DIFTERI
PRESENTASI KASUS
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
RSPI PROF. DR. SULIANTI SAROSO
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. Mutia Aprilia
Umur
: 5 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tanggal Lahir
: 3April 2011
Alamat
: Mangga besar XIII
Agama
: Islam
Pendidikan
: belum sekolah
No. RM
: 00.35.81.85
IDENTITAS ORANG TUA
Identitas Ayah
Nama Ayah
: Tn. Mukrin
Umur
: 40 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Mangga besar XIII
Agama
: Islam
Pendidikan terakhir: D3
Pekerjaan
: Wiraswasta
Hubungan dengan orang tua: Anak Kandung
Identitas Ibu
Nama Ibu
: Ny. Rieska Handayaningssih
Umur
: 41 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Mangga besar XIII
Agama
: Islam
Pendidikan terakhir: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Hubungan dengan orang tua: Anak Kandung
III.
ANAMNESIS
Tanggal masuk rumah sakit : Jumat, 13 Mei 2016
DIFTERI
Tanggal pemeriksaan
: Senin, 16 Mei 2016 di R Mawar kamar isolasi 208
Diambil secara alloanamnesis dari ibu dan ayah pasien
KELUHAN UTAMA
: demam
KELUHAN TAMBAHAN : batuk, pilek, mencret, sulit makan, leher bengkak,
tidur mengorok, berat badan turun
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 2 hari SMRS, demam naik turun
perlahan, membaik jika minum obat penurun panas. Pasien juga batuk sejak 6 hari
SMRS, batuk berdahak, tidak dapat keluar sehingga pasien rewel dan lemas, tidak
sesak dan tidak ada darah. Keluhan batuk bersamaan juga dengan pilek sejak 6 hari
SMRS, pilek encer berwarna bening. 1 minggu SMRS pasien sulit makan dan minum.
Pasien juga mencret sejak 1 hari SMRS, sebanyak 6x, dan saat di IGD RSPI sudah 2x,
BAB encer, kuning, masih bercampur ampas, tidak ada lendir dan darah. Tidak ada
keluhan mual ataupun muntah. 3 hari SMRS saat tidur pasien tidur mengorok dan
kadang terdengar suara grok-grok, terkadang malam hari pasien tiba-tiba terbangun
dan menangis dan sulit untuk tidur kembali, dan sejak 3 hari terakhir orang tua pasien
merasa leher pasien sedikit bengkak. Pasien tidak sulit membuka mulut.
Riwayat imunisasi dasar lengkap, kecuali campak. Tidak ada kontak dengan
penderita penyakit paru. Tidak ada yang memiliki gejala seperti ini disekitar rumah
dan di keluarga. Tidak ada riwayat berpergian keluar kota. Tidak ada mimisan, tidak
ada gusi berdarah. Pasien sudah dibawa berobat ke RS Dwi Warna dan kemudian
dirujuk ke RSPI SS karena curiga terkena difteri.
Selama perawatan di RSPI SS pasien sudah di infus serta diperiksa darah.
Semua obat-obatan yang masuk lewat infus dan orang tua pasien merasa ada
perubahan setelah dirawat di ruang isolasi. Nafsu makan sudah ada walau hanya mau
minum susu dan makan sedikit roti, belum mau makan nasi atau bubur. Tidur
mengorok sudah berkurang, batuknya masih ada. Sudah tidak pilek dan tidak mencret.
Namun berat badan selama sakit ini turun dari 14 kg menjadi 13 kg.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
- Alergi makanan disangkal
- Alergi obat disangkal
- Asma disangkal
RIWAYAT KELUARGA
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta
Universitas Tarumanagara Jakarta
Periode 2 Mei 2016 9 Juni 2016
2
DIFTERI
Pasien merupakan anak pertama. Ayah pasien bernama Tn. Muksin berusia 40 tahun
bekerja sebagai wiraswasta. Ibu pasien bernama Ny. Rieska berusia 41 tahun, bekerja
sebagai wiraswasta. Setiap harinya ibu dan ayah pasien bergantian shift kerja untuk
merawat kedua anaknya di rumah. Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
serupa.
DATA PERUMAHAN
Rumah minimalis berventilasi cukup, pencahayaan cukup, jendela terdapat
dua buah di depan, rumah berisi 2 kamar, lingkungan rumah berada di daerah yang
cukup padat, saluran pembuangan tertutup, didepan rumah terdapat beberapa tanaman
di pot. Jika rumah ditinggal dalam posisi tertutup dan jendela semua ditutup maka
akan lembab dan semua gorden berjamur.
RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN
Kehamilan
Ibu pasien selama kehamilan rutin memeriksakan kehamilannya di dokter
spesialis kandungan sesuai jadwal yaitu lebih dari 4 kali. Saat kehamilan tidak
terdapat gangguan, hanya saja hasil USG saat usia kehamilan 7-8 bulan dikatakan
bayi terlilit tali pusat, tidak pernah ada riwayat keguguran. Suntikan TT pada ibu saat
kehamilan sebanyak 2x. Asupan gizi dan vitamin saat kehamilan sesuai yang
dianjurkan oleh dokter.
Persalinan
Tempat kelahiran
Penolong Persalinan
Kesulitan
Cara Persalinan
Masa Gestasi
KEADAAN BAYI
Berat Badan Lahir
: 2900 gram
Panjang Badan Lahir : 47 cm
Lingkar Kepala
: 32 cm
Lingkar Dada
: 34 cm
Langsung Menangis : Langsung menangis
Nilai APGAR
: 9/10
Warna ketuban
: jernih
Kelainan bawaan
: tidak ada
RIWAYAT IMUNISASI DASAR
Pasien telah mendapatkan imunisasi:
BCG
: 1x
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta
Universitas Tarumanagara Jakarta
Periode 2 Mei 2016 9 Juni 2016
3
DIFTERI
: 3x
: 4x
: 5x
Campak
: 1x
Hib
: 4x
PCV
: 4x
Influenza
: 1x
Ibu pasien mengaku imunisasi komplit sesuai jadwal imunisasi yang
diwajibkan pemerintah kecuali imunisasi campak.
Vaksin
Lahir
12
15
18
(0)
Hep B
Polio
BCG
DPT
Hib
PCV
Influenza
Campak
RIWAYAT PERTUMBUHAN
Ibu pasien rutin memeriksakan pasien ke dokter spesialis anak tiap bulan dan
mengaku pertumbuhan anaknya cukup baik, berat badan dan tinggi badan bertambah
seiring pertambahan usia.
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi pertama usia 7 bulan
Gangguan perkembangan mental dan emosi (-)
Psikomotor: (lupa)
- Tengkurap
: 4 bulan
- Duduk
: 7 bulan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta
Universitas Tarumanagara Jakarta
Periode 2 Mei 2016 9 Juni 2016
4
BB : 13 kg
Merangkak
Berdiri sendiri
Berjalan
Berbicara
: bulan
: 7 bulan
: 12 bulan
: mama dan papa usia 7 bulan
Umur : 5 tahun
TB : 103 cm
DIFTERI
DIFTERI
RIWAYAT MAKANAN
Pasien mengkonsumsi ASI saja sejak lahir hingga usia 1 minggu, kemudian ASI
dicampur dengan susu formula hingga usia 1 bulan, maka anak sejak usia 1 bulan hingga
1 tahun minum susu formula tanpa ASI. Dan mulai usia 1 tahun sudah mulai makan
makanan keluarga. Dan sejak usia 1 tahun hingga usia 5 tahun diberikan Susu formula
dengan sayur, bubur, dan nasi.
Umur
ASI
Susu
Buah/Sayur/Lauk
Bubur/biskuit
Nasi
Formula
bayi
-
0-1
bulan
2
bulan
3
bulan
4-6
DIFTERI
Porsi 3
bulan
kali
sehari,
setengah
mangkok
13-24
bulan
2-5
bayi
Porsi 2-3
Porsi
kali sehari
sebanyak 5
sebagai
sendok
selingan
nasi 2-3
kali sehari
1 piring 3x
tahun
sehari
Pola makan sekarang adalah:
IV.
Jenis makanan
Frekuensi
Nasi
3x/hari
Sayur
Jarang
Daging
Sering
Ikan
Sering
Telur
Sering
Tempe
Sering
Tahu
Sering
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan tanggal Kamis, 16 Mei 2016 di Ruang Isolasi Mawar 2
Keadaan umum
Kesadaran
Tinggi badan
: baik
: compos mentis
: 103 cm
Berat Badan
Status gizi
Nadi
Pernapasan
Suhu
DIFTERI
: 13 kg
: baik
: 112 x / menit
: 24 x / menit
: 37,8O C
Kepala
Bentuk normal, ukuran normal, tidak teraba benjolan, rambut hitam, distribusi merata,
tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan, ubun-ubun besar sudah menutup.
Mata
Kelopak mata tidak ada kelainan, konjungtiva tidak anemis, tidak hiperemis, sklera
tidak ikterik, pupil bulat, isokor diameter 3 mm, Reflek cahaya +/+, mata tidak cekung
Telinga
Bentuk normal, liang telinga lapang, tidak terlihat sekret, tidak terlihat serumen, tidak
terlihat luka pasca trauma, tidak ada nyeri tekan tragus, tidak ada nyeri tarik aurikuler,
kelenjar getah bening pre dan retroauriculer tidak teraba membesar.
Hidung
Bentuk normal, sekret (-), septum deviasi (-), pernapasan cuping hidung (-).
Tenggorokan
Mukosa faring hiperemis, Tonsil T3-T3 hiperemis, terdapat pseudomembran
bilateral minimal pada permukaan tonsil
Mulut
Mukosa bibir kering (-), tampak perioral sianosis (-), lidah kotor (-).
Leher
DIFTERI
Trachea di tengah, kelenjar thyroid tidak teraba membesar, kelenjar getah bening
submandibular dextra teraba membesar ukuran 1 cm, lunak, nyeri tekan (+), kelenjar
getah bening submental, cervical, supra clavicular tidak teraba membesar, bullneck minimal
Dada
Bentuk normal, retraksi otot-otot intercostalis, supraclavicula, subcostal (-).
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
o Inspeksi
o Palpasi
o Perkusi
o Auskultasi
Abdomen
o Inspeksi
: Tampak rata
o Palpasi
Hati
: Tidak teraba
Limpa
: Tidak teraba
Ginjal
: ballotemen (-)
Nyeri tekan (-)
o Perkusi
: Timpani
o Auskultasi
: Bising usus (+) normal
Ekstremitas
Tulang belakang
Kulit
Pemeriksaan Neurologis
Rangsang meningeal
Kaku kuduk
: (-)
V.
DIFTERI
Hasil
17.0
4.30
11.3
34
259
79
26
33
Nilai rujukan
5.5-17.0
3.6-5.2
10.7-12.8
35-43
217-497
73-101
23-31
26-34
Satuan
10^3/uL
10^6/uL
g/dL
%
10^3/uL
fL
Pg
g/dL
0
0
2
65
28
5
66
0-1
1-5
3-6
25-60
25-50
1-6
0-10
%
%
%
%
%
%
Mm
Jenis Pemeriksaan
Pemeriksaan Diphteri 1
Hasil Pemeriksaan
Tidak ditemukan bakteri
Corynebacterium
Diphteriae dengan
15/05/2016
Pemeriksaan Diphteri 2
Granula metakromik
Tidak ditemukan bakteri
Corynebacterium
DIFTERI
Diphteriae dengan
16/05/2016
Pemeriksaan Diphteri 3
Granula metakromik
Tidak ditemukan bakteri
Corynebacterium
Diphteriae dengan
Granula metakromik
3. EKG
Tanggal 13 Mei 2016
DIFTERI
DIFTERI
Tinggi badan
Berat Badan
Status gizi
: 103 cm
: 13 kg
: baik
Suhu
Nadi
RR
Tenggorokan :
: 37.8 C
: 112 x/menit
: 24 x/menit
Mukosa faring hiperemis, Tonsil T3-T3 hiperemis, terdapat
DIFTERI
VI.
DIAGNOSA
Difteri tonsil
VII.
VIII.
PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa:
- ADS 40.000 IU drip dalam NaCl 0.9% 100 cc (IV) 1x
- IVFD KaEn 3B 1000 cc/24 jam
- Eritromycin 3x250 PO
- Paracetamol syrup 3 kali 1 sendok takar
- Ambroxol 3 kali setengah sendok takar
2. Non medikamentosa
- Makanan lunak
- Tirah baring
PROGNOSA
Ad vitam: bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : bonam
IX.
FOLLOW UP
1. Tanggal 17 Mei 2016 jam 07.00
S:
demam (+), batuk berdahak (+), pilek (+), mencret 3x, cair, darah (-), lendir (-)
nafsu makan sedikit, BAK sedikit
O:
Keadaan umum: tampak sakit berat
Kesadaran: compos mentis
o
Suhu: 37.5 C
Nadi: 120x/menit
RR: 46x/menit
Mata: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/Hidung: sekret -/Mulut: mukosa faring hiperemis, pseudomembran pada tonsil
Leher: Bullneck, pembesaran KGB 2 cm imobile
Thorax: Cor: bunyi jantung I dan II reguler, tidak ada murmur, tidak ada
Gallop
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta
Universitas Tarumanagara Jakarta
Periode 2 Mei 2016 9 Juni 2016
14
DIFTERI
Pulmo: suara dasar vesikuler +/+, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing
Abdomen: flat, supel, timpani, bising usus (+), tidak terdapat nyeri tekan
Ekstermitas: akral hangat
A:
P:
BAB (-), batuk berdahak (+), pilek (+), Perut sakit, nafsu makan sedikit, BAK
sedikit
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran: compos mentis
o
Suhu: 38 C
Nadi: 102x/menit
RR: 38x/menit
Mata: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/Hidung: sekret -/Mulut: mukosa faring hiperemis, pseudomembran pada tonsil bilateral
Leher: Bullneck, pembesaran KGB 2 cm imobile
Thorax: Cor: bunyi jantung I dan II reguler, tidak ada murmur, tidak ada
Gallop
Pulmo: suara dasar vesikuler +/+, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing
Abdomen: flat, supel, timpani, bising usus (+), tidak terdapat nyeri
tekan
Ekstermitas: akral hangat, CRT<2dtk
A:
Difteri tonsil
P:
IVFD KaEn 3B 1000 cc/24 jam
Eritromycin 3x250 PO
Paracetamol syrup 3 kali 1 sendok takar
Ambroxol 3 kali setengah sendok takar
Makanan lunak
DIFTERI
Suhu: 37.5 C
Nadi: 100x/menit
RR: 40x/menit
Mata: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/Hidung: sekret -/Mulut: mukosa faring hiperemis, pseudomembran pada tonsil bilateral
berkurang, bibir tidak kering
Leher: Bullneck -, pembesaran KGB (+)
Thorax: Cor: bunyi jantung I dan II reguler, tidak ada murmur, tidak ada
Gallop
Pulmo: suara dasar vesikuler +/+, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing
Abdomen: flat, supel, timpani, bising usus (+), tidak terdapat nyeri
tekan
Ekstermitas: akral hangat, CRT<2dtk
A:
Difteri + Bullneck
P:
IVFD KaEn 3B 1000 cc/24 jam
Eritromycin 3x250 PO
Paracetamol syrup 3 kali 1 sendok takar
Ambroxol 3 kali setengah sendok takar
Ranitidine 3x
Vometa 3x
Makanan lunak
3. Tanggal 20 Mei 2016 jam 07.00
S:
demam (+), batuk berdahak (+), pilek (-), sesak (-) nafsu makan menurun,
BAK lancar, BAB 1x warna hitam, konsistensi keras
O:
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran: compos mentis
o
Suhu: 38.2 C
Nadi: 120x/menit
RR: 35x/menit
Mata: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/Hidung: sekret -/Mulut: mukosa faring hiperemis, pseudomembran pada tonsil bilateral
berkurang, bibir tidak kering
Leher: Bullneck minimal, pembesaran KGB (+)
Thorax: Cor: bunyi jantung I dan II reguler, tidak ada murmur, tidak ada
Gallop
Pulmo: suara dasar vesikuler +/+, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing
Abdomen: flat, distensi, timpani, bising usus (+), tidak terdapat nyeri
tekan
Ekstermitas: akral hangat, CRT<2dtk
A:
Difteri + Bullneck
P:
IVFD KaEn 3B 1000 cc/24 jam
Eritromycin 3x250 PO
Paracetamol syrup 3 kali 1 sendok takar
Ambroxol 3 kali setengah sendok takar
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta
Universitas Tarumanagara Jakarta
Periode 2 Mei 2016 9 Juni 2016
16
DIFTERI
Ranitidine 3x
Vometa 3x
Makanan lunak
ANALISA KASUS
Epidemiologi
Teori
Kasus
Etiologi
Teori
Kasus
membran
kiri.
berwarna
putih
keabuan
Gejala Klinik
Teori
Kasus
mukopurulen.
Difteria tonsil dan faring (94%) : demam
subfebris, pseudomembran, nyeri tenggorok,
odinofagia,
disfagia,
perubahan
suara,
(bull neck)
Difteria laring : nafas berbunyi, stridor, suara
parau, batuk kering.
Pemeriksaan fisik
Teori
Kondisi anak tampak jelas sakit dan lemah
Kasus
Pasien jelas tampak sakit dan lemah.
DIFTERI
neck)
Pemeriksaan penunjang
Teori
Kasus
Darah rutin
EKG
Swab tenggorok 3x
Kultur difteri
Darah rutin
EKG
Swab tenggorok 3x
Kultur difteri
Tatalaksana
Teori
Pasien di isolasi sampai masa akut terlampaui dan
Kasus
turut
Tirah baring
Pemberian terapi cairan dan diet makanan lunak
ADS 80.000 IU apabila melibatkan tonsil, faring,
dan laring.
Penisilin Prokain
berupa Kaen 3B
50.000-100.000 IU/KgBB
selama 10 hari
Pengobatan simptomatik
1000cc/24 jam
Eritromycin 3x250 PO
Paracetamol syrup 3 kali 1
sendok takar
Ambroxol 3 kali setengah sendok
takar
KESIMPULAN
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa anak ini mengalami difteri tonsil walaupun
hasil pemeriksaan swab tenggorok yang dilakukan sampai 3x berturut-turut negatif.
Karena diagnosa difteria harus ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis yaitu
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta
Universitas Tarumanagara Jakarta
Periode 2 Mei 2016 9 Juni 2016
18
DIFTERI
ditemukannya pseudomembran dan bullneck yang khas pada penyakit difteri. Untuk
itu setiap pasien harus segera diberikan tatalaksana yang tepat agar toksinnya tidak
menyebar luas dan menimbulkan komplikasi dan penyulit lain.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Soedarmo SSP, GarnaH, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri
Tropis: Difteria. Ed kedua. Jakarta: IDAI, 2010;312-321.
2. WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta: Difteria,
2009;106
3. Pudjiaji AH, Hegar B, Handrastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED.
Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta: IDAI, 2010;