Anda di halaman 1dari 2

Patofisiologi BPH

Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan akan
menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesik
al. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna
melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan anat
omik dari buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya s
elula, sakula, dan divertikel buli-buli. Fase penebalan otot detrusor ini disebu
t fase kompensasi.
Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada sal
uran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dik
enal dengan gejala-gejala prostatismus.
Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase
dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi
retensi urin. Tekanan intravesikal yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluru
h bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua
muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter at
au terjadi refluks vesico-ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengak
ibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal g
injal.
Hiperplasi prostat
?
Penyempitan lumen uretra posterior
?
Tekanan intravesikal ?
Buli-buli Ginjal dan Ureter
Hipertrofi otot detrusor
Refluks vesiko-ureter
Trabekulasi
Hidroureter
Selula Hidronefrosis
Divertikel buli-buli
Pionefrosis Pilonefritis
Gagal ginjal
Pada BPH terdapat dua komponen yang berpengaruh untuk terjadinya gejala yaitu ko
mponen mekanik dan komponen dinamik. Komponen mekanik ini berhubungan dengan ada
nya pembesaran kelenjar periuretra yang akan mendesak uretra pars prostatika seh
ingga terjadi gangguan aliran urine (obstruksi infra vesikal) sedangkan komponen
dinamik meliputi tonus otot polos prostat dan kapsulnya, yang merupakan alpha a
drenergik reseptor. Stimulasi pada alpha adrenergik reseptor akan menghasilkan k
ontraksi otot polos prostat ataupun kenaikan tonus. Komponen dinamik ini tergant
ung dari stimulasi syaraf simpatis, yang juga tergantung dari beratnya obstruksi
oleh komponen mekanik.
6. Gambaran Klinis BPH
Gejala hiperplasia prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun k
eluhan di luar saluran kemih.
1. Gejala pada saluran kemih bagian bawah
Keluhan pada saluran kemih sebelah bawah (LUTS) terdiri atas gejala obstruktif d

an gejala iritatif. Gejala obstruktif disebabkan oleh karena penyempitan uretara


pars prostatika karena didesak oleh prostat yang membesar dan kegagalan otot de
trusor untuk berkontraksi cukup kuat dan atau cukup lama sehingga kontraksi terp
utus-putus.
Gejalanya ialah :
Harus menunggu pada permulaan miksi (Hesistancy)
Pancaran miksi yang lemah (weak stream)
Miksi terputus (Intermittency)
Menetes pada akhir miksi (Terminal dribbling)
Rasa belum puas sehabis miksi (Sensation of incomplete bladder emptying).
Manifestasi klinis berupa obstruksi pada penderita hipeplasia prostat masih terg
antung tiga faktor, yaitu :
Volume kelenjar periuretral
Elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat
Kekuatan kontraksi otot detrusor
Tidak semua prostat yang membesar akan menimbulkan gejala obstruksi, sehingga me
skipun volume kelenjar periurethral sudah membesar dan elastisitas leher vesika,
otot polos prostat dan kapsul prostat menurun, tetapi apabila masih dikompensas
i dengan kenaikan daya kontraksi otot detrusor maka gejala obstruksi belum diras
akan.
Gejala iritatif disebabkan oleh karena pengosongan vesica urinaria yang tidak se
mpurna pada saat miksi atau disebabkan oleh hipersensitifitas otot detrusor kare
na pembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada vesica, sehingga vesica sering
berkontraksi meskipun belum penuh.
Gejalanya ialah :
Bertambahnya frekuensi miksi (Frequency)
Nokturia
Miksi sulit ditahan (Urgency)
Disuria (Nyeri pada waktu miksi)
Gejala-gejala tersebut diatas sering disebut sindroma prostatismus

Anda mungkin juga menyukai