Pendidikan Berkarakter
Pendidikan Berkarakter
yang terlibat dalam pendidikan berkarakter masih belum mampu menerapkan dengan baik. Beberapa indikator
ketidakmampuan tersebut tercermin dalam aktivitas yang dilakukan di sekolah. Konsep dasar pelaksanaan
pendidikan berkarakter ini masih belum efektif.
Kerangka aksi pendidikan karakter harus diuraikan dengan jelas melalui strategi, pendekatan dan proses
pelaksanaannya. Strategi yang harus dilakukan dengan membiasakan peserta didik dalam menerapkan sikap dan
perilaku yang sesuai dengan karakter bangsa. Pembiasaan sikap dan perilaku dilakukan dengan berbagai macam
kebiasaan yaitu pembiasaan diri sendiri, pembiasaan sosial, dan pembiasaan memperlakukan lingkungan.
Pembiasaan-pembiasaan tersebut dapat dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama, Integrasi ke dalam
Kegiatan Belajar Mengajar pada setiap mata pelajaran. Pembiasaan dapat dilakukan melalui proses pembelajaran
dan proses penilaian di kelas. Didalam Kurikulum 2013, penilaian sikap menjadi penilaian mandiri dengan indikator
pengamatan sikap di dalam melakukan proses pembelajaran. Kedua, Pembiasaan dalam lingkungan di sekolah.
Pembiasaan ini dilakukan dengan memperlakukan lingkungan dengan baik. Hal ini merupakan indikator karakter
dalam menunjukkan sikap mencintai alam dan memelihara lingkungan dengan baik. Selain itu, pembiasaan di
lingkungan sekolah ini dapat dilakukan dengan menerapkan aktivitas sikap bersosial dengan baik. Ketiga,
mengintegrasikan pendidikan berkarakter dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Hal ini dilakukan karena
peserta didik dapat berinteraksi baik dan lebih kreatif dalam melakukan komunikasi dan kerjasama. Proses kegiatan
ektrakurikuler tersebut menjadi tempat peserta didik dalam mengembangkan potensi, bakat dan sikap yanog baik.
Keempat, Penerapan pembiasaan kehidupan di luar sekolah. Pembiasaan ini merupakan praktek pelaksanaan
sikap yang telah dikembangkan di sekolah.
Pengembangan sikap-sikap dan kebersamaan di kalangan peserta didik harus diletakkan sebagai salah
satu bagian mendasar dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Dalam proses pembelajaran untuk
mengembangkan karakter khususnya sikap toleransi, diperlukan beberapa model-model program pembelajaran
yang dirancang guru harus memiliki aspek pengembangan kognitif, pengembangan aspek-aspek afektif dan
psikomotorik. Kurikulum 2013 sebagai turunan dan pengembangan pendidikan berkarakter, mengakomodasi proses
dan model pembelajaran yang menitikberatkan pada pengembangan potensi, bakat, dan sikap peserta didik.
Perancangan model pembelajaran seharusnya mengacu pada sikap yang dikembangkan oleh peserta didik. Sikap
toleransi yang dalam hal ini dapat ditunjukkan dengan sikap menghargai, menghormati, memberi kesempatan
kepada orang lain harus dimunculkan sebagai indikator penilaian pembelajaran oleh guru. Pengintegrasian karakter
kebangsaan dalam pelaksanaan pendidikan sangat penting dilakukan untuk menanamkan dan merevitalisasi nilainilai sikap masyarakat.
Upaya revitalisasi nilai-nilai toleransi dilakukan dengan, pertama, melaksanakan pendidikan berkarakter
secara berkelanjutan. Proses pengembangan nilai dan karakter bangsa sangatlah panjang dan menyeluruh.
Penerapan dan pengembangan nilai-nilai dan karakter dilakukan secara menyeluruh mulai dari pendidikan dasar
sampai dengan pendidikan menengah atas. Kedua, pengintegrasian karakter bangsa ke setiap mata pelajaran,
program pengembangan diri, dan budaya sekolah. Dengan mengintegrasikan karakter kedalam setiap elemen
sekolah, diharapkan peserta didik dapat menerapkan dan mengembangkan karakter bangsa di lingkungan
masyarakat. Ketiga, mengembangkan nilai sikap dan kepribadian. Paradigma pendidikan pada zaman sekarang
melalui sebuah pergeseran, hal ini juga berdampak pada perubahan dalam pemahaman nilai. Pendidikan masa
dahulu mengajarkan nilai sikap dan kepribadian melalui beberapa mata pelajaran. Namun, pendidikan sekarang
mengembangkan nilai sikap dan kepribadian di setiap pelajaran yang disampaikan di kelas. Dalam
mengembangkan nilai sikap tersebut, guru harus memperhatikan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Keempat,
peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran harus mengedepankan pada pengembangan
peserta didik. Peran peserta didik lebih besar daripada guru. Hal ini untuk menghindari adanya doktrinisasi kepada
peserta didik.
Proses pendidikan bukan hanya membentuk kecerdasan dan/atau memberikan keterampilan. Namun harus
membentuk dan mengembangkan sikap peserta didik sesuai dengan karakter bangsa Indonesia. Pengembangan
kemampuan karakter dan sikap melalui proses pembiasaan maupun model pembelajaran dilakukan oleh peserta
didik. Peran guru hanya membantu peserta didik mengembangkan sikap dan karakter. Keberhasilan pengembangan
dan penguatan nilai-nilai, karakter dan sikap tidak dapat dievaluasi dengan cepat namun pengembangan pendidikan
berkarakter membutuhkan waktu yang relatif panjang. Hal ini disebabkan karena karakter dan sikap sangat
berhubungan dengan internalisasi nilai yang memerlukan proses yang cukup lama.