PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SKENARIO
Seorang anak laki-laki yang berusia 3 bulan dibawa oleh ibunya ke puskesmas
karena kencingnya merembes. Si ibu mengatakan baru menyadari bahwa jika kencing
anaknya tidak memancar seperti anak laki-laki pada umumnya. Tidak ada keluhan lain
yang diutarakan si Ibu seperti anaknya rewel saat kencing atau keluar darah serta demam,
hanya saja menurutnya kemaluan anaknya terlihat bengkok kebawah secara tidak wajar.
Setelah itu dokter melakukan pemeriksaan dan ditemukan lubang saluran kencing berada
tidak di ujung kemaluan. Ibu pasien menanyakan pada dokter apakah yang terjadi pada
kelamin anaknya dan apakah bisa disembuhkan?
2.2 PEMASALAHAN
1. Embriologi pembentukan uretra
2. Anatomi fisiologi uretra
3. Penyebab kemaluan anaknya bengkok
4. Kelainan yang mungkin bisa terjadi dalam scenario
5. Faktor-faktor yang menyebabkan kencing merembes
6. Klasifikasi dari penyakit tersebut
7. Manisfestasi klinik
8. Pemeriksaan diagnostic
9. Penatalaksanaan
10. Komplikasi
membentang di sepanjang aspek kaudal phallus yang telah memanjang tapi tidak
mencapai bagian yang paling distal, glands. Lapisan epitel alur, yang berasal dari
endoderm, membentuk lempeng uretra.
Di akhir bulan ke-tiga, kedua lipatan uretra membentuk uretra penis. Saluran
ini tidak membentang hingga ujung phallus. Bagian paling distal uretra ini di
bentuk selama bulan ke 4, sewaktu sel-sel ectoderm dari ujung glands menembus
ke dalam dan membentuk korda epitel pendek. Kemudian korda ini membentuk
lumen sehingga membentuk ostium uretrae eksternum.
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine ke luar dari buli-buli melalui
proses miksi. Secara anatomis uretra dibagi menjadi 2 bagian, yaitu uretra posterior dan
uretra anterior. Pada pria, organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan cairan mani.
Uretra diperlengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan bulibuli dan uretra, serta sfingter uretra eksterna yang terletak pada perbatasan uretra
anterior dan posterior. Sfingter uretra interna terdiri atas otot polos yang dipersarafi
oleh sistem simpatetik sehingga pada saat buli-buli penuh, sfingter ini terbuka. Sfingter
uretra eksterna terdiri atas otot bergaris yang dipersarafi oleh sistem somatik. Aktivitas
sfingter uretra eksterna ini terbuka dan tetap tertutup pada saat menahan kencing.
Panjang uretra wanita kurang lebih 3-5 cm, sedangkan uretra pada pria dewasa kurang
lebih 23-25 cm. Perbedaan panjang inilah yang menyebabkan keluhan hambatan
pengeluaran urine lebih sering terjadi pada pria.
Uretra posterior pada pria terdiri atas uretra 1) pars prostatika, yakni bagian uretra
yang dilingkupi oleh kelenjar prostat, dan 2) uretra pars membranasea. Di bagian
posterior lumen uretra prostatika, terdapat suatu tonjolan verumontanum, dan di sebelah
proksimal dan distal dari veromuntanum ini terdapat Krista uretralis. Bagian akhir dari
5
vas deferens, yaitu kedua duktus ejaculators, terdapat di pinggir kiri dan kanan
verumontanum. Sekresi kelenjar prostat bermuara di dalam duktus prostatikus yang
tersebar di uretra prostatika.
Uretra anterior adalah bagian uretra yang dibungkus oleh korpus spongiosum
penis. Uretra anterior terdiri atas (1) pars bulbosa, (2) pars pendularis, (3) fossa
navikularis, dan (4) meatus uretra eksterna. Di dalam lumen uretra anterior terdapat
beberapa muara kelenjar yang berfungsi dalam proses reproduksi, yaitu kelenjar
Cowperi yang berada di dalam diafragmaurogenitalis dan bermuara di uretra pars
bulbosa, serta kelenjar Littre, yaitu kelenjar para uretralis yang bermuara di uretra pars
pendularis.
Panjang uretra wanita lebih kurang 4 cm dengan diameter 8 mm. Berada di bawah
simfisis pubis dan bermuara di sebelah anterior vagina. Di dalam uretra bermuara
kelenjar periuretra, di antaranya adalah kelenjar Skene. Kurang lebih sepertiga medial
uretra, terdapat sfingter uretra eksterna yang terdiri atas otot bergaris. Tonus otot
sfingter uretra eksterna dan tonus otot Levator ani berfungsi mempertahankan agar
urine tetap berada di dalam buli-buli pada saat perasaan ingin miksi. Miksi terjadi jika
tekanan intravesika melebihi tekanan intrauretra akibat kontraksi otot detrusor, dan
relaksasi sfingter uretra eksterna.
Kencingnya merembes disebabkan karena letak dari lubang uretra tidak pada
ujung kemaluan atau gland penis yang menyebabkan kencingnya tidak memancar atau
merembes karena terhalangi oleh gland penis.
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena
mutasi pada gen yang mengkode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari
gen tersebut tidak terjadi.
c. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat
yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.
d. Faktor resiko
Penyebab kelainan ini adalah maskulinisasi inkomplit dari genetalia karena
involusi yang premature dari sel interstisial testis. Faktor eksogen antara lain
pajanan prenatal terhadap kokain, alcohol, fenitoin, progesitin, rubella, atau
diabetes gestasional.
6. Klasifikasi dari penyakit tersebut
Berikut ini adalah tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/
meatus :
a. Tipe sederhana/ Tipe anterior
Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal. Pada tipe ini,
meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara klinis, kelainan ini bersifat
asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit dapat
dilakukan dilatasi atau meatotomi.
b. Tipe penil/ Tipe Middle
Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan pene escrotal. Pada
tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum. Biasanya disertai dengan
kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium bagian ventral, sehingga
penis terlihat melengkung ke bawah atau glands penis menjadi pipih. Pada kelainan
tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit di
bagian ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan
sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah
selanjutnya.
c. Tipe Posterior
8
Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini, umumnya
pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan skrotum bifida, meatus
uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak turun
7. Manisfeastasi Klinik
a.
Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah
penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.
b.
c.
d.
e.
f.
Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis.
g.
h.
i.
8. Pemeriksaan Diagnostik
a.
b.
Rontgen
c.
d.
BNO-IVP
9
9. Penatalaksanaan
Dikenal banyak teknik operasi hipospadia, yang umumnya terdiri dari beberapa
tahap yaitu :
a.
b.
Operasi uretroplasti
Biasanya dilakukan 6 bulan setelah operasi pertama. Uretra dibuat dari kulit
penis bagian ventral yang diinsisi secara longitudinal paralel di kedua sisi.
Beberapa tahun terakhir, sudah mulai diterapkan operasi yang dilakukan hanya
satu tahap akan tetapi operasi hanya dapat dilakukan pada hipospadia tipe distal
dengan ukuran penis yang cukup besar. Operasi hipospadia ini sebaiknya sudah
selesai dilakukan seluruhnya
dikhawatirkan akan timbul rasa malu pada anak akibat merasa berbeda dengan
teman-temannya.
10. Komplikasi
Pre-Operasi
10
Post-Operasi
a. Edema / pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat
bervariasi, juga terbentuknya hematom / kumpulan darah dibawah kulit, yang
biasanya dicegah dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari paska operasi.
b. Striktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan oleh
angulasi dari anastomosis.
c. Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing
berulang atau pembentukan batu saat pubertas.
d. Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang sering dan digunakan sebagai
parameter untuyk menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur satu tahap saat
ini angka kejadian yang dapat diterima adalah 5-10 %.
e. Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang tidak sempurna,
dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau pembentukan skar
yang berlebihan di ventral penis walaupun sangat jarang.
f. Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar, atau
adanya stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
11
12