Anda di halaman 1dari 21

Pendidikan Keluarga, Pondasi Membangun

Karakter Bangsa

Sebuah bangsa yang kuat akan lahir dari keluarga yang kuat. (hm..
bener ga ya?) coba kita perhatikan, kalau dalam satu RT keluarga yang menghuninya hampir
semuanya amburadul, tidak punya etika, satu sama lain saling curiga, saling menjelekkan dan
menjatuhkan. Kebayang kan RT itu bagaimana. Lha, kalau semua RT begitu. Bagaimana RWnya. Kalau semua RW-nya juga kacau balau? Bagaimana Kelurahannya. Kalau , Terusin
sendiri deh. panjang kalau ditulis semua mata rantainya di sini. Saya tulis ujungnya aja deh.
Ujungnya apa? Kalau semua provinsi masyarakatnya rusak, maka bangsa ini akan hancur dan
tinggal nunggu kebangkrutannya. (Perusahaan kali, bangkrut!).
Tapi emang begitu. Coba kalau pengelola negara ini terbiasa korupsi. Berapapun anggaran
negara dinaikkan tidak akan berefek pada peningkatan kesejahteraan rakyatnya. Kagak
ngaruh, begitu kira-kira kata orang betawi. Tidak ada rasa aman. Karena kejahatan di manamana. Hukum dan Hakim hanya berpihak pada siapa yang punya uang dan kekuasaan. Kalau
tidak ada rasa aman, siapa yang mau berinvestasi. Kalau tidak ada yang investasi. Tidak ada
yang mau mendirikan usaha. Maka roda ekonomi dijamin macet. Cet..cet..! Kalau sudah
macet. Ya Mogok. Kalau sudah mogok. Masuk bengkel. Mending kalau masih bisa
diperbaiki. Kalau ga? Ya jadi barang rongsokan. Atau paling bagus dijual murah. (Emangnya
mobil!)
Indonesia mah nggak begitu-begitu amat! Amat aja gak begitu. He he, bercanda. Maksudnya
mudah-mudahan Indonesia yang kita cintai ini masih lebih baik dan masih ada harapan.
Karena masih banyak orang yang baik yang peduli pada pendidikan keluarga. Kembali
kepada Keluarga. Jadi, keluarga mempunyai posisi penting dalam pembangunan karakter
sebuah bangsa. Membangun sebuah bangsa. Membangun sebuah peradaban. Ya, mulai dari
unit terkecil ini, yaitu keluarga.
Membangun keluarga yang kokoh tidak akan terlepas dari proses pendidikan yang diberikan
dalam keluarga tersebut. Bukankah Allah swt sudah mengingatkan agar kita senantiasa
menjaga diri dan keluarga dari sisksa api neraka. (QS:66:6). Jadi apa artinya? Artinya proses
pendidikan harus dimulai dari keluarga. Siapa yang bertanggung jawab? Ya orang tua. Ayah
dan Ibu. Bukan hanya Ibu saja. Bukan hanya Ayah saja. Keliru besar kalau ada anggapan
bahwa urusan pendidikan keluarga urusan ibu saja. Semua harus bekerja sama. Berbagi
peran. Saling melengkapi dan saling menutupi. Walaupun sebagai seorang pemimpin. Kepala
keluarga. Seorang ayah akan diminta pertanggung jawaban di hadapan Allah swt.
Jadi, apa yang harus dilakukan dalam proses pendidikan di keluarga. Agar keluarga kita
menjadi salah satu keluarga yang menopang kekokohan bangsa ini. Pertama, berikan nama
yang baik untuk anak-anak kita. Pastikan mereka bangga dengan nama yang sandangnya.
Karena nama itu adalah Doa. Karena nama itu akan menjadi motivasi bagi anak untuk
mewujudkan doa dan harapan orang tuanya.
Kedua, ajarkan anak-anak kita nilai-nilai agama. Ajarkan mereka untuk mengenal Tuhannya.
Mengenal nabinya. Ajarkan juga mereka adab-adab dan prilaku yang baik sesuai dengan
tuntunan Alah SWT dan RasulNya. Jangan sampai dihari akhir nanti mereka berteriak:Ya

Tuhan, kami tidak pernah diajarkan orang tua kami mengenal-Mu. Kami tidak pernah
diajarkan orang tua kami untuk dekat dengan-Mu! Kami tidak rela dimasukkah kedalam
neraka sendirian, tanpa orang tua kami ikut serta. (betapa sedihnya kalau itu terjadi.)
Ketiga, pastikan anak-anak kita mendapat lingkungan yang baik. Sekolah yang baik. Temantemen yang baik. Bukankah Rasulullah mulia mengajarkan,Seseorang diukur berdasarkan
agama temannya, maka hendaklah seorang diantara kamu melihat siapa yang ia jadikan
teman. (Kira-kira teman anak kita siapa ya?)
Keempat, nah ini penting. Sangat-sangat penting. Hm.. apa gerangan? Saya yakin Anda sudah
tahu. Betul! Keteladanan. Berikan contoh. Berikan teladan. Untuk anak-anak kita. Nak, ayo
sholat dulu! Lha Bapaknya sendiri malah baca koran. Ibunya nonton Putri yang di Tukar.
Welehweleh akhirnya anaknya jawab,Ogah ah. Aku lagi liat Shaun the Sheep
(soalnya tiap ruangan ada TV-nya) Atau bagaimana berharap anaknya akan menjadi orang
jujur kalau bapaknya tanpa malu melakukan korupsi. Korupsi dengan malu saja sudah salah.
Apalagi korupsi tanpa rasa malu. Oalah*tepuk dahi*. (KPK tambah banyak aja
kerjaannya). Jadi kuncinya keteladanan. Satu kali memberikan contoh, lebih baik daripada
seribu kata-kata.
Oke. Saya yakin. Anda. Semua kita. Ingin anak kita. Keluarga kita. Menjadi keluarga yang
punya karakter yang kokoh. Prilaku yang baik. Karena dengan itulah, kita turut serta
berkontribusi terhadap pembangunan karakter bangsa yang juga kokoh. Bangsa yang maju.
Bangsa yang berwibawa. Bangsa yang dihormati dan disegani oleh bangsa-bangsa lain.***
Salam Sukses,
M. Furqon Zahidi Motivator Edukasi

Peran Keluarga Dalam Mendidik Anak


dari usia dini hingga dewasa

Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga masyarakat dan pemerintah.
Sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung
jawab sekolah.
Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk membina kepribadiannya agar sesuai
dengan norma-norma atau aturan di dalam masyaratakat. Setiap orang dewasa di dalam
masyarakat dapat menjadi pendidik, sebab pendidik merupkan suatu perbuatan sosial yang
mendasar untuk petumbuhan atau perkembangan anak didik menjadi manusia yang mampu
berpikir dewasa dan bijak.
Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi sebagai lembaga
pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai suatu proses pendidikan. Sehingga orang
tua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dikatakan
lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar kehidupan anak di dalam keluarga,
sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga. Menurut
Hasbullah (1997), dalam tulisannya tentang dasar-dasar ilmu pendidikan, bahwa keluarga
sebagai lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi dalam perkembangan
kepribadian anak dan mendidik anak dirumah; fungsi keluarga/orang tua dalam mendukung
pendidikan di sekolah.
Fungsi keluarga dalam pembentukan kepribadian dan mendidik anak di rumah:
sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
menjamin kehidupan emosional anak

menanamkan dasar pendidikan moral anak


memberikan dasar pendidikan sosial
meletakan dasar-dasar pendidikan agama
bertanggung jawab dalam memotivasi dan mendorong keberhasilan anak
memberikan kesempatan belajar dengan mengenalkan berbagai ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang berguna bagi kehidupan kelak sehingga ia mampu menjadi manusia
dewasa yang mandiri.
menjaga kesehatan anak sehingga ia dapat dengan nyaman menjalankan proses belajar
yang utuh.
memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memberikan pendidikan agama
sesuai ketentuan Allah Swt, sebagai tujuan akhir manusia.
Fungsi keluarga/ orang tua dalam mendukung pendidikan anak di sekolah :
orang tua bekerjasama dengan sekolah
sikap anak terhadap sekolah sangat di pengaruhi oleh sikap orang tua terhadap
sekolah, sehingga sangat dibutuhkan kepercayaan orang tua terhadap sekolah yang
menggantikan tugasnya selama di ruang sekolah.
orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan
pengalaman-pengalamannya dan menghargai segala usahanya.
orang tua menunjukkan kerjasama dalam menyerahkan cara belajar di rumah,
membuat pekerjaan rumah dan memotivasi dan membimbimbing anak dalam belajar.
orang tua bekerjasama dengan guru untuk mengatasi kesulitan belajar anak
orang tua bersama anak mempersiapkan jenjang pendidikan yang akan dimasuki dan
mendampingi selama menjalani proses belajar di lembaga pendidikan.
Untuk dapat menjalankan fungsi tersebut secara maksimal, sehingga orang tua harus
memiliki kualitas diri yang memadai, sehingga anak-anak akan berkembang sesuai dengan
harapan. Artinya orang tua harus memahami hakikat dan peran mereka sebagai orang tua
dalam membesarkan anak, membekali diri dengan ilmu tentang pola pengasuhan yang tepat,
pengetahuan tentang pendidikan yang dijalani anak, dan ilmu tentang perkembangan anak,
sehingga tidak salah dalam menerapkan suatu bentuk pola pendidikan terutama dalam
pembentukan kepribadian anak yang sesuai denga tujuan pendidikan itu sendiri untuk
mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendampingan orang tua dalam pendidikan anak diwujudkan dalam suatu cara-cara orang tua
mendidik anak. Cara orang tua mendidik anak inilah yang disebut sebagai pola asuh. Setiap
orang tua berusaha menggunakan cara yang paling baik menurut mereka dalam mendidik
anak. Untuk mencari pola yang terbaik maka hendaklah orang tua mempersiapkan diri
dengan beragam pengetahuan untuk menemukan pola asuh yang tepat dalam mendidik anak.

1. POLA ASUH OTORITATIVE (OTORITER)

Cenderung tidak memikirkan apa yang terjadi di kemudian hari ,fokus lebih pada
masa kini.
Untuk kemudahan orang tua dalam pengasuhan.
Menilai dan menuntut anak untuk mematuhi standar mutlak yang ditentukan sepihak
oleh orang tua.
Efek pola asuh otoriter terhadap perilaku belajar anak :
anak menjadi tidak percaya diri, kurang spontan ragu-ragu dan pasif, serta memiliki
masalah konsentrasi dalam belajar.
Ia menjalankan tugas-tugasnya lebih disebabkan oleh takut hukuman.
Di sekolah memiliki kecenderungan berperilaku antisosial, agresif, impulsive dan
perilaku mal adatif lainnya.
Anak perempuan cenderung menjadi dependen
2. POLA ASUH PERMISIVE (PEMANJAAN)
Segala sesuatu terpusat pada kepentingan anak, dan orang tua/pengasuh tidak berani
menegur, takut anak menangis dan khawatir anak kecewa.
Efek pola asuh permisif terhadap perilaku belajar anak :
Anak memang menjadi tampak responsif dalam belajar, namun tampak kurang
matang (manja), impulsive dan mementingkan diri sendiri, kurang percaya diri (cengeng)
dan mudah menyerah dalam menghadapi hambatan atau kesulitan dalam tugas-tugasnya.
Tidak jarang perilakunya disekolah menjadi agresif.
3. POLA ASUH INDULGENT (PENELANTARAN)
Menelantarkan secara psikis.
Kurang memperhatikan perkembangan psikis anak.
Anak dibiarkan berkembang sendiri.
Orang tua lebih memprioritaskan kepentingannya sendiri karena kesibukan.
Efek pola asuh indulgent terhadap perilaku belajar anak :
Anak dengan pola asuh ini paling potensial telibat dalam kenakalan remaja seperti
penggunaan narkoba, merokok diusia dini dan tindak kriminal lainnya.
Impulsive dan agresif serta kurang mampu berkonsentrasi pada suatu aktivitas atau
kegiatan.
Anak memiliki daya tahan terhadap frustrasi rendah.
4. POLA ASUH AUTORITATIF (DEMOKRATIS)
Menerima anak sepenuh hati, memiliki wawasan kehidupan masa depan yang
dipengaruhi oleh tinakan-tidakan masa kini.
Memprioritaskan kepentingan anak, tapi tidak ragu-ragu mengendalikan anak.
Membimbing anak kearah kemandirian, menghargai anak yang memiliki emosi dan
pikirannya sendiri
Efek pola asuh autoritatif terhadap perilaku belajar anak:
Anak lebih mandiri, tegas terhadap diri sendiri dan memiliki kemampuan introspeksi
serta pengendalian diri.
Mudah bekerjasama dengan orang lain dan kooperatif terhadapo aturan.
Lebih percaya diri akan kemampannya menyelesaikan tugas-tugas.
Mantap, merasa aman dan menyukai serta semangat dalam tugas-tugas belajar.
Memiliki keterampilan sosial yang baik dan trampil menyelesaikan permasalahan.
Tampak lebih kreatif dan memiliki motivasi berprestasi.
Menyepakati pola asuh yang paling efektif dalam keluarga adalah penting, karena pola asuh
pada tahun-tahun awal kehidupan seseorang akan melandasi kepribadiannya dimasa datang.

Perilaku dewasa dan ciri kepribadian dipengaruhi oleh berbagai peristiwa yang terjadi
selama tahun-tahun awal kehidupan, artinya antara masa anak dan dewasa memiliki
hubungan berkesinambungan.
Dengan mengetahui bagaimana pengalaman membentuk seorang individu, akan menjadikan
kita lebih bijaksana dalam membesarkan anak-anak kita. Banyak masalah yang dihadapi
disekolah (agresi, ketidakramahan, negativistik, dan beragam gangguan kesulitan belajar)
mungkin dapat dihindari bila kita lebih memahami perilaku anak dan sikap orang tua
mempengaruhi anak-anaknya, serta bagaimana menanganinya pada usia dini.
Sebagai orang tua perlu mengetahui tugas-tugas perkembangan anak pada tiap usianya, untuk
mempermudah penerapan pola pendidikan dan mengetahiu kebutuhan optimalisasi
perkembangan anak .
Tugas perkembangan adalah suatu tugas yang muncul pada saat atau suatu periode
tertentu yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa kearah
keberhasilan dalam melaksanakan tugas berikutnya, tetapi kalau gagal akan menimbulkan
rasa tidak bahagia dan kesulitasn dalam menjalankan tugas-tugas berikutnya (Hurlock, 1991)
Perkembangan manusia dikelompokan menjadi, Masa prenatal, Masa bayi, Masa
kanak-kanak, Masa puber, Masa remaja, Masa dewasa.
Tugas perkembangan yang menitik beratkan pada pendidikan yaitu diusia kanakkanak, puber dan remaja.
Setiap tahap perkembangan memilki tugas belajarnya sendiri, mulai dari tugas belajar
untuk perkembangan motorik, intelektual, sosial, emosi dan kreativitas.
Setiap tahap perkembangan anak ada tugas-tugas yang harus dilewati dan ada
kebutuhan yang harus dipenuhi, sehingga orang tua dapat lebih realistis dalam menerapkan
suatu pengajaran dan lebih memahaminya .
Tugas-tugas perkembangan sepanjang rentang kehidupan menurut Havighust
(Hurlock, 1994):
Masa bayi dan awal masa kanak-kanak:
belajar memakan makanan padat
belajar berjalan
belajar berbicara
belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
mempelajari perbedaan jenis kelamin dan tata caranya
mempersiapkan diri untuk belajar membaca
belajar membedakan benar dan salah, dan mulai mengembangkan hati nurani.
Akhir masa kanak-kanak :
Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang
umum
Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang sedang
tumbuh
Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya
Mulai mengembangkan peron sosial pria dan wanita yang tepat
Mengembangkan keterampilan- keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan
berhitung
Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk hidup sehari-hari
Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata tingkatan nilai
Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga
Mencapai kebebasan pribadi

Masa Remaja :
Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria
maupun wanita
Mencapai peran sosial pria dan wanita
Menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif
Mengharapkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab
Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
Mempersiapkan karir ekonomi
Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
Memperoleh peringkat nilai dan etis sebagai pegangan untuk berperilaku
mengembnagkan ideology
Awal masa dewasa :
Mulai bekerja
Memilih pasangan
Belajar hidup dengan tunangan
Mulai membina keluarga
Mengasuh anak
Mengelola rumah tangga
Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara
Mencari kelompok sosial yang menyenangkan.
Masa usia pertengahan :
Mencapai tanggung jawab social dan dewasa sebagai warga Negara.
Membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa dan bertanggung
jawab dan bahagia
Mengembangkan kegiatan-kegiatan mengisi waktu sengang untuk orang dewasa
Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu
Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi
pada tahap ini
Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan
Menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin tua.
Masa Tua :
Menyesuaikan diri dengan menurunnya kesehatan dan kekuatan fisik
Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya icome (penghasilan)
keluarga
Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusianya
Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
Menyesuaikan diri dengan peran sosial yang luwes.
Sedangkan tugas perkembangan anak-anak pada usia sekolah (Wiwit W, Jash, & Metta R,
2003) :
Belajar keterampilan fisik untuk bermain
Sikap yang sehat untuk diri sendiri
Belajar bergaul
Memainkan peran jenis kelamin yang sesuai
Keterampilan dasar
Konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari

Mengembangkan hati nurani, nilai moral dan nilai social


Mencapai kebebasan social dan kemandirian pribadi
Mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok dan lembaga social.
Beberapa aspek perkembangan yang mempengaruhi pendidikan anak yaitu, perkembangan
kognitif serta perkembangan social (perkembangan nilai-nilai moral).

Peran Kasih
Pendidikan

Sayang

dalam

Ekpresikan cintamu terhadap anakmu dengan


ciuman karena Nabi bersabda saw:
Perbanyaklah mencium anak-anakmu, karena
setiap ciuman memiliki derajat tersendiri di
surga.
Manusia adalah makhluk yang selalu
membutuhkan kasih sayang. Kasih sayang bak
pelita bagi hati. Barangsiapa yang mencintai
dirinya dan ingin dicintai orang lain maka ia
harus menghidupkan perasaan kasih sayang
dalam dirinya. Kasih sayang memberikan
pengaruh timbal balik dalam hubungan antara
guru dan murid. Ketika seseorang guru,
misalnya, tidak mencintai anak didiknya maka
bagaimana mungkin ia mampu mengarahkan dan membimbingnya. Karena itu, kasih sayang
memiliki peran penting dalam dunia pendidikan, dan ia bisa dikategorikan sebagai salah satu
faktor utama dalam pendidikan dan dalam membangun hubungan/interaksi yang harmonis
antara pendidik dan anak didiknya.
Sebaik-baik metode hubungan adalah hubungan yang dibangun atas dasar kasih sayang.
Kenapa? Karena sistem hubungan ini begitu alami, sedangkan hubungan yang dibangun atas
dasar pemaksaan dan kekerasandengan cara apapunadalah hubungan yang tidak alami
alias
tidak
normal.
Secara psikologis anak-anak membutuhkandalam pergaulan dan persahabatan dengan
merekakasih sayang dan perhatian. Orang tua sebagai pembimbing awal anak-anak harus
memperhatikan apakah kasih sayang sudah terpenuhi dengan baik pada mereka, karena kasih
sayang merupakan pilar dan pondasi dalam pendidikan. Ketika kasih sayang terpenuhi

dengan baik maka akan terwujud ketenangan jiwa, perasaan aman, percaya diri, dan
timbulnya kepercayaan kepada orang tua. Bahkan sejatinya kasih sayang yang didapatkan
seorang anak secara proporsional akan berpengaruh pada keselamatan jasmani anak tersebut.
Nabi bersabda saw: Perbanyaklah mencium anak-anakmu, karena setiap ciuman memiliki
derajat tersendiri di surga. Oleh karena itu, tanggung jawab terpenting orang tua terhadap
anaknya adalah berinteraksi dengan lemah lembut dan penuh kasah sayang serta
menampakkan kasih sayang tersebut kepada anak-anaknya secara nyata. Selain cara ini, tidak
akan tercipta hubungan baik yang mampu mendorong pada perkembangan dan
penyempurnaan mental dan spiritual anak. Hubungan yang dingin, hampa dan tanpa cinta
akan mengakibatkan kekeringan ruh dan jiwa dan akhirnya akan mengiring anak-anak
bertindak amoral dan berbuat doa di tengah masyarakat. Dengan kata lain, boleh jadi anakanak yang berbuat nakal dan membuat kerusakan di luar rumah adalah anak-anak yang
kurang atau bahkan tidak mendapatkan kasih sayang orang tua dan orang-orang dekatnya.
Urgensi

Kasih

Sayang

Kasih sayang menciptakan kerja sama di antara manusia. Bila Kasih sayang tidak ada maka
tidak akan terwujud persaudaraan di antara manusia; tak seorang pun yang merasa memiliki
tanggung jawab terhadap orang lain; keadilan dan pengorbanan akan menjadi hal yang absurd
utopis. Oleh sebab itu, sikap kasih sayang sesama manusia, khususnya dalam dunia
pengajaran dan pendidikan, adalah hal esensial. Di samping itu, kasih sayang juga
menyebabkan keselamatan jasmani dan ruhani, menjadi solusi tepat dalam memperbaiki
perilaku
amoral
dan
mengharmoniskan
hubungan
manusia.
Allah Swt melukiskan konsep cinta dalam ayat Al-Quran dengan firman-Nya:
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang bertakwa. (Al Imran: 76). Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Al Imran: 138). Jadi, hubungan antar
sesama manusia, khususnya anak-anak harus dibangun berdasarkan bahasa cinta dan kasih
sayang. Dunia pendidikan akan sukses dan makmur kalau pelbagai jenjangnya ditempuh
dengan
irama
cinta.
Kasih sayang begitu penting karena ia memicu ketaatan dan kebersamaan. Dalam hal ini Nabi
saw bersabda: Seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang dicintainya. Antara kasih
sayang dan ketaatan memiliki ikatan kebersamaan. Yakni, kasih sayang akan mewujudkan
ketaatan dan kebersamaan. Ketika kasih sayang orang tua tertanam dalam sanubari anak-anak
maka mereka akan menjadi penurut dan pengikut orang tuanya. Buah dari kasih sayang orang
tua ini akan membuat anak-anak tidak mudah mengabaikan tanggung jawab dan tugas yang
diamanahkan
kepada
mereka.
Begitu penting peran kasih sayang dalam pengembangan ruh dan keseimbangan jiwa anakanak. Teguh tidaknya pendirian dan kebaikan perilaku seorang anak bergantung banyak
sejauh mana kasih sayang yang diterimanya selama masa pendidikan. Kondisi keluarga yang
penuh dengan kasih sayang menyebabkan kelembutan sikap anak-anak. Anak yang tumbuh
dalam lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang dan perhatian akan memiliki
kepribadian yang mulia, suka mencintai orang lain dan berperilaku baik dalam masyarakat.
Kehangatan cinta dan kasih sayang yang diterima anak-anak akan menjadikan kehidupan
mereka bermakna, membangkitkan semangat, melejitkan potensi dan bakat yang terpendam,
serta
mendorong
untuk
bekerja/berusaha
secara
kreatif.
Kecintaan pada anak-anak dan remaja merupakan dasar ajaran Islam. Nabi Besar Muhammad

saw sangat mencintai anak-anak dan berbuat baik kepada mereka. Beliau bersabda:
Cintailah anak-anak dan sayangilah mereka. Maka, orang tua harus menunjukkan ketulusan
cintanya kepada anaknya, sehingga anak tersebut akan membalas positif sikap demikian.
Orang tua pada umumnya ingin sekali mengubah watak buruk anaknya, membentuk jati
dirinya, dan menanamkan keyakinan yang benar dalam pikirannya. Keinginan orang tua ini
tidak mungkin terwujud tanpa cinta dan motivasi menuju perkembangan dan penyempurnaan.
Kebutuhan

Anak

akan

Kasih

sayang

Manusia secara alami membutuhkan kasih saying. Hanya kasih sayang yang mampu
mengubah perilaku seseorang. Kasih sayang merupakan sumber pendidikan jiwa. Bukanlah
perkara mudah mengubah hati yang keras menjadi lembut, namun kasih sayang telah terbukti
menjadi resep yang manjur dalam mengarahkan hati seseorang dan mengontrolnya serta
mampu mencegahnya dari perbuatan-perbuatan tercela dan hina. Bahkan kasih sayang dapat
menyulap manusia yang semula tampak sederhana dan kurang diperhitungkan menjadi insan
seutuhnya,
jujur
dan
benar.
Anak-anak, kalangan remaja hingga orang dewasa pun sama-sama membutuhkan cinta dan
kasih sayang. Kasih sayang merupakan hal yang sangat penting dalam sistem pengajaran dan
pendidikan anak-anak. Ketika seorang anak melihat ikatan kasih sayang pada kedua orang
tuanya, maka hal tersebut sedikit banyak berpengaruh dalam menjauhkannya dari perbuatan
tercela. Para psikolog berpendapat bahwa akar dari kebanyakan penyelewangan yang
dilakukan anak-anak karena kurangnya kasih sayang di dalam rumah, dan mereka yakin
bahwa takkala kasih sayang tersebut tidak dipenuhi secara baik dan benar maka jangan
harapkan anak-anak akan dapat mengubah kebiasaan dan perilaku buruknya.
Anak-anak dan remaja lebih membutuhkan kasih sayang dibandingkan orang dewasa. Saat
makan dan minum pun mereka minta atau senang diperhatikan oleh kedua orang tuanya. Ini
menandakan bahwa dalam setiap keadaan mereka merindukan kasih sayang dan perhatian
orang tua. Dalam dekapan kasih sayang, perasaan cinta dan kelembutan anak/remaja dapat
berkembang dengan baik dan akan menjelma menjadi manusia ideal. Seorang pendidik yang
mengabaikan cinta dan kasih sayang tidak akan mampu membangun hubungan yang baik
dengan anak didiknya, dan ia pasti gagal dalam menyampaikan pesan-pesan pendidikan
kepadanya. Seorang guru yang lebih dahulu membuka pintu mata hatinya ketimbang
penalaran dan pemikirannya akan lebih memberikan pengaruh terhadap anak-anak didiknya.
Namun guru yang miskin cinta tidak akan dapat menjadikan anak didiknya sebagai
pendengar
yang
baik.
Manusia adalah budak kasih sayang, sebagaimana dikatakan bahwa manusia adalah budak
kebaikan. Dengan kata lain, kasih sayang dan persahabatan yang tulus mampu menjadikan
manusia sampai seperti budak yang menuruti apa saja kemauan majikannya/tuannya.
Pencipta alam semesta begitu luar biasa dalam mencintai hamba-Nya, bahkan cinta-Nya
melebihi cinta ibu terhadap naknya. Cinta Allah menjadi faktor pendidikan dan
penyempurnaan bagi para hamba-Nya, sehingga jiwa-jiwa mereka jauh dari segalah kotoran
dan kemaksiatan. Al-Quran banyak menyebutkan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.
Allah sebagai Pendidik yang baik berfirman kepada Nabi Musa:"Dan Aku telah melimpahkan
kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah
pengawasan-Ku.
(QS:
Thaha
39).

Imam Ja'far ash-Shadiq berkata: "Kasih sayang Allah begitu mengakar dan berbekas dalam
dirimanusia. Ketika Allah mencintai hamba-Nya maka Ia mengilhamkan ketaatan, menamkan
sifaf kanaah (rela dengan segala pemberian Allah dan selalu merasa cukup) dan
menjadikannya alim dalam urusan agama. Orang tua yang mampu menjalin persahabatan
dengan anaknya secara baik dan membangun komunikasi timbal balik dengan sehat adalah
orang tua yang berhasil dan patut diacungi jempol. Orang tua seperti ini biasanya mudah
mengarahkan
dan
mendidik
anak-anaknya.
Imam Shadiq as berkata: Nabi Musa as berkata wahai Tuhan amalan apa yang paling utama
disisimu? Ia berfirman: mencintai anak-anak; karena meraka saya ciptakan dengan fitrah
keesaan-Ku.
Nabi Muhammad saw bersabda: "Bukanlah termasuk golongan kami seseorang yang tidak
menyayangi
anak-anak
kecil
dan
tidak
menghormati
yang
lebih
tua."
Metode yang paling berpengaruh dan efektif dalam pendidikan adalah pendekatan kasih
saying. Sebab kasih sayang memiliki daya tarik dan memotivasi akhlak yang baik serta
memberikan ketenangan kepada anak yang nakal sekalipun. Rasa cinta dan kasih sayang
harus terlebih dahulu menjadi jaminan ketenangan dan kedaiaman anak-anak di lingkungan
keluarga sebelum mereka berhadapan dengan pelbagai aturan dan keputusan yang dibuat oleh
orang tua. Kebahagiaan dan ketenangan jiwa mereka akan terpenuhi jika sebuah keluarga
dapat menjadi pusat ekspresi perasaan, kasih sayang, dan kecintaan. Apabila sang ayah dan
ibu tidak mampu memenuhi kebutuhan esensial ini, maka sang anak tumbuh kurang percaya
diri sehingga di masa depan akan muncul pelbagai penyimpangan individual dan sosial.
Lingkungan keluarga harus diwarnai dengan kehangatan cinta dan kemesraan hubungan antar
anggota keluarga sehingga seorang anak juga berusaha dan berupaya memberikan kehangatan
cinta pada lingkungan keluarganya. Kasih sayang mampu mengatasi segalah macam
persoalan dalam pendidikan. Semua pekerjaan, khususnya kerja yang berkaitan dengan
pemikiran dan budaya butuh akan cinta. Sebuah pekerjaan harus dilakukan dengan sedikit
senyuman, tidak dengan pemaksaan dan kekerasan. Sebagaimana diungkapkan oleh Allamah
Sayyid
Ismail
Balhi:
Hati yang didalamnya tidak bersemayan kerinduan laksana kuburan yang sempit Tanpa cinta
dunia
laksana
jiwa
yang
sempit
Maulawi

juga

berkata:

Karena

cinta

pahit

terasa

manis

Karena

cinta

baja

menjadi

emas

Karena

cinta

duri

Karena
Karena
Karena

cinta

asam

cinta
cinta

menjadi

menjadi
orang

perasa
mati

raja

bunga
yang

menjadi
menjadi

nikmat
hidup
budak

Sebagian orang berpandangan bahwa antara pendidik dan yang dididik harus ada pemisah
dan jarak hingga pendidikan berhasil, tapi mereka lupa kalau pendidikan yang dilakukan
dengan ancaman dan kekerasan hanya mencegah sifat-sifat amoral secara temporal saja.
Yakni, ketika sebab ketakutan dan ancaman telah hilang maka sifat-sifat jelek tersebut akan
kembali
tampak
dalam
perilaku
anak
didik.
Mengekspresikan

Cinta

dan

Kasih

Salah satu poin penting berkaitan dengan kasih sayang orang tua terhadap anak adalah
hendaklah orang tua tidak hanya puas dengan memendam kasih sayang dalam batin; karena
kasih sayang hanya berpengaruh dalam pendidikan jika ia ditampakkan secara lahiriah,
supaya anak-anak sadar dan mengetahuinya/melihatnya secara langsung. Kalau tidak, makna
kasih sayang hanya bermanfaat bagi pecinta semata, bukan orang yang dicintai.
Penampakkan kasih sayang dan cinta merupakan poin penting yang dianjurkan dan
ditekankan oleh Nabi saw dimana beliau bersabda: Ketika seseorang mencintai saudaranya,
maka hendaklah ia menunjukkan kecintaan ini padanya, karena dengan demikian ikatan dan
persahabatan
akan
lebih
baik
dengannya.
Alkisah, seseorang datang kepada Imam Muhammad al-Baqir dan mengekspresikan cintanya
dengan mengatakan: Saya menyukai si anu. Imam berkata: "Ekpresikan kecintaanmu
padanya; karena hal ini mempunyai pengaruh dalam persahabatan." Karena itu, ibu dan
bapak dengan berbagai metode harus menyatakan dan menampakkan cinta dan kasih
sayangnya kepada sang anak karena kasih sayang dengan hati tidaklah cukup.
Orang tua yang cerdas adalah orang tua yang pandai mengekspresikan kasih sayangnya
secara tepat kepada anak-anaknya sehingga bisa dirasakan langsung oleh mereka. Ketika
anak merasakan bahwa orang tuanya menyukainya, peduli akan nasibnya, mengarahkannya
pada perkembangan dan penyempurnaan dan memperhatikan pendidikannya, maka anak
tersebut
akan
mencinta
dan
mengidolakan
kedua
orang
tuanya.
Cinta

yang

Ekstrem

Pendekatan kasih sayang akan sangat bermanfaat dalam pendidikan ketika tidak keluar dari
konsep yang ideal, yakni tidak berlebihan dan tidak kurang dari yang semestinya. Kurangnya
kasih sayang akan menarik orang pada arah ketidakmampuan, tidak sehat dan akhlak yang
tidak terpuji. Kasih sayanglah yang menyebabkan perkembangan yang positif pada anakanak. Peran kasih sayang dalam pendidikan ruh dan jiwa anak-anak begitu penting seperti
pentingnya makanan bagi pertumbuhan tubuh. Sebagaimana makanan yang kurang atau
berlebihan menyebabkan penyakit yang tidak diinginkan pada tubuh maka begitu juga
kurangya kasih sayang atau kasih sayang yang sangat berlebihan (terlalu dimanja) juga akan
merusak
jiwa
anak-anak.
Dahulu para pendidik menggunakan cara-cara yang tidak benar dalam mendidik anak-anak
dan kalangan remaja, seperti merendahkan (kemampuan mereka), memaksa mereka
melakukan pekerjaan yang berat, melontarkan perkataan yang tidak pantas, membiasakan
cacian dan tidak memberikan kesempatan anak untuk membela diri, gampang naik pitam,
buruk sangka, dendam, kasar dan bahkan menghalalkan perbuatan kriminal (pemukulan dll).
Namun sekarang ini dengan akselerasi perkembangan ilmu pengetahuan dan munculnya ilmu
psikologi dan penelitian, pelbagai cara di atas dianggap cara yang tidak rasional dan
proporsional. Para ahli pendidikan modern justru mengembangkan metode pendidikan anak-

anak dan remaja yang mengacu pada hubungan harmonis yang bersandar pada konsep kasih
sayang.
Kasih sayang itu sangat postitif bila memang dilakukan secara seimbang, namun ketika kasih
sayang orang tua berlebihan dan tidak ideal maka secara tidak sadar ia telah mengiring anak
untuk melakukan perbuatan yang tidak senonoh dan tidak bertanggung jawab. Hal ini
merupakan dampak dari metode pendidikan yang salah. Anak yang mendapatkan kasih
sayang secara berlebihan alias dimanja kelewatan batas akan cenderung malas, pasrah, lemah,
dan cepat putus asa ketika menghadapi problema kecil dalam hidupanya.
Karena itu, orang tua harus mencintai anaknya secara tulus, tapi tetap objektif. Yakni, orang
tua juga harus melihat aib dan sifat-sifat tercela anaknya dan kemudian memperbaikinya
dengan pendekatan rasional. Menerima dan mengiyakan begitu saja keinginan dan perbuatan
anak-anak tanpa mempertimbangkan plus-minusnya akan berdampak negative dalam
pendidikan mereka dan merusak karakter mereka yang sulit untuk diperbaiki seperti semula.
Bersikap

Adil

dalam

Mencurahkan

Kasih

Sayang

Salah satu masalah penting yang perlu diperhatikan oleh orang tua adalah menjaga keadilan
dan persamaan saat mereka menunjukkan kasih sayang di antara anak-anak. Bapak dan ibu
dalam mencintai dan menyayangi anak-anaknya tidak dibenarkan bersikap pilih kasih; karena
ini secara alami akan menyebabkan hilangnya kehormatan mereka dan hilangnya
kepercayaan anak-anak terhadap lingkungan keluarganya. Rasul saw dan para imam ahlul
bait yang suci menekankan pentingnya menjaga persamaan dan tidak bersikap pilih kasih
dalam
menunjukkan
kasih
sayang.
Dikisahkan, Nabi saw sedang berbicara di tengah sahabatnya lalu seorang anak kecil masuk
ke tempat tersebut dan menuju ayahnya yang berada di sekitar majelis. Sang ayah mengelus
kepala sang anak lalu mendudukannya di pangkuan kanannya. Tidak lama kemudian anak
perempuannya juga masuk dan menuju bapaknya. Sang ayah kemudian mengelus kepala sang
anak perempuan tersebut lalu mendudukannya di sampingnya. Ketika Nabi saw melihat
perlakuan berbeda sang ayah dibanding sebelumnya, beliau bersabda: Kenapa kamu tidak
mendudukannya di pangkuanmu yang satu? Lalu sang bapak pun menuruti perintah Nabi saw
dan mendudukkan anak perempuannya di pangkuan krinya. Waktu itu juga Nabi bersabda:
Sekarang
kamu
telah
menjaga
keadilan.
Nabi juga saw bersabda: Berlaku adil-lah di tengah anak-anakmu sebagaimana kamu suka
diperlakukan adil oleh mereka, baik dalam kebaikan maupun dalam kasih sayang." Oleh
karena itu, menjaga persamaan di antara anak-anak dalam pendidikan adalah hal yang
penting dan ketika hal itu tidak diperhatikan akan memberikan efek negatif.
Kasih sayang terhadap anak memilik efek positif dan manfaat, di antaranya:
Kasih sayang akan mendatangkan kesenangan dan kegembiraan. Semakin besar kasih
sayang orang tua pada anak maka kegembiraan pada anak semakin besar dan menjadikan hati
anak
semakin
peduli
dan
perhatian.
Anak belajar kasih sayang dari orang tuanya sehingga ia akan menerapkan kasih sayang
tersebut kepada orang lain dengan cara yang dilihatnya dari orang tuanya. Anak yang tidak
merasakan kasih sayang yang hakiki di samping mendapatkan pengaruh negative pada tubuh

dan jiwanya, juga akan bermasalah dalam mempelajari kasih sayang dan akhirnya ia tidak
mampu mencintai dan menyayangi orang lain di masa yang akan datang.
Munculnya kepercayaan diri. Anak yang memiliki kemerdekaan dan kepercayaan diri
mampu memecahkan persoalan sendiri dan tidak menunggu bantuan orang lain. Dengan
motivasi besar dan tekad yang membaja, anak tersebut berusaha mencari solusi atas setiap
problem yang dihadapinya, sehingga sebelum mencapai tujuannya maka pantang baginya
untuk
mundur.
Kasih sayang akan memotivasi anak-anak untuk melakukan pelbagai aktivitas dengan
sukses. Anak yang merasakan kasih sayang secara cukup maka ia akan sukses dalam
menggeluti pelbagai aktivitas dan bidang yang digemarinya. Di bidang pendidikan ia akan
menjadi anak yang cerdas dan terampil dan secara fisik pun ia akan tumbuh secara sehat.
Kasih sayang kepada anak mampu menarik simpati sang anak, dan pada giliranya anak akan
mempercayai ayahnya, sehingga terjalinlah hubungan baik antara keduanya dan anak akan
mendengar dan menuruti perkataan sang ayah. Dengan demikian anak ini akan mudah dididik
dan diarahkan oleh ayahnya. Sebab anak ini menyukai orang yang penyayang dan yang
memahami keinginannya dimana orang seperti ini ia temukan pada pribadi ayahnya, sehingga
ia akan menuruti perintah ayahnya. Sehubungan dengan hal ini, Imam Ali bin Abi Thalib
berkata: Hati manusia itu kejam. Barangsiapa yang berbuat lembut dan penuh kasih sayang
terhadapnya
maka
hati
tersebut
akan
tunduk
dan
patuh
padanya.
Kesimpulan
Orang tua yang mengekspresikan kasih sayang kepada anaknya sejatinya sedang membentuk
karakter sang anak menjadi penurut. Dengan kasih sayang dan hubungan tulus serta
harmonis, orang tua dapat mencegah anak-anak mereka dari melakukan perbuatan tercela dan
menggiring mereka menuju tindakan yang mulia dan luhur. Kasih sayang merupakan kunci
menuju kesempurnaan dan pendidikan yang ideal.

Mamahami dan mengenal kepribadian anak


Tidak ada anak yang dilahirkan sama persis satu sama lain. Berbagai studi telah menegaskan
bahwa anak-anak dilahirkan dengan berbagai pribadi unik yang dibentuk oleh dunia di
sekelilingnya. Namun demikian, faktor yang paling dominan tetaplah kepribadian yang
mereka bawa semenjak lahir. Mungkin anak yang satu supel dan mudah bergaul, sementara
yang lain lebih suka menyendiri. Mungkin yang satu senang akan perhatian terus menerus,
sementara yang lain tidak terlalu mempermasalahkannya. Karakter-karakter yang dimiliki
anak jelas akan sangat mempengaruhi bagaimana mereka berinteraksi dengan dunia yang ada
di sekeliling mereka.
Tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lingkungan akan sangat berpengaruh dalam membentuk
karakter dan kepribadian bawaan dari seorang anak. Lingkungan lingkar satu: keluarga inti
ayah, ibu, saudara kandung, serta lingkungan lingkar dua: keluarga besarkakek, nenek,

paman, bibi, tentunya berperan sangat penting atas terbentuknya karakter dan kepribadian
seorang anak.
Dalam sebuah studi yang pernah dilakukan atas anak-anak kembar yang dibesarkan secara
terpisah, terungkap bukti meyakinkan bahwa karakter dan kepribadian itu diturunkan.
Dengan mempersatukan serta menguji anak-anak kembar yang tadinya dipisahkan sejak lahir
dan diadopsi oleh keluarga dengan latar belakang yang berbeda-beda, lalu dibesarkan tanpa
ada kontak apapun, disimpulkan bahwa prilaku setelah dewasa ternyata diwarisi lebih dari
yang pernah dibayangkan sebelumnya. Anak-anak kembar itu ternyata sangat mirip
wajahnya, tingkah lakunya, sikapnya, daya sosialnya, termasuk karakter dan kepribadiannya.
Namun demikian jangan pernah Anda mengabaikan pengaruh yang berasal dari lingkungan
lingkar tiga, empat, dan seterusnya. Pengaruh yang datang dari teman-teman yang ada di
lingkungan tempat tinggal ataupun sekolah justru cenderung lebih kuat dan dapat mengubah
karakter dan kepribadian dasar yang didapat karena keturunan.Karena Anda tidak mungkin
memilih kepribadianuntuk Anda sendiri maupun untuk anak-anak Andamaka yang bisa
Anda perbuat hanyalah mengidentifikasi serta menekuni kepribadian yang sudah diberikan
dan disuratkan oleh Tuhan kepada Anda dan juga anak-anak Anda ini.
Dengan mengetahui karakter dan kepribadian anak Anda, diharapkan komunikasi dan
interaksi antara Anda dengan mereka akan menjadi lebih mudah, lebih efektif dan dapat
membantu Anda mencapai keharmonisan ideal seperti yang Anda inginkan. Florance Littauer
di dalam bukunya Personality Plus For Parents, mengatakan: ada empat kepribadian dasar
yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi karakter dan kepribadian anak Anda, yaitu:
1. Kepribadian Populer Sanguinis
Motto: Ayo kita bersenang-senang sekarang.
Julukan: Si tukang bicara.
Anak dengan karakter dan kepribadian Sanguinis Populer adalah anak yang cenderung
berenergi besar, suka bersenang-senang dan supel. Mereka juga suka mencari perhatian,
kasih sayang, dukungan, dan penerimaan dari orang-orang yang ada di sekeliling mereka.
Anak Sanguinis yang suka hura-hura ini hampir selalu membawa kegembiraan maupun
drama ke dalam situasi apapun, suka menjadi sorotan, dan suka memotivasi orang lain.
Merekalah yang menginisiatifkan percakapan dan bisa seketika itu juga menjadi sahabat
terbaik dengan semua orang di dalam kelompoknya.
Mereka biasanya optimis dan hampir selalu menyenangkan. Namun mereka bisa juga tidak
teratur, emosional, dan hipersensitif tentang apa kata orang terhadap mereka.
Menghadapi anak dengan karakter dan kepribadian sanguinis, pendekatan komunikasi yang
sebaiknya dilakukan oleh orangtua sebisa mungkin harus kreatif karena anak sanguinis

menyukai keanekaragaman dan senang menjadi pusat perhatian. Anak tipe ini akan
memberikan respon terhadap afeksi, percakapan, dan perhatian yang sifatnya pribadi.
Apabila memintanya untuk mengerjakan suatu tugas, biarkan mereka menyelesaikannya
secara kreatif dengan hanya memberikan kisi-kisinya saja. Pastikan untuk menawarkan
struktur kepada mereka, termasuk juga kedisiplinan yang positif dan penuh semangat.
Dukung mereka untuk ikut di dalam banyak kegiatan kelompok serta konseling anak-anak
seusianya. Mereka juga pandai mencari dana dan semakin tertantang ketika diperkenalkan
kepada orang lain dengan cara yang heboh dan menyenangkan.
2. Kepribadian KuatKoleris
Motto: Lakukan saja sekarang.
Julukan: Si pelaksana.
Anak dengan karakter dan kepribadian Koleris Kuat adalah anak yang secara alami
berorientasi pada sasaran, yang hidupnya dicurahkan untuk berprestasi, dan yang cepat
mengorganisasikan. Mereka selalu menuntut loyalitas dan penghargaan dari orang-orang
yang ada di sekeliling mereka.
Anak Koleris selalu berusaha mengendalikan dan mengharap pengakuan atas prestasiprestasinya. Mereka suka ditantang dan mudah menerima tugas-tugas sulit. Disiplin diri
serta kemampuan untuk fokus membuat mereka menjadi pemimpin-pemimpin yang kuat.
Namun dorongan serta tekad mereka bisa membuat mereka kecanduan kerja, merasa sok
benar sendiri serta keras kepala, dan membuat mereka tidak peka terhadap perasaan orang
lain.
Menghadapi anak dengan karakter dan kepribadian koleris, pendekatan komunikasi yang
sebaiknya dilakukan oleh orangtua sebisa mungkin tidak melibatkan perasaan dan
menghakimi. Anak tipe ini cenderung tidak berperasaan, sehingga orangtua yang
demonstratif tidak boleh tersinggung atau pun sakit hati bila anak-anak memberikan respon
yang keras saat ditegur atau diperintah. Anak-anak ini sangat menghargai keadilan, logika,
kejujuran, serta keterus-terangan.
Apabila memintanya untuk mengerjakan suatu tugas, berikan dengan jelas tujuannya tanpa
bermaksud mengatur langkah-langkahnyastep by step. Anda harus memberikan pekerjaan
dengan menyebutkan manfaat dan kegunaannya. Jangan lupa tanyakan kapan dan bagaimana
cara mereka akan menyelesaikannya agar Anda bisa memprediksi dan mengukur hasil-hasil
capaiannya.
3. Kepribadian SempurnaMelankolis
Motto: Ayo kita kerjakan secara benar.

Julukan: Si pemikir.
Anak dengan karakter dan kepribadian Melankolis Sempurna adalah anak yang cenderung
pendiam dan pemikir. Mereka akan selalu berusaha mengejar kesempurnaan dalam segala hal
yang penting bagi mereka. Dengan kesempurnaan sebagai sasaran, anak-anak seperti ini
seringkali kecewa dan bahkan depresi karena hasil yang didapatkan kurang sempurna.
Anak Melankolis selalu membutuhkan kepekaan serta dukungan dari orang lain. Mereka
perlu ruangan dan ketenangan di mana mereka dapat berfikir sebelum mereka berbicara,
menulis, atau bahkan bertindak. Mereka adalah anak-anak yang berorientasi pada tugas yang
penuh kehati-hatian dan terorganisasikan.
Mereka suka akan keteraturan dan Anda dapat mengandalkan mereka untuk menyelesaikan
suatu tugas tepat pada waktunya. Namun kesempurnaan yang menjadi obsesi mereka itu
bisa membuat mereka kritis atau pesimis dengan upaya untuk memenuhi standar diri sendiri
yang tinggi.
Menghadapi anak dengan karakter dan kepribadian melankolis, pendekatan komunikasi yang
sebaiknya dilakukan oleh orangtua harus dipenuhi dengan penghargaan atas apa saja yang
telah mereka lakukan dengan baik. Anak tipe ini cenderung tidak kompetitif dan bisa jadi
tidak akan terlalu merespon iming-iming hadiah ataupun permainan yang Anda ajukan.
Apabila meminta mereka untuk mengerjakan suatu tugas, sampaikanlah dengan cara yang
tidak menyuruh dengan nada yang datar dan lembut, seperti: Kamu belum mengerjakan peer kamu, ya, hari ini?bukan: Ayo, kerjakan pe-er mu sekarang!. Apabila tugas yang
Anda berikan kepada mereka tidak selesai, tidak perlu berargumen apapun. Sebaiknya,
berikan saran yang membangun, bukan kritikan tajam. Karena mereka cenderung
perfeksionis, mereka akan merngkritik diri mereka sendiri tanpa perlu Anda minta.
4. Kepribadian DamaiPhlegmatis
Motto: Untuk apa berdiri kalau bisa duduk.
Julukan: Si pengamat.
Anak dengan karakter dan kepribadian Phlegmatis Damai adalah anak yang cenderung
seimbang dan mencukupkan diri. Mereka tidak merasa harus ikut mengubah dunia atau
mengusik status quo mereka. Bagi orang-orang yang memiliki dorongan kuat, anak
Phlegmatis terlihat lebih lamban dari yang lain. Ini bukan karena mereka tidak secerdas yang
lain, tapi justru karena mereka lebih cerdas dari yang lain. Sementara yang lain mengomel
dan khawatir, mereka mengamati saja dan bertekad untuk tidak mempersoalkan hal-hal
sepele.
Mereka tidak suka resiko, tantangan, dan kejutan, dan akan membutuhkan waktu untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan. Walaupun mereka cenderung menghindari situasi-

situasi yang terlalu menekan, mereka dapat bekerja dengan baik di bawah tekanan. Namun
kurangnya disiplin dan motivasi sering membuat mereka menunda-nunda pekerjaan kalau tak
ada pemimpin yang kuat.
Anak Phlegmatis juga censerung menarik diri, namun suka berada di dekat orang banyak.
Meski mereka tidak butuh banyak bicara, mereka memiliki banyak akal dan suka
mengucapkan hal yang tepat di saat yang tepat. Mereka mantap dan stabil. Karena
berorientasi pada ketentraman, mereka suka menciptakan keamanan bagi lingkungannya
dengan cenderung bertindak sebagai negosiator ketimbang melawan.
Menghadapi anak dengan karakter dan kepribadian phlegmatis, pendekatan komunikasi yang
sebaiknya dilakukan oleh orangtua sebisa mungkin penuh persahabatan dan tanpa ancaman.
Anak tipe ini cenderung bersikap sebagai seorang pendengar dan pengamat yang baik.
Memberi contoh yang baik adalah hal yang harus dilakukan oleh orangtua dari anak dengan
karakter dan kepribadian ini. Sebagai seorang pendamai, anak-anak ini dengan senang hati
akan mendamaikan teman atau pun anggota keluarga yang sedang berselisih. Mereka akan
berusaha mencarikan jalan keluarnya tanpa diminta.
Apabila memintanya untuk mengerjakan suatu tugas, berikan dengan pembagian tugas yang
jelas berdasarkan tingkatan agar mereka dapat dengan mudah memperhatikan
keberhasilannya.Bila masalah yang sulit sudah diberikan di awal, anak tipe ini akan merasa
kewalahan dan akan cenderung mengabaikannya. Apabila mereka dihargai oleh orangtuanya,
mereka akan merasa lebih bangga dengan diri mereka sendiri

Pengenalan Agama pada Anak


December 25, 2012dania3rani
Mengenalkan agama pada anak adaah kewajiban orangtua. Tetapi pada kenyataannya tidak
mudah untuk membuat anak memiliki kesadaran anak mengamalkan agama sampai mereka
dewasa meski sejak kecil mereka sudah dikenalkan dengan agamanya. Kesadaran anak
ditentukan oleh pendekatan apa yang dipakai orangtua untuk mengenakan agama pada anak.
PERTAMA, KETELADANAN.
Ini adalah hal yang tak bisa diganggu gugat. Mana mungkin kita menyuruh anak sholat tanpa
kita pun disiplin sholat.
Tapi ini saja tidak cukup. Betapa banyak kita melihat kiri kanan kita, orangtuanya begitu rajin
ke masjid, tapi anaknya yang remaja kok enggan ke masjid? Kurang teladan apa? Lah wong
orangtuanya sudah mencontohkan!
KEDUA, PEMBIASAAN.
Kebiasaan beribadah sangat perlu, meski bukan satu-satunya. membiasakan beribadah pada
anak adalah ikhtiar agar kita dapat menjadikan ibadah sebagai habbit untuk anak-anak kita.

Jika sudah menjadi habbit, bukan tak mungkin anak-anak akan menjadi ringan dalam ibadah
setelah ia dewasa.
Tetapi ini saja pun tidak cukup. Jika hanya dibiasakan, tak sedikit anak sudah dibiasakan
ibadah sejak kecil tapi karena memamg pikirannya kosong dengan nilai-nilai Allah, maka
sebagian mereka pun akhirnya enggan beribadah setelah dewasa.
KETIGA, INSTALLASI MOTIVASI
Dalam mengenalkan agama, sebagian orangtua mengenalkan agama dimulai dari kompetensikompetensi beragama. Jika orangtua mengenalkan agama hanya dimulai dari kompetensikompetensi (keterampilan) beragama: terampil sholat, terampil membaca quran, terampil ini
dan itu, belum tentu anak akan kemudian mengamalkan agama kelak setelah dewasa.
Betapa banyak anak yang dari kecil bisa dan terampil sholat dari kecil, setelah dewasa
enggan melaksanakan sholat. Berapa banyak dari kita yang terampil membaca Quran dari
kecil, setelah dewasa memang masih membaca Quran hampir setiap hari, tapi berapa banyak
dari kita yang termotivasi mengkaji isi Quran hampir setiap hari?
Pendekatan yang mungkin dapat ditambahkan dalam tarbiyah agama pada anak2 kita hari ini
adalah bukan sekadar kompetensi beragama, tapi juga motivasi beragama. Sejak anak2 kita
bisa membedakan tangan kanan dan mana tangan kiri sejak saat itulah orangtua dapat
mengenalkan pada nilai baik dan buruk seperti yang direferensikan agama. Ingat,
KESADARAN letaknya pada PIKIRAN, bukanlah pada tubuh. Maka membuat anak merasa
sadar berarti menanamkan nilai pada pikiran anaknya terlebih dahulu tentang ibadah bukan
sekadar nyuruh-nyuruh beribadah (mengendalikan tubuh).
Bagamana merubah pikiran anak? Installkan nilai-nilai, informasi kebaikan itu pada anak
tentang Allah, tentang Rasul, setiap hari dengan tepat pada anak baik melalui dongeng, cerita,
kisah, ngobrol setiap hari minimum setengah jam sama anak, membaca buku bersama,
mengajak diskusi anak, atau apapun yang intinya kita menginstallkan nilai pada pikiran anak
sehingga akhirnya menjadi program pikiran mereka dan sehingga mudah2an dapat menjadi
motivasi buat hidup mereka.
KEEMPAT, KEDEKATAN EMOSIONAL
KEDEKATAN emosional orangtua anak akan menentukan penerimaan atau installasi nilai2
ini pada anak. orangtua yang cuek pada anak, orangtua yang mengabaikan anak, orangtua
yang terlalu sibuk dengan urusannnya sendrii dan tidak punya waktu untuk anak dan hanya
mengandalkan sekolah, ustadz atau tenaga outsourcing lainnya dalam mengenalkan agama
pada anak jangan berharap terlalu banyak anaknya dapat dekat dengan Tuhan-Nya jika
orangtua sendiri tak dekat berusaha mendekati anak untuknya.
KEDEKATAN emosional orangtua pada anak juga akan berguna saat orangtua berusaha
menanamkan kebiasaan beribadah pada anak. Jangankan soal ibadah yang perlu kesadaran
spritualitas, soal belajar (akademik saja) misalnya terbukti, anak-anak di Jepang rata-rata 30
menit didampingi orangtua di rumah saat belajar ternyata indeks pretasi akademik lebih baik
dibandingkan anak-anak di amerika yang rata-rata hanya 15 menit didampingi orangtua di
rumah saat belajar.
Apalagi soal beragama, yang kemudian membutuhkan jangka waktu panjang untuk
menanamkan nilai-nilai dengan benar dan tepat mulai dari Aqidah, ibadah, jinayah, amaliah,
dll.

Orang Tua Guru Utama bagi Anak-Anak


Mereka
Orang tua sebagai guru utama dalam mempersiapkan anak mengenal jati diri dan kodratnya.
Mengajarkan anak untuk membuat pilihan yang benar dengan kasih dan kesabaran.
Rumah adalah tempat yang paling ideal untuk pembelajaran yang utama. Di mana
seorang anak mulai belajar bicara dan berjalan melangkahkan kaki dilakukan pada awalnya
selalu dari rumah. Banyak juga hal lainnya yang diperoleh anak ketika mulai tumbuh
kembang dari ajaran orang tua.
Salah satu contoh adalah cerita keberhasilan seorang Ben Carson dari seorang yang tidak tahu
apa-apa berubah drastis menjadi luar biasa berkat didikan seorang Ibu yang kukuh. Inilah
pengalamannya seperti yang diceritakan di bawah ini:
Ben Carson berkata, "Saya adalah siswa terburuk di seluruh kelas saya di kelas lima." Suatu
hari Ben mengerjakan ujian matematika dengan 30 soal. Siswa di belakangnya
memperbaikinya dan mengembalikannya. Gurunya, Ibu Williamson, mulai memanggil nama
setiap siswa untuk nilainya. Akhirnya, dia sampai pada giliran Ben. Karena malu, dia
menjawab dengan menggumam. Ibu Williamson, yang bepikir dia mengatakan "9",
menjawab bahwa untuk Ben nilai 9 dari 30 adalah peningkatan luar biasa. Siswa di belakang
Ben kemudian berteriak, "Bukan Sembilan!...Jawabannya tak ada yang benar." Ben
mengatakan serasa dia ingin menghilang dari permukaan bumi.
Pada saat yang sama ibu Ben, Sonya, menghadapi kendalanya sendiri. Dia adalah satu dari 24
anak, yang hanya mencapai pendidikan kelas tiga, dan dia tidak dapat membaca. Dia menikah
di usia 13, bercerai, memiliki dua anak lelaki, dan membesarkan mereka di pemukiman
kumuh di Detroit. Meskipun demikian, dia sangat mandiri dan memiliki keyakinan yang
kukuh bahwa anaknya bisa melakukan bagiannya.
Pada suatu hari terjadilah satu titik balik dalam kehidupan dia dan kedua putranya. Dia
menyadari bahwa orang sukses yang kepadanya dia bekerja memiliki perpustakaan di mana
mereka membaca. Setelah bekerja dia pulang ke rumah dan mematikan televisi yang sedang
ditonton oleh Ben dan saudara lelakinya. Pada intinya dia berkata: Kalian terlalu banyak
menonton televisi. Mulai sekarang kalian dapat menonton tiga program seminggu. Di waktu
luang kalian akan pergi ke perpustakaan untuk membaca dua buku setiap minggu dan
melaporkan kepada ibu. Anak-anak lelaki itu terkejut. Ben mengatakan dia tidak pernah
membaca satu buku pun seumur hidupnya kecuali ketika disuruh melakukannya di sekolah.
Mereka memprotes, mengeluh dan juga berargumen, namun itu sia-sia. Kemudian Ben
berpikir, "Ibu telah membuat hukuman. Saya tidak suka aturan itu, namun tekadnya untuk
melihat kami berkembang mengubah jalan hidup saya."

Dan betapa hebat perubahannya. Di kelas tujuh, dia adalah siswa yang terbaik di kelasnya.
Dia melanjutkan ke Universitas Yale dengan beasiswa, kemudian sekolah medis Johns
Hopkins, di usia 33 dia menjadi kepala bedah saraf anak dan ahli bedah terkenal di dunia.
Bagaimana mungkin? Terutama karena ibunya yang sederhana, yang tidak memiliki banyak
dalam hidup, mengembangkan pemanggilannya sebagai orang tua.

Orang tua sebagai guru utama teladan bagi anak dan


bukan orang lain
Orang tua sebagai guru utama dalam mempersiapkan anak mengenal jati diri dan kodratnya.
Mengajarkan anak untuk membuat pilihan yang benar dengan kasih dan kesabaran. Jadikan
rumah Anda sebagai tempat yang paling ideal untuk memberikan landasan yang kuat bagi
masa depan anak.

Ajarkan anak Anda untuk menggunakan waktu dengan


bijak
Seperti halnya Sonya Carson, terkadang Anda akan perlu memaksakan sebuah kehendak
dengan kasih namun tetap kukuh untuk membatasi waktu anak Anda menonton televisi. Juga
acap kali perangkat elektronik lainnya menyita kehidupan anak. Arahkan anak Anda untuk
kegiatan yang lebih produktif, biasanya pada awalnya anak akan menolak disertai keluhan,
namun seperti Sonya Carson Anda perlu terus gigih melanjutkannya. Suatu hari anak Anda
akan memahami dan menghargai apa yang telah Anda lakukan.

Lakukan peran Anda sebagai ayah/ibu yang terbaik bagi


anak
Jadilah teladan bagi anak Anda dengan sering membaca buku, anak akan mengikuti contoh
yang dilihatnya. Ajaklah ke toko buku atau perpustakaan yang dekat dengan rumah Anda,
buku adalah jendela dunia. Anda adalah guru utama dalam mempersiapkan putra/i Anda
menjadi yang terbaik. Ketahuilah ayah/ibu, peran Anda ini mulia dan akan terus berlanjut
hingga akhir zaman.
Diadaptasi oleh Steffie Subandriyo dari artikel

BIODATA

NAMA:RENI DUANDARI
NPM:1402040066
ALAMAT:Jl.KATAMSO Gg.SOSIAL No.20
T.T.L:MEDAN 23FEBRUARI1994
ANAK KE:2
J.SAUDARA:2
NAMA
AYAH:NASRUL
IBU:HALIMAH

Anda mungkin juga menyukai