SINDROM NEFROTIK
DISUSUN OLEH :
NAMA
NIM
PEMBIMBING
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BUDHI ASIH
PERIODE 1 APR 8 JUNI 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap
: Tn Deni
Jenis kelamin
: Laki-Laki
Umur
: 19 tahun
Suku bangsa
: Sunda
Status perkawinan
: Menikah
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pedagang
Pendidikan
: SD
Alamat
: Karang Pawitan
Tanggal masuk RS
: 20 Oktober 2014
A. ANAMNESIS
Diambil dari autoanamnesis, Tanggal 31 Oktober 2013 , Jam 17.00 WIB
Keluhan Utama:
Bengkak diseluruh tubuh sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit (SMRS).
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pada tanggal 21 oktober jam 18.30 Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD)
RSUD dr. Slamet Garut dengan keluhan bengkak diseluruh tubuh yaitu pada kelopak mata,
wajah, leher, perut dan kaki sejak 1 bulan SMRS. Pada awalnya bengkak terasa pada kedua kaki
lalu pasien berobat ke mantri dan diberikan suntikan obat yang pasien tidak tau nama obatnya.
Setelah diberikan injeksi suntikan tersebut bengkak pada kaki sedikit membaik tetapi tidak lama
setelah itu bengkak pun kembali muncul pada wajah pasien yang membengkak sebesar helm.lalu
bengkak tidak juga kempes, pasien memutuskan untuk berobat ke RSUD dr slamet garut dan
dirawat di ruang safir. Setelah bengkak sudah membaik pasien di pulangkan tetapi sekarang
bengkak muncul kembali. Menurut pasien bengkak di kedua kaki dan perut membentuk lekukan
jika ditekan. Mual dan Muntah di sangkal oleh pasien. Perut terasa penuh, kembung. nyeri di
pinggang ,buang air kecil (BAK) nyeri, keruh dan sedikit. Pasien mengeluh BAB mencret lebih
dari 5x/hari, berarna kuning.
2
Tidak
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Hubungan
darah
ANAMNESIS SISTEM
Catatan keluhan tambahan positif disamping judul-judul yang bersangkutan
Kulit
( - ) Bisul
( - ) Rambut
( - ) Keringat malam
( - ) Kuku
( - ) Kuning / Ikterus
( - ) Sianosis
3
( - ) Lain-lain
( - ) Petekie
( - ) Purpura
Kepala
( - ) Trauma
( - ) Sakit kepala
( - ) Sinkop
Mata
( + ) Nyeri
( - ) Radang
( - ) Sekret
( + ) Gangguan penglihatan
( - ) Kuning / Ikterus
( + ) Ketajaman penglihatan
Telinga
( - ) Nyeri
( - ) Gangguan pendengaran
( - ) Sekret
( - ) Kehilangan pendengaran
( - ) Tinitus
Hidung
( - ) Trauma
( - ) Gejala penyumbatan
( - ) Nyeri
( - ) Gangguan penciuman
( - ) Sekret
( - ) Pilek
( - ) Epistaksis
Mulut
( - ) Bibir kering
( - ) Lidah kotor
( - ) Gusi sariawan
( - ) Gangguan pengecap
( - ) Selaput
( - ) Stomatitis
Tenggorokan
( - ) Nyeri tenggorokan
( - ) Perubahan suara
Leher
( +) oedem
( - ) Nyeri leher
4
Dada (Jantung/Paru)
( - ) Nyeri dada
( - ) Sesak nafas
( - ) Berdebar
( - ) Batuk darah
( - ) Ortopnoe
( - ) Batuk
Abdomen (Lambung/Usus)
( - ) Rasa kembung
( - ) Wasir
( - ) Mual
( + ) Mencret
( - ) Muntah
( - ) Tinja darah
( - ) Muntah darah
( - ) Sukar menelan
( + ) Nyeri perut
( - ) Benjolan
( + ) Perut membesar
Saluran Kemih / Alat kelamin
( + ) Disuria
( - ) Kencing nanah
( - ) Stranguria
( - ) Kolik
( - ) Poliuria
( + ) Oliguria
( - ) Polakisuria
( - ) Anuria
( - ) Hematuria
( + ) Retensi urin
( - ) Kencing batu
( - ) Kencing menetes
( - ) Penyakit Prostat
( - ) Sukar mengingat
( - ) Parestesi
( - ) Ataksia
( - ) Otot lemah
( - ) Hipo / hiperesthesi
( - ) Kejang
( - ) Pingsan
( - ) Afasia
( - ) Kedutan (Tick)
5
( - ) Amnesia
( - ) Pusing (vertigo)
( - ) Lain-lain
Ekstremitas
( + ) Bengkak
( - ) Deformitas
( - ) Nyeri sendi
( - ) Sianosis
B. PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan Umum
Tinggi Badan
155 cm
Berat Badan
73 kg
Tekanan Darah
120/70 mmHg
Nadi
72 x/menit
Suhu
36.5 C
Pernafasaan
Keadaan gizi
Baik
Kesadaran
Compos mentis
Sianosis
Tidak ditemukan
Udema umum
(+)
Habitus
Cara berjalan
Normal
Aktif
Sesuai umur
Aspek Kejiwaan
Tingkah Laku
: Wajar
Alam Perasaan
: Wajar
Proses Pikir
: Wajar
Kulit
6
Warna
: Sawo matang
Pigmentasi
: Merata
Effloresensi
: Tidak ditemukan
Lembab/Kering
: Lembab
Jaringan Parut
: Tidak ditemukan
Pembuluh darah
Turgor
: Sulit dinilai
Suhu Raba
: Hangat
Oedem
:Pitting Oedem
Keringat
: Umum
Ikterus
: Tidak ada
Lapisan Lemak
: Distribusi merata
Lain-lain
: Tidak ada
: Teraba membesar
Supraklavikula
Lipat paha
: Teraba membesar
Leher
: Teraba membesar
Ketiak
Kepala
Ekspresi wajah
: Baik
Wajah
Rambut
: Tidak ada
Enopthalamus
: Tidak ada
Kelopak
: Oedem
Lensa
: Jernih
Konjungtiva
: Tidak anemis
Visus
: Baik
Sklera
: Tidak ikterik
Gerakan Mata
: Tiada hambatan
Lapangan penglihatan
: Normal
: Tidak meningkat
Nistagmus
: Tidak ada
Telinga
Tuli
: Tidak ada
Lubang
: Lapang
Penyumbatan
: Tidak ada
Serumen
: Tidak ada
Pendarahan
: Tidak ada
Cairan
: Tidak ada
Hidung
Dorsum nasi
: Perubahan bentuk (-), perubahan warna (-), udema (-), krepitasi (-)
Kavum nasi
: Tidak kering
Tonsil
: T1 T1, tenang
Langit-langit : Normal
Bau pernapasan
: Tidak ada
Gigi geligi
: Tiada karies.
Trismus
: Tidak ada
Faring
: Tidak hiperemis
Selaput lendir
: Normal
Lidah
: Tidak kotor
Leher
Kelenjar Tiroid
: teraba membesar.
: teraba membesar.
Dada
Bentuk
Pembuluh darah
: Tidak meleba
Paru paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Kiri
Kanan
Kiri
Depan
Simetris saat statis dan dinamis
Simetris saat statis dan dinamis
- Tidak ada benjolan
Belakang
Simetris saat statis dan dinamis
Simetris saat statis dan dinamis
- Tidak ada benjolan
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Kanan
- Wheezing (-),Ronki ( - )
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
:
Batas kanan
Batas kiri
Batas atas
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, Gallop tidak ada, Murmur tidak ada.
Pembuluh Darah
Arteri Temporalis
: Teraba pulsasi
Arteri Karotis
: Teraba pulsasi
Arteri Brakhialis
: Teraba pulsasi
Arteri Radialis
: Teraba pulsasi
Arteri Femoralis
: Teraba pulsasi
Arteri Poplitea
: Teraba pulsasi
: Teraba pulsasi
: Teraba pulsasi
Perut
Inspeksi
: Buncit, tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi, simetris, smiling
umbilicus ( + ), tidak ada dilatasi vena
Auskultasi
Palpasi
Dinding perut
Hati
: Sulit dinilai
Limpa
: Sulit dinilai
Ginjal
: Ballotement -/-
Perkusi
Ginjal
Anggota gerak
LENGAN
Otot
Kanan
Kiri
Tonus
Normotonus
Normotonus
Massa
Normal
Normal
Sendi
Normal
Normal
Gerakan
Aktif
Aktif
Kekuatan
+5
+5
Ada
Oedem
pitting Ada
oedem )
oedem )
Petechie / purpura
Tidak ada
Tidak ada
Hematome
Tidak ada
Tidak ada
pitting
Kanan
Kiri
Luka
Tidak ada
Tidak ada
Varises
Tidak ada
Tidak ada
Tonus
Normotonus
Normotonus
Massa
Normal
Normal
Sendi
Normal
Normal
Gerakan
Aktif
Aktif
Kekuatan
+5
+5
Otot
Oedem
Ada
pitting Ada
oedem )
oedem )
Tidak ada
Tidak ada
Lain-lain:
Sikatrik
pitting
Hematome
Tidak ada
Tidak ada
Refleks
Refleks Tendon
Bisep
Trisep
Patela
Achiles
Refleks Patologis
Kanan
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Negatif
Kiri
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Negatif
LABORATORIUM RUTIN
Hasil laboratorium saat di IGD, tanggal 05 April 2013, jam 2251 WIB
PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI
HASIL
SATUAN
NILAI RUJUKAN
Leukosit
7.0
ribu/ul
3.6-11
Hemoglobin
9.2*
g/dL
11.7-15.5
Hematokrit
28*
35-47
Trombosit
273
ribu/ul
150-440
100
mg/dL
<110
SGOT
17
mU/dl
<27
SGPT
10
mU/dl
<34
KIMIA KLINIK
Glukosa Darah Sewaktu
HATI
GINJAL
Ureum
157*
mg/dL
13-43
Kreatinin
7.90*
mg/dL
<1.1
ELEKTROLIT
ELEKTROLIT SERUM
Natrium
133*
mmol/L
135-155
Kalium
4.0
mmol/L
3.6-5.5
Klorida
109
mmol/L
98-109
RINGKASAN
Pasien wanita, 38 tahun, datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Budhi Asih
dengan keluhan bengkak diseluruh tubuh yaitu muka, kelopak mata, leher, kedua tangan dan kaki
sejak 2 minggu SMRS. Menurut pasien bengkak di kedua kaki dan tangannya membentuk
lekukan jika ditekan. Pasien juga mengeluh mual, nyeri ulu hati dan buang air kecil (BAK)
jarang dan sedikit. Pasien menyangkal adanya lemas, sakit kepala, lelah, berat badan berkurang,
nafas dangkal dan sesak nafas. Pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini. Pasien tidak
pernah berobat dalam 2 minggu SMRS.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal, oedem
palpebra, puffy face, thoraks dalam batas normal, abdomen terdapat smiling umlilicus dan tes
shifting dullness positif, terdapat pitting oedem pada kedua ekstrimitas.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia, penurunan hematokrit, penurunan
fungsi ginjal dan hiponatremia.
DIAGNOSIS KERJA DAN DASAR DIAGNOSIS
1. Chronic Kidney Disease (CKD)
Dasar
Dari anamnesis :
Usia 38 tahun, jenis kelamin perempuan
Pasien sehat dan tidak pernah ada penyakit lain sebelumnya.
Pasien mengeluh bengkak diseluruh tubuh, mual, BAK jarang dan sedikit, nyeri di
pinggang, sering minum minuman segera seperti KukuBima.
: 9,2 g/dL
Ht
: 28 %
Ureum
: 157 mg/dL
Kreatinin
: 7.90 mg/dL
Terjadi asidosis metabolik pada tanggal 7 April 2013, jam 0900 WIB (Lantai 6 Barat)
PEMERIKSAAN
ANALISA GAS DARAH
HASIL
SATUAN
NILAI RUJUKAN
pH
7.33*
pCO2
30*
mmHg
35-45
pO2
128*
mmHg
80-100
Bikarbonat (HCO3)
16*
mmol/L
21-28
Total CO2
17*
mmol/L
23-27
Saturasi O2
98
95-100
-9*
mEq/L
-2.5-2.5
7.357.45
HASIL
SATUAN
NILAI RUJUKAN
Warna
Kuning
Kuning
Kejernihan
Jernih
Jernih
Glukosa
Negatif
Negatif
Bilirubin
Negatif
Negatif
Keton
Negatif
Negatif
pH
5.0
4.6-8
Berat Jenis
1.010
1.005-1.030
Albumin Urine
3+*
Negatif
Urobilinogen
0.2
Nitrit
Negatif
Negatif
Darah
2+*
Negatif
Esterase Lekosit
SEDIMEN URINE
Negatif
Negatif
Leukosit
3-5*
/LPB
<5
Eritrosit
2-3*
/LPB
<2
Epitel
Positif
/LPB
Positif
Silinder
Hyaline 0-1
/LPK
Negatif
Kristal
Negatif
Negatif
Bakteri
Negatif
Negatif
Jamur
Negatif
E.U/dL
/LPB
0.1-1
Negatif
2. Sindroma Nefrotik
Dasar
Dari anamnesis:
Pasien mengeluh bengkak diseluruh tubuh, mual, BAK jarang dan sedikit, nyeri di
pinggang, sering minum minuman segera seperti KukuBima.
Dari pemeriksaan fisik :
Terdapat oedem anasarca.
HASIL
SATUAN
NILAI RUJUKAN
Kolesterol Total
221*
mg/dL
<200
Trigliserida
205*
mg/dL
<150
HDL Direk
40
mg/dL
>=40
LDL Direk
140*
mg/dL
<100
Asam Urat
HATI
12.0*
mg/dL
<5.7
Albumin
2.0*
g/dL
3.5-5.2
GINJAL
Pemeriksaan penunjang:
Dari pemeriksaan USG abdomen tanggal 9 April 2013, didapatkan adanya asites.
Pemeriksaan yang dianjurkan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Pemeriksaan Urinalisis
Pemeriksaan Darah Lengkap
Osmolalitas serum.
KUB photo.
Elektrokardiografi (EKG)
Ultrasonografi (USG)
Foto polos abdomen
Pemeriksaan Foto Dada
Pemeriksaan Kardiologi tulang
Pemeriksaan biopsi ginjal
RENCANA PENGELOLAAN
1)
Terapi konservatif.
a.
Peranan diet.
b. Kebutuhan jumlah kalori.
c. Kebutuhan cairan.
Terapi simptomatik
a. Asidosis metabolik.
b. Anemia.
c. Keluhan gastrointestinal.
f. Hipertensi - ACE inhibitor.
g. Hipoalbuminemia.
h. Hiperurisemia.
i. Hiperkolestrolemia.
j. Oedem anasarca.
3)
PROGNOSIS
Ad vitam
: Dubia ad malam
Ad functionam
: Ad malam
Ad sanationam
: Ad malam
FOLLOW UP (SOAP)
Tanggal 21 Oktober 2014,
S
: pasien mengeluh bengkak-bengkak pada selruh tubuh terutama kaki dan perut. Nyeri
saat BAK dan urin berwarna keruh. Perut membuncit, lebih nyaman pada posisi dudk
daripada berbaring. Bila kepala sejajar dengan perut terasa sesak.
O:
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
N: 72 x/menit
Muka
: puffy face
Mata
Mulut
Jantung
Suhu:36.7 C
ada
Paru
Abdomen
Extremitas
A:
-
Periksa cek lab darah lengkap, albumin, urin lengkap, ureum, kreatinin
Farsix 2 x 1 amp
Pantoprazol 1x 1
P:
bengkak di kedua kaki, perut dan tangan. BAK sudah mulai lancar.
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
N: 84 x/menit
Muka
: puffy face
Mata
Mulut
Jantung
Suhu:36.8 C
ada
Paru
Abdomen
: datar, supel, nyeri tekan tidak ada, bising usus normal, abdomen
terdapat smiling umlilicus dan tes shifting dullness positif
Extremitas
A:
1. Edema anasarka e.c syndrome nefrotik
P:
-
Farsix 2 x 1 amp iv
Pantoprazol 1x 1 amp iv
O:
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
N: 76 x/menit
Muka
Mata
Mulut
Jantung
Suhu:36.2 C
ada
Paru
Abdomen
: datar, supel, nyeri tekan tidak ada, bising usus normal, abdomen
terdapat smiling umlilicus dan tes shifting dullness positif
Extremitas
HASIL
13,2
SATUAN
NILAI RUJUKAN
Hematokrit
37
Leukosit
6.010
mmHg
35-45
Trombosit
503.000
mmHg
80-100
LED
73/108
mmol/L
21-28
Albumin
1,4
mmol/L
23-27
SGOT
16
95-100
SGPT
18
mEq/L
-2.5-2.5
Kreatinin
0,6
Kolestrol
510
Protein Urine
+++
7.357.45
A:
1. Edema anasarka e.c syndrome nefrotik
P:
-
Farsix 2 x 1 amp iv
Pantoprazol 1x 1 amp iv
Ranitidin 2 x 1 amp iv
: bengkak hanya pada kedua tangan, perut agak mengempes bengkaknya dan kaki mulai
berkurang.
O:
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
N: 72 x/menit
Muka
Mata
Mulut
Jantung
: bunyi jantung I dan II reguler, gallop tidak ada, murmur tidak ada
Paru
Abdomen
Extremitas
Suhu:36.5 C
HASIL
SATUAN
NILAI RUJUKAN
Ureum
195*
mg/dL
13-43
mg/dL
< 1.1
Kreatinin
5.90*
USG Abdomen : Efusi pleura ec. Ascites.
A:
1. CKD
2. Hipoalbuminemia suspek Sindrom Nefrotik
P:
-
Injeksi cendantron 2 x 1
Injeksi lasix 3 x 2
Evaluasi gizi
Kesadaran
: Compos mentis
N: 80 x/menit
Mata
Mulut
Jantung
: bunyi jantung I dan II reguler, gallop tidak ada, murmur tidak ada
Paru
Abdomen
Extremitas
Suhu:35.8 C
HASIL
pH
7.34*
pCO2
33*
mmHg
35-45
pO2
139*
mmHg
80-100
Bikarbonat (HCO3)
18*
mmol/L
21-28
Total CO2
19*
mmol/L
23-27
Saturasi O2
99
95-100
-6.7*
mEq/L
-2.5-2.5
A:
1. CKD
2. Suspek Sindrom Nefrotik
P:
SATUAN
NILAI RUJUKAN
7.357.45
Injeksi cendantron 2 x 1
Injeksi lasix 3 x 3
HASIL
SATUAN
NILAI RUJUKAN
Kolesterol Total
227*
mg/dL
<200
Trigliserida
201*
mg/dL
<150
HDL Direk
44
mg/dL
>=40
LDL Direk
143*
mg/dL
<100
Ureum
218*
mg/dL
13-43
Kreatinin
A:
3.67*
mg/dL
< 1.1
GINJAL
1. CKD
2. Suspek Sindrom Nefrotik
P:
-
Terapi lanjut
HASIL
SATUAN
Warna
Kuning
Kuning
Kejernihan
Jernih
Jernih
Glukosa
Negatif
Negatif
Bilirubin
Negatif
Negatif
Keton
Negatif
Negatif
pH
5.0
4.6-8
Berat Jenis
1.010
1.005-1.030
Albumin Urine
3+*
Negatif
Urobilinogen
0.2
Nitrit
Negatif
Negatif
Darah
2+*
Negatif
Esterase Lekosit
SEDIMEN URINE
Negatif
Negatif
Leukosit
3-5*
/LPB
<5
Eritrosit
2-3*
/LPB
<2
Epitel
Positif
/LPB
Positif
Silinder
Hyaline 0-1
/LPK
Negatif
Kristal
Negatif
Negatif
Bakteri
Negatif
Negatif
Jamur
Negatif
E.U/dL
/LPB
A:
1. CKD
2. Suspek Sindrom Nefrotik (Proteinuria + Hipoalbuminemia)
P:
-
Terapi Lanjut
NILAI RUJUKAN
0.1-1
Negatif
PEMERIKSAAN
METABOLISME
HASIL
KARBOHIDRAT
Glukosa Darah Jam 06.00
SATUAN
NILAI RUJUKAN
mg/dL
109
<110
HASIL
SATUAN
NILAI RUJUKAN
Kolesterol Total
221*
mg/dL
<200
Trigliserida
205*
mg/dL
<150
HDL Direk
40
mg/dL
>=40
LDL Direk
140*
mg/dL
<100
12.0*
mg/dL
<5.7
GINJAL
Asam Urat
HASIL
SATUAN
NILAI RUJUKAN
Albumin
ELEKTROLIT SERUM
2.0*
g/dL
3.5-5.2
Natrium (Na)
132*
mmol/L
135-155
Kalium (K)
5.7*
mmol/L
3.6-5.5
Klorida (Cl)
A:
104
mmol/L
98-109
1. CKD
2. Sindrom Nefrotik
P:
-
Terapi Lanjut
Simvastatin 1 x 10 mg
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Sindrom Nefrotik (SN) merupakan salah satu gambaran klinik penyakit gromerular yang
ditandai dengan proteinuri masif >3.5 gram/ 24 jam/ 1.73 m 2 disertai hipoalbuminemia,
edema anasarka, hiperlipidemia, lipiduria dan hiperkoagulabilitas (Hartoko B., 2008).
B. Klasifikasi dan Etiologi
I.
Sindrom nefrotik pada anak-anak / infantil.
Sindrom nefrotik infantil adalah sindrom nefrotik yang terjadi pada usia tiga bulan
sampai satu tahun, sedangkan jika terjadi sebelum usia tiga bulan disebut sebagai sindrom
nefrotik kongenital. Indonesia dilaporkan ada enam per 100.000 anak per tahun menderita
sindrom nefrotik.
a. Sindrom nefrotik infantil
Sangat jarang ditemukan, sindrom ini dapat disebabkan nail patella syndrome,
pseudohermaphroditism, XY gonadal disgenesis, tumor Wilms, intoksikasi merkuri,
sindrom hemolitik uremik, dan infeksi seperti sifilis, virus sitomegalo, hepatitis, rubela,
malaria, dan toksoplasmosis. Prognosis sindrom nefrotik infantil umumnya buruk tetapi
masih lebih baik daripada prognosis sindrom nefrotik kongenital (Pardede S.O., 2002).
b. Sindrom nefrotik kongenital.
Merupakan penyakit familial, timbul dalam beberapa hari/ minggu setelah lahir. Biasa
menimbulkan kematian sebelum bayi berusia satu tahun (Himawan S., 1979)
II.
Gambar
1:
Histopatologi
Glomerulonefritis
Membranosa
(Sumber:
Orth
S.R.& Berhard E., 1998)
2) Glomerulonefritis Kelainan Minimal
Merupakan penyebab utama SN anak-anak, Pada dewasa hanya 20%. Dengan
mikroskop biasa tidak tampak kelainan yang jelas pada glomerulus sedangkan ada
mikroskop elektron dapat dilihat sel epitel kapiler glomerulus yang membengkak dan
bervakuol. Fungsi ginjal biasanya tidak banyak terganggu dan tidak ada hipertensi
(Himawan S, 1979).
Penampakan yang tidak biasa yaitu hipertensi (30% pada anak-anak dan50% pada
dewasa), hematuri (20% pada anak-anak dan 30% pada dewasa) dan penurunan fungsi
ginjal (kurang dari 5% pada anak-anak dan 30% pada dewasa) (Braunwald E., 2008).
Prognosis kelainan ini relatif paling baik. Pengobatannya ialah dengan pemberian
steroid. Sering mengalami remisi spontan, akan tetapi sering pula kambuh (Himawan
S., 1979).
3) Glomerulonefritis membranoproliferatif
Biasa ditemukan pada anak besar dan orang dewasa muda. Perjalanan penyakit
progresif lambat, tanpa remisi dan berakhir dengan payah ginjal. Ciri khasnya adalah
kadar komplemen serum yang rendah
Gambar 2:
Glomerulonefritis membranoproliferatif, penipisan membran basal kapiler
perifer telah ditandai dengan pewarnaan trichrome masson.
4) Glomerulonefritis pasca streptokok
b. Glomerulonefritis sekunder akibat:
1) Infeksi
i. HIV, hepatitis virus B dan C
ii.
Sifilis, malaria, skistosoma
iii.
Tuberkulosis, lepra
2) Keganasan
Adenokarsinoma paru, kanker payudara, kolon, bronkus, limfoma hodgkin, myeloma
multiple, dan karsinoma ginjal
3) Penyakit jaringan penghubung
Lupus eritematosus sistemik, arthritis reumatoid, MCTD (Mixed connective tissue
disease)
4) Efek Obat dan Toksin
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAIN), preparat emas, penisilamin, kaptopril,
heroin
5) Lain-lain: Diabetes mellitus, amiloidosis, pre-eklampsia, rejeksi alograf kronik,
refluks vesikoureter, atau sengatan lebah.
(Prodjosudjadi W., 2006).
Gambar
3:
Gambar
Skematik
Barier
Glomeruler
(Sumber: Cohen E.P., 2009)
D. Manifestasi Klinis
Gejala utama yang ditemukan adalah:
1. Proteinuri >3.5 g/ hari pada dewasa atau 0.05 g/ kg BB/ hari pada anak-anak.
2. Hipoalbuminemia < 30 g/ l
3. Edema generalisata, edema terutama jelas dikaki, namun dapat ditemukan edema muka,
ascites dan efusi pleura.
4. Hiperlipidemia. umumnya ditemukan hiperkolesterolemia.
5. Hiperkoagulabilitas; yang akan meningkatkan risiko trombosis vena dan arteri.
(Mansjoer A.,dkk., 2001).
Kadang-kadang tidak semua tidak semua gejala tesebut diatas ditemukan. Ada yang
berpendapat bahwa proteinuria, terutama albuminuria yang masif serta hipoalbuminemia
sudah cukup untuk menengakkan diagnosis SN (Himawan S., 1979).
a. Proteinuria
Nefrotik diabetika adalah penyebab paling sering dari nefrotik proteinuria (Orth S.R.
& Berhard E., 1998)
Proteinuria disebabkan peningkatan permeabilitas kapiler terhadap protein akibat
kerusakan glomerulus. Dalam keadaan normal mambrana basalis glomerulus (MBG)
mempunyai mekanisme penghalang untuk mencegah kebocoran protein. Mekanisme
penghalang pertama berdasarkan ukuran molekul (size barrier)
ini
akan
memperbaiki
volume
intravaskuler
tetapi
juga
akan
ANP
aldosteron
EDEMA
Kelainan ini disebabkan oleh perubahan tingkat dan aktifitas berbagai faktor
koagulasi intinsik dan ekstrinsik. Mekanisme hiperkoagulasi pada SN cukup komplek
meliputi peningkatan fibrinogen, hiperagregasi trombosit dan penurunan fibrinolisis.
d. Metabolism kalsium dan tulang
Vitamin D merupakan unsur yang penting dalam metabolisme kalsium dan tulang pada
manusia. Vitamin D yang terikat protein akan diekresikan melalui urin sehingga
menyebabkan penurunan kadar plasma. Kadar 25(OH)D dan 1,25 (OH) 2D plasma juga
ikut menurun sedangkan kadar vitamin D bebas tidak mengalami gangguan. Karena
fungsi ginjal pada SN umumnya normal maka osteomalasi dan hipoparatiroidisme yang
tak terkontrol jarang dijumpai.
e. Infeksi
Infeksi pada SN terjadi akibat defek imunitas humoral, selular dan gangguan sistem
komplemen. Penurunan kadar IgG, IgA, dan Gamma Globulin sering ditemukan pada
pasien SN oleh karena sintesis yang menurun atau katabolisme yang meningkat dan
bertambah banyaknya yang terbuang melalui urin. Jumlah sel T dalam sirkulasi
berkurang yang menggambarkan gangguan imunitas seluler. Hal ini dikaitkan dengan
keluarnya transferin dan Zinc yang dibutuhkan oleh sel T agar dapat berfungsi dengan
normal.
f. Gangguan fungsi ginjal
Penurunan volume plasma dan atau sepsis sering menyebabkan timbulnya nekrosis
tubuler akut, mekanisme lain yang menjadi penyebab gagal ginjal akut adalah edema
intrarenal yang menyebabkan kompresi pada tubulus ginjal.
g. Komplikasi lain
Malnutrisi kalori protein dapat terjadi pada pasien SN dewasa terutama apabila disertai
proteinuri masif, asupan oral yang kurang dan proses katabolisme yang tinggi. Hipertensi
tidak jarang ditemukan sebagai komplikasi SN terutama dikaitkan dengan retensi natrium
dan air (Prodjosudjadi W., 2006).
F. Diagnosa
a. Anamnesis: Bengkak seluruh tubuh & buang air kecil warna keruh
b. Pemeriksaan fisik: edema anasarka & asites
(Mansjoer A.,dkk.,
2001).
G. Diagnosa Banding
a. Sembab non-renal : gagal jantung kongestif, gangguan nutrisi, edema hepatal, edema
Quincke.
b. Glomerulonefritis akut
c. Lupus sistemik eritematosus.
H. Penatalaksanaan
1. Tentukan penyebab (biopsi ginjal).
Pada orang dewasa, tidak perlu seperti anak-anak dimana dilakukan terapi steroid
sebagai bagian dari penegakkan diagnosis, kelainan minimal hanya menjadi penyebab
pada 10-20% kasus. terapi disesuaikan dengan diagnosis dan penyebab yang mendasari
(Mansjoer A,dkk., 2001).
Nefropati membranosa idiopatik menunjukkan efek yang menguntungkan pada
pemberian obat imunosupresif. Pada nefropati jenis ini dapat terjadi remisi spontan yang
tidak diinduksi oleh pemberian terapi imunosupresif tersebut tetapi karena karakteristik
penyakitnya sendiri, Pada pasien dengan proteinuria berat jarang terjadi remisi spontan.
(Polanco N.et all., 2010)
2. Penatalaksanaan edema
Dianjurkan tirah baring dan memakai stocking yang menekan, terutama untuk pasien
usia lanjut. Hati-hati dalam pemberian diuretik karena adanya proteinuria berat dapat
menyebabkan gagal ginjal atau hipovolemik. Harus diperhatikan dan dicatat
keseimbangan cairan pasien, biasanya diusahakan penurunan berat badan dan cairan 0.5-1
kg/ hari. Dilakukan pengawasan terhadap kalium plasma, natrium plasma, kreatinin dan
ureum. Bila perlu diberikan tambahan kalium. Diuretik yang biasa diberikan adalah
diuretik ringan, seperti tiazid dan furosemid dosis rendah, dosisnya dapat ditingkatkan
sesuai kebutuhan.
3. Garam dalam diet dan cairan dibatasi bila perlu. pemberian albumin intravena hanya
diperlukan pada kasus-kasus refrakter, terutama bila terjadi kekurangan volume
intravaskuler atau oliguria.
4. Mencegah infeksi
Biasanya diberikan antibiotik profilaksis untuk menghindari infeksi, terutama terhadap
pneumokok
5. Pertimbangkan obat anti koagulasi
Dilakukan pada pasien dengan sindrom nefrotik berat kecuali bila terdapat kontra
indikasi. Terapi (biasanya warfarin) dipertahankan sampai penyakitnya sembuh
(Mansjoer A.,dkk., 2001).
6. Memperbaiki nutrisi
Dianjurkan pemberian makanan tinggi kalori dan rendah garam. Manfaat diet tinggi
protein tidak jelas dan mungkin tidak sesuai karena adanya gagal ginjal, biasanya cukup
dengan protein 50-60 g/hari ditambah kehilangan dari urin. Atau restriksi protein dengan
diet protein 0,8 gram /KgBB ideal/ hari + eskresi protein dalam urin/24 jam
7. Diet rendah kolesterol <600 mg/hari
8. Berhenti merokok.
9. Pengobatan proteinemia dengan penghambat ACE dan/ atau antagonis reseptor
Angiotensin II
10. Pengobatan dislipidemia dengan obat golongan statin dengan kerja menurunkan
kolesterol darah, misalnya lovastatin.
11. Pengobatan hipertensi dengan target tekanan darah < 125/75 mmHg. Penghambat ACE
dan antagonis reseptor Angiotensin II sebagai pilihan obat utama (Hartoko B., 2008).
12. Transplantasi ginjal, pengobatan dengan transplantasi masih kontroversial.
13. Rituximab (RIT)
Terapi Imun untuk Beberapa Penyakit Glomerulus Primer yang Umum Penyebab
Sindrom Nefrotik
Penyakit
Perubahan Minimal glomerulopaty
Terapi
Kortikosteroid ( alklating agen,
siklosporin)
Glomerulonefritis Membranosa
Tabel
2:
Tabel Terapi Imun untuk Beberapa Penyakit Glomerulus Primer yang Umum
Penyebab Sindrom Nefrotik
Pada orang dewasa dengan perubahan minimal glomerulopati digunakan 1mg prednisolon/
kgBB/hr selama kurang lebih delapan minggu, bila tidak memberikan respon yang memuaskan
digunakan cicklophospamide 1-2 mg/kgBB/hr selama delapan minggu jika pasien mempunyai
karakteristik yang berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal (lelaki, hipertensi, merokok,
peningkatan kreatinin serum atau proteinuri yang massif.
PENUTUP
Sindrom Nefrotik (SN) merupakan salah satu gambaran klinik penyakit gromerular yang
ditandai dengan proteinuri masif >3.5 gram/ 24 jam/ 1.73 m 2 disertai hipoalbuminemia, edema
anasarka, hiperlipidemia, lipiduria dan hiperkoagulabilitas.
Karena banyak komplikasi yang dapat timbul dari keadaan ini, misalnya penurunan massa
otot karena gangguan keseimbangan nitrogen, hiperkoagulasi, osteoporosis, infeksi karena defek
faktor - faktor imunologi, dan gangguan ginjal yang dapat berakhir menjadi penyakit ginjal
Tahap akhir (PGTA) maka penatalaksanaan secara dini akan sangat berguna untuk mencegah
gagal ginjal. Penatalaksanaannya meliputi pemberian obat imunosupresif, penatalaksanaan
edema, diuretik ringan, seperti tiazid dan furosemid dosis rendah, pemberian albumin intravena,
antibiotik profilaksis, obat anti koagulasi (asetosal), nutrisi tinggi kalori dan rendah
garam,berhenti merokok.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmed M.S.& Wong C.F., 2007. Rituximab and nephrotic syndrome: a new therapeutic
hope? Nephrol Dial Transplant (2008) 23: 1719
2. Braunwald E., 2008. Sindrom Nefrotic dalam Anthony S.F., Eugene B., Dennis L.,
Kasper S.L. H., Don L.L., Joseph L.,(Eds). Principles of Internal Medicine. Edisi 17,
Volume II. Mc Graw Hill Companies Inc.1874-75
3. Cohen E.P., 2009. Nephrotic Syndrome. www.emedicine.com.
4. Effendi I.& Pasaribu R., 2006.Edema Patofisiologi dan Penanganan dalam Aru W.S.,
Bambang S., Idrus A., Marcellius S.K., Siti S. (Ed).Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
III. Edisi IV. Jakarta, Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Hal.513-15
5. Hartoko B., 2008. Art of Therapy. Yogyakarta. Pustaka Cendikia Press Yogyakarta. Hal.
69-70
6. Himawan S., 1979. Patologi Anatomi . Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal. 264-65
7. Mansjoer A., Kuspuji T., Rakhmi S., Wahyu I.W., Wiwiek S.,(Ed). 2001. Sindrom
nefrotic dalam Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta. Penerbit Media
Aesculapius FKUI. Hal. 525-27
8. Orth S.R.& Berhard E., 1998. The Nephrotic Syndrome. NEJM. Volume 338. No.17. Hal
1202-11.
9. Pardede S.O., 2002. Sindrom Nefrotik Infantil. Cermin Dunia kedokteran. No.134. Hal.
32-37
10. Polanco N., Gutie E., Covars A., Ariza F., Carren., et all.,2010. Spontaneous Remission
of Nephrotic Syndrome in Idiopathic Membranous Nephropathy. Journal of the American
Society of Nephrology doi: 10.1681/ASN.2009080861
11. Prodjosudjadi W., 2006. Sindrom Nefrotik dalam Aru W.S., Bambang S., Idrus A.,
Marcellius S.K., Siti S. (Ed).Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta,
Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Hal. 1174 - 81
12. Wilson L.M., 1995. Gagal Ginjal Kronik dalam Price S.A.& Wilson L.M., (Ed).
Patofisiologi. Konsep Klinis Proses - Proses penyakit. Edisi IV. Jilid II. Hal.832-33