FEBRUARI 2016
KNOWLEDGE, ATTITUDE AND PRACTICE OF EMERGENCY
CONTRACEPTIVES USE AMONG WOMEN IN REPRODUCTIVE AGE
GROUP IN RURAL AND URBAN AREA OF AMBALA DISTRICT
HARYANA, INDIA
Oleh:
Vindy Cesariana, S. Ked
04054821517049
04054821517050
04054821517051
04084821517024
Pembimbing:
dr. Firmansyah, Sp.OG (K)
Dari 583 partisipan wanita, 540 wanita berpartisipasi dalam penelitian ini, respon
sekitar 92.6%, kebanyakan partisipan masuk dalam kelompok usia 26-35 tahun
diikuti 15-25 tahun dan 36-45 tahun, berturut-turut, 236 (43.7%), 190 (35.2%) dan
114 (21.1%), 282 (52.2%) di area pedesaan dan 258 (47.8%) di area perkotaan,
368 (68.1%) termasuk keluarga bersama, mayoritas partisipan menganut agama
hindu sebesar 456 (84.4%), 223 (52.7%) termasuk orang terpelajar dan 317
(41.3%) buta huruf.
Tabel 1: Pengetahuan dan penggunaan pil kontrasepsi emergensi
Respon
Total (N-540)
241 (44.62%)
108 (20.0%)
Total*(241)
25 (10.4%)
122 (50.6%)
60 (24.9%)
63 (26.1%)
101 (41.9%)
95 (39.4%)
Perkotaan
Total
8 (5.3%)
29 (19.1%)
85 (55.9%)
10 (6.6%)
20 (13.2%)
12 (5.0%)
51 (21.2%)
124 (51.5%)
13 (5.4%)
41 (17.0%)
78 (51.3%)
40 (26.3%)
34 (22.4%)
108 (44.8%)
71 (29.5%)
62 (25.7%)
16 (10.5%)
25 (16.4%)
8 (5.3%)
103 (67.8%)
21 (8.7%)
62 (25.7%)
11 (4.6%)
147 (61.0%)
13 (8.6%)
75 (49.3%)
64 (42.1%)
25 (10.4%)
117 (8.5%)
99 (41.1%)
Pedesaan
Perkotaan
(31)
(77)
Siapa yang memberikan nasihat penggunaan ECPs ?
Suami
6 (19.4%)
19 (24.7%)
Teman/kerabat
5 (16.1%)
7 (9.1%)
Tenaga
11 (35.5%)
23 (29.9%)
kesehatan/dokter/perawat
Media (TV/Radio)
9 (29.0%)
23 (29.9%)
Internet
0 (0%)
5 (6.5%)
Kenapa menggunakan ECPs ?
Tidak
menggunakan
alat
20 (64.5%)
31 (42.2%)
kontrasepsi yang lain
Salah perhitungan waktu
0 (0%)
6 (7.8%)
7
Total
25 (23.2%)
12 (11.1%)
34 (31.5%)
32 (29.6%)
5 (4.6%)
51 (47.1%)
6 (5.6%)
14 (13.0%)
23 (21.3%)
14 (13.0%)
22 (20.4%)
57 (52.8%)
23 (21.3%)
6 (5.5%)
101 (93.5%)
7 (6.5%)
Tabel 3 menunjukkan tenaga kesehatan, media dan suami 31.55%, 29.6%, dan
23.2% adalah sumber utama yang menasihati mereka untuk menggunakan ECPs,
tidak menggunakan metode kontrasepsi yang lain adalah alasan utama
penggunaan ECPs di kedua area, pedesaan (64.5%) dan perkotaan (47.1%),
masalah menstruasi 52.8% adalah masalah utama yang dialami partisipan baik di
area pedesaan (54.8%) dan perkotaan (52.0%) diikuti nyeri abdomen 21.3% dan
mual muntah 20.4%.
Tabel 4 menunjukkan sikap terhadap ECPs, 41.9% partisipan memiliki sikap
positif terhadap ECPs, sikap positif paling banyak oleh pertisipan di perkotaan ,
hanya 25.7% partisipan yang akan menggunakan ECPs kedepannya, 60.1%
mengatakan ECPs harusnya tersedia dengan bebas tanpa resep, 41.9%
mengatakan ECPs efektif.
Tabel 4: Sikap terhadap ECPs
Variabel
Pedesaan (89)
Perkotaan (152)
Total (241)
Apakah kamu akan merekomendasikan ECPs kepada yang lain ?
Ya
32 (36.0%)
69 (45.4%)
101 (41.9%)
Tidak
23 (25.9%)
35 (23.0%)
58 (24.1%)
Tidak tahu
34 (38.1%)
48 (31.6%)
82 (34.0%)
Apakah kamu akan menggunakan ECPs untuk kedepannya ?
Ya
26 (29.2%)
36 (23.7%)
62 (25.7%)
Tidak
23 (25.8%)
47 (30.9%)
70 (29.1%)
Tidak tahu
40 (45.0%)
69 (45.3%)
109 (45.2%)
Apakah harus tersedia bebas tanpa resep ?
Ya
Tidak
Tidak tahu
Apakah efektif ?
Ya
Tidak
Tidak tahu
44 (49.4%)
12 (13.5%)
33 (37.1%)
101 (66.4%)
19 (12.5%)
32 (21.1%)
145 (60.1%)
31 (12.9%)
65 (27.0%)
29 (32.6%)
22 (24.7%)
38 (42.7%)
72 (47.4%)
25 (16.4%)
55 (36.2%)
101 (41.9%)
47 (19.5%)
93 (38.6%)
Diskusi
Walaupun India adalah negara pertama di dunia yang memperkenalkan program
rencana keluarga nasional, selama 5 tahun pertama dari rencana (1951-1956)
untuk mengontrol ledakan populasi. Penelitian sekarang, kesadaran wanita
kelompok usia reproduktif mengenai ECPs ditemukan sekitar 44.6%, di pedesaan
30.7% dan perkotaan 60.8%, sedangkan penelitian oleh Nigam et al8 di pedesaan
U.P dan Mehra R et al9 di Chandigarh, Awasthi S et al10 di Uttrakhand mengenai
kesadaran akan ECPs ditemukan berturut-turut sekitar 2% dan 11% dan 19.9%.
Peningkatan kesdaran pada penelitian baru-baru ini bisa karena adanya
peningkatan level melek huruf diantara wanita kelompok usia reproduktif di
Ambala daerah Haryana dan pengaruh media massa yang meningkat 5 tahun
terakhir.
Pada penelitian ini, 51.5% partisipan telah memiliki pengetahuan yang benar
mengenai waktu penggunaan ECPs, 44.8% mengatakan aman, ketersediaan ECPs
61.0% (147) mengatakan di toko obat dan 25.7% (62) di dokter pribadi.
Pada penelitian ini, sikap terhadap ECPs, 41.9% partisipan memiliki sikap positif
terhadap ECPs, sikap positif paling banyak oleh pertisipan di perkotaan , hanya
25.7% partisipan yang akan menggunakan ECPs kedepannya, 60.1% mengatakan
ECPs harusnya tersedia dengan bebas tanpa resep, 41.9% mengatakan ECPs
efektif.
Keterbatasan penelitian
Penelitian ini mengalami keterbatasan yang sama dengan penelitian cross
sectional lainnya. Kami tidak bisa memasukkan kelompok yang sangat rentan
seperti perempuan muda yang belum menikah karena keterbatasan yang
disebutkan di atas dan kami juga tidak bisa menjamin mengenai kejujuran
jawaban terhadap isu yang sensitif seperti seks dan kebiasan recall tetapi
kerahasiaan informasi tetap terjamin.
Kesimpulan
Kesadaran publik melalui media massa bisa menyebabkan permintaan publik
terhadap ECPs dan juga dibutuhkan edukasi dan informasi yang adekuat
mengenai ECPs untuk membuat metode ini sukses. Ada tindakan nyata untuk
menyebarluaskan informasi dan pendidikan mengenai penggunaan ECPs, dengan
tindakan, ketentuan ECPs dan juga menekankan bahwa pil ini tidak seharusnya
digunakan sebagai metode kontrasepsi yang reguler tetapi seharusnya hanya
digunakan untuk keadaan emergensi seperti seks yang tidak terproteksi dan
kegagalan kontrasepsi. Kami merekomendasikan strategi untuk mempromosikan
penggunaan ECPs dengan memfokuskan
melalui pendidikan formal dan komunikasi oleh tenaga kesehatan dan melalui
media audio-visual yang bisa menyediakan pengetahuan yang akurat mengenai
ECPs.
10
Telaah Kritis
Berdasarkan jurnal Critical Appraisal on Journal of Clinical Trials:2012,
critical appraisal merupakan bagian dari kedokteran berbasis bukti (evidencebased medicine) diartikan sebagai suatu proses evaluasi secara cermat dan
sistematis suatu artikel penelitian untuk menentukan reabilitas, validitas, dan
kegunaannya dalam praktik klinis. Komponen utama yang dinilai dalam critical
appraisal adalah validity, importancy, dan applicability. Tingkat kepercayaan
hasil suatu penelitian sangat bergantung dari desain penelitian dimana uji klinis
menempati urutan tertinggi. Telaah kritis meliputi semua komponen dari suatu
penelitian dimulai dari komponen pendahuluan, metodologi, hasil dan diskusi.
Masing-masing komponen memiliki kepentingan yang sama besarnya dalam
menentukan apakah hasil penelitian tersebut layak atau tidak digunakan sebagai
referensi.
Evaluasi Jurnal
Telaah kritis meliputi semua komponen dari suatu penelitian dimulai dari
komponen pendahuluan, metodologi, hasil dan diskusi. Masing-masing komponen
11
a.
Latar Belakang
Komponen-komponen yang harus dipenuhi pada latar belakang jurnal antara
lain:
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitan ini sudah cukup baik karena peneliti telah
Metode Penelitian
13
Metode penelitian pada jurnal sudah lengkap. Pada metode jurnal dijelaskan
secara detail mengenai populasi yang digunakan yaitu wanita dengan kelompok
usai reproduktif. Jumlah sampel, desain penelitian yang dilakukan, cut-off point,
cara mengolah data, dan metode analisis data juga dipaparkan. Akan tetapi,
kriteria inklusi dan eksklusi sampel tidak dipaparkan dengan jelas Variabel yang
digunakan dalam penelitian serta alat penunjang yang digunakan sudah jelas.
Akan tetapi alat (kuesioner) yang digunakan tidak dijelaskan apakah sebelumnya
14
sudah divalidasi atau tidak. Serta pewawancara sudah dilakukan pelatihan atau
tidak belum dijelaskan.
d.
Hasil Penelitian
Diskusi
Pada jurnal, terdapat hasil penelitian, tanpa adanya perbandingan dengan
penelitian sebelumnya dan sesuai dengan tujuan penelitian. Namun, dasar teori
dan kaitan dengan literatur yang ada sebelumya tidak dibahas dalam jurnal ini.
Perbandingan hasil penelitian dengan hasil penelitian sebelumnya juga belum
dipaparkan secara lengkap serta tidak dilakukan analisis perbedaan hasil
penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya.
15
Study validity
Research question
--Is the research question well-defined that can be answered using this study
design?
Ya, penelitian dengan menggunakan desain penelitian pada jurnal ini dapat
menjawab tujuan dari dilakukannya penelitian.
-Does the author use appropriate methods to answer their questions?
Ya, peneliti menggunakan metode deskriptiv cross sectional yang dapat menjawab
tujuan dari penelitian.
-Is the data collected in accordance with the purpose of research?
Ya, data yang digunakan merupakan data sekunder yang didapatkan dari hasil
survey atau wawancara tatap muka menggunkan kuesioner.
Randomization
--Was the randomization list concealed from patients, clinicians and researchers?
Ya, pada jurnal disebutkan bahwa peneliti mengambil data secara random
terhadap pasien dan peneliti sakit dan telah dilakukan informed concent pada
sampel.
16
--Other than intervention, were the two groups cared for in similar way of
treatment?
Tidak ada intervensi dalam perlakuan terhadap kedua kelompok karena peneliti
menggunakan data sekunder.
II. Applicability
Using results in your own setting
--Are your patient so different from those studied that the results may not apply to
them?
Penelitian ini bisa saja diaplikasikan pada pasien di Indonesia, sebab variabel
yang digunakan adalah variabel umum yang tidak ada perbedaan secara signifikan
terhadap penggunaan ECPs. Akan tetapi informasi penggunaan ECPs di Indonesia
belum menyebarlauas.
--Is your environment so different from the one in the study that the methods could
not be use there?
Tidak. Melihat variabel dan metode yang digunakan maka penelitian ini juga bisa
diterapkan di Indonesia.
III. Importance
--Is this study important?
Ya, penelitian ini penting karena hasil penelitian ini dapat membantu untuk
mengetahui metode kontrasepsi yang bisa digunakan untuk mencegah kehamilan
dalam beberapa hari setelah berhubungan seksual. Beberapa wanita usia
reproduktif
kemungkinan
membutuhkan
kontrasepsi
emergensi
untuk
17