DEFINISI
Anemia aplastik adalah suatu penyakit kegagalan sumsum tulang
untuk membentuk sel-sel darah yang cukup. Sumsum tulang
merupakan bagian dalam tulang berupa jaringan lunak, yang
memproduksi 3 tipe dari sel darah, yaitu :
II.
EPIDEMIOLOGI
Di temukan lebih dari 70% anak-anak menderita anemia aplastik
derajat berat pada saat di diagnosis. Tidak ada perbedaan secara
bermakna antara laki dan perempuan, namun dalam beberapa
penelitian tampak insidens laki-laki lebih banyak dibandingkan wanita.
Penyakit ini termasuk penyakit yang jarang dijumpai di Negara barat
dengan insiden 1-3/juta/tahun. Namun Negara timur seperti Thailand,
Negara asia lainnya termasuk Indonesia, Taiwan dan Cina, insidenya
jauh lebih tinggi. Penelitian pada tahun 1991 di Bangkok didapatkan
insidens 3.7/1juta/tahun. Perbedaan ini diperkirakan oleh karena
adanya faktor lingkungan seperti pemakaian obat-obatan yang tidak
pada tempatnya, pemakaian pestisida serta insidens virus hepatitis
III.
yang tinggi.1
ETIOLOGI
Penyebab anemia aplastik sebagian besar (50-70%) tidak
diketahui, atau bersifat idiopatik. Kesulitan dalam mencari penyebab
penyakit ini disebabkan oleh proses penyakit yang berlangsung
perlahan-lahan.5
Paparan terhadap beberapa obat-obatan ataupun bahan-bahan
kimia dapat meningkatkan faktor risiko terkena anemia aplastik.
Sangat penting menyadari bahwa penggunaan obat-obat tertentu aman
bagi orang yang menggunakannya. Pada beberapa kasus, misalnya,
beberapa orang menderita anemia aplastik setelah menggunakan
beberapa obat-obatan. Demikian juga beberapa virus dihubungkan
dengan anemia aplastik. Namun, anemia aplastik yang terjadi akibat
infeksi virus sangat kecil persentasinya.5
PENYEBAB
JENIS
CONTOH
Obat-obatan
NSAID
Indometasin(Indocin),
1.
Tolbutamide, Carbutamide,
Chlorpropamide
Furosemide (Lasix), Thiazide
Obat Malaria
Kloroquin
Golongan Phenothiazine
Thorazine, Compazine
Allopurinol
Zyloprim
Anti Agregasi
Ticlodipine
Karbamazepin (Tegretol ),
Fenitoin (Dilantin), dan Asam
Valproat
Mesalazine
Golongan aminosalisilat
2.
Bahan Kimia
Benzena
Pestisida
3.
MDMA(ekstasi)
Sulfonamid, Penisilin,
Kloramfenikol
Propylthiouracil, Metimazole
(Tapazole)
Azetasolamide, Methazolamide
Hepatitis
Virus
Epstein-Barr virus,
Cytomegalovirus (CMV),
Parvovirus B19, HIV
Kehamilan
Penyakit Autoimun
Systemic Lupus
Eritematous(SLE), Rheumatoid
Arthritis
Radiasi
IV.
KLASIFIKASI
Berdasarkan derajat pansitopenia darah tepi, anemia aplastik
dapat diklasifikasikan menjadi tidak berat, berat, atau sangat berat.
Risiko morbiditas dan mortalitas lebih berkolerasi dengan derajat
Kriteria
Sumsum tulang hiposeluler namun sitopenia
tidak memenuhi kriteria berat
Selularitas
tulang
V.
PATOGENESIS
Patogenesis Anemia Aplastik1,5,9,10
Mekanisme terjadinya anemia aplastik diperkirakan melalui :
1. Kerusakan sel induk (seed theory)
yang
bermakna
dalam
jumlah
sel
induk
diketahui.
Mediator
yang
menyebabkan
supresi
limfosit
penderita
anemia
aplastik
mendukung
stroma fungsinya masih normal masih dapat memproduksi faktorfaktor pertumbuhan dalam jumlah cukup berdasarkan penelitian
yang dilakukan dengan transplantasi sel induk (Stem Cell
Transplantation) yang memperlihatkan bahwa hal ini jarang
terjadi karena sel induk donor yang normal biasanya mampu hidup
dalam rongga sumsum tulang resepien.
Kelainan imunologik diperkirakan menjadi penyebab dasar
dari kerusakan sel induk dan kerusakan lingkungan mikro sumsum
tulang.5 Kenyataan
bahwa
terapi
imunosupresif
memberikan
GAMBARAN KLINIS
a.
Gejala-gejala
tersebut
apabila
diklasifikasikan
b.
perdarahan
subkonjungtiva,
perdarahan
gusi,
d.
atau
d.
e.
VII.
KRITERIA DIAGNOTIK
Pada dasarnya diagnosis anemia aplastik dibuat berdasarkan
adanya pansitopenia atau bisitopenia di darah tepi dengan hipoplasia
sumsum tulang, serta dengan menyingkirkan adanya infiltrasi atau
supresi pada sumsum tulang. Kriteria diagnosis anemia aplastik
menurut International Agranulocytosis and Aplastic Anemia Study
Group (IAASG) adalah:1,5
1. Satu dari tiga sebagai berikut :
a. Hemoglobin kurang dari 10 g/dl, atau hematokrit
kurang dari 30%
b. Trombosit kurang dari 50 x109/L
c. Leukosit kurang dari 3,5 x109L, atau netrofil kurang
dari 1,5 x109/L
2. Dengan retikulosit <30x109L (<1%)
3. Dengan gambaran sumsum tulang (harus ada spesimen
adekuat) :
a. Penurunan
selularitas
dengan
hilangnya
atau
neoplastik
Pansitopenia karena obat sitostatika atau radiasi terapeutik
harus diekslusi.
Setelah diagnosis ditegakkan maka perlu ditentukan derajat
penyakit anemia aplastik. Hal ini sangat penting dilakukan
karena menentukan strategi terapi. Pada anemia aplastik berat
pasien mengalami pansitopenia dengan memenuhi 2 dari 3
keriteria berikut ini :
Granulosit < 500/mm3
Eritropoesis
mungkin
dapat
merefleksikan
makrositosis
Terapi kausal5
Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen penyebab.
Hindarkan pemaparan lenih lanjut terhadap agen penyebab yang
a.
b.
c.
3.
juga
dilaporkan
keberhasilan
pemberian
KOMPLIKASI2
Komplikasi utama pansitopenia berat adalah sebagian besar
berhubungan dengan keadaan yang mengancam jiwa berkaitan dengan
pansitopenia yang berkepanjangan atau infeksi sekunder akibat
neutropenia yang juga berkepanjangan. Pasien dengan neutropenia
berkepanjangan akibat kerusakan sumsum tulang tidak hanya berisiko
untuk terkena infeksi bakteri tetapi juga infeksi jamur yang invasif.
Terdapat prinsip umum perawatan suportif yang telah dikembangkan
berdasarkan pengunaan kemoterapi tentang untuk menekan infeksi
jamur yang invasif sebaiknya juga digunakan untuk mengobati pasien
X.
dengan pansitopenia.
PROGNOSIS1,2
Prognosis bergantung pada :
1.
Gambaran sumsum tulang hiposeluler atau aseluler.
2.
Kadar Hb F yang lebih dari 200 mg% memperlihatkan prognosis
3.
4.