Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah mutu dalam era sekarang ini merupakan masalah yang
berkaitan dengan hidup dan matinya suatu organisasi, terutama organisasi
bisnis. Oleh karena itu, tidaklah berlebih juka Rene T Domingo menulis buku
berjudul Quality Means Survival (1997), artinya kualitas bermakna kehidupan.
Untuk itu upaya untuk menjadikan organisasi tetap bertahan, masalah kualitas
harus menjadi perhatian ternasuk dalam bidang pendidikan, dan oleh
karenanya maka penjaminan kualitas suatu keharusan untuk diterapkan dalam
suatu organisasi dalam kerangka Manajemen Kualitas Terpadu (Total Quality
Management). Oleh karena itu, dalam dunia pendidikan pun masalah kualitas
harus menjadi concern bersama, mengingat masih diperlukan upaya yang
serius guna meningkatkan kualitas pendidikan serta persaingan global dalam
bidang pendidikan yang menunjukkan kecenderungan makin meningkat
dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian pengendalian mutu pendidikan, bahwa
pendidikan memegang peranan kunci dalam pengembangan sumber daya
manusia dan insan yang berkualitas. Secara kuantitas, kemajuan pendidikan di
Indonesia cukup menggembirakan, namun secara kualitas perkembangan
masih belum merata. Penelitian ini adalah butir-butir pengendalian mutu atau
upaya-upaya untuk memelihara dan meningkatkan mutu pendidikan. Dalam
bidang pendidikan kejuruan, satu hal yang masih menjadi keprihatinan adalah
kemampuan sekolah menengah kejuruan dalam menghasikan lulusan yang
siap kerja. Beberapa tahun lalu Departemen Pendidikan Nasional telah
menggariskan kebijakan link and match dalam meningkatkan relevansi
program pendidikan kejuruan tersebut. Kebutuhan terhadap program
pendidikan yang relevan dangan tuntutan dan pengembangan dunia kerja yang
sangat cepat, sebagai akibat dari kecpatan laju perkembangan ilmu dan
teknologi.

Dewasa ini, dunia kita ditandai oleh perubahan-perubahan yang sangat


cepat dan bersifat global. Hali itu diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang
sangat cepat dan bersifat global. Hal itu diakibatkan oleh perkembangan ilmu
dan teknologi yang sangat cepat, terutama dalam bidang nini telah
mengakibatkan revolusi informasi. Semua aspek dan kegiatan telah terhimpun,
terolah, tersimpan, dibaca, serta dilaksanakan oleh setiap orang, terutama
melalui interne, media cetak, dan televise
Revolusi informasi telah mengakibatkan dunia menjadi semakin
terbuka, menghilangkan batas-batas geografis, administrative-yuridis, politis,
dan social budaya. Pada abad sekarang ini manusia-manusia dituntut berusaha
tahu banyak (knowing much), berbuat banyak (doing much), mencapai
keunggulan (being excellence), menjalin hubungan dan kerja sama dengan
orang lain (being sociable), serta memegang teguh nilai-nilai moral (being
morally). Manusia-manusia unggul,bermoral, dan pekerja keras iniah yang
menjadi tuntutan dari masyarakat global. Manusia-manusia seperti ini akan
mampu berkompetisi, bukan saja dengan sesame warga dalam suatu daerah,
wilayah, ataupun Negara, melainkan juga dengan warga Negara dan bangsa
lainnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara meningkatkan mutu pendidik ?
2. Bagaimana cara meningkatkan mutu pendidikan ?
3. Apa saja yang diperlukan dalam upaya peningkatan mutu pendidik
terhadap komponen-komponen pendidikan ?
4. Kegiatan-kegiatan apa saja yang mendukung upaya peningkatan
profesionalisme pendidik ?
C. TUJUAN PENYUSUNAN MAKALAH
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi Kependidikan
2. Sebagai landasan untuk memahami konsep kualitas/mutu pendidik dan
konsep mutu pendidikan.
3. Menjelaskan komponen-komponen apa saja yang mendukung peningkatan
mutu pendidik
4. Pembekalan kepada mahasiswa untuk menjadi guru yang professional.

D. MANFAAT MEMBACA MAKALAH INI


Pembaca khusunya calon guru dapat memahami berbagai konsep mutu
pendidikan, bagaimana implementasi agar kualitas pendidik menjadi lebih
baik, profesionalisme guru, dan upaya-upaya apa yang harus di lakukan agar
pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik. Sehingga pembaca atau calon
pendidik tahu bagaimana harus bertindak dalam upaya peningkatan kualitas
pendidikan. Apalagi di era modern saat ini kualitas pendidikan sudah tidak
banyak dihiraukan lagi karena telah tergeser oleh kecanggihan teknologi.
Maka dari itu makalah ini menyajikan poin-poin yang menekankan pada
kualitas pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP MUTU
Kualitas telah menjadi isu kritis dalam persaingan modern dewasa
ini, dan hal itu telah menjadi beban tugas bagi para menager menengah.
Dalam tetaran abstrak kualitas/mutu telah didefinisikan oleh dua pakar
penting bidang kualitas yaitu Joseph Juran dan Edward Dming. Mereka
berdua telah berhasil menjadikan kualitas sebagai mindset yang terus
berkembang dalam kajian manajemen, khususnya manajemen kualitas.
Menurut Juran, kualitas/mutu adalah kesesuaian untuk penggunaan
(fitness for use), ini berarti bahwa suatu produk atau jasa hendaklah sesuai
dengan apa yang diperlukan atau dharapkan oleh pengguna. Lebih jauh
Juran mengemukakan lima dimensi yaitu:
a. Rancangan (design), sebagai spesifikasi produk.
b. Kesesuaian (conformance), yakni kesesuaian antara maksud
desain dengan penyampaian produk actual.
c. Keterseiaan
(availability),
mencakup

asmek

kedapatdipercayaan serta ketahanan, dan produk itu tersedia


bagi konsumenuntuk digunakan.
d. Keamanan (safety), aman dan tidak membahayakan
konsumen.
e. Guna praktis (field use), kegunaan praktis yang dapat
dimanfaatkan penggunaannya oleh konsumen.
Tokoh lain yang mengembangkan manajemen kualitas adalah
Edward Deming. Menurut Deming, meskipun kualitas mencangkup
kesesuaian atribut dengan tuntutan konsumen, namun kualitas harus lebih
dari itu. Menurut Deming terdapat empat belas poin penting yang dapat
membawa/membantu manajer mencapai perbaikan dalam kualitas, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Menciptakan kepastian tujuan perbaikan produk dan jasa.


Mengadopsi filosofi baru di mana cacat tidak bias diterima.
Berhenti tergantung pada inspeksi missal.
Berhenti melaksanakan bisnis atas dasar harga saja.
Tetap dan continue memperbaiki system produksi dan jasa.
Melembagakan metode pelatihan kerja modern.
Melembagakan kepemimpinan.
4

8. Menghilangkan rintangan antardepartemen.


9. Hilangkan ketakutan.
10. Hilangkan/kurangi tujuan-tujuan jumlah pada pekerja.
11. Hilangkan manajemen berdasarkan sasaran.
12. Hilangkan rintangan yang merendahkan pekerja per jam.
13. Melembagakan program pendidikan dan pelatihan yang cermat.
14. Menciptakan struktur dalam manajemen puncak yang dapat
melaksanakan transformasi seperti dalam poin-poin di atas.

Dengan memperhatikan pendapat dua tokoh kualitas di atas,


tampak bahwa mereka menawarkan beberapa pandangan yang penting
dalam bidang kualitas. Pada intinya dapat dipahami bahwa semua yang
berkaitan dengan manajemen kualitas atau perbaikan kualitas yang
diperlukan

adalah

penerapan

meningkatkan/mengembangkan

pengetahuan

kualitas

produk

dalam
atau

jasa

upaya
secara

berkesinambungan.
B. KONSEP KUALITAS PENDIDIKAN
L.C.Solmon dalam tulisannya yang berjudul The Quality of
Education menyatakan bahwa untuk memahami kualitas pendidikan dari
sudut pandang ekonomi diperlukan pertimbangan tentang bagaimana
kualitas itu diukur. Dalam hubungan ini terdapat beberapa sudut pandang
dalam mengukur kualitas pendidikan, yaitu:

Pandangan yang menggunakan pengukuran pada hasil

pendidikan (sekolah atau collage).


Pandangan yang melihat pada proses pendidikan.
Pendekatan teori ekonomi yang menekankan pada akibat
positif pada siswa atau pada penerima manfaat pendidikan
lainnya yang diberikan oleh institusi atau program
pendidikan.

Kualitas pendidikan bukan sesuatu yang dating dengan sendirinya,


dia merupakan hasil dari suatu proses pendidikan; jika suatu proses
pendidikan berjalan baik, efektif, dan efisien, maka terbuka peluang yang
sangat besar memperoleh hasil pendidikan yang berkualitas.

Edward Salis (2006: 30-31) menyatakan bahwa ada banya sumber


mutu dalam pendidikan, misalnya sarana gedung yang bagus, guru yang
terkemuka, nilai moral yang tinggi, hasil ujian yang memuaskan,
spesialisasi atau kejuaraan, doronga dari orang tua, bisnis dan komunikasi
local,

sumberdaya

yang

melimpah,

aplikasi

teknologi

mutakhir,

kepemimpinan yang baik dan efektif, perhatian terhadap pelajaran anak


didik, kurikulum yang memadai, atau juga kombinasi dari factor-faktor
tersebut. Sumber ini dapat dipandang sebagai factor pembentuk dari suatu
kualitas pendidikan, atau factor yang mempengaruhi kualitas pendidikan.
Dalam hubungan dengan factor berpengaruh pada kualitas pendidikan,
hasil studi Heyman dan Loxley tahun 1989 (Mintarsih Danumiharja 2004:
6) menyatakan bahwa factor guru, waktu belajar, manajemen sekolah,
sarana fisik dan biaya pendidikan memberikan kontribusi yang berarti
terhadap prestasi belajar siswa.
Sementara itu Nanang Fatah (2000: 90) mengemukakan upaya
peningkatan mutu dan perluasan pendidikan membutuhkan sekurangkurangnya tiga factor utama, yaitu (1) kecukupan sumber-sumber
pendidikan dalam arti kualitas tenaga kependidikan, biaya dan sarana
belajar; (2) mutu proses belajar mengajar yang mendorong siswa belajar
efektif; dan (3) mutu keluaran dalam bentuk pengetahuan, sikap,
keterampilan, dan nilai-nilai. Jadi kecukupan sumber, mutu proses belajar
mengajar, dan mutu keluaran akan terpenuhi jika dukungan biaya yang
dibutuhkan dan tenaga professional kependidikan dapat disediakan di
sekolah.

C. STRATEGI PENGEMBANGAN TENAGA PENDIDIK


Strategi pengembangan tenaga pendidik di level dikdasmen dapat
dilakukan dengan mengacu kepada peraturan yang ada, yaitu sebagai
berikut:
a. Pengembangan kompetensi;
Mengacu pada perkembangan Iptek.
Mengacu pada kompetensi yang harus dimiliki guru.
Mengacu pada kurikulum yang berlaku.
Harus dapat diukur atau ditunjukkan dengan indikator

tertentu.
Substansi akademik dapat dipertanggung jawabkan.
Dapat ditingkatkan ke struktur kemampuan yang lebih
tinggi

dan

mampu

meningkatkan

kemampuan

pengetahuan dan wawasan guru.


b. Pengembangan profesi;
Berpatisipasi dalam pelatihan berbasis kompetensi.
Berpartisipasi dalam kursus dan program pelatihan

tradisional.
Membaca dan menulis jurnal.
Berpartisipasi dalam kegiatan

pertemuan ilmiah.
Menghadiri perkuliahan umum atau presentasi ilmiah.
Melakukan penelitian.
Melakukan magang.
Menggunakan media pemberitaan.
Berpartisipasi dalam organisasi professional.
Mengunjungi profesional lain.
Bekerjasama dengan profesional lainnya di sekolah.
Mengikuti program pendidikan dan latihan.
Mengikuti pertemuan profesi secara regular.
Melaksanakan gagasan untuk meningkatkan kinerja

konferensi

atau

sekolah .
c. Pembinaan profesi;
Pembinaan guru merupakan bagian dari program

pengembangan sekolah.
Tujuan pembinaan guru adalah meningkatkan mutu
kinerja yang bersangkutan.
7

Pembinaan profesionalisme guru adalah program jangka

panjang.
Pelatihan bukan satu-satunya pilihan dalam pembinaan

profesionalisme guru.
Mengirim untuk mengikuti program diklat.
Mengikuti pertemuan profesi secara regular.
Menyediakan sarana/prasarana untuk belajar mandiri.
Mendorong untuk mengajukan, membuat dan

melaksanakan gagasan.
Melaksanakan supervise.
Memberikan penghargaan.
Memberiberikan pengakuan.
d. Pembinaan karier
Pembinaan karir melalui:
Promosi kenaikan pangkat, golongan dan jabatan

fungsional guru yang didasarkan pada kinerja individu.


Diarahkan untuk memberikan kepuasan kerja yang

diperoleh guru, .
Mobilitas horizontal adalah terbukanya peluang bagi
guru untuk pindah dari sekolah yang satu ke sekolah

lainnya yang sama jenis dan jenjangnya.


Mobilitas vertikal adalah terbukanya peluang bagi guru
untuk pindah dari satu jenjang dan jenis sekolah ke jenis
sekolah yang tidak sama dan atau ke sekolah yang

jenjangnya lebih tinggi


e. Peningkatan kesejahteraan. Penghargaan diberikan kepada guru
yang:
Berprestasi dan berdedikasi tinggi.
Menemukan inovasi pembelajaran, antara lain: metode,

media, alat peraga, teknologi tepat guna, dsb.


Pemberian penghargaan guru berdedikasi

tinggi

diberikan kepada guru-guru yang bertugas di daerah


terpencil.

D. STRATEGI MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN


Kualitas pendidikan dapat ditingkatkan melalui beberapa cara, seperti
1. meningkatkan ukuran prestasi akademik melalui ujian nasional
atau

ujian

daerah

yang

menyangkut

kompetensi

dan

pengetahuan, memperbaiki tes bakat (Scholastic AptitudeTest),


sertifikasi kompetensi dan profil portofolio (portofolio profile).
2. Membentuk kelompok sebaya untuk meningkatkan gairah
pembelajaran melalui belajar secara kooperatif (cooperative
learning).
3. Menciptakan kesempatan belajar baru di sekolah dengan
mengubah jam sekolah menjadi pusat belajar sepanjang hari
dan tetap membuka sekolah pada jam-jam libur.
4. Meningkatkan pemahaman dan penghargaan belajar melalui
penguasaan materi (mastery learning) dan penghargaan atas
pencapaian prestasi akademik.
5. Membantu siswa memperoleh pekerjaan dengan menawarkan
kursus-kursus yang berkaitan dengan keterampilan memperoleh
pekerjaan, bertindak sebagai sumber kontak informal tenaga
kerja,

membimbing

siswa

menilai

pekerjaan-pekerjaan,

membimbing siswa membuat daftar riwayatr hidupnya dan


mengembangkan portofolio pencarian pekerjaan (John Bishop,
dlm Nurkolis, 2003: 78-79).
Kualitas pendidikan dapat ditempuh dengan menerapkan Total
Quality Management (TQM). TQM pertama kali dikemukakan dan
dikembangkan oleh Edward Deming, Paine, dkk tahun 1982 (Daniel
Kambey, 2004:34-45; Suryosubroto, 2004:198). TQM dalam pendidikan
adalah filosofi perbaikan terus-menerus di mana lembaga pendidikan
menyediakan seperangkat sarana atau alat untuk memenuhi bahkan
melampaui kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan saat ini dan di
masa mendatang.
TQM Merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang
mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan
terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan. Namun
pendekatan

TQM

hanya

dapat

dicapai

dengan

memperhatikan
9

karakteristiknya, yaitu : 1) fokus pada pelanggan baik internal maupun


eksternal, 2) memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas, 3)
menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah, 4) memiliki 5komitmen jangka panjang, 5)
membutuhkan kerja-sama tim (team work), 6) memperbaiki proses secara
berkesinambungan, 7) menyelenggarakan pendidikan dan latihan, 8)
memberikan kebebasan yang terkendali, 9) memiliki kesatuan tujuan, dan
10) adanya keterlibatan dan pemberdayaan karya.
E. KOMPONEN-KOMPONEN

PENGEMBANGAN

TENAGA

PENDIDIK
Komponen pengembangan tenaga kependidikan berpusat pada
kompetensi yang harus dikembangkan, adapun kompetensi tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Kompetensi guru untuk Assessing and Evaluating Students
Behavior.
Mengenal jiwa anak didik merupakan syarat mutlak dalam
proses pembentukan kepribadian individu, menemtukan sifat dan
tingkah laku anak tidak bisa dilakukan dengan cepat, harus
ditempuh dengan jalan Assessing, memperkira-kirakan untuk
kemudian dievaluasi dengan tepat, minat, motivasi, angan-angan
dan sebagainya merupakan faktor penghambat dalam proses
pendidikan dan pengajaran.
b. Kompetensi guru untuk Planning Instruction
Instruction

artinya

pengajaran/pelajaran.

Planning

Instruction artinya kompetensi guru dalam membuat persiapan


mengajar.
c. Kompetensi

guru

untuk

Conduction

or

Implementing

Intruction
Conducting artinya seorang pemimpin pagelaran.
To Emplement berarti to perform atau Fulfield menampilkan atau
malaksanakan interaksi PBM.

10

Sub Competencies Conducting or implementing


a. Structuring (waktu yang diperlukan)
i. Pengantar : Introduction, melakukan apersepsi
sebanyak 10% waktu seluruh penampilan.
ii. Inti atau Core, waktunya 70/80% dari keseluruhan
iii. Penutup atau Closure (Posttest, waktunya 10/15%)
b. Motivating and Reinforcing
Kompetensi untuk memupuk memberikan motivasi
kepada para anak didiknya supaya lebih bergairah belajar
dengan menonjolkan mengapa mereka harus mempelajari
bidang studi tertentu dalam rangka mencapai cita-cita
hidupnya.
c. Conducting Discussing Small Group Activities
Proses belajar- mengajar dengan metode diskusi.
d. Conducting Individual Aktivities
Kemampuan guru untuk diberikan pada anak
didiknya kegiatan-kegiatan perorangan dengan tujuan
mengisi kekurangan yang ada pada diri anak baik dalam
bidang akademik, emosional, mental dan sebagainya.
Remedial Teaching sebagai Feollovo-up nya.
e. Providing For Feedback / menyedikan umpan balik.
f. Presenting in Formations
Guru harus mampu menuangkan buah pikirannya secara
tertulis dalam kata-kata yang dapat ditangkap dengan
mudah oleh siswa.
g. Utilizing Inductive or Problem Solving
Prosedur deduktif bertolak dari yang umum ke yang khusus.
h. Qeustioning and Responding
Komunikasi oleh guru yang dilakukan dengan tanya jawab.
i. Kompetisi Operating Hardware
Hardware: alat-alat pembantu komunikasi pendidikan
seperti OHP, projektor dan sebagainya.

11

d. Kompetensi Performing Administrative Duties


Menyelenggarakan kewajiban yang bersangkut paut dengan
administrasi sekolah

Buku induk

Buku kas

Mengkaver rapat sekolah

Korespondensi (membuat surat/membahas surat)

Administrasi yang berhubungan dengan manajemen


kelas khususnya dalam bidang edukatif : daftar
kemampuan siswa (Unecdobel records)

e. Kompetensi Communicating
Kemampuan komunikasi baik secara vertikal maupun
secara horizontal
Guru melakukan komunikasi dengan dirinya sendiri, anak didik,
atasan, masyarakat atau dengan sesama guru.
f. Kompetensi Developing Personal Skills
Pengembangan keterampilam pribadi perlu dilakukan
secara kontinue mengingat cepatnya kemajuan yang dicapai
teknologi dewasa ini. Guru harus mampu melakukan dalam bentuk
tindakan yang berupa teknologi dan keterampilan psikomotorik
yang ditunjang teori-teori yang harus diperoleh dari buku yang
ditulis dalam bahasa asing.
g. Kompetensi Developing Pupil Self
Developing yang yang bermodalkan potensi-potensi yang
tidak ada pada anak itu itu sendiri. Potensi yang dimiliki setiap
individu murid berbeda. Developing seorang murid yang
potensinya minim dalam waktu yang belum tentu lama, akan lebih
kecil dari mereka yang modalnya lebih besar. Interaksi guru dan
murid harus lebih tepat.

12

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan yang utama.
Peranan guru adalah menciptakan serangkaian tingkah laku yang saling
berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan
dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang
menjadi tujuannya. (Wrightman, 1977)
Guru merupakan jabatan profesi yang memerlukan keahlian khusus
sebagai guru. Keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting terlebihlebih bagi keberlangsungan hidup bangsa ditengah-tengah lintasan
perjalanan jaman dengan teknologi yang kian canggih dan segala
perubahab serta pergeseran nilai yang bervariasi. Hal ini membawa
konsekuensi

kepada

guru

untuk

meningkatkan

paranan

dan

kompetensinya. Adapun kata profesional dalam kamus umum Bahasa


Indonesia diartikan (1) bersangkutan dengan profesi, dan (2) memerlukan
kepandaian khusus untuk menjalankannya (Depdikbud,1997). Sedangkan
profesi (profession) dalam Oxford Dictionary (dalam Arikunto, 1993:229)
diartikan a vocation in which a professed knowledge of same
departement of learning or science is used in its application to the affairs
of others or in the practice of an art founded upn it
Dalam

pelaksanaanya,

guru

dituntut

memiliki

berbagai

keterampilan mengajar, strategi belajar mengajar yang tepat, dan


kemampuan melaksanakan evaluasi yang baik. Menurut Dardjo Sukardja
(2003), pada dasarnya ada tiga hal pokok yang harus dimiliki seorang guru
dalam menghadapi situasi apapun, termasuk dalam menghadapi tantangan
yang penuh persaingan pada era globalisasi. Ketiga hal tersebut adalah :
Kepribadian yang mantap, Wawasan yang luas, dan kemampuan
profesional yang memadai.

13

Dengan

wawasan

yang

luas

diharapkan

guru

mampu

memperhitungkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi dengan


pertimbangan kondisi sekarang dan pengalaman masa lalu. Guru yang
berwawasan luas mampu mengatasi berbagai hambatan yang dihadapi,
inovatif, dan kreatif, serta mempunyai pandangan yang realistik dan
optimistik. Selanjutnya

guru harus prifesional. Jurnal

Education

Leadership edisi Maret 1993 menyebutkan, untuk menjadi profesional


seorang guru dituntut untuk memiliki empat hal yaitu:
Pertama

guru memiliki komitmen pada siswa dan proses belajarnya


guru menguasai secara mendalam bahan mata pelajaran yang

Kedua

diajarkan serta
cara mengajarkannya kepada siswa.
guru bertanggung jawab memantau hal belajar siswa melalui berbagai

Ketiga

teknik
evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku sampai tes belajar.
guru seyogyanya bagian dari masyarakat belajar dalam

Keempat

lingkungan
propesinya (misalnya dalam PGRI atau organisasi profesi lainnya.

14

Anda mungkin juga menyukai