Mekanisme menelan
Menelan merupakan rangkaian gerakan otot yang sangat terkoordinasi, mulai dari pergerakan
volunteer lidah dan dilanjutkan serangkaian refleks dalam faring dan esophagus. Bagian aferen
lengkung refleks ini merupakan serabut-serabut yang terdapat dalam saraf V, IX dan X. Pusat menelan
(deglutisi) ada di medulla oblongata. Di bawah koordinasi pusat ini, impuls-impuls berjalan ke luar
dalam rangkaian waktu yang sempurna melalui saraf cranial V,X dan XII menuju ke otot-otot lidah,
faring, laring dan esophagus.
Pada umumnya menelan dapat dibagi menjadi :
tahap
faringeal
dari
yang
menelan
secara
menghambat
medula
biasa.
khusus
pusat
selama
Pusat
respirasi
waktu
ini,
memungkinkan
berlangsungnya penelanan.
Inhibisi pernapasan dan penutupan glottis merupakan bagian dari refleks menelan. Menelan
sulit atau tidak dapat dilakukan apabila mulut terbuka. Seorang dewasa normal sering menelan selama
makan juga di antara makan. Jumlah total menelan perhari sekitar 600 kali = 200 kali sewaktu makan
dan minum, 350 kali sewaktu terjaga tanpa makan dan 50 kali sewaktu tidur.
Apabila inhibisi pernapasan tidak ada dan atau glottis tidak menutup atau tidak menutup sempurna
selama proses menelan, maka akan terjadi refleks tersedak. Hal ini penting untuk melindungi selama
pernapasan dari bolus dan bahan-bahan lainnya yang seharusnya melalui saluran pencernaan. Tersedak
dapat terjadi antara lain saat makan sambil berbicara, makan terlalu cepat, dll.
Fungsi Motorik Lambung
x Menyimpan
x Mengaduk : gelombang konstriktor peristaltik lemah menuju antrum per 20 detik
x Mencerna : enzimatis
x Absorbsi: sangat sedikit, yaitu substansi sangat larut lemak seperti alkohol, obat-obat tertentu
(aspirin) tapi secara umum absorbsi belum terjadi
x Pengosongan lambung
Sekresi Lambung
x Mukus: pelumas dan menjaga mukosa
x Gastrin : merangsang pembentukan HCl dan pepsin
x HCl : membunuh kuman, melarutkan mineral, membantu perubahan pepsinogen menjadi pepsin
x pepsin : mencerna protein
x lipase : mencerna lemak
x intrinsik faktor : membantu penyerapan Vit B12 untuk pembentukan eritrosit
Pengaturan Sekresi Lambung
1. Fase sefalik : sekresi terjadi bahkan sebelum makanan sampai lambung. Makin kuat nafsu makan
makin banyak sekresinya
2. Fase Gastrik
Rangsang regangan dinding lambung dan kimiawi makanan merangsang nukleus motorik
dorsalis vagus dan sekresi gastrin
Kimiawi khusus merangsang gastrin : sekretagogue, alkohol, kafein
Rangsang vagus: sekresi pepsin, gastrin dan asam
Rangsang gastrin: meningkatkan sekresi asam lambung dan pepsin
Fase intestinal: keberadaan makanan pada bagian usus kecil merangsang sejumlah kecil gastrin
Pengosongan Lambung
Dirangsang oleh: n.vagus, penuruna simpatis, alkohol, kafein, protein yang tercerna sebagian,
distensi dinding lambung peningkatan kontraksi pompa pilorus penurunan resistensi spingter
pilorus peningkatan pengosongan lambung
Dihambat oleh Penurunan vagus, peningkatan simpatis, distensi duodenum, adanya lemak,
antikolinergik gastrointestinal, antasid, belladona perlehahan kontraksi pompa pilorus
peningkatan resistensi sfingter pilorus penurunan pengosongan lambung
Pergerakan Usus
Kontraksi mencampur: regangan satu bagian akan menyebabkan kontraksi konsentris. Panjang
kontraksi 1 cm (segmentasi). Kontraksi segmen memotong chyme
Gerakan mendorong; gerakan segmentasi mendorong chyme ke katup ileosecal dan mendorong
melewati katub tsb
Fungsi katub ileosekal: mencegah kembalinya fecal dari kolon ke usus halus
Sekresi dan Pencernaan di Usus kecil
1. Sekresi:
peptidase, maltase, lactase, sukrase, amilase, lipase, garam, air, mukus , hormon kolesistokinin,
GIP, sekretin Pencernaan enzimatis oleh enzim dari sekresi usus sendiri juga menerima sekresi
dari pankreas (tripsin, kimotripsin, amilase, lipase, nuklease, carboxypeptidase, mukus) liver
(empedu, bicarbonat)
2. Bicarbonat dari pankreas dan liver menetralkan asam lambung
3. Empedu mengubah lemak menjadi terlarut dalam air (water soluble)
4. Kolesistokinin : merangsang sekresi amilase pankreas dan kontraksi kantong empedu
5. Sekretin : merangsang sekresi bikarbonat pankreas
Absorbsi Usus
1.
2.
3.
Lemak
60-70 % dalam emulsi dengan garam empedu, diabsorsi dalam bentuk asam lemak dan gliserol
masuk ke dalam duktus limfatik
Bicarbonat: diabsorsi oleh sel mucosal ketika kadar dalam lumen yang tinggi, dan disekresi
dalam lumen ketika kadarnya tinggi dalam darah
2.
3.
4.
5.
Besi
Transport aktif. Dipercepat oleh Vit.C. disimpan sementara di sel usus sebelum ke plasma.
Disimpan di hepar dalam bentuk feritin.
8.
Asam lambung melepaskan sekretin dari duodenum peningkatan cairan pankreas dan
bikarbonat
Garam Empedu
x
Kolesterol (prekursor) asam kolik, dikombinasi dengan glisin dan taurin gliko/ tauro-asam
empedu
Fungsi emulsifikasi lemak dan membantu absorbsi lemak, mono gliserid, kolesterol, dan lipid
lain
Tidak ada garam empedu :40 % lemak tak diabsorbsi menurunkan vitamin larut lemak
Komposisi empedu
Air
97,5
Garam empedu
1,1
Bilirubin
0,04
Kolesterol
0,1
Asam lemak
0,12
Lesitin
0,04
(%)
Sekresi : mukus
Absorbsi KH, protein, lemak, telah selesai. Absorbsi terjadi untuk air, elektrolit, dan vitamin.
Glukosa dan obat dapat diabsorbsi jika diberikan melalui rektum
Pergerakan kolon
x
Kontraksi sfingter ani internus menghalangi rangsangan feses ke anus secara terus menerus
Refleks defekasi terjasi oleh rangsang regang feses menimbulkan gelombang peristaltik kolon
dan rektum memaksa feses menuju anus.
Setiap hari usus halus terisi sekitar 2000 ml cairan dari makanan dan minuman, 7000 ml sekresi
dari mukosa saluran cerna dan kelenjar-kelenjar yang berkaitan. 98% cairan diabsorbsi. Cairan yang
diekskresi melalui feces adalah 200 ml. Hanya sejumlah kecil air bergerak melalui mukosa lambung,
tetapi air bergerak dalam 2 arah melalui mukosa usus halus dan usus besar sebagai respon terhadap
perbedaan osmotik.
Defekasi
Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang mempunyai kebiasaan
teratur akan merasa kebutuhan membung air besar kira-kira pada waktu yang sama setiap hari. Hal ini
disebabkan oleh refleks gastro-kolika yang biasanya bekerja sesudah makan pagi. Setelah makanan ini
mencapai lambung dan setelah pencernaan dimulai maka peristaltik di dalam usus terangsang,
merambat ke kolon, dan sisa makanan dari hari kemarinnya, yang waktu malam mencapai sekum
mulai bergerak. Isi kolon pelvis masuk ke dalam rektum, serentak peristaltik keras terjadi di dalam
kolon dan terjadi perasaan di daerah perineum. Tekanan intra-abdominal bertambah dengan penutupan
glottis dan kontraksi diafragma dan otot abdominal, sfinkter anus mengendor dan kerjanya berakhir
(Pearce, 2002).
Kepustakaan
Ganong WF, 2003, Review of Med. Phys, 21sd Ed.,
Guyton AC and Hall JE, 2000, Textbook of Med. Phys, 10th Ed, Saunders Philadelphia
Price, SA and Wilson, LM., 1995, Patofisiologi Konsep klinis Proses-proses Penyakit, edisi 4 buku 1,
EGC