BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
I.
RIWAYAT PSIKIATRI
Riwayat psikiatri diperoleh dari heteroanamnesis dengan Muharsasi (ibu pasien) pada
tanggal 29 Februari 2010, kebenaran anamnesa dapat dipercaya
A. Identitas Penderita
Seorang laki-laki, E, usia 47 tahun, pendidikan SMA, agama Katolik, suku cina, anak
pertama dari 3 bersaudara, tidak bekerja, belum menikah, tinggal di JL.Samratulangi
Cimahi, datang dan dirawat di bagian psikiatri RSHS pada tanggal 28 Februari 2010
B. Keluhan Utama
Melamun, pandagan kosong, melotot dan diam dikamar seorang diri
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Duapuluh lima tahun sebelum masuk RSHS, pasien mengalami perubahan
tingkah laku dan emosi seperti melamun, berteriak-teriak dan marah-marah. Sebelunnya
pasien merasa semua orang ditempat sekolahnya tidak ada yang perduli dengan dirinya
dan pasien menyesal akibat kesalahannya menyebabkan putusnya hubungan dekat
dengan orang yang disukainya. Keluarga membawa pasien berobat ke RS Dustira poli
jiwa dan dirawat selama 1 bulan (obat nama, jenis dan aturan pakai tidak diingat) pulang
dengan perbaikan, pasien sudah mau berintraksi dengan anggota keluarganya tetapi
belum bisa mengurus diri sendiri. Duapuluh empat tahun sebelum masuk RSHS, pasien
kecewa karena tidak dapat melanjutkan kuliah, sejak itu pasien mengalami perubahan
prilaku dan emosi seperti berteriak-teriak sendiri, menendang-nendang barang, melamun,
banyak tidur, keluarga membawa pasien berobat ke RS Dustira dan dirawat selama 1
bulan dimana nama obat, warna dan aturan pakai keluarga tidak ingat. Pulang dengan
perbaikan, pasien tidak lagi berteriak-teriak, tetapi belum bisa mengurus diri sendiri dan
berintraksi denga keluaga lainnya. Sepulang dari RS Dustira ayah pasien membawa
berobat ke pengobatan alternative selama 3 tahun namun tidak ada perbaikan.
Duapuluh satu tahun sebelum masuk RSHS, pasien kembali mengalami
perubahan tingkah laku seperti bicara sendiri, tertawa sendiri terkadang marah tanpa
sebab yang jelas. Keluarga membawa pasien ke RSCM dan dirawat selama 1 bulan
pulang dengan perbaikan dimana pasien terlihat lebih tenang. Dalam jangka waktu satu
tahun, pasien sudah 3x dirawat di RSCM bagian jiwa. Sembilan belas tahun sebelum
masuk RSHS, pasien marah-marah, memukul ibunya dan kadang memecahkan barang
barang tanpa sebab yang jelas, keluarga menbawa pasien beobat ke RSJ Cisarua dirawat
selama 3 bulan, mendapat obat yang nama jenis dan warnanya tidak diingat oleh keluarga
pasien. Pulang dengan perbakan, pasien lebih tenang. Pasien kemudian dibawa keluarga
ke panti khusus mengurus pasien yang mengalami ganguan jiwa di Jogjakarta selama 2
tahun, namun kondisi pasien bertambah parah sehingga pasien dibawa ke RS Jiwa Pakem
selama 2 tahun dan mengalami perbaikan gejala, pasien terlihat lebih tenang dan sudah
dapat megurus diri sendiri.
Delapan tahun sebelum masuk RSHS, ayah pasien meninggal. Sejak itu pasien
tidak mau makan selama 1 minggu kemudian keluarga membawa pasien ke RSJ Cisarua,
dirawat selama 3 bulan, mendapat obat tetapi nama, warna, juga aturan pakai keluarga
idak ingat. Pulang dengan perbaikan, pasien sudah dapat mengurus diri sendiri dan
membatu keluarga membersihkan pekerjaan rumah. Atas saran dari dokter di RSJ Cisarua
pasien dirujuk ke tempat rehabilitasi Palamarta Sukabumi dan dirawat selama 4 tahun.
Pulang dari Panti Palamarta, pasien kontrol ke RSJ Cisarua tiap bulan dan rajin minum
obat. Pasien mengalami perbaikan, dimana pasien sudah dapat mengurus diri sendiri,
namun belum mau bergaul dengan orang lain.
Satu tahun sebelum masuk RSHS, pasien ditinggal sendiri oleh ibunya di Jakarta,
sejak itu pasien tidak mau makan, bicara sendiri, marah-marah dan memecahkan barangbarang. Keluarga membawa pasien berobat ke RSJ Cisarua dan dirawat selama 3 bulan
dan mendapat obat Risperidon, trihexilpenidl, dan clopormazin. Pulang degan perbaikan,
pasien sudah mau mmbantu ibunya memasak, mengurus diri sendiri. Enam bulan
sebelum masuk RSHS, pasien tidak mau makan, sering termenung, menyendiri, marah
kepada semua orang tanpa sebab yang jelas. Keluarga membawa pasien berobat ke RSJ
Cisarua dan dirawa selama 3 bulan, mendapat obat Risperdon, Trihexilpenidil,
Clorpomazin. pulang dengan perbaikan gejala yaitu pasien bisa mengurus diri sendiri,
tetapi kurang bisa berintraksi dengan orag lain. Dua minggu sebelum masuk RSHS,
ketika ibu pasien jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit, sejak itu pasien mengalami
perubahan tingkah laku seperti pasien sering melamun, kaku, pandagan kosong, melotot
dan diam dikamar seorang diri. Keluarga mebawa pasien beroba ke RSHS dan dirawat.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya
D. Riwayat Medis dan Psikiatris yang Lain
1. Gangguan Mental atau Emosi
Belum pernah menderita gangguan jiwa sebelumnya.
2. Gangguan Psikosomatis
Riwayat mengalami gangguan psikosomatis tidak ada.
3. Kondisi Medik
Riwayat penyakit fisik, penyalahgunaan zat dan obat-obatan tidak ada.
4. Riwayat Trauma
Tidak ada trauma fisik maupun psikik.
5. Gangguan Neurologi
Riwayat trauma kepala, sakit kepala hebat, kesulitan bicara, kelemahan
anggota
No
tangga
Penderita dibesarkan oleh kedua orang tua kandung.
Tidak ada hubungan darah antara ayah dan ibu
Sifat ayah pemarah dan tegas, ibu sabar dan penyayang
Hubungan kedua orangtua baik. Penderita mempunyai sifat pendiam
Nama
L/
Usia
Hubungan
Sifat
1.
Tn.H
P
L
2.
Ny.E
38
Ibu
Penyabar, penyayang
3.
Nn. M
10
Pasien
pendiam
4.
Ny.I
kakak
5.
Tn.H
Pasien
pendiam
39
Ayah
Pemarah, tegas
Nama
Ny.E
L/P
P
Usia
75
Nn.M
47
Hubungan
Ibu kandung
Pasien
Sifat
Penyabar, penyayang
pendiam
GENOGRAM
Keterangan:
laki-laki
perempuan
Pasien
Pasien lahir spontan dan sehat, ditolong oleh bidan. Saat kehamilan tidak ada
penyakit fisik dan mental yang dialami oleh ibu. Kehamilan dan kelahiran pasien
direncanakan dan diharapkan oleh kedua orang tua.
2. Masa kanak-kanak awal (kelahiran sampai usia 3 tahun)
a. Kebiasaan makan dan minum
Pasien mendapat ASI sampai usia 2 tahun. Pada saat disusui pasien dalam posisi
digendong sampai tertidur. Saat menyusui, kadang-kadang ibu berbaring atau
duduk dan melakukan pekerjaan lain dan tidak ada kesulitan saat diberikan
makanan tambahan sejak usia 6 bulan. Pasien kadang-kadang rewel dan
terbangun malam hari, tetapi mudah tertidur kembali setelah disusui dan ditemani
ibunya.
b. Perkembangan awal
Kesehatan pasien cukup baik, jarang sakit, pertumbuhan dan perkembangan
tampak normal, sesuai umur seperti anak sebayanya. Pasien termasuk anak yang
pendiam dan jarang bergaul dengan teman seusianya, lebih sering bermain di
rumah dengan ibunya
c. Toilet training
Diajarkan oleh ibu tanpa paksaan
d. Gejala-gejala dari gangguan perilaku
Tidak ditemukan gangguan prilaku
e. Kepribadian dan temperamen
Pasien adalah anak yang pendiam, pemalu
3. Masa kanak-kanak menengah ( usia 3 11 tahun )
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai dengan anak lainnya. Pasien
diasuh oleh kedua orangtuanya. Pasien adalah anak yang pemalu, pendiam dan
kurang bergaul dengan anak-anak sebayanya. Pasien mulai masuk TK pada usia 5
tahun, SD umur 6 tahun. Pergi ke sekolah diantar oleh ibu, tidak ada tanda-tanda
cemas perpisahan. Prestasi selama sekolah cukup baik. Pasien tidak memiliki banyak
teman karena pasien kurang bergaul dengan teman sekolahnya, pasien tidak ada
masalah selama sekolah.
Hubungan pasien dengan ibu dekat lebih dekat dibandingkan ayah karena
ayah pasien mempunyai sifat pemarah dan sering memarahi pasien.
Masa kanak-kanak akhir (pubertas hingga remaja)
a. Hubungan sosial
Pasien adalah anak yang pendiam,
pemalu
namun
II.
A.
Gambaran umum
Pasien dijumpai di ruang perawatan dalam keadaan tenang. Pasien berpenampilan
sesuai dengan usia, kondisi fisik terlihat sehat, perawakan tubuh sedang, rambut
tidak disisir, cara berpakaian tidak rapi, dan roman muka tampak curiga terhadap
sekitar
2. Perilaku terhadap pemeriksa
Pasien mau menjawab pertanyaan dari pemeriksa, kurang kooperatif saat
wawancara, dan kontak mata dengan pemeriksa kurang adekuat ,sesekali pasien
menghindar, perhatiannya mudah teralih
3. Karakteristik bicara
Pasien bicara pelan, dan kadang tidak jelas apa yang diucapkan
4. Tingkah laku dan aktivitas psikomotor
Pasien dilaporkan kurang bergaul dengan pasien lain dan lebih banyak
menyendiri.
B.
C.
Mood (subyektif)
Afek (obyektif)
: disforik
:inappropiate
persepsi
Ilusi
: tidak ada
Halusinasi
Halusinasi pendengaran : pasien mendengar suara-suara orang yang
membicarakan
pasien,
menghina
dan
: disangkal
Pikiran
1. Bentuk pikiran
: austistik
2. Proses pikiran
: Flight of Idea
Pasien tidak member petanyaan sesuai dengan pertanyaan
menghina
pasien
Thought insertion : pasien merasa isi pikirannya bisa dimasuki pikiran oranglain
Sehingga pasien terkadang binggung tidak bisa berpikir.
Sensori dan Kognisi
1. Kesadaran
: komposmentis
2. Orientasi tempat-waktu-orang
: tidak tergangu
III.
: mudah teralih
6. Berpikir abstrak
: terganggu
Dekorum
: buruk
Wawasan penyakit
: buruk
: tenang
Kesadaran
: kompos mentis
Gizi
: cukup
Tekanan darah
: 120/80 mmhg
Nadi
: 80x/menit
Respirasi
: 20x/menit
Suhu
: afebris
Kulit
: turgor baik
Kepala
Mata
Leher
Toraks
Jantung
Pulmo
Abdomen
Hepar
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba
Ekstremitas
C. Pemeriksaan penunjang
Kimia klinik
Haemoglobin
: 12,7 g/dL
SGOT
: 18 U/L
Leukosit
: 5800/mm3
SGPT
: 7 U/L
Trombosit
: 239.000/mm3
Ureum
: 12 mg/dL
Hematokrit
: 38 %
Kreatinin : 1,20mg/dL
RINGKASAN PENEMUAN
A. Pemeriksaan Fisik : tidak ada kelainan
B. Pemeriksaan Psikis
Kesadaran
: kompos mentis
Roman muka
: Hostile
Kontak/Rapport
Orientasi Tempat,waktu,orang
: tidak terganggu
: mudah teralih
Pikiran
Bentuk
: Austistik
Jalan
Isi
: Flight of Idea
: waham curiga (+)
Thought insertion
Emosi
Mood
Afek
: disforik
: terbatas
Dekorum
: buruk
V.
DIANOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
VI.
VII.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad fungsionam
: dubia ad malam
FORMULASI PSIKODINAMIKA
Pasien adalah seorang perempuan berusia 47 tahun, anak pertama dari 3 bersaudara, suku
menyesali hal itu. Penderita kalau ada masalah lebih banyak diam, sekali-kali bercerita kepada
ibunya dan lebih sering menulis masalah pribadi dalam buku hariannya. Saat dibangku kuliah,
pasien pernah dituduh oleh temanya meludahi meja guru sehinga pasien dimarahi oleh gurunya
padahal pasien tidak pernah melakukanya, pasien diam saja
memarahi pasien. Penderita kesal, kecewa dan penderita tidak mampu lagi mengatasi
kekecewaannya dan menyesali apa yang terjadi. Mental mekanisme yang selama ini digunakan
untuk bertahan, kini tidak efektif lagi sehingga menghantar penderita jatuh dalam gangguan jiwa.
.
VIII. RENCANA TERAPI MENYELURUH
1. Umum
- Perhatikan higiene pribadi
- Awasi kemungkinan adanya perilaku membahaya diri sendiri dan orang lain.
2. Farmakologi : - Risperidon 2x3 mg
- Clorpomazin 0-0-50mg
3. Non farmakologik
- Psikoterapi suportif individu
- Edukasi keluarga
IX.
PEMBAHASAN
A.
Diagnosis
Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang saja ada dan
bersifat sementara.
B.
Terapi
1. Umum
Perhatikan higiene pribadi.
Awasi kemungkinan adanya perilaku membahayakan diri pasien dan
orang lain
penggunaan obat risperidon sebelunya suda terbukti efektif dan ditolerir dengan baik
efek sampingnya, sedangkan clorpomazin diberikan untuk mengatasi gangguan tidur
yang dialami pasien akibat halusinasi dengar yang dalami pasien.
3. Psikoterapi suportif individu
Psikoterapi suportif adalah satu bentuk terapi yang mempunyai tujuan unkut
menolong pasien beradaptasi dengan baik terhadap suatu asalah yang dihadapi dan
unkut mendapatkan suatu kenyamanan hidup terhadap gangguan psikisnya. Unkut
mengembalikan keadaan jiwa yang rapuh ataupun mengalami gangguan keara
keseimbangan, yang terutama dilakukan adalah menekan ataupun mengontrol gejalagejala yang terjadi dan unkut menstabilkan pasien kedalam suasana yang aman dan
terlindungi unkut melawan ataupun menghadapi tekanan yang mungkin saja berat,
baik yang datang dari luar maupun dari dalam dirinya.
Tujuan diberikan psikoterapi adalah unkut menaikkan fungsi psikologis dan social;
menyokong harga dirinya dan keyakinan dirinya sebanyak mungkin; menyadari
realitas, keterbatasannya, agar dapat diterima; mencegah terjadinya relaps; dan
memindahkan dukungan professional kepada keluarga.
Prognosis
Prognosis ad vitam adalah ad bonam karena tidak ada kondisi yang
membahayakan hidup pasien.sedangkan pronsis quo ad functionan dubia ad malam
karena adanya faktor-faktor yang memperberat :
-
penyakit pasien.
Sering kambuh
Factor presipitasi kekabuhan pasien tidak jelas
Pasien sudah menderita gangguan jiwa sejak umur 22 tahun
Prilaku menarik diri dan austistik
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 2 : FOLLOW Up
Pemeriksaan
Hari ke 4
Hari ke 8
Hari ke 15
Hari ke 25
(2 maret 2010)
( 6 maret 2010 )
( 13 maret )
Keadaan umum
Agak gelisah
Tenang
tenang
Tenang
Kesadaran
kompos mentis
Kompos mentis
kompos mentis
komposmentis
Roman muka
waspada,curiga
Waspada,curiga
murung
biasa
Kontak/Rapport
ada/tidak adekuat
ada/adekuat
Orientasi T.W.O
tidak terganggu
tidak terganggu
tidak terganggu
tidak terganggu
bentuk
austistik
autistik
realistik
realistik
isi
waham curiga(+)
waham
Perhatian
kurang
cukup
disangkal
Pikiran
Halusinasi
Tingkah
laku/Bicara
Emosi
Mood
waham (-)
baik
cukup
Persepsi
Ilusi
curiga
(-)
(-)
(-)
(-)
Halusinasi dengar(-)
hipoaktif,/kurang
halusinasi disangkal
Hipoaktif/spontan
spontan,negativistic,
negativistik
hipoaktif/spontan
social witrawal
social witrawal
negativistik berkurang
disforik
agak marah
social witrawal
Pasien
sudah
mau
bergabung dgn pasien
yg lain
biasa
inappropiat
inappropiat
biasa
Appropiate
Afek
buruk
appropiate
cukup
Dekorum
buruk
buruk
buruk
cukup
Parsial
IOI
Risperidon 2x1mg
Risperidon 2x2mg
parsial
Risperidon 2x3mg
Terapi
Clorpomazin 0-0-50mg
Clorpomazin 0-0-50mg
Risperidon 2x3mg
Clorpomazin 0-0-50mg
Clorpomazin 0-0-50mg