Anda di halaman 1dari 7

Vaginosis Bakterialis, Tingkat Pendidikan Wanita Hamil, dan Kelahiran

Preterm: Sebuah Penelitian Case-Control


Lindita Yzeiraj-Kalemaj, Vjollca Shpata, Gentian Vyshka, dan Aferdita Manaj
Tujuan. Dalam suatu penelitian prospektif, kami telah mendapatkan dua kelompok
wanita hamil (kelompok pertama dengan aktivitas persalinan preterm; kelompok
kedua dengan persalinan yang aterm), mencoba untuk menemukan korelasi antara
vaginosis bakterialis (VB) dengan aktivitas kelahiran preterm. Parameter lain
yang mempengaruhi adanya VB juga diteliti, seperti tingkat pendidikan dan
riwayat kelahiran preterm sebelumnya. Material dan Metode. Tiap kelompok
terdiri atas 75 wanita; proses pengambilan sampel dihentikan saat jumlah yang
diinginkan telah tercapai. Data bakteriologi telah dikumpulkan secara retrospektif
dari kunjungan follow up yang telah dilakukan oleh wanita hamil pada fasilitas
rumah sakit regional, dimana penelitian ini dilakukan. Diagnosis VB ditegakkan
berdasarkan kriteria Amsel. Hasil. Penelitian kami menunjukkan hubungan yang
signifikan antara VB dan persalinan preterm. VB terlihat sebagai faktor risiko
independen untuk persalinan preterm. Pada kelompok kasus, prevalensi VB
adalah 32% dan pada kelompok kontrol, prevalensinya adalah 14.6% (P= 0.01).
Kesimpulan. Kelompok yang berisiko tinggi untuk mengalami aktivitas kelahiran
preterm, seperti wanita hamil dengan VB dan tingkat pendidikan yang rendah,
harus di follow up dan ditatalaksana penyebabnya secepat mungkin dengan tujuan
untuk menghindari komplikasi dini dan komplikasi lanjut kelahiran preterm.
1.

Pendahuluan
Aktivitas persalinan preterm didefinisikan sebagai kelahiran anak sebelum

usia gestasi 37 minggu, dan dalam istilah kesehatan masyarakat ia merupakan


penyakit yang meimbulkan beban sangat besar, dengan lima belas juta bayi
dilahirkan preterm tiap tiap tahunnya. Kelahiran preterm adalah salah satu
peyebab morbiditas perinatal dan kematian. Terdapat beberapa faktor yang dapat
menyebabkan kelahiran preterm, dengan infeksi traktus genitourinarius bawah
memainkan peran yang penting. Infeksi intrauterin dapat mengindusi persalinan

preterm sebelum pecahnya selaput ketuban, meskipun faktor faktor yang


menyebabkan ketuban pecah dini biasanya terdiri dari berbagai faktor. Penelitian
yang besar menunjukkan bahwa vaginosis bakterialis (VB) memainkan peran
dalam persalinan preterm.
Vaginosis bakterialis merupakan kejadian yang muncul secara luas dan
kemungkinan adalah penyebab utama vaginitis diantara wanita hamil dan wanita
yang tidak hamil. Faktanya adalah, bagaimanapun, sebagian besar wanita yang
mengalami VB tidak memperlihatkan adanya gejala, sehingga penyakit ini tetap
tidak ditatalaksana hingga jangka waktu yang lama. Penelitian laboratorium dan
penelitian klinis telah menunjukkan bahwa bakteria naik ke arah jaringan
endometrial serta menginvasi plasenta, meskipun pengaruh lengkap infeksi
ascending ini, berkaitan dengan perkembangan dini fetus, masih merupakan suatu
teka teki.
Karena data klinis dan casuistic yang besar telah mengaitkan VB dengan
komplikasi yang spesifik pada kehamilan, kami telah mencoba untuk mempelajari
peran keberadaannya pada sampel yang terdiri dari wanita hamil Albania, yang
kehamilan dan persalinannya diikuti di fasilitas kami, selama jangka waktu 1
Januari 2010 hingga 31 Desember pada tahun yang sama. Tidak terdapat
penelitian sebelumya dalam bidang ini yang telah terlaksana, berdasarkan
pengetahuan kami, di Albania.
2.

Material dan Metode


Penelitian ini merupakan pentlitian prospektif dan berlabel terbuka, dengan

pegambilan sampel dilakukan hingga cukup tersedia sampel sebanyak 150 wanita.
Kelompok pertama diklasifikasikan sebagai subjek hamil yang didiagnosis
mengalami persalinan preterm (usia kehamilan antara 24 dan 34 minggu);
kelompok kedua memiliki jumlah subjek yang sama dan terdiri atas subjek hamil
yang masuk RS di ruang persalinan dengan usia kehamilan aterm (>37 minggu).
Sampel usapan vagina dikumpulkan dari tiap wanita hamil selama kunjungan
layanan prenatal ke fasilitas kami dan mereka diskrining untuk VB. Penelitian
dilakukan di Rumah Sakit Regional Fier, sebuah kota di bagian selatan Albania.

Persetujuan secara rinci diterima dari semua partisipan dalam penelitian, dengan
data yang diperlakukan secara rahasia dan tanpa menerakan identitas. Rumah sakit
dan penanggung jawab kesehatan lokal, yang berkuasa di wilayah ini
diinformasikan dan telah memberikan izin terhadap penelitian ini.
Tabel 1. Kriteria Eksklusi dari Penelitian yang sedang dilakukan
Pasien hamil yang menunjukkan inkompetensi servikal
Plasenta previa
Abrubsio plasenta
Ketuban pecah dini
Gangguan anatomis uterus (uterus bikornu, dll)
Kehamilan gemeli
Tabel 2. Kriteria Amsel (digunakan dalam penelitian yang sedang dilakukan)
Discharge vagina homogen
Bau amis (fishy odor) saat cairan potassium hidroklorida ditambahkan ke
dalam sekresi vagina
Adanya clue cells (lebih dari 20%) pada gambaran mikroskopis
pH vagina > 4.5
Kriteria utama untuk memasukkan pasien sebagai sampel adalah aktivitas
persalinan preterm, yang didefinisikan sebagai sedikitnya empat kontraksi uterus
dalam dua puluh menit atau delapan kontraksi uterus dalam empat puluh menit
berturut turut, yang menyebabkan dilatasi serviks lebih dari satu sentimeter, dan
penipisan serviks lebih dari 80%, saat dibandingkan dengan panjang serviks yang
dinilai pada sonografi di usia kehamilan 22 minggu.
Kriteria eksklusi dirangkum pada tabel 1.
Kelompok kontrol terdiri dari 75 wanita yang melahirkan anak mereka
dengan usia kehamilan aterm (lebih dari 37 minggu gestasi).
Data apusan vagina didapat dari konsultasi sebelumnya (follow up
kehamilan yang dijadwalkan tiap bulan) ke fasilitas kami, dan keberadaaan VB
dievaluasi.

VB dinyatakan ada apabila tiga dari empat kriteria Amsel menunjukkan


hasil yang positif. Kriteria Amsel yang digunakan dalam penelitian ini dirangkum
pada tabel 2.
Data dianalisis secara statistik menggunakan SPSS 21.0 dan laporan odd
rasio diekstraksi untuk beberapa faktor risiko vaginosis bakterialis, melalui model
regresi logistik multivariat.
3.

Hasil
Pada penelitian ini, 150 wanita hamil dibagi menjadi dua kelompok yang

setara (kelompok pertama dengan aktivitas persalinan preterm dan kelompok


kedua dengan kehamilan aterm), dan diskrining untuk keberadaan VB. Usia,
jumlah kehamilan, riwayat abortus sebelumya, dan tingkat pendidikan diambil
dan dicatat.
Pada kelompok wanita hamil yang mengalami persalinan preterm, kami
memiliki 24 pasien dengan VB, sementara 11 pasien yang menunjukkan hasil
positif untuk VB pada kelompok kedua (kehamilan aterm). Oleh karena itu kami
memiliki data prevalensi vaginosis bakterialis yang lebih tinggi pada wanita yang
memperlihatkan aktivitas persalinan preterm, jika dibandingkan dengan kelompok
lainnya, berturut turut, yaitu 32% dan 14.6 % dengan OR (odds rasio) sebesar
2.73 (CI: 95%, interval kepercayaan 1.22 6.11; p= 0.013).
Data awal kami menunjukkan bahwa VB merupakan faktor risiko penting
yang menyebabkan aktivitas persalinan preterm; bagaimanapun, beberapa faktor
lain dapat memainkan peran yang penting pula. Oleh karena itu, kami
menggunakan model regresi logistik untuk mempertimbangkan peran faktor lain,
seperti tingkat pendidikan, riwayat abortus sebelumnya, dan riwayat positif
persalinan preterm pada kehamian sebelumnya.
Analisis statistik regresi logistik multipel menunjukkan bahwa VB, riwayat
persalinan preterm pada kehamilan sebelumnya, dan rendahnya tingkat
pendidikan, kesemuanya adalah faktor risiko independen untuk kelahiran preterm.
Hasil ini dirangkum pada tabel 3.

Rendahnya tingkat pendidikan dan riwayat persalinan preterm sebelumnya


yang positif ada, menjadi faktor risiko independen, yang memiliki hubungan
kausalitas dengan keberadaan VB (tabel 3). Sebanyak 28.4 % pasien dengan
tingkat pendidikan yang rendah (sekolah dasar) menunjukkan hasil VB yang
positif; sebaliknya, hanya 14.5% pasien dengan tingkat pendidikan yang tinggi
(sekolah menengah atas atau universitas) yang menunjukkan hasil positif VB.
4.

Diskusi
Vaginosis bakterialis merupakan kondisi yang sering ditemukan pada saat

kehamilan. Meskipun dengan mekanisme yang belum jelas, VB mempengaruhi


outcome aktivitas persalinan dan mengindusi kelahiran preterm. Tampaknya
tempat munculnya VB memengaruhi pertukaran lactobasilus aerobik vagina
menjadi mikroorganisme anaerobik seperti Gaqrdnerella vaginalis, Mycoplasma
hominis, dan strain lainnya, yang mengganggu flora normal vagina secara serius.
Tampaknya bakteri anaerobik melalui suatu produk spesifik menstimulasi jaringan
desidua dengan: meningkatkan kadar sitokin dan pelepasan fosfolipase A2, serta
prostaglandin, yang akan memicu kontraksi uterus dan aktivitas persalinan
preterm.
Dalam penelitian kami, kami menunjukkan prevalensi VB sebesar 23.3%
dan kondisi ini secara konsisten lebih sering pada pasien yang menjalani
persalinan preterm, saat dibandingkan dengan pasien yang melahirkan pada usia
gestasi aterm.
Pada tahun 1984, Eschenbach dkk menunjukkan hubungan antara VB dan
kelahiran preterm; mereka menunjukkan bahwa prevalensi VB pada kelompok
kelahiran preterm sebesar 49%, dan hanya 24% pada kelompok wanita hamil
lainnya (aterm). Kelompok yang sama kemudian menunjukkan hubungan antara
VB, korioamnionitis dan aktivitas persalinan preterm.
Terdapat penelitian epidemiologi berskala besar yang mencoba untuk
menentukan hubungan potensial antara VB dan persalinan preterm. Suatu
rangkaian menunjukkan peningkatan aktivitas persalinan preterm yang dua kali
lipat lebih tinggi pada wanita yang telah didiagnosis VB, khususnya saat

diagnosisnya ditegakkan pada usia dini kehamilan, sejak trimester kedua. Sebuah
penelitian menemukan bahwa VB yang didiagnosis pada trimester kedua
menunjukkan risiko yang tinggi untuk mengalami ketuban pecah dini dan
kelahiran preterm dalam hubungannya dengan VB yang terhitung sebesar 82.53%
dari risiko yang diakibatkan oleh untuk kelahiran preterm. Dalam penelitian
lainnya, hubungan yang jelas ditemukan antara tingkat pendidikan yang rendah
dan VB.
Perlu dicatat bahwa rangkaian penelitian berbeda yang mencoba untuk
menemukan hubungan antara pendidikan maternal, vaginosis bakterialis, dan
kelahiran preterm, secara umum, telah mencapai kesimpulan yang kontroversial.
Jika peran vaginosis bakterialis pada kelahiran preterm tidak terbantahkan, tidak
semua penulis telah menyatukan pendapat mereka dengan mempertimbangkan
hubungannya kemudian dengan tingkat pendidikan maternal, dengan beberapa
orang yang masih mempertimbangkan tingkat pendidikan yang rendah sebagai
suatu faktor risiko independen. Terdapat pula beberapa penulis yang telah
menyimpulkan bahwa pendidikan maternal menjadi lebih kurang protektif dalam
melawan kelahiran preterm, atau bagaimanapun juga ia tidak memberikan
perlindungan yang lebih lama, saat dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang
sedikit lebih rendah pada ibu masa yang akan datang.
Pada kelompok kasus, wanita dengan tingkat pendidikan yang rendah
menunjukkan prevalensi VB yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan wanita
dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, secara berturut turut, sebesar 28.4%
dan 14.5%. Kami juga menemukan temuan yang signifikan saat membandingkan
kelompok wanita yang menjalani kelahiran preterm, yang memiliki riwayat
kelahiran preterm sebelumnya pada 26.6% dari mereka; sebaliknya, hanya 4%
wanita yang melahirkan anaknya secara aterm memiliki riwayat persalinan
preterm pada kehamilan sebelumnya. Bagaimanapun, penelitian ini memiliki
keterbatasan, yang secara utama berkaitan dengan pengambilan data secara
retrospektif, begitu pula dengan jumlah sampel yang sedikit untuk membuktikan
hubungan antara VB dan tingkat pendidikan dalam model regresi logistik, dimana
hubungan yang ditemukan hanya bersifat marginal.

Tabel 3. Analisis Faktor Risiko yang Menyebabkan Aktivitas Persalinan


Preterm
Jumlah (%)
95%
Variabel
OR
Nilai P
CI
Total Preterm Aterm
35
11
1.22
VB (+)
24 (32)
2.73
0.013
(23.3)
(14.6)
6.11
R/ persalinan preterm
23
20
2.70
di kehamilan
3 (4)
9.60
0.0005
(15.3) (26.6)
34.04
sebelumnya (+)
Tingkat pendidikan
95
35
2.65
60 (8)
6.00
<0.0001
rendah (Sekolah dasar) (63.3)
(46.6)
13.5
Tingkat pendidikan
tinggi (lulusan Sekolah 55
20
35
0.19
0.40
0.01
menengah atas atau
(36.6) (26.6)
(46.6)
0.80
universitas)
Tabel 4. Model Regresi logistik untuk Faktor Risiko VB (Vaginosis
Bakterialis)
Variabel
Tingkat pendidikan rendah
(Sekolah dasar)
Tingkat pendidikan tinggi
(lulusan Sekolah menengah
atas atau universitas)
R/ persalinan preterm di
kehamilan sebelumnya (+)
5.

Jumlah (%)
VB (+)

OR

95% CI

Nilai P

27 (28.4%)

2.33

0.975.58

0.05

8 (14.5%)

0.42

0.171.02

0.08

19 (82.6%)

32.9

9.93109.28

<0.0001

Kesimpulan
Vaginosis bakterialis adalah temuan yang sering ditemukan selama

kehamilan. Penelitian kami kembali mengonfirmasi hubungan antara vaginosis


bakterialis dan kelahiran preterm. Karena fakta bahwa kelahiran preterm
menunjukkan beban penyakit yang signifikan, meskipun jika dibandingkan
dengan masalah kesehatan turunan, VB harus ditatalaksana secara intensif. Hal ini
harus dilakukan khususnya pada subkelompok yang berisiko tinggi seperti wanita
hamil dengan tingkat pendidikan yang rendah, atau wanita yang memiliki riwayat
aktivitas kelahiran preterm sebelumnya. Skrining VB selama kehamilan sangat
diperlukan, dan penatalaksanaannya bersifat logis dan penting.

Anda mungkin juga menyukai