Meniere Disease PDF
Meniere Disease PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Epidemiologi
2.2.1. Prevalensi
Menurut laporan Global Burden of Disease (GBD), estimasi penderita
gangguan pendengaran derajat sedang di dunia pada tahun 2004 berjumlah
360,8 juta orang, dan jumlah penderita gangguan pendengaran derajat berat di
dunia dianggarkan sebanyak 275,7 juta orang.
Daerah Asia Tenggara mempunyai distribusi tertinggi penderita
gangguan pendengaran dengan estimasi penderita sebanyak 178,3 juta orang,
diikuti daerah Pasifik Barat (159,2 juta orang), Eropa (120,3 juta orang),
Amerika (76,7 juta orang), Afrika (56,2 juta orang), dan Mediterranean Timur
(56,2 juta orang).
Estimasi penderita gangguan pendengaran derajat sedang di Asia
Tenggara pada tahun 2004 berjumlah 88,5 juta orang, dan jumlah penderita
gangguan pendengaran derajat berat di Asia Tenggara dianggarkan sebanyak
89,8 juta orang. (GBD, 2004).
Prevalensi kasus gangguan pendengaran di Indonesia dijumpai
sebanyak 4,6%, dengan estimasi penderita gangguan pendengaran sebanyak
9,6 juta orang. Indonesia mempunyai kasus gangguan pendengaran yang
kedua tertinggi di Asia Tenggara selepas India (630 juta penderita) (WHO,
2001).
permulaan gangguan
konduktif
sensorineural
campuran
Pada gangguan jenis konduktif terdapat gangguan hantaran suara, disebabkan
Derajat
penurunan
Deskripsi penurunan
Tidak ada atau
sangat sedikit
0
(No
masalah
0 - 25
impairment)
pendengaran. Dapat
mendengar
bisikan.
Mampu mendengar
1
(Mild
impairment)
dan mengulangi
26 - 40
kata-kata yang
diucapkan dengan
suara normal
pada jarak 1 meter.
Mampu mendengar
dan mengulangi
2
kata-kata yang
(Moderate
41 - 60
impairment)
diucapkan dengan
suara meninggi
pada jarak 1 meter.
Mampu mendengar
beberapa kata
dengan suara
(Severe
61 - 80
impairment)
berteriak ke telinga
yang sehat.
Tidak dapat
mendengar dan
(Profound
mengerti bahkan
impairment
(including
dengan suara
berteriak.
deafness))
batas luar
: membran timpani
batas depan
: tuba Eustachius
batas bawah
batas belakang
batas atas
batas dalam
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah
liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas
disebut pars flaksida (membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah pars
tensa (membran propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar
ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel
kubus bersilia, seperti epitel saluran nafas. Pars tensa mempunyai satu lapis
lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat
elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkular pada bagian
dalam.
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani
disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu refleks cahaya (cone of light)
ke arah bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5
untuk membran timpani kanan. Terdapat dua macam serabut di membran
timpani, sirkular dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya
refleks cahaya yang berupa kerucut itu.
Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang
tersusun dari luar ke dalam, yaitu maleus, inkus dan stapes.
Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan.
Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada
inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong
yang
berhubungan
dengan
koklea.
Hubungan
antara
tulang-tulang
ototoksik
seperti streptomisin,
akan terdapat
gejala gangguan
b. Trauma
Pinna dapat mengalami trauma, baik dari benturan langsung atau suhu
yang ekstrem. Benturan keras pada telinga dapat menyebabkan
perdarahan
antara
tulang
rawan
dan
membran
di
atasnya,
c. Infeksi
Kulit adalah halus, mudah terkelupas sehingga mudah meradang. Hal
ini bisa terjadi ketika berada di tempat yang panas, kondisi lembab
terutama ketika berenang dalam air yang terinfeksi yang menghasilkan
swimmers ear.
Penggunaan sarung bulu atau muffs pada telinga terutama dalam cuaca
panas dapat menghasilkan kondisi yang sangat panas dan lembab di
dalam saluran telinga sehingga daerah ini rentan terhadap infeksi,
insersi dan pengeluaran penyumbat telinga atau ear plug bisa
menghasilkan peradangan (Alberti, 1999).
Spektrum infeksi mencakup bentuk-bentuk akut atau kronis. Dalam hal
infeksi perlu dipertimbangkan agen bakteri, jamur dan virus (Boies,
1997).
d. Serumen
Serumen ialah hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa,
epitel kulit yang terlepas dan partikel debu. Dalam keadaan normal,
f. Tumor
Tumor ganas yang paling sering dijumpai di kanalis auditori eksterna
adalah karsinoma sel skuamosa. Karsinoma sel skuamosa dan tumor
kanalis auditori eksterna lain seperti karsinoma sel basal dan
melanoma, biasanya menyebabkan gangguan pendengaran konduktif
akibat oklusi kanalis auditori eksterna (Weber et al. 2009).
g. Polip jinak
Polip jinak dapat terjadi akibat kondisi otologik lain, seperti infeksi
telinga kronis atau kolesteatoma.
Kadang-kadang, polip jinak dapat tumbuh cukup besar untuk
mengaburkan lumen kanalis auditori eksterna (Weber et al. 2009).
h. Penyakit sistemik
Diabetes mellitus dan kondisi-kondisi lain yang dapat mengakibatkan
kompromi
sistem
imun
dapat
menjadi
faktor
predisposisi
Dermatologi
Penyakit kulit tertentu seperti psoriasis dapat menyebabkan lesi pada
kanalis auditori eksterna dan meatus (Weber et al. 2009).
Lesi tersebut dicirikan oleh kemerahan, rasa gatal, pembengkakan, dan
stadium eksudat cair yang diikuti oleh pembentukan krusta (Boies,
1997).
Insersi dan pengeluaran penyumbat telinga atau ear plug dengan
tangan yang kotor dapat menyebabkan dermatitis kontak pada liang
telinga (Alberti, 1999).
b. Trauma
Benturan langsung
Benda asing
Membran timpani dapat megalami perforasi langsung akibat
tusukan benda tajam di dalam telinga atau dengan ledakan
(Alberti, 1999).
Barotrauma (Aerotitis)
Barotrauma adalah keadaan dengan terjadinya perubahan
tekanan yang tiba-tiba di luar telinga tengah sewaktu di dalam
pesawat terbang atau menyelam, yang menyebabkan tuba
Eustachius gagal untuk membuka. Apabila perbedaan tekanan
melebihi 90 cmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak
mampu membuka tuba. Pada keadaan ini terjadi tekanan
negatif di rongga telinga tengah, sehingga cairan keluar dari
pembuluh darah kapiler mukosa dan kadang-kadang disertai
dengan ruptur pembuluh darah, sehingga cairan di telinga
tengah dan rongga mastoid tercampur darah (Djaafar et al.
2007).
Penyelam akan mengalami penyumbatan atau perdarahan
telinga tengah jika mereka tidak dapat membersihkan telinga
ketika sedang naik atau turun. Aktivitas menyelam dalam air
yang dingin dapat menganggu fungsi tuba Eustachius, dengan
demikian menurunkan kemampuan untuk menyamakan tekanan
telinga tengah (Alberti, 1999).
d. Infeksi
Penyebab paling umum penyakit telinga tengah adalah infeksi saluran
pernafasan akut yang menyebabkan otitis media akut atau otitis media
kronis. Telinga tengah yang menjadi bagian dari saluran pernafasan
adalah rentan pada infeksi yang sama dengan hidung dan sinus
(Alberti, 1999).
Pada gangguan ini biasanya terjadi disfungsi tuba Eustachius seperti
obstruksi yang diakibatkan oleh infeksi saluran nafas atas, sehingga
timbul tekanan negatif di telinga tengah.
Sebaliknya, terdapat gangguan drainase cairan telinga tengah dan
kemungkinan refluks sekresi esofagus ke daerah ini yang secara
normal bersifat steril.
Cara masuk bakteri pada kebanyakan pasien kemungkinan melalui
tuba Eustachius akibat kontaminasi sekret dalam nasofaring. Bakteri
juga dapat masuk telinga tengah bila ada perforasi membran timpani.
Eksudat purulen biasanya ada dalam telinga tengah dan mengakibatkan
gangguan pendengaran konduktif (Djaafar et al. 2007).
e. Tumor
Kolesteatoma
Kolesteatoma
adalah
suatu
kista
epitelial
yang
berisi
Akumulasi ini
b. Presbikusis
Presbikusis
adalah
gangguan
pendengaran
sensorineural
yang
c. Infeksi
Infeksi telinga dalam yang paling umum pada orang dewasa adalah
viral cochleitis, dan meningitis pada anak-anak (Weber et al. 2009).
Meningitis umumnya mempengaruhi telinga dalam karena cairan
perilimfa mempunyai kontinuitas langsung dengan cairan serebro
spinal. Meningitis mengakibatkan respon inflamatori akut pada
meninges dan juga pada koklea yang sama sekali menghancurkan
koklea (Alberti, 1999).
d. Penyakit Meniere
Penyakit Meniere adalah gangguan pendengaran akibat pembengkakan
rongga endolimfa (Levine, 1997).
Penderita penyakit Meniere mempunyai keluhan seperti serangan
episodik vertigo, tinnitus, dan gangguan pendengaran sensorineural
(Weber et al. 2009).
e. Kebisingan
f. Trauma
Barotrauma telinga dalam dapat terjadi apabila terdapat perbedaan
tekanan antara telinga tengah dan telinga dalam yang menyebabkan
ruptur tingkap bundar dan lonjong.
Trauma
penetrasi
dapat
menyebabkan
gangguan
pendengaran
g. Tumor
Tumor yang paling umum menyebabkan gangguan pendengaran
sensorineural adalah neuroma akustik, yang berasal dari bagian
vestibular saraf kranialis yang kedelapan (Weber et al. 2009).
i.
Wegener,
sindrom Cogan,
j.
Obat-obatan ototoksik
Penggunaan
obat-obatan
ototoksik
pada
telinga
normal
bisa