Anda di halaman 1dari 17

TELAAH JURNAL

FEBRUARI 2016
KNOWLEDGE, ATTITUDE AND PRACTICE OF EMERGENCY
CONTRACEPTIVES USE AMONG WOMEN IN REPRODUCTIVE AGE
GROUP IN RURAL AND URBAN AREA OF AMBALA DISTRICT
HARYANA, INDIA

Oleh:
Vindy Cesariana, S. Ked

04054821517049

Fitri Maya Anggraini, S. Ked

04054821517050

Rahman Ardiansyah, S. Ked

04054821517051

Nur Suci Trendy Asih, S. Ked

04084821517024

Pembimbing:
dr. Firmansyah, Sp.OG (K)

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FK UNSRI


RUMAH SAKIT MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2016

Pengetahuan, Sikap dan Penggunaan Kontrasepsi Emergensi Pada Wanita


Kelompok Usia Reproduktif di Area Pedesaan Dan Perkotaan Ambala
Daerah Haryana, India
1
Kumar R, 2Ahmed N, 3Goyal A, 4Bhardwaj A, 5Mittal A, 6Singh J
1,2,3
PG Residents, 4,5Associate Professors, 6Professor and Head
Departemen Kedokteran Komunitas, MMISMSR Mulana, Haryana
Korespondensi: Dr Randhir Kumar
Abstrak
Latar Belakang
Di India, jumlah populasi dari kehamilan yang tidak direncanakan dan tidak
diinginkan mengakibatkan penambahan beban populasi. Kontrasepsi emergensi
atau kontrasepsi post-koitus, merupakan metode kontrasepsi yang bisa digunakan
untuk mencegah kehamilan dalam beberapa hari setelah berhubungan seksual.
Beberapa wanita usia reproduktif kemungkinan membutuhkan kontrasepsi
emergensi untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan. Informasi
terhadap pengetahuan, sikap, dan penggunaan dari kontrasepsi emergensi kepada
wanita cukup penting karena angka yang tinggi terhadap kehamilan yang tidak
diinginkan sejalan dengan peningkatan angka infeksi yang ditularkan melalui
seksual.
Tujuan
Untuk menilai penggunaan kontrasepsi emergensi pada wanita di area perkotaan
dan pedesaan Ambala daerah Haryana.
Material dan Metode
Penelitian cross sectional dengan 583 wanita kelompok usia reproduktif di area
perkotaan dan pedesaan Ambala daerah Haryana. Kuesioner semi-struktur
digunakan untuk mengumpulkan data dan dianalisis dengan SPSS 21.
Hasil
Dari 583 partisipan wanita, 540 berpatisipasi dalam penelitian ini. Mayoritas
wanita (84.4%) adalah komunitas Hindu. Walaupun 44.6% wanita mengatakan
bahwa mereka pernah mendengar mengenai kontrasepsi emergensi tetapi hanya
20% yang pernah menggunakan kontrasepsi emergensi. Sekitar 41.9%

menunjukkan sikap positif terhadap kontrasepsi pil emergensi, sumber utama


didapatkan dari media massa.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan kurangnya kesadaran, pengetahuan dan pengunaan
kontrasepsi emergensi. Oleh karena itu, strategi perubahan sikap harus
dipertimbangkan dengan tanggung jawab per individu untuk mengubah
pengetahuan dan membawa perubahan sikap terhadap penggunaan kontrasepsi
emergensi.
Kata kunci: Pil kontrasepsi emergensi, pengetahuan, sikap, pengunaan, wanita
reproduktif
Pendahuluan
Populasi di India telah melampaui 1.21 milyar dan kecepatan pertumbuhan selama
10 tahun adalah 17.64% (2001-2011), terbanyak kedua di dunia setelah Cina.
Sekitar 210 juta kehamilan terjadi setiap tahunnya, 80 juta kehamilan yang tidak
diharapkan, dengan rincian 30 juta kehamialn yang tidak direncanakan, 40 juta
aborsi, dan 10 juta keguguran dan 60% aborsi dilakukan dengan kondisi tidak
aman.2-3
The National Health Policy 2000 menyatakan telah terjadi pencapaian
pengurangan terhadap rasio kematian ibu sebesar dan pencapaian tingkat
replacement fertility tahun 2010 sebagai dua dari tujuannya. Pemerintah India
memperkenalkan pil kontrasepsi emergensi dalam program kesejahteraan keluarga
nasioanl tahun 2003 sebagai salah satu strategi untuk mencegah kehamilan yang
tidak diinginkan. Aborsi yang tidak aman tetap menjadi penyebab kematian ibu,
hamper 8% dari total, dan juga memberikan kontribusi utama tehadap morbiditas
ibu.4
Kontrasepsi emergensi atau kontrasepsi post-koitus, merupakan metode
kontrasepsi yang bisa digunakan untuk mencegah kehamilan beberapa hari setelah
berhubungan seksual. Hal ini dimaksudkan untuk penggunaan emergensi diikuti
hubungan seksual yang tidak terproteksi, kegagalan kontrasepsi atau penggunaan
yang salah (seperti lupa mengonsumsi pil atau kondom yang robek), perkosaan
atau seks yang dipaksa.5

Ada 2 metode kontrasepsi emergensi: pil kontrasepsi emergensi (emergency


contraceptive ills/ECPs) dan copper-bearing intrauterine device (IUDs). Ketika
insersi dilakukan dalam 5 hari setelah hubungan seksual yang tidak terproteksi,
copper-bearing IUD adalah bentuk paling efektiv dari kontrasepsi emergensi yang
tersedia. WHO merekomendasikan levonorgestrel untuk penggunaan ECPs.
Idealnya, progestogen ini hanya digunakan sebagai dosis tunggal (1.5 mg) dalam
5 hari (120 jam) untuk hubungan seksual yang tidak terproteksi. Alternatif lain,
seorang wanita bisa mengonsumsi levonorgestrel dalam 2 dosis (masing-masing
0.75 mg; setiap 12 jam).5
Hal ini telah didokumentasikan secara luas di dunia mengenai pengenalan metode
kontrasepsi yang baru, meningkatkan angka prevalensi kontrasepsi sekitar 3% dan
ketersediaan kebutuhan kontrasepsi dalam beberapa jam adalah isu utama dalam
mengatasi terpenuhinya kebutuhan kontrasepsi. Departemen kesehatan dan
kesejahteraan keluarga memperkenalkan ECPs dalam program nasional
kesejahteraan keluarga sepanjang tahun 2002-2003. Kontrasepsi ini digunakan
dalam 72 jam dari seks yang tidak terproteksi. ECPs telah termasuk dalam
program dan usaha nasional kesejahteraan keluarga untuk membuat penggunaan
ECPs di tingkat kesehatan masayarakat . ECP telah termasuk dalam ASHA untuk
mengatasi isu kehamilan yang tidak diinginkan di komunitas. Kontrasepsi
emergensi dideskripsikan sebagai cost-effective dalam bentuk bantuan kontrasepsi
yang pertama.6
Tidak ada program edukasi ke komunitas untuk memberikan pengetahuan
mengenai ECPs. Kurangnya pengetahuan, kesadaran, terhadap pengunaan dan
ketidaksesuaian penggunaan telah membuat tujuan pencapaian menjadi gagal.
Tujuan dari penelitian ini untuk menilai pengetahuan, sikap, penggunaan dan
penerimaan ECPs terhadap wanita kelompok usia reproduktif. Seperti survey yang
akan mengurangi kehamilan tidak diinginkn dan karena itu akan menginduksi
terjadinya aborsi di India.
Tujuan
Menilai pengetahuan, sikap, dan penggunaan pil kontrasepsi emergensi terhadap
wanita kelompok usia reproduktif di Ambala daerah Haryana.

Material dan Metode


Design penelitian: Penelitian cross-sectional
Tempat penelitian: Area pedesaan dan perkotaan Ambala, Haryana
Waktu penelitian: April sampai Oktober 2014
Subjek penelitian: Wanita kelompok usia reproduktif (15-45 tahun) dengan
tekhnik simple random sampling.
Metode pengambilan sampel: Pengumpulan sampel dengan tekhnik stratified
random sampling.
Jumlah sampel: - Jumlah sampel ditentukan dengan
a) Pengetahuan terhadap kontrasepsi emergensi
b) Batas kepercayaan 95%
c) Batas dari sampling error 10%
Kebutuhan jumlah sampel dengan menggunakan rumus n=4pq/L2
n=kebutuhan jumlah sampel minimum
p=angka prevalensi yang diharapkan
q=100-p
L=error yang masih diperbolehkan (20%)
Sesuai data NFHS-III, kontrasepsi emergensi diketahui hanya 16% dari jumlah
wanita di Haryana. Sehingga jumlah sampel adalah 525 dan pertimbangan 90%
dari angka respon sehingga jumlah sampel menjadi 583.
Alat penelitian: Kuesioner semi-struktur
Pengumpulan data: Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan data informed
consent dari partisipan, wawancara tatap muka dilakukan tanpa adanya orang
yang mendampingi. Pewawancara mengisi kuesioner sepanjang wawancara untuk
menyakinkan data terisi lengkap.
Analisis statistik: Kuesioner yang lengkap diolah dalam microsoft excel dan
dianalisis menggunakan SPSS 21. Proporsi dikalkulasikan.
Hasil

Dari 583 partisipan wanita, 540 wanita berpartisipasi dalam penelitian ini, respon
sekitar 92.6%, kebanyakan partisipan masuk dalam kelompok usia 26-35 tahun
diikuti 15-25 tahun dan 36-45 tahun, berturut-turut, 236 (43.7%), 190 (35.2%) dan
114 (21.1%), 282 (52.2%) di area pedesaan dan 258 (47.8%) di area perkotaan,
368 (68.1%) termasuk keluarga bersama, mayoritas partisipan menganut agama
hindu sebesar 456 (84.4%), 223 (52.7%) termasuk orang terpelajar dan 317
(41.3%) buta huruf.
Tabel 1: Pengetahuan dan penggunaan pil kontrasepsi emergensi
Respon

Pedesaan (NPerkotaan (N290)


250)
Pernah mendengar ECPs 89 (30.7%)
152 (60.8%)
Pernah
menggunakan 31 (10.7%)
77 (30.8%)
ECPs
Sumber pengetahuan menegnai ECPs (n=241)
Responden
Pedesaan (89)
Perkotaan (152)
Pendidikan formal
6 (6.7%)
19 (12.5%)
Media (TV/Radio)
39 (43.8%)
83 (54.6%)
Majalah
11 (12.4%)
49 (32.2%)
Internet
9 (10.1%)
54 (35.5%)
Petugas
22 (24.7%)
79 (52.0)
kesehatan/dokter/perawat
Teman/kerabat/suami
32 (40%)
63 (41.4%)
*respon multipel

Total (N-540)
241 (44.62%)
108 (20.0%)

Total*(241)
25 (10.4%)
122 (50.6%)
60 (24.9%)
63 (26.1%)
101 (41.9%)
95 (39.4%)

Tabel 1 menunjukkan bahwa 44.6 % partisipan mengatakan bahwa mereka pernah


mendengar mengenai ECPs, diantaranya 66.8% (152) adalah masyarakat
perkotaan dan 30.7% (89) dari area pedesaan, hanya 20% (108) partisipan yang
telah menggunakan ECPs, 30.8% (77) dari perkotaan dan 10.7% (31) dari area
pedesaan.
Berdasarkan sumber informasi mengenai ECPs, kebanyakan sumber informasi
berasal dari media, petugas kesehatan, internet dan majalah berturut-turut 50.6%,
41.9%, 26.1.5 dan 24.9%, penggunaan internet lebih banyak di area perkotaan
(35.5%) dibandingkan area pedesaan (10.1%).

Tabel 2: Pengetahuan wanita yang pernah mendengar kontrasepsi emergensi


(n=241)
Variabel
Pedesaan
Kapan ECP bisa digunakan
Beberapa saat sebelum seks
4 (4.5%)
Dalam 24 jam UPSI
22 (24.7%)
Dalam 72 jam UPSI
39 (43.8%)
Setelah 72 jam UPSI
3 (3.4%)
Tidak tahu
21 (23.6%)
Keamanan
Aman
30 (33.7%)
Tidak aman
31 (34.8%)
Tidak tahu
28 (31.5%)
Tempat untuk mendapatkan ECPs
Fasilitas kesehatan masyarakat
5 (5.6%)
Dokter pribadi/klinik
37 (41.6%)
Pekerja sosial
3 (3.4%)
Farmasi/toko obat
44 (49.4%)
Bisakah ECPs didapatkan tanpa resep
Tidak
12 (13.5%)
Ya
42 (47.2%)
Tidak tahu
35 (39.3%)

Perkotaan

Total

8 (5.3%)
29 (19.1%)
85 (55.9%)
10 (6.6%)
20 (13.2%)

12 (5.0%)
51 (21.2%)
124 (51.5%)
13 (5.4%)
41 (17.0%)

78 (51.3%)
40 (26.3%)
34 (22.4%)

108 (44.8%)
71 (29.5%)
62 (25.7%)

16 (10.5%)
25 (16.4%)
8 (5.3%)
103 (67.8%)

21 (8.7%)
62 (25.7%)
11 (4.6%)
147 (61.0%)

13 (8.6%)
75 (49.3%)
64 (42.1%)

25 (10.4%)
117 (8.5%)
99 (41.1%)

Tabel 2 menunjukkan 51.5% (124) partisipan telah mendapat pengetahuan yang


benar tentang waktu kapan ECPs digunakan, 44.8% (108) mengatakan aman,
ketersediaan ECP 61.0% (147) di toko obat dan 25.7% (62) di dokter pribadi.
Tabel 3: Pengalaman ECPs terhadap 108 partisipan yang telah menggunakan
Variabel

Pedesaan
Perkotaan
(31)
(77)
Siapa yang memberikan nasihat penggunaan ECPs ?
Suami
6 (19.4%)
19 (24.7%)
Teman/kerabat
5 (16.1%)
7 (9.1%)
Tenaga
11 (35.5%)
23 (29.9%)
kesehatan/dokter/perawat
Media (TV/Radio)
9 (29.0%)
23 (29.9%)
Internet
0 (0%)
5 (6.5%)
Kenapa menggunakan ECPs ?
Tidak
menggunakan
alat
20 (64.5%)
31 (42.2%)
kontrasepsi yang lain
Salah perhitungan waktu
0 (0%)
6 (7.8%)
7

Total

25 (23.2%)
12 (11.1%)
34 (31.5%)
32 (29.6%)
5 (4.6%)
51 (47.1%)
6 (5.6%)

Kondom yang robek


2 (6.5%)
12 (15.6%)
Lupa mengonsumsi pil
4 (12.9%)
19 (24.7%)
Tidak ingat
5 (16.1%)
9 (11.7%)
Apakah ada efek samping ?
Mual muntah
5 (16.2%)
17 (22.0%)
Masalah menstruasi
17 (54.8%)
40 (52.0%)
Nyeri abdomen
8 (25.8%)
15 (19.5%)
Tidak ada efek samping
1 (3.2%)
5 (6.5%)
Apakah efektif mencegah kehamilan yang tidak diinginkan ?
Ya
30 (96.8%)
71 (92.2%)
Tidak
1 (3.2%)
6 (7.8%)

14 (13.0%)
23 (21.3%)
14 (13.0%)
22 (20.4%)
57 (52.8%)
23 (21.3%)
6 (5.5%)
101 (93.5%)
7 (6.5%)

Tabel 3 menunjukkan tenaga kesehatan, media dan suami 31.55%, 29.6%, dan
23.2% adalah sumber utama yang menasihati mereka untuk menggunakan ECPs,
tidak menggunakan metode kontrasepsi yang lain adalah alasan utama
penggunaan ECPs di kedua area, pedesaan (64.5%) dan perkotaan (47.1%),
masalah menstruasi 52.8% adalah masalah utama yang dialami partisipan baik di
area pedesaan (54.8%) dan perkotaan (52.0%) diikuti nyeri abdomen 21.3% dan
mual muntah 20.4%.
Tabel 4 menunjukkan sikap terhadap ECPs, 41.9% partisipan memiliki sikap
positif terhadap ECPs, sikap positif paling banyak oleh pertisipan di perkotaan ,
hanya 25.7% partisipan yang akan menggunakan ECPs kedepannya, 60.1%
mengatakan ECPs harusnya tersedia dengan bebas tanpa resep, 41.9%
mengatakan ECPs efektif.
Tabel 4: Sikap terhadap ECPs
Variabel
Pedesaan (89)
Perkotaan (152)
Total (241)
Apakah kamu akan merekomendasikan ECPs kepada yang lain ?
Ya
32 (36.0%)
69 (45.4%)
101 (41.9%)
Tidak
23 (25.9%)
35 (23.0%)
58 (24.1%)
Tidak tahu
34 (38.1%)
48 (31.6%)
82 (34.0%)
Apakah kamu akan menggunakan ECPs untuk kedepannya ?
Ya
26 (29.2%)
36 (23.7%)
62 (25.7%)
Tidak
23 (25.8%)
47 (30.9%)
70 (29.1%)
Tidak tahu
40 (45.0%)
69 (45.3%)
109 (45.2%)
Apakah harus tersedia bebas tanpa resep ?

Ya
Tidak
Tidak tahu
Apakah efektif ?
Ya
Tidak
Tidak tahu

44 (49.4%)
12 (13.5%)
33 (37.1%)

101 (66.4%)
19 (12.5%)
32 (21.1%)

145 (60.1%)
31 (12.9%)
65 (27.0%)

29 (32.6%)
22 (24.7%)
38 (42.7%)

72 (47.4%)
25 (16.4%)
55 (36.2%)

101 (41.9%)
47 (19.5%)
93 (38.6%)

Diskusi
Walaupun India adalah negara pertama di dunia yang memperkenalkan program
rencana keluarga nasional, selama 5 tahun pertama dari rencana (1951-1956)
untuk mengontrol ledakan populasi. Penelitian sekarang, kesadaran wanita
kelompok usia reproduktif mengenai ECPs ditemukan sekitar 44.6%, di pedesaan
30.7% dan perkotaan 60.8%, sedangkan penelitian oleh Nigam et al8 di pedesaan
U.P dan Mehra R et al9 di Chandigarh, Awasthi S et al10 di Uttrakhand mengenai
kesadaran akan ECPs ditemukan berturut-turut sekitar 2% dan 11% dan 19.9%.
Peningkatan kesdaran pada penelitian baru-baru ini bisa karena adanya
peningkatan level melek huruf diantara wanita kelompok usia reproduktif di
Ambala daerah Haryana dan pengaruh media massa yang meningkat 5 tahun
terakhir.
Pada penelitian ini, 51.5% partisipan telah memiliki pengetahuan yang benar
mengenai waktu penggunaan ECPs, 44.8% mengatakan aman, ketersediaan ECPs
61.0% (147) mengatakan di toko obat dan 25.7% (62) di dokter pribadi.
Pada penelitian ini, sikap terhadap ECPs, 41.9% partisipan memiliki sikap positif
terhadap ECPs, sikap positif paling banyak oleh pertisipan di perkotaan , hanya
25.7% partisipan yang akan menggunakan ECPs kedepannya, 60.1% mengatakan
ECPs harusnya tersedia dengan bebas tanpa resep, 41.9% mengatakan ECPs
efektif.
Keterbatasan penelitian
Penelitian ini mengalami keterbatasan yang sama dengan penelitian cross
sectional lainnya. Kami tidak bisa memasukkan kelompok yang sangat rentan
seperti perempuan muda yang belum menikah karena keterbatasan yang

disebutkan di atas dan kami juga tidak bisa menjamin mengenai kejujuran
jawaban terhadap isu yang sensitif seperti seks dan kebiasan recall tetapi
kerahasiaan informasi tetap terjamin.
Kesimpulan
Kesadaran publik melalui media massa bisa menyebabkan permintaan publik
terhadap ECPs dan juga dibutuhkan edukasi dan informasi yang adekuat
mengenai ECPs untuk membuat metode ini sukses. Ada tindakan nyata untuk
menyebarluaskan informasi dan pendidikan mengenai penggunaan ECPs, dengan
tindakan, ketentuan ECPs dan juga menekankan bahwa pil ini tidak seharusnya
digunakan sebagai metode kontrasepsi yang reguler tetapi seharusnya hanya
digunakan untuk keadaan emergensi seperti seks yang tidak terproteksi dan
kegagalan kontrasepsi. Kami merekomendasikan strategi untuk mempromosikan
penggunaan ECPs dengan memfokuskan

penyebaran informasi secara akurat

melalui pendidikan formal dan komunikasi oleh tenaga kesehatan dan melalui
media audio-visual yang bisa menyediakan pengetahuan yang akurat mengenai
ECPs.

10

TELAAH KRITIS JURNAL


1.

Telaah Kritis
Berdasarkan jurnal Critical Appraisal on Journal of Clinical Trials:2012,

critical appraisal merupakan bagian dari kedokteran berbasis bukti (evidencebased medicine) diartikan sebagai suatu proses evaluasi secara cermat dan
sistematis suatu artikel penelitian untuk menentukan reabilitas, validitas, dan
kegunaannya dalam praktik klinis. Komponen utama yang dinilai dalam critical
appraisal adalah validity, importancy, dan applicability. Tingkat kepercayaan
hasil suatu penelitian sangat bergantung dari desain penelitian dimana uji klinis
menempati urutan tertinggi. Telaah kritis meliputi semua komponen dari suatu
penelitian dimulai dari komponen pendahuluan, metodologi, hasil dan diskusi.
Masing-masing komponen memiliki kepentingan yang sama besarnya dalam
menentukan apakah hasil penelitian tersebut layak atau tidak digunakan sebagai
referensi.
Evaluasi Jurnal
Telaah kritis meliputi semua komponen dari suatu penelitian dimulai dari
komponen pendahuluan, metodologi, hasil dan diskusi. Masing-masing komponen

11

memiliki kepentingan yang sama besarnya dalam menentukan apakah hasil


penelitian tersebut layak atau tidak digunakan sebagai referensi.

a.

Latar Belakang
Komponen-komponen yang harus dipenuhi pada latar belakang jurnal antara

lain:

Komponen-komponen yang harus dipenuhi pada latar belakang sebuah


jurnal hampir sepenuhnya terpenuhi dalam penelitian ini. Metodologi dan jumlah
sampel telah dipaparkan pada bagian ini. Akan tetapi klarifikasi istilah tidak
dipaparkan sebelumnya sehingga pembaca kesulitan untuk mengartikannya. Pada
latar belakang tidak dijelaskan mengenai prevalensi penggunaan ECPs serta tidak
12

dipaparkan hasil penelitian sebelumya. Data hasil penelitian sebelumnya tidak


dijelaskan secara detail, apa yang menjadi koreksi dan penilaian yang ingin
ditambahkan atau dibandingkan dengan penelitian sebelumnya tidak tergambar
dengan jelas. Pada jurnal tidak dipaparkan hipotesis penelitian namun sudah
dipaparkan mengenai tujuan dari penelitian.
b.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitan ini sudah cukup baik karena peneliti telah

memaparkannya secara jelas dilakukannya penelitian ini, yaitu untuk menilai


penggunaan kontrasepsi emergensi pada wanita di area perkotaan dan pedesaan
Ambala daerah Haryana.
c.

Metode Penelitian

13

Metode penelitian pada jurnal sudah lengkap. Pada metode jurnal dijelaskan
secara detail mengenai populasi yang digunakan yaitu wanita dengan kelompok
usai reproduktif. Jumlah sampel, desain penelitian yang dilakukan, cut-off point,
cara mengolah data, dan metode analisis data juga dipaparkan. Akan tetapi,
kriteria inklusi dan eksklusi sampel tidak dipaparkan dengan jelas Variabel yang
digunakan dalam penelitian serta alat penunjang yang digunakan sudah jelas.
Akan tetapi alat (kuesioner) yang digunakan tidak dijelaskan apakah sebelumnya

14

sudah divalidasi atau tidak. Serta pewawancara sudah dilakukan pelatihan atau
tidak belum dijelaskan.
d.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian dalam jurnal ini, telah memenuhi komponen-komponen yang


harus ada dalan hasil penelitian jurnal. Dalam hasil penelitian, telah dipaparkan
jumlah dan persentasi masing-masing variabel, akan tetapi data tidak
dibandingkan dengan data yang didapatkan sebelumnya, bagaimana hasil
keluaran, dan apakah angka yang didapat signifikan secara statistik dan secara
klinis tidak dijelaskan.
e.

Diskusi
Pada jurnal, terdapat hasil penelitian, tanpa adanya perbandingan dengan

penelitian sebelumnya dan sesuai dengan tujuan penelitian. Namun, dasar teori
dan kaitan dengan literatur yang ada sebelumya tidak dibahas dalam jurnal ini.
Perbandingan hasil penelitian dengan hasil penelitian sebelumnya juga belum
dipaparkan secara lengkap serta tidak dilakukan analisis perbedaan hasil
penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya.
15

Penilaian VIA (Validity, Importancy, Applicability)


I.

Study validity

Research question
--Is the research question well-defined that can be answered using this study
design?
Ya, penelitian dengan menggunakan desain penelitian pada jurnal ini dapat
menjawab tujuan dari dilakukannya penelitian.
-Does the author use appropriate methods to answer their questions?
Ya, peneliti menggunakan metode deskriptiv cross sectional yang dapat menjawab
tujuan dari penelitian.
-Is the data collected in accordance with the purpose of research?
Ya, data yang digunakan merupakan data sekunder yang didapatkan dari hasil
survey atau wawancara tatap muka menggunkan kuesioner.
Randomization
--Was the randomization list concealed from patients, clinicians and researchers?
Ya, pada jurnal disebutkan bahwa peneliti mengambil data secara random
terhadap pasien dan peneliti sakit dan telah dilakukan informed concent pada
sampel.

Interventions and co-interventions


--Were the performed interventions described in sufficient detail to be followed by
others?
Pada penelitian ini tidak ada intervensi dari peneliti karena peneliti menggunakan
data sekunder.

16

--Other than intervention, were the two groups cared for in similar way of
treatment?
Tidak ada intervensi dalam perlakuan terhadap kedua kelompok karena peneliti
menggunakan data sekunder.
II. Applicability
Using results in your own setting
--Are your patient so different from those studied that the results may not apply to
them?
Penelitian ini bisa saja diaplikasikan pada pasien di Indonesia, sebab variabel
yang digunakan adalah variabel umum yang tidak ada perbedaan secara signifikan
terhadap penggunaan ECPs. Akan tetapi informasi penggunaan ECPs di Indonesia
belum menyebarlauas.
--Is your environment so different from the one in the study that the methods could
not be use there?
Tidak. Melihat variabel dan metode yang digunakan maka penelitian ini juga bisa
diterapkan di Indonesia.
III. Importance
--Is this study important?
Ya, penelitian ini penting karena hasil penelitian ini dapat membantu untuk
mengetahui metode kontrasepsi yang bisa digunakan untuk mencegah kehamilan
dalam beberapa hari setelah berhubungan seksual. Beberapa wanita usia
reproduktif

kemungkinan

membutuhkan

kontrasepsi

emergensi

untuk

menghindari kehamilan yang tidak diinginkan sehingga bias menurunkan angka


aborsi dan ledakan penduduk.
Kesimpulan : Penelitian pada jurnal ini Valid, Important dan Applicable.

17

Anda mungkin juga menyukai