Pembuatan Plastik Ramah Lingkungan-Ik-1
Pembuatan Plastik Ramah Lingkungan-Ik-1
Tujuan Umum
Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa dapat membuat plastik ramah
lingkungan ( biodegradable ) berbahan dasar pati dan karagenan.
Tujuan Khusus
Mengetahui pengaruh, jenis dan jumlah penambahan pasticizer terhadap sifat
fisik dan mekanik plastik ramah lingkungan.
Latar Belakang
Bahan pengemas dari plastik banyak digunakan dengan pertimbangan
ekonomis dan memberikan perlindungan yang baik dalam pengawetan. Sekitar 60%
dari Poliethilen dan 27% dari polyester diproduksi untuk membuat bahan pengemas
yang digunakan dalam produk makanan. Akan tetapi penggunaan material sintetis
tersebut berdampak pada pencemaran lingkungan (Alvin dan Gil, 1994 dikutip
Henrique, Toefilo, Sabino, Ferierra, Cereda, 2007). Oleh karena itu pada saat ini
dibutuhkan
penelitian
mengenai
bahan
pengemas
yang
dapat
diuraikan
Pati belum banyak dimanfaatkan di Indonesia seperti pati ubi kayu, jagung
dan garut sebagai polimer sintetis seperti edible film. Sifat-sifat fisik dan kimia pati
berbeda-beda bergantung pada bahan dasarnya (Erliana ginting, 2005). Menurut Biro
Pusat Statistik (2009), produksi tanaman ubi kayu di Indonesia pada tahun 2008
sebesar 20.834.241 ton. Melihat kandungan pati pada singkong sebesar 90%, maka
pada tahun tersebut dapat menghasilkan 18.750.816,9 ton pati singkong. Dari
ketersediaan bahan baku (singkong) yang melimpah, mudah didapatkan dan memiliki
kandungan pati yang cukup tinggi sehingga singkong (Manihot utilisima) dapat
dijadikan sumber bahan baku yang efektif dalam pembuatan plastik ramah lingkungan
berbasis pati.
Pati Singkong
Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan glikosidik. Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan
air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak larut
disebut amilopektin (Winarno, 1984). Struktur amilosa merupakan
struktur lurus dengan ikatan -(1,4)-D-glukosa. Amilopektin terdiri
dari struktur bercabang dengan ikatan -(1,4)-D-glukosa dan titik
percabangan amilopektin merupakan ikatan -(1,6). Berat molekul
amilosa dari beberapa ribu hingga 500.000, begitu pula dengan
amilopektin
(Lehninger,
1982).
Pati
dapat
diekstrak
dengan
plasticizer yang tepat akan memberikan tahanan yang selektif terhadap transmisi uap
air dan gas. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan pelarut etanol 1:5
menghasilkan kadar protein sebesar 20.33% yang berarti dapat dijadikan bahan dasar
edible film. Peningkatan konsentrasi gliserol cenderung meningkatkan ketebalan
edible film. Uji elastisitas menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi gliserol
cenderung menurunkan kuat tarik hingga 0.83 N/m2 namun cenderung meningkatkan
persen pemanjangan edible film hingga 483.30% sementara peningkatan konsentrasi
gliserol 2% memberikan laju transmisi uap air terkecil yaitu 0.15 g/cm 2.jam.(Martina
ngantung, 2008).
Rekayasa bioplastik dengan plasticizer minyak sawit.
Kemampuan suatu bahan dasar dalam pembentukan film dapat diterangkan
melalui fenomena fase transisi gelas. Pada fase tertentu diantara fase cair dengan
padat, massa dapat dicetak atau dibentuk menjadi suatu bentuk tertentu pada suhu dan
kondisi lingkungan yang tertentu. Fase transisi gelas biasanya terjadi pada bahan
berupa polimer. Sedangkan suhu dimana fase transisi gelas terjadi disebut sebagai titik
fase gelas (glassy point). Pada suhu tersebut bahan padat dapat dicetak menjadi suatu
bentuk yang dikehendaki, misalnya bentuk lembaran tipis (film) kemasan. Madeka
dan Kokini (1996), meneliti suhu transisi pada keadaan antara glassy ke rubbery
(elastis) dari zein murni dengan kadar air 15 35 %. Hasil penelitian menunjukkan
terjadinya jalinan reaksi transisi pada suhu antara 65 160 o C untuk tepung zein
dengan kadar air di atas 25 %. Dibawah suhu 65 o C zein terlihat seperti cairan polimer
yang kusut (engtangled fluid polymer), sedang di atas suhu 160 o C ikatan silang
agregat zein menjadi lemah. Kaitan dengan gejala ini, polimer zein dari jagung yang
dilarutkan dalam pelarut organik dapat dicetak menjadi film kemasan plastik. Secara
kimia kemampuan membentuk film dijelaskan oleh Argos, et al., (1982).
Sebagai akibat terjadinya interaksi glutamin pada batang-batang (planes)
molekul zein yang bertumpuk. Selanjutnya Gennadios, et. al., (1994), bahwa film
terbentuk melalui ikatan hidrofobik, hidrogen dan sedikit ikatan disulfid diantara
cabang-cabang molekul zein (Latief, 2001). Metode pembuatan kemasan plastik
biodegradable telah berkembang sangat pesat. Beberapa metode yang dapat
diterapkan diantaranya yang dikembangkan oleh Yamada, et. al. (1995), Frinault, et.
al. (1997), Isobe (1999). Namun demikian, pemilihan metode/teknologi produksi
didasarkan pada evaluasi terhadap karaktersitik fisik dan mekanik film yang
cetakan PE, dioven dua hari (2 x 24 jam) pada suhu 45 0C, selanjutnya dilepaskan dari
cetakan dan dikondisikan dalam suhu kamar atau ruangan selama 24 jam. Film plastik
biodegradable siap dianalisis dan diuji. Analisis morfologi terhadap film plastik
biodegradable yang dihasilkan dilakukan menggunakan mikroskop elektrik (EM 30
m). Selanjutnya, dilakukan uji karakteristik mekanik (tensile strength, elongation at
break, elastic modulus) terhadap film plastik biodegradable dengan ukuran sampel 3 x
25 cm menggunakan tenso lab. (yandi bagus, 2007)
Film dari pati dengan penambahan sorbitol sebagai plasticizer memiliki
permebilitas yang rendah terhadap uap air dibandingkan dengan glikol, gliserol,
polietilen glikol, maupun sukrosa pada konsentrasi yang sama (Mc Hugh et. al., 1994
dikutip
Bourtoom,
2007).
Jenis
dan
konsentrasi
dari
plasticizer
akan
Pati
Gliserol
Minyak Sawit
Ampas singkong
Polietilen
Air
Etanol
Karagenan
Alat :
-
Beaker Glass
Batang Pengaduk
Erlenmayer
Termometer
Timbangan
Panci
Pemanas
Spatula
Gelas Ukur
Pipet Ukur
Ball Pipet
Prosedur kerja
Metode Pembuatan Biji Plastik Ramah Lingkungan berbasis pati
a. Dilakukan pelarutan pati 3 gram dalam 100 ml air