Anda di halaman 1dari 7

PENGETAHUAN DAN TINDAKAN

TENTANG PEMERIKSAAN
PAYUDARA SENDIRI
(SADARI) PADA REMAJA PUTRI
DI SMK NEGERI 7 MEDAN
TAHUN 2016
NURUL AZIZAH
P07520113030

BAB I PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa dimana terjadi
berbagai perubahan, baik secara fisik, sosial
maupun spiritual yang pada awalnya sulit
diterima tapi seiring bertambahnya waktu
dan usia serta pemahaman yang dimiliki,
remaja mulai bisa menerima perubahan
tersebut. Penerimaan remaja terhadap hal-hal
yang tabu mulai terbuka karena merupakan
pengetahuan baru bagi mereka tapi
penerimaannya cenderung tertutup dan
malu-malu

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)


merupakan salah satu langkah awal deteksi
dini untuk menemukan kanker payudara
stadium awal yang akan lebih efektif jika
dilakukan sedini mungkin, sebab 85%
kelainan di payudara justru pertama kali
dikenali oleh penderita
Menurut Sutjipto, saat ini telah banyak
ditemukan penderita kanker payudara pada
usia muda seperti remaja, bahkan tidak
sedikit remaja putri usia 14 tahun menderita
tumor di payudaranya. Dimana tumor yang
terjadi bisa menjadi kanker, bila tidak
terdeteksi lebih awal.

Menurut American Cancer Society (ACS)


Insiden rate kanker payudara telah
meningkat dibanyak negara Asia dan Afrika.
Walaupun di Amerika Utara, Inggris, Perancis
dan Australia insiden ratenya menurun.
Bahkan kematian akibat kanker payudara
cenderung stabil atau menurun di Amerika
Utara dan Eropa dalam periode 25 tahun
terakhir yang dihubungkan dengan deteksi
dini. Sebaliknya di negara Asia seperti Jepang
dan Korea mortality ratenya meningkat akibat
peruahan gaya hidup dan terlambatnya
program skrining serta deteksi dini.

Pada saat ini, banyak remaja Indonesia


yang masih belum peka terhadap
perawatan untuk payudaranya sendiri
(SADARI), mereka lebih peka terhadap
jerawat yang timbul di wajah daripada
adanya gejala kanker payudara. Di balik
ketidakpekaan itu, juga dilatar belakangi
oleh kurang informasi dan kemauan untuk
menggali informasi mengenai
pencegahan kanker payudara ini. Selain
itu program pemerintah yang saat ini juga
belum terfokus pada promosi tentang
pelaksanaan SADARI bagi remaja

Berdasarkan penelitian Nasution (2014) di Madrasah


Aliyah Swasta Persatuan Amal Bakti 2 Helvetia
Kabupaten Deli Serdang dengan responden sebanyak
93 siswi diperoleh bahwa responden mayoritas
melakukan pemeriksaan SADARI (74,2%).
Pengetahuan tentang SADARI mayoritas kurang
(50%), dan pengetahuan tentang kanker payudara
mayoritas kurang (44,1%). Berdasarkan Laporan
Kinerja RS Kanker Dharmais tahun 2013 jumlah
penderita yang berkunjung ke tim kerja kanker
payudara menduduki peringkat pertama dari 10
besar kanker. Beberapa tahun terakhir penyakit
kanker payudara mulai menyerang kalangan muda,
dimana banyak penderita kanker payudara memiliki
usia relatif muda. serta faktor resiko yang tidak dapat
diubah bisa dikurangi dengan promosi kesehatan

Masalah dalam penanggulangan kanker payudara di


Indonesia adalah penderita datang ke pelayanan kesehatan
sudah dalam stadium lanjut. Sumatera Utara melaporkan
penderita yang berobat pada stadium dini hanya berkisar 2030%. Sedangkan penderita yang datang pada stadium lanjut
sebanyak 70%.
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti
dengan melakukan wawancara pada tanggal 9 Januari 2016
menunjukkan bahwa diantara 10 orang siswi SMKN 07
Medan, 2 orang mengenal SADARI dan tahu cara melakukan
tindakan SADARI, 2 orang mengenal SADARI namun belum
paham cara melakukan tindakan SADARI dan 6 orang tidak
mengenal SADARI dan tidak tahu cara melakukan tindakan
SADARI.
Dari uraian di atas di dapat bahwa kanker payudara tidak
sedikit terdapat pada remaja, maka sangat penting sekali
untuk diberikan pengetahuan dan tindakan mengenai
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

Anda mungkin juga menyukai