Anda di halaman 1dari 44

SKENARIO 3

HASIL RISKESDAS 2010


Bedasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 yang dilaksanakan oleh Balitbangkes
Kementerian Kesehatan RI didapatkan beberapa hasil terkait dengan status gizi anak sebagai
berikut: Prevalence Rate anak pendek secara nasional pada kelompok umur 6-12 tahun adalah
35,6% yang terdiri dari 15,1% sangat pendek dan 20% pendek. Prevalence Rate kekurusan pada
anak pada umur 6-12 tahun adalah 12,2% terdiri dari 4,6% sangat kurus dan 7,6% kurus. Secara
Nasional masalah kegemukan pada anak umur 6-12 tahun masih sangat tinggi yaitu 9,2% atau
masih diatas 5,0%.
RISKESDAS 2010 juga meneliti pola konsumsi energi dan protein penduduk. Hasilnya adalah
masalah kekurangan konsumsi energi dan protein terjadi pada semua kelompok umur anak,
terutama pada anak usia sekolah (6-12tahun), usia pra remaja (13-15tahun), usia remaja (1618tahun) dan kelompok ibu hamil, khususnya ibu hamil di pedesaan.
Status Gizi anak tidak saja dipengaruhi pola makan tetapi juga pola asuh keluarga serta perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga dan anak. Dua keadaan tersebut disebabkan karena
perilaku yang kurang baik dan cendrung menyebabkan kegemukan pada anak adalah
membiarkan anak duduk berjam-jam menonton TV, kurang berolah raga, dan sering makan
makanan junk food yang tinggi lemak, kalori, garam, rendah serat. Rekomendasi hasil
RISKESDAS yang berhubungan dengan status gizi anak usia sekolah adalah anak-anak perlu
diberi makanan tambahan. Program pemberian makanan tambahan di daerah miskin dapat
dilaksanakan oleh Puskesmas dengan menjalin kerjasama pihak sekolah dan masyarakat.
Dalam pandangan Islam, menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga melakukan
pemberdayaan masyarakat dapat mandiri adalah wajib.

Kata Sulit :
1. Riskesdas

: Kegiatan riset yang berguna untuk mengetahui gambaran kesehatan dasar


penduduk termasuk biomedis yang di laksanakan dengan cara survey

2. Prevalence Rate

: Jumlah Penderita lama + Jumlah penderita baru

x 100%

Jumlah penduduk saat itu


3. PHBS

: Sekumpulan perilaku yang di praktekkan secara sadar sebagai hasil


pembelajaran yang menjadikan seseorang mandiri di bidang kesehatan dan
berperan aktif mewujudkan kesehatan

4. Balitbangkes

: Bahan penelitian dan perkembangan kesehatan

FAQ :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Mengapa harus menerapkan PHBS ?


Berapa tahun sekali RISKESDAS di lakukan ?
Apa indikator yang menentukan gizi baik ?
Bagaimana pola makan dan pola asuh yang semestinya di perlakukan kepada anak di
keluarga ?
Bagaimana pandangan Islam dalam menjalankan PHBS ?
Apa saja makanan tambahan yang perlu di berikan kepada anak ?
Mengapa ibu hamil di desa lebih banyak yang kekurangan gizi ?
Apa kegunaan RISKESDAS?
Bagaimana cara mengukur status gizi pada anak ?

Jawaban :
1. Untuk mencegah terjadinya penyakit dan untuk antisipasi (antisipasi mitigasi dan
antisipasi adaptasi)
2. 3 tahun sekali
3. IMT baik (18-24)
4. Pola makan dan pola hidup sehat
5. Kebersihan sebagian dari iman
6. 4 sehat 5 sempurna + susu
7. Karena di tinjau dari aspek sosial ekonomi rendah , pendidikan kurang dan kurangnya
penyuluhan
8. Untuk mencari solusi masalah kesmas dengan cara survey
9. Dengan cara perbandingan tinggi badan dan tinggi badan
Hipotesa

LI
1 Memahami dan menjelaskan status gizi anak dan ibu hamil
Status gizi adalah tingkat kesehatan seseorang yang dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi
dinilai dengan ukuran atau parameter gizi (Soehardjo, 1990).
Status Gizi Anak Sekolah
Masa anak sekolah dasar adalah masa anak berumur 6 12 tahun. Anak anak yang berumur 6
12 tahun sedang masa puncak perkembangan. Saat umur inilah pertumbuhan ini agak lambat tapi
perkembangan berangsur angsur menjadi mengetahui banyak tentang diri dan dunianya.

Status Gizi Anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik
energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya
diukur secara antroppometri ( Suharjo, 1996), dan dikategorikan berdasarkan standar baku
WHO-NCHS dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB
Indikasi pengukuran dari variabel ini ditentukan oleh :
1.

Penimbangan Berat Badan (BB) dan pengukuran Tinggi Badan (TB) Dilakukan
oleh petugas klinik gizi sesuai dengan syarat-syarat penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan yang baik dan benar penggunaan timbangan berat badan dan
meteran tinggi badan (mikrotoise)
2.
Penentuan umur anak ditentukan sesuai tanggal penimbangan BB dan Pengukuran
TB, kemudian dikurangi dengan tanggal kelahiran yang diambil dari data identitas anak pada
sekolah masing-masing, dengan ketentuan 1 bulan adalah 30 hari dan 1 tahun adalah 12
bulan.
a.
Kriteria objektifnya dinyatakan dalam rata-rata dan jumlah Z score simpang
baku (SSB) induvidu dan kelompok sebagai presen terhadap median baku rujukan
(Waterlow.et al, dalam, Djuamadias, Abunain, 1990) Untuk menghitung SSB dapat
dipakai rumus :
NIS NMBR
Skor Baku Rujukan
NSBR
Dimana : NIS

: Nilai Induvidual Subjek

NMBR

: Nilai Median Baku Rujukan

NSBR

: Nilai Simpang Baku Rujukan

Hasil pengukuran dikategorikan sbb


1.

Untuk BB/U
a.
Gizi Kurang
Bila SSB < - 2 SD
b.
Gizi Baik
Bila SSB -2 s/d +2 SD
c.
Gizi Lebih
Bila SSB > +2 SD
2.
TB/U
a.
Pendek
Bila SSB < -2 SD
b.
Normal
Bila SSB -2 s/d +2 SD
c.
Tinggi
Bila SBB > +2 SD
3.
BB/TB
a.
Kurus
Bila SSB < -2 SD
b.
Normal
Bila SSB -2 s/d +2 SD
c.
Gemuk
Bila SSB > +2 SD
Dan juga status gizi diinterpretasikan berdasarkan tiga indeks antropomteri, (Depkes, 2004). Dan
dikategorikan seperti yang ditunjuukan pada tabel 3
Tabel 3 Kategori Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks
Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)

(BB/U,TB/U, BB/TB

Interpretasi

Indeks yang digunakan


BB/U

TB/U

BB/TB

Normal, dulu kurang gizi

Rendah

Rendah

Normal

Sekarang kurang ++

Rendah

Tinggi

Rendah

Sekarang kurang +

Rendah

Normal

Rendah

Normal

Normal

Normal

Normal

Sekarang kurang

Normal

Tinggi

Rendah

Sekarang lebih, dulu kurang

Normal

Rendah

Tinggi

Tinggi, normal

Tinggi

Tinggi

Normal

Obese

Tinggi

Rendah

Tinggi

Sekarang lebih, belum obese

Tinggi

Normal

Tinggi

Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :


Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Tinggi

: > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Sumber: Depkes RI, 2004


Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya
adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam pemakaian
untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan
variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :
a.

Umur.
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan
menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun
tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur
yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih
angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak
perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah
30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari
tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).

b.

Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan,
termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik
karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini
5

dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan
penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang
dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak
digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan
umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu
ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).
c.

Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus
kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu
terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada
masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut
umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan
karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali.
Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak
baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status
kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks
BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan
fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994).
Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam
menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U.
Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD
diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius
dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.
Jadi untuk indeks BB/U adalah
= Z Score = ( 60 kg 56,7 ) / 8.3 = + 0,4 SD
= status gizi baik
Untuk IndeksTB/U adalah
= Z Score = ( 145 kg 169 ) / 8.1 = - 3.0 SD
= status gizi pendek
Untuk Indeks BB/TB adalah
= Z Score = ( 60 36.9 ) / 4 = + 5.8 SD
= status gizi gemuk

Status Gizi Ibu Hamil


Menurut UU Republik Indonesia No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan BAB V Upaya
Kesehatan Pasal 20 ayat 2 menyebutkan Status gizi ialah tingkat kecukupan gizi seseorang
yang sesuai dengan jenis kelamin dan umur.
Menurut Huliana (2001), makanan yang dikonsumsi ibu hamil dipergunakan untuk pertumbuhan
dan perkembanganjanin sebesar 40 persen sedangkan 60 persen untuk memenuhi kebutuhan ibu.
Apabila masukan gizi pada ibu hamil tidak sesuai kebutuhan maka kemungkinan dapat terjadi
gangguan dalam kehamilan, baik terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya.
6

Kecukupan gizi selama hamil dapat dipantau melalui parameter keadaan kesehatan ibu dan berat
lahir janin. Meskipun baku penilaian status gizi wanita yang tidak hamil tidak dapat
diaplikasikan pada wanita hamil, perubahan fisiologi selama hamil dapat digunakan sebagai
petunjuk. Berat badan rendah sebelum konsepsi serta pertambahan berat yang tidak adekuat
merupakan penilaian langsung yang dapat digunakan untuk memperkirakan laju pertumbuhan
janin. Kecukupan gizi selama kehamilan digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan
janinnya maupun aktivitas ibu. (Arisman, 2009)
Cara Pengukuran Status Gizi
Peningkatan berat badan yang adekuat akan memperkecil terjadinya resiko terjadinya persalinan
small gestational age (SGA) atau preterm. Kebutuhan peningkatan berat badan untuk setiap
wanita berbeda-beda. Faktor yang mempengaruhi besarnya kebutuhan berat badan ditentukan
oleh tinggi badan dan berat badan, apakah wanita tersebut memiliki berat badan normal, kurang
atau lebih sebelum kehamilan. Metode yang biasa digunakan dalam menentukan kondisi berat
badan dan tinggi badan adalah body mass index (BMI). Formula ini digunakan untuk
menghitung BMI adalah
BMI = Berat/Tinggi2
a.
b.
c.
d.

BMI dapat diintepretasikan dalam kategori sebagai berikut :


Kurang dari 19,8 adalah berat kurang atau rendah
19,8 sampai dengan 26,0 normal
26,0 sampai dengan 29 adalah berat lebih atau tinggi
Lebih dari 29 obesitas
Penambahan Berat Badan Status Gizi Ibu Sebelum Hamil
Kategori Berat (BMI)
Total Kenaikan BB Penambahan BB
(Kg)
TM I (Kg) TM
Normal ( BMI 19,8-26)

12,5 13

2,3

(Kg)
0,49

Kurus ( BMI < 19,8 )

11,5 16

1,6

0,44

Lebih

7 11, 6

0,9

0,3

Obesitas ( BMI > 29 )

II

Distribusi penambahan berat badan ibu hamil


Trimester
Distribusi
I
Terutama pertambahan pada jaringan ibu dan cadangan
lemak, berat janin pada 10 minggu 5 gram
II
Pertambahan yang pesat pada cadangan lemak ibu dan
jaringan, berat janin pada minggu 20 350 gram.
III
Pertambahan terutama pada janin dan bertambahnya
cairan, berat janin pada 32 minggu 2 kg.
Pola Pertambahan Berat Badan
7

Berat badan lebih ataupun kurang dari berat badan rata-rata untuk umur tertentu, merupakan
faktor menentukan jumlah zat makanan yang harus dicukupi selama hamil. Di negara maju
pertambahan berat badan selama hamil sekitar 12-14 kg. Kalau ibu kekurangan gizi,
pertambahannya hanya sekitar 7-8 kg dengan akibat melahirkan bayi BBLR. ( Paath,dkk., 2005
)
National Academy of Scienses ( 1970 ) menganjurkan pertambahan berat badan sekitar 9-11,3
kg. Pada tahun 1983 usulan ini diubah menjadi 10-12,2 kg, dan diperbaiki menjadi 11,3-15,9 kg (
bagi wanita yang normal berat badan dan tinggi badannya ). (Arisman, 2009 ).
Manfaat Nutrisi
a. Nutrisi untuk pertumbuhan
Dengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan dipelihara. Semua organ tubuh dapat
berfungsi dengan baik. Bagian tubuh yang rusak diganti. Kulit dan rambut terus berganti, sel
sel tubuh terus bertumbuh. Sel-sel tubuh memasak dan mengolah zat makanan yang masak
agar zat makanan dapat dipakai untuk pekerjaan tubuh.
b. Makanan sebagai suku cadang
Dengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan dipelihara. Semua organ tubuh dapat
berfungsi dengan baik. Bagian tubuh yang rusak diganti. Kulit dan rambut terus berganti, sel
sel tubuh terus bertumbuh. Sel-sel tubuh memasak dan mengolah zat makanan yang masak
agar zat makanan dapat dipakai untuk pekerjaan tubuh.Untuk itu, setelah sakit kita perlu
banyak makan makanan bergizi. Begitu juga untuk yang menjalani operasi atau yang baru
melahirkan.
c. Makanan sebagai bensin tubuh
Makanan juga dibutuhkan untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, menyapu,
juga berkebun. Dalam keadaan tidurpun tubuh tetap membutuhkan tenaga untuk bernafas,
degup jantung, serta tenaga memasak zat makanan dan memakainya. Namun, makanan perlu
diatur agar sesuai dengan kebutuhan tubuh. Jumlahnya harus memadai, dan mutunya sesuai
dengan kebutuhan sehari-hari.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu Hamil
a. Suhu Lingkungan
Pada dasarnya suhu tubuh dipertahankan pada suhu 36,5-37 derajat Celsius untuk
mempertahankan metabolisme yang optimum. Adanya perbedaan suhu antara tubuh dengan
lingkungan, maka mau tidak mau tubuh harus menyesuaikan diri demi kelangsungan
hidupnya yaitu tubuh harus melepaskan sebagian panasnya diganti dengan hasil metabolisme
tubuh, makin besar perbedaan antara tubuh dengan lingkungan maka akan semakin besar pula
panas yang akan dilepaskan. Dengan adanya perbedaan suhu antara tubuh dan lingkungannya,
maka tubuh melepaskan sebagian panasnya yang harus diganti dengan hasil metabolisme
tubuh. Maka lebih besar perbedaan suhu berarti lebih besar masukan energi yang diperlukan.
b. Status Ekonomi dan Sosial
Baik status ekonomi maupun sosial sangat mempengaruhi seorang wanita dalam memilih
makanannya. Status ekonomi, terlebih jika yang bersangkutan hidup dibawah garis
kemiskinan (keluarga prasejahtera), berguna untuk pemastian ibu mampu membeli dan
memilih bahan makanan yang bernilai gizi tinggi.
c. Kebiasaan dan Pandangan Wanita terhadap Makanan

Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan. Wanita yang
sedang hamil dan telah berkeluarga biasanya lebih memperhatikan akan gizi dari anggota
keluarga yang lain. Padahal sebenarnya dirinyalah yang memerlukan perhatian yang serius
mengenai penambahan gizi. Ibu harus teratur dalam mengkonsumsi makanan yang bergizi
demi pertumbuhan dan perkembangan.
d. Usia
Usia diperlukan untuk menentukan besaran kalori serta zat gizi yang akan diberikan. Usia
akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian
nutrisi anak balita. Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu hamil, akan berpengaruh
terhadap kebutuhan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandungnya.
Sedangkan untuk umur yang tua perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang makin
melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan tambahan energi yang
cukup guna mendukung kehamilan yang sedang berlangsung. Lebih muda umur seorang
wanita hamil, lebih banyak energi yang di butuhkan. Angka kematian maternal yang berusia
10-14 tahun 5 kali lebih besar dari mereka yang berusia 20-24 tahun. Remaja yang berumur
15-19 tahun menunjukkan angka kematian 2 kali lebi besar. Ini berhubungan dengan status
gizi remaja yang perkembangan fisik dan mentalnya masih membutuhkan energi lebih
banyak. Masalah yang mempengaruhi reproduksi yang mencakup gizi untuk menjamin
pertumbuhan sempurna salah satunya ialah umur saat hamil terlalu muda (kurang dari 20
tahun) atau umur terlalu tua (diatas 35 tahun)
e. Pendidikan
Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi
proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik,
dan lebih matang dari individu, kelompok atau masyarakat. Bagi masyarakat yang
berpendidikan tinggi dan cukup tentang nilai gizi lebih banyak menggunakan pertimbangan
rasional dan pengetahuan tentang nilai gizi makanan atau pertimbangan fisiologik lebih
menonjol dibandingkan dengan kebutuhan psikis.
Menurut Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 Pasal I ayat 11 menyebutkan sebagai berikut :
11
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
f. Status Kesehatan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Status ialah keadaan kedudukan seseorang. Status
kesehatan seseorang kemungkinan sangat berpengaruh terhadap nafsu makannya. Seorang ibu
dalam keadaan sakit otomatis akan memiliki nafsu makan yang berbeda dengan ibu yang
dalam keadaan sehat. Namun ibu harus ingat, bahwa gizi yang dapat ia dapat akan dipakai
untuk dua kehidupan yaitu bayi dan untuk dirinya.
Pada kondisi sakit asupan energi tidak boleh dilupakan. Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi
tablet yang mengandung zat besi atau makanan yang nebgandung zat besi seperti bayan, hati
dan sebagainya. Menurut Reverlly, Sakit adalah tidak adanya keselarasan antara lingkungan
dengan individu. Menurut white tahun 1977, sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang
pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu
penyakit atau kelainan. Sedangkan menurut UU RI No. 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan
BAB I Pasal I menyebutkan, kesehatan ialah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Status Gizi Bagi Ibu Hamil Menurut WHO, dampak kekurangan gizi pada ibu hamil,
kekurangan gizi pada ibu hamil, akibat kurang gizi pada ibu hamil, dampak kurang gizi pada ibu
hamil, kebutuhan gizi seimbang dan pengaruh status gizi terhadap sistem reproduksi, kebutuhan
energi ibu hamil menurut who, pengaruh status gizi terhadap sistem reproduksi akan dijelaskan
dalam artikel kesehatan kali ini: Status gizi ibu hamil pada waktu pertumbuhan dan selama hamil
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Berat badan ibu hamil harus
memadai, bertambah sesuai umur kehamilan. Hal ini dikarenakan berat badan yang bertambah
normal akan menghasilkan bayi yang normal juga. Di negara maju, rata-rata kenaikan berat
badan selama hamil sekitar 12-14 kilogram. Tetapi berdasarkan perkembangan terkini,
disampaikan bahwa penambahan berat badan ibu selama hamil tidak terlalu mempengaruhi berat
badan bayi.
Kekurangan asupan gizi pada trimester I dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum, kelahiran
prematur, kematian janin, keguguran dan kelainan pada sistem saraf pusat. Sedangkan pada
trimester II dan III dapat mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan janin terganggu, berat
bayi lahir rendah. Selain itu, juga akan berakibat terjadi gangguan kekuatan rahim saat
persalinan, dan perdarahan post partum.
Penambahan Berat Badan Status Gizi Ibu Sebelum Hamil
Kategori Berat (BMI)
Total Kenaikan BB (Kg)
Penambahan BB
TM I (Kg)
Normal ( BMI 19,8-26)
12,5 13
2,3
Kurus ( BMI < 19,8 )
11,5 16
1,6
Lebih
7 11, 6
0,9
Obesitas ( BMI > 29 )
6
Tanda Kecukupan Gizi pada Wanita Dewasa dan Ibu Hamil
Zat Gizi
Satuan
Wanita Dewasa
Energi
Kal
2200
Protein
gr
48
Vitamin A
RE
500
Vitamin D
ug
5
Vitamin E
mg
8
Vitamin K
mg
65
Thiamin
mg
1,0
Niacin
mg
9
Vitamin B12
mg
1,0
Asam folat
ug
150
Piridoksin
mg
1,6
Vitamin C
mg
60
Kalsium
mg
500
Fosfor
mg
450

TM II (Kg)
0,49
0,44
0,3

Ibu Hamil
2485
60
700
15
18
130
1,2
9,1
1,3
300
3,8
70
900
650
10

Zat besi
Seng
Yodium
Selenium

mg
mg
ug
ug

26
15
150
55

46
20
175
70

Tanda Kecukupan Gizi pada Ibu Hamil Menurut Nadesul (2004)


Status
Tanda
Keadaan umum
Responsive, gesit
Berat badan
Normal sesuai tinggi dan bentuk tubuh
Postur
Tegak, tungkai dan lengan lurus
Otot
Kuat, kenyal sedikit lemak di bawah kulit
Saraf
Perhatian baik, tidak mudah tersinggung, refleks
normal, mental stabil
Pencernaan
Nafsu makan baik
Jantung
Detak dan irama normal, tekanan darah normal
sesuai usia
Vitalitas umum
Ketahanan baik, energik, cukup tidur, penuh
semangat
Rambut
Mengkilat, keras tak mudah rontok, kulit kepala
normal
Kulit
Licin, cukup lembab, warna segar
Muka dan leher
Warna sama, licin, tampak sehat, segar
Bibir
Licin, warna tidak pucat, lembab, tidak bengkak
Mulut
Tidak ada luka dan selaput merah
Gusi
Merah normal, tidak ada perdarahan
Lidah
Merah normal, licin, tidak ada luka
Gigi geligi
Tidak berlubang, tidak nyeri, mengkilat, lurus dagu
normal, bersih dan tidak ada perdarahan
Mata
Bersinar, bersih, selaput besar merah, tidak ada
perdarahan
Kelenjar
Bersinar, bersih, selaput besar merah, tidak ada
perdarahan
Kuku
Keras dan kemerahan
Tungkai
Kaki tidak bengkak, normal
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor Langsung

Konsumsi Makanan

11

Keadaan keseimbangan gizi tergantung dari ringakat konsumsi kualitas hidangan yang
menunjukan quantum suatu zat gizi terhadap kebutuhan hidup. Bila susunan hidangan
kebutuhan tubuh baik dari sudut kuantitas, maka tubuh akan mendapatkan kesehatan gizi
sebaik baiknya. Sebaliknya konsumsi yang kurang baik dalam kuaiitas maupun
kuantitas akan memberi dampak kesehatan pangan dan gizi yang baik ditentukan oleh
terciptanya keseimbangan antara banyaknya jenis zat gizi yang dikonsumsi dengan
banyaknya zat yang dibutuhkan tubuh.
Infeksi
Infeksi biasa berhubungan deangan gangguan gizi. Infeksi sendiri mengakibatkan si
penderita kehilangan bahan makanan melalui muntah-muntah dan diare. Selain itu juga
penghancuran jaringan tubuh akan mengikat karena dipakai untuk pembentukan protein
atau enzim-enzim yang diperlukan dalam usaha pertahanan tubuh. Gangguan gizi dan
infeksi sering bekerja secara sinergis, infeksi akan memperburuk kemampuan seseorang
untuk mengatasi penyakit infeksi.
Zat gizi dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh kembang guna meneapai hasil yang optimal
sesuai dengan kebutuhan. Apabila zat gizi ini kurang, maka akan dapat mengakibatkan
infeksi dan rawat gizi pada remaja. Pada remaja yang kekurangan energi protein akan
menghambat pertumbuhan fisik dan kecerdasan.

2. Faktor tidak langsung

Pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoieh dari pengalaman yang berasal dari berhagai
macam sumber, misalnya media massa, elektronik, buku petunjuk, penyuluhan, dan
kerabat dekat. (Yuwono, 1999). Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan gizi
merupakan pemahaman masyarakat tentang pemilihan bahan makanan sehat serta
fungsinya bagi tubuh yang dinilai berdasarkan jawaban responden terhadap pertanyaan
yang diajukan sesuai dengan kuesioner. (Suwondo, 1975).
Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan konsumsi sehari hari
dengan baik dan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh.
Pemilihan dan konsumsi bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang.
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat gizi
yang dibutuhkan tubuh. Status gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan
satu atau lebih zat gizi essential.
Sedangkan status gizi lebih terjadi apabila tubuh memperoleh zat gizi dalam jumlah yang
berlebihan, sehingga menimbulkan efek yang membahayakan. Semakin tinggi gizi
seseorang akan semakin memperhitungkan jenis dan makanan yang dipilih untuk
dikonsumsi. Orang yang pengetahuan gizinya rendah akan berperilaku memilih makanan
yang menarik panca indra dan tidak mengadakan pemilihan berdasarkan nilai gizi
makanan. Sebaliknya mereka yang semakin tinggi pengetahuannya, lebih banyak
mempergunakan mempertimbangkan rasional dan pengetahuan tentang nilai gizi
makanan tersebut, sehingga seorang ibu dapat menyusun dan mengolah makanan yang
bergizi bagi keluarga. (Sediaoetama, ] 989)
Pendidikan

12

Pendidikan adalah usaha yang dilakaukan secara sadar, sengaja, sistematis, dan terencana
oleh orang dewasa kepada an ak yang belum dewasa yang merupakan bimbingan,
pertolongan, dan kepemimpinan dengan tujuan agar anak dapat mencapai tingkat
kedewasaan jasmani dan rohani (Astuti, 2000). Menurut tingkat atau jenjang pendidikan
terdiri dari :
Pendapatan
Pendapatan rumah tangga adalah sejumlah penghasilan dan penerimaan berupa uang atau
barang dari semua anggota keluarga, maupun penerimaan transfer.
Tingkat pendapatan juga menentukan pola makanan apa yang dibeli dengan uang
tambahan tersebut (Berg, 1986). Rendahnya pendapatan merupakan tantangan lain yang
menyebabkan orang orang tak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan
(Sajogyo, 1983). Pada pendapatan terendah, maka hampir semua pendapatan akan
dikeluarkan untuk makan (Handayatu, 1994). Orang miskin biasanya akan
membelanjakan sebagian besar pendapatan tambahan itu untuk makan. Sedangkan yang
kaya tentu akan lebih berkurang dari jumlah itu. Bagian untuk makanan padi padian
akan menurun dan untuk makanan yang dibuat dari susu akan bertambah jika keluarga
keluarga beranjak ke pendapatan tingkat menengah. Semakin tinggi pendapatan, semakm
bertambah besar pula persentase pertambahan pembelanjaannya. Dengan demikian,
pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas (Berg,
1986).
Pendidikan Orang Tua
Latar belakang pendidikan orang tua, baik kepala keluarga istri merupakan salah satu
unsur yang berperan penting dalam menentukan keadaan gizi anak. Hubungan positif
antara tingkat pendidikan orang tua dengan keadaaan gizi anak telah banyak diungkapkan
oleh para ahH. Pada masyarakat yang rata rata tingkat pendidikannya rendah,
prevalensi gizi kurang yang tinggi dan sebaliknya pada masyarakat yang tingkat
penididikan cukup tinggi prevalensi gizi kurang lebih rendah.
Besar Keluarga
Survey pangan di India memperlihatkan bahwa tersedianya protein bagi setiap anak
dalam keluarga dengan salah satu atau dua anak, mendapat 22% lebih tinggi
dibandingkan dengan keluarga yang mempunyai anak empat atau lima anak. Kasus gizi
buruk yang paling berat sering menimpa anak-anak dari keluarga besar. (Soekirman,
1999)

IBU HAMIL
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat
gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan,
perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang
diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna.
Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan, namun yang seringkali
menjadi kekurangan adalah energi protein dan beberapa mineral seperti Zat Besi dan Kalsium.
Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal. Kemudian sepanjang trimester II
dan III kebutuhan energi terus meningkat sampai akhir kehamilan. Energi tambahan selama
trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti penambahan volume darah,
13

pertumbuhan uterus, dan payudara, serta penumpukan lemak.


tambahan digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta.

Selama trimester III energi

b. Indikator Status Gizi


Penilaian status gizi secara langsung.
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu: antropometri,
klinis, biokimia, dan biofisik.
1. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang
gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri
secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh
seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

2. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel
(superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada
organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan
metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini
dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah
14

satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi
seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom)
atau riwayat penyakit.
3. Blokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati
dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi
keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi, Banyak gejala klinis yang kurang spesifik,
maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan
gizi yang spesifik.
4. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat
kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.
Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik
(epidemic of night blindnes), Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
Penilaian status gizi secara tidak langsung.
1. Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung
dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi
makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada
masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan
kekurangan zat gizi.
2. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberpa
statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan
kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung
pengukuran status gizi masyarakat.
3. Faktor Ekologi
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil
interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang
tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.
Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab
malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi
(Schrimshaw, 1964).
Menurut Djoko Pekik Irianto (2006: 59) dari ketujuh carapengukuran status gizi tersebut
pengukuran antropometri merupakan carayang pailng sering digunakan karena memiliki
kelebihan yaitu :
a. Alat mudah diperoleh.
b. Pengukuran mudah dilakukan.
c. Biaya murah.
d. Hasil pengukuran mudah disimpulkan.
e. Dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
15

f. Dapat mendeteksi riwayat gizi masa lalu.


a.
b.
c.
d.

Pengkuran antropometri juga memiliki kelemahan yaitu :


Kurang sensitive
Faktor luar (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi tidak dapat dikendalikan)
c. Kesalahan pengukuran akan mempengaruhi akurasi kesimpulan.
Kesalahan-kesalahan antara lain pengukuran, perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun
komposisi jaringan, analisis dan asumsi salah.
LI.2 Memahami dan menjelaskan kelebihan dan kekurangan gizi pada anak dan ibu hamil
a. Definisi
Ilmu yang mempelajari atau mengkaji masalah makanan yang dikaitkan dengan kesehatan
disebut gizi. Batasan klasik mengatakan bahwa ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari nasib
makanan sejak ditelan sampai diubah menjadi bagian tubuh dan energi serta diekskresikan
sebagai sisa (Achmad Djaeni,1987).
Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang
dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik,
tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu. Zat gizi esensial adalah zat gizi
yang harus didatangkan dari makanan. Bila dikelompokkan, ada tiga fungsi zat gizi dalam tubuh.
Akibat Gizi Kurang pada Proses Tubuh:
Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang.
Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan
gangguan pada proses-proses sebagai berikut :
1. Pertumbuhan
Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein sebagai zat pembakar, sehingga otototot menjadi lembek dan rambut mudah rontok. Kekurangan karbohidrat dan zat lemak juga
dapat menyebabkan tubuh menjadi lesu, kurang bergairah untuk melakukan berbagai
kegiatan dan kondisi tubuh yang demikian tentunya akan banyak menimbulkan kerugian.
2. Produksi Tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seorang kekurangan tenaga untuk
bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas. Orang menjadi malas merasa lemah, dan
produktivitas kerja menurun.
3. Pertahan Tubuh
Daya tahan terhadap tekanan atau stres menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang,
sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal
ini dapat membawa kematian.
4. Struktur dan Fungsi Otak
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental, dengan
demikian kemampuan berpikir. Otak mencapai benuk maksmal pada usia dua tahun.
Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen.
5. Perilaku
16

Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gzi menunjukkan perilaku tidak tenang.
Mereka mudah tersinggung, cengang, dan apatis

Kekurangan gizi pada anak


Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh
maka akan terjadi kesalahan akibat gizi (malnutrition). Malnutrisi ini mencakup kelebihan
nutrisi/gizi disebut gizi lebih (overnutrition) dan kekurangan gizi atau gizi kurang
(undernutrition).
Penyakit ini terjadi akibat kekurangan energy dan protein atau karena ketidakseimbangan
antara konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi. Biasanya
terjadi pada anak balita.
Penyakit ini dibagi dalam tingkat yakni :
1. KKP ringan, kalau berat badan anak mencapai antara 84-95% dari berat badan
menurut standar Harvard
2. KKP sedang, kalau berat badan anak hanya mencapai 44-60% dari berat badan
menurut standar Harvard
3. KKP berat ( gizi buruk) kalau berat badan anak kurang dari 60% dari berat badan
menurut standar Harvard
Beberapa ahli hanya membedakan 2 macam KKP yakni KKP ringan atau gizi kurang dan
KKP berat (gizi buruk) atau yang lebih sering disebut marasmus.
1. Tanda-tanda gizi buruk pada kwashiorkor:
Edema seluruh tubuh (terutama pada punggung kaki)
Wajah bulat dan sembab.
Cengeng dan/rewel/apatis.
Perut buncit.
Rambut kusam dan mudah di cabut.
Bercak kulit yang luas dan kehitaman/bintik kemerahan.
2. Tanda-tanda gizi buruk pada marasmus:
Tampak sangat kurus.
Wajah seperti orang tua.
Cengeng/rewel/apatis.
Iga gambang, perut cekung.
Otot pantat mengendor.
Pengeriputanotot lengan dan tungkai.
Penyakit KKP pada orang dewasa memberikan tanda tanda klinis : oedema atau honger
oedema, oedema biasanya tampak pada daerah kaki.
b. Klasifikasi
1. Malnutrisi jenis bahan yang kurang
17

Kelompok KEP yaitu kurang energi protein. Ada 3 jenis: kwasiorkor, marasmik, dan
marasmik kwashiorkor
2. Kelompok kekurangan vitamin/mineral
a. Anemi kekurangan zat besi
b. Defisiensi vitamin A
c. Penyakit gondok endemic
d. Penyakit defisiensi lainnya seperti beri-beri, pellagra, scurvy, rickets
3. Menurut derajat tingkatan keadaan gizi
a. Gizi lebih
b. Gizi baik
c. Gizi kurang
d. Gizi buruk
4. Menurut sebab terjadinya malnutrisi
a. Primary malnutrition
Terjadi karena makanan yg dimakan (intake) tidak cukup / berlebihan
b. Secondary malnutrition
Terjadi meskipun makanan yg dimakan sudah cukup untuk kebutuhannya karena sebab
lain, misal karena kebutuhan meningkat, gangguan absorbsi
1. Kurang Energi Protein (KEP)/Protein Energi Malnutrition (PEM)/Protein Calori
Malnutrition (PCM)
o Adalah penyakit gizi akibat defisiensi energi dalam jangka waktu yang cukup lama.
o Prevalensi tinggi terjadi pada balita, ibu hamil (bumil) dan ibu menyusui/meneteki
(buteki)
o Pada derajat ringan pertumbuhan kurang, tetapi kelainan biokimiawi dan gejala klinis
(marginal malnutrition)
o Derajat berat adalah tipe kwashiorkor dan tipe marasmus atau tiep marasmik-kwashiorkor
o Terdapat gangguan pertumbuhan, muncul gejala klinis dan kelainan biokimiawi yang
khas
Salah satu gejala dari penderita KKP ialah hepatomegali yaitu pembesaran hati yang terlihat
oleh ibu-ibu sebgai pembuncitan perut. Ada berbagai variasi bentuk KKP yaitu penyakit
kwashiorkor, marasmus, dan marasmikwashiorkor. Kwashiorkor adalah penyakit KKP dengan
kekurangan protein sebagai penyakti dominan. Marasmus merupakan gambaran KKP dengan
defisiensi energi yan ekstrem. Marasmikwashiorkor merupakan kombinasi defisiensi kalori dan
protein pada berbagai variasi. Penyebab langsung dari KKP adalah konsumsi kurang dan sebab
tak langsungnya adalah hambatan absorbsi dan hambatan utilisasi zat-zat gizi karena berbagai
hal, misalnya karena penyakit. Penyakti infeksi dan infestasi cacing dapat memberikan hambatan
absorpsi dan hambatan utilisai zat gizi yang menjadi dasar timbulnya penyakit KKP.
Penyebab
.
.
.
.
.

Masukan makanan atau kuantitas dan kualitas rendah


Gangguan sistem pencernaan atau penyerapan makanan
Pengetahuan yang kurang tentang gizi
Konsep klasik diet cukup energi tetapi kurang pprotein menyebabkan kwashiorkor
Diet kurang energi walaupun zat gizi esensial seimbang menyebabkan marasmus
18

Kwashiorkor terjadi pada hygiene yang buruk , yang terjadi pada penduduk desa yang
mempunyai kebiasaan memberikan makanan tambahan tepung dan tidak cukup
mendapatkan ASI
. Terjadi karena kemiskinan sehingga timul malnutrisi dan infeksi
Gejala klinis KEP ringan
. Pertumbuhan mengurang atau berhenti
. BB berkurang, terhenti bahkan turun
. Ukuran lingkar lengan menurun
. Maturasi tulang terlambat
. Rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun
. Tebal lipat kulit normal atau menurun
. Aktivitas dan perhatian kurang
. Kelainan kulit dan rambut jarang ditemukan
Pembagian
.
.
.

Marasmus
Kwashiorkor
Marasmus-kwashiorkor

2. Marasmus adalah kekurangan energi pada makanan yang menyebabkan cadangan protein
tubuh terpakai sehingga anak menjadi kurus dan emosional. Sering terjadi pada bayi
yang tidak cukup mendapatkan ASI serta tidak diberi makanan penggantinya, atau terjadi
pada bayi yang sering diare.
Penyebab
c. Ketidakseimbangan konsumsi zat gizi atau kalori didalam makanan
d. Kebiasaan makanan yang tidak layak
e. Penyakit-penyakit infeksi saluran pencernaan
Tanda dan gejala
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

Wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus


Mata besar dan dalam, sinar mata sayu
Mental cengeng
Feces lunak atau diare
Rambut hitam, tidak mudah dicabut
Jaringan lemak sedikit atau bahkan tidak ada, lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit
menghilang
Kulit keriput, dingin, kering dan mengendur, baggy paint
Torax atau sela iga cekung
Atrofi otot, tulang terlihat jelas (muscle wasting)
Tekanan darah lebih rendah dari usia sebayanya
Frekuensi nafas berkurang
Kadar Hb berkurang
Disertai tanda-tanda kekurangan vitamin

19

3. Kwashiorkor adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein dan sering timbul
pada usia 1-3 tahun karena pada usia ini kebutuhan protein tinggi.
Meski penyebab utama kwashiorkor adalah kekurangan protein, tetapi karena bahan makanan
yang dikonsumsi kurang menggandung nutrient lain serta konsumsi daerah setempat yang
berlainan, akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.
Penyebab
. Kekurangan protein dalam makanan
. Gangguan penyerapan protein
. Kehilangan protein secara tidak normal
. Infeksi kronis
. Perdarahan hebat
Tanda dan gejala
1. Wajah seperti bulan moon face
2. Pertumbuhan terganggu
3. Sinar mata sayu
4. Lemas-lethargi
5. Perubahan mental (sering menangis, pada stadium lanjut menjadi apatis)
6. Rambut merah, jarang, mudah dicabut
7. Jaringan lemak masih ada
8. Perubahan warna kulit (terdapat titik merah kemudian menghitam, kulit tidak keriput)
9. Iga normal-tertutup oedema
10. Atrofi otot
11. Anoreksia
12. Diare
13. Pembesaran hati (perlemakan hepar)
14. Anemia
15. Sering terjadi acites
16. Oedema (edema kedua tungkai, pitting edema)
4. Kwashiorkor-marasmik
kwashiorkor

memperlihatkangejala

campuran

antara

marasmus

dan

Penatalaksanaan
Secara umum
1. Ruangan cukup hangat dan bersih
2. Posisi tubuh diubah-ubah (karena mudah terjadi dekubitus)
3. Pencegahan infeksi nosokomial
4. Penimbangan BB tiap hari
Secara khusus
Resusitasi dan terapi komplikasi

20

Koreksi dehidrasi dan asidosis (pemberian cairan oralit atau infus)


Mencegah atau mengobati defisiensi vitamin A
Terapi Ab bila ada tanda infeksi atau sakit berat
Dietetik

Prinsip TKTP dan suplemen vitamin mineral


Bentuk makanan disesuaikan secara individual (cair, lunak, biasa, makanan dengan porsi
sedikit-sedikit tapi sering)
Pemantauan masukan makanan tiap hari (perubahan diet biasanya dilakukan setiap saat)
Persiapan pulang
Gejala klinik tidak ada
Nafsu makan baik
Pembekalan terhadap orang tua tentang gizi, perilaku hidup dan lingkungan yang sehat
Komplikasi

Infeksi saluran pencernaan


Defisiensi vitamin
Depresi mental

5. Penyakit Defisiensi Vitamin A


Gejala-gejala defisiensi vitamin ini yang menumbulkan kekhawatiran para ahli kesehatan
dn gizi adalah berhubungan dengan kondisi mata, sedangkan gejala-gejala yang menyerang
sistem tubuh lainnya tidak memberikan gambaran yang menggugah kekhawatiran lainnya.
Gambaran defisiensi vitamin A yang menyangkut kondisi mata, disebut Xerophtalmia. Ternyata
banyak kasus Xerophthalamia yang berakibat gangguan penglihatan yang permanen bahkan
sampai menjadi buta, terutama pada kelompok umur dewasa muda. Defisiensi vitamin A primer
disebabkan kekurangn konsumsi vitamin tersebut, sedangkan defisiensi sekunder karena absorbsi
dan utilitasnya terhambat.Konsumsi vitamin A kurang adalah karena kebiasaan makan yang
salah, tidak suka sayur dan buah, atau karena daya beli rendah, tidak sanggup membeli bahan
makanan hewani maupun nabati yang akaya akan vitamin A dan karoten tersebut.
DEFISIENSI VITAMIN A
Prevalensi tertinggi terjadi pada balita
Penyebab

Sifat

Intake makanan yang mengandung vitamin A kurang atau rendah


Rendahnya konsumsi vitamin A dan pro vitamin A pada bumil sampai melahirkan akan
memberikan kadar vitamin A yang rendah pada ASI
MP-ASI yang kurang mencukupi kebutuhan vitamin A
Gangguan absorbsi vitamin A atau pro vitamin A (penyakit pankreas, diare kronik, KEP
dll)
Gangguan konversi pro vitamin A menjadi vitamin A pada gangguan fungsi kelenjar
tiroid
Kerusakan hati (kwashiorkor, hepatitis kronik)

21

Mudah teroksidasi
Mudah rusak oleh sinar ultraviolet
Larut dalam lemak
Tanda dan gejala
Rabun senja-kelainan mata, xerosis konjungtiva, bercak bitot, xerosis kornea
Kadar vitamin A dalam plasma <20ug/dl
Tanda hipervitaminosis
Akut
Mual, muntah
Fontanela meningkat
Kronis
Anoreksia
Kurus
Cengeng
Pembengkakan tulang
Upaya pemerintah

Penyuluhan agar meningkatkan konsumsi vitamin A dan pro vitamin A


Fortifikasi (susu, MSG, tepung terigu, mie instan)
Distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi pada balita 1-5 tahun (200.000 IU pada bulan
februari dan agustus), ibu nifas (200.000 IU), anak usia 6-12 bulan (100.000 IU)
Kejadian tertentu, ditemukan buta senja, bercak bitot. Dosis saat ditemukan (200.000 IU),
hari berikutnya (200.000 IU) dan 4 minggu berikutnya (200.000 IU)
Bila ditemukan xeroptalmia. Dosis saat ditemukan :jika usia >12 bulan 200.000 IU, usia
6-12 bulan 100.000 IU, usia < 6 bulan 50.000 IU, dosis pada hari berikutnya diberikan
sesuai usia demikian pula pada 1-4 minggu kemudian dosis yang diberikan juga sesuai
usia
Pasien campak, balita (200.000 IU), bayi (100.000 IU)
Catatan

Vitamin A merupakan nutrient esensial, yang hanya dapat dipenuhi dari luar tubuh,
dimana jika asupannya berlebihan bisa menyebabkan keracunan karena tidak larut dalam
air
Gangguan asupan vitamin A bisa menyebabkan morbili, diare yang bisa berujung pada
morbiditas dan mortalitas, dan pneumonia

6. Penyakit Defisiensi Yodium


Salah satu manifestasi gambaran penyakit kekurangan zat gizi yodium yang meninjol
ialah pembesaran kelenjar gondok yang disebut penyakit gondok oleh awam atau nama
ilmiahnya struma simplex. Karena terdapat endemik di wilyah-wilayah tertentu yang kekurangan
yodium, disebut juga endemic goitre. Defisiensi yodium memberikan juga berbagai gambaran
klinik lainnya yang disagak ada hubungan dengan kondisi kekurangan zat gizi yodium itu,
sehingga disebut Iodine Deficiency Diseases (IDD). Ada 4 jenis IDD yaitu gondok endemic,

22

hambatan pertumbuhan fisik dan mental yang diebut cretinism, hambatan neuromotor, dan
kondisi tuli disertai bisu.
GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY)

Adalah sekumpulan gejala yang dapat ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan
yodium secara terus menerus dalam waktu yang lama.
Merupakna masalah dunia
Terjadi pada kawasan pegunungan dan perbukitan yang tanahnya tidak cukup
mengandung yodium
Defisiensi yang berlangsung lama akan mengganggu fungsi kelenjar tiroid yang secara
perlahan menyebabkan pembesaran kelenjar gondok
Dampak
Pembesaran kelenjar gondok
Hipotiroid
Kretinisme
Kegagalan reproduksi
Kematian
Defisiensi pada janin
Dampak dari kekurangan yodium pada ibu
Meningkatkan insiden lahir mati, aborsi, cacat lahir
Terjadi kretinisme endemis
Jenis syaraf (kemunduran mental, bisu-tuli, diplegia spatik)
Miksedema (memperlihatkan gejala hipotiroid dan dwarfisme)
Defisiensi pada BBL

Penting untuk perkembangan otak yang normal


Terjadi penurunan kognitif dan kinerja motorik pada anak usia 10-12 tahun pada mereka
yang dilahirkan dari wanita yang mengalami defisiensi yodium
Defisiensi pada anak
Puncak kejadian pada masa remaja
Prevalensi wanita lebih tinggi dari laki-laki
Terjadi gangguan kinerja belajar dan nilai kecerdasan
Klasifikasi tingkat pembesaran kelenjar menurut WHO (1990)

Tingkat 0 : tidak ada pembesaran kelenjar


Tingkat IA : kelenjar gondok membesar 2-4x ukuran normal, hanya dapat diketahui
dengan palpasi, pembesaran tidak terlihat pada posisi tengadah maksimal
Tingkat IB : hanya terlihat pada posisi tengadah maksimal
Tingkat II : terlihat pada posisi kepala normal dan dapat dilihat dari jarak 5 meter
Tingkat III : terlihat nyata dari jarak jauh
Sasaran
Ibu hamil
WUS
Dosis dan kelompok sasaran pemberian kapsul yodium
23

Bayi < 1tahun : 100 mg


Balita 1-5 tahun : 200 mg
Wanita 6-35 tahun : 400 mg
Ibu hamil (bumil) : 200 mg
Ibu meneteki (buteki) : 200 mg
Pria 6-20 tahun : 400 mg
GAKY tidak berhubungan dengan tingkat sosek melainkan dengan geografis
Spektrum gangguan akibat kekurangan yodium

Fetus : abortus, lahir mati, kematian perinatal, kematian bayi, kretinisme nervosa (bisu
tuli, defisiensi mental, mata juling), cacat bawaan, kretinisme miksedema, kerusakan
psikomotor
Neonatus : gangguan psikomotor, hipotiroid neonatal, gondok neonatus
Anak dan remaja : gondok, hipotiroid juvenile, gangguan fungsi mental (IQ rendah),
gangguan perkembangan
Dewasa : gondok, hipotiroid, gangguan fungsi mental, hipertiroid diimbas oleh yodium
Sumber makanan beryodium yaitu makanan dari laut seperti ikan, rumput laut dan sea food.
Sedangkan penghambat penyerapan yodium (goitrogenik) seperti kol, sawi, ubi kayu, ubi jalar,
rebung, buncis, makanan yang panas, pedas dan rempah-rempah.
Pencegahan/penanggulangan
Fortifikasi : garam
Suplementasi : tablet, injeksi lipiodol, kapsul minyak beryodium
7. Anemia Defisiensi Zat Besi
Pengaruh defisiensi Fe, terutama melalui kondisi gangguan fungsi hemoglobin.
Merupakan alat transportasi O2 yang diperlukan pada banyak reaksi metabolik tubuh. Pada anak
sekolah telah ditunjukkan adanya korelasi erat antara kadar hemoglobin dan kesanggupan anak
untuk belajar. Dikatakan bahwa pada kondisi anemia, daya konsentrasi dalam belajar menurun.
Defisiensi Fe dapat didiagnosisi berdasarkan data klinik dan data laboratorik yang
ditunjang oleh data konsumsi pangan. Gambaran klinik memperlihatkan kondisi anemia. Muka
penderita terlihat pucat, juga selaput lendir kelopk mata, bibir, dan kuku. Penderita terlihat dan
merasa bandannya lemah, kurang bergairah, dan cpeat merasa lelah, serta sering menunjukkan
sesak napas. Data laboratorik memperlihatkan kadar hemoglobin menurun di bawah 11%,
bahkan pada yang berat penurunan hemoglobin ini dapat mencapai tingkat di bawah 10% atau
lebih rendah lagi, sampai di bawah 4%. Data konsumsi mungkin memperlihatkan hidangan yang
kurang mengandung daging atau bahan makanan hewani lain, dan juga kurang sayur serta daun
yang berwarna hijau.
ANEMIA
Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau beberapa bahan
yang diperlukan untuk pematangan eritrosit.

24

Keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht) dan eritrosit lebih rendah dari nilai
normal, akibat defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan yang esensial yang dapat
mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut.
Macam-macam anemia

Anemia defisiensi besi adalah anemia karena kekurangan zat besi atau sintesa
hemoglobin
Anemia megaloblastik adalah terjadinya penurunan produksi sel darah merah yang
matang, bisa diakibatkan defisiensi vitamin B12
Anemia aplastik adalah anemia yang berat, leukopenia dan trombositopenia, hipoplastik
atau aplastik

ANEMIA DEFISIENSI BESI

Prevalensi tertinggi terjadi didaerah miskin, gizi buruk dan penderita infeksi
Hasil studi menunjukan bahwa anemia pada masa bayi mungkin menjadi salah satu
penyebab terjadinya disfungsi otak permanen
Defisiensi zat besi menurunkan jumlah oksigen untuk jaringan, otot kerangka,
menurunnya kemampuan berfikir serta perubahan tingkah laku.

Ciri
Akan memperlihatkan respon yang baik dengan pemberian preparat besi
Kadar Hb meningkat 29% setiap 3 minggu
Tanda dan gejala
Pucat (konjungtiva, telapak tangan, palpebra)
Lemah
Lesu
Hb rendah
Sering berdebar
Papil lidah atrofi
Takikardi
Sakit kepala
Jantung membesar
Dampak
Produktivitas rendah
SDM untuk generasi berikutnya rendah
Penyebab
Sebab langsung
Kurang asupan makanan yang mengandung zat besi
Mengkonsumsi makanan penghambat penyerapan zat besi
Infeksi penyakit
Sebab tidak langsung
25

Distribusi makanan yang tidak merata ke seluruh daerah


Sebab mendasar
Pendidikan wanita rendah
Ekonomi rendah
Lokasi ggeografis (daerah endemis malaria)
Kelompok sasaran prioritas
Ibu hamil dan menyusui
Balita
Anak usia sekolah
Tenaga kerja wanita
Wanita usia subur
Penanganan

Pemberian Komunikasi,informasi dan edukasi (KIE) serta suplemen tambahan pada ibu
hamil maupun menyusui
Pembekalan KIE kepada kader dan orang tua serta pemberian suplemen dalam bentuk
multivitamin kepada balita
Pembekalan KIE kepada guru dan kepala sekolah agar lebih memperhatikan keadaan
anak usia sekolah serta pemeberian suplemen tambahan kepada anak sekolah
Pembekalan KIE pada perusahaan dan tenaga kerja serta pemberian suplemen kepada
tenaga kerja wanita
Pemberian KIE dan suplemen dalam bentuk pil KB kepada wanita usia subur (WUS)

Program pemerintah penanggulangan KEP


Diprioritaskan pada daerah-daerah miskin dengan sasaran utama
Ibu hamil
Bayi
Balita
Anak-anak sekolah dasar
Keterpaduan kegiatan
Penyuluhan gizi
Peningkatan pendapatan
Peningkatan pelayanan kesehatan
Keluarga berencana
Peningkatan peran serta masyarakat
Kegiatan
Peningkatan upaya pemantauan tumbuh kembang anak melalui keluarga, dasawisma dan
posyandu
Penanganan secara khusus KEP berat

Rujukan pelayanan gizi di posyandu


26

Peningkatan gerakan sadar pangan dan gizi


ASI eksklusif

Kelebihan Gizi pada anak


Konsumsi terlalu berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energy. Kelebihan
energi dalam tubuh ini disimpan dalam bentuk lemak. Seseorang dikatakan menderita obesitas
bila berat badannya pada laki laki melebihi 15% dan pada wanita melebihi 20% dari berat badan
ideal menurut umurnya. Pada orang orang yang obesitas, organ organ tubuhnya dipaksa untuk
bekerja lebih berat. Oleh sebab itu, pada umumnya lebih cepat gerah,capai dan mempunyai
kecenderungan untuk membuat kekeliruan dalam bekerja. Akibat dari penyakit obesitas ini
adalah penderita cenderung menderita penyakit kardiovaskuler, hipertensi,dan diabetes mellitus.
Obesitas adalah keadaan penimbunan jaringan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas terjadi bila
asupan energi melebihi pengeluarannya. Ketidakseimbangan ini terjadi karena jumlah makanan
yang dimakan berlebihan dibandingkan energi yang dikeluarkan untuk aktivitas anak sehari-hari.
Secara ilmiah didefinisikan sebagai indeks massa tubuh terletak di atas persentil 95 kurva BMI
CDC 2000. Bila masih di atas persentil 85 maka perlu dikatakan memiliki risiko obestitas.
OBESITAS

adalah penyakit gizi yang disebabkan kelebihan kalori dan ditandai dengan akumulasi
jaringan lemak secara berlebihan diseluruh tubuh.
Merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan
dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh
Gizi lebih (over weight) dimana berat badan melebihi berat badan rata-rata, namun tidak
selalu identik dengan obesitas

BB >>> tidak selalu obesitas


Penyebab
Perilaku makan yang berhubungan dengan faktor keluarga dan lingkungan
Aktifitas fisik yang rendah
Gangguan psikologis (bisa sebagai sebab atau akibat)
Laju pertumbuhan yang sangat cepat
Genetik atau faktor keturunan
Gangguan hormon
Gejala
Terlihat sangat gemuk
Lebih tinggi dari anak normal seumur
Dagu ganda
Buah dada seolah-olah berkembang
Perut menggantung
Penis terlihat kecil
Terdapat 2 golongan obesitas
27

Regulatory obesity, yaitu gangguan primer pada pusat pengatur masukan makanan
Obesitas metabolik, yaitu kelainan metabolisme lemak dan karbohidrat
Resiko/dampak obesitas
Gangguan respon imunitas seluler
Penurunan aktivitas bakterisida
Kadar besi dan seng rendah
Penatalaksanaan

Menurunkan BB sangat drastis dapat menghentikan pertumbuhannya. Pada obesitas


sedang, adakalanya penderita tidak memakan terlalu banyak, namun aktifitasnya kurang,
sehingga latihan fisik yang intensif menjadi pilihan utama
Pada obesitas berat selain latihan fisik juga memerlukan terapi diet. Jumalh energi
dikurangi, dan tubuh mengambil kekurangan dari jaringan lemak tanpa mengurangi
pertumbuhan, dimana diet harus tetap mengandung zat gizi esensial.
Kurangi asupan energi, akan tetapi vitamin dan nutrisi lain harus cukup, yaitu dengan
mengubah perilaku makan
Mengatasi gangguan psikologis
Meningkatkan aktivitas fisik
Membatasi pemakaian obat-obatan yang untuk mengurangi nafsu makan
Bila terdapat komplikasi, yaitu sesak nafas atau sampai tidak dapat berjalan, rujuk ke
rumah sakit
Konsultasi (psikologi anak atau bagian endokrin)

Tanda dan Gejala


Obesitas pada anak ditandai dengan beberapa ciri sebagai berikut:
1. pertumbuhan atau pertambahan berat badan di atas rata-rata
2. mulai tampak gemuk sejak usia dini
3. asupan makan berlebih
4. ada riwayat keturunan obesitas
5. tidurnya mengorok
6. aktivitas sehari-hari hanya ringan-ringan saja/ sedentary life
7. muka tembem, dagu rangkap, leher pendek
8. terdapat bagian tubuh yang berlipat-lipat
9. perut buncit
10. pada anak lelaki penis tenggelam (tertutup lipatan tubuh), nak laki-laki sering merasa
malu karena payudara seolah olah tumbuh,menggantung dan sering disertai strie
11. Anak lebih cepat mencapai pubertas. Kematangan sexsual lebih cepat, pertumbuhan
payudara, menarke, pertumbuhan rambut kelamin dan ketiak juga lebih cepat
Yang akan Dilakukan Dokter di RS
1. Dokter akan memeriksa tanda dan gejala obesitas pada anak Anda dan akan melakukan
beberapa pemeriksaan sebagai berikut:
- pengukuran BB dan TB untuk mendapatkan nilai BMI (Body Mass Index)
- membandingkan perubahan berat badan dengan tinggi badan
- memeriksa daerah tubuh yang berlipat-lipat karena timbunan lemak
- tekanan darah
28

memeriksa daerah tubuh seperti rambut, tanda-tanda sekunder kelamin, perkembangan


seksual, perut, jari dan kaki, serta daerah penis.
Dokter akan melakukan pemeriksaan laboratorium yang tujuannya untuk mengetahui
penyebab obesitas. Tidak semua harus dilakukan, harus sesuai dengan indikasi:
1. darah perifer lengkap
2. tes toleransi glukosa
3. fungsi tiroid
4. profil lipid
5. sekresi dan fungsi growth hormon
6. kalsium, fosfat, dan kadar hormon paratiroid
7. fungsi hati: SGOT dan SGPT
8. foto orofaring
9. USG hati
10. MRI untuk cek hipotalamus dan hipofisis
11. Sleep studies untuk mendeteksi sleep apneu

Komplikasi
Berbagai keadaan yang erat hubungannya dengan obesitas, baik yang terjadi pada masa bayi
maupun masa dewasa antara lain:
1. Terhadap kesehatan : Obesitas ringan sampai sedang, morbiditasnya kecil pada masa anakanak. Tetapi bila obesitas masih terjadi setelah dewasa, maka morbiditas atau mortalitasnya akan
menigkat. Terdapat korelasi positif antara tingkat obesitas dengan berbagai penyakit infeksi,
kecuali TBC. Morbiditas dan mortalitas yang tinggi tersebut, dikaitan dengan menurunya respon
immunologic sel T dan aktfitas sel Polimorfonuklear.
2. Saluran pernafasan : Pada bayi, obesitas merupakan resiko terjadinya infeksi saluran
pernafasan bagian bawah, karena terbatasnya kapasitas paru-paru. Adanya hipertropi tonsil dan
adenoid akan mengakibatkan obstruksi saluran nafas bagian atas, sehingga mengakibatkan
anuksia dan saturasi oksigen rendah, yang disebut sindrom Chubby Puffer. Obstruksi kronis
saluran pernafasan dengan hipertropi tonsil dan adenoid, dapat mengakibatkan gangguan tidur,
gejala-gejala jantung dan kadar oksigen dalam darang yang abnormal. Keluhan lainnya adalah
nafas yang pendek.
3. Kulit sering lecet karena gesekan. Anak merasa gerah atau panas sering di sertai miliaria,
maupun jamur pada lipatan-lipatan kulit.
4. Ortopedi : Anak obesitas pergerakannya lambat. Sering terdapat kelainan ortopedi
seperti Legg-perthee disease, genu valgum, slipped femoral capital epiphyses, tibia vara dll.
5. Efek psiokologis : Kurangnya percaya diri. Anak pada masa remaja yang obesitas biasanya
pasif dan depresi. Karena sering tidak di libatkan pada kegiatan yang dilakukan oleh teman
sebayanya. Juga sulit mendapatkan pacar, karena merasa potongan tubuhnya jelek, tidak modis,
merasa rendah diri sehinga mengisolasikan diri pergaulan dengan teman temannya. Gangguan
kejiwaan ini juga dapat sebagai penyebab terjadinya obesitas, yaitu dengan melampiasakan setres
yang dialaminya ke makanan.
29

6. Bila obesitas pada anak terus berlanjut sampai masa dewasa dapat mengakibatkan:
Hipertensi pada masa odelesensi.
Hyperlipidemia, aterosklerosis, penyakit jantung coroner, hipertensi maligna pada
dewasa.
Diabetes
Sindrom pickwickian merupakan komplikasi yang berat dari obesitas dewasa, yaitu
gangguan pada jantung dan pernafasan, hipoventilasi. Dengan manifestasi polisitemia,
pipoksemia, sianosis, pembesaran jantung, gagal jantung, tongesif, dan somnolen. Kita harus
berhati-hati pada pemberian oksigen konsentrasi tinggi pada anak ini. Usaha pengurusan badan
sangat penting bila terjadi komplikasi ini.
Maturitas sexsual lebih awal, mensturasi sering tidak teratur
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan obesitas pada anak berbeda dengan pengobatan obesitas dewasa,
karena tujuannya hanya menghambat laju kenaikan berat badan yang pesat tersebut dan
tidak boleh diet terlalu ketat. Sehingga pengaturan dietnya harus dipertimbangkan bahwa anak
masih dalam masa pertumbuhan sesuai tinggat pertumbuhan pada usia anak tersebut. Disamping
itu pengobatan obesitas pada anak sering gagal, kecuali mendapat dukungan dari seluruh
keluarga. Olahraga atau aktifitas tubuh yang teratur sangat penting dalam upaya penata laksanaan
obesitas pada anak ini.
Pada prinsipnya pengobatan anak dengan obesitas adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki factor penyebab, misalnya kesalahan cara pengasuhan maupun factor kejiwaan.
2. Motivasi penderita obesitas dewasa tentang perlunya penggusauran badan. Sedangkan orang
tua bayi atau anak yang obesitas harus dimotivasi tentang pentingnya memperlambat kenaikan
berat badan bayi atau anaknya.
3. Pemberian diet rendah kalori seimbang untuk menghambat kenaikan berat badan kemudian
membimbing pengaturan makanan yang sesuai untuk mempertahankan gizi yang ideal sesuai
dengan pertumbuhan anak. Ditambahkan pula vitamin dan mineral.
4. Mengajukan penderita untuk olahraga yang teratur atau anak bermain secara aktif, sehingga
banyak energy yang banyak digunakan.
Baik terapi diet maupun pisiko terapi harus diberikan pada seluruh keluarga. Sehingga
seluruh keluarga seolah-olah turut serta dalam usaha pencapaian berat badan tersebut.
Cara pengaturan dietnya adalah sebagai berikut:
1. Pada bayi yang mengalami obesitas, tujuan terapi bukan untuk menurunkan berat badannya
seperti pada obesitas dewasa, teteapi memperlambat kecepatan kenaikan berat badannya. Bayi
diberikan diet sesuai degan kebutuhan normal untuk pertumbuhan, yaitu 110 kkal/kg. BB/hari
untuk bayi kurang dari 6 bulan dengan 90 kkal/kg. BB/hari untuk bayi lebih dari 6 bulan. Susu
botol jumlahnya harus dikurangi dengan cara diselingi dengan air tawar, disamping itu tidak

30

dianjurkan memberi susu yang diencerkan, susu rendah atau tanpa lemak. Disamping itu kita
anjurkan pada ibunya agar anak tidak digendong saja, tetapi dibiarkan melakukan aktifitas.
2. Pada anak prasekolah yang menglami obesitas, kenaikan berat badannya harus diperlambat,
dengan memberikan diet seimbang 60 kkal/kg. BB/hari. Atau bisa juga dari makan keluarga
dengan porsi kecil dan menghindari makanan yang mengandung kalori tinggi. Selain itu kita
harus mendorong anak untuk melakukan aktifitas fisik dan mencegah menonton TV berlebihan.
3. Pada anak usia sekolah (prapubertas) yang obesitas, kita berusaha mempertahankan berat
badan anak dan menaikan tinggi badannya. Diet diberikan 1200 kkal/hari atau sekitar 60 kkal/kg.
BB/hari. Mendorong anak melakukan aktifitas fisik secara sendiri-sendiri maupun secara
berkelompok. Tidak boleh menonton TV terlalu lama, lebih lebih jika disertai makan
makanan yang bekalori tinggi. Mengorganisir kelompok olah raga atau rekreasi, agar anak lebih
aktif.
4. Pada obesitas dewasa, kita harus menurunkan berat badannya untuk mencapai berat badan
yang diharapkan sesuai dengan tinggi badannya. Diet di berikan sekitar 850 kkal/hari, ataupun
ingin menurunkan berat badan 500 kkal/hari. Selain itu anak harus didorong untuk melakukan
aktifitas baik sendiri maupun secara berkelompok. Mendorong anak agar mau melakukan
interaksi dengan teman temannya.
Prognosis
Prognosis obesitas tergantung pada penyebab dan ada tidak adanya komplikasi. Obesitas
yang berlanjut sampai dewasa, morbiditas dan mortalitasnya tinggi.
Pencegahan
Mencegah obesitas lebih baik daripada mengobati jika sudah terjadi obesitas yang
penting adalah mengubah pandangan masyarakat agar mereka tidak menganggap bahwa sehat itu
identing dengan gemuk.
Pencegahan harus sedini mungkin yang dimulai sejak dari bayi, yaitu dengan
memberikan ASI. Bayi yang minum ASI mempunyai mekanisme tersendiri dalam mengontrol
berat badan bayi. Komposisi ASI pada saat baru mulai disusui (Foremilk) lemaknya sedikit,
sedangkan pada akhir menyusui (hint milk) kadar lemaknya lebih tinggi, sehingga menimbulkan
rasa nek pada bayi, akibatnya bayi akan menghentikan menyusu. Pemberian ASI ekskulif
empat (4) bulan, kemudian, makanan tambahan diberikan mulai umur empat (4) bulan, dan
pemberian ASI dianjuran sampai umur 2 tahun. Tidak memberikan minuman atau makanan
setiap anak menangis, kecuali kalau kita yakin bahwa anak tersebut memang lapar. KMS (Kartu
Menuju Sehat) perlu untuk memnatau pertumuhan anak, sehingga kita mengetahui
penyimpangan arah dari grafik berat badan anak. Anak sedini mungkin dikenalkan aktifitas fisik,
baik melalui bermain maupun olahraga. Menonton TV hanya sebagai selingan saja.
Strategi Pencegahan Dan Penanggulangan Gizi Buruk

Mengembalikan fungsi posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi masyarakat dan


keluarga dalam memantau, mengenali dan menanggulangi secara dini gangguan
pertumbuhan pada balita utamanya baduta.
31

Meningkatkan kemampuan dan keterampilan SDM puskesmas beserta jaringannya dalam


tatalaksana gizi buruk dan masalah gizi lain, manajemen laktasi dan konseling gizi.
Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada kelompok rawan
termasuk keadaan darurat melalui suplementasi zat gizi mikro, MP-ASI, makanan
tambahan dan diet khusus.
Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui advokasi, sosialisasi dan KIE gizi seimbang.
Mengoptimalkan surveilans berbasis masyarakat melalui SKDN, Sistem Kewaspadaan
Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) Gizi Buruk, dan Sistem Kewaspadaan Pangan dan
Gizi (SKPG), untuk meningkatkan manajemen program perbaikan gizi.
Mengembangkan model intervensi gizi tepat guna yang evidence based.
Menggalang kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan masyarakat beserta
swasta/dunia usaha dalam memobilisasi sumberdaya untuk penyediaan pangan di tingkat
rumah tangga, peningkatan daya beli keluarga, dan perbaikan pola asuhan gizi keluarga.

LI.3. Memahami dan menjelaskan gaya hidup tidak sehat pada anak
1. Diet tidak seimbang.Sejak kecil, anak-anak harus terbiasa mengenal makanan sehat.
Seperti membawa makanan ringan buatan rumah sebagai bekal sekolah atau menyantap
potongan buah dan sayur sebagai camilan. Kenalkan mereka pada makanan bernutrisi
yang rendah lemak dan gula.
2. Aktivitas fisik yang kurang. Ajak mereka melakukan kegiatan fisik seperti olahraga
ringan. Kegiatan itu tak hanya membebaskan mereka dari segudang penyakit namun juga
mengajarkan anak-anak untuk memiliki pandangan positif.
3. Tidak ada batasan waktu dalam menonton TV. Batasi waktu mereka menonton TV.
Saat menonton TV, mereka jadi enggan bergerak. Hal itu berujung pada risiko penyakit
kardiovaskular dan kegemukan. Aturan itu pun sebaiknya berlaku pada jam-jam mereka
bermain video game atau mengoperasikan komputer.
4. Tidak menggosok gigi. Ajarkan mereka menggosok gigi sebanyak dua kali sehari. Beri
mereka pengetahuan tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan gigi.
5. Tidak mencuci tangan. Anak-anak harus mencuci tangan sebelum dan sesudah
menyantap apapun. Mereka juga harus membersihkan tangan setelah batuk, flu, atau
menyentuh barang-barang kotor.
6. Konsumsi air yang kurang. Saat anak berusia enam bulan, dokter menyarankan
orangtua mengenalkan air putih pada mereka. Kebiasaan minum air putih akan
mengeluarkan racun dari dalam tubuh.(Magforwoman)
7. Menghabiskan makanan hingga piring bersihPada umumnya, anak-anak yang sehat
akan makan ketika mereka merasa lapar dan berhenti sebelum kekenyangan. Namun
banyak orang tua yang secara tidak sadar mengacaukan hal ini dengan mengajarkan anak
untuk menghabiskan makanan sampai piring bersih. Hal ini akan membuat anak bisa
makan hingga terlalu kenyang. Sebaiknya sediakan porsi makan yang sesuai untuk anak,
tidak terlalu sedikit, juga tidak terlalu banyak.
8. Tingginya konsumsi gula. Sudah merupakan hal yang biasa untuk kebanyakan orang tua
membujuk anak-anak mereka agar mau memakan buah-buahan atau sayur-sayuran
dengan sogokan atau hadiah diberikan makanan penutup yang manis seperti permen,
cokelat es krim dan lain sebagainya. Hal ini tentu saja tidak baik karena secara tidak
langsung Anda mengajarkan anak berpikir bahwa makanan manis adalah makanan paling
32

enak daripada makanan utama. Akibatnya, anak akan terbiasa mengonsumsi makanan
penutup yang manis setelah mereka makan makanan seimbang yang sehat.
9. Ngemil terlalu banyak. Memberikan cemilan terlalu banyak kepada anak akan membuat
anak kenyang dengan makanan yang tidak mengandung nutrisi untuk tubuh mereka,
sehingga mereka akan menolak untuk makan makanan yang sehat. Selain itu, kebiasaan
mengemil pada anak juga tentu saja akan memicu obesitas.
10. Konsumsi kalori berlebih dari minuman. Minuman seperti soda, jus kalengan dan
smoothies yang mudah ditemukan di mana-mana mengandung kalori yang tinggi serta
tidak memberikan vitamin atau nutrisi apapun untuk tubuh. Oleh karena itu biasakan
memberi Anak anda air putih, susu atau jus yang dibuat sendiri di rumah.
11. Terlalu lama di depan layar kaca. Tidak membatasi waktu anak di depan layar kaca
juga dapat berdampak kepada berat badan mereka. Jangan izinkan anak seharian berada
di depan layar kaca seperti menonton televisi, bermain video games atau komputer.
Hindari menggunakan televisi atau media lainnya untuk menjadi pusat perhatian anak
Anda saat waktu makan dan bercengkrama dengan Anda.
12. Tak mengacuhkan waktu tidur. Kekurangan waktu tidur dapat menyebabkan keinginan
untuk mengemil dan makan lebih banyak dari biasanya karena mereka membutuhkan
asupan ekstra energi untuk tidak tertidur. Oleh karena itu atur jam tidur anak Anda 8-9
jam setiap hari. (eh)
13. Suka ngemil sembari menonton televisi
14. Malas olahraga
15. Malas minum air putih
16. Suka makanan yang diproses
17. Sering stress dan perilaku suka makan
18. Tidak melakukan 3J : Jenis makanan yang beraneka, Jam makan yang teratur, dan
Jumlah makanan secukupnya
19. Tidak menghindari 3G : Gula, Garam, Goreng-gorengan
20. Tidak minum air putih yang cukup (minimal 2 liter per hari)
21. Mengkonsumsi makanan kaleng
22. Tidak menyikat gigi setelah makan
LI.4. Memahami dan menjelaskan PHBS
LO.4.1 Definisi PHBS
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat
menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakatnya.
Menurut Lawrence Green (1980), dalam Notoatmodjo (2007), dalam Jariston (2009), ada
tiga faktor penyebab mengapa seseorang melakukan perilaku hidup bersih dan sehat yaitu:
1.
Faktor Pemudah (Predisposing factors)
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap anak-anak terhadap perilaku hidup bersih dan
sehat. Dimana faktor ini menjadi pemicu atau antesenden terhadap perilaku yang menjadi dasar

33

atau motivasi bagi tindakannya akibat tradisi, kebiasaan, kepercayaan, tingkat pendidikan, dan
tingkat sosial ekonomi.
2.
Faktor pemungkin (enambling factors)
Faktor pemicu teradap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau tindakan
terlaksana. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi
anak-anak, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, jamban, ketersediaan makanan
bergizi, dan sebagainya. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan
terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat.
3.
Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Faktor ini
terwujud dalam bentuk sikap dan perilaku pengasuh anak-anak atau orangtua yang merupakan
tokoh yang dipercaya atau dipanuti anak-anak. Contoh pengasuh anak-anak memberikan
keteladanan dengan melakukan cuci tangan sebelum makan atau selalu minum air yang sudah
dimasak. Maka hal ini akan menjadi penguat untuk perilaku hidup bersih dan sehat bagi anakanak
LO.4.2 Tujuan PHBS
1. Tujuan Umum
Meningkatnya rumah tangga sehat di desa kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
2. Tujuan Khusus
- Meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan anggota rumah tangga untuk
melaksanakan PHBS.
- Berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat.
Manfaat PHBS:
1. Manfaat PHBS bagi rumah tangga:
a. Setiap rumah tangga meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit.
b. Anak tumbuh sehat dan cerdas.
c. Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat dengan meningkatnya kesehatan anggota
rumah tangga maka biaya yang dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya
investasi seperti biaya pendidikan, pemenuhan gizi keluarga dan modal usaha untuk
peningkatan pendapatan keluarga.
2. Manfaat PHBS bagi masyarakat:
a. Masyarakat mampu mengupa yakan lingkungan yang sehat.
b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan.
c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
d. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)
seperti
3. posyandu, jaminan pemeliharaan kesehatan, tabungan bersalin (tabulin), arisan jamban,
kelompok
4. pemakai air, ambulans desa dan lain-lain.
34

LO.4.3 Manfaat PHBS


Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat bagi rumah tangga:
1. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit
2. Anak tumbuh sehat dan cerdas
3. Prokduktifitas kerja anggota keluarga meningkat dengan meningkatnya kesehatan
anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya dialokasikan untuk kesekahatan dapat
diahlikan untuk biaya investasi seperti biya pendidikan, Pemenuhan gizi keluarga dan
modal usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga
Manfaat Perilaku Hidup dan Sehat bagi masyarakat:
1. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat
2. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan
3. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
4. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)
seperti posyandu, jaminan pemeliharaan kesehatan, tabungan bersalin (tabulin), arisan jamban,
kelompok pemakai air, ambulans desa dll.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) berdasarkan keputusan menteri kesehatan RI No.
1193/MENKES/SK/X/2004 adalah salah satu kebijakan nasional yaitu promosi kesehatan untuk
mendukung pencapaian visi Indonesia sehat 2010.
LO.4.4 Jenis PHBS
PHBS RUMAH TANGGA
Sasaran PHBS di Rumah Tangga adalah seluruh anggota keluarga yaitu:
1. Pasangan Usia Subur
2. Ibu Hamil dan Ibu Menyusui
3. Anak dan Remaja
4. Usia Lanjut
1. Pengasuh Anak
Pembinaan PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mewujudkan Rumah Tangga Sehat. Rumah
Tangga Sehat adalah rumah tangga yang memenuhi 7 indikator PHBS dan 3 indikator Gaya
Hidup Sehat sebagai berikut:
1. Persalinanditolong oleh tenaga kesehatan
Adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan tenaga para medis
lainnya). Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang aman, bersih,
dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.

35

2. Memberi ASI ekslusif


Adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan atau
minuman lain. ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup
dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik. ASI
pertama berupa cairan bening berwarna kekuningan (colostrums), sangat baik untuk bayi karena
mengandung zat kekebalan terhadap penyakit.
3. Menimbang balita setiap bulan
Penimbangan bayi dan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan.
Penimbangan bayi dan balita dilakukan mulai umur 1 bulan sampai 5 tahun di posyandu. Dengan
demikian dapat diketahui apakah balita tumbuh sehat atau tidak dan mengetahui kelengkapan
imunisasi serta bayi yang dicurigai menderita gizi buruk.
4. Menggunakan air bersih
Air adalah kebutuhan dasar yang diperlukan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi,
berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur dan sebagainya agar kita tidak terkena
penyakit atau terhindar dari sakit. Rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih adalah
rumah tangga yang sehari-harinya memakai air minum yang meliputi air dalam kemasan, ledeng,
pompa, sumur terlindung, serta mata air terlindung yang berjarak minimal 10 meter dari tempat
penampungan kotor air limbah.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Manfaat mencuci tangan dengan sabun adalah membunuh kuman penyakit yang ada di tangan,
mencegah penularan penyakit diare, kolera, disentri, tifus, cacingan, penyakit kulit, Infeksi
Saluran Pernafasan Akut, flu burung atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) serta
tangan mejadi bersih dan bebas dari kuman.
6. Menggunakan jamban sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang
terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa
(cemplung) yang dilengkapi dengan unit pembuangan kotoran dan air untuk membersihkannya.
Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air, sedangkan jamban leher angsa
digunakan untuk daerah yang cukup air dan daerah padat penduduk.
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik secara
berkala tidak terdapat jentik nyamuk. Pemeriksaan jentik berkala adalah pemeriksaan tempattempat perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat penampungan air) yang ada dalam rumah
seperti bak mandi atau WC, vas bunga, tatakan kulkas dan lain-lain. Hal yang dilakukan agar
rumah bebas jentik adalah melakukan 3 M plus (menguras, menutup, mengubur plus
menghindari gigitan nyamuk).
8. Makan buah dan sayur setiap hari
36

Makan sayur dan buah sangat penting karena sayur dan buah mengandung vitamin dan mineral
yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta mengandung serat yang tinggi.
Konsumsi sayur dan buah yang tidak merusak kandungan gizinya adalah dengan memakannya
dalam keadaan mentah atau dikukus. Merebus dengan air akan melarutkan beberapa vitamin dan
mineral dalam sayur dan buah tersebut. Pemanasan tinggi akan menguraikan beberapa vitamin
seperti vitamin C.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran
tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan mempertahankan
kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Aktivitas fisik yang dapat dilakukan
antara lain kegiatan sehari-hari yaitu berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian,mencuci mobil
dan turun tangga. Selain itu kegiatan olahraga seperti push up, lari ringan, bermain bola,
berenang, senam, fitness, dapat juga dilakukan sebagai aktifitas fisik.
10. Tidak merokok di dalam rumah
Tidak merokok adalah penduduk 10 tahun keatas yang tidak merokok selama 1 bulan terakhir.
Perokok terdiri atas perokok aktif dan perokok pasif. Bahaya perokok aktif dan perokok pasif
adalah dapat menyebabkan kerontokan rambut, gangguan pada mata seperti katarak, kehilangan
pendengaran lebih awal dibanding bukan perokok, menyebabkan penyakit paru-paru kronis,
merusak gigi, sakit jantung, stroke, kanker kulit, kemandulan, impotensi, kanker rahim dan
keguguran.
Menurut Dinas Keshatan Republik Indonesia tahun 2007 klasifikasi tersebut sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Klasifikasi I (warna merah) : jika melakukan 1 sampai dengan 3 dari 10 indikator PHBS dalam
tatanan rumah tangga.
Klasifikasi II (warna kuning) : jika melakukan 4 sampai dengan 5 dari 10 indikator PHBS dalam
tatanan rumah tangga.
Klasifikasi III (warna hijau) : jika melakukan 6 sampai dengan 7 dari 10 indikator PHBS dalam
tatanan rumah tangga.
Klasifikasi IV (warna biru) : klasisifikasi III + ikut dana sehat
Klasifikasi penilaian PHBS menurut Dinas Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2008
mengalami perubahan, dimana jika salah satu indikator PHBS tidak terpenuhi, maka tatanan
tersebut dinyatakan tidak menjalankan PHBS.
PHBS SEKOLAH
Penerapan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit
yang sering menyerang anak usia sekolah (6 10 tahun), yang ternyata umumnya berkaitan
dengan PHBS. PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta
didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan
37

aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Penerapan PHBS ini dapat dilakukan melalui
pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah.
Indikator PHBS adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan di
institusi pendidikan. Indikator institusi pendidikan adalah Sekolah Dasar negeri maupun swasta
(SD/MI). Sasaran PHBS tatanan institusi pendidikan adalah sekolah dan siswa dengan indikator :
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.

Tersedia jamban yang bersih dan sesuai dengan jumlah siswa


Tersedia air bersih atau air keran yang mengalir di setiap kelas
Tidak ada sampah yang berserakan dan lingkungan sekolah yang bersih dan serasi
Ketersediaan UKS yang berfungsi dengan baik
Siswa menjadi anggota dana sehat (JPKM)
Siswa pada umumnya (60 %) kukunya pendek dan bersih
Siswa tidak merokok
Siswa ada yang menjadi dokter kecil atau promosi kesehatan sekolah (minimal 10 orang)

Syarat-syarat sekolah ber-PHBS yaitu :


-

Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun.


Jajan di kantin sekolah yang sehat.
Membuang sampah pada tempatnya.
Mengikuti kegiatan olah raga di sekolah.
Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan.
Tidak merokok di sekolah.
Memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin.
Buang air besar dan buang air kecil di jamban sekolah.

PHBS TEMPAT UMUM


Tempat-tempat umum merupakan sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta, atau
perorangan yang digunakan untuk kegiatan masyarakat, seperti sarana pariwisata, transportasi
umum, sarana ibadah, sarana olahraga, sarana perdagangan, dsb. PHBS di tempat-tempat umum
adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat
umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam
mewujudkan tempat-tempat umum yang ber-PHBS. Melalui penerapan PHBS di tempat umum
ini, diharapkan masyarakat yang berada di tempat-tempat umum akan terjaga kesehatannya dan
tidak tertular atau menularkan penyakit.
Syarat tempat umum yang ber-PHBS yaitu :
-

Menggunakan air bersih.


Menggunakan jamban.
Membuang sampah pada tempatnya.
Tidak merokok.
Tidak meludah sembarangan.
Memberantas jentik nyamuk.
38

Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih.


Menutup makanan dan minuman.

PHBS TEMPAT KERJA


PHBS di tempat kerja merupakan upaya memberdayakan para pekerja agar tahu, mau dan
mampu mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat.
Penerapan PHBS di tempat kerja diperlukan untuk menjaga, memelihara dan mempertahankan
kesehatan pekerja agar tetap sehat dan produktif. Manfaat PHBS di tempat kerja diantaranya
masyarakat di sekitar tempat kerja menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit, serta lingkungan di
sekitar tempat kerja menjadi lebih bersih, indah, dan sehat.
Syarat tempat umum yang sehat yaitu :
-

Mengkonsumsi makanan bergizi.


Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
Tidak merokok di tempat kerja.
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
Menggunakan air bersih.
Memberantas jentik di tempat kerja.
Menggunakan jamban.
Membuang sampah pada tempatnya.

PHBS INSTITUSI KESEHATAN


Institusi kesehatan adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau perorangan
yang digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, seperti rumah sakit,
puskesmas, dan klinik swasta. PHBS di institusi kesehatan merupakan upaya untuk
memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung, dan petugas agar tahu, mampu, dan mampu
mempraktikkan hidup perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan
intitusi kesehatan ber-PHBS. PHBS di Institusi Kesehatan sangat diperlukan sebagai salah satu
upaya untuk mencegah penularan penyakit, infeksi nosokomial dan mewujudkan Institusi
Kesehatan yang sehat.
Syarat institusi sehat yaitu :
-

Menggunakan air bersih.


Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun.
Menggunakan jamban.
Membuang sampah pada tempatnya.
Tidak merokok di Institusi Kesehatan.
Tidak meludah sembarangan.
Memberantas jentik nyamuk

LO.4.5 Strategi PHBS


39

Strategi adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan PHBS. Kebijakan
Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS
yaitu:
1.
Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan
mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah
dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek
attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek
practice).
Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga serta kelompok masyarakat.
Bilamana sasaran sudah pindah dari mau ke mampu melaksanakan boleh jadi akan terkendala
oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan
langsung, tetapi yang sering kali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses
pengorganisasian masyarakat (community organization) atau pembangunan masyarakat
(community development). Untuk itu sejumlah individu yang telah mau dihimpun dalam suatu
kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini
pun masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari dermawan).
Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan program kesehatan
yang didukungnya.
2.
Bina Suasana (Social Support)
Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota
masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk
mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimanapun ia berada (keluarga di rumah,
orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan bahkan
masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk
mendukung proses pemberdayaan masyarakat khususnya dalam upaya meningkatkan para
individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga pendekatan
dalam Bina Suasana yaitu: pendekatan individu, pendekatan kelompok, dan pendekatan
masyarakat umum.
3.
Pendekatan Pimpinan (Advocacy)
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen
dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa
brupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan
pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat
informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan yang lain yang umumnya dapat berperan
sebagai penentu kebijakan (tidak tertulis) dibidangnya dan atau sebagai penyandang dana non
pemerintah. Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi
jarang diperoleh dalam waktu yang singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung
tahapan-tahapan yaitu: a) mengetahui atau menyadari adanya masalah, b) tertarik untuk ikut
mengatasi masalah, c) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai

40

alternatif pemecahan masalah, d) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu
alternatif pemecahan masalah, dan e) memutuskan tindak lanjut kesepakatan.

LI.5. Memahami dan menjelaskan PHBS dan pemberdayaan masyarakat dari pandangan Islam
Al-quran banyak ayat yang menganjurkan unntuk bersuci. Alalh berfirman :

Dan pakaianmu bersikanlah (QS.Al Muddatsir ayat: 4)



Sesungguhnya Allah mencintai orang orang yang bertaubat dan orang orang yang mermbersikan
diri. ( QS. Al baqarah:222 ).
Ada dua makna dalam mengarti suci, yaitu suci dari hadats dan suci dari najis. Hadats dan najis
merupakan sesuatu yang menghalangi seseorang untuk melaksanakan ibadah tertentu seperti shalat.
Hadats berbeda dengan najis karena hadats berarti keadaan dan bukan suatu benda atau zat tertentu,
sedangkan najis berarti benda atau zat tertentu dan bukan suatu keadaan.
Memberdayakan masyarakat dalam bidang kesehatan adalah hal yang benar, maka dalam islam
pun diajarkan.
Dalam Islam, kesehatan termasuk hal utama. Hal ini didukung dengan kenyataan bahwa
banyak ayat Al-Quran dan hadist yang berkaitan dengan kesehatan. Salah satu contohnya adalah
wahyu kedua yang dibawakan Jibril, yaitu Ayat 1-5 Surat Al Mudatstsir. Wahyu tersebut belum
mengenai shalat, puasa dan zakat, tetapi perintah untuk berdakwah dan mengenai kesucian (kebersihan)
dan menjauhi kekotoran.

Pada ayat di atas tampak bahwa kebersihan menjadi pangkal kesehatan. Ilmu kesehatan modern
tetap berpendirian bahwa kebersihan merupakan pangkal kesehatan. Tidaklah heran kalau kebersihan
umumnya merupakan salah satu kewajiban yang selalu diperintahkan Nabi Muhammad SAW kepada para
pengikutnya dan dijadikan sendi dasar dalam kehidupan sehari-hari.

41

Sementara dalam hadits lebih banyak lagi dijumpai peraturan-peraturan kesehatan. Salah satu
sabda Nabi SAW yang terkenal adalah Annadha fatu minal iiman yang berarti bahwa Kebersihan itu
adalah sebagian dari pada iman. Hadist lain menyatkana bahwa orang mukmin yang kuat lebih disukai
oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah. Ajaran kesehatan Nabi SAW yang lain adalah khitan
sangat sesuai dengan kebersihan dan kesehatan. Mengurus mayat menurut hukum Islam juga sesuai
dengan kebersihan. Juga tentang pemberantasan penyakit menular telah diatur lengkap dalam hadist.
Urgensi Kebersihan dan Kesehatan
Islam tidak membiarkan manusia di alam ini terbelenggu dalam persoalan yang tidak dapat
dipecahkan. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:
Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini,
sehingga Dia menyisihkan yang buruk dari yang baik. (QS. Ali Imran: 179)
Salah satu tujuan dari ajaran Islam ialah menghilangkan kemadharatan/bahaya (dafu al-dharar)
yang menimpa manusia baik bahaya yang mengancam fisik maupun psikis. Tujuannya adalah agar
manusia dapat menjalankan tugasnya sebagai makhluk Allah SWT. -menyembah dan mengabdi kepadaNya- di muka bumi ini dengan baik. Jika kondisi fisik atau psikis seseorang tidak sehat tentu ia tidak akan
dapat menunaikan tugas tersebut dengan baik. Karena itu, Islam sangat memperhatikan masalah
kesehatan dan menganjurkan agar manusia menjaga kesehatan.
Di samping itu, untuk mencapai tubuh yang sehat, dalam pandangan Islam tidak cukup hanya
mengandalkan faktor internal tubuh manusia saja, tetapi juga faktor lingkungan. Sebaik apapun makanan
yang dikonsumsi manusia, jika lingkungannya tidak sehat atau tidak bersih, maka ancaman penyakit
masih tetap besar. Karena penyakit bisa datang melalui makanan yang dikonsumsi dan bisa juga melalui
udara dan hewan yang kotor. Maka dari itu, Islam juga sangat menekankan kebersihan.

Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah


beruntung perniagaannya dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. (Q.S AlBaqarah : 16)

maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. (Q.S Abasa : 24)

42

DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo, Soekidjo (2003). Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
Rineka Cipta
Fikawati, Sandra. 2008. Kumpulan Materi Gizi Kesehatan Masyarakat. Depok : FKM UI
Suhardjo. 1992. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta : Kanisius
Draft Panduan Gerakan Nasional Sadar Gizi Menuju Manusia Indonesia Prima diunduh 28 Mei
2013
dari:
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/02/Draft-Pedoman-GerakanNasional-Sadar-Gizi-Februari-2012.pdf
Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diunduh 27 Mei 2013 dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29777/4/Chapter%20II.pdf
Mensucikan Diri diunduh 27 Mei 2013 dari: http://www.dzikir.org/index.php/syariatislam/shalat?start=1
Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang
(Bantuan Oprasional Kesehatan) diunduh 29 Mei 2013 dari: http://gizi.depkes.go.id/wpcontent/uploads/2012/05/Panduan-PMT-BOK-2011.pdf
Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan Program Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat
(PHBS)
diunduh
27
Mei
2013
dari:
http://dinkessulsel.go.id/pdf/Perilaku_hidup_bersih_&_sehat.pdf
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan Penyakit Berbasis Lingkungan diunduh 27 Mei 2013 dari:
www.pamsimas.org/index.php?option=com...penyakit
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diunduh 27 Mei 2013 dari:
http://dinkes.malangkota.go.id/index.php/artikel-kesehatan/119-perilaku-hidup-bersih-dan-sehat
Rancangan Undang-Undang RI TentangPemberian Makanan Tambahan danPemeriksaan
Kesehatan Berkala Bagi AnakUsia 1 (Satu) sampai dengan 12 (Dua Belas)Tahundiunduh 29 Mei

43

2013
dari:
tambahan.pdf

http://staff.blog.ui.ac.id/wiku-a/files/2009/02/ruu-ttg-pemberian-makanan-

10 Langakh Tatalaksana Gizi Buruk diunduh 29 Mei 2013 dari: http://pkm-banjarsarilebak.blogspot.com/2011/02/10-langkah-tatalaksana-gizi-buruk.html

44

Anda mungkin juga menyukai