Noise tersebut melemahkan sinyal
keluaran dari instrumen yang telah dipasang di hulu.
Alternatif untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan sistem
telemetri nirkabel. Telemetri adalah teknologi yang memungkinkan pengukuran jarak jauh dan
pemantauan data (Krejcar, 2011). Penggunaan sistem telemetri bisa menggunakan kabel
58

Jurnal Fisika Unand Vol. 4, No. 1, Januari 2015

ISSN 2302-8491

ataupun tanpa kabel (nirkabel). Telemetri kabel membutuhkan kabel sebagai media trasnmisi
datanya, sedangkan sistem telemetri nirkabel tidak membutuhkan kabel sebagai media transmisi
datanya, namun menggunakan gelombang radio untuk proses transmisinya. Transmisi data
dalam sistem telemetri nirkabel membutuhkan teknik modulasi seperti modulasi analog dan
digital. Teknik modulasi digital yang lazim digunakan adalah Amplitude Shift Keying (ASK)
dan Frequency Shift Keying (FSK). Suyamto, dkk. (2008) telah melalukan penelitian tentang
teknik modulasi digital ASK, namun berdasarkan hasil penelitiannya, penggunaan modulator
ASK pada transmitter sangat sulit diterapkan karena dalam proses transmisi data, sering
terdapat gangguan dari luar khususnya gangguan frekuensi interference. Teknik modulasi
digital FSK memiliki keunggulan dalam transmisi data dan kejernihan data transmisi. Modulasi
tersebut memanfaatkan sinyal pembawa yang merupakan gelombang elektromagnetik. Sinyal
informasi yang berupa sinyal modulasi digital FSK dapat dipancarkan dengan cara
dimodulasikan secara frekuensi atau frequency modulation (FM) melalui sebuah pemancar FM.
Johanes (2010) telah merancang pengendalian robot menggunakan modulasi digital FSK
(Frequency Shift Keying). Perangkat alat tersebut mampu menghasilkan modulasi digital pada
frekuesi 2200 Hz sebagai frekuensi space dan pada frekuensi 1100 Hz sebagai frekuensi mark
yang kemudian diterjemahkan dengan demodulator FSK sehinga didapatkan sinyal informasi
data digital.
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian dengan judul Rancang Bangun Sistem Telemetri
Nirkabel untuk Peringatan Dini Banjir dengan Modulasi Digital FSK-Modulasi Frekuensi
dilakukan sebagai upaya untuk mengembangkan sistem peringatan dini banjir yang sudah ada.
Penelitian ini bertujuan untuk membangun sistem telemetri nirkabel dengan menerapkan
modulasi digital FSK, dan membangun suatu sistem peringatan dini banjir menggunakan sistem
telemtri nirkabel
II. METODE
Rancang bangun sistem telemetri nirkabel untuk peringatan dini banjir dengan modulasi
digital FSK-modulasi frekuensi terdiri atas perangkat keras dan perangkat lunak. Perancangan
perangkat keras terdiri atas unit pemancar dan unit penerima. Masukan sistem adalah ketinggian
permukaan sungai dan sebagai keluaran berupa status ketinggian dalam tampilan LCD dan
bunyi alarm sebagai suara peringatan jika ketinggian permukaan sungai melebihi ketinggian
normal. Perancangan perangkat lunak membutuhkan bahasa pemograman Assembly dan
Bascom-8051.
2.1 Perancangan perangkat keras
2.1.1 Unit Pemancar
Unit pemancar dibutuhkan untuk mengubah data masukan sensor sehingga data dapat
ditransmisikan melalui gelombang radio. Untuk membuat unit pemancar dibutuhkan perangkat
keras seperti terlihat pada bagan perangkat keras pada Gambar 1.

Gambar 1 Bagan perangkat keras untuk unit pemancar

Dapat terlihat pada Gambar 1, sensor mendeteksi ketinggian permukaan air. Tegangan
keluaran sensor masih berupa tegangan analog sehingga diperlukan rangkaian ADC untuk
mengubah tegangan analog menjadi tegangan digital. Rangkaian ADC dibuat dengan
menggunakan IC ADC0804 yang dijalankan pada mode free running. Mode ini akan selalu
menghasilkan konversi tegangan digital dari tegangan masukan analog secara otomatis.
59

Jurnal Fisika Unand Vol. 4, No. 1, Januari 2015

ISSN 2302-8491

Kemudian keluaran ADC di teruskan ke rangkaian paralel to serial converter (PSC) sehingga
dihasilkan keluaran data digital serial. Data digital serial dibutuhkan karena pemancar yang
digunakan hanya menyediakan satu jalur transmisi saja. Keluaran rangkaian PSC diteruskan ke
rangkaian modulator digital FSK untuk diubah menjadi sinyal berfrekuensi mark dan sinyal
frekuensi space. Frekuensi mark adalah frekuensi yang dihasilkan oleh modulator digital FSK
untuk masukan yang bernilai high atau memiliki tegangan 5 volt sedangkan frekuensi space
adalah frekuensi yang dihasilkan oleh modulator digital FSK untuk masukan yang bernilai low
atau 0 volt. Keluaran modulator digital FSK diterukan pada modul pemancar FM untuk
ditumpangkan pada sinyal pembawa untuk dipancarkan.
Penelitian ini menggunakan sensor ketinggian berupa potensiometer tipe rotary yang
dapat menghasilkan tegangan analog untuk setiap perubahan putaran knob potensiometernya.
Gambar 2 adalah rancangan mekanik sensor ketinggian dimana terdapat tiga status ketinggian
yaitu ketinggian normal, ketinggian waspada dan ketinggian bencana dimana ketinggian
tersebut ditetapkan pada skala pengujian laboratorium.

Gambar 2 Rancangan mekanik sensor ketinggian

2.1.2

Unit penerima
Sinyal radio FM yang dipancar modul pemancar akan diterima oleh modul penerima
FM. Keluaran dari modul penerima FM berupa sinyal sinusoidal pada frekuensi mark dan
space. Sinyal tersebut diteruskan pada rangkaian demodulator FSK sehingga dihasilkan
keluaran berupa data digital serial. Sinyal digital serial diteruskan ke mikrokontroler untuk
diolah sebagai data yang berarti seperti tampilan status ketinggian dan bunyi alarm jika
ketinggian air pada status waspada dan status bencana. Gambar 3 memperlihatkan perjalanan
sinyal dari sinyal mulai dari gelombang radio hingga menghasilkan keluaran berupa tampilan
LCD dan Alarm.

60

Jurnal Fisika Unand Vol. 4, No. 1, Januari 2015

ISSN 2302-8491

Gambar 3 Bagan perangkat keras untuk unit penerima

2.2

Rancangan listing program


Mikrokontroler seperti yang terlihat pada Gambar 3 perlu diprogram terlebih dahulu
dengan bahasa pemrograman BASIC sebagai mikrokontroler pengolah data sedangkan
rangkaian PSC pada Gambar 1 menggunakan mirkrokontroler AT89S51 dan diprogram dengan
bahasa assembly. Bahasa pemrograman Basic diprogram menggunakan software BASCOM8051 sedangkan pemrograman assembly menggunakan software Mide-51.
III. HASIL DAN DISKUSI
3.1 Karakteristik Potensiometer sebagai Sensor ketinggian
Potensiometer tipe rotary bisa digunakan sebagai sensor ketinggian dengan tegangan
keluaran yang tidak perlu dihubungkan lagi dengan penguat, karena potensiometer diberi
catudaya sebesar 5 volt, sehingga hasil pegukuran menunjukkan rentang nilai tegangan keluaran
mulai dari 0 volt hingga 5 volt. Gambar 4 adalah plot karakteristik keluaran dari potensiometer
10 k untuk 19 data masukan.

Gambar 4 Grafik karakteristik masukan potensiometer

Dari Gambar 4 terlihat bahwa tegangan keluaran potensiometer 10 k menunjukkam


kelinearan yang baik dengan nilai derajat korelasi linearnya mendekati 1. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa pada sudut 0o hingga 20o tegangan potensiometer masih 0 volt sehingga
dapat dikatakan ADC tidak merespon perubahan tegangan analog pada rentang tersebut untuk
menghasilkan keluaran digital. Keadaan ini diakibatkan oleh nilai tegangan keluaran
potensiometer belum mencapai tegangan terendah dari masukan sebuah ADC untuk
menghasilkan 1 bit keluaran digital, namun setelah sudut dari potensiometer ini menunjukkan
nilai sudut 20o hingga 90o terlihat nilai tegangan yang dihasilkan sudah linear dan bahkan nilai
derajat korelasi kelinearannya menunjukkan nilai R2 sebesar 0,9996 artinya mendekati sebuah
interpretasi garis linear. Kurva karakteristik masukan dan keluaran sangat diperlukan untuk
melihat kelinearan antara besaran fisis yang diindera dengan besaran listrik yang dihasilkan
dalam mengkarakterisasi sebuah sensor. Dari hasil pengukuran yang telah diplotkan dalam
Gambar 4, didapatkan bahwa potensimeter sangat cocok digunakan sebagai sensor ketinggian
permukaan air yang bergerak seperti ketinggian permukaan sungai.
61

Jurnal Fisika Unand Vol. 4, No. 1, Januari 2015

ISSN 2302-8491

3.2

Pengujian Rangkaian ADC


Dalam pengujian ADC diperoleh nilai tegangan pada masing-masing pin keluaran ADC
sebanyak delapan keluaran. Pada saat pin masukan ADC bernilai 0 volt, dihasilkan output
digital 00000000 yang ditandai dengan keluaran tiap-tiap pin keluaran ADC bernilai masingmasing 0 volt dan begitu seterusnya untuk beberapa tegangan masukan seperti yang terlihat
pada Gambar 5. Berikut adalah hubungan tegangan analog dengan tegangan digital dalam
bentuk desimal. Dari hasil pengukuran diperoleh grafik persamaan linear untuk 19 data
tegangan masukan analog seperti yang terlihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Grafik hubungan tegangan analog dan digital dari sebuah ADC

Dari grafik dapat dilihat bahwa keluaran tegangan digital ADC menunjukkan kelinearan
yang baik yang ditunjukkan dengan derajat korelasi lineranya mendekati satu. Selain melakukan
karakterisasi masukan dan keluaran potensiometer, juga dilakukan pengujian bit keluaran ADC
dengan nilai terukur seperti yang terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Tabel perbandingan antara nilai ADC dari hasil perhitungan dengan nilai ADC dari
hasil pengukuran
Selisih bit
Pengukuran
No
Sudut (o)
Tegangan (V)
Biner teori
pengukuran
Biner
Desimal
dengan teori
1
0
0
0
0
0
0
2
5
0
0
0
0
0
3
10
0
0
0
0
0
4
15
0
0
0
0
0
5
20
0,021
1
1
1
0
6
25
0,1001
101
5
5
0
7
30
0,1964
1010
10
10
0
8
35
0,2886
1111
15
15
0
9
40
0,393
10100
20
20
0
10
45
0,489
11010
26
25
1
11
50
0,584
11110
30
30
0
12
55
0,686
100100
36
35
1
13
60
0,79
101000
40
40
0
14
65
0,892
101101
45
45
0
15
70
1,002
110100
52
51
1
16
75
1,088
111001
57
55
2
17
80
1,185
111110
62
60
2
18
85
1,272
1000011
67
65
2
19
90
1,374
1001000
72
70
2
Rerata
0,6

62

Jurnal Fisika Unand Vol. 4, No. 1, Januari 2015

ISSN 2302-8491

Terlihat pada Tabel 1 kesalahan pengubahan rata-rata sebesar 0.6 bit , sedangkan
kesalahan maksimum dari selisih nilai yang didapat secara teori dengan nilai yang didapat
secara pengukuran adalah sebesar 2 bit . Hasil yang baik seharusnya menghasilkan rata-rata
selisih sebesar 0, namun dari hasil rata-rata diperoleh kesalahan sebesar 0,6 bit, kesalahan ini
diakibatkan oleh tegangan referensi yang digunakan tidak persis sama dengan 5 volt, namun
kesalahan ini masih dapat ditoleransi. Tabel 4.1 juga menyajikan perbandingan antara nilai
ADC secara teori dengan nilai ADC secara pengukuran. Hasil yang didapatkan menunjukkan
nilai yang hampir bersesuaian antara perhitungan dengan pengukuran, namun untuk pengukuran
sudut diatas 45o menunjukkan kesalahan bit mulai terlihat bahkan mencapai kesalahan
maksimum hingga 2 bit.
3.3

Pengujian Rangkaian PSC


Untuk melakukan pengujian rangkaian PSC dapat dilakukan dengan memberikan
kombinasi pada 8 pin masukan rangkaian PSC. Gambar 6 memperlihatkan keluaran data digital
serial untuk masukan paralelnya 1011-0000.

Gambar 6 Keluaran rangkaian PSC 1011-0000

Hasil pengujian rangkaian PSC seperti pada Gambar 6 menunjukkan rangkaian PSC
telah bekerja dengan baik dengan demikian komunikasi serial berhasil dibuat. Setelah diketahui
bahwa komunikasi data digital serial berhasil dibuat, selanjutnya perlu diperhatikan baudrate
dari keluaran data digital serial tersebut. Baudrate sangat penting dalam transfer data digital,
karena jika parameter ini tidak diperhatikan maka komunikasi tidak akan bisa diartikan oleh
rangkaian penerima. Pada penelitian ini rangkaian PSC menggunakan mikrokontroler
AT89S51. Penetuan baudrate dapat diatur dengan mengatur nilai kristal yang digunakan dan
pengubahan nilai baudrate pada listing program. Listing program dibuat dengan menggunakan
bahasa pemograman assembly untuk mengatur pengiriman data digital serial. Untuk
membuktikan apakah baudrate 1200 telah berhasil dibangkitkan oleh mikrokontroler ini maka
perlu dilakukan pengujian baudrate secara pengukuran. Baudrate secara pengukuran bisa
dilakukan dengan membaca berapa besar bit time yang dihasilkan oleh satu bit data digital.
Gambar 7 menunjukkan pembacaan bit time pada tampilan osiloskop untuk satu bit bernilai 4.2
div dengan skala time/div bernilai 0,2 ms, sehingga 1 bit time bernilai 0,84 ms. Nilai baudrate
dari bacaan ini adalah 1/(0,84ms) atau bernilai 1190,5 bps. Nilai pengukuran ini hampir
mendekati nilai baudrate secara teori yaitu 1200 bps.

Gambar 7 Bit time untuk satu bit data digital serial


63

Jurnal Fisika Unand Vol. 4, No. 1, Januari 2015

ISSN 2302-8491

3.4

Pengujian Modulator Digital FSK


Pengujian modulator digital FSK bertujuan untuk memeriksa apakah modulasi digital
FSK telah terbentuk dari output rangkaian modulator digital FSK. Pada pembuatan rangkaian
modulator FSK perlu diperhatikan pemilihan nilai resistor untuk menentukan frekuensi mark
dan frekuensi space. Karakteristik terpenting dari sebuah modulator digital FSK adalah
karakteristik masukan dan keluaran. Masukan untuk modulator digital FSK adalah tegangan
digital yang hanya memiliki 2 level tegangan saja yaitu kondisi high atau 5 volt dan kondisi low
atau 0 volt. Pengujian dilakukan dengan memberikan variasi tegangan dari 0 volt hingga 5 volt
dengan variasi yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan hasil bahwa pada level
tegangan 0 volt atau kondisi low modulator menghasilkan sinyal termodulasi pada frekuensi
2240 Hz atau frekuensi space, sedangkan pada level tegangan 1 volt modulator menghasilkan
sinyal termodulasi pada frekuensi 1242 Hz atau frekuensi mark, begitu juga untuk level
tegangan 5 volt atau kondisi high modulator menghasilkan sinyal termodulasi pada frekuensi
1242 Hz atau frekuensi mark.
Tabel 2 Karakteristik masukan dan keluaran modulator FSK pada beberapa level tegangan

No

Tegangan (V)

Frekuensi (Hz)

1
2
3
4
5
6

0
0.5
1
1.5
2
5

2240 (space)
2240 (space)
1242 (mark)
1242 (mark)
1242 (mark)
1242 (mark)

Berdasarkan Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa modulator digital FSK yang dibuat
mampu memodulasikan frekuensi space pada frekuensi 2240 Hz dan frekuensi mark pada
frekuensi 1242 Hz.
3.5

Modul pemancar FM
Rangkaian terpenting dalam sistem telemetri nirkabel adalah rangkaian modul
pemancar. Modul pemancar yang digunakan adalah modul pemancar FM. Modul ini berperan
dalam memodulasikan sinyal keluaran modulator digital FSK dengan sinyal pembawa, dengan
memanfaatkan osilator LC yang terdapat pada modul pemancar. Sinyal keluaran modulator FSK
dimodulasikan dengan sinyal pembawa dan selanjutnya ditransmisikan melalui gelombang
elektromagnetik. Hasil pengujian modul pemancar dapat dilihat pada Tabel 3.

No
1
2
3
4
5
6

Tabel 3 Tabel pengujian modul pemancar FM


Penggunaan
Kondisi sinyal diterima
Frekuensi (MHz)
Jangkauan (m)
Antena
modul penerima FM

99
99
99
99
99
99

Tidak
Tidak
Ada
Ada
Ada
Ada

1
1
10
10
10
> 10

Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Tidak baik

Pengujian modul pemancar dilakukan dengan memodulasikan sinyal audio dari mp3
player dan diterima dengan baik oleh penerima FM dengan memvariasikan adanya penggunaan
antena atau tidak. Pada pengujian yang tidak menggunakan antenna, modul penerima FM hanya
bisa mencapai jarak terjauh penerimaan (jangkauan) sebesar 1 meter, namun bila digunakan
64

Jurnal Fisika Unand Vol. 4, No. 1, Januari 2015

ISSN 2302-8491

sebatang aluminium berdiameter 1 cm dan panjang 1 meter sebagai antena, sinyal dari
pemancar dapat diterima hingga jarak 10 meter, namun jika penerima diletakkan diluar
jangkauan maka sinyal yang diterima tidak baik lagi. Hal ini disebabkan karena gelombang
radio mengalami pelemahan selama perjalanan menuju modul penerima. Agar dihasikan
jangkauan yang lebih lebar lagi sebaiknya diperhatikan konfigurasi antena yang cocok pada
frekuensi pancaran modul pemancar FM. Pengujian yang dilakukan menghasilkan frekuensi
pancaran modul pemancar FM pada frekuensi 99 MHz. Frekuensi yang bisa dihasilkan oleh
modul pemancar FM termasuk pada rentang frekuensi 88 MHz hingga 108 MHz. Untuk
menghasilkan frekuensi 99 MHz diperlukan bantuan perangkat radio penerima FM seperti fitur
penerima FM yang tersedia pada HP nokia C2-03 atau perangkat radio lain yang menampilkan
bacaan frekuensi penerimaan. Pengujian dilakukan dengan menetapkan frekuensi radio
penerima FM pada HP nokia C2-03 dengan frekuensi 99 MHz, lalu kapasitor variabel pada
modul pemancar FM diputar hingga terdengar suara yang persis sama seperti suara keluaran
mp3 player.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka perlu diset maksimal tegangan masukan
pada modul pemancar ini yaitu sebesar 27 mVac. jika tegangan masukan melebihi batas
masukan ini, maka sinyal masukan yang berupa sinyal berfrekuensi audio akan mengalami
distorsi. Distorsi adalah istilah untuk menunjukkan parameter suatu gelombang yang rusak.
Distorsi ini terjadi akibat ketidakmampuan kapasitas penguatan rangkaian penguat yang
terdapat dalam modul pemancar ini. Gambar 9 memperlihatkan perbandingan antara sinyal
sinusoidal yang baik dengan sinyal sinusoidal terdistorsi yang diterima oleh modul penerima
FM.

(a)
(b)
Gambar 9 Sinyal sinusoidal (a) tidak terdistorsi dan (b) terdistorsi
Gambar 9(a) memperlihatkan sinyal keluaran radio penerima FM dalam kondisi baik
jika masukannya tidak melebihi masukan maksimum modul pemancar, sedangkan Gambar 9(b)
memperlihatkan sinyal keluaran radio penerima terdistorsi oleh sinyal input pada modul
pemancar FM melebihi input maksimum akibatnya dihasilkan keluaran radio penerima FM
berupa sebuah gelombang yang tidak baik, hal ini disebabkan oleh distorsi pada penguatan
masukan modul pemancar FM Tahapan selanjutnya adalah karakterisasi masukan dan keluaran
demodulator digital FSK. Pada tahapan ini karakterisasi dapat dilakukan dengan cara
menghubungkan keluaran sinyal generator sinusoidal pada frekuensi mark dan pada frekuensi
space. Keluaran dari rangkaian demodulator FSK akan memberikan keluaran pada dua level
tegangan saja yaitu tegangan 5 volt untuk kondisi high dan tegangan 0 untuk kondisi low.
Berdasarkan Tabel 4 dapat diperoleh kesimpulan bahwa rangkaian demodulator FSK
dapat bekerja dengan baik untuk rentang frekuensi mark mulai dari frekuensi 800 Hz hingga
1600 Hz dan rentang frekuensi space mulai dari frekuensi 1800 Hz hingga frekuensi 2600 Hz.
Terlihat pada Tabel 4 frekuensi sinyal sinusoidal yang menjadi masukan rangkaian demodulator
digital FSK adalah pada no.3 sebagai frekuensi mark yang nilainya 1242 Hz atau mendekati
1200 Hz dan pada no. 9 sebagai frekuensi space yang nilainya 2240 Hz atau mendekati nilai
2200 Hz.
65

Jurnal Fisika Unand Vol. 4, No. 1, Januari 2015

ISSN 2302-8491

Tabel 4 Karakterisasi masukan dan keluaran demodulator digital FSK

No

Frekuensi masukan (Hz)

Keluaran

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

800
1000
1200
1400
1600
1668
1800
2000
2200
2400
2600

High
High
High
High
High
Low/high
Low
Low
Low
Low
Low

3.6

Pengujian secara keseluruhan


Gambar 10 adalah rangkaian keseluruhan rancang bangun sistem telemetri nirkabel
untuk peringatan dini banjir dengan modulasi digital FSK-modulasi frekuensi.

(a)

(b)
(c)
Gambar 10 Rangkaian keseluruhan sistem (a) sensor (b) unit
pemancar (c) unit penerima

Gambar 10 memperlihatkan sistem secara keseluruhan sensor terdiri atas unit pemancar
dan unit penerima, pada unit pemancar sensor diletakkan terpisah dari sistem unit pemancar.
Hasil pengujian secara keseluruhan diperoleh unit pemancar dapat mentransmisikan data
ketinggian permukaan air dengan baik kepada unit penerima yang ditandai dengan tampilan
status ketinggian pada LCD yang sesuai dengan bacaan sensor pada unit pemancar. Selain
menampilkan status ketinggian air, pemancar juga bisa mentransmisikan isyarat pengaktifan
alarm jika ketinggian air mencapai ketinggian waspada dan begitu juga untuk ketinggian
bencana. Untuk membedakan bunyi alarm pada status ketinggian waspada dengan status
ketinggian bencana, maka dilakukan modifikasi bunyi alarm yang berbeda. Hasil pengujian
secara keseluruhan menunjukkan mentransmisikan data pengukuran dengan baik dalam satu
ruangan tanpa menggunakan antena dengan jangkuan transmisi unit pemancar dan unit
penerima berjarak hingga 1 meter. Jika digunakan sebatang aluminium dengan panjang 1 m dan
berdiameter 1 cm sebagai antena, maka diperoleh jangkauan transmisi telemetri nirkabel dari
unit pemancar ke unit penerima lebih jauh lagi hingga 10 meter. Penggunaan antena pada
66

Jurnal Fisika Unand Vol. 4, No. 1, Januari 2015

ISSN 2302-8491

penelitian ini hanya untuk menguji apakah ada pengaruh penggunaan antena terhadap
jangkauan transmisi pada sistem telemetri nirkabel, walaupun konfigurasi antena yang
digunakan tidak sesuai dengan frekuensi kerja. Dari hasil pengujian diperoleh jangkauan yang
lebih lebar dengan penggunaan antena tersebut dibandingkan tanpa menggunakan antena. Untuk
penelitian lebih lanjut lagi agar diperoleh jangkauan yang lebih lebar lagi pada transmisi sistem
telemetri nirkabel, konfigurasi antena sangat perlu untuk dibahas.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian Rancang Bangun Sistem Telemetri Nirkabel untuk Peringatan
Dini Banjir dengan Modulasi Digital FSK-Modulasi Frekuensi maka dapat diambil beberapa
kesimpulan. Sistem secara keseluruhan dapat bekerja baik dengan menjalankan semua modul
rangkaian. Sinyal FM dapat diterima hingga jarak 10 meter ditandai dengan tampilan LCD yang
sesuai dengan status ketinggian sensor, pengaktifan alarm jika ketinggian waspada dan
ketinggian bencana. Potensiometer tipe rotary dapat digunakan dengan baik sebagai sensor
ketinggian permukaan air yang bergerak, memiliki nilai R-squared-nya sebesar 0,9996.
Mikrokontroler AT89S51 dapat digunakan dengan baik dalam rangkaian PSC pada baudrate
hasil pengukuran 1190,5 bps. Rangkaian modulator digital FSK menghasilkan frekuensi mark
sebesar 1242 Hz dan frekuensi space sebesar 2240 Hz. Modul Pemancar FM dapat
memodulasikan sinyal digital FSK modulasi frekuensi baik pada input masukan maksimal 27
mVac dan frekuensi kerja 99 MHz.
DAFTAR PUSTAKA
Johanes, 2010, Pengendalian Robot Menggunakan Modulasi Digital FSK(Frequency Shift
Keying ), Proceeding The 12th Industrial Electronics Seminar 2010 (IES 2010),
Surabaya
Krejcar, O., 2011, Modern Telemetry, Intech, Croatia.
Satrio, A.P. dan Wildian, 2011, Rancang Bangun Sistem Peringatan Dini Banjir Berbasis
Mikrokontroler AT89S52 dengan Sensor Ultrasonik, Jurnal Ilmu Fisika (JIF), Jurusan
Fisika Unand, hal 1.
Suyamto, Amrullah, Y.A. dan Saputra, R.A., 2008, Rancang Bangun dan Analisis Perangkat
Telemetri Suhu dan Cahaya Menggunakan Amplitude Shift Keying(ASK) Berbasis PC,
Prosiding Seminar Nasional IV SDM Teknologi Nuklir, Yokyakarta.
Leaflet set bakornas PBP, 2013, Banjir, http://www.blitarkab.go.id/?p=617,diakses Februari
2014.

67

Anda mungkin juga menyukai