Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

SOCIAL WITHDRAWAL PADA PASIEN


SKIZOPRENIA PARANOID BERKELANJUTAN

BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN

I.

RIWAYAT PSIKIATRI
Riwayat psikiatri diperoleh dari heteroanamnesis dengan Muharsasi (ibu pasien) pada
tanggal 29 Februari 2010, kebenaran anamnesa dapat dipercaya
A. Identitas Penderita
Seorang laki-laki, E, usia 47 tahun, pendidikan SMA, agama Katolik, suku cina, anak
pertama dari 3 bersaudara, tidak bekerja, belum menikah, tinggal di JL.Samratulangi
Cimahi, datang dan dirawat di bagian psikiatri RSHS pada tanggal 28 Februari 2010
B. Keluhan Utama
Melamun, pandagan kosong, melotot dan diam dikamar seorang diri
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Duapuluh lima tahun sebelum masuk RSHS, pasien mengalami perubahan
tingkah laku dan emosi seperti melamun, berteriak-teriak dan marah-marah. Sebelunnya
pasien merasa semua orang ditempat sekolahnya tidak ada yang perduli dengan dirinya
dan pasien menyesal akibat kesalahannya menyebabkan putusnya hubungan dekat
dengan orang yang disukainya. Keluarga membawa pasien berobat ke RS Dustira poli
jiwa dan dirawat selama 1 bulan (obat nama, jenis dan aturan pakai tidak diingat) pulang
dengan perbaikan, pasien sudah mau berintraksi dengan anggota keluarganya tetapi
belum bisa mengurus diri sendiri. Duapuluh empat tahun sebelum masuk RSHS, pasien
kecewa karena tidak dapat melanjutkan kuliah, sejak itu pasien mengalami perubahan
prilaku dan emosi seperti berteriak-teriak sendiri, menendang-nendang barang, melamun,
banyak tidur, keluarga membawa pasien berobat ke RS Dustira dan dirawat selama 1
bulan dimana nama obat, warna dan aturan pakai keluarga tidak ingat. Pulang dengan
perbaikan, pasien tidak lagi berteriak-teriak, tetapi belum bisa mengurus diri sendiri dan
berintraksi denga keluaga lainnya. Sepulang dari RS Dustira ayah pasien membawa
berobat ke pengobatan alternative selama 3 tahun namun tidak ada perbaikan.
Duapuluh satu tahun sebelum masuk RSHS, pasien kembali mengalami
perubahan tingkah laku seperti bicara sendiri, tertawa sendiri terkadang marah tanpa

sebab yang jelas. Keluarga membawa pasien ke RSCM dan dirawat selama 1 bulan
pulang dengan perbaikan dimana pasien terlihat lebih tenang. Dalam jangka waktu satu
tahun, pasien sudah 3x dirawat di RSCM bagian jiwa. Sembilan belas tahun sebelum
masuk RSHS, pasien marah-marah, memukul ibunya dan kadang memecahkan barang
barang tanpa sebab yang jelas, keluarga menbawa pasien beobat ke RSJ Cisarua dirawat
selama 3 bulan, mendapat obat yang nama jenis dan warnanya tidak diingat oleh keluarga
pasien. Pulang dengan perbakan, pasien lebih tenang. Pasien kemudian dibawa keluarga
ke panti khusus mengurus pasien yang mengalami ganguan jiwa di Jogjakarta selama 2
tahun, namun kondisi pasien bertambah parah sehingga pasien dibawa ke RS Jiwa Pakem
selama 2 tahun dan mengalami perbaikan gejala, pasien terlihat lebih tenang dan sudah
dapat megurus diri sendiri.
Delapan tahun sebelum masuk RSHS, ayah pasien meninggal. Sejak itu pasien
tidak mau makan selama 1 minggu kemudian keluarga membawa pasien ke RSJ Cisarua,
dirawat selama 3 bulan, mendapat obat tetapi nama, warna, juga aturan pakai keluarga
idak ingat. Pulang dengan perbaikan, pasien sudah dapat mengurus diri sendiri dan
membatu keluarga membersihkan pekerjaan rumah. Atas saran dari dokter di RSJ Cisarua
pasien dirujuk ke tempat rehabilitasi Palamarta Sukabumi dan dirawat selama 4 tahun.
Pulang dari Panti Palamarta, pasien kontrol ke RSJ Cisarua tiap bulan dan rajin minum
obat. Pasien mengalami perbaikan, dimana pasien sudah dapat mengurus diri sendiri,
namun belum mau bergaul dengan orang lain.
Satu tahun sebelum masuk RSHS, pasien ditinggal sendiri oleh ibunya di Jakarta,
sejak itu pasien tidak mau makan, bicara sendiri, marah-marah dan memecahkan barangbarang. Keluarga membawa pasien berobat ke RSJ Cisarua dan dirawat selama 3 bulan
dan mendapat obat Risperidon, trihexilpenidl, dan clopormazin. Pulang degan perbaikan,
pasien sudah mau mmbantu ibunya memasak, mengurus diri sendiri. Enam bulan
sebelum masuk RSHS, pasien tidak mau makan, sering termenung, menyendiri, marah
kepada semua orang tanpa sebab yang jelas. Keluarga membawa pasien berobat ke RSJ
Cisarua dan dirawa selama 3 bulan, mendapat obat Risperdon, Trihexilpenidil,
Clorpomazin. pulang dengan perbaikan gejala yaitu pasien bisa mengurus diri sendiri,
tetapi kurang bisa berintraksi dengan orag lain. Dua minggu sebelum masuk RSHS,
ketika ibu pasien jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit, sejak itu pasien mengalami

perubahan tingkah laku seperti pasien sering melamun, kaku, pandagan kosong, melotot
dan diam dikamar seorang diri. Keluarga mebawa pasien beroba ke RSHS dan dirawat.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya
D. Riwayat Medis dan Psikiatris yang Lain
1. Gangguan Mental atau Emosi
Belum pernah menderita gangguan jiwa sebelumnya.
2. Gangguan Psikosomatis
Riwayat mengalami gangguan psikosomatis tidak ada.
3. Kondisi Medik
Riwayat penyakit fisik, penyalahgunaan zat dan obat-obatan tidak ada.
4. Riwayat Trauma
Tidak ada trauma fisik maupun psikik.
5. Gangguan Neurologi
Riwayat trauma kepala, sakit kepala hebat, kesulitan bicara, kelemahan

anggota

tubuh, kejang dan kehilangan kesadaran tidak ada.


Riwayat Keluarga

No

Penderita dibesarkan dalam lingkungan sosio-kultur Cina


Status sosial ekonomi cukup, lingkungan kehidupan beragama Katolik,

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.


Ayah bekerja sebagai pegawai negeri sipil, sedangkan ibu sebagai ibu rumah

tangga
Penderita dibesarkan oleh kedua orang tua kandung.
Tidak ada hubungan darah antara ayah dan ibu
Sifat ayah pemarah dan tegas, ibu sabar dan penyayang
Hubungan kedua orangtua baik. Penderita mempunyai sifat pendiam

Penyakit keturunan dalam tidak ada.


Struktur keluarga yang tinggal serumah saat pasien berusia 10 tahun

Nama

L/

Usia

Hubungan

Sifat

1.

Tn.H

P
L

2.

Ny.E

38

Ibu

Penyabar, penyayang

3.

Nn. M

10

Pasien

pendiam

4.

Ny.I

kakak

Ceria, suka bergaul

5.

Tn.H

Pasien

pendiam

39

Ayah

Pemarah, tegas

Struktur keluarga yang tinggal serumah saat ini


No
1.

Nama
Ny.E

L/P
P

Usia
75

Nn.M

47

Hubungan
Ibu kandung
Pasien

Sifat
Penyabar, penyayang
pendiam

GENOGRAM

Keterangan:
laki-laki

perempuan

Pasien

E. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien dikandung selama 9 bulan. Selama kehamilan ibu rajin memeriksakan
kandungannya ke bidan dan hanya minum obat dan vitamin yang diberikan bidan.

Pasien lahir spontan dan sehat, ditolong oleh bidan. Saat kehamilan tidak ada
penyakit fisik dan mental yang dialami oleh ibu. Kehamilan dan kelahiran pasien
direncanakan dan diharapkan oleh kedua orang tua.
2. Masa kanak-kanak awal (kelahiran sampai usia 3 tahun)
a. Kebiasaan makan dan minum
Pasien mendapat ASI sampai usia 2 tahun. Pada saat disusui pasien dalam posisi
digendong sampai tertidur. Saat menyusui, kadang-kadang ibu berbaring atau
duduk dan melakukan pekerjaan lain dan tidak ada kesulitan saat diberikan
makanan tambahan sejak usia 6 bulan. Pasien kadang-kadang rewel dan
terbangun malam hari, tetapi mudah tertidur kembali setelah disusui dan ditemani
ibunya.
b. Perkembangan awal
Kesehatan pasien cukup baik, jarang sakit, pertumbuhan dan perkembangan
tampak normal, sesuai umur seperti anak sebayanya. Pasien termasuk anak yang
pendiam dan jarang bergaul dengan teman seusianya, lebih sering bermain di
rumah dengan ibunya
c. Toilet training
Diajarkan oleh ibu tanpa paksaan
d. Gejala-gejala dari gangguan perilaku
Tidak ditemukan gangguan prilaku
e. Kepribadian dan temperamen
Pasien adalah anak yang pendiam, pemalu
3. Masa kanak-kanak menengah ( usia 3 11 tahun )
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai dengan anak lainnya. Pasien
diasuh oleh kedua orangtuanya. Pasien adalah anak yang pemalu, pendiam dan
kurang bergaul dengan anak-anak sebayanya. Pasien mulai masuk TK pada usia 5
tahun, SD umur 6 tahun. Pergi ke sekolah diantar oleh ibu, tidak ada tanda-tanda
cemas perpisahan. Prestasi selama sekolah cukup baik. Pasien tidak memiliki banyak
teman karena pasien kurang bergaul dengan teman sekolahnya, pasien tidak ada
masalah selama sekolah.

Hubungan pasien dengan ibu dekat lebih dekat dibandingkan ayah karena
ayah pasien mempunyai sifat pemarah dan sering memarahi pasien.
Masa kanak-kanak akhir (pubertas hingga remaja)
a. Hubungan sosial
Pasien adalah anak yang pendiam,

pemalu

namun

masih mau bergaul di

sekolah. Pasien hanya memiliki sedikit teman, jarang keluar rumah,


menghabiskan waktu dengan belajar, menonton dan mendengarkan musik di
rumah.
b. Riwayat pendidikan
Setelah lulus SD, pasien melanjutkan ke SMP dan prestasi cukup baik. Tidak ada
masalah selama di sekolah. Hobi pasien membaca dan mendengarkan musik.
Setelah lulus SMP, pasien melanjutkan ke SMA. Prestasi di sekolah cukup baik
dan tidak pernah tinggal kelas. Tamat SMA pasien melanjud kuliah disolo tetapi
tidak tamat. Disekolah pasien tidak mempunyai banyak teman dan sewaktu kuliah
pasien merasa semua teman-temanya menjauhinya.
c. Perkembangan kognitif dan motorik
Sesuai dengan anak seusianya.
d. Masalah emosi dan fisik
Pasien adalah anak yang pendiam, pemalu dan tertutup. Lebih banyak
menghabiskan waktunya dengan bermain sendiri atau belajar di rumah.
5. Masa dewasa
a. Riwayat pekerjaan
Pasien belum pernah bekerja
b. Riwayat perkawinan dan relasi
Pasien belum menikah
c. Aktivitas sosial
Hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga sekitar baik.
d. Riwayat pendidikan
Setelah tamat SMA, pasien melanjud kuliah tetapi tidak tamat karena pasien sakit

e. Latar belakang agama


Pasien kurang taat beribadah.
f. Situasi hidup sekarang
Pasien tinggal bersama ibunya
g. Riwayat hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan hukum
h. Riwayat militer
Pasien tidak mempunyai pengalaman militer.
6. Riwayat seksual
a. Ketertarikan awal pada lawan jenis : Pasien mulai menyukai lawan jenis sejak
dibangku kuliah saat umur 18 tahun, tetapi tidak berpacaran karena karena pasien
merasa belum siap pacaran dan marah terhadap orang yang berusaha
mendekatinya dan setelah itu pasien sangat menyesali perbuatannya.
b. Pasien mengetahui masalah seksual dari film, buku dan teman-temannya.
c. Pasien tidak pernah mengalami penyiksaan secara seksual
d. Kegiatan seksual pranikah tidak diketahui

7. Fantasi dan mimpi


Tidak diketahui
8. Sistem nilai
Pasien memandang ibunya sebagai seseorang yang baik dan penyayang karena ibunya
sangat perhatian sedangkan dengan ayah pasien tidak terlalu dekat karena pasien
sering dimarahi.

II.

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 28 Februari 2010 jam 06.45 Wib

A.

Gambaran umum
Pasien dijumpai di ruang perawatan dalam keadaan tenang. Pasien berpenampilan
sesuai dengan usia, kondisi fisik terlihat sehat, perawakan tubuh sedang, rambut
tidak disisir, cara berpakaian tidak rapi, dan roman muka tampak curiga terhadap
sekitar
2. Perilaku terhadap pemeriksa
Pasien mau menjawab pertanyaan dari pemeriksa, kurang kooperatif saat
wawancara, dan kontak mata dengan pemeriksa kurang adekuat ,sesekali pasien
menghindar, perhatiannya mudah teralih
3. Karakteristik bicara
Pasien bicara pelan, dan kadang tidak jelas apa yang diucapkan
4. Tingkah laku dan aktivitas psikomotor
Pasien dilaporkan kurang bergaul dengan pasien lain dan lebih banyak
menyendiri.

B.

Mood dan Afek


1.
2.

C.

Mood (subyektif)
Afek (obyektif)

: disforik
:inappropiate

persepsi
Ilusi

: tidak ada

Halusinasi
Halusinasi pendengaran : pasien mendengar suara-suara orang yang
membicarakan

pasien,

menghina

dan

mengatakan bahwa ibunya sakit karenanya.


Halusinasi lihat

: disangkal

Pikiran
1. Bentuk pikiran

: austistik

2. Proses pikiran

: Flight of Idea
Pasien tidak member petanyaan sesuai dengan pertanyaan

Pemeriksa dan berpindah topik pembicaraan dari satu


Topic ke topik lain
3. Isi pikiran

Waham curiga(+) : pasien merasa tetangga selalu mengejek-ejek dan

menghina

pasien
Thought insertion : pasien merasa isi pikirannya bisa dimasuki pikiran oranglain
Sehingga pasien terkadang binggung tidak bisa berpikir.
Sensori dan Kognisi
1. Kesadaran

: komposmentis

2. Orientasi tempat-waktu-orang

: tidak tergangu

3. Memori immediate, recent dan past : tidak terganggu

III.

4. Konsentrasi dan perhatian

: mudah teralih

5. Membaca dan menulis

: sesuai dengan tingkat pendidikan

6. Berpikir abstrak

: terganggu

7. Informasi dan intelegensi

: sesuai tingkat pendidikan

Dekorum

: buruk

Wawasan penyakit

: buruk

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


A. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum

: tenang

Kesadaran

: kompos mentis

Gizi

: cukup

Tekanan darah

: 120/80 mmhg

Nadi

: 80x/menit

Respirasi

: 20x/menit

Suhu

: afebris

Kulit

: turgor baik

Kepala

: tidak ada deformitas

Mata

: konjungtiva tidak anemis, sklera tak ikterik, pupil bulat isokor,


refleks cahaya +/+

Leher

: JVP tidak meningkat, KGB tidak teraba

Toraks

: bentuk dan pergerakan simetris

Jantung

: bunyi jantung murni, regular, mur-mur (-)

Pulmo

: sonor, VBS kanan = kiri

Abdomen

: datar, lembut, bising usus (+)

Hepar

: tidak teraba

Lien

: tidak teraba

Ekstremitas

: tidak ada kelainan

B. Pemeriksaan psikologik : tidak dilakukan

C. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium (tanggal 28 Februari 2010)


Hematologi

Kimia klinik

Haemoglobin

: 12,7 g/dL

SGOT

: 18 U/L

Leukosit

: 5800/mm3

SGPT

: 7 U/L

Trombosit

: 239.000/mm3

Ureum

: 12 mg/dL

Hematokrit

: 38 %

Kreatinin : 1,20mg/dL

Glukosa sewaktu : 89 mg/dL


IV.

RINGKASAN PENEMUAN
A. Pemeriksaan Fisik : tidak ada kelainan
B. Pemeriksaan Psikis
Kesadaran

: kompos mentis

Roman muka

: Hostile

Kontak/Rapport

: ada /kurang adekuat

Orientasi Tempat,waktu,orang

: tidak terganggu

Konsentrasi dan perhatian

: mudah teralih

Pikiran

Bentuk

: Austistik

Jalan
Isi

: Flight of Idea
: waham curiga (+)
Thought insertion

Emosi

Mood
Afek

: disforik
: terbatas

Dekorum

: buruk

Insight of illness : buruk


C. Pemeriksaan Fisik

: dalam batas normal

D. Pemeriksaan Penunjang (laboratorium) : dalam batas normal

V.

DIANOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I

: F20.0 Skizoprenia tipe Paranoid Berkelanjutan


DD/ F.22.0 Gangguan Waham

Aksis II

: Z03.2 Tidak ada diagnosis

Aksis III

: Z03.2 Tidak aa diagnosis

Aksis IV

: Support keluarga, dan masalah lingkungan sosial.

Aksis V

: GAF Scale 1 tahun SMRS 50 41


GAF Scale SMRS 40 31

VI.

VII.

PROGNOSIS
Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad fungsionam

: dubia ad malam

FORMULASI PSIKODINAMIKA
Pasien adalah seorang perempuan berusia 47 tahun, anak pertama dari 3 bersaudara, suku

cina,beragama Kristen,belum menikah, tidak bekerja, pendidikan terakhir SMA. Pasien


dikandung cukup bulan, tidak ada masalah kesehatan selama ibu mengadung dan melahirkan
pasien. Selama fase oral, pasien mendapat ASI sampai usia 2 tahun. Pasien disusui sampai
tertidur dalam posisi digendong. Kadang-kadang pasien terbangun pada malam hari sambil
menangis, tetapi bisa tidur lagi setelah disusui. Hal ini dapat menunjukkan tidak tercapainya
relaksasi setelah menyusui karena pasien kadang terbangun. Namun hal itu hanya sementara
karena selanjutnya tidak ada gangguan tidur.
Memasuki fase anal , pasien mendapat toilet training dari ibu tanpa paksaan. Fase falik
tidak dilalui dengan baik. Proses ini biasanya berlanjut pada persaingan anak dengan ayahnya,
tetapi lalu anak takut bila ayah membencinya. Anak kemudian sadar bahwa ia tidak menjadi
perhatian utama ibunya, menyerah lalu berdamai dengan ayahnya melalui identifikasi.
Melewati fase laten, pasien masih tinggal bersama ayah dan ibunya. Hanya pasien jarang
bertemu ayahnya karena sibuk bekerja. Saat masuk TK tidak ada tanda-tanda cemas perpisahan.
Pasien adalah anak yang pendiam, tertutup, tidak terlalu sering bermain dengan teman seusianya.
Pasien lebih senang bermain sendiri di rumah.
Pada fase genital, pada fase ini pasien mulai tertarik dengan lawan jenisnya tetapi tidak
penah berpacaran karena pasien merasa tidak percaya diri. Pasien pernah dekat dengan lawan
jenisnya, tetapi karena pasien tidak percaya diri dan menolak temanya tersebut menjadi
pacarnya. sejak itu hubungan dengan temanya tersebut semakin jauh dan pasien sangat

menyesali hal itu. Penderita kalau ada masalah lebih banyak diam, sekali-kali bercerita kepada
ibunya dan lebih sering menulis masalah pribadi dalam buku hariannya. Saat dibangku kuliah,
pasien pernah dituduh oleh temanya meludahi meja guru sehinga pasien dimarahi oleh gurunya
padahal pasien tidak pernah melakukanya, pasien diam saja

dan menangis sewaktu guru

memarahi pasien. Penderita kesal, kecewa dan penderita tidak mampu lagi mengatasi
kekecewaannya dan menyesali apa yang terjadi. Mental mekanisme yang selama ini digunakan
untuk bertahan, kini tidak efektif lagi sehingga menghantar penderita jatuh dalam gangguan jiwa.
.
VIII. RENCANA TERAPI MENYELURUH
1. Umum
- Perhatikan higiene pribadi
- Awasi kemungkinan adanya perilaku membahaya diri sendiri dan orang lain.
2. Farmakologi : - Risperidon 2x3 mg
- Clorpomazin 0-0-50mg
3. Non farmakologik
- Psikoterapi suportif individu
- Edukasi keluarga
IX.

PEMBAHASAN
A.

Diagnosis

Pasien didiagnosis sebagai Skizofrenia karena memenuhi kriteria skizofrenia baik


menurut PPDGJ-III maupun DSM-IV, yaitu terdapatnya waham (waham kejar, waham
curiga), halusinasi (pendengaran), dan adanya arus pikiran yang terputus. Gejala-gejala
tersebut berlangsung lebih dari 1 bulan dan didapatkan perubahan yang konsisten dan
bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi
sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri
sendiri, dan penarikan diri secara sosial.
Pedoman diagnosik untuk skizofrenia paranoid :
o Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
o Sebagai tambahan:
- halusinasi dan/atau waham harus menonjol :

a. suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau


halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling),
mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).
b. halusinasi pembauan tau pengecapan rasa atau halusinasi seksual atau lain-lain
perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol
c. waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan ( delusion of
control), dipengaruhi (delusion of influence), atau passivity (delusion of
passivity) dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling
khas
Berdasarkan dari heteroanamnesis dan pemeriksaan psikiatrikus pasien didiagnosis
sebagai Skizofrenia Paranoid karena adanya didapatkan tanda dan gejala yang
memenuhi kriteria umum skizofrenia dan kriteria tambahan skizofrenia paranoid
(halusinasi pendengaran dan waham-waham menetap jenis lainnya yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil), symptom positif
(agitasi/gelisah, agresivitas motorik dan agresivitas verbal, halusinasi dan waham),
symptom negative (affective flattening, anhedonia dan gangguan atensi).
Sebagai diagnosis banding, pedoman diagnostik untuk Gangguan Waham menurut
PPDGJ III adalah sebagai berikut :

Waham-waham merupakan ciri khas klinis atau gejala yang paling


mencolok. Waham-waham tersebut harus sudah ada sedikitnya 3 bulan
lamanya, dan harus bersifat khas pribadi dan bukan budaya setempat.

Gejala-gejala depresif atau bahkan suatu episode depresi yang lengkap


mungkin terjadi secara intermiten, dengan syarat bahwa waham-waham
tersebut menetap pada saat tidak terdapat gangguan afektif itu.

Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak.

Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang saja ada dan
bersifat sementara.

B.

Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia

Terapi

1. Umum
Perhatikan higiene pribadi.
Awasi kemungkinan adanya perilaku membahayakan diri pasien dan

orang lain

karena pasien terdapat halusinasi dengar, waham curiga, delusion of control.


2. Farmakologik
Risperidone adalah antipsikotik baru yang kedua yang memliki lebih sedikit efek
samping dibandingkan antipsikotik terdahulu, dan tampaknya berefek terhadap gejala
positip dan negatif.

Pemberian rsperidon pada pasien ini dikarenakan riwayat

penggunaan obat risperidon sebelunya suda terbukti efektif dan ditolerir dengan baik
efek sampingnya, sedangkan clorpomazin diberikan untuk mengatasi gangguan tidur
yang dialami pasien akibat halusinasi dengar yang dalami pasien.
3. Psikoterapi suportif individu
Psikoterapi suportif adalah satu bentuk terapi yang mempunyai tujuan unkut
menolong pasien beradaptasi dengan baik terhadap suatu asalah yang dihadapi dan
unkut mendapatkan suatu kenyamanan hidup terhadap gangguan psikisnya. Unkut
mengembalikan keadaan jiwa yang rapuh ataupun mengalami gangguan keara
keseimbangan, yang terutama dilakukan adalah menekan ataupun mengontrol gejalagejala yang terjadi dan unkut menstabilkan pasien kedalam suasana yang aman dan
terlindungi unkut melawan ataupun menghadapi tekanan yang mungkin saja berat,
baik yang datang dari luar maupun dari dalam dirinya.
Tujuan diberikan psikoterapi adalah unkut menaikkan fungsi psikologis dan social;
menyokong harga dirinya dan keyakinan dirinya sebanyak mungkin; menyadari
realitas, keterbatasannya, agar dapat diterima; mencegah terjadinya relaps; dan
memindahkan dukungan professional kepada keluarga.
Prognosis
Prognosis ad vitam adalah ad bonam karena tidak ada kondisi yang
membahayakan hidup pasien.sedangkan pronsis quo ad functionan dubia ad malam
karena adanya faktor-faktor yang memperberat :
-

Riwayat hubungan social dan pekerjaan buruk


Belum menikah.

Dan kurangnya support system dalam keluarga belum mengerti mengenai

penyakit pasien.
Sering kambuh
Factor presipitasi kekabuhan pasien tidak jelas
Pasien sudah menderita gangguan jiwa sejak umur 22 tahun
Prilaku menarik diri dan austistik

DAFTAR PUSTAKA

1. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental


Disorders. 4th ed-text revision. Washington : American Psychiatric Association; 2000.
2. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatric : Behaviour
Sciences/Clinical Psychiatric. 10th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins;
2007.
3. Gabbard GO, Psychodynamic Psychiatry In Clinical Practice, 3 th ed, American
Psychiatry Publishing, 2000.
4. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia. Ed III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI ; 1993.
5. Schatzberg AF, Cole JO, DeBattista C : Manual Clinical Psychopharmacology. 6th ed,
American Psychiatry Publishing, 2007
6. Stahl SM. Essential psychopharmacology neuroscientific basis and practical
applicatons. 2nd ed. UK: Cambridge University Press; 2000

LAMPIRAN 2 : FOLLOW Up
Pemeriksaan

Hari ke 4

Hari ke 8

Hari ke 15

Hari ke 25

(2 maret 2010)

( 6 maret 2010 )

( 13 maret )

(19 maret 2010)

Keadaan umum

Agak gelisah

Tenang

tenang

Tenang

Kesadaran

kompos mentis

Kompos mentis

kompos mentis

komposmentis

Roman muka

waspada,curiga

Waspada,curiga

murung

biasa

Kontak/Rapport

ada/tidak adekuat

ada/ kurang adekuat

ada/ kurang adekuat

ada/adekuat

Orientasi T.W.O

tidak terganggu

tidak terganggu

tidak terganggu

tidak terganggu

bentuk

austistik

autistik

realistik

realistik

isi

waham curiga(+)

waham curiga (+)

waham

Perhatian

kurang

cukup

disangkal

Pikiran

Halusinasi
Tingkah
laku/Bicara
Emosi
Mood

waham (-)
baik

cukup

Persepsi
Ilusi

curiga

(-)

(-)

(-)

halusinasi dengar (+)

hal. dengar (+)

(-)

Halusinasi dengar(-)

hipoaktif,/kurang

hipoaktif/ kurang spontan

halusinasi disangkal

Hipoaktif/spontan

spontan,negativistic,

negativistik

hipoaktif/spontan

social witrawal

social witrawal

negativistik berkurang

disforik

agak marah

social witrawal

Pasien
sudah
mau
bergabung dgn pasien
yg lain
biasa

inappropiat

inappropiat

biasa

Appropiate

Afek

buruk

appropiate

cukup

Dekorum

buruk

buruk

buruk

cukup

Parsial

IOI

Risperidon 2x1mg

Risperidon 2x2mg

parsial

Risperidon 2x3mg

Terapi

Clorpomazin 0-0-50mg

Clorpomazin 0-0-50mg

Risperidon 2x3mg

Clorpomazin 0-0-50mg

Clorpomazin 0-0-50mg

Cuplikan Auto Anamnesa


Pemeriksaan tanggal 2 Mei 2010

T : Selamat pagi bu, saya dr T, siapa nama ibu ?


J :D
T : ibu D kesni dengan siapa?
J : ibu
T : bagaimana keadaan D hari ini?
J : baik
T : ibu D tahu sekarang ada dimana?
J : rumah sakit
T : Rumah sakit apa bu?
J : hasan sadikin
T : kira-kira kenapa iu dibawa kemari, boleh saya tahu?
J : ngaktahu dok kenapa dibawa
T : menurut orangtua ibu, ibu sakit apayah ?
J : tidaktahu dok
T : oh yah, malam adi bagaimana tidutnya?
J : sulit dok
T : kenapa?
J : Diam, tapi menatap sekilas dengan paandangan tajam. Saya mendengar sura-suara orang
yang menghina saya dok
T : suara siapa bu?
J : teman-teman saya yang membenci saya
T :kenapayah mereka membenci ibu?
J : diam, dan menatap dengan pandangan tajam
T : ya sudah kalau ibu tidak mau cerita masalah itu. Oh yah, ibu adangak merasa pikiran ibu
dimasuki oleh kekuatan lain?
J : ada dok
T : seperti apa, bisa ibu ceritakan?
J : orang lain memaskki pikiran ssaya dok sehinga saya tidak dapat befikir dan berbuat apa-apa
dok
T : bagaimana cara mereka memasuki pikiran ibu?
J : diam sambil melihat kelantai
T : ibu D, melihat apa dilantai?
J : pasien hanya dia dan sesekali melihat dengan mata melotot. Kemudian menguap
T : ibu capekyah
J : idak juga dok
T : ya sudah kamu boleh istrahat, besok kita sambung lag.oh yah, tadiibu sdah minum obatkan?
J : sudah (menjawab tanpa memandang)
T : terimah kasihyah bu D., saya permisi dlu. Selamat pagi
J : ya

Anda mungkin juga menyukai