Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saluran kemih atau traktus urinarius adalah bagian penting dari tubuh
manusia yang terutama bertanggung jawab untuk menyeimbangkan air dan
elektrolit tertentu seperti kalium dan natrium, membantu mengatur tekanan
darah dan melepaskan produk limbah yang disebut urea dari darah. Traktus
urinarius merupakan sistem yang terdiri dari organ-organ dan strukturstruktur yang menyalurkan urin dari ginjal keluar tubuh. organ-organ pada
sistem kemih antara lain sepasang ginjal, sepasang ureter, vesica urinaria,
dan ureter. Urin dihasilkan di ginjal melalui beberapa proses yaitu infiltrasi,
reabsorpsi, augmentasi, sekresi, dan kemudian akan di ekskresikan.
Dalam proses penghasilan urin, terkadang didapatkan suatu anomali, salah
satunya hematuria. Hematuria merupakan urin yang mengandung sel darah
merah. Hematuria terdiri dari hematuria makroskopik dan hematuria
mikroskopik. Hematuria makroskopik selanjutnya dapat dibedakan menjadi
hematuria inisial, hematuria terminal, dan hematuria total berdasarkan
waktu munculnya darah saat miksi.
Penyebab hematuria dikarenakan oleh kelainan dalam atau di luar sistem
saluran kemih. Kelainan yang berasal dari saluran kemih antara lain berupa
infeksi, batu saluran kemih dan tumor jinak atau ganas; seperti tumor ginjal,
tumor buli, tumor prostat, dan hiperplasia prostat jinak. Didapatkan juga
nyeri yang menyertai hematuria. Dapat berasal dari nyeri di saluran kemih
bagian atas berupa kolik atau gejala iritasi dari saluran kemih bagian bawah.
Hematuria merupakan pertanda dari penyakit yang perlu segera
ditindaklanjuti secara serius. Untuk itu, disarankan semua penderita

hematuria untuk rutin melakukan pemeriksaan urinalisis yang bertujuan


untuk memastikan adanya sel darah merah dalam urin dan tingkat
keparahannya. Adapun penatalaksanaan pertama mengatasi hematuria ini
adalah dengan melakukan diagnosis masalah primer penyebab hematuria.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui penyebab hematuria
pada traktur urinarius yang berhubungan dengan kasus bedah serta
penatalaksanaan secara tepat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hematuri adalah didapatkannya sel darah merah di dalam urin. Sel darah
merah berasal dari sepanjang saluran kencing, dari glomerulus sampai uretra
distal. Sel darah merah atau eritrosit dalam urin mungkin saja normal secara
morfologi/eumorfik, hancur, atau berbentuk tak beraturan/dismorfik
(Gambar 1). Keberadaan eritrosit dismorfik mengarahkan kepada sebuah
penyebab glomerular pada eritrosit. Hal yang perlu ditegaskan bahwa
beberapa spesimen urin menunjukan campuran dari eritrosit eumorfik dan
dismorfik.

Gambar 1. Sedimen Sel Darah Merah dalam Urin.

Hematuria dapat dibedakan menjadi hematuria makro dan hematuria mikro,


Hematuria makro bisa dilihat oleh mata dan bisa berwarna merah pucat,
coklat, teh tua, atau berwarna seperti coca cola. Pada hematuria
mikroskopik, warna urin adalah normal tetapi pada pemeriksaan urinalisis
didapatkan darah positif. Ditemukannya lebih dari 5 eritrosit per lapang
pandang besar urin segara yang telah disentrifugasi dinyatakan sebagai

hematuria. Kadang didapatkan juga keadaan dimana eritrosit terdapat dalam


urin, namun dalam pemeriksaan mikroskop negatif (negatif palsu) atau
menghasilkan positif palsu.
2.2 Epidemiologi
Insiden hematuria kasar tidak diketahui secara pasti, tetapi pastinya kurang
lebih sedikit dibandingkan dengan hematuria mikroskopik. Meskipun,
etiologi sering dengan mudah ditentukan, namun sisa diagnosis yang sulit
ditentukan banyak. Setiap dikonfirmasikan hematuria, penting untuk
mengkategorikan sebagai hematuria glomerular atau non glomerular, jadi
evaluasi bisa fokus pada diagnosis tertentu. Menentukan lokasi perdarahan
akan memandu pada gejala-gejala yang berhubungan, riwayat penyakit
dahulu, riwayat penyakit keluarga, pemeriksaan, dan karakteristik urin.
2.3 Etiologi
Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam
atau kelainan yang berada di luar sistem urogenitalia. Penyebab paling
umum hematuria pada populasi orang dewasa ialah infeksi saluran kemih,
batu saluran kemih, pembesaran prostat jinak, dan keganasan dalam urologi.
Namun, diferensial lengkap sangat luas, beberapa insiden khusus kondisi
yang berhubungan dengan hematuria bervariasi dengan umur pasien, jenis
hematuria (makroskopik atau mikroskopis, gejala atau tanpa gejala), dan
adanya faktor risiko keganasan. Secara keseluruhan, sekitar 5% pasien
dengan hematuria mikroskopis dan sampai dengan 40% pasien dengan
hematuria

makroskopik

ditemukan

pada

neoplasma

dari

saluran

genitourinaria. Sebaliknya, pada hingga 40% pasien dengan asimptomatik


mikrohematuria, sulit diidentifikasikan penyebabnya. Akibatnya, dokter
harus mempertimbangkan hematuria yang tidak jelas penyebabnya dari
tingkat manapun dan mampu mempertimbangkan kemungkinan suatu
keganasan .

Tabel 1. Beberapa penyebab hematuria makroskopis.

Kelainan yang berasal dari sistem urogenitalia antara lain adalah:


-

Infeksi: pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis, sistitis, dan uretritis.


Tumor jinak atau tumor ganas: tumor ginjal (tumor Wilms), tumor
grawitz, tumor pielum, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan

hiperplasia prostat jinak.


Kelainan bawaan sistem urogenitalia: kista ginjal.
Trauma yang mencederai sistem urogenitalia.
Batu saluran kemih.

Kelainan-kelainan yang berasal dari luar sistem urogenitalia antara lain


adalah:
-

Kelainan pembekuan darah (diathesis haemorrhagic).


Systemic lupus eritematosus (SLE).
Penggunaan antikoagulan atau proses emboli pada fibrilasi atrium
jantung maupun endokarditis.

Gambar 2. Penyebab hematuria berdasarkan lokasi.

2.4 Klasifikasi
2.4.1 Hematuria makroskopik
Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata
dapat dilihat sebagai urin yang berwarna merah, mungkin tampak
pada awal miksi atau pada akhirnya yang berasal dari daerah posterior
uretra atau leher kandung kemih.
Urin berwarna merah atau merah jambu memberi kesan perdarahan
non-glomerular. Dibawah mikroskop, sel darah merah akan tampak
seragam. Proteinuria secara khas minimal, tetapi jika terlalu banyak
darah pada urin, proteinuria +2 mungkin tampak pada hematuria non
glomerular. Keadaan klots atau kristal akan mendukung penyebab non
glomerular. Hal ini membantu untuk menentukan apabila perubahan
warna urin terjadi ketika urin mengalir.
Hematuria awal atau hematuria akhir akan memberi kesan apakah
hematuria di uretra atau vesika urinaria. Pemeriksaan genital
dibutuhkan untuk menilai bukti trauma, iritasi, atau infeksi.

Pemeriksaan abdomen seharusnya meliputi penilaian terhadap masa


dan nyeri (misalnya tumor Wilms).
Nyeri suprapubik dapat ditemukan pada infeksi saluran kencing,
sedangkan nyeri sudut kostovetebra mungkin memberi kesan infeksi
atau obstruksi, seperti yang mungkin terjadi pada nefrolitiasis.
Penyebab terbanyak dari hematuri non glomerular adalah infeksi,
uretrorhagia, trauma, hipekalsiuria, nefrolitiasis, dan kegiatan fisik.
Penyebab lain meliputi benda asing penyakit polikistik ginjal
autosimal-dominan, trait sickle sel dan anemia, dan tumor Wilms.
Terjadinya hematuria setelah trauma ringan mengarahkan untuk non
glomerular.
Riwayat

infeksi

tentang

keadaan

abnormal

anatomi

seperti

hidronefrosis atau kista ginjal. Gejala yang berhubungan seperti nyeri


perut atau punggung, disuri, frekuensi, urgensi mengarahkan ke
penyakit

non-glomerular.

Riwayat

infeksi

saluran

kemih,

hidronefrosis, kista ginjal, sikle sel dan perdarahan akan berhubungan.


Temuan

yang

berhubungan

dari

riwayat

keluarga

meliputi

nefrolitiasis, reflux vesikoureter, infeksi saluran kecing, dan penyakit


sickle sel. Pada pemeriksaan fisik seharusnya dinilai apakah terdapat
masa pada abdomen, nyeri ketok sudut costovertebra, nyeri abdomen
atau suprapubik, dan bukti trauma atau kekerasan.
Urin yang berwarna coklat atau warna air teh, merupakan karakteristik
hematuria glomerular. Pada beberapa kasus, urin akan tampak merah
gelap, menyaebabkan keraguan menentukan lokasi perdarahan.
Temuan yang sedang berlansung yaitu proteinuria (+2 atau lebih) dan
serpihan sel memberi kesan hematuria glomerular. Dibawah
mikroskop sel darah merah akan menunjukan variasi dalam ukuran.
Penyebab terbanyak hematuria glomerular termasuk glomerulonefritis
pascainfeksi, Henoch-Schonlein purpura, nefropati IgA. Dan yang
jarang Sindrom Alport, SLE, dan tipe lain dari glomerulonefritis akut
atau kronik. Gejala oliguri, kehilangan berat badan yang tidak dapat

dijelaskan, atritis, atralgia, faringitis atau impetigo, ruam, dispneu atau


fatigue akan mengarahkan tentang penyakit glomerular. Riwayat
keluarga seharusnya memperlihatkan tentang hematuria, kehilangan
pendengaran pada remaja dan dewasa, gagal ginjal,dan penyakit
spesifik lainnya seperti Sindrom Alport atau SLE.
Hematuria makroskopik yang berlangsung terus menerus dapat
mengancam jiwa karena dapat menimbulkan penyulit berupa:
terbentuknya gumpalan darah yang dapat menyumbat aliran urin,
eksanguinasi sehingga menimbulkan syok hipovolemik/anemi dan
menimbulkan urosepsis.
Tabel 2. Temuan pemeriksaan fisik pada hematuria makroskopik.
Temuan
Hipertensi
Edema
Purpura
Ruam kulit
Abnormalitas genitalia
CVA (costovertebrae angle)
tenderness
Bengkak/nyeri sendi
Nyeri suprapubik
Massa intra abdominal
Ikterik
Kehilangan pendengaran

2.4.2

Kemungkinan penyebab
Penyakit glomerular karena post infeksi
glomerulonefritis, obstruksi, trauma
Kebanyakan glomerulonefritis
Vaskulitis
Penyakit reumatologi karena SLE
Trauma genital
Nefrolitiasis atau pielonefritis
Penyakit reumatologi karena SLE
Tumor Wilms
Obstruksi ureteropelvico junction (UPJ)
Penyakit sel bulan sabit
Sindrom Alport

Hematuria mikroskopik
Hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata tidak
dapat dilihat sebagai urin yang berwarna merah tetapi pada
pemeriksaan mikroskopik diketemukan lebih dari 2 sel darah merah
per

lapangan

pandang.

Meskipun

makroskopik

hematuria

didefinisikan didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urin, ada


kontroversi mengenai definisi yang tepat dari hematuria mikroskopik.
American Urological Association (AUA) mendefinisikan hematuria
mikroskopis klinis yang signifikan karena terdapat lebih dari 3 sel
darah merah (sel darah merah) pada lapangan pandang besar pada 2
8

dari 3 spesimen urin dikumpulkan dengan selama 2 sampai 3 minggu.


Namun, pasien yang berisiko tinggi untuk penyakit urologi harus
dievaluasi secara klinis untuk hematuria jika urinalisis tunggal
menunjukkan 2 atau lebih sel darah merah pada lapangan pandang
besar.

Gambar 3. Makroskopik Hematuria dan Microscopic Hematuria


2.5 Penegakkan Diagnosis
Hematuri merupakan gejala yang penting dan serius, serta dapat disebabkan
oleh berbagai penyakit. Agar diagnosis penyebab hematuri dapat ditegakkan
secara pasti, diperlukan pemeriksaan yang sistematik dan terarah meliputi
anamnesis, pemerikasaan fisik, laboratorium, pemeriksaan khsusus lainnya,
dan menghindari pemeriksaan yang tidak perlu.
Karakteristik suatu hematuria dapat dipakai sebagai pedoman untuk
memperkirakan lokasi lokasi penyakit primernya, yaitu apakah terjadi pada
awal miksi, semua proses miksi, atau pada akhir miksi.
- Evaluasi Diagnosis
Harus diyakinkan dahulu, benarkah seorang pasien menderita hematuria,
pseudo hematuria, atau perdarahan per-uretra. Pseudo atau false
hematuria adalah urin yang berwarna merah atau kecoklatan yang bukan
disebabkan sel-sel darah merah. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
karena hemoglobinuria, mioglobinuria, konsentrasi asam urat yang

meningkat, sehabis makan/minum bahan yang mengandung pigmen


tumbuh-tumbuhan yang berwarna merah, atau setelah mengkonsumsi
beberapa obat-obatan tertentu antara lain: fenotiazin, piridium, porfirin,
rifampisin, dan fenolftalein.
Perdarahan per-uretra adalah keluarnya darah dari meatus uretra eksterna
tanpa melalui proses miksi, hal ini sering terjadi pada trauma uretra atau
tumor uretra. Hemoglobinuria tanpa hematuria dapat disebabkan oleh
adanya hemolisis. Mioglobinuria tanpa hematuria terjadi pada sindrom
rabdiomiolisis setelah cedera otot rangka dan disertai peningkatan sebanyak
lima kali pada kadar kreatin kinase plasma. Rabdomiolisis dapat terjadi
secara sekunder akibat miositis viral, luka remuk, abnormalitas elektrolit
berat (hipernatremia, hipofosfatemia), hipotensi, koagulasi intravaskulas
terdisseminasi (DIC), toksin (obat, racun), dan kejang berkepanjangan. Urin
tanpa heme dapat terlihat merah, coklat kola, atau merah keunguan akibat
konsumsi berbagai jenis obat, makanan atau pewarna makanan. Urin dapat
berwarna coklat kehitaman atau hitam jika terdapat berbagai kelainan
metabolit urin.
Penyebab hematuria di saluran kemih bagian bawah berasal dari sistem
pelvokaliks, ureter, kandung kemih dan uretra. Hematuria yang berasal dari
nefron seringkali tampak sebagai urin berwarna coklat, coklat cola, atau
merah keunguan, disertai proteinuria (>100 mg/dL dengan dipstick),
terdapat cast SDM dan akantosit atau kelaianan bentuk SDM lain pada
pemeriksaan mikroskopik urin. Hematuria yang berasal dari tubulus
kontortus dapat dilihat dari keberadaan cast leukosit atau sel epitel tubulus
renal.
Hematuria dari saluran kemih bagian bawah umumnya dihubungkan dengan
hematuria berat, hematuria terminal (hematuria terjadi pada saat aliran urin
akan berakhir), bekuan darah, morfologi urin SDM normal, dan proteinuria
minimal pada dipstick (<100 mg/dL).

10

Penyebab negatif palsu pada urinalisis sel darah merah dapat berupa:
-

Kontaminasi dengan hipoklorit,


jumlah bakteri yang tinggi,
kontaminasi eksternal (menstruasi, darah perianal),
kontaminasi dengan betadin,
urin cair (sel darah merah lisis),
kadar vitamin C yang tinggi pada urin,
pencaumpuran urin yang tidak adekuat,
hemoglubinuria,
mioglubinuria,
kadar nitrat urin > 10 mg/dL.

11

Penyebab positif palsu pada urinalisis sel darah merah dapat berupa:
Faktor pengobatan
-Doksorubisin
-Klorokuin
-Deferosamin
-Ibuprofen
-Iron sorbitol
-Nitrofuranion
-Fenazopiridin
-Fenolftalin
-Rifampisin

Makanan
- Ubi
- Blackberry
- Pewarna
makanan

Metabolit
- Bile pigments
- Asam homogen
- Melanin
- Metemoglobin
- Porfitin
- Urates

Hematuria sering dijumpai pada kelainan ginjal dan saluran kemih, meskipun
prevalensi hematuria mikroskopik asimtomatik pada anak sekolah hanyalah
sebesar 0.5 - 1.6%. Hematutria pada anak dapat dijumpai dalam berbagai keadaan,
seperti misalnya: sebagai bagian dari suatu episode hematuria makroskopik,
sebagai gejala dari infeksi saluran kemih atau sebagai gejala lain yang secara
kebetulan dijumpai pada saat pemeriksaan rutin.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik memegang peran penting dalam menegakkan
diagnosis pada hematuria. Bila ada demam, letargi, nyeri perut, sembab atau
gejala-gejala spesifik saluran kemih seperti misalnya disuria, ngompol lagi, sering
kencing, maka diagnosis kemungkinan besar infeksi saluran kemih. Kolik daerah
pinggang sebelum timbulnya hematuria, kemungkinannya adalah batu ginjal atau
ureter, yang kalau ditelusuri mungkin ada riwayat pernah keluar pasir waktu
kencing. Adanya nyeri telan atau radang tenggorok 10-14 hari (atau infeksi kulit
4-6 minggu) sebelum terjadinya hematuria, maka kemungkinan terbesar adalah
glomerulonefritis pasca streptokokus. Bila ada riwayat ruam kulit, terutama bila
terjadi ruam kupu di daerah wajah, mungkin itu suatu lupus eritematosus sistemik,
atau bila ruam berbentuk purpura maka kemungkinannya adalah purpura Henoch
Schnlein.
Riwayat penyakit dahulu juga perlu dilacak seperti misalnya riwayat adanya
trauma ginjal, gangguan faal hemostasis, atau hematuria dalam keluarga. Adanya
riwayat ketulian dengan gagal ginjal dalam keluarga terutama pada keluarga laki-

12

laki sangat mungkin satu sindrom Alport. Demikian pula adanya riwayat penyakit
ginjal polikistik autosomal dominan dalam keluarga.
Meskipun pemeriksaan fisik tidak terlalu penting dalam menegakkan diagnosis
hematuria, namun adanya pembesaran ginjal, kelainan pada genitalia, atau adanya
ruam kulit atau nyeri sendi akan dapat membantu menegakkan diagnosis. Dalam
menangani anak-anak dengan hematuria hendaklah selalu dilakukan anamnesis
dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh. Tidak semua anak dengan hematuria
membutuhkan pemeriksaan yang sama. Satu-satunya pemeriksaan laboratorium
yang sama untuk semua anak dengan berbagai gejala hematuria hanyalah
pemeriksanan urinalisis dengan pemeriksaan mikroskop. Pemeriksaan lainnya
tergantung dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan kelainan urinalisis.
Sebagian besar kasus-kasus hematuria memerlukan penanganan oleh spesialis
nefrologi anak. Rujukan kepada spesialis bedah urolologi lebih terbatas, termasuk
diantaranya adalah batu yang berdiameter lebih dari 5 mm yang tidak bisa keluar
sendiri, trauma ginjal, kelainan anatomi, atau hematuria gross yang berasal dari
saluran kemih.

13

Penyebab Hematuri Pada anak :

Hematuria pada geriatri pria biasanya disebabkan oleh benign prostat hyperplasia
(BPH), prostatitis, striktur uretra, batu vesika urinaria dan infeksi pada vesika.
Sedangkan penyebab hematuria paling sering pada geriatri perempuan disebabkan
oleh sistitis, infeksi pada vesika urinari, batu ginjal, pielonefritis dan kanker
vesika urinari.
2.5.1

Anamnesis
Dalam mencari penyebab hematuria perlu dicari data yang terjadi
pada saat episode hematuria, antara lain:
1. Deskripsi detail urin
Langkah pertama dalam mengevaluasi pasien dengan hematuria
kasar adalah memperoleh deskripsi detail dari urin, termasuk onset
dan durasi perubahan warna serta apakah persisten atau intermiten.
Warna urin seperti teh, coklat, atau coca-cola mengarahkan

14

glomerulus sebagai etiologinya, sedangkan warna merah muda atau


merah terang berupa bercak pada urin mengindikasikan perdarahan
saluran cerna bawah.
Urin yang keruh mengarahkan kepada terdapatnya sel dalam urin
memberi kesan penyakit glomerular atau infeksi. Adakalanya
presipitat kristal kalsium dan fosfat membuat urin menjadi keruh,
hal ini tampak pada keadaan patologis seperti pada nefrolitiasis
tetapi mungkin juga tampak pada ekskresi urin normal dari
substansi tersebut (terutama jika urin bersifat alkali).
2. Bekuan darah
Selanjutnya perlu ditanyakan pada pasien apakah urin yang keluar
bersama dengan gumpalan atau bekuan darah atau tidak. Urin yang
keluar dengan gumpalan-gumpalan bekuan darah memberikan
kesan secara tidak langsung bahwa sel darah merah yang keluar
dalam jumlah yang banyak.
Bentuk bekuan darah juga seringkali dapat mengisyaratkan
darimana darah berasal, bentuk bekuan darah seperti lidi atau
cacing sering menunjukkan bahwa asal perdarahan dari ginjal,
karena mengikuti dengan anatomi ureter yang panjang dan sempit.
Gumpalan darah yang bulat dan agak panjang seringkali
mengisyaratkan bahwa asal perdarahan berasal dari kandung
kemih. Namun tidak semua bentuk bekuan darah dapat selalu
menunjukkan asal perdarahan.
3. Gejala klinis
Anamnesis lebih lanjut seharusnya menilai hubungan gejala dan
tanda, termasuk frekuensi, urgensi, disuri, nokturia, dan eneuresis,
perubahan keluaran urin, nyeri perut atau pinggang, sembab pada
wajah atau ekstremitas, atau gejala sistemik seperti kehilangan
berat badan, lemah, demam, atralgia, atau ruam kulit.
Kita harus mengetahui riwayat penyakit sebelumnya atau trauma,
dan riwayat keluarga berupa penyakit glomerular, tubular, maupun
15

batu, riwayat keluarga dengan penyakit ginjal (termasuk nefritis


herediter, penyakit polikistik ginjal autosomal dominan maupun
resesif,

malformasi

kongenital,

atau

refluk

vesikoureteral,

nefrolitiasis, gagal ginjal stadium akhir/ dialisis/ transplantasi,


metabolik (seperti sistinuria, hiperoxaluria), penyakit vaskular
kolagen atau rematik, atau gangguan pendengaran seharusnya
diinvestigasi secara hati-hati.
4. Waktu
Hematuria dari saluran kemih bagian bawah umumnya dibagi
menjadi hematuri pada awal miksi, hematuri pada seluruh proses
miksi, dan hematuri pada akhir miksi
Terjadi
pada
Tempat
kelainan

Inisial
Awal Miksi
Uretra

Total
Seluruh proses
miksi
Buli-buli, ureter,
ginjal

Terminal
Akhir miksi
Leher buli-buli

Dari data yang diperoleh melalui pertanyaan yang diajukan, kadangkadang etiologi hematuri sudah dapat diduga seperti:
a. Pada glomerulonefritis akut post streptokokus (GNAPS), sakit
tenggorokan sering mendahului hematuri makroskopis 7-14 hari
sebelumnya. Keluhan sakit tenggorokan biasanya menghilang bila
hematuri mulai timbul. Sedangkan pada nefropati IgA, hematuri
makroskopis terjadi selama ISPA berlangsung dan biasanya
menghilang bersamaan dengan redanya ISPA tersebut.
b. Hematuri makroskopis tanpa rasa nyeri dengan warna urin seperti
air cucian daging (coke-colored urin) mungkin disebabkan oleh
glomerulonefritis. Bila urin berwarna merah terang biasanya
berkaitan dengan kelainan nonglomerulus seperti trauma, tumor,
kelainan koagulasi, tbc ginjal.
c. Sakit waktu miksi (disuri), sering miksi (polakisuri), ngompol
(enuresis), miksi mendesak (urgency), demam, merujuk ke arah
infeksi saluran kemih (ISK). Lebih lanjut bila hematuri disertai
demam, sakit pinggang, mungkin ISK bagian atas (pielonefritis);
tetapi bila disertai gejala lokal seperti nyeri suprapubik, disuri,
16

mungkin ISK bagian bawah. Disuri disertai hematuri yang timbul


pada permulaan miksi mungkin akibat uretritis anterior, dan bila
disertai hematuri terminal.
d. Mungkin akibat uretritis posterior atau batu kandung kemih. Nyeri
menyerupai kolik di daerah pinggang atau menyebar ke lipatan
paha mungkin akibat batu atau bekuan darah di ginjal atau ureter.
e. Riwayat penyakit ginjal kronis dalam keluarga dengan atau tanpa
gangguan pendengaran atau penglihatan, mendukung kearah
sindrom Alport.
f. Ada riwayat rash kulit (purpura), sakit sendi, sakit perut dan
demam mengarah ke kemungkinan sindrom Schonlein Henoch atau
lupus eritematosus sistemik.
g. Adanya trauma pada saluran kemih baik trauma tumpul maupun
trauma tajam.
Perlu ditanyakan juga beberapa faktor risiko untuk kanker urothelial
pada pasien dengan hematuria mikroskopis, yaitu :
a. Riwayat merokok, perokok pasif dan pemakaian tembakau
b. Kerja paparan bahan kimia atau pewarna (benzenes atau aromatic
amine)
c. Riwayat makroskopik hematuria sebelumnya
d. Usia di atas 40 tahun
e. Riwayat gangguan berkemih, nyeri saat berkemih, dan infeksi
saluran kemih
f. Riwayat herediter
g. Riwayat radiasi panggul.
5. Obat obatan
Terdapat beberapa obat obatan yang dapat menyebabkan seseorang
mengalami hematuria seperti obat golongan nsaid yaitu aspirin,
kelompok antibiotik makrosiklik yang disebut rifamisin yaitu
rifampisin, golongan flatein yang bersifat asam seperti fenoftalein obatobatan lain yaitu doksorubisin, klorokuin, deferosamin, iron sorbitol,
nitrofuranion, fenazopiridin.

2.5.2

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus fokus pada deteksi hipertensi yang hadir

17

bersamaan dengan sindrom nefritik dan penyakit pembuluh darah


ginjal, edema terkait dengan sindrom nefrotik,

massa perut atau

panggul teraba menyarankan ginjal neoplasma, dan adanya nyeri


ketok kostovertebral atau nyeri tekan suprapubik berhubungan dengan
infeksi

saluran kemih. Pemeriksaan rektal

mengungkapkan

nodularitas

prostat

atau

pada pria

pembesaran

dapat
sebagai

penyebab potensial.
Pada pemeriksaan diperhatikan adanya hipertensi yang mungkin
merupakan manifestasi dari suatu penyakit ginjal. Syok hipovolemik
dan anemia mungkin disebabkan karena banyak darah yang keluar.
Ditemukannya tanda-tanda perdarahan di tempat lain adalah petunjuk
adanya kelainan sistem pembekuan darah yang bersifat sistemik.
-

Pucat pada kulit dan konjungtiva sering terlihat pada pasien

dengan anemia.
Periorbital, skrotum, dan edema perifer, mungkin menunjukkan

hipoalbuminemia dari glomerulus atau penyakit ginjal.


Cachexia, mungkin menunjukkan keganasan.
Nyeri tekan dari sudut kostovertebral, dapat disebabkan oleh

pielonefritis atau dengan perbesaran massa seperti tumor ginjal.


Nyeri suprapubik, sistitis, baik yang disebabkan oleh infeksi,

radiasi, atau obat sitotoksik.


Kandung kemih tidak teraba ketika didekompresi. Dalam retensi
urin akut, biasanya terlihat dalam kasus-kasus BPH atau
obstruksi oleh bekuan, kandung kemih bisa diraba dan dapat

dirasakan hingga tingkat umbilikus.


Palpasi bimanual pada ginjal perlu diperhatikan adanya
pembesaran ginjal akibat tumor, obstruksi, ataupun infeksi
ginjal. Massa pada suprasimfisis mungkin disebabkan karena

retensi bekuan darah pada buli-buli.


Pada pemeriksaan genitalia eksterna dilakukan inspeksi untuk
melihat adanya tanda-tanda trauma pada alat genital, palpasi
untuk menilai adakah nyeri tekan dan apakah teraba massa pada
uretra.
18

Pada colok dubur, ukuran, bentuk dan konsistensi prostat dinilai


mengetahui adanya pembesaran prostat benigna maupun
karsinoma prostat. Setelah prostatektomi enukleasi maupun
endoskopik, simpai prostat dibiarkan sehingga pada colok dubur
memberikan kesan prostat masih membesar. Lobus medial
prostat yang mungkin menonjol ke kandung kemih umumnya
tidak dapat dicapai dengan jari. Karsinoma prostat menyebabkan
asimetri dan perubahan konsistensi setempat. Diagnosis
dipastikan melalui biopsi jarum transrektal.

2.5.3

Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:
- Pemeriksaan urin (urinalisis) dilakukan untuk pemeriksaan
mikroskopik, bakteriologik dan sitologik. Pemeriksaan urinalisis
dapat mengarah kepada hematuria yang disebabkan oleh faktor
glomeruler ataupun non glomeruler. Walaupun morfologi SDM
urin dapat normal pada perdarahan saluran kemih bawah dan
dismorfik pada perdarahan glomerular, morfologi sel tidak secara
pasti berhubungan dengan lokasi hematuria. Pada pemeriksaan pH
urin yang sangat alkalis menandakan adanya infeksi organisme
pemecah urea di dalam saluran kemih, sedangkan pH urin yang
sangat asam mungkin berhubungan dengan batu asam urat.
Sitologi urin diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya
-

keganasan sel-sel urotelial.


Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan Hb dapat menilai apakah
hematuri yang terjadi masif atau tidak dengan melihat kadar Hb
pasien, eritrosit, trombosit, leukosit juga dapat menilai apakah
terjadi infeksi dan kelainan darah pada pasien. Pemeriksaan
hapusan darah tepi dapat menunjukkan proses mikroangiopati
yang sesuai dengan sindrom hemolitik-uremik, trombosis vena
ginjal, vaskulitis, atau SLE. Pada keadaan terakhir, adanya
autoantibodi dapat ditunjukkan dengan reaksi Coombs positif,
adanya antibodi antinuclear, leukopenia dan penyakit multisistem.

19

Trombositopenia dapat diakibatkan oleh berkurangnya produksi


trombosit (pada keganasan) atau peningkatan konsumsi trombosit
(SLE, purpura trombositopenik idiopatik, sindrom hemolitik-

uremik, trombosis vena ginjal).


Pemeriksaan darah lainnya yang dilakukan yakni penentuan kadar
kreatinin, ureum dan elektrolit untuk mengetahui faal ginjal;
fosfatase asam yang mungkin meningkat pada metastase prostat,
dan fosfatase alkali yang dapat meningkat pada setiap jenis
metastase tulang. Kadar kalsium, fosfat, asam urat dan hormon

paratiroid ditentukan bila terdapat kemungkinan urolithiasis.


IVP adalah pemeriksaan rutin yang dianjurkan pada setiap kasus
hematuria & sering digunakan untuk menentukan fungsi ekskresi
ginjal. Umumnya, menghasilkan gambaran terang saluran kemih
dari ginjal sampai dengan kandung kemih, asal faal ginjal
memuaskan. Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu saluran
kemih, kelainan bawaan saluran kemih, tumor urotelium, trauma

saluran kemih, serta beberapa penyakit infeksi saluran kemih.


USG berguna untuk menetukan letak dan sifat massa ginjal dan
prostat (padat atau kista), adanya batu atau lebarnya lumen
pyelum, penyakit kistik, hidronefrosis, atau urolitiasis ureter,
kandung kemih dan uretra, bekuan darah pada buli-buli/pielum,
dan untuk mengetahui adanya metastasis tumor di hepar.
Ultrasonografi dari saluran kemih sangat berguna pada pasien
dengan hematuria berat, nyeri abdomen, nyeri pinggang, atau
trauma. Jika hasil penelitian awal ini tetap normal, disarankan

dilakukan pemeriksaan kreatinin dan elektrolit serum.


Endoultrasonografi, yaitu ekografi transurethral sangat berguna

untuk pemeriksaan prostat dan buli-buli.


Arteriografi dilakukan bila ditemukan tumor ginjal nonkista untuk
menilai vaskularisasinya walaupun sering digunakan CT-Scan
karena lebih aman dan informative. Bagian atas saluran kemih
dapat dilihat dengan cara uretrografi retrograd atau punksi

perkutan.
Pemeriksaan endoskopi uretra dan kandung kemih memberikan

20

gambaran jelas dan kesempatan untuk mengadakan biopsi.


Sistometrografi biasanya digunakan untuk menentukan

perbandingan antara isi dan tekanan di buli-buli.


Sistoskopi atau sisto-uretero-renoskopi (URS) dikerjakan jika
pemeriksaan penunjang di atas belum dapat menyimpulkan
penyebab hematuria.

2.6 Diagnosis Banding


Beberapa penyakit dengan manifestasi klinis hematuria, adalah:
2.6.1 BPH (benign hyperplasia prostate)
Pemeriksa
an fisik
pembesara
n prostat
pada
kandung
kemih
digital
dubur,
vesica
urinary
bulding (+)

Pemeriksaan
penunjang
PSA

Pemeriksaan
lainnya
USG transrectal
dari prostat:
ukuran prostat
meningkat,
volume> 40 g,
meningkatkan
ukuran lobus
median prostat
uroflowmetry
dengan
ultrasonografi
kandung kemih:
puncak laju aliran
rendah, vol.
residual tinggi
postvoid

21

2.6.2 Infeksi Saluran Kemih


Anamnesis
dysuria,
meningatnya
frekuensi
berkemih,
volume aurin
sedikit saat
berkemih,
nocturia, nyeri
suprapubic ,
pernah
menderita isk
sebelumnya
dan
mendapatkan
pengobatan,
riwayat
pyelonephritis
, riwayat gagal
pengobatan

Pemeriksaan
fisik
demam, nyerio
tekan
suprapubic,
bladder
distention pada
retensio urin,
cystocele pada
pemeriksaan
panggul

Pemeriksaan
penunjang
urinalysis: (+)
leukocyte
esterase, (+)
nitrite, pyuria
(>10 WBC per
HPF), bacteriuria

Pemeriksaan
lainnya
urin culture and
sensitivity:
>10,000 colony
forming unit/mL
urin

2.6.3 Pielonefritis akut


Anamnesis

Pemeriksaan
fisik
Nyeri
Nyeri ketok
pinggang,
kostovertebral,
demam,
nyeri
menggigil,
suprapubik,
mual,
demam,
muntah, sakit penurunan
perut, nyeri
bising usus
suprapubik,
hx dari
nefrolitiasis,
ISK dan
diabetes,
imunosupresi

Pemeriksaan
Pemeriksaan
penunjang
lainnya
urinalysis:
renal ultrasound
positive
: pembesaran
leukocyte
renal , hypoesterase,
echoic
positive
parenchyma with
nitrite,
loss of
pyuria (>10
corticomedullary
WBC/HPF),
differentiation
bacteriuria
contrast CT
urin culture
abdomen:
and
heterogeneous
sensitivity:
uptake of contrast
>10,000
(lobar nephronia),
colony
oedematous renal
forming
parenchyma,
unit/mL urin
perinephric
stranding,
intraparenchymal
22

gas in
emphysematous
pyelonephritis

2.6.4 Kanker Buli


Anamnesis
hematuria

Pemeriksaan fisik
massa panggul, nyeri

Pemeriksaan penunjang
urinalysis: RBCs

tanpa rasa

tekan sudut

sakit, disuria,

kostovertebral dari

atypical or malignant

frekuensi,

obstruksi; sering tidak

cells, signified by

urgensi, usia>

ada kelainan terdeteksi

increased clustering,

urin cytology:

50, hx iradiasi

increased cellularity, or

panggul, hx

altered nuclear

merokok,

morphology

penurunan

CT abdomen/IVU

berat badan,

: ureteral or renal

paparan

collecting system mass

lingkungan

or filling defect

cystoscopy:
bladder tumour

2.6.5 Alport Syndrome


Anamnesis
Hematuria
mikroskopis
berulang,
disertai
dengan
episode
makroskopi
k
hematuria,
gangguan
pendengara
n, riwayat
keluarga
dengan
kanker dari
hematuria,
gangguan

Pemeriksaan
fisik
Hipertensi,
oedema,
sensorineuron
al hearing
loss, anterior
lenticonus,
erosi kornea

Pemeriksaan
penunjang
urinalysis:
dysmorphic
red cells, red
cell casts,
proteinuria,
microalbumi
nuria
urea and
creatinine:
creatinine
>2.0, urea
>20
24-hour urin
collection
for protein :
>1 gram/24

Pemeriksaan
lainnya
skin biopsy:
positive
immunohistoche
mistry
renal biopsy:
diffuse thickening
and splitting of
the basement
membrane, focal
glomerulosclerosi
s and tubular
atrophy; negative
immunohistoche
mistry

23

pendengara
n, atau
penyakit
ginjal

hours

24

2.6.6 Kanker Prostate


Anamnesis Pemeriksaan
fisik
lanjut usia, Pada rectal
riwayat
toucher
keluarga
ditemukan
dengan
pembesaran
kanker,
prostat,
gejala
dengan
obstruktif
konsistensi
berkemih,
keras dan
penurunan permukaan
berat badan yang
berbenjolbenjol

Pemeriksaan
penunjang
PSA:
meningka
t, PSA>
0,75
mikrogra
m / L per
tahun
(0,75 ng /
mL per
tahun)

Pemeriksaan lainnya

transrectal
ultrasoundguided
prostate
biopsy :
confirmed
adenocarcino
ma

2.6.7 Batu Ginjal


Anamnesis
nyeri
pinggang,
nyeri yang
menjalar ke
selangkangan,
hematuria,
mual,
muntah, hx
sebelumnya
kalkuli,
riwayat
keluarga
dengan
kanker dari
nefrolitiasis,
hx gout, hx
penyakit
radang usus

Pemeriksaan
fisik
Nyeri ketok
costovertebral
angle

Pemeriksaan
penunjang
urinalysis :
haematuria,
pyuria,
crystalluria,
cysteine
crystals, acidic
or alkaline pH
non-contrast
CT abdomen:
urolithiasis,
hydronephrosis

Pemeriksaan
lainnya
BNO:
radiodens
e stones

25

2.6.8 Trauma Ginjal


Anamnesis Pemeriksaan
fisik
trauma
hypotension,
tumpul
takikardia, nyeri
pada
panggul, memar
pinggang,
panggul, nyeri
menembus perut, perut
panggul
kembung
atau luka
perut
(tembakan
atau
tikaman),
patah
tulang
rusuk yang
lebih
rendah

Pemeriksaan
penunjang
CT abdomen:
laserasi pada
parenkim
ginjal, sistem
pengumpulan,
dan pembuluh
ginjal;
hematoma
perinephric,
perdarahan
aktif, dan
ekstravasasi
urin

Pemeriksaan
lainnya
BNO
IVP:menegaska
n fungsi ginjal
kontralateral

2.6.9 Trauma buli


Anamnesis
trauma tumpul
panggul,
menembus luka
panggul atau
perut (tembakan
atau tikaman),
fraktur panggul,
ketidakmampuan
berkemih

Pemeriksaan fisik
Nyeri tekan
suprapubic, ekimosis
pada lower
abdominal

Pemeriksaan penunjang
retrograde
cystogram:
extravasation of
contrast revealing
bladder injury

2.6.10 Trauma urethral


Anamnesis
Trauma
genitalia
eksterna,
straddle
injury,
bilateral
pubic rami
fracture and
Malgaigne'

Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
fisik
penunjang
lainnya
Perdarahan OUE, retrograde
contrast CT
hematom
urethrogram
abdomen:
scrotum, floating
: contrast
contrast
prostat, eimosis
extravasation
extravasation
pada batang
from the
from the urethra
penis, butterflyurethra
cystoscopy:
ecchymosis pada
urethral
perineum
disruption

26

s fracture,
perineal
lacerations,
tidak bisa
berkemih,
riwayat
intervensi
kolorektal
atau
ginekologi

2.6.11 Coagulopathy
Anamnesis
mudah
memar,
kecenderung
an untuk
berdarah,
epistaksis
berulang,
riwayat
keluarga
dengan
kanker dari
diastesis
perdarahan,
hx sirosis

2.6.12

Pemeriksaan
fisik
ecchymoses,
perdarahan
memanjang

Pemeriksaan
penunjang
PT, PTT,
INR:Norm
al atau
FBC:
thrombocyt
openia

Pemeriksaan
lainnya
LFTs:
hypoalbuminaemi
a
von Willebrand
factor antigen
(whole blood):
reduced in von
Willebrand's
disease
ristocetin
cofactor activity
(whole blood):
reduced in von
Willebrand's
disease
factor VIII, IX
activity (whole
blood): reduced
in haemophilia,
VIII reduced in
von Willebrand's
disease

Kista ginjal
Anamnesis Pemeriksaan
fisik

Pemeriksaan
penunjang

Pemeriksaan
lainnya

27

sering
tanpa
gejala,
panggul
nyeri, diri
terbatas
hematuria,
infeksi
saluran
urin, ginjal
kolik

Nyeri tekan
costovertebral
angle, panggul
teraba massa
pada ginjal
polikistik,
Hipertensi

renal
ultrasound :
cystic lesions

serum
creatinine:
elevated
CT abdomen:
well-defined,
oval lesions

2.6.13 Benign familial haematuria (thin basement membrane


nephropathy)
Anamnesis
Berulang
dan terus
menerus
hematuria
mikroskopik
atau
makroskopi
k hematuria,

Pemeriksaan
fisik
oedema and
hipertensi

Pemeriksaan
Pemeriksaan
penunjang
lainnya
urinalysis:
renal
dismorfik merah
biopsy:ipisan
sel, sel merah,
membran
proteinuria,
basal
mikroalbuminuri
glomerulus
a
(150-225 nM)
urea and
creatinine:
creatinine >2.0,
urea >20
24-hour urin
collection for
protein : >1
gram/24 hours

2.6.14 Renal cancer


Anamnesis
Nyeri
pinggang, hx
merokok,
riwayat
keluarga
dengan
kanker
karsinoma sel
ginjal,
penyakit
ginjal
polikistik,
paparan kimia

Pemeriksaan fisik
HTN, panggul massa,
adenopati, varikokel
kiri, edemas
ekstremitas bawah

Pemeriksaan penunjang
renal ultrasound: solid or
cystic renal mass
CT abdomen with and
without IV contrast:
contrast enhancing renal
mass

28

karsinogen

29

2.6.15 Post infectious glomerulonephritis


Anamnesis
tiba-tiba
timbul edema,
kelemahan,
malaise,
hematuria
makroskopik,
sakit kepala,
1 sampai 2
minggu
postpharyngit
is, 2 sampai 4
minggu
setelah
dermatitis
streptokokus,
yang paling
umum dari
usia 2 sampai
10 tahun

Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
fisik
penunjang
lainnya
periorbital and urinalysis:d
serum
peripheral
ismorfik merah
antistreptol
oedema,
sel, gips sel merah,
ysin O titer
hipertensi, rash
proteinuria,
: elevated
kulit
mikroalbuminuria
urea and
creatinine:
creatinine >2.0,
urea >20
24-hour urin
collection for
protein : >1
gram/24 hours

2.6.16 Membranoproliferative glomerulonephritis


Anamnesis

Pemeriksaan Pemeriksaan
fisik
penunjang
tiba-tiba
periorbital
urinalysis:
timbuledema and peripheral
dysmorphic red
dependen
oedema,
cells, red cell
atau
Hipertensi,
casts,
periorbital,
konjungtiva
proteinuria,
kelelahan,
pucat, drusen
microalbuminur
hematuria
retina
ia
makroskopik,
urea and
sakit kepala,
creatinine:
oliguria
creatinine >2.0,
urea >20
24-hour urin
collection for
protein : >1
gram/24 hours

Pemeriksaan
lainnya
serum
complement
levels (C3,
C4): low
renal biopsy:
hypercellular
glomeruli,
mesangium
diperluas,
imunofluorese
nsi positif,
deposito padat
elektron

30

2.6.17 Grawitz tumor


Anamnesis
nyeri
pinggang,
hematuria
dan massa
pada
pinggang
merupakan
tanda tumor
dalam
stadium
lanjut, nyeri
pada sisi
ginjal yang
terkena ,
penurunan
berat
badan ,
kelelahan ,
demam
yang hilangtimbul,
anemi ,
Varikokel
akut ,
hipertensi

Pemeriksaan
fisik
bisa
diraba/dirasakan
benjolan di perut

Pemeriksaan penunjang

PIV biasanya dikerjakan atas


indikasi adanya hematuria tetapi
jika diduga ada massa pada ginjal,
pemeriksaan dilanjutkan dengan CT
scan atau MRI. Dalam hal ini USG
hanya dapat menerangkan bahwa
ada massa solid atau kistik

2.6.18 Tumor Wilms


Anamnesis
tumor
abdomen,
Hematuri
(makroskopis
)
Hipertensi
anemia,
penurunan
berat badan,
infeksi
saluran
kencing,

Pemeriksaan
fisik
Massa
abdomen

Pemeriksaan
penunjang
IVP tampak
distorsi sistem
pielokalises
dan berguna
untuk
mengetahui
fungsi ginjal.

Pemeriksaan lainnya

kadar lactic
dehydrogenase (LDH)
meninggi dan Vinyl
mandelic acid (VMA)
dalam batas normal

pemeriksaan
USG, tumor
Wilms

31

demam,
malaise dan
anoreksia
nyeri perut
yang bersifat
kolik

nampak
sebagai tumor
padat di
daerah ginjal.

2.6.19 Urethral cancer


Anamnesis
lebih umum
pada wanita
putih dan
pada
mereka> 50
usia,
frekuensi,
keraguan,
gejala
kencing
obstruktif

Pemeriksaan
fisik
Teraba massa,
stricture

Pemeriksaan
penunjang
IVU: filling
defect, mass
voiding
cystourethro
gram: filling
defect, mass

Pemeriksaan
lainnya
urethrosco
py: visible
urethral
mass

2.6.20 Cytotoxic medications


Anamnesis
hx dari
penggunaa
n analgesik
atau
penyalahgu
naan,
aminogliko
sida,
cyclophosp
hamide,
cyclosporin
e, penisilin,
sulfonamid,
non-steroid
antiinflamasi,
hematuria
berulang,
nyeri
pinggang,

Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
fisik
penunjang
lainnya
hypotension,
urinalysis:
cystoscopy:
oedema,
dismorfik
amyloid
suprapubic pain
merah sel, gips
deposits,
sel merah,
haemorrhagic
proteinuria,
inflammation
mikroalbuminu
ria
FBC:
peripheral
blood
eosinophilia
serum
creatinine:
elevated

32

disuria

2.6.21 Exercise-induced haematuria


Anamnesis Pemeriksaan fisik
Setelah
normal
olahraga
berat

Pemeriksaan penunjang
urinalysis: RBCs

33

2.6.22 Loin pain haematuria syndrome


Anamnesis
perempuan
muda,
hematuria
intermiten,
panggul nyeri
intermiten mulai
dari yang ringan
sampai parah,
penggunaan
kontrasepsi oral

Pemeriksaan fisik
low-grade fever

Pemeriksaan penunjang
urinalysis: diagnosa
klinis, dan tes tidak
secara rutin
direkomendasikan

2.6.23 Medication
Anamnesis
penggunaan
obat seperti
Pyridium,
rifampin,
fenitoin,
levodopa,
metildopa, dan
kina

Pemeriksaan fisik
normal

Pemeriksaan penunjang
urinalysis : diagnosa
klinis, dan tes tidak secara
rutin direkomendasikan

2.6.24 Food-related
Anamnesis
Riwayat makan
bit, blackberry,
rhubarb

Pemeriksaan fisik
Normal

Pemeriksaan penunjang
urinalysis: : diagnosa
klinis, dan tes tidak
secara rutin
direkomendasikan

2.7 Penatalaksanaan
Saat terjadi gumpalan pada urin yang menimbulkan retensi urin, maka perlu
dilakukan kateterisasi dan bilasan buli dengan memakai cairan garam
fisiologis. Jika gagal maka sebaiknya pasien dirujuk untuk ditangani lebih
lanjut dengan evakuasi bekuan darah dan menghentikan sumber perdarahan.
Jika sampai menyebabkan anemia maka perlu difikirkan untuk transfusi
darah. Jika terjadi infeksi maka harus diberikan antibiotik. setelah gejala
hematurianya ditangani selanjutnya dicari penyebab primernya. Tidak ada
pengobatan spesifik untuk hematuria. Pengobatannya tergantung pada
penyebabnya.
34

Gambar 2. Tatalaksana hematuria

Pada pasien hematuria dapat diberikan asam traneksamat 500-1000 mg (IV)


dengan injeksi lambat (1 ml/menit) 3 x sehari. Untuk pengobatan lebih dari
3 hari dapat dipertimbangkan pemberian oral. Sementara secara peroral
diberikan 1-1,5 gram 2-3 x sehari. Gangguan-gangguan gastrointestinal :
mual, muntah-muntah, anorexia, eksantema dan sakit kepala dapat timbul
pada pemberian secara oral. Gejala-gejala ini menghilang dengan
pengurangan dosis atau penghentian pengobatannya.

Dengan injeksi

intravena yang cepat dapat menyebabkan pusing dan hipotensi. Untuk


menghindari hal tersebut maka pemberian dapat dilakukan dengan
kecepatan tidak lebih dari 1 ml/menit. Pemberian asam traneksamat
dikontraindikasikan pada :

Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat.

Penderita perdarahan subarakhnoid.

Penderita dengan riwayat tromboembolik.

Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular aktif.


35

Penderita buta warna.

Gangguan fungsi ginjal berat

Selain itu pula dapat diberikan vit K. Dosis untuk dewasa secara injeksi 510 mg dosis tunggal IM berupa ampul kandungannya 10 mg/ml (1 ml).
BAB III
KESIMPULAN

1. Hematuria adalah adanya sel darah merah dalam saluran kemih dan dapat
merupakan petanda dari suatu penyakit yang serius.
2. Anamnesis dan pemeriksaan fisik memegang peranan begitu penting dalam
menegakan diagnosis pada hematuria.
3. Tidak ada pengobatan spesifik untuk hematuria. Pengobatannya tergantung
pada penyebabnya.

DAFTAR PUSTAKA

36

Behrman,

Kliegman,

Arvin. Nelson

Textbook

of

Pediatrics.

Edisi

17.

Philadelphia; 2004. h 1813-1814.


Glatter R.D. Makroskopik hematuria and Microscopic hematuria. [cited on Aug, 8
2015]. Available from: http://health.yahoo.net/sw/khs-what-is-hematuria
Sanjeev Gulati, MD, MBBS, DNB (Peds), DM, DNB (Neph). Hematuria.
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/981898-diagnosis
National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse. Hematuria:
Blood

in

the

Urin.

March

2012.

Available

from:

http://www.niddk.nih.gov/health-information/health-topics/urologicdisease/hematuria-blood-in-the-urin
Purnomo BB. Batu saluran Kemih. Dalam: Dasar-dasar urologi. Edisi kedua.
Jakarta: Sagung Seto; 2007: hal. 57-66.
R. Sjamsuhidajat, Wim, de Jong. Saluran kemih dan alat kelamin lelaki, Trauma
penis. Buku ajar Ilmu Bedah edisi 2, Jakarta, 2004; hal 773
Stoppler, M. C. MedicineNet.com. Bloody urin (Hematuria). 2010. [cited on Aug,
9 2015]. Available from:http://www.medicinenet.com/blood_in_urin/article.htm
Tanagho E.A., Mc Annich J.W., Smiths General Urology 16 [15] th ed., Mc Graw
Hill 2004: hal. 77, 613, 620-623.

37

Anda mungkin juga menyukai