Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kondisi yang akan dialami oleh setiap wanita sebagai bagian dari proses
menuaan adalah menopause yang disebabkan penurunan fungsi ovarium
akibat usia yang semakin bertambah sehingga produksi hormon estrogen juga
mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan pada fisik
maupun psikologis yang menimbulkan munculnya keluhan masa menopause
(Suparni & Astutik, 2016).
Menurut WHO masa menopause adalah periode pralansia yang memiliki
batasan umur 45-59 tahun. Seiring dengan meningkatnya derajat Kesehatan
maka diperkirakan di tahun 2030 akan ada sekitar 1,2 miliar wanita di dunia
akan mengalami menopause. Sebanyak 80% diantaranya tinggal di negara
berkembang dan populasi wanita menopause meningkat tiga persen setiap
tahunnya (WHO, dalam Okezone, 26-12-2022 Jam 20.30 wib). Sindrom
menopause dialami oleh banyak wanita hampir di seluruh dunia. Sekitar 70%-
80% wanita Eropa, 60% wanita di Amerika, 57% di Malaysia, 18% di Cina,
dan 10% di Jepang (Baziad, 2003).
Di Indonesia penduduk wanita berusia 45-59 tahun sebanyak 17,87% di
tahun 2020. Data Pusdatin Kemenkes 2020 menunjukan 44% nya memiliki
Multimorbiditas (banyak Penyakit/keluhan) dan itu merupakan tantangan bagi
kita semua.

Di Provinsi Jambi jumlah penduduk wanita umur 45-59 tahun 2021


mencapai 293.334 jiwa dan wanita yang akan memasuki usia menopause
sebanyak 52800 jiwa sedangkan di kabupaten Merangin terdapat 27089 jiwa
penduduk wanita menopause dengan 4876 jiwa, dan untuk kecamatan Jangkat
terdapat 4592 jiwa penduduk wanita dengan sasaran wanita memasuki
menopause sebanyak 790 jiwa (BPS, 2021). Dengan demikian, semakin
banyak populasi wanita yang memasuki usai menopause semakin banyak

1
2

pula wanita yang akan memasuki menopause dan mengalami keluhan


menopause.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Desi (2007) di Kabupaten Kapuas
Hulu Kalimantan Barat, menunjukkan bahwa ada hubungan pemakaian alat
kontrasepsi hormonal dengan keluhan masa menopause dan tidak ada
hubungan kondisi haid, jumlah anak, umur saat menopause dengan keluhan
masa menopause.
Menurut Rahyuni (2013), masyarakat Indonesia memiliki gaya hidup
yang suka memanfaatkan tumbuh-tumbuhan. Salah satu jenis tumbuhan yang
banyak dimanfaatkan adalah sirih-sirihan dari famili Piperaceae. Biasanya
pemanfaatan daun sirih berupa obat herbal, upacara adat, dan konsumsi sehari-
hari (Rahyuni, R., Yniati, E., & Pitopang, R. 2013)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wenny RS (2018) di Kota
Pontianak, bahwa ada hubungan yang bermakna antara frekuensi konsumsi
makanan berlemak dengan keluhan menopause di Kota Pontianak.
Adapun keluhan menopause setiap wanita bersifat individual dan
tidaklah sama. Beberapa wanita dapat mengalami keluhan yang bersifat
ringan, sedang, berat, atau tidak ada keluhan sama sekali. Hal ini disebabkan
oleh perbedaan karakteristik yang dimiliki setiap wanita. Karakteristik tersebut
dapat berupa tingat pendidikan, pekerjaaan, pendapatan, gaya hidup,
lingkungan atau genetik (Juliana et al, 2021).
Penelitian oleh Widjayanti (2017), mengatakan mayoritas wanita
menopause (90,32%) mengeluhkan rasa tidak nyaman pada tulang,
persendian, dan otot. Keluhan lainnya berupa hot flashes (83,87%), keringat
berlebih di malam hari (57,69%), serta kelelahan secara fisik dan mental
(74,19%) padahal tidak sedang mengalami persoalan yang memicu stress atau
kecemasan. Sebanyak 37% wanita menopause memiliki kualitas tidur yang
buruk akibat hot flashes yang sering membangunkan mereka dari tidurnya.
Berdasarkan sumber Camat Jangkat menyatakan bahwa lebih dari 90%
3

wanita usia 45-59 tahun memiliki kebiasaan yang turun temurun yaitu
mengkonsumsi sirih lengkap dengan suginya. Dan dari 2342 Pus yang terdata
dikecamatan Jangkat sampai dengan November 2022 terdapat 83,1% tercatat
sebagai akseptor KB aktif, dan dari semua akseptor KB yang aktif tercatat
93,11% menggunakan alat kontrasepsi hormonal diantaranya Implan (13,7%),
Suntik 3 bulan (68,1%) dan PIL (11,2%) dan pengguna KB Non Hormonal
sebanyak (0,11%). ( Laporan BPLKB Kec.Jangakat Nov 2022 ).
Berdasarkan rekapan laporan dari semua wilayah kerja Puskesmas
Muara Madras sampai dengan bulan Oktober 2022 sebesar 10.452 kunjungan,
dan ada sekitar 62% kaum hawa dan kunjungan usia 45-59 tahun mengalami
gangguan rasa tidak nyaman pada tulang, persendian dan otot (70%), Tekanan
darah tinggi dan hot flashes (25%) dan keluhan lainnya sebesar 5%. (Laporan
Puskesmas Muara Madras Oktober 2022). Dan berdasarkan study
pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Muara Madras kepada 15
responden usia 45-59 tahun, ditemukan sebanyak 15 responden mempunyai
kebiasaan menginang, dan dari 15 responden tersebut yang memiliki keluhan
gangguan pada otot dan tulang sebanyak 10 orang, tekanan darah tinggi 4
orang dan yang tidak ada keluhan 1 orang.
Dari latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berkaitan dengan hal tersebut yang dituangkan kedalam skripsi
yang berjudul “Hubungan Menginang Sirih, Mengkonsumsi Makanan
Berlemak dan Penggunaan KB Hormonal dengan Keluhan Wanita Menopause
di Wilayah kerja Puskesmas Muara Madras Kecamatan Jangkat Kabupaten
Merangin Tahun 2023” yang rencananya Studi dilakukan pada wanita
menopause di wilayah kerja Puskesmas Muara Madras Kecamatan Jangkat.
Variabel yang berbeda dalam penelitian ini adalah kebiasaan para
wanita mengkonsumsi sirih, tempat dan waktu dalam penelitian ini memiliki
perbedaan dengan penelitian sebelumnya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
4

Bagaimanakah hubungan antara kebiasaan para wanita menginang sirih,


kebiasaan mengkomsumsi makanan berlemak dan penggunaan alamat
kontrasepsi hormonal dengan keluhan yang dirasakan pada waktu menopause
di wilayah kerja Puskesmas Muara Madras Kecamatan Jangkat Kabupaten
Merangin pada tahun 2023 ?

1.3 RUANG LINGKUP MASALAH


Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan
desain cross sectional yang bertujuan untuk memperoleh informasi tentang
hubungan antara kebiasaan para wanita menginang sirih, kebiasaan
mengkonsumsi makanan berlemak dan penggunaan alat kontrasepsi hormonal,
dengan keluhan para wanita pada waktu menopause. Penelitian ini
direncanakan akan dilakukan di wilalah kerja Puskesmas Muara Madras
Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin (di 11 desa) Januari sampai dengan
Februari tahun 2023.
Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 790 orang, dengan total
sampel sebesar 86 orang, yang di bagi secara proposional sesuai besaran
sasaran perdesa. Dalam pengambilan data Peneliti dibantu oleh petugas
Kesehatan/bidan desa di wilayah setempat.
Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan teknik
accidental sampling. Sumber data berupa data primer dan data skunder. Data
primer didapat dengan wawancara menggunakan kuesioner, dan data skunder
didapat dari dokumen pelaporan Puskesmas dan jejaring. Uji statistik yang
digunakan adalah Analisis data yang dilakukan secara univariat dan bivariat.
1.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk Mengetahui Hubungan Menginang Sirih,
Mengkonsumsi Makanan Berlemak dan Penggunaan KB Hormonal
5

dengan keluhan yang dirasakan wanita pada waktu menopause di


wilayah kerja Puskesmas Muara Madras Kecamatan Jangkat
Kabupaten Merangin Tahun 2023
2. Tujuan khusus
1) Untuk mengetahui gambaran antara kebiasaan para wanita
mengkonsumsi sirih dengan keluhan yang dirasakan pada waktu
wanita menopause di wilayah kerja Puskesmas Muara Madras
Kecamatan Jangkat.
2) Untuk mengetahui gambaran antara kebiasaan para wanita
mengkonsumsi makanan berlemak dengan keluhan yang
dirasakan pada waktu wanita menopause di wilayah kerja
Puskesmas Muara Madras Kecamatan Jangkat.
3) Untuk mengetahui gambaran antara penggunaan alat kontrasepsi
hormonal dengan keluhan yang dirasakan pada waktu wanita
menopause di wilayah kerja Puskesmas Muara Madras
Kecamatan Jangkat.
4) Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan para wanita
mengkonsumsi sirih dengan keluhan yang dirasakan pada waktu
wanita menopause di wilayah kerja Puskesmas Muara Madras
Kecamatan Jangkat.
5) Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan para wanita
mengkonsumsi makanan berlemak dengan keluhan yang
dirasakan pada waktu wanita menopause di wilayah kerja
Puskesmas Muara Madras Kecamatan Jangkat.
6) Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi
hormonal dengan keluhan yang dirasakan pada waktu wanita
menopause di wilayah kerja Puskesmas Muara Madras Kec.
Jangkat.
1.4.2 Manfaat Penelitian
6

1. Puskesmas Muara Madras


Diharapkan penelitian ini bisa menjadi bahan yang bisa
dikembangkan serta membantu pihak puskesmas dalam Memberikan
bantuan pemikiran dan evaluasi hubungan antara kebiasaan
menginang sirih, kebiasaan mengkonsumsi makanan berlemak dan
penggunaan kontrasepsi hormonal dengan keluhan yang di keluhkan
oleh wanita di kecamatan Jangkat pada saat menopause, agar dalam
asuhan dan penatalaksana kasusnya lebih baik lagi.

2. Institusi Pendidikan ( Jurusan Kebidanan )


Menjadi bahan ajaran serta informasi bagi mahasiswa jurusan
kebidanan serta Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan Pustaka
bagi mahasiswa Universitas Unaja khususnya Fakultas Kebidanan.
3. Bagi Peneliti lain
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan
informasi bagi peneliti selanjutnya.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Menopause

2.1.1 Pengertian menopause

Menopause adalah haid terakhir, atau saat terjadinya haid terakhir.


Diaognosa menopause dibuat setelah terdapat amenorea
sekurangkurangnya satu tahun. Berhentinya haid dapat di lalui oleh
siklus haid yang lebih panjang, dengan perdarahan yang berkurang
(Prawirohardjo, 2011).

Menopause merupakan transisi fisik alamiah oleh setiap wanita


saat bertambah umur dan sering diterjemahkan secara bebas sebagai
berhenti menstruasi terakhir dalam hidup wanita, yang prosesnya
berjalan secara perlahan dan terjadi secara berangsur-angsur. Pada masa
ini, tubuh mengalami berbagai perubahan karena berhentinya fungsi
ovarium dalam memproduksi hormone akibat penuaan sehingga
8

menimbulkan berbagai keluhan fisik maupun psikologis (Kuntjoro,


2014)

2.1.2 Batas Usia Menopouse

Secara normal wanita akan mengalami menopause antara usia 40


tahun sampai 50 tahun (Kuntjoro, 2014). Menurut Prawirohardjo
(2011), menopause mulai pada umur 50-51 tahun dengan usia
menopause yang relatif sama antara di Indonesia maupun negara-negara
Barat dan Asia yaitu sekitar 50 tahun. Menurut dr Boyke Nugraha di
Indonesia sendiri usia menopause bervariasi antara 45-50 tahun. Namun
proses perubahan setelah menopause itu sendiri sudah dimulai sejak
wanita berusia 40 tahun. Masa ini dikenal dengan masa pre Menopause.
Dengan demilikian dapat disimpulkan bahwa usia seorang wanita akan
mengalami menopause itu sendiri sangat bervariatif. Hal ini sangat
bergantung pada factor yang mempengaruhinya.
2.1.3 Fisiologi Menopause
Pada usia 40-50 tahun,7 siklus seksual biasanya menjadi tidak
teratur, dan ovulasi sering tidak terjadi. Sesudah beberapa bulan sampai
beberapa tahun, siklus terhenti sama sekali. Periode ketika siklus
terhenti dan hormon-hormon kelamin wanita menghilang dengan cepat
sampai hampir tidak ada disebut sebagai menopause. Penyebab
menopause adalah “matinya” (burning out) ovarium. Sepanjang
kehidupan seksual seorang wanita, kira-kira 400 folikel 17 primordial
tumbuh menjadi folikel matang dan berovulasi, dan beratus-ratus dari
ribuan ovum berdegenerasi.
Pada usia sekitar 45 tahun, hanya tinggal beberapa folikel-
folikel primordial yang akan dirangsang oleh FSH dan LH, dan
produksi estrogen dari ovarium berkurang sewaktu jumlah folikel
primordial mencapai nol. Ketika produksi estrogen turun di bawah nilai
9

kritis, estrogen tidak lagi menghambat produksi gonadotropin FSH dan


LH. Sebaliknya, gonadotropin FSH dan LH (terutama FSH) diproduksi
sesudah menopause dalam jumlah besar dan kontinu, tetapi ketika
folikel primordial yang tersisa menjadi atretik, produksi estrogen oleh
ovarium turun secara nyata menjadi nol (Guyton, 2011).
2.1.4. Tahap-tahap Menopause
Menurut Sastrawinata (2004), klimakterium merupakan masa
peralihan antara masa reproduksi dan masa senium. Bagian
klimakterium sebelum menopause disebut pramenopause dan bagian
sesudah menopause disebut pascamenopause. Klimakterium bukan
suatu keadaan patologik, melainkan suatu masa peralihan yang
normal. Fase Klimakterium terbagi dalam beberapa fase:
1. Fase Premenopause
Yaitu masa 4-5 tahun sebelum menopause, sekitar usia 40
tahun dengan dimulainya siklus haid yang tidak teratur,
memanjang, sedikit, atau banyak, yang kadang-kadang disertai
dengan rasa 15 nyeri. Dari hasil analisis hormonal dapat
ditemukan kadar FSH dan estrogen yang tinggi atau normal.
Kadar FSH yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya stimulasi
ovarium yang berlebihan sehingga kadang-kadang dijumpai kadar
estrogen yang sangat tinggi.
2. Fase Menopause
Setelah memasuki usia menopause selalu ditemukan kadar
FSH yang tinggi (>35 mIU/ml). Pada awal menopause kadang
kadang kadar estrogen rendah. Pada wanita gemuk, kadar estrogen
biasanya tinggi. Bila seorang wanita tidak haid selama 12 bulan
dan dijumpai kadar FSH >35 mIU/ml dan kadar estradiol.
3. Pascamenopause
Yaitu masa 3-5 tahun setelah menopause. Pasca menopause
10

adalah masa setelah menopause sampai senium yang dimulai


setelah 12 bulan amenorea. Kadar FSH dan LH sangat tinggi (>35
mIU/ml) dan kadar estrodiol yang rendah mengakibatkan
endometrium menjadi atropi sehingga haid tidak mungkin terjadi
lagi. Namun, pada wanita yang gemuk masih dapat ditemukan
kadar estradiol yang tinggi. Hampir semua wanita 16 pasca
menopause umumnya telah mengalami berbagai macam keluhan
yang diakibatkan oleh rendahnya kadar estrogen.
4. Senium
Yaitu masa sesudah pascamenopause, ketika telah tercapai
keseimbangan baru dalam kehidupan wanita, sehingga tidak ada
lagi gangguan vegetatif maupun psikis.

2.1.5 Keluhan-keluhan Menopause


Menurut Kuntjoro (2014), berkurangnya hormon estrogen dan
progesteron sehubungan dengan terjadinya menopause maka biasanya
diikuti dengan berbagai gejolak atau perubahan baik aspek fisik
maupun psikologis yaitu antara lain:

1. Keluhan fisik
Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari
menopause yaitu:
a. Ketidak teraturan Siklus Haid
Tanda paling umum adalah fluktuasi dalam siklus haid,
kadang kala haid muncul tepat waktu, tetapi tidak pada siklus
berikutnya. Ketidakteraturan ini sering disertai dengan jumlah
darah yang sangat banyak, tidak seperti volume pendarahan haid
yang normal. Normalnya haid akan berakhir setelah tiga sampai
empat hari, namun pada keadaan ini haid baru dapat berakhir
11

setelah satu minggu atau lebih.


b. Gejolak Rasa Panas
Arus panas biasanya timbul pada saat darah haid mulai
berkurang dan berlangsung sampai haid benar-benar berhenti.
Arus panas ini disertai oleh rasa menggelitik disekitar jari-jari,
kaki maupun tangan serta pada kepala, atau bahkan timbul secara
menyeluruh. Munculnya hot flashes ini sering diawali pada
daerah dada, leher atau wajah dan menjalar ke beberapa daerah
tubuh yang lain.
Hal ini berlangsung selama dua sampai tiga menit yang
disertai pula oleh keringat yang banyak. Ketika terjadi pada
malam hari, keringat ini dapat menggangu tidur dan bila hal ini
sering terjadi akan menimbulkan rasa letih yang serius bahkan
menjadi depresi.
c. Kekeringan Vagina
Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali
mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen
yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering
dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, Liang senggama
kering sehingga menimbulkan nyeri pada saat senggama,
keputihan, rasa sakit pada saat kencing. Keadaan ini membuat
hubungan seksual akan terasa sakit. Keadaan ini sering kali
menimbulkan keluhan pada wanita bahwa frekuensi buang air
kecilnya meningkat dan tidak dapat menahan kencing terutama
pada saat batuk, bersin, tertawa atau orgasme.
d. Perubahan Kulit
Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika
menstruasi berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang
elastis terutama pada daerah sekitar wajah, leher dan lengan.
12

Kulit di bagian bawah mata menjadi mengembung seperti


kantong, dan lingkaran hitam dibagian ini menjadi lebih
permanen dan jelas.
e. Keringat di Malam Hari
Berkeringat malam hari, bangun bersimbah peluh sehingga
perlu mengganti pakaian dimalam hari. Berkeringat malam hari
tidak saja menggangu tidur melainkan juga teman atau pasangan
tidur. Akibatnya diantara keduanya merasa lelah dan lebih
mudah tersinggung, karena tidak dapat tidur nyenyak.
f. Sulit Tidur
Insomnia (sulit tidur) lazim terjadi pada waktu menopause,
tetapi hal ini mungkin ada kaitannya dengan rasa tegang akibat
berkeringat malam hari, wajah memerah dan perubahan yang
lain.
g. Perubahan Pada Mulut
Pada saat ini kemampuan mengecap pada wanita berubah
menjadi kurang peka, sementara yang lain mengalami gangguan
gusi dan gigi menjadi lebih mudah tanggal
h. Badan Menjadi Gemuk
Banyak wanita yang menjadi gemuk selama menopause.
Rasa letih yang biasanya dialami pada masa menopause,
diperburuk dengan perilaku makan yang sembarangan. Banyak
wanita yang bertambah berat badannya pada masa menopause,
hal ini disebabkan oleh faktor makanan ditambah lagi karena
kurang berolahraga. Timbulnya berbagai penyakit, seperti:
osteoporosis, penyakit jantung dan pembuluh darah, dan
keganasan (kanker payudara, cervik, ovarium) .
2. Keluhan Psikologis

Aspek psikologis yang terjadi pada lansia atau wanita


13

menopause amat penting peranan dalam kehidupan sosial lansia


terutama dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan
dengan pensiun; hilangnya jabatan atau pekerjaan yang sebelumnya
sangat menjadi kebanggaan sang lansia tersebut. Beberapa gejala
psikologis yang menonjol ketika menopause adalah mudah
tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar,
tegang (tension), cemas dan depresi.
Adapun menurut Rebecca (2006), gejala dan keluhan yang
umum muncul pada wanita menopause yaitu :
a) Keluhan Vasomotor
Dalam istilah biologi, kata vasomotor berarti
mempengaruhi kualitas pembuluh darah, dengan kata lain
mengubah diameter saluran dimana darah mengalir. Diperkirakan
bahwa menurunnya kadar estrogen berpengaruh terhadap masalah
yang terkait dengan penyempitan dan pelebaran pembuluh darah,
sehingga menyebabkan malfungsi regulasi suhu tubuh.
Hal ini tentunya dapat menjelaskan Hot Flushes dan jumlah
keringat yang tidak normal yang menyertai menopause. Jantung
berdebar, pusing, dan sakit kepala juga dihubungkan dengan
bagaimana cara pembuluh darah melebar (Berdilatasi) atau
menyempit (berkontriksi).
b) Keluhan urogenital
Gejala urogenital adalah gejala yang mempengaruhi system
saluran kemih dan organ genital. Estrogen memegang kendali atas
daerah-daerah tersebut dalam tubuh, dan ketika kadar estrogen
mulai turun yang mengarah pada menopause, hal ini akan
mengakibatkan perubahan-perubahan yang akan menimbulkan
keluhan-keluhan antara lain masalah-maslah seksual, masalah
pada kandung dan saluran kemih serta kekeringan pada vagina.
14

c) Keluhan psikologis.
Keluhan yang paling umum adalah mudah tersinggung,
suasana hati yang berubah-ubah, depresi, dan pelupa. Sampai
tingkat tertentu, perasaan ini sebenarnya berasal dari tekanan
emosional terhadap gejala-gejala fisik yang terjadi.
3. Epidemiologi Keluhan Menopause
Sindroma menopause sampai saat ini masih dialami oleh
wanita di beberapa negara misalnya di Eropa mencapai 70-80%,
Amerika 60%, Malaysia 57%, China 18%, Jepang dan di Indonesia
10%. Perbedaan persentase sindroma menopause disebabkan jumlah
estrogen wanita Eropa dan Amerika lebih banyak dibanding wanita
Asia (Urnobasuki, dalam Srimiyati 2014)
Dari penelitian yang dilakukan oleh Rahman dkk pada tahun
2010, dijumpai sekitar 41.6% keluhan klasik dari masa menopause
yang berupa hot flashes, dan berkeringat malam dimana pada
peneltian yang dilakukan pada wanita eropa dijumpai keluhan
menopasue lebih tinggi yaitu sekitar 45-75%. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Dhillon dkk dan Ismail dkk menunjukkan angka
keluhan menopause sekitar 53% dan 51% (Rahman,dkk, 2010) .
4. Epidemiologi Deskriftif
Epidemiologi deskriptif mempelajari tentang frekuensi dan
penyebaran suatu masalah kesehatan tanpa mencari jawaban faktor-
faktor penyebab yang menjadi frekuensi, penyebaran, dan atau
munculnya masalah kesehatan yang terjadi dimasyarakat
(Sulistyaningsih, 2012).
Hasil epidemiologi deskriptif dapat digunakan sebagai dasar
berpijak dalam proses berpikir deduktif untuk menyusun hipotesis
mengenai hubungan antar faktor yang akan dibuktikan melalui
epidemiolgi secara analitik (Sulistyaningsih, 2012).
15

4.2 Kebiasaan Menginang Sirih


Menginang merupakan tradisi masyarakat dengan komposisi dasar
yakni daun sirih, pinang, gambir, kapur, dan tembakau. Komposisi tersebut
dibungkus dalam daun sirih yang kemudian dikunyah. Masyarakat pengunyah
memiliki alasan tersendiri mengapa mereka mengunyah sirih pinang. Menurut
informan yang diwawancarai di desa Pulau Tengah, mengunyah sirih telah
memberikan manfaat yakni dapat memberikan kenikmatan seperti orang
merokok, sebagai aktifitas di waktu senggang, dapat menghilangkan bau
nafas, mengunyah sirih pinang dilakukan turun-temurun dan karena adanya
kepercayaan bahwa aktifitas ini dapat memperkuat gigi. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan di Inggris pada imigran dari Asia Selatan yang
mengunyah sirih pinang, didapati bahwa mereka mengunyah sirih pinang
karena memberikan rasa yang menyegarkan, sebagai makanan ringan,
membantu menghilangkan stress dan dipercaya dapat memperkuat gigi dan
gusi (Flora et al., 2012: 170).
Frekuensi dan Lama Menyirih Menyirih berkaitan dengan kebiasaan
yang terdapat pada masyarakat tertentu. Kuantitas, frekuensi dan usia saat
mulai menyirih bergantung oleh tradisi setempat. Beberapa pengunyah sirih
melakukannya setiap hari, sementara orang lain mungkin menguyah sirih
sesekali. Pada penelitian yang dilakukan oleh Lim (2007) di Kecamatan
Pancur Batu dijumpai kebiasaan menyirih sebagian besar dilakukan setiap
hari (68,38%) dan dilakukan sesekali saja (37,34%). Frekuensi menyirih lima
kali dalam sehari adalah sebesar 81,25%.Penelitian yang dilakukan Patil
(2015) menguji bahwa daun sirih mempunyai kasiat antibiotik, antimicroba,
antibakteri steroid dll.
Penelitan oleh Katu (2016) bahwa gambir jg mengandung anti jamur,
anti luka bakar dll, Penelitian oleh Nursidika (2014) menyatakan bahwa
pinang memiliki anti mikroba , anti bakteri dan tenin, sementara kapur
mengandung kalsium yang tinggi, dan tembakau mengandung nikotin yang
16

memiliki efek pada metabolisme tubuh. Hal ini dapat memicu tubuh untuk
membakar lemak tertentu melalui proses thermogenetic, zat ini juga
dinyatakan dapat mengurangi nafsu makan dan dapat mengontrol berat badan.
Selain itu, menyirih juga diyakini sebagai sumber energi, karena biji
pinang mengandung zat psikoaktif yang sangat mirip dengan nikotin, alcohol,
dan kafein yang membuat tubuh akan memproduksi hormone adrenalin yang
akan membuat tubuh merasa segar, waspada dan berenergi. (di akses 27 -12-
2022 https/hellosehat com).
Dilansir dari situs resmi Badan Kesehatan Dunia (WHO), menyirih
beresiko tinggi menyebabkan kanker, terutama didaerah mulut. Kesimpulan
ini diperoleh berdasarkan penelitian yang dilakukan Internasional Agency for
Research on Cancer di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Ternyata campuran
daun sirih, biji pinang, kapur dan tembakau bersifat karsinogenik ( memicu
kanker). Jika dikonsumsi terlalu sering dalam jangka waktu yang Panjang
maka akan rentan mengalami kanker mulut, kanker esofagus (kerongkongan),
kanker tenggorokan, kanker laring dan kanker pipi.
Selain itu mengunyah sirih pinang dan tembakau dapat meningkatkan
risiko luka atau iritasi di mukosa rongga mulut yang disebabkan akibat
campuran bahan-bahan menyirih yang sifatnya sangat keras bagi mulut,
apalagi kalau menyirih sudah jadi kebiasaan yang tidak bisa dihentikan.
Begitu juga halnya dengan merokok menyirih juga dapat menimbulkan
gangguan pada janin. (di akses 27 -12-2022 https/hellosehat com 18.00 wib).
4.3 Kebiasaan Makanan Berlemak
Kebiasaan konsumsi lemak adalah rata-rata kebiasaan konsumsi
makanan sumber lemak dalam satu tahun terakhir, Lemak
makanan adalah kandungan lemak yang terdapat dalam semua bahan
makanan dan minuman., Pada dasarnya, semua lemak itu baik karena lemak
dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan hidup manusia.
Peran lemak adalah menyediakan energi sebesar 9 kalori/gram,
17

melarutkan vitamin A, D, E, K, dan menyediakan asam lemak esensial bagi


tubuh manusia. Di dalam tubuh manusia, lemak dibagi menjadi dua kelompok
yaitu lemak struktural dan lemak fungsional. Lemak makanan (dietary fat)
memiliki fungsi untuk menyediakan energi jangka panjang, memberikan rasa
kenyang setelah makan, membantu pembuatan hormon, membentuk
bagian otak dan sistem saraf, membentuk membran sel untuk setiap sel di
dalam tubuh, mengangkut vitamin A, D, E, dan K ke seluruh tubuh,
membantu mengatur suhu tubuh, serta menyediakan dua asam lemak esensial
(seperti asam linoleat dan asam linolenat) yang tidak bisa dibuat sendiri oleh
tubuh manusia. ( diakses 27-12-2022 https/id.m.wikipedia.org jam 21.10 wib)
Makanan yang mengandung Tinggi Lemak
Daftar pangan sumber Protein hewani dengan 1 (satu) satuan penukar yang
mengandung: 7 gram Protein, 13 gram Lemak dan 150 Kalori:

Bahan Makanan Ukuran RT (URT) Berat /gram


1. Bebek 1 potong sedang 45
2. Belut 3 ekor 45
3. Kornet daging sapi 3 sendok makan 45
4. Ayam dengan kulit 1 potong sedang 40
5. Daging babi 1 potong sedang 50
6. Ham 1 ½ potong kecil 40
7. Sardencis ½ potong 35
8. Sosis ½ potong 50
9. Kuning telur ayam 4 butir 45
10. Telur bebek 1 butir 55
(Permenkes nomor 41 tahun 2014)
4.4 Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma
(konsepsi) (Nugroho dan Utama, 2014). Metode KB dibagi menjadi 2 yaitu
kontrasepsi hormonal (pil, implant, suntik) dan kontrasepsi non-hormonal
Intra Uterine Device (IUD), Metode Operasi Wanita (MOW), dan Metode
Operasi Pria (MOP), dan kondom. Metode KB dibagi menjadi 2 yaitu
18

kontrasepsi hormonal (pil, implant, suntik) dan kontrasepsi non-hormonal


Intra Uterine Device (IUD), Metode Operasi Wanita (MOW), dan Metode
Operasi Pria (MOP), dan kondom (BKKBN, 2018).
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat untuk mencegah terjadinya
kehamilan mengandung preparat estrogen dan progesteron. Kedua hormon-
hormon tersebut bekerja sebagai penghambat pengeluaran folicel stimulating
hormone dan luitenizing luitenizing hormone sehingga menghambat proses
konsepsi (Manuaba, 2018).
Penggunaan pil kombinasi sebagai salah satu jenis kontrasepsi
hormonal pada wanita perimenopause dapat menurunkan resiko keluhan
vasomotor, osteoporosis dan meningkatkan kepuasan seksual (Ali Baziad,
2003)

Menurut penelitian Sulastiyaningrum (2009), menyatakan bahwa ada


hubungan antara pemakaian kontrasepsi hormonal dengan keluhan
perimenopause Hal ini bisa terjadi karena pada wanita yang menggunakan
alat kontrasepsi hormonal akan terjadi peningkatan kadar hormone estrogen
dan progesterone, yang mulai menurun di dalam tubuhnya akibat
berkurangnya fungsi ovarium dalam memproduksi hormone estrogen dan
progesterone (Mayani, 2009)
4.5 Scala Penilaian
a. Food Frequency Questioner (FFQ)
Menurut Fatmah (2010), metode frekunsi makanan (FFQ) adalah
metode penilaian kualitatif yang bertujuan mengetahui gambaran kualitatif
pola konsumsi makanan agar diperoleh data tentang frekuensi dari konsumsi
sejumlah bahan makanan atau makanan jadi dalam suatu periode tertentu
seperti hari, minggu, bulan atau tahun.
Bahan makanan dan makanan yang tercantum dalam FFQ tersebut
dapat dibuat sesuai kebutuhan peneliti dan sarana penelitian. (Umi, 2007).
Pengukuran dengan menggunakan FFQ dengan skala ordinal yang panduan
19

penghitungan skor penilaiannya pada Kriteria Objektif yaitu: (Ghesika,


2014)
Skor 0 = ( Tidak mengkonsumsi )
Skor 1 = ( Jarang Mengkonsumsi )
Skor 10 = ( 1 – 2 kali / minggu )
Skor 15 = ( 3 – 6 kali / minggu )
Skor 25 = ( 1 kali sehari )
Skor 50 = ( Setiap Hari mengkonsumsi )
Jadi untuk kriteria objektifnya adalah :
- Kurang Jika Konsumsi < dari kriteria objektif
- Cukup Jika Konsumsi > dari kriteria objektif
Skor Kriteria Objektif = Jml rata rata/Jml Responden/Jml Item Bahan
Nilai FFQ = Jumlah Jawaban Responden x Skor
Jumlah rata rata skor = Total Nilai FFQ / Jml Responden
b. Menopause Rating Scale (MRS)
Menopause rating skala (MRS) adalah kualitas kesehatan
yang berhubungan skala kehidupan, yang dikembangkan di Jerman (oleh
The Berlin Center Epidemiologi dan Kesehatan Penelitian) di awal 1990-
an. Tujuannya adalah untuk mengukur tingkat keparahan gejala penuaan
dan dampaknya terhadap kualitas hidup perempuan.  Terjemahan pertama
adalah dari asli Jerman ke dalam bahasa Inggris. Versi bahasa Inggris
digunakan sebagai bahasa sumber untuk terjemahan ke dalam bahasa yang
lain nya termasuk bahasa Indonesia. (Diakses 29-12 2022 Tinjauan
Pustaka123dok.com. (MRS) jam 00.15 wib).
MRS ini memiliki skala penilaian 11 item gejala . Tingkat
keparahan dinilai dari 0 (tidak ada) sampai 4 (sangat berat) tergantung
pada tingkat keparahannya. Responden memberikan persepsi pribadinya
dengan mencentang salah satu dari 5 kotak derajat keparahan yang tersedia
di setiap item. MRS dibagi menjadi tiga subskala yaitu sub-skala somatik
20

(item nomor 1, 2, 3, dan 11), psikologis (item nomor 4,5,6, dan 7) dan
urogenital (item nomor 8, 9, dan 10) (Heinmann, 2003).
Skor untuk derajat keparahan berdasarkan sub skala dihitung
dengan nilai sebagai berikut:
Tabel. 2.1. Interpretasi penilaian Menopause Rating Scale (MRS)
Tidak ada Ringan Sedang Berat
Sub-skala somatik 0-2 3-4 5-8 ≥9
Sub-skala psikologis 0-1 2-3 4-6 ≥7
Sub-skala urogenital 0 1 2-3 ≥4
Skor Tota 0-4 5-8 9-16 ≥17
Sumber: Heinemann (2003) dalam Tinjauan Pustaka123dok.com
Untuk mempermudah responden membedakan pilihan jawaban
tersebut, dilakukan modifikasi menjadi skala yang lebih sederhana yaitu
skala yang seharusnya berupa skala 0 (tidak ada keluhan) sampai 4
(keluhan berat) diubah menjadi skala 0 (tidak ada keluhan) sampai 2
(keluhan berat).
Adapun penjelasan masing-masing skala tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tidak ada, bila tidak ada keluhan sama sekali (0)
2. Ringan, bila keluhan timbul sekali-sekali dan tidak tengganggu aktivitas
sehari-hari (1)
3. Berat, bila keluhan sering timbul dan mengganggu aktivitas sehari-
hari (2) ..
(Nurningsih, 2012).

4.6. Kerangka teori

Variabel Waktu
1. Kecenderungan sekuler
Variabel Orang 2. Variasi siklik
1. Umur saat menopause 3. Variasi musim
2. Pendidikan 4. Variasi random
3. Pekerjaan
4. Pendapatan
5. Penggunaan kontrasepsi hormonal
6. Gaya hidup (aktivitas fisik,
kebiasaan konsumsi makanan
berlemak, kebiasaan konsumsi
buah dan sayur
21

Keluhan Menopause

Variabel Tempat
1. Geografi (Urban dan Rural)
2. Institusi

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Sumber: Budiarto dan Dewi (2002), , Clark (2004), Chedraui, dkk (2007) Ghani
(2009), Mayani (2009), , Sulastiyaningrum (2009), Mubarak (2011), Kothiyal dan
Monika (2013), Yohanis,dkk (2013), Batool, dkk (2014)

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 DESAIN PENELITIAN


Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional deskriptif
dengan rancangan penelitian studi cross sectional, yaitu penelitian yang
dilakukan untuk mencari hubungan antara variabel bebas (faktor risiko)
dengan variabel terikat (efek) dengan melakukan pengukuran sesaat
(Sastroasmoro; 2008).

3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN


3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di wilalah kerja
Puskesmas Muara Madras Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin
(di 11 desa) pada bulan Januari sampai dengan Februari tahun 2023.

3.2.2 Waktu Penelitian


22

Penelitian direncanakan akan dilakukan pada bulan Januari sampai


dengan Februari 2023 di Puskesmas Muara Madras dan Jejaring.

3.3 KERANGKA KONSEP

Variabel Bebas
Variabel Terikat
1. Kebiasaan Menginang Sirih
2. Kebiasaan konsumsi makanan
berlemak
3. Penggunaan Alat Keluhan Menopause
Kontrasepsi Hormonal

Gambar 3.1 Kerangka konsep

3.4 POPULASI DAN SAMPEL

3.4.1 Identifikasi dan Batasan-batasan


20 Populasi atau Subjek penelitian

Populasi dalam penelitian ini sebanyak 790 orang yang merupakan


seluruh wanita pra lansia usia 45-59 tahun yang berkunjung di
Puskesmas dan seluruh jejaring di wilayah kerja Puskesmas Muara
Madras dari bulan Januari s/d Oktober tahun 2022, data di dapatkan
berdasarkan rekapan laporan bulanan petugas kesehatan di desa.

3.4.2 Rumus Besarnya Sampel

Menurut Sastroasmoro (2008), sampel adalah bagian (subset) dari


populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat
mewakili populasinya. Penentuan besar sampel minimal dalam
penelitian sebagai berikut (Lameshow, 1997) :
n= Z21-α/2.P(1-P)N
d2.(N-1) + Z21-α/2.P(1-P)

n= (1,96)2 (0,5) (1-0,5) (790)


(0,1)2(790-1) + (1,96)2 (0,5) (1-0,5)

n= (3,84) (0,5) (0,5) (790)


(0,01) (789) + (3,84) (0,5) (0,5)
n= 758,4
23

Keterangan:

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

𝑍1−𝛼/2 : Nilai pada distribusi normal standar yang sama pada


tingkat kepercayaan 95 % adalah 1,96
P : Proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan terjadi
pada populasi. Untuk proporsi atau sifat tertentu yang tidak
diketahui maka besarnya P yang digunakan adalah 50 % = 0,5
d : Besarnya toleransi penyimpangan 10 % = 0,1 Berdasarkan
perhitungan rumus di atas maka diperoleh besar sampel minimal
sebanyak 86 wanita pra lansia di wilayah kerja Puskesmas Muara
Madras Jangkat.
3.4.3 Prosedur dan Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan
menggunakan teknik accidental sampling yaitu teknik penentuan
sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai
sumber data (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini, sampel
24

dibagi secara proposional di setiap jejaring faskes yang berada di


wilayah kerja UPTD Puskesmas Muara Madras Kecamatan Jangkat
seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Sebaran Jumlah Sampel Penelitian


No. Nama Desa di wilker Jlh Sasaran wanita Jlh Sampel
PKM Ma.Madras 45-59 th (org) (responden)
183
1 Muara Madras 790 𝑥86 20
289
2 Pulau Tengah 790 𝑥86 31
69
3 Lubuk Pungguk 790 𝑥86 8
55
4 Renah Alai 790 𝑥86 6
48
5 Koto Renah 790 𝑥86 5
38
6 Tanjung Kasri 790 𝑥86 4
36
7 Renah Plaan 790 𝑥86 4
29
8 Rantau Kermas 790 𝑥86 3
28
9 Renah Kemumu 790 𝑥86 3
9
10 Lubuk Mentilin 790 𝑥86 1
6
11 Koto Rawang 790 𝑥86 1
Jumlah 790 86

3.4.4 Kriteria Inklusi

Adapun kriteria inklusi adalah sebagai berikut:


1. Wanita usia 45 – 59 tahun yang sudah mengalami menopause
(tidak menstruasi ≥ 12 bulan).
2. Wanita kriteria 1 yang ditemui atau berkunjung ke Puskesmas dan
Jejaring di wilayah kerja UPTD Puskesmas Muara Madras pada
saat penelitian dan teregristrasi.
3. Wanita kriteria 1 yang tinggal diwilayah kerja UPTD Puskesmas
Muara Madras.
25

3.4.5 Kriteria Ekslusi

1. Wanita yang berumur lebih dari 59 tahun


2. Wanita usia 45-59 tahun yang memiliki riwayat penyakit gangguan
tiroid
3. Wanita usia 45-59 tahun yang pernah melakukan histerektomi dan
salingooferektomi bilateral yaitu pengangkatan rahim, mulut rahim,
kedua tubafalopi dan kedua ovariu.

3.5. DEFENISI OPERASIONAL

Tabel.3.2 Definisi Operasional


Variabel DO Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Variable Bebas
Kebiasaan Menginang Wawancara Pedoman 0.Tidak mengkonsumsi Ordinal
Menginang merupakan tradisi wawancara 1. Jarang jika di konsumsi
sirih FFQ < Nilai kriteria objektif
masyarakat 2. Sering
jika di konsumsi >
dengan komposisi Nilai kriteria ob jektif
dasar yakni daun (Ghesika 2014)
sirih, pinang,
gambir, kapur,
dan tembakau.
(Flora et al., 2012:
170).

Variabel DO Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur
Kebiasaan Kebiasaan respon- Wawancara Pedoman 0. Tidak mengkonsumsi Ordinal
Konsumsi den mengkonsumi wawancara 1. Jarang jika di
makanan makanan yang FFQ konsumsi < Nilai
berlemak meng andung lemak kriteria objektif
2. Sering jika di konsumsi
tinggi dalam kurun
> Nilai kriteria ob jektif
waktu satu tahun
terakhir (Ghesika 2014)
(Permenkes, No. 28
tahun 2019)
26

Penggunaa Alat kontrasepsi hor Wawancara Kuesioner 0. Tidak pernah menggu Ordinal
n alat monal yg terakhir nakan, Hormonal (0)
kontrasepsi digunakan oleh ibu 1. Menggunakan Jangka
hormonal sebelum mengalami pendek apabila (< 5 th)
menopause 2. Jangka panjang
Berupa: apabila (>5 th)
Pil, Suntikan, dan
Implant
(BKKBN, 2018).
Variable Terikat
Keluhan Keluhan /ketidak- Wawancara Modifikasi 0. Tidak ada keluhan Ordinal
Masa nyamanan yg di Menopaus apabila total skor 0
Menopause rasakan responden e Rating 1. Ringan, apa bila
pd saat menopause Scale total skor 1-11
berlangsung, yg (MRS) 2. Berat, apa bila total
berupa Keluhan -- (Nurningsih skor 12-22
Somatis vegetatif, , 2012) (Nurningsih, 2012)
psikologi dan
Urogenital

3.6 INSTRUMEN PENELITIAN


Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data adalah
berupa kuisioner (terlampir.1). Kuisioner memuat pertanyaan pertanyaan
sesuai dengan indicator variable penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan
data tentang identitas responden, riwayat penyakit, Riwayat Kesehatan
reproduksi, riwayat penggunaan alat kontrasepsi hormonal, frequensi
kebiasaan menyirih dan frequensi kebiasaan mengkonsumsi makanan
berlemak, dengan maksud untuk memperoleh data yang lebih valid.
3.7 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik Dokumentasi dan Teknik Kuisioner. teknik dokumentasi yang penulis
pergunakan dalam penelitian ini adalah data awal yang penulis kumpulkan
berdasarkan rekapan laporan pemegang program di puskesmas dan bidan
27

desa. Sedangkan teknik kuisioner penulis pergunakan untuk mengumpulkan


Data Primer yaitu data yang didapat dari responden berdasarkan kueisoner
yang merupakan Instrument pada penelitian ini dan juga sebagai pedoman
wawancara (kuesioner) tentang keluhan menopause pada wanita menopause.
Teknik pengolahan data dilakukan sesuai dengan proses
pengolahan data yang terdiri dari:
0. Editing
Setelah data dilkumpulkan dilakukan proses editing untuk memeriksa
kelengkapan data, memeriksa jawaban dari responden, apakah sudah sesuai
dengan maksud pertanyaan yang diajukan.
1. Skoring
Peneliti memberikan skor untuk setiap pilihan jawaban kuisoner
yang diisi.
2. Coding
Setelah semua selesai di editing, maka selanjutnya dilakukan proses
coding dengan memebri tanda pada kuisoner pemberian coding.
3. Entry
Entry adalah proses memasukan data yang telah dilakukan coding di
dalam komputer, adapun program komputer
4. Cleaning
Cleaning adalah proses pembersihan semua data dari setiap sumber data
atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat
kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahn kode,
ketidaklengkapan dan sebagainya kesalahan-kesalah kode, ketidaklengkapan
dan sebagainya dilakukan pengecekan.
Teknik Penyajian Data
Untuk mempermudah membaca dan penelitian, maka data disajikan
dalam narasi (tekstural) dan tabel (tabular). (Natoatmodjo, 2012)
3.8 HIPOTESIS PENELITIAN
28

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu permasalahan yang


dihadapi dalam penelitian, dimana jawaban sementara tersebut masih diuji lagi
kebenarannya (Sugiyono;2007)

Hipotesis yang akan dibuktikan kebenarannya dalam penelitian ini


adalah hipotesa alternatif (Ha) diterima dan (Ho) di tolak artinya ada hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat, dan jika alternatif (Ho) diterima dan
(Ha) di tolak maka artinya tidak ada hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat,
3.9 TEKNIK ANALISA DATA
3.9.1 Analisa Univariat
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan dilaksanakan
untuk menunjukan analisa deskriptif variabel bebes dan variabel terikat
dengan menghitung frekuensi dan kategori dari tiap variabel penelitian
dalam bentuk narasi (tekstular).
3.9.2 Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan untuk melihat
hubungan antara variabel bebas dan terikat . metode statistik yang
digunakan menganlisis dalam studi cross sectional adalah uji Chi-
square (X2) dengan tingkat kepercayaan 95% dan level signifikansi 5%.
Adapun rumus umum uji-chi-square adalah Chi-Square :

Keterangan : X2 = Chi-Square
O = Frekuensi yang diobservasi E = Frekuensi yang di harapkan
29

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Sediaoetama Djaeni, (2000). Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi
Jilid I. Jakarta : Dian Rakyat
Afriani, R., & Fatmawati, T. Y. (2020). Pengetahuan dan Sikap Wanita
Premenopause dalam Menghadapi Perubahan-Perubahan pada Masa
Menopause. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, 9(1), 104-109.
Akses Internet (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Lemak_makanan) 27-12-2022 jam
21.10 wib.
Akses internet (Menopause Rating Scale (MRS) - TINJAUAN PUSTAKA
(123dok.com) 29-12 2022 jam 00.15 wib.
Akses Internet (https://health.okezone.com/read/2020/01/23/481/2157158/ini-
risiko-menopause-dini-bagi-perempuan 26), 27 Desember 2022 jam 12.30
wib
Andira, D. (2010). Seluk beluk kesehatan reproduksi wanita. Yogyakarta: A-Pl
Anisa, N., & Asnindari, L. N. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
Premenopause tentang Menopause dengan Persiapan Menopause di
Kelompok Pengajian Markhamah Blunyah Rejo Yogyakarta Tahun 2010
(Doctoral dissertation, STIKES'Aisyiyah Yogyakarta).
Aprilia, N.I., & Puspitasari, N.(2007). Faktor yang mempengaruhi tingkat
kecemasan pada wanita perimenopausae. The Indonesian Journal Of Public
Health , 4(1).
Aprillia, N. I., & Puspitasari, N. (2007). Faktor yang mempengaruhi tingkat
kecemasan pada wanita perimenopause. The Indonesian Journal of Public
Health, 4(1).
Aqila, S. (2010). Kiat Sehat dan Bahagia di Usia Menopause. Yogyakarta: Nuha
Medika
Ardigantari, D. W. A. (2016). Gambaran Pengetahuan Wanita Premenopause
Tentang Perubahan Psikologis Di RT 17 Desa Sambigede Kecamatan
Sumberpucung Kabupaten Malang (Doctoral dissertation, STIKes Maharani
Malang).
Arikunto, S. (2006). Dasar -dasar evaluasi penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Arini, L. A. (2018). Kualitas Hidup Menopause yang Rutin Melakukan Latihan
Fisik Orhiba: Studi Pengukuran Menggunakan Kuisioner WHOQOL-BREF.
In Seminar Nasional Riset Inovatif (Vol. 6, pp. 27-35)
Asmara, Fitri. (2013). Hubungan Pengetahuan Ibu Premenopause tentang
Menopause dengan Tingkat Kecemasan Menghadapi Menopause di Jorong
30

Koto Agung Kecamatan Sitiung Dharmasraya Tahun 2013. Journal of


Issues in Midwifery, Agustus – November 2017, Vol. 1 No. 2, 1-18
Atik. (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan Menopause dengan Kesiapan
Menghadapi Menopause pada Wanita Premenopause di Dusun Degaran.
Karya Tulis Ilmiah. Stikes Yogyakarta
Badan pusat statistik. (2008). Jumlah penduduk wanita memasuki menopause di
Indonesia Tahun 2021. Retreived from
https://www.bps.go.idlinkTabelstatis/view/id/973
Bong, M. T., Mudayatiningsih, S., & Susmini. (2019). Hubungan Pengetahuan
Ibu Tentang Menapouse Dengan Tingkat Stress. Nursing News, 112-122.
Estiani, M., & Dhuhana, C.(2015). Hubungan Pendidkan dan Pengetahuan
Wanita Premenapouse Terhdap sikap menghadapi Menapaouse di
Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo. Jurnal Mutiara Ners, 158-167.
Ghesika Tiandra Yusty, Wan Abbas Zakaria, dan Waisong, dan Rabiatul
Adawiyah. (2014). Analisis Pola Konsumsi Ubi Kayu dan Olahannya Pada
Rumah Tangga di Kota Bandar Lampung, IIIA, Volume 2 No.2 April 2014
Jurnal Universitas Lampung.
https://www.youtube.com/watch?v=AXSn7XBdm9k Akses 30-12-2022
https://www.youtube.com/watch?v=ntPvRhz6qUM Akses 30-12-2022
Hubungan Karakteristik Wanita Premenopause Dengan Tingkat Kecemasan
Dalam Menghadapi Menopause Di Banda Aceh. Idea Nursing Journal, 2(2),
143-152.
Hubungan Konsumsi Bahan Makanan Sumber Isoflavon dan Serat dengan
Keluhan Menopause pada Wanita Menopause di Kelurahan Kedungmundu
Kecamatan Tembalang Kota Semarang (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Semarang). Fudyartanta, K. (2012).
Hubungan Perubahan Fisik dengan Kecemasan Pada Wanita Menopause di
Dusun Gatak Bokoharjo Prambanan Sleman Yogyakarta (Doctoral
dissertation, STIKES'Aisyiyah Yogyakarta). Hawari D. (2008).
Indrias ,H.D., & Maliya, A.(2015). Hubungan antara perubahan fisik dengan
perubahan psikologis wanita pada masa menopause di kelurahan pucang
sawit kecamatan jebres. Naskah Publikasi, Universitas Muhammadyah
Surakarta.
Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKES Cendekia Utama Kudus Vol.8, No.2
Februari 2021
Jurnal Pengabdian Masyarakat (Kesehatan) Vol.2 No.1 April 2020 Universitas
Udayana, Penerapan Dalam Menghadapi Menapouse pada ibu usia 40-45
Tahun di Kemukiman Unoe Kecamatan Glumpang Baro Kabupaten Pidie.
31

Kus Iriyanto, Kusno Waluyo,(2010). Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung: Yama
Widya
Manajemen stress, cemas dan depresi. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia Hawari, D. (2013). Stres, cemas dan
depresi. Jakarta: EGC. Hermawan, I. (2019).
Metodologi Penelitian Pendidikan (Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed Method).
Hidayatul Quran. Hermawati, D. (2011).
Mubarak, W.I.(2011). Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba
Medika.
Munawaroh, E dan Yuzammi. 2017. Keanekaragaman Piper (Piperaceae) Dan
Konservasinya Di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Provinsi
Lampung. Media Konservasi. Vol. 22 No. 2, 118-128.
Nurningsih (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Menopause dengan
Keluhan Wanita Saat Menopause di Kelurahan Cijantung Pasar Rebo
Jakarta. Jurnal Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Octasari, F.(2015) Hubungan Jenis dan Lama Penggunaan Alat Kontrasepsi
Hormonal Terhdap Gangguan Menstruasi pada Ibu Pus di Kelurahan
Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2014. University Of
Sumatera Institutional Repository (USU-IR).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019, Tentang
Angka Kecakupan Gizi yang dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014, Tentang
Pedoman Gizi Seimbang.
Pratiwi, N. (2013) Buku Pintar Kesehatan Wanita. Yogyakarta: Impremium
Rahyuni, R., Yniati, E., & Pitopang, R. 2013. Kajian Etnobotani Tumbuhan
Ritual Suku Taijo di Desa Kasimbor Kabupaten Parigi Mautong. Natural
Science: Journal of Science and Technology. Vol. 2 No. 2 45-54
Samsulhadi.(2015) Ilmu Kandungan. Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Sikap Wanita Premenopause Dalam Menghadapi Perubahan Fisik, Psikologis
Dan Mekanisme Koping. Jurnal Keperawatan, 7(2), 77-80. Duwipayani, K.,
Putra, I. G. Y., Runiari, N., & Dewi, N. L. M. A. (2017)
Soekidjo Notoatmodjo, (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Tensiska, (2008). Serat Pangan. Jurusan Teknologi Industri Pangan Fakultas
Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjajaran
Tingkat Pengetahuan Wanita Umur 45-50 Tahun Tentang Menopause di banjar
Kawan Desa Paksebali Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung Wilayah
Kerja Puskesmas Dawan II. Jurnal Kesehatan Medika Udayana, 3(02), 56-
32

64. Fauzia, N. P. (2018).


Wardani, D.A., Sumiati, dan Waisong, Y. (2019). Hubungan Dukungan Suami
dengan Kualitas Hidup Perempuan Menapouse, Jurnal Medika Karya
Ilmiah Kesehatan, 21-30.

HUBUNGAN DENGAN MENGINANG SIRIH, MAKANAN


BERLEMAK DAN PEMAKAIAN ALKON HORMONAL DENGAN
KELUHAN WANITA MENOPAUSE DI WILKER PKM MA.
MADRAS KEC. JANGKAT 2023

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Setelah mendapat informasi yang jelas tentang tujuan dan manfaat


penelitian ini, maka saya :

Nama Responden : ..............................................


Jenis Kelamin : ..............................................
Umur : ..............................................
Bersedia/tidak bersedia* menjadi responden atau sampel penelitian yang
akan dilakukan oleh Siti Komiah Mahasiswa S.1 Kebidanan Universitas
Adiwangsa Jambi dengan judul penelitian ”Hubungan Menginang Sirih, Makanan
Berlemak dan Penggunaan Alkon Hormonal dengan Keluhan Wanita Menopause
di Wilker PKM Ma.Madras Kecamatan Jangkat 2023”
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh tanpa ada
paksaan dari siapapun.
Jangkat, Januari 2023
Responden
33

(.................................)
* Coret salah satu

HUBUNGAN DENGAN MENGINANG SIRIH, MAKANAN BERLEMAK


DAN PEMAKAIAN ALKON HORMONAL DENGAN KELUHAN
WANITA MENOPAUSE DI WILAYAH KERJA PKM MA. MADRAS
KECAMATAN JANGKAT 2023

Tanggal Wawancara : ___ Januari 2023


No Responden : _____________
I. Identitas
1. Nama : ……………………………………………
2. Umur : …………….. tahun
3. Alamat : ……………………………………………
II. Riwayat Kesehatan Reproduksi
11. Usia saat haid pertama kali : a. < 10 Th b. 10 – 16 c. > 16
th
5. Jumlah anak (Paritas) : a. Tidak ada b. 1 anak c. 2 anak
d. 3 anak e. > 3 anak
6. Sudah berapa lama tidak haid : a. 12 bulan b. > 12 bulan
III. Riwayat Penyakit
7. Riwayat penyakit kronik (Jantung, gangguan kelenjar tiroid, dll):

1). ada 2). Tidak


8. riwayat operasi pengangkatan rahim, tuba fallopi, ovarium
1). ada 2). Tidak

IV. Riwayat Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Sebelum Menopause


Petunjuk : Tulis lah Jml angka berapa tahun penggunaan alat kontrasepsi
hormonal pada kolom yang sesuai berdasarkan jenis alat kontrasepsi yang
34

digunakan sebelum menopause sbb:


Jenis Alat Kontrasepsi Periode Penggunaan Alat Kontrasepsi
Hormonal Jml
>5 th 2-5 th < 2 th Tdk Pernah
3 2 1 0
Pil KB
Suntik 1 bulan
Suntik 3 bulan
Implant
Total Penggunaan Hormonal
V. Frequensi Kebiasaan Konsumsi Sirih dan Rempah Pelengkap
Kuesioner Food Frequency Questionner (FFQ) Semi Kuantitatif
Petunjuk : Berilah checklist pada kolom frekuensi yang sesuai berdasarkan
jenis bahan dan rempah yang di racik dan frekuensi Konsumsi yang tersedia:
Berapa Kali Konsumsi
Bahan Ramuan Nginang Setiap 1x /sehari 3-6x 1-2x Jarang Tidak
Sirih (perkiraan /porsi) hari seminggu seminggu Konsumsi Pernah
Scor Konsumsi 50 25 15 10 1 0
Daun sirih ( 1 lbr)
Daun Gambir Kering (1 lbr)
Kapur sirih basah (0,1 gr )
Kulit Kayu/Kunyal (0,1 gr)
Buah Pinang masak (0,1 gr)
Tembakau (1-2 gr)
Kategori
VI. Frequensi Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Berlemak
Kuesioner Food Frequency Questionner Semi Kuantitatif
Petunjuk: Berilah checklist pada kolom frekuensi yang sesuai berdasarkan
jenis bahan makanan dan frekuensi makan yang tersedia:
Bahan Makanan Satu Porsi Berapa Kali Konsumsi
berlemak yg dikon- /gram/ml Setiap 1x 3-6x 1-2x Jarang Tidak
sumsi dlm 1 th terakhir URT hari /sehari seminggu seminggu Konsumsi Pernah
Scor Konsumsi 50 25 15 10 1 0
Jajanan Gorengan 1 bh ( 35 )
Masakan Bersantan ½ gls ( 100ml)
Minyak Goreng 2 sdk mkn(20)
Daging Sapi/Kerbau 1 ptg sdg (35)
Daging Kabing/Biri2 1 ptg sdg (35)
Daging Unggas 1 ptg sdg (40)
Daging Hewan Liar
a. Rusa/Kijang/dsj 1 ptg sdg (45)
35

b. Burung hutan 1 ptg sdg (30)


Gajih atau Jeroan 1 ptg sdg (40)
Ikan Segar 1 ptg sdg (50)
Ikan Kering/Asap 1 ptg sdg (20)
Belut segar&Kering ½ ek sdg(25)
Telur ayam/Itik 1 butir (55)
Permentasi Ikan 3sdk mkn(35)
Sarden ½ ptg (35)
Udang Segar 5 ekr sdg(35)
Susu dan sejenisnya 1 gls (200ml)
Ghesika 2014
VII. KELUHAN MENOPAUSE
Berilah tanda checklist (√) pada setiap gejala menopause yang anda alami
Saat ini!
Responden
No. Keluhan yang dialami
Tdk ada Ringan Berat
Nilai Skor (0) (1) (2)
1. Badan terasa sangat panas, berkeringat
2. Rasa tidak nyaman pada jantung
(detak jantung tidak biasa, jantung berdebar)
3 Masalah tidur (susah tidur, tidur
tidak nyenyak, bangun terlalu pagi)
4. Perasaan tertekan (merasa tertekan, sedih, mudah
menangis, tidak bergairah/lesu, perasaan yang
berubah-ubah).
5. Mudah marah (merasa gugup, rasa marah, agresif)
6. Rasa resah (rasa gelisah, rasa panik)
7. Kelelahan fisik dan mental (menurunnya
kinerja secara umum,kurangnya daya ingat)
8. Masalah seksual (perubahan dalam gairah seksual,
aktifitas seksual dankepuasan seksual)
9. Masalah pada saluran kencing (sulit buang air kecil,
sering buang air kecil, buang air kecil yang tidak
terkontrol
10. Kekeringan pada alat kelamin (rasa kering atau
terbakar, kesulitan dalam berhubungan intim)
11. Rasa tidak nyaman pada persendian dan otot
(sakit pada persendian, keluhan rematik)
MRS modifikasi Nurningsih, 2012
Keterangan:
Somatik Psikologis Urogenital
 Tidak ada : Bila tidak ada keluhan sama sekali (0)
 Ringan : Bila keluhan timbul sekali-sekali dan tidak
mengganggu aktivitas sehari-hari (1)
 Berat : Bila keluhan sering timbul dan mengganggu
Aktivitas sehari- hari (2)
(Nurningsih, 2012)

Anda mungkin juga menyukai