Anda di halaman 1dari 26

Bukti audit : Segala informasi yang mendukung data yang disajikan dalam

laporan keuangan, yang digunakan auditor sebagai dasar untuk menyatakan


pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan.
Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalahuntuk menyatakan
pendapat atas kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material,
sesuai denganprinsipakuntansi yang berterima umum di Indonesia.
Prosedur
audit
(inspeksi,
pengamatan,
permintaan
keterangan,
konfirmasi,penelurusan, pemeriksaan bukti pendukg, perhitungan, scanning,
pelaksanaan ulang, teknik audit berbantuan komputer)
Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau
kondisi fisik sesuatu. Inspeksi terhadap dokumen dapat menentukan
keaslian dokumen tersebut. Inspeksi terhadap kondisi fisik sesuatu
(misalnya aktiva tetap) dapat diperoleh informasi mengenai eksistensi dan
keadaan fisik aktiva tersebut
Pengamatan atau observasi merupakan prosedur audit yang dilakukan
dengan melihat atau menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan. Contoh
pengamatan terhadap penghitungan fisik persdiaan, pembuatan atau
persetujuan voucher, cara penyimpanan kas Dengan observasi dapat
diperoleh bukti visual pelaksanaan suatu kegiatan. Objek yang diamati
adalah karyawan, prosedur, dan proses.
Konfirmasi merupakan bentuk penyelidikan untuk memperoleh informasi
secara langsung dari pihak ketiga yang bebas. Prosedur yang biasa
dilakukan: Auditor miminta dari klien untuk menanyakan informasi
tertentu kepada pihak luar. Klien meminta kepada pihak luar yang ditunjuk

Penelusuran merupakan penelusuran informasi sejak data direkam


pertama kali dalam dokumen, dilanjutkan pelacakan pengolahan data
dalam proses akuntansi. Prosedur ini terutama diterapkan terhadap bukti
dokumenter. Contoh, pemeriksaan transaksi penjualan yang dimulai
dengan memeriksa informasi dalam surat order dari customer, diusut
kemudian dengan informasi yang berkaitan dalam surat order penjualan,
laporan pengiriman barang, faktur penjualan, jurnal penjualan, dan akun
piutang usaha dalam buku pembantu piutang usaha
Pemeriksaan Dokumen Pendukung Merupakan prosedur audit yang dilakukan
dengan:1Inspeksi terhadap dokumen yang mendukung suatu transaksi atau data keuangan
untuk menentukan kewajaran dan kebenarannya. 2 Pembandingan dokumen tersebut dengan
catatan akuntansi yang berkaitan. Prosedur ini bertujuan untuk memperoleh bukti audit
mengenai kebenaran perlakukan akuntansi terhadap transaksi yang terjadi.atatan akuntansi.
-Penghitungan (Counting) Prosedur ini meliputi: 1. penghitungan fisik terhadap sumber
daya berwujud, 2. Pertanggungjawaban semua formulir bernomor urut tercetak
-Scanning Merupakan review secara cepat terhadap dokumen, catatan dan laporan untuk
mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidika lebih
mendalam
-Pelaksanaan Ulang Merupakan pengulangan aktivitas yang dilaksanakan klien. Umumnya
diterapkan pada penghitungan dan rekonsiliasi yang dilakukan klien
Teknik Audit Berbantuan Komputer Dilakukan bila catatan akuntansi klien diselenggaran
dalam media elektronik.

Permintaan keterangan dilakukan dengan meminta


keterangan secara lisan. Sehingga bukti yang dihasilkan
berupa bukti lisan dan bukti dokumenter. Contoh,
permintaan keterangan mengenai: tingkat keusangan
sediaan di gudang, kemungkinan keputusan perkara
pengadilan yang sedang ditangani oleh penasehat
hukum.
Prosedur analitis (analitycal prosedures)
adalah jenis bukti yang penting dalam audit yang terdiri
atas evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat
dengan mempelajari hubungan yang wajar antara data
keuangan yang satu dengan data keuangan lainnya,
atau antara data keuangan dan data non keuangan.
Contoh piutang usaha untuk tahun berjalan dapat
dibandingkan dengan saldo tahun lalu setelah
dsesuaikan dengan peningkatan atau penurangan di
penjualan dan dengan fator ekonomis lainnya.

HUBUNGAN ANTARA AUDIT DENGAN LAPORAN AUDIT


standar bukti audit(SA seksi 326),memberi kerangka kerja
dasar bagi auditor mengenai bukti dan penggunaannya
untuk mendukung pendapat auditor mengenai laporan
keuangan untuk menguji asersi manajemen.
KEANDALAN JENIS BUKTI (HIERARKI KEANDALAN BUKTI)
Tinggi: Inspeksi atas aktiva berwujud
Reperformance(pelaksanaan ulang)
Penghitungan kembali (counting)
Menengah: Inspeksi atas catatan dan dokumen
Scanning
Konfirmasi
Prosedur analitis
Rendah: Tanya jawab
pengamatan

Cakupan konsep bukti audit adalah


1.Sifat bukti audit meliputi catatan-catatan akuntansi dan informasi lain yang tersedia.
Catatan akuntansi seperti catatan jurnal awal dan catatan pendukung yaitu cek dan
transfer data elektronik, faktur, kontrak, buku besar umum dan pembantu, ayat jurnal.
Infrormasi lain yg dapat digunakan auditor sebagai bukti audit meliputi notulen rapat,
konfirmasi dari pihak ketiga, laporan analis, data tolak ukur mengenai pesaing dll.
2.Kompetensi bukti audit adalah ukuran kualitas bukti audit dengan informasi yang
relevan dan andal. relevan, kompetensi bukti tergantung pada relevansinya terhadap
asersi yang sedang diuji krn jika auditor bergantung pada bukti yang tidak berkaitan
dengan asersi maka akan menghasilkan kesimpulan yang tidak benar mengenai asersi.
Keandalan, atau validitas dari bukti mengacu pada apakah jenis bukti tertentu dapat
diandalkan untuk memberi tanda penyajian yang benar atas suatu asersi. Keandalan bukti
dipengaruhi oleh sumber bukti independen, efektifitas pengendalian internal, pengetahuan
auditor secara pribadi dan langsung, bukti dokumen, dokumen asli.
3.Kecukupan bukti audit adalah ukuran jumlah bukti audit. Jumlah bukti audit yang
diperlukan dipengaruhi oleh risiko salah saji dan kualitas bukti audit yang dikumpulkan.
Jadi semakin besar risiko salah saji semakin banyak bukti audit yang kemungkinan
diperlukan untuk memenuhi pengujian audit. Dan semakin tinggi kualitas bukti maka
semakin sedikit bukti yang diperlukan untuk memenuhi pengujian audit. dalam banyak hal
auditor lebih mengandalkan bukti yang bersifat mengarahkan/persuasif daripada bukti
yang bersifat meyakinkan dalam membentuk pendapata atas paket laporan keuangan,
ada 2 alasan yaitu: pertama, audit harus harus harus diselesaikan dalam jangka waktu
yang layak dan pada biaya yang layak, auditor hanya memeriksa sampel dari transaksi
yang membentuk saldo akun atau kelompok transaksi. Kedua, karena sifat bukti auditor
sering harus bergantung pada bukti yang sangat tidak andal. jumlah bukti audit ditentukan
oleh pertimbangan profesional auditor dan terpengaruh oleh risiko salah saji material bagi
saldo akun atau kelompok transaksi dan terpengaruh oleh risiko salah saji material.
4.Evaluasi bukti audit kemampuan untuk mengevaluasi bukti secara tepat adalah
keahlian penting lain yang harus dikembangkan oleh seorang auditor. Auditor harus

TUJUAN DARI DOKUMENTASI AUDIT

Dokumentasi audit (audit documentation) adalah catatan utama auditor dari


pekerjaan yg dilakukan dan merupakan dasar bagi kesimpulan dalam laporan
auditor.
Dokumentasi memfasilitasi perencanaan, kinerja, dan supervisi perikatan dan
memberikan dasar bagi review kualitas pekerjaan dengan memberikan kepada
reviewer dokumentasi tertulis dari bukti yang mendukung kesimpulan signifikan
auditor (SA 3 dan SA seksi 339).
Dokumentasi audit disebut juga sbg kertas kerja atau data audit yang memiliki
dua fungsi
1. Menyediakan penunjang utama bagi laporan auditor
2. Membantu dalam pelaksanaan supervisi audit

ISI DOKUMETASI AUDIT


catatan utama dari prosedur audit yang diterapkan, bukti yang diperoleh, dan
kesimpulan yang dicapai oleh auditor dalam perikatan. Maka isi dokumentasi
audit harus:
. Memperlihatkan bagaimana audit mematuhi standar audit dan standar praktik
profesional terkait
. Mendukung dasar bagi kesimpulan auditor berkaitan dengan setiap asersi laporan
keuangan yang material.
. Memperlihatkan bahwa catatan akuntansi yang mendasari sama atau telah
direkonsiliasikan dengan laporan keuangan.

Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari,
tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu
laporan keuangan yangmengandung salah saji material.
Risiko audit digolongkan menjadi 2 :
1. Risiko audit keseluruhan
2. Risiko audit individual

Hubungan antara Materialitas, Risiko Audit dan Bukti Audit


Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit dan risiko
audit sebagai berikut:
1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas
dikurangi, auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi
jumlah bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat
menempuh salah satu dari 3 cara berikut: (a) menambah tingkat materialitas,
sementara itu mempertahakan jumlah bukti audit yang dikumpulkan, (b)
menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat
materialitas tetap dipertahankan, dan (c) menambah sedikit jumlah bukti
audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara bersama-sama.

Terdapat 3 unsur risiko audit:


1.
Risiko Bawaan, adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan
transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa
tidak terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang
terkait.
2.
Risiko Pengendalian, adalah risiko terjadinya salah saji material
dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara
tepat waktu oleh pengendalian intern entitas.
3.
Risiko Deteksi, adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat
mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi.
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji
informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya,
dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap
pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi
tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa salah saji yang
terdapat dalam asersi dapat diterima oleh audiotr agar pemakai laporan
keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji tersebut.
Konsep risiko audit berkaitan dengan risiko kegagalan auditor dalam
mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya
berisi salah saji material.
Materialitas dibagi menjadi 2 golongan :
4.
Materialitas pada tingkat laporan keuangan
5.
Materialitas pada tingkat saldo akun

Materialitas dan risiko audit itu saling berhubungan. Risiko audit menjadi kemungkinan bagi
auditor untuk menyatakan suatu opini audit yang tidak sesuai pada laporan keuangan yang
secara material diutarakan salah. Risiko audit mempunyai dua komponen utama:
a.Risiko salah saji material adalah suatu kombinasi yang tidak bisa dipisahkan dari risiko
bawaan dan risiko kendali.Risiko bawaan adalah kerentanan suatu asersi terhadap salah saji
material dengan mengasumsikan tidak terdapat pengendalian .Risiko penegendalian adalah
risiko bahwa salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak akan dapat dicegah
atau dideteksi dengan tepat waktu oleh pengendalian internal
b.Risiko deteksi Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji
material yang ada dalam suatu asersi.
TIM DISKUSI AUDIT Anggota tim mempunyai suatu tanggung jawab berkelanjutan untuk
mendiskusikan:
1Pemahaman mereka tentang entitas yang diaudit
2Risiko bisnis uyang menjadi poko dari entitas
3Aplikasi menyangkut kerangka pelaporan keuangan yang bisa diterapkan
4 Kepekaan dari laporan keuangan dalam salah saji material, termasuk penipuan.
Komunikasi diantara anggota tim audit
Komunikasi antar anggota regu audit itu perlu dalam setiap tingkatan untuk memastikan
semua berbagai hal sewajarnya yang dipertimbangkan. Masing-masing anggota tim audit akan
mengumpulkan suatu perspektif yang sedikit berbeda pada entitas. Sebagian dari informasi yang
dikumpulkan oleh anggota tim tertentu bahkan tidak mungkin bisa dipertimbangkan kecuali jika
dikombinasikan dengan informasi yang diperoleh oleh anggota tim lain. Hal ini benar dalam
hubungan dengan penipuan jika identifikasi tentang pola teladan kecil, keanehan, dan
perkecualian yang boleh mendorong kearah pendeteksian terakhirnya.
Tujuan diskusi tim audit akan:
Membagi pengertian yang mendalam berdasar pada pengetahuan mereka mengenai entitas
Bertukar informasi tentang risiko bisnis
Memperoleh suatu pemahaman yang lebih baik menyangkut potensi untuk salah saji material
( yang terutama untuk area audit yang ditugaskan kepada mereka)

RISIKO BISNIS
Faktor Risiko
Risiko bisnis diakibatkan oleh kondisi-kondisi, peristiwa, keadaan, tindakan atau
kelambanan itu bisa dengan kurang baik mempengaruhi kemampuan entitas untuk
mencapai sasaran hasilnya dan melaksanakan strateginya.
Risiko Penipuan Istilah penipuan mengacu pada suatu tindakan disengaja oleh
satu atau lebih individu antar manajemen, penguasaitu, pihak ketiga atau karyawan,
menyertakan penggunaan penipuan untuk memperoleh suatu keuntungan tidak sah
atau tak adil. Sebagian dari kondisi-kondisi utama yang menciptakan suatu
lingkungan untuk penipuan meliputi:
Penguasaan perusahaan yang tidak efektif
Kekeliruan mencakup:
a.Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang menjadi sumber
penyusunan laporan keuangan.
b.Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul dari kecerobohan atau
salah tafsir fakta.
c.Kekeliruan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah,
klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.
Teori Kecurangan Insentif atau tekanan
triangel
Peluang Rasionalisasi
Penilaian Risiko Penipuan
Sekali ketika faktor risiko penipuan telah dikenali ( dari menyelenggarakan
prosedur pemeriksaan penilaian risiko), langkah yang berikutnya akan menilai
kemungkinan dari risiko yang terjadi dan apakah itu bisa mengakibatkan suatu salah
saji material di dalam laporan keuangan. Prosedur penilaian resiko yang sama harus

Pengendalian Internal atau internal control adalah suatu proses yang dilaksanakan
oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas, yang
dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan dengan pencapaian
tujuan dalam kategori berikut :
-Keandalan pelaporan keuangan
-Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
-Efektivitas dan efisiensi operasi
Pengertian Struktur Pengendalian Intern menurut Mulyadi adalah Pengendalian Intern
meliputi struktur organisasi metode dan prosedur yang dikoordinasikan dan diterapkan
dalam perusahaan dengan tujuan untuk mengamankan harta milik perusahaan,
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansinya, mendorong efisiensi, dan
mendorong dipatuhinya kebijaakan manajemen yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut terbitan yang dikeluarkan AICPA pada tahun 1947, pengendalian internal
sangat penting bagi suatu perusahaan karena faktor faktor berikut ini :
-Lingkup dan ukuran bisnis entitas telah menjadi sangat kompleks dan tersebar
luas sehingga manajemen harus bergantung pada sejumlah laporan dan analisis untuk
mengendalikan operasi secara efektif
-Pengujian dan penelaahan yang melekat dalam sistem pengendalian internal
yang baik menyediakan perlindungan terhadap kelemahan manusia dan mengurangi
kemungkinan terjadinya kekeliruan dan ketidakberesan
-Tidak praktis bagi auditor untuk melakukan audit atas kebanyakan perusahaan
dengan pembatasan biaya ekonomi tanpa menggantungkan pada sistem pengendalian
internal klien

3.Struktur Pengendalian Intern Sruktur pengendalian intern terdiri dari 5 (lima)


komponen, yaitu :
(1) Lingkungan Pengendalian
Merupakan dasar dari komponen pengendalian yang lain yang secara umum dapat
memberikan acuan disiplin. Meliputi : Integritas, Nilai Etika, Kompetensi personil
perusahaan, Falsafah Manajemen dan gaya operasional, cara manajemen di dalam
mendelegasikan tugas dan tanggung jawab, mengatur dan mengembangkan personil,
serta, arahan yang diberikan oleh dewan direksi.
Kunci lingkungan pengendalian adalah: Integritas dan Etika,Komitmen terhadap
Kompetensi,Struktur Organisasi,Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab,Praktik
dan Kebijakan Sumber Daya Manusia yang Baik
(2) Penilaian Resiko
Identifikasi dan analisa atas resiko yang relevan terhadap pencapaian tujuan yaitu
mengenai penentuan bagaimana resiko dinilai untuk kemudian dikelola. Komponen
ini hendaknya mengidentifikasi resiko baik internal maupun eksternal untuk kemudian
dinilai. Sebelum melakukan penilain resiko, tujuan atau target hendaknya ditentukan
terlebih dahulu dan dikaitkan sesuai dengan level-levelnya.
Langkah-langkah dalam penaksiran risiko adalah sebagai berikut: Mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi risiko,Menaksir risiko yang berpengaruh cukup
signifikan,Menentukan tindakan yang dilakukan untuk me-manage risiko
(3) Aktivitas Pengendalian
Kebijakan dan prosedur yang dapat membantu mengarahkan manajemen hendaknya
dilaksanakan. Aktivitas pengendalian hendaknya dilaksanakan dengan menembus
semua level dan semua fungsi yang ada di perusahaan.
Aktivitas pengendalian meliputi: Pemisahan fungsi/tugas/wewenang yang cukup,
Otorisasi traksaksi dan aktivitas lainnya yang sesuai, Pendokumentasiaan dan

(4) Informasi dan Komunikasi


Menampung kebutuhan perusahaan di dalam mengidentifikasi, mengambil, dan
mengkomukasikan informasi-informasi kepada pihak yang tepat agar mereka mampu
melaksanakan tanggung jawab mereka. Di dalam perusahaan (organisasi), Sistem
informasi merupakan kunci dari komponen pengendalian ini. Informasi internal maupun
kejadian eksternal, aktifitas, dan kondisi maupun prasyarat hendaknya dikomunikasikan
agar manajemen memperoleh informasi mengenai keputusan-keputusan bisnis yang
harus diambil, dan untuk tujuan pelaporan eksternal.
(5) Pengawasan
Pengendalian intern seharusnya diawasi oleh manajemen dan personil di dalam
perusahaan. Ini merupakan kerangka kerja yang diasosiasikan dengan fungsi internal
audit di dalam perusahaan (organisasi), juga dipandang sebagai pengawasan seperti
aktifitas umum manajemen dan aktivitas supervise. Adalah penting bahwa defisiensi
pengendalian intern hendaknya dilaporkan ke atas. Dan pemborosan yang serius
seharusnya dilaporkan kepada manajemen puncak dan dewan direksi, hal ini meliputi :
Mengevaluasi temuan-temuan, reviu, rekomendasi audit secara tepat.
Menentukan tindakan yang tepat untuk menanggapi temuan dan rekomendasi dari
audit dan reviu.
Menyelesaikan dalam waktu yang telah ditentukan tindakan yang digunakan untuk
menindaklanjuti rekomendasi yang menjadi perhatian manajemen.
Kelima komponen ini terkait satu dengan yang lainnya, sehingga dapat memberikan
kinerja sistem yang terintegrasi yang dapat merespon perubahan kondisi secara
dinamis. Sistem Pengendalian Internal terjalin dengan aktifitas opersional perusahaan,
dana akan lebih efektif apabila pengendalian dibangun ke dalam infrastruktur
perusahaan, untuk kemudian menjadi bagian yang paling esensial dari perusahaan
(organisasi).

PENERIMAAN PENUGASAN AUDIT


1. Mengevaluasi Integritas Manajemen
.U/ dptmenerima perikatan audit, auditor berkepentingan utk mengevaluasi integritas
manajemen, agar auditor mendapatkan keyakinan bahwa manajemen perusahaan
klien dapat dipercaya, sehingga lk yang diaudit bebas dari salah saji material sbg
akibat dari adanya integritas manajemen.
Berbagai cara yang dapat ditempuh oleh auditor dalam mengevaluasi integritas
manajemen adalah :
a. Komunikasi dengan auditor pendahulu.
Sebelum menerima suatu perikatan audit, auditor pengganti harus mencoba
melaksanakan komunikasi tertentu berikut ini: Meminta keterangan kepada auditor
pendahulu mengenai masalah-masalah yang spesifik Menjelaskan kepada calon klien
tentang perlunya auditor pengganti mengadakan komunikasi dengan auditor
pendahulu dan meminta persetujuan dari klien untuk melakukan hal tersebut.
b. Meminta keterangan kepada pihak ketiga.
Informasi tentang integritas manajemen dapat diperoleh dengan meminta keterangan
kepada penasihat hukum, pejabat bank, dan pihak lain dalam masyarakat keuangan
dan bisnis yang mempunyai hubungan bisnis dengan calon
c. Melakukan review terhadap pengalaman auditor di masa lalu dalam berhubungan
dengan klien yang bersangkutan.Dalam hal auditor mempertimbangkan akan
melanjutkan/menghentikan hubungan dengan klien dalam perikatan audit, auditor
harus secara seksama mempertimbangkan pengalamannya dimasa lalu dalam
berhubungan dengan klien dalam perikatan audit.
2. Mengidentifikasi kondisi khusus dan resiko luar biasa
Berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan oleh auditor tentang kondisi khusus dan
resiko luar biasa yang mungkin berdampak terhadap penerimaan perikatan audit dari

3. Menentukan kompetensi auditor untuk melaksanakan audit


Standar umum yang pertama berbunyi : Audit harus dilaksanakan oleh seorang/lebih yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor .
Oleh karena itu, sebelum auditor menerima suatu perikatan audit, ia harus mempertimbangkan
apakah ia dan anggota tim auditnya memiliki kompetensi memadai untuk meyelesaikan
perikatan tersebut, sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan oleh IAI.
Mengidentifikasi tim audit Tim audit terdiri dari :
1. Seorang partner yang bertanggung jawab terhadap penyelesaian keseluruhan perikatan audit.
2. Satu/lebih manajer, yang akan mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan program audit.
3. Staf asisten, yang melaksanakan berbagai prosedur audit yng diperlukan dalam pelaksanaan
program audit.
Mempertimbangkan kebutuhan konsultasi dan penggunaan spesialis
Dalam mempertimbangkan perikatan audit dari calon klien, auditor kemungkinan akan
menghadapi masalah berikut ini, yang mungkin memerlukan pekerjaan spesialis:
a. Penilaian (misal: karya seni, obat-obatan khusus, dan restricted securities).
b. Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kuantitas yang tersedia/kondisi (misal:
cadangan mineral/tumpukan bahan baku yang ada di gudang)
c. Penentuan nilai yang diperoleh dengan menggunakan teknik/metode khusus (misal: beberapa
perhitungan aktuarial)
d. Penafsiran persyaratan teknis, peraturan/persetujuan (misal: pengaruh potensial suatu
kontrak/dokumen hukum lainnya, atau hak atas properti)
Jika menurut pertimbangan auditor, ia akan menjumpai situasi yang memerlukan pengetahuan
khusus, ia perlu melakukan konsultasi dengan spesialis. Contoh : ahli geologi, penasihat
hukum, penilai(appraiser), dan aktuaris. Auditor dapat menghadapi 2 kemungkinan keadaan
berikut :
a. Spesialis ditunjuk oleh klien/badan berwenang dan auditor menggunakan hasil pekerjaan
spesialis tersebut sebagai salah satu dasar untuk menilai kewajaran asersi yang

Dalam keadaan kedua, auditor harus memperoleh keyakinan mengenai


persyaratan profesional dan reputasi spesialis melalui pengajuan
pertanyaan/prosedur lain.
Auditor harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini :
a. Sertifikat profesional, lisensi, atau pengakuan kompetensi dari spesialis dalam
bidangnya.
b. Reputasi dan kedudukan spesialis dimata para rekan sejawat dan pihak lain
yang mengenal kemampuan atau kinerjanya.
c. Hubungan, jika ada, antara spesialis dengan klien.
Diantara auditor, klien, dan spesialis harus memiliki kesamaan pengertian
mengenai sifat pekerjaan yang harus dilakukan oleh spesialis. Sebaiknya
pengertian tersebut didokumentasikan dan harus meliputi hal-hal berikut:
a. Tujuan dan lingkup pekerjaan spesialis.
b. Pernyataan spesialis berkenaan dengan hubungannya, jika ada, dengan klien.
c. Metode atau asumsi yang digunakan.
d. Perbandingan antara metode atau asumsi yang harus digunakan sekarang
dengan yang digunakan tahun lalu.
e. Pemahaman spesialis mengenai penggunaan temuan spesialis oleh auditor
sebagai pendukung dalam hubungannya dengan penyajian laporan keuangan.
f. Bentuk dan isi laporan spesialis yang akan memungkinkan auditor melakukan
evaluasi.

4. Evaluasi terhadap Independensi Auditor


Aturan Etika KAP mengatur tentang independensi auditor dan stafnya sebagai
berikut:
Standar umum yang kedua berbunyi sebagai berikut:
Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam
sikap mental harus dipertahankan oleh auditor .
101 Independensi
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap
mental independen didalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur
dalam standar profesional akuntan publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental
independen tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun
dalam penampilan (in appearance).
102 Integritas dan Objektivitas
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan integritas
dan objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest)
dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement)
yang diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya
kepada pihak lain.
Oleh karena itu, sebelum auditor menerima suatu perikatan audit, ia harus
memastikan bahwa setiap profesional yang menjadi anggota tim auditnya tidak
terlibat atau memiliki kondisi yang menjadikan independensi tim auditnya
diragukan oleh pihak yang mengetahui salah satu dari 8 golongan informasi
tersebut diatas.

5. Penentuan kemampuan auditor dalam menggunakan kemahiran profesionalnya dengan


cermat dan seksama.
Standar umum yang ketiga berbunyi sebagai berikut:
Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama .
a. Penentuan waktu perikatan
Umumnya waktu 6 sampai dengan 9 bulan merupakan jangka waktu yang memadai bagi auditor untuk
merencanakan secara seksama pekerjaan audit, sehingga idealnya waktu perikatan audit sudah
diterima oleh auditor 6 sampai dengan 9 bulan sebelum akhir tahun buku klien. Perikatan auditor
mendekati akhir tahun buku klien dapat menyebabkan auditor tidak dapat melaksanakan prosedur
audit penting seperti observasi terhadap penghitungan fisik sediaan sehingga kemungkinan auditor
tidak dapat memberikan pendapatan wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan.
b. Pertimbangan jadwal pekerjaan lapangan
Biasanya auditor menggolongkan jadwal pelaksanaan pekerjaan lapangan kedalam 2 kelompok berikut
ini:
1. Pekerjaan interim (interim work) yang merupakan pekerjaan lapangan yang dilaksanakan oleh
auditor 3 sampai 4 bulan sebelum tanggal neraca.
2. Pekerjaan akhir tahun (year-end work) yang merupakan pekerjaan lapangan yang dilaksanakan oleh
auditor beberapa minggu sebelum tanggal neraca sampai 3 bulan setelah tanggal neraca.
c. Pemanfaat personil klien
Pemanfaatan personel klien akan berdampak besar terhadap penentuan jumlah staf dan jadwal audit,
serta biaya audit. Pemanfaatan hasil pekerjaan auditor intern akan berdampak terhadap : 1) prosedur
untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian intern, 2) pengujian pengendalian, dan 3)
pengujian substantif.
Personel klien juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai perikatan berikut ini :
a. Pembuatan daftar saldo akun buku besar (working trial balance)
b. Rekonsiliasi akun kontrol dalam buku besar dengan akun buku pembantu yang bersangkutan
c. Pembuatan daftar umur piutang
d. Pembuatan daftar polis asuransi yang berlaku, piutang wesel, dan penambahan dan pengurangan
aktiva tetap dalam tahun yang diaudit

6. Pembuatan surat perikatan audit


Surat perikatan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya yang berfungsi untuk
mendokumentasikan dan menegaskan penerimaan auditor atas penunjukkan
oleh klien, tujuan dan lingkup audit, lingkup tanggungjawab yang dipikul oleh
auditor bagi kliennya, kesepakatan tentang reproduksi laporan keuangan
auditan, serta bentuk laporan yang akan diterbitkan oleh auditor.
Baik auditor maupun kliennya berkepentingan terhadap surat perikatan audit,
karena dalam surat tersebut berbagai kesepakatan penting tentang perikatan
audit didokumentasikan, sehingga dapat dicegah terjadinya kesalahpahaman
yang mungkin timbul antara auditor dengan kliennya.
Isi pokok surat perikatan audit umumnya berisi :
a. Tujuan audit atas laporan keuangan
b. Tanggungjawab manajemen atas laporan keuangan
c. Lingkup audit, termasuk penyebutan undang-undang, peraturan, pernyataan
dari badan profesional yang harus dianut oleh auditor
d. Bentuk laporan atau bentuk komunikasi lain yang akan digunakan oleh auditor
untuk meyampaikan hasil perikatan
e. Fakta bahwa audit memiliki keterbatasan bawaan bahwa kekeliruan dan
kecurangan material tidak akan terdeteksi
f. Pengaturan reproduksi laporan keuangan auditan
g. Kesanggupan auditor untuk menyampaikan informasi tentang kelemahan
signifikan dalam pengendalian intern yang ditemukan oleh auditor dalam
auditnya
h. Akses ke berbagai catatan, dokumentasi dan informasi lain yang diharuskan
dalam kaitannya dengan audit

Pengujian Pengendalian
Pengujian pengendalian merupakan pengujian yang dilaksanakan terhadap
rancangan pelaksanaan suatu kebijakan atau prosedur struktur pengendalian
internal. Pengujian pengendalian ini, dilaksanakan auditor untuk menilai efektifitas
kebijakan atau prosedur pengendalian untuk mendeteksi dan mencegah salah saji
materil dalam suatu asersi laporan keuangan.
Pengujian pengendalian memfokuskan diri pada tiga hal yaitu:
1.Bagaimana pengendalian diterapkan?
2.Sudahkah diterapkan secara konsisten sepanjang tahun?
3.Siapa yang menerapkan pengujian pengendalian?
Tipe Pengujian Pengendalian
Adadua tipe pengujian pengendalian yaitu:
1.Concurrent test of control yaitu pengujian pengendalian yang dilaksanakan
auditor seiring dengan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai SPI
klien.
2.Pengujian pengendalian tambahan atau yang direncanakan yaitu pengujian
yang dilaksanakan auditor selama pekerjaan lapangan.
Prosedur Untuk Melaksanakan Pengujian Pengendalian
Adaempat prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian yaitu:
1.Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan klien
2.Pengamatan terhadap karyawan klien dalam melaksanakan tugasnya
3.Melakukan inspeksi dokumen, catatan, dan laporan
4.Mengulang kembali pelaksanaan pengendalian oleh auditor.

Lingkup Pengujian Pengendalian


Luas pengujian pengendalian dipengaruhi langsung oleh tingkat risiko pengendalian yang
ditetapkan yang telah direncanakan oleh auditor. Semakin rendah tingkat risiko
pengendalian yang ditetapkan, semakin banyak bukti yang diperlukan yang harus
dihimpun.
Untuk klien lama, luas atau lingkup pengujian pengendalian dipengaruhi juga oleh
penggunaan bukti yang diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya. Sebelum
menggunakan bukti yang diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya, auditor
harus memastikan bahwa tidak ada perubahan yang signifikan atas rancangan dan operasi
berbagai kebijakan dan prosedur pengendalian sejak pengujian pada pelaksanaan audit
tahun sebelumnya.
Penentuan Saat Pelaksanaan Pengujian Pengendalian
Pengujian pengendalian dapat dilaksanakan pada dua saat, yaitu:
1.Selama pekerjaan interim
2.Pada saat mendekati akhir tahun
Auditor semestinya lebih mengutamakan pengujian pengendalian mendekati akhir tahun.
Idealnya, pengujian pengendalian dilaksanakan pada keseluruhan periode tahun
pembukuan yang diaudit.
Penentuan Risiko Pengendalian
Dalam menentukan risiko pengendalian, auditor perlu:
1.Mengidentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi untuk asersi tersebut.
2.Menidentifikasi pengendalian yang dapat mencegah atau mendeteksi salah saji.
3.Menghimpun bukti dari pengujian pengendalian apakah rancangan dan operasi
pengendalian relevan adalah efektif.
4.Mengevaluasi bukti yang diperoleh
5.Menentukan risiko pengendalian.

Pengujian Substantif
Auditor harus menghimpun bukti yang cukup untuk memperoleh dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Pengujian substantif menyediakan bukti
mengenai kewajaran setiap asersi laporan keuangan yang signifikan. Perancangan pengujian
substantif meliputi penentuan:
a.Sifat pengujian
b.Waktu pengujian
c.Luas pengujian substantif
Prosedur Untuk Melaksanakan Pengujian Substantif
Adadelapan prosedur untuk melaksanakan pengujian substantif yaitu:
1.Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan berkaitan dengan kinerja tugas mereka.
2.Pengamatan atau observasi terhadap personil dalam melaksanakan tugas mereka.
3.Menginspeksi dokumen dan catatan.
4.Melakukan penghitungan kembali
5.Konfirmasi
6.Analisis
7.Tracing atau pengusutan
8.Vouching atau penelusuran
Sifat Atau Jenis Pengujian Substantif
Jika tingkat risiko deteksi yang dapat diterima adalah rendah maka auditor harus
menggunakan prosedur yang lebih efektif yang biasanya juga lebih mahal. Ada tiga tipe
pengujian substantif yang dapat digunakan yaitu:
1.Pengujian rinci atau detail saldo
2.Pengujian rinci atau detail transaksi
3.Prosedur analitis

Pengujian Detail Saldo,metodologi perancangan pengujian detail saldo meliputi


empat tahapan, yaitu:
1.Menilai materialitas dan risiko bawaan suatu akun.
2.Menetapkan risiko pengendalian
3.Merancang pengujian transaksi dan prosedur analitis
4.Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit
secara memuaskan.
Tingkat Risiko Deteksi
Langkah Pengujian Detail Saldo
Tinggi:Scan rekonsiliasi bank yang dibuat klien dan verivikasi ketepatan perhitungan
matematisnya
Moderat: Review rekonsiliasi bank yang dibuat klien dan verivikasi pada sebagain besar
item-itemnya.
Rendah:Buatlah rekonsiliasi bank dan verivikasi item-item yang direkonsiliasi tersebut
Pengujian Detail Transaksi,pengujian detail transaksi dilakukan untuk menentukan:
1.Ketepatan otorisasi transaksi akuntansi klien.
2.Kebenaran pencatatan dan peringkasan transaksi tersebut dalam jurnal.
3.Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi tersebut ke dalam buku besar dan
buku pembantu.
Pengujian detail transaksi dilakukan dengan vouching dan tracing. Auditor
mengarahkan pengujiannya untuk memperoleh temuan mengenai ada tidaknya
kesalahan yang bersifat moneter.

Prosedur Analitis,prosedur analitis meliputi jumlah yang tercatat


dengan harapan yang dikembangkan auditor juga meliputi
perhitungan rasio oleh auditor.
Adaemapt kegunaan prosedur analitis yaitu:
Untuk memperoleh pemahaman mengenai bisnis dan industri klien.
Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menjaga
kelangsungan usahanya.
Untuk mendeteksi ada tidaknya kesalahan dalam laporan keuangan
klien.
Untuk menentukan dapat tidaknya dilakukan pengurangan atas
pengujian audit detail.
Penentuan Saat Pelaksanaan Pengujian Substantif
Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima mempengaruhi
penentuan waktu pelaksanaan pengujian substantif. Jika risiko
deteksi rendah maka pengujian substantif lebih baik
dilaksanakan pada atau dekat dengan tanggal neraca.
Luas Pengujian Substantif
Semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat diterima, semakin
banyak bukti yang harus dikumpulkan, auditor dapat mengubah
jumlah bukti yang harus dihimpun dengan cara mengubah luas

Teknik sampling merupakan cara mengambil sampel penelitian untuk menentukan


sampel yang akan digunakan dalam penelitianpengambilan sampel, berguna apabila
populasi yang akan dipelajari jumlahnya tidak sedikit. Dalam penelitian survei
penentuan sampel menjadi sangat penting, karena bertujuan memperoleh deskripsi
objektif mengenai keadaan populasi(Saifuddin Azwar : 35).
B.Macam-macam Teknik Sampling
1.Probabilty SamplingAdalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Teknik ini meliputi :
a.Simple Random SamplingPengambilan anggota sampel dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Namun hanya bisa
dilakukan apabila anggota populasidianggap homogen. bProportionate Stratified
Random Sampling.Teknik ini digunakan apabila anggota populasi tidak homogen dan
berstrata secara proporsional. c.Disproportionate stratified Random
Sampling.Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi
berstrata tetapi kurang proporsional. d. Cluster Sampling.Teknik sampling daerah
digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data
sangat luas. Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu
tahap pertama menentukan sampel daerah, dan yang berikutnya menentukan orangorang yang ada pada daerah itu secara sampling juga.
2.Nonprobability Sampling.Teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi :
a. Sampling Sistematis.Teknik yang berdasarkan urutan dari anggota populasi yang
telah diberi nomor urut.
b.Sampling Kuota.Teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai
ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan. c. Sampling Insidental.Teknik

e.Snowball Sampling.Teknik penentuan sampel yang mula-mula


jumlahnya kecil, kemudian membesar. Yang digambarkan bola salju yang
menggelinding hingga menjadi gumpalan besar. Maksudnya dalam
penentuan sampel, mula-mula dipilih satu atau dua orang, tetapi karena
dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang
diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu
dan dapat melengkapi data dua orang sebelumnya, dan terus dilakukan
sampai jumlah sampel semakin banyak.
Cara Mengambil Anggota Sampel
Telah disebutkan bahwa teknik sampling meliputiprobability
samplingdannonprobability sampling.Probabilty samplingadalah teknik
yang dikenal dengan namarandom samplingkarena memberikan
peluang kepada anggota populasi untuk dijadikan anggota sampel
dengan menggunakan sistem acak.
Pengambilansampel dengan cara random dapat dilakukan dengan
bilangan random, komputer, maupun dengan undian. Bila menggunakan
undian, maka setiap anggota diberi nomor terlebih dahulu, sesuai
dengan jumlah anggota populasi. Seperti yang telah dikatakan bahwa
karena pengambilannya adalah random maka setiap anggota populasi
mempunyai peluang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Anda mungkin juga menyukai