Penyakit Paru Obstruksi Kronis
Penyakit Paru Obstruksi Kronis
I.
Definisi
Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) menurut Global Initiative for
Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) adalah penyakit kronik yang ditandai
oleh hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Keterbatasan aliran
udara ini berhubungan dengan respon inflamasi paru abnormal dan progresif
terhadap gas atau partikel yang berbahaya.1
PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.
Bronkitis kronik adalah kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik
berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut
- turut, tidak disebabkan penyakit lainnya. Sedangkan emfisema adalah Suatu
kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal
bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli.2
Menurut American Thoracic Society (ATS), faktor risiko terjadinya PPOK
adalah3:
Faktor host : faktor genetik, jenis kelamin, dan anatomi saluran napas.
II.
Epidemiologi
Pada tahun 2020, The Global Burden of Disease Studies menyatakan
III.
KLASIFIKASI
Klasifikasi PPOK menurut National Heart, Lung and Blood Institute dan
WHO5:
Stadium 0
Derajat berisiko PPOK:
Spirometri normal
Stadium 1
PPOK ringan:
-
Stadium II
PPOK sedang:
-
Stadium III
PPOK berat:
IV.
VEP1 < 30% prediksi atau VEP < 50% prediksi + gagal napas.
PATOGENESIS
Pada bronchitis kronis perubahan awal terjadi pada saluran udara yang
kecil. Selain itu, terjadi destruksi jaringan paru disertai dilatasi rongga udara distal
(emfisema),
yang
menyebabkan
hilangnya
elastic
recoil,
hiperinflasi,
berkurang karena penebalan mukosa berisi eksudat sel radang yang meningkat
sejalan dengan beratnya penyakit. Hambatan aliran udara pada PPOK disebabkan
oleh beberapa derajat penebalan dan hipertofi otot polos pada bronkiolus
respiratorius. Dengan berkembangnya penyakit, kadar CO 2 meningkat dan
dorongan respirasi bergeser dari CO2 ke hipoksemia, dorongan pernafasan juga
mungkin akan hilang sehingga memicu terjadinya gagal nafas.1,2
Menurut Hipotesis Elastase Anti Elastase, di dalam paru terdapat
keseimbangan antara enzim proteolitik elastase dan antielastase untuk mencegah
terjadinya kerusakan jaringan. Perubahan keseimbangan antara enzim proteolitik
elastase dan elastase akan menimbulkan kerusakan jaringan elatin paru.
Ketidakseimbangan ini dapat dipicu oleh adanya perangsangan pada peru antara
lain oleh asap rokok dan infeksi yang menyebabkan elastase bertambah banyak
atau oleh adanya defisiensi alfa 1 antitripsin.6
Pada PPOK terjadi penyempitan saluran nafas dan keterbatasan aliran
udara karena beberapa mekanisme inflamasi, produksi mukus yang berlebihan dan
vasokontriksi otot polos bronkus. Saluran nafas normal akan melebar karena
perlekatan alveolar selama ekspirasi diikuti oleh proses pengosongan alveolar dan
pengempisan paru. Perlekatan alveolar pada PPOK rusak karena emfisema
menyebabkan penutupan jalan nafas ketika ekspirasi dan menyebabkan air
trapping pada alveoli dan hiperinflasi. Saluran nafas perifer mengalami obstruksi
dan destruksi karena proses inflamasi dan fibrosis, lumen saluran nafas akan
tertutup oleh sekresi mukus yang terjebak didalamnya akibat bersihan mukosilier
kurang sempurna.1
V.
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
FEV1/FVC, 70%
PENATALAKSANAAN
A. Terapi PPOK Stabil
Terapi Farmakologis
1. Bronkodilator
- secara inhalasi, kecuali preparat tak tersedia
- rutin (bila gejala menetap) atau hanya bila diperlukan (gejala intermiten)
- 3 golongan :
- Agonis B-2 : fenopterol, salbutamol, albuterol, terbutalin,
formoterol, salmeterol.
- Antikolinergik : ipratropium bromide, oksitroprium bromide.
- Metilxantin : teofilin lepas lambat, bila kombinasi B-2 dan steroid
belum memuaskan.
Dianjurkan bronkodilator kombinasi daripada meningkatkan dosis
bronkodilator monoterapi.
2. Steroid, pada:
-
Eksaserbasi akut
gliserol iodide.
-
Antioksidan : N-asetil-sistein
Pembedahan : pada PPOK berat (bila dapat memperbaiki fungsi paru atau
gerakan mekanik paru).5
B. Terapi PPOK Eksaserbasi Akut
Penatalaksanaan PPOK eksaserbasi akut di rumah : bronkodilator seperti
pada PPOK stabil, dosis 4-6 kali 2-4 hirup sehari. Steroid oral dapat
diberikan selama 10-14 hari. Bila infeksi dapat diberikan antibiotik
spektrum luas (termasuk S.pneumonia, H.influenze, M.catarrhalis)
Terapi eksaserbasi akut di rumah sakit :
-
antikolinergik
-
VII.
PROGNOSIS
Prognosis PPOK bergantung pada umur dan gejala klinis waktu berobat.
Pada pasien yang berumur kurang dari 50 tahun dan datang dengan keluhan sesak
nafas yang ringan, 5 tahun kemudian akan terlihat ada perbaikan. Tetapi bila
pasien itu datang dengan sesak nafas sedang, maka 5 tahun kemudian 42% pasien
akan sesak lebih berat dan meninggal. Pada pasien yang berumur lebih dari 50
tahun dengan sesak nafas ringan, 5 tahun kemudian 50% pasien akan lebih berat
atau meninggal.8