Anda di halaman 1dari 10

Atelektasis

Definisi Atelektasis. Atelektasis adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru
yang mengalami hambatan berkembang secara sempurna sehingga aerasi paru
berkembang atau sama sekali tidak terisi udara. Atelektasis adalah penyakit
restriktif akut yang umum terjadi, mencakup kolaps jaringan paru atau unit
fungsional paru. Atelektasis merupakan masalah umum klien pascaoperasi.
Ateletaksis adalah ekspansi yang tidak sempurna paru saat lahir (ateletaksis
neokatorum) atau kolaps sebelum alveoli berkembang sempurna, yang biasanya
terdapat pada dewasa yaitu ateletaksis didapat (acovired aeletacsis). Atelektasis
(Atelectasis )adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
B.

Anatomi Fisiologi Saluran Nafas

Saluran pernapasan udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring,


laring, trakea, bronkus, dan bronkhiolus. Saluran dari bronkus sampai bronkiolus
dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia. Udara mengalir dari faring menuju
laring atau kotak suara, laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang
dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita suara. Trakea disokong oleh
cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya
kurang lebih 5 inci. Struktur trakea dan bronkus dianalogkan sebagai suatu
pohon dan oleh karena itu dinamakan pohon trakeobronkial. Bronkus terdiri dari
bronkus kiri dan kanan yang tidak simetris, bronkus kanan lebih pendek dan
lebar dan merupakan kelanjutan dari trakea, cabang utama bronkus kanan dan
kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan bronkus segmentalis,
percabangan ini berjalan menuju terus menjadi bronkus yang ukurannya sangat
kecil sampai akhirnya menjadi bronkus terminalis yaitu saluran udara yang
mengandung alveoli, setelah bronkus terminalis terdapat asinus yaitu tempat
pertukaran gas.
Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, yang terletak
dalam rongga dada atau thorak. Kedua paru-paru saling berpisah oleh
mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar.
Setiap paru-paru mempunyai apek dan basis. Pembuluh darah paru-paru dan
bronchial, saraf dan pembuluh darah limfe memasuki tiap paru-paru pada bagian
hilus dan membentuk akar paru-paru. Paru-paru kanan lebih besar daripada

paru-paru kiri. Paru-paru kanan dibagi tiga lobus oleh fisura interlobaris, paruparu kiri dibagi dua lobus. Lobus-lobus tersebut dibagi lagi menjadi beberapa
segmen sesuai dengan segmen bronkusnya. Suatu lapisan yang kontinu
mengandung kolagen dan jaringan elastis dikenal sebagai pleura yang melapisi
rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi setiap paru-paru (pleura
vesiralis).
Peredaran darah paru-paru berasal dari arteri bronkilais dan arteri pulmonalis.
Sirkulasi bronchial menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi sistemik dan
berfungsi memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan paru-paru. Arteri bronchial
berasal dari aortatorakalis dan berjalan sepanjang dinding posterior bronkus.
Vena bronkialis yang besarmengalirkan darahnya ke dalam sistem azigos, yang
kemudian bermuara pada vena cava superior dan mengembalikan darah ke
atrium kanan. Vena bronkialis yang lebih kecil akan mengalirkan darah vena
pulmonalis. Karena sirkulasi bronchial tidak berperan pada pertukaran gas, darah
yang tidak teroksigenasi mengalami pirau sekitar 2 sampai 3% curah jantung.
Arteri pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan mengalirkan darah vena
campuaran keparu-paru di mana darah tersebut mengambil bagian dalam
pertukaran gas. Jalinan kapiler paru-paru yang halus mengitari dan menutupi
alveolus, merupakan kontak erat yang diperlukan untuk proses pertukaran gas
antara alveolus dan darah. Darah yang teroksigenasi kemudian dikembalikan
melalui vena pulmonaliske ventrikel kiri, yang selanjutnya membagikan kepada
sel-sel melalui sirkulasi sistemik.
C.

Macam-macam Atelektasis

Berdasarkan Faktor yang Menimbulkan


1. Atelektasis Neonatorum
Banyak terjadi pada bayi prematur, di mana pusat pernapasan dalam otak tidak
matur dan gerakan pernapasan masih terbatas. Faktor pencetus termasuk
komplikasi persalinan yang menyebabkan hipoksia intrauter.
Pada autopsy, paru tampak kolaps, berwarna merah kebiruan, non crepitant,
lembek dan alastis. Yang khas paru ini tidak mampu mengembang di dalam air.
Secara histologis, alveoli mempunyai paru bayi, dengan ruang alveoli kecil yang
seragam, dilapisi dindingin septa yang tebal yang tampak kisut. Epitel kubis
yang prominem melaposi rongga alveoli dan sering terdapat edapan protein
granular bercampur dengan debris amnion dan rongga udara. Atelektasi
neonatorum pada sistem, gawat napas, telah di bahas disebelumnya.
2. Atelektasis Acquired atau Didapat

Atelektasis pada dewasa, termasuk gangguan intratoraks yang menyebabkan


kolaps dari ruang udara, yang sebelumnya telah berkembang. Jadi terbagi atas
atelektasis absorpsi, kompresi, kontraksi dan bercak. Istilah ini banya
menyangkut mechanisme dasar yang menyebabkan paru kolaps atau pada
distribusi dari perubahan tersebut.
Altelektasis absorpsi terjadi jika saluran pernapasan sama sekali tersumbat
sehingga udara tidak dapat memasuki bagian distal parenkim. Udara yang telah
tersedia secara lambat laun memasuki aliran darah, disertai dengan kolapsnya
alveoli. Tergantung dari tingkat obstruksi saluran udara, seluruh paru,
merupakan lobus yang lengkap, atau bercak segmen dapat terlibat. Penyebab
tersering dari kolaps absorbsi adalah abstruksi bronchus oleh suatu sumbatan
mucus. Hal ini sering terjadi pasca operasi. Asma bronchial, bronkiektasis dan
bronchitis akut serta kronis, dapat pula menyebabkan obstruksi akut serta kronis.
Dapat pula menyebabkan obstruksi akut serta kronis, dapat pula menyebabkan
obstruksi karena sumbatan bahan mukopurulen. Kadang-kadang obstruksi
disebabkan oleh aspirasi benda asing atau bekuan darah, terutama pada anak
atau selama operasi rongga mulut atau anestesi. Saluran udara dapat juga ter
sumbat oleh tumor, terutama karsinoma bronkogenik dengan pembesaran
kelenjar getah bening (seperti pada tuberculosis, contohnya) dan oleh aneurisma
pembuluh darah.
Atelektasis kompresi paling sering dihubungkan dengan penimbunan cairan
darah atau udara dalam kavum pleura, yang secara mekanis menyebabkan
kolaps paru di sebelahnya. Ini adalah kejadian yang sering pada efusi pleura dari
penyebab apa pun, namun mungkin yang paling sering dihubungkan dengan
hidrotoraks pada payah jantung kongesti. Pneumotoraks dapat juga
menyebabkan atelektasis kompresi pada penderita dengan tirah baring dan
penderita denan asites, atelaktasis basal menyebabkan posisi diafragma yang
lebih tinggi.
Atelektasis kontraksi terjadi bila perubahan fibrosis pada paru dan pleura yang
menghambat ekspensi dan meningkatkan daya pegas pada ekspirasi.
Atelektasis bercak bearti adanya daeah kecil-kecil dari kolaps paru, sepeti terjadi
pada obstruksi bronkioli yang multiple karena sekresi atau eksudat pada kedua
sindrom gawat napas orang dewasa dan bayi. Pada sebagian kecil kasus,
atelektasis terjadi karena patogenesis tertentu yang menyertai jelas pada
dinding dada.

Atelektasis didapat (acquired) dapat akut atau kronis. Biasanya timbul karena
sumbatan mucus yang relatif akut, yang menjadi manifest karena mendadak
timbul sesak napas. Memang peristiwa sesak napas akut dalam 48 jam setelah
satu prosedur pembedahan, hampir selalu didiagnosis sebagai atelektasis. Yang
penting adalah atelektasis dapat didiagnosis dini dan terjadi reekspensi yang
tepat dari paru yang terkena, karena perenkim yang kolaps amit peka terhadap
infeksi yang menunggagi. Atelektasis persisten segmen paru mungkin
merupakan bagian penting untuk terjadinya karsinoma bronkogenik yang diamdiam.
Berdasarkan luasnya atelektasis
Massive atelectase, mengenai satu paru
Satu lobus, percabangan main bronchus
Gambaran khas yaitu inverted S sign tumor ganas bronkus dengan atelectase
lobus superior paru.
Satu segmen segmental atelectase
Platelike atelectase, berbentuk garis
Misal : Fleischner line oleh tumor paru
Bisa juga terjadi pada basal paru post operatif
Berdasarkan lokasi atelektasis
Atelektasis lobaris bawah: bila terjadi dilobaris bawah paru kiri, maka akan
tersembunyi dibelakang bayangan jantung dan pada foto thorak PA hamya
memperlihatkan diafragma letak tinggi.
Atelektasis lobaris tengah kanan (right middle lobe). Sering disebabkan
peradangan atau penekanan bronkus oleh kelenjar getah bening yang
membesar.
Atelektasis lobaris atas (upper lobe): memberikan bayangan densitas tinggi
dengan tanda penarikan fissure interlobaris ke atas dan trakea ke arah
atelektasis.
Atelektasis segmental: kadang-kadang sulit dikenal pada foto thoraj PA, maka
perlu pemotretan dengan posisi lain seperti lateral, miring (obligue), yang
memperlihatkan bagian uang terselubung dengan penarikan fissure
interlobularis.
Atelektasis lobularis (plate like/atelektasis local). Bila penyumbatan terjadi pada
bronkus kecil untuk sebagian segmen paru, maka akan terjadi bayangan
horizontal tipis, biasanya dilapangan paru bawah yang sering sulit dibedakan

dengan proses fibrosis. Karena hanya sebagian kecil paru terkena, maka
biasanya tidak ada keluhan.
Atelektasis pada lobus atas paru kanan. Kolaps pada bagian ini meliputi bagian
anterior, superior dan medial. Pada foto thorak PA tergambarkan dengan fisura
minor bagian superior dan mendial yang mengalami pergeseran. Pada foto
lateral, fisura mayor bergerak ke depan, sedangkan fisura minor dapat juga
mengalamai pergeseran ke arah superior.
D.

Etiologi Atelektasis

Etiologi terbanyak dari atelektasis adalah terbagi dua yaitu intrinsik dan
ekstrinsik.
Etiologi intrinsik atelektasis adalah sebagai berikut :
Bronkus yang tersumbat, penyumbatan bias berasal di dalam bronkus seperti
tumor bronkus, benda asing, cairan sekresi yang massif. Dan penyumbatan
bronkus akibat panekanan dari luar bronkus seperti tumor sekitar bronkus,
kelenjar yang membesar.
Peradangan intraluminar airway menyebabkan penumpukan sekret yang berupa
mukus.
Tekanan ekstra pulmonary, biasanya diakibatkan oleh pneumothorah, cairan
pleura, peninggian diafragma, herniasi alat perut ke dalam rongga thorak, tumor
thorak seperti tumor mediastinum.
Paralisis atau paresis gerakan pernapasan, akan menyebabkan perkembangan
paru yang tidak sempurna, misalkan pada kasus poliomyelitis dan kelainan
neurologis lainnya. Gerak napas yang terganggu akan mempengaruhi lelancaran
pengeluaran sekret bronkus dan ini akan menyebabkan penyumbatan bronkus
yang berakhir dengan memperberat keadaan atelektasis.
Hambatan gerak pernapasan oleh kelainan pleura atau trauma thorak yang
menahan rasa sakit, keadaan ini juga akan menghambat pengeluaran sekret
bronkus yang dapat memperberat terjadinya atelektasis
Etiologi ekstrinsik atelektasis:
Pneumothoraks
Tumor
Pembesaran kelenjar getah bening.
Pembiusan (anestesia)/pembedahan
Tirah baring jangka panjang tanpa perubahan posisi
Pernafasan dangkal
Penyakit paru-paru

E.

Patofisiologi Atelektasis

Setelah penyumbatan bronchial yang terjadi secara mendadak sirkulasi darah


perifer akan diserap oleh udara dari alveoli, yang akan menyebabkan terjadinya
kegagalan pernapasan dan penarikan kembali paru-paru dalam beberapa menit,
hal ini tanpa desebabkan adanya infeksi. Paru-paru akan menyusut secara
komplek. Dalam tingkat awal, perfusi darah paru-paru akan kekurangan udara
yang menyebabkan hipoksemi arterial. Jika kapiler dan jaringan hipoksia
mengakibatkan timbulnya transudat berupa gas dan cairan serta udem paru.
Pengeluaran transudat dari alveoli dan sel merupakan pencegahan komplit
kolaps dari atelektasis paru. Daerah sekitar paru-paru yang mengalami udem
kompensata sebagian akan kehilangan volume. Bagaimanapun juga pada kasus
kolaps yang luas diafragma mengalami paninggian, dinding dada nyeri dan hal
ini akan mempengaruhi perubahan letak hati dan mediastinum.
Sesak yang disebabkan merupakan variasi perubahan stimulus pusat respirasi
dan kortek serebral. Stimulus berasal dari kemoreseptor di mana terdapat
daerah atelektasis yang luas yang menyebabkan tekanan O2 kurang atau
berasal dari paru-paru dan otot pernapasan, dimana paru-paru kekurangan
oksigen tidak terpenuhi dan penambahan kerja pernapasan. Kiranya aliran darah
pada daerah yang mengalami atelektasis berkurang. Tekanan CO2 biasanya
normal atau seharusnya turun sedikit dari sisa hiperventilasi parenkim paru-paru
yang normal.
F. Manifestasi Klinis Atelektasis / Gejala Atelektasis
Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas
yang ringan. Penderita sindroma lobus medialis mungkin tidak mengalami gejala
sama sekali, walaupun banyak yang menderita batuk-batuk pendek.
Gejalanya bisa berupa:
gangguan pernafasan
nyeri dada
batuk
Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan denyut jantung,
kadang-kadang sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).
Gejala klinis sangat bervariasi, tergantung pada sebab dan luasnya atelektasis.
Pada umumnya atelektasis yang terjadi pada penyakit tuberculosis, limfoma,
neoplasma, asma dan penyakit yang disebabkan infeksi misalnya bronchitis,
bronkopmeumonia, dan pain-lain jarang menimbulkan gejala klinis yang jelas,
kecuali jika ada obstruksi pada bronkus utama. Jika daerah atelektsis itu luas dan

terjadi sangat cepat akan terjadi dipsneu dengan pola pernapasan yang cepat
dan dangkal, takikardi dan sering sianosis, temperatur yang tinggi, dan jika
berlanjut akan menyebabkan penurunan kesadaran atau syok. Pada perkusi
redup dan mungkin pula normal bila terjadi emfisema kompensasi. Pada
atelektasis yang luas, atelektasis yang melibatkan lebih dari satu lobus, bising
nafas akan melemah atau sama sekali tidak terdengar, biasanya didapatkan
adanya perbedaan gerak dinding thorak, gerak sela iga dan diafragma. Pada
perkusi mungkin batas jantung dan mediastinum akan bergeser, letak diafragma
mungkin meninggi.
G.

Gambaran Radiologis Atelektasis

Paru dapat dikatakan mengalami atelektasis bilamana seluruh/ sebagian paruparu mengempis, akan ada suatu bayangan homogen pada belah itu, dengan
jantung dan trakhea beranjak ke jurusan itu dan diafragma terangkat. Bilamana
hanya satu lobus yang atelaktasis disebabkan oleh penyumbatan bronkhial,
mungkin kelihatan dua kelainan yang karakteristik. Kelainan pertama adalah
suatu bayangan yang homogen daripada lobus yang kempis itu sendiri, yang
akan menempati ruangan yang lebih kecil daripada bilamana ia berkembang
sama sekali.
Suatu lobus kanan atas yang kempis akan kelihatan sebagai suatu daerah yang
opak pada puncak, dengan batas tegas yang bersifat konkaf di bawahnya di
dekat klavikula yaitu yang diakibatkan oleh fisura horizontalis yang terangkat.
Lobus kiri atas bilamana kempis biasanya mencakup lingula, dan bayangan yang
diakibatkannya adalah lebih tidak tegas tanpa batas bawah yang tegas. Akan
tetapi pada proyeksi lateral akan kelihatan suatu bayangan berbentuk lidah
dengan puncaknya dekat diafragma; di sebelah anterior, ini mungkin sampai
kepada sternum, atau mungkin dipisahkan oleh suatu daerah yang translusen
yang disebabkan oleh paru-paru kanan yang menyelip diantaranya dan sternum
di sebelah posterior bayangan itu mempunyai batas yang tegas dengan batas
konkaf yang disebabkan oleh fisura besar yang terdesak ke depan.
Suatu lobus tengah akan menyebabkan suatu bayangan yang sangat tidak tegas
pada proyeksi anterior, akan tetapi mungkin mengaburkan batas daripada
jantung kanan, pada proyeksi lateral ia akan kelihatan sebagai suatu bayangan
berbentuk pita yang membujur dari hilus ke angulus sterno-diafragmatikus.
Batas atasnya yang tegas dibentuk oleh fisura horizontalis yang terdekat,
sedangkan batas belakangnya yang konkaf oleh fisura mayor yang terdesak ke
depan.

Lobus bawah yang kempis menyebabkan suatu bayangan berbentuk segitiga,


dengan batas lateral yang tegas yang membujur ke bawah dan keluar dari
daerah hilus ke diafragma. Oleh karena ia biasanya terletak di belakang
bayangan jantung, ia hanya dapat dilihat bilamana radiograf adalah baik. Pada
proyeksi lateral bayangan mungkin kabur sekali, akan tetapi biasanya
kehadirannya memberikan tiga gambar; vertebrae torakalis di sebelah bawah
akan kelihatan lebih berwarna abu-abu daripada hitam daripada vertebrae di
sebelah tengah; bagian posterior daripada bayangan diafragma kiri akan tidak
dapat dilihat; dan akhirnya, daerah vertebrae bawah di belakang bayangan
jantung akan kurang hitam daripada daerah translusen di belakang sternum.
Gejala-gejala yang karakteristik lainnya adalah konsekuensi daripada bayanganbayangan vaskuler menjadi kabur di dalam opasitas umum daripada lobus yang
tidak mengandung udara, sedangkan bayangan pembuluh-pembuluh darah di
dalam lobus yang lain adalah lebih memencar oleh karena ia mengisi suatu
volume yang lebih besar. Pembuluh-pembuluh darah hilus pada sebelah yang
terkena penyakit akan menunjukkan suatu konveksitas lateral dan bukan suatu
konkafitas seperti dalam keadaan normal pada tempat dimana grup daripada
lobus atas bertemu dengan arteria basalis di samping itu, hilus akan menjadi
lebih kecil daripada di sebelah yang lain, sedangkan pembuluh-pembuluh darah
paru-paru akan lebih memencar sehingga per unit daerah akan kelihatan lebih
sedikit daripada di sebelah yang lain (normal). Hanya akan ada sedikit atau
sama sekali tidak ada translusensi yang relatif, oleh karena aliran kapiler
bertambah besar, sedangkan pendesakan trakhea atau peninggian diafragma
biasanya sedikit dan jantung beralih hanya sedikit ke jurusan lobus yang kempis
yaitu pada kolaps daripada lobus bawah, atau yang lebih sering sama sekali
tidak pada kolaps daripada lobus atas.
Sebagai dasar gambaran radiologis pada atelektasis adalah pengurangan
volume bagian paru baik lobaris, segmental atau seluruh paru, dengan akibat
kurangnya aerasi sehingga memberi bayangan lebih suram (densitas tinggi)
dengan penarikan mediastinum kearah atelektasis, sedangkan diafragma tertarik
ke atas dan sela iga menyempit.
Dengan adanya atelektasis, maka bagian paru sekitarnya mengalami suatu
enfisema kompensasi yang kadang-kadang begitu hebatnya sehingga terjadi
herniasi hemithorak yang sehat kearah hemethorak yang atelektasis.
H. Pencegahan Atelektasis dan Pengobatan Atelektasis / Penanganan Atelektasis
/ Penatalaksanaan Atelektasis

Pencegahan
Pengobatan atelektasis didasarkan pada etiologi penyakit. Namun demikian
pencegahan adalah faktor terpenting. Kerangka kerja terapi yang mendasar
adalah mobilisasi dini dan perubahan posisi sering pada klien tirah baring atau
klien pascaoprasi. Napas dalam dengan teratur penting karena pada klien ini
umunya terjadi penurunan kesadaran akibat pengaruh anestesi, penurunan
mobilitas, dan nyeri (Hanneman, 1995). Bronchodilator dan mukolitik, jika
diindikasikan, dan fisioterapi dada akan sangat membantu, ventilasi yang
adekuat dapat ditingkatkan denan perubahan posisi, batuk efektif, napas dalam,
atau spirometri insentif.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya atelektasis:
Setelah menjalani pembedahan, penderita harus didorong untuk bernafas dalam,
batuk teratur dan kembali melakukan aktivitas secepat mungkin.
Meskipun perokok memiliki resiko lebih besar, tetapi resiko ini bisa diturunkan
dengan berhenti merokok dalam 6-8 minggu sebelum pembedahan.
Seseorang dengan kelainan dada atau keadaan neurologis yang menyebabkan
pernafasan dangkal dalam jangka lama, mungkin akan lebih baik bila
menggunakan alat bantu mekanis untuk membantu pernafasannya. Mesin ini
akan menghasilkan tekanan terus menerus ke paru-paru sehingga meskipun
pada akhir dari suatu pernafasan, saluran pernafasan tidak dapat menciut
Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan dahak dari paru-paru dan kembali
mengembangkan jaringan paru yang terkena.
Tindakan yang biasa dilakukan:
Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena
kembali bisa mengembang
Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur
lainnya
Latihan menarik nafas dalam (spirometri insentif)
Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak
Postural drainase
Antibiotik diberikan untuk semua infeksi
Pengobatan tumor atau keadaan lainnya.
Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan
atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena
mungkin perlu diangkat

Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru yang


mengempis akan kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan
jaringan parut ataupun kerusakan lainnya.
Pemeriksaan bronkoskopi harus segera dilakukan, apabila atelektasis terjadi
karena penyumbatan benda asing. Pemberian oksigenasi harus diberikan pada
penderita sesak dan sianosis. Terapi yang diberikan biasanya simtomatis seperti
anti sesak, bronkodilator, antibiotik dan kortikosteroid. Fisioterafi sangan berguna
seperti perubahan posisi, masase, latihan pernapasan sangat membantu dalam
pengembangan kembali paru yang kempis.
Pada infeksi yang kronis biasanya dilakukan pemeriksaan bakteriologis yang
lebih teliti dan lobektomi sebaiknya tidak dilakukan kecuali jika nfeksi kronis dan
melibatkan bagian paru yang sehat atau sudah terjadi bronliektasis pada daerah
yang cukup luas

Anda mungkin juga menyukai