1, Januari 2015
ISSN 2302-8491
ISSN 2302-8491
ataupun tanpa kabel (nirkabel). Telemetri kabel membutuhkan kabel sebagai media trasnmisi
datanya, sedangkan sistem telemetri nirkabel tidak membutuhkan kabel sebagai media transmisi
datanya, namun menggunakan gelombang radio untuk proses transmisinya. Transmisi data
dalam sistem telemetri nirkabel membutuhkan teknik modulasi seperti modulasi analog dan
digital. Teknik modulasi digital yang lazim digunakan adalah Amplitude Shift Keying (ASK)
dan Frequency Shift Keying (FSK). Suyamto, dkk. (2008) telah melalukan penelitian tentang
teknik modulasi digital ASK, namun berdasarkan hasil penelitiannya, penggunaan modulator
ASK pada transmitter sangat sulit diterapkan karena dalam proses transmisi data, sering
terdapat gangguan dari luar khususnya gangguan frekuensi interference. Teknik modulasi
digital FSK memiliki keunggulan dalam transmisi data dan kejernihan data transmisi. Modulasi
tersebut memanfaatkan sinyal pembawa yang merupakan gelombang elektromagnetik. Sinyal
informasi yang berupa sinyal modulasi digital FSK dapat dipancarkan dengan cara
dimodulasikan secara frekuensi atau frequency modulation (FM) melalui sebuah pemancar FM.
Johanes (2010) telah merancang pengendalian robot menggunakan modulasi digital FSK
(Frequency Shift Keying). Perangkat alat tersebut mampu menghasilkan modulasi digital pada
frekuesi 2200 Hz sebagai frekuensi space dan pada frekuensi 1100 Hz sebagai frekuensi mark
yang kemudian diterjemahkan dengan demodulator FSK sehinga didapatkan sinyal informasi
data digital.
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian dengan judul Rancang Bangun Sistem Telemetri
Nirkabel untuk Peringatan Dini Banjir dengan Modulasi Digital FSK-Modulasi Frekuensi
dilakukan sebagai upaya untuk mengembangkan sistem peringatan dini banjir yang sudah ada.
Penelitian ini bertujuan untuk membangun sistem telemetri nirkabel dengan menerapkan
modulasi digital FSK, dan membangun suatu sistem peringatan dini banjir menggunakan sistem
telemtri nirkabel
II. METODE
Rancang bangun sistem telemetri nirkabel untuk peringatan dini banjir dengan modulasi
digital FSK-modulasi frekuensi terdiri atas perangkat keras dan perangkat lunak. Perancangan
perangkat keras terdiri atas unit pemancar dan unit penerima. Masukan sistem adalah ketinggian
permukaan sungai dan sebagai keluaran berupa status ketinggian dalam tampilan LCD dan
bunyi alarm sebagai suara peringatan jika ketinggian permukaan sungai melebihi ketinggian
normal. Perancangan perangkat lunak membutuhkan bahasa pemograman Assembly dan
Bascom-8051.
2.1 Perancangan perangkat keras
2.1.1 Unit Pemancar
Unit pemancar dibutuhkan untuk mengubah data masukan sensor sehingga data dapat
ditransmisikan melalui gelombang radio. Untuk membuat unit pemancar dibutuhkan perangkat
keras seperti terlihat pada bagan perangkat keras pada Gambar 1.
Dapat terlihat pada Gambar 1, sensor mendeteksi ketinggian permukaan air. Tegangan
keluaran sensor masih berupa tegangan analog sehingga diperlukan rangkaian ADC untuk
mengubah tegangan analog menjadi tegangan digital. Rangkaian ADC dibuat dengan
menggunakan IC ADC0804 yang dijalankan pada mode free running. Mode ini akan selalu
menghasilkan konversi tegangan digital dari tegangan masukan analog secara otomatis.
59
ISSN 2302-8491
Kemudian keluaran ADC di teruskan ke rangkaian paralel to serial converter (PSC) sehingga
dihasilkan keluaran data digital serial. Data digital serial dibutuhkan karena pemancar yang
digunakan hanya menyediakan satu jalur transmisi saja. Keluaran rangkaian PSC diteruskan ke
rangkaian modulator digital FSK untuk diubah menjadi sinyal berfrekuensi mark dan sinyal
frekuensi space. Frekuensi mark adalah frekuensi yang dihasilkan oleh modulator digital FSK
untuk masukan yang bernilai high atau memiliki tegangan 5 volt sedangkan frekuensi space
adalah frekuensi yang dihasilkan oleh modulator digital FSK untuk masukan yang bernilai low
atau 0 volt. Keluaran modulator digital FSK diterukan pada modul pemancar FM untuk
ditumpangkan pada sinyal pembawa untuk dipancarkan.
Penelitian ini menggunakan sensor ketinggian berupa potensiometer tipe rotary yang
dapat menghasilkan tegangan analog untuk setiap perubahan putaran knob potensiometernya.
Gambar 2 adalah rancangan mekanik sensor ketinggian dimana terdapat tiga status ketinggian
yaitu ketinggian normal, ketinggian waspada dan ketinggian bencana dimana ketinggian
tersebut ditetapkan pada skala pengujian laboratorium.
2.1.2
Unit penerima
Sinyal radio FM yang dipancar modul pemancar akan diterima oleh modul penerima
FM. Keluaran dari modul penerima FM berupa sinyal sinusoidal pada frekuensi mark dan
space. Sinyal tersebut diteruskan pada rangkaian demodulator FSK sehingga dihasilkan
keluaran berupa data digital serial. Sinyal digital serial diteruskan ke mikrokontroler untuk
diolah sebagai data yang berarti seperti tampilan status ketinggian dan bunyi alarm jika
ketinggian air pada status waspada dan status bencana. Gambar 3 memperlihatkan perjalanan
sinyal dari sinyal mulai dari gelombang radio hingga menghasilkan keluaran berupa tampilan
LCD dan Alarm.
60
ISSN 2302-8491
2.2
ISSN 2302-8491
3.2
Gambar 5 Grafik hubungan tegangan analog dan digital dari sebuah ADC
Dari grafik dapat dilihat bahwa keluaran tegangan digital ADC menunjukkan kelinearan
yang baik yang ditunjukkan dengan derajat korelasi lineranya mendekati satu. Selain melakukan
karakterisasi masukan dan keluaran potensiometer, juga dilakukan pengujian bit keluaran ADC
dengan nilai terukur seperti yang terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Tabel perbandingan antara nilai ADC dari hasil perhitungan dengan nilai ADC dari
hasil pengukuran
Selisih bit
Pengukuran
No
Sudut (o)
Tegangan (V)
Biner teori
pengukuran
Biner
Desimal
dengan teori
1
0
0
0
0
0
0
2
5
0
0
0
0
0
3
10
0
0
0
0
0
4
15
0
0
0
0
0
5
20
0,021
1
1
1
0
6
25
0,1001
101
5
5
0
7
30
0,1964
1010
10
10
0
8
35
0,2886
1111
15
15
0
9
40
0,393
10100
20
20
0
10
45
0,489
11010
26
25
1
11
50
0,584
11110
30
30
0
12
55
0,686
100100
36
35
1
13
60
0,79
101000
40
40
0
14
65
0,892
101101
45
45
0
15
70
1,002
110100
52
51
1
16
75
1,088
111001
57
55
2
17
80
1,185
111110
62
60
2
18
85
1,272
1000011
67
65
2
19
90
1,374
1001000
72
70
2
Rerata
0,6
62
ISSN 2302-8491
Terlihat pada Tabel 1 kesalahan pengubahan rata-rata sebesar 0.6 bit , sedangkan
kesalahan maksimum dari selisih nilai yang didapat secara teori dengan nilai yang didapat
secara pengukuran adalah sebesar 2 bit . Hasil yang baik seharusnya menghasilkan rata-rata
selisih sebesar 0, namun dari hasil rata-rata diperoleh kesalahan sebesar 0,6 bit, kesalahan ini
diakibatkan oleh tegangan referensi yang digunakan tidak persis sama dengan 5 volt, namun
kesalahan ini masih dapat ditoleransi. Tabel 4.1 juga menyajikan perbandingan antara nilai
ADC secara teori dengan nilai ADC secara pengukuran. Hasil yang didapatkan menunjukkan
nilai yang hampir bersesuaian antara perhitungan dengan pengukuran, namun untuk pengukuran
sudut diatas 45o menunjukkan kesalahan bit mulai terlihat bahkan mencapai kesalahan
maksimum hingga 2 bit.
3.3
Hasil pengujian rangkaian PSC seperti pada Gambar 6 menunjukkan rangkaian PSC
telah bekerja dengan baik dengan demikian komunikasi serial berhasil dibuat. Setelah diketahui
bahwa komunikasi data digital serial berhasil dibuat, selanjutnya perlu diperhatikan baudrate
dari keluaran data digital serial tersebut. Baudrate sangat penting dalam transfer data digital,
karena jika parameter ini tidak diperhatikan maka komunikasi tidak akan bisa diartikan oleh
rangkaian penerima. Pada penelitian ini rangkaian PSC menggunakan mikrokontroler
AT89S51. Penetuan baudrate dapat diatur dengan mengatur nilai kristal yang digunakan dan
pengubahan nilai baudrate pada listing program. Listing program dibuat dengan menggunakan
bahasa pemograman assembly untuk mengatur pengiriman data digital serial. Untuk
membuktikan apakah baudrate 1200 telah berhasil dibangkitkan oleh mikrokontroler ini maka
perlu dilakukan pengujian baudrate secara pengukuran. Baudrate secara pengukuran bisa
dilakukan dengan membaca berapa besar bit time yang dihasilkan oleh satu bit data digital.
Gambar 7 menunjukkan pembacaan bit time pada tampilan osiloskop untuk satu bit bernilai 4.2
div dengan skala time/div bernilai 0,2 ms, sehingga 1 bit time bernilai 0,84 ms. Nilai baudrate
dari bacaan ini adalah 1/(0,84ms) atau bernilai 1190,5 bps. Nilai pengukuran ini hampir
mendekati nilai baudrate secara teori yaitu 1200 bps.
ISSN 2302-8491
3.4
No
Tegangan (V)
Frekuensi (Hz)
1
2
3
4
5
6
0
0.5
1
1.5
2
5
2240 (space)
2240 (space)
1242 (mark)
1242 (mark)
1242 (mark)
1242 (mark)
Berdasarkan Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa modulator digital FSK yang dibuat
mampu memodulasikan frekuensi space pada frekuensi 2240 Hz dan frekuensi mark pada
frekuensi 1242 Hz.
3.5
Modul pemancar FM
Rangkaian terpenting dalam sistem telemetri nirkabel adalah rangkaian modul
pemancar. Modul pemancar yang digunakan adalah modul pemancar FM. Modul ini berperan
dalam memodulasikan sinyal keluaran modulator digital FSK dengan sinyal pembawa, dengan
memanfaatkan osilator LC yang terdapat pada modul pemancar. Sinyal keluaran modulator FSK
dimodulasikan dengan sinyal pembawa dan selanjutnya ditransmisikan melalui gelombang
elektromagnetik. Hasil pengujian modul pemancar dapat dilihat pada Tabel 3.
No
1
2
3
4
5
6
99
99
99
99
99
99
Tidak
Tidak
Ada
Ada
Ada
Ada
1
1
10
10
10
> 10
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Tidak baik
Pengujian modul pemancar dilakukan dengan memodulasikan sinyal audio dari mp3
player dan diterima dengan baik oleh penerima FM dengan memvariasikan adanya penggunaan
antena atau tidak. Pada pengujian yang tidak menggunakan antenna, modul penerima FM hanya
bisa mencapai jarak terjauh penerimaan (jangkauan) sebesar 1 meter, namun bila digunakan
64
ISSN 2302-8491
sebatang aluminium berdiameter 1 cm dan panjang 1 meter sebagai antena, sinyal dari
pemancar dapat diterima hingga jarak 10 meter, namun jika penerima diletakkan diluar
jangkauan maka sinyal yang diterima tidak baik lagi. Hal ini disebabkan karena gelombang
radio mengalami pelemahan selama perjalanan menuju modul penerima. Agar dihasikan
jangkauan yang lebih lebar lagi sebaiknya diperhatikan konfigurasi antena yang cocok pada
frekuensi pancaran modul pemancar FM. Pengujian yang dilakukan menghasilkan frekuensi
pancaran modul pemancar FM pada frekuensi 99 MHz. Frekuensi yang bisa dihasilkan oleh
modul pemancar FM termasuk pada rentang frekuensi 88 MHz hingga 108 MHz. Untuk
menghasilkan frekuensi 99 MHz diperlukan bantuan perangkat radio penerima FM seperti fitur
penerima FM yang tersedia pada HP nokia C2-03 atau perangkat radio lain yang menampilkan
bacaan frekuensi penerimaan. Pengujian dilakukan dengan menetapkan frekuensi radio
penerima FM pada HP nokia C2-03 dengan frekuensi 99 MHz, lalu kapasitor variabel pada
modul pemancar FM diputar hingga terdengar suara yang persis sama seperti suara keluaran
mp3 player.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka perlu diset maksimal tegangan masukan
pada modul pemancar ini yaitu sebesar 27 mVac. jika tegangan masukan melebihi batas
masukan ini, maka sinyal masukan yang berupa sinyal berfrekuensi audio akan mengalami
distorsi. Distorsi adalah istilah untuk menunjukkan parameter suatu gelombang yang rusak.
Distorsi ini terjadi akibat ketidakmampuan kapasitas penguatan rangkaian penguat yang
terdapat dalam modul pemancar ini. Gambar 9 memperlihatkan perbandingan antara sinyal
sinusoidal yang baik dengan sinyal sinusoidal terdistorsi yang diterima oleh modul penerima
FM.
(a)
(b)
Gambar 9 Sinyal sinusoidal (a) tidak terdistorsi dan (b) terdistorsi
Gambar 9(a) memperlihatkan sinyal keluaran radio penerima FM dalam kondisi baik
jika masukannya tidak melebihi masukan maksimum modul pemancar, sedangkan Gambar 9(b)
memperlihatkan sinyal keluaran radio penerima terdistorsi oleh sinyal input pada modul
pemancar FM melebihi input maksimum akibatnya dihasilkan keluaran radio penerima FM
berupa sebuah gelombang yang tidak baik, hal ini disebabkan oleh distorsi pada penguatan
masukan modul pemancar FM Tahapan selanjutnya adalah karakterisasi masukan dan keluaran
demodulator digital FSK. Pada tahapan ini karakterisasi dapat dilakukan dengan cara
menghubungkan keluaran sinyal generator sinusoidal pada frekuensi mark dan pada frekuensi
space. Keluaran dari rangkaian demodulator FSK akan memberikan keluaran pada dua level
tegangan saja yaitu tegangan 5 volt untuk kondisi high dan tegangan 0 untuk kondisi low.
Berdasarkan Tabel 4 dapat diperoleh kesimpulan bahwa rangkaian demodulator FSK
dapat bekerja dengan baik untuk rentang frekuensi mark mulai dari frekuensi 800 Hz hingga
1600 Hz dan rentang frekuensi space mulai dari frekuensi 1800 Hz hingga frekuensi 2600 Hz.
Terlihat pada Tabel 4 frekuensi sinyal sinusoidal yang menjadi masukan rangkaian demodulator
digital FSK adalah pada no.3 sebagai frekuensi mark yang nilainya 1242 Hz atau mendekati
1200 Hz dan pada no. 9 sebagai frekuensi space yang nilainya 2240 Hz atau mendekati nilai
2200 Hz.
65
ISSN 2302-8491
No
Keluaran
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
800
1000
1200
1400
1600
1668
1800
2000
2200
2400
2600
High
High
High
High
High
Low/high
Low
Low
Low
Low
Low
3.6
(a)
(b)
(c)
Gambar 10 Rangkaian keseluruhan sistem (a) sensor (b) unit
pemancar (c) unit penerima
Gambar 10 memperlihatkan sistem secara keseluruhan sensor terdiri atas unit pemancar
dan unit penerima, pada unit pemancar sensor diletakkan terpisah dari sistem unit pemancar.
Hasil pengujian secara keseluruhan diperoleh unit pemancar dapat mentransmisikan data
ketinggian permukaan air dengan baik kepada unit penerima yang ditandai dengan tampilan
status ketinggian pada LCD yang sesuai dengan bacaan sensor pada unit pemancar. Selain
menampilkan status ketinggian air, pemancar juga bisa mentransmisikan isyarat pengaktifan
alarm jika ketinggian air mencapai ketinggian waspada dan begitu juga untuk ketinggian
bencana. Untuk membedakan bunyi alarm pada status ketinggian waspada dengan status
ketinggian bencana, maka dilakukan modifikasi bunyi alarm yang berbeda. Hasil pengujian
secara keseluruhan menunjukkan mentransmisikan data pengukuran dengan baik dalam satu
ruangan tanpa menggunakan antena dengan jangkuan transmisi unit pemancar dan unit
penerima berjarak hingga 1 meter. Jika digunakan sebatang aluminium dengan panjang 1 m dan
berdiameter 1 cm sebagai antena, maka diperoleh jangkauan transmisi telemetri nirkabel dari
unit pemancar ke unit penerima lebih jauh lagi hingga 10 meter. Penggunaan antena pada
66
ISSN 2302-8491
penelitian ini hanya untuk menguji apakah ada pengaruh penggunaan antena terhadap
jangkauan transmisi pada sistem telemetri nirkabel, walaupun konfigurasi antena yang
digunakan tidak sesuai dengan frekuensi kerja. Dari hasil pengujian diperoleh jangkauan yang
lebih lebar dengan penggunaan antena tersebut dibandingkan tanpa menggunakan antena. Untuk
penelitian lebih lanjut lagi agar diperoleh jangkauan yang lebih lebar lagi pada transmisi sistem
telemetri nirkabel, konfigurasi antena sangat perlu untuk dibahas.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian Rancang Bangun Sistem Telemetri Nirkabel untuk Peringatan
Dini Banjir dengan Modulasi Digital FSK-Modulasi Frekuensi maka dapat diambil beberapa
kesimpulan. Sistem secara keseluruhan dapat bekerja baik dengan menjalankan semua modul
rangkaian. Sinyal FM dapat diterima hingga jarak 10 meter ditandai dengan tampilan LCD yang
sesuai dengan status ketinggian sensor, pengaktifan alarm jika ketinggian waspada dan
ketinggian bencana. Potensiometer tipe rotary dapat digunakan dengan baik sebagai sensor
ketinggian permukaan air yang bergerak, memiliki nilai R-squared-nya sebesar 0,9996.
Mikrokontroler AT89S51 dapat digunakan dengan baik dalam rangkaian PSC pada baudrate
hasil pengukuran 1190,5 bps. Rangkaian modulator digital FSK menghasilkan frekuensi mark
sebesar 1242 Hz dan frekuensi space sebesar 2240 Hz. Modul Pemancar FM dapat
memodulasikan sinyal digital FSK modulasi frekuensi baik pada input masukan maksimal 27
mVac dan frekuensi kerja 99 MHz.
DAFTAR PUSTAKA
Johanes, 2010, Pengendalian Robot Menggunakan Modulasi Digital FSK(Frequency Shift
Keying ), Proceeding The 12th Industrial Electronics Seminar 2010 (IES 2010),
Surabaya
Krejcar, O., 2011, Modern Telemetry, Intech, Croatia.
Satrio, A.P. dan Wildian, 2011, Rancang Bangun Sistem Peringatan Dini Banjir Berbasis
Mikrokontroler AT89S52 dengan Sensor Ultrasonik, Jurnal Ilmu Fisika (JIF), Jurusan
Fisika Unand, hal 1.
Suyamto, Amrullah, Y.A. dan Saputra, R.A., 2008, Rancang Bangun dan Analisis Perangkat
Telemetri Suhu dan Cahaya Menggunakan Amplitude Shift Keying(ASK) Berbasis PC,
Prosiding Seminar Nasional IV SDM Teknologi Nuklir, Yokyakarta.
Leaflet set bakornas PBP, 2013, Banjir, http://www.blitarkab.go.id/?p=617,diakses Februari
2014.
67