TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Gemeli
3.1.1 Defenisi
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kembar
dizigotik memiliki dua amnion (diamniotik) dan dua plasenta (dikorionik). Pada kembar
monozigot dapat
b. Hereditas
Wanita kembar non identik memberikan kemungkinan bayi kembar 1 dari 60 kelahiran.
Sebaliknya seorang ayah yang kembar non identik memiliki kemungkinan bayi kembar
hanya 1 dari 125 kelahiran .
c. Usia maternal dan riwayat kehamilan
Wanita berusia 35 40 tahun dengan empat anak atau lebih, memiliki kemungkinan
melahirkan anak kembar tiga kali lipat dibanding wanita berusia 20 tahun.
d. Tinggi dan berat badan ibu
Kembar
non
identik lebih sering terjadi pada wanita bertubuh besar dan tinggi
dibandingkan pada wanita yang bertubuh kecil. Hal ini mungkin lebih terkait dengan
status gizi daripada ukuran tubuh itu sendiri.
e. Obat-obat penyubur dan kemajuan teknologi
Kehamilan multipel lebih sering terjadi pada wanita yang mengkonsumsi obat-obat
fertilitas selama menjalani induksi ovulasi. Konsumsi clomiphene citrate memiliki
kemungkinan melahirkan anak kembar 5 12% dan kurang dari 1% memperoleh
kehamilan triplet atau lebih. Hampir 20% kehamilan akibat konsumsi gonadotropin
merupakan kehamilan kembar ganda dan sekitar 5% merupakan kembar triplet atau lebih.
Risiko kehamilan kembar juga meningkat pada proses transfer embrio dan superovulasi.
3.1.3 Etiologi
Bangsa, herediter, umur, dan paritas hanya mempunyai pengaruh terhadap kehamilan
kembar yang berasal dari 2 telur. Juga obat klomid dan hormon gonadotropin yang dipergunakan
untuk menimbulkan ovulasi dilaporkan menyebabkan kehamilan dizigotik. Faktor-faktor tersebut
dan mungkin pula faktor lain dengan mekanisme tertentu menyebabkan matangnya 2 atau lebih
folikel de Graaf atau terbentuknya 2 ovum atau lebih dalam satu folikel. Kemungkinan pertama
dibuktikan dengan ditemukannya 21 korpora lutea pada kehamilan kembar, jika telur-telur yang
diperoleh dapat dibuahi lebih dari satu dan jika semua embrio yang kemudian dimasukkan
kedalam rongga rahim ibu tumbuh berkembang lebih dari satu. Pada kembar yang berasal dari
satu telur, faktor bangsa, hereditas, umur dan paritas tidak atau hanya sedikit sekali
mempengaruhi terjadinya kehamilan kembar ini.diperkirakan disini penyebabnya ialah faktor
penghambat yang mempengaruhi segmentasi sebelum blastula terbentuk, menghasilkan
14
kehamilan kembar dengan 2 amnion, 2 korion, dan 2 plasenta seperti pada kehamilan dizigotik.
Bila faktor penghambat terjadi setelah blastula, tetapi sebelum amnion terbentuk, maka akan
terjadi kehamilan kembar dengan 2 amnion, sebelum primitive streak tampak, maka akan terjadi
kehamilan kembar dengan 1 amnion. Setelah primitive streak terbentuk, maka akan terjadi
kembar dempet dalam segala bentuk.1
3.1.4 Patofisiologi
Mekanisme terjadinya kehamilan kembar adalah ketika sperma bertemu dengan ovum di
tuba fallopi, fertilisasi bergabungnya ovum dan sperma ovum yang telah dibuahi
bergerak turun dari tuba falopii uterus nidasi dan pertumbuhan fetus, selama proses ini
kembar dapat terbentuk. Kehamilan kembar dapat fraternal atau identikal.
Kebanyakan
kembar fraternal berkembang dari telur dan sperma yang terpisah. Kembar fraternal
memiliki plasenta dan kantong amnion terpisah. Berbeda dengan kembar identikal, dapat
terjadi ketika telur yang dibuahi membelah lebih awal saat kehamilan dan berkembang menjadi
2 fetus. Kembar identik memiliki 1 plasenta, tapi fetus biasanya memiliki kantung amnion yang
6
terpisah.
3.1.5 Klasifikasi
a. Kehamilan kembar monozigotik.
Kehamilan kembar yang terjadi dari satu telur disebut kembar monozigotik atau disebut
juga identik, homolog, atau uniovuler. Jenis kehamilan kedua anak sama, rupanya sama
atau bayangan cermin; mata, kuping, gigi, rambut, kulit dan ukuran antropologik sama.
Sidik jari dan telapak sama, atau terbalik satu terhadap lainnya. Satu bayi kembar
mungkin kidal dan yang lainnya biasa karena lokasi daerah motorik di korteks serebri
pada kedua bayi berlawanan. Kira-kira satu per tiga kehamilan kembar monozigotik
mempunyai 2 amnion, 2 korion, dan 2 plasenta. Kadang-kadang 2 plasenta tersebut
menjadi satu. Keadaan ini tidak dapat dibedakan dengan kembar dizigotik. Dua pertiga
mempunyai 1 plasenta, 1 korion, dan 2 amnion. Pada kehamilan monoamniotik,
kematian bayi sangat tinggi karena lilitan tali pusat 1
15
Gambar 2 : Jenis kembar monozigotik berhubungan dengan waktu terjadinya faktor penghambat
(Corner): Hambatan dalam tingkat segmentasi (2 4 hari). (B). Hambatan dalam tingkat blastula
(4 7 hari). (C). Hambatan setelah amnion dibentuk tetapi sebelum primitive streak
b. Kehamilan kembar dizigotik.
Kira-kira dua pertiga kehamilan kembar dizigotik yang berasal dari 2 telur;
disebut juga heterolog, binovuler, atau fratenal. Jenis kelamin sama atau berbeda,
berbeda seperti anak-anak lain dalam keluarga. Kembar dizigotik mempunyai 2
plasenta 2 korion dan 2 amnion. Kadang-kadang 2 plasenta menjadi satu 1.
16
Gambar 4 :
Jenis dan frekuensi letak serta presentasi kehamilan kembar (Portes & Granjon dan Guttmacher
& Kohl)
18
3.1.6
Diagnosis 1,7
meningkat pada kehamilan kembar. Efek kehamilan kembar, yaitu: tekanan pada pelvis yang
lebih berat dan lebih awal, nausea, sakit punggung, varises, konstipasi, hemoroid, distensi
abdominal dan kesulitan bernafas. Aktivitas fetus lebih banyak dan persisten. Diagnosis
kehamilan kembar 75% ditemukan secara fisik. Tanda-tanda yang harus diperhatikan pada
kehamilan kembar antara lain :
1. Anamnesis
Perut lebih buncit dari semestinya sesuai dengan umur tua kehamilan
Berat badan ibu bertambah secara signifikan, namun bukan disebabkan oleh edema atau
obesitas
Polihidramnion
Ballotement lebih dari satu fetus
Banyak bagian kecil yang teraba
Uterus terdiri dari tiga bagian besar janin.
3. Auskultasi
Terdengarnya denyut jantung janin yang letaknya berjauhan dengan perbedaan kecepatan
setidaknya 10 dpm
Palpasi satu atau lebih fetus pada fundus setelah melahirkan satu bayi.
19
4.
Laboratorium
Nilai hematokrit dan hemoglobin serta jumlah sel darah merah menurun, berhubungan
dengan peningkatan volume darah.Anemia mikrositik hipokrom sering kali muncul pada
kehamilan kembar. Pada trimester kedua, kebutuhan fetus terhadap besi (Fe) melebihi
kemampuan maternal untuk mensuplai Fe . Pada tes toleransi glukosa sering kali didapat
gestasional DM dan gestasional hipoglikemi. Pada kehamilan kembar, chorionic
gonadotropin pada urin, estriol dan pregnanendiol meningkat. Kehamilan kembar juga dapat
didiagnosis dengan pemeriksaan peningkatan serum alfa fetoprotein ibu, meskipun
pemerisaan ini tidak berdiri sendiri .
5.
Ultrasonografi
Sonografi dapat dilakukanpada awal minggu 6-7 postmenstrual dengan vaginal probe.
Dengan pemeriksaan USG yang teliti, kantung gestasional yang terpisah dapat
diidentifikasi pada awal kehamilan kembar. Identifikasi masing-masing kepala fetus harus
dapat dilakukan dalam bidang tegak lurus sehingga tidak tertukar dengan
potongan
lintang badan janin dengan kepala janin yang kedua. Scanning sonograf harus mampu
mendeteksi semua bagian janin
20
Diagnosis pasti
Diagnosis pasti gemelli adalah jika ditemukan :
Terdengarnya dua denyut jantung yang letaknya berjauhan dengan perbedaan kecepatan
minimum 10 denyut per menit;
Roentgen foto abdomen. Namun cara ini sudah jarang dilakukan karena adanya bahaya
penyinaran
2700-2800
kalori/hari)
2) Suplemen besi dan asam folat, pemberian tablet Fe pada saat prenatal
sekurangnya 30 mg, anemia defisiensi besi adalah yang paling sering dijumpai dan
dapat meningkatkan resiko persalinan preterm.
3) Mengurangi aktivitas dan perbanyak istirahat. Kehamilan kembar dapat membuat
keadaan tidak nyaman karena uterus yang jadi lebih besar, istirahat akan menolong
untuk meningkatkan energi.
4) Pemberian tokolitik segera, jika perlu.
5) Pemeriksaan klinis kehamilan sekurangnya setiap 2 minggu setelah 24 minggu
a. Periksa keadaan servik setiap berkunjung setelah kehamilan 24 minggu melalui
pemeriksaan fisik
usia
kehamilan
prematur, masalah yang paling sering dijumpai pada kehamilan kembar, yang
akan menyebabkan gangguan pernafasan pada bayi.
Terapi
steroid
yang
B. Intrapartum
Sebaiknya dilakukan di kamar operasi dan sudah disiapkan pemeriksaan cross-match serta
dihadiri ahli anestesi, ahli kebidanan dan ahli anak.
a.
Jika
kembar
presentasi
vertex-vertex dilahirkan
pervaginam
dengan
Siapkan SC atau
Partus pervaginam diikuti ekstraksi bokong totalis atau melakukan internal podalic
Partus pervaginam diikuti dengan melakukan eksternal version (versi luar) dimana
hal ini memerlukan pemantauan dengan USG portabel untuk melihat secara
akurat letak bayi kedua
3.1.8
Komplikasi 8
Komplikasi pada ibu dan janin pada keadaan hamil kembar lebih besar dibandingkan dengan
kehamilan tunggal. Angka kematian parinatal pada kehamilan kembar cukup tinggi. Kembar
monozigotik 2,5 kali lebih tinggi dari pada angka kematian kembar dizigotik. Risiko terjadinya
abortus pada salah satu fetus atau keduanya tinggi. Pada trimester pertama kehamilan reabsorbsi
satu janin atau keduanya mungkin terjadi. Anemia sering kali ditemukan pada kehamilan kembar
karena kebutuhan nutrisi yang tinggi serta peningkatan volume plasma yang tidak sebanding
dengan peningkatan sel darah merah mengakibatkan kadar hemoglobin menjadi turun. Pada
tahun 2006 Angka kejadian persalinan prematur di Amerika (umur kehamilan 37 minggu) pada
kehamilan kembar sebesar 61%. Angka ini jauh melampaui kehamilan tunggal premature yaitu
sebesar 11% .
Frekuensi terjadinya hipertensi, preklamsia dan eklamsia meningkat pada kehamilan
kembar. Perdarahan antepartum karena permukaan plasenta yang jelek pada kehamilan kembar
sehingga plasenta mudah terlepas. Kematian yang paling umum terjadi pada salah satu janin
adalah membelitnya tali pusar. Bahaya yang perlu diperhatikan pada kematian satu janin adalah
koagulopati konsumtif berat yang dapat mengakibatkan disseminated intravascular coaglopathy.
Berat badan lahir rendah lebih sering ditemukan pada kehamilan kembar dari pada kehamilan
23
tunggal. Sebanyak 59% dari kelahiran kembar memiliki berat badan lahir rendah (< 2500 g) Hal
ini disebabkan oleh pertumbuhan janin yang terbatas serta persalinan preterm. Pada kehamilan
kembar juga memungkinkan terjadi hambatan pertumbuhan intra urin.
Pada kehamilan
dizigotik, perbedaan ukuran yang mencolok biasanya disebabkan oleh plasentasi yang tidak
sama. Satu tempat plasenta menerimasuplai darah yang lebih baik dibandingkan yang lainnya.
Perbedaan ukuran juga bisa disebabkan oleh abnormalitas umbilicius .
Tabel; Komplikasi dari kehamilan kembar8
Anemia
Abortus
Trimester ketiga
24
Prematuritas
Praeklampsia eklampsia
Hidramnion
Inpartu
Kelainan letak
Plasenta previa
Perut gantung
Insersia uteri
Persalinan memanjang
Prolapsus funikuli
Solusio plasenta
Post partum
Atonia uteri
Perdarahan postpartum
Retensio plasenta
Rest plasenta
3.1.9
Prognosis
Bahaya bagi ibu dengan kehamilan kembar lebih tinggi dari pada kehamilan tunggal. Hal
ini dikarenakan pada kehamilan kembar, ibu lebih sering mengalami anemia, pre-eklampsia,
operasi obstetric dan perdarahan postpasrtum sehingga prognosis untuk ibu lebih jelek bila
dibandingkan pada kehamilan tunggal, dimana resiko terjadi toksemia gravidarum, hidramnion,
anemia, pertolongan obstetri operatif dan perdarahan post partum lebih tinggi. Angka kematian
perinatal tinggi terutama karena premature, prolaps tali pusat, solusio plasenta dan tindakan
obstetrik karena kelainan letak janin . Kematian bayi kedua lebih tinggi dari pada bayi pertama
25
karena lebih sering terjadi gangguan sirkulasi plasenta setelah bayi pertama lahir, lebih banyak
terjadi prolapsus funikuli, solusio plasenta, serta kelainan letak pada janin kedua.8
Kelainan janin
Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan dalam letak atau
dalam bentuk janin
Infeksi intrapartum
Infeksi adalah bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus lama
terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri didalam cairan amnion menembus
amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan
sepsi pada ibu dan janin. Pneumonia pada janin akibat aspirasi cairan amnion yang
terinfeksi adalah konsekuensi serius lainnya. Pemeriksaan serviks dengan jari tangan
akan memasukkan bakteri vagina ke dalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama
persalinan, terutama bila dicurigai terjadinya persalinan lama.
Ruptur uteri
26
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama partus
lama. Terutama pada ibu dengan paritas tinggi dan pada mereka dengan riwayat seksio
sesarea. Apabila disproporsi antara kepala janin dan panggul sedemikian besar sehingga
kepala tidak cakap (engaged) dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterus menjadi
sangat teregang kemudian dapat menyebabkan rupture. Pada kasus ini mungkin terbentuk
cincin retraksi patologis yang dapat diraba sebagai sebuah Krista transversal atau obliq
yang berjalan melintang di uterus diatas simpisis dan umbilicus. Apabila di jumpai
keadaan ini, diindikasikan persalinan preabdominam segera.
Pembentukan fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat pintu atas panggul tetapi tidak maju untuk
jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak diantaranya dan dinding
panggul dapat mengalami tekanan yang berlebihan, karena gangguan sirkulasi dapat
terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan
munculnya vistula vesicoservical atau rectovaginal.
Kaput suksedaneum
Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput suksedaneum yang besar
27
dibagian terbawah kepala janin. Biasanya kaput suksedaneum, bahkan yang besar
sekalipun akan menghilang dalam beberapa hari.
Fase akselerasi
Fase deselerasi
Penurunan kepala pada nulipara > 1cm/jam dan pada multipara >2cm/jam
Pola gangguan persalinan pada fase aktif berupa :
1. Persalinan lambat
28
Dilatasi fase aktif lambat bila pembukaan <1,2cm/jam pada nulipara dan <1,5cm/jam
pada multipara. Dan penurunan kepala lambat bila penurunan <1cm/jam pada nulipara
dan <2cm pada multiparaipara. Dan penurunan kepala lambat bila penurunan <1cm/jam
pada nulipara dan <2cm pada multipara..
2. Persalinan terhenti
Dilatasi terhenti sekunder adalah pembukaan terhenti >2jam, dan fase deselerasi
memanjang pembukaan >3 jam pada nulipara dan >1jam pada multipara. Penurunan
kepala terhenti > 1 jam. Atau tidak adanya penurunan pada fase deselerasi atau kala II.
Nulipara
Multipara
Pembukaan
Penurunan
> 2 jam
> 2 jam
> 1 jam
> 1 jam
Persalinan Lama
Persalinan Macet
Tidak ada
pembukaan
Tidak ada penurunan
29
3.2.3 Penatalaksanaan
Penilaian Kemajuan
Persalinan
Kontraksi
rahim :
- Pola
- Intensita
s
- Frekuens
i
Kulit ketuban :
- Presentasi
janin
- Letak janin
- Asinklitismus
- Defleksi
- Deformasi
- Moulase
Penilaian serviks :
Pembukaan
(dilatasi)
Penipisan
Konsistensi
Posisi
Perubahan serial
Penurunan kepala
Belum inpartu
Tunggu
Inpartu
Fase Laten
Pembukaan
serviks
0-3cm
Fase Aktif
Pembukaan
serviks
3-10 cm
Evaluasi
maksimal
8 jam
Evaluasi
pembukaan
Serviks minimal
1cm/jam
Tidak ada
Tidak ada
Partus tak
Inpartu kala II
Bayi
Pimpinan
30
Tidak ada
kemajuan
2 jam primipara
1 jam multipara
Partus macet
proteinuri,
Hipertensi Gestasional
Diagnosis hipertensi gestasional ditegakkan pada wanita yang tekanan darahnya
mencapai 140/90 mmHg atau lebih untuk pertama kali selama kehamilan, tetapi belum
mengalami proteinuria. Hipertensi gestasional disebut juga hipertensi transient apabila tidak
terjadi preeklamsi dan tekanan darah kembali kenormal dalam 12 minggu postpartum.4,6,7
Dalam klasifikasi ini, diagnosis final bahwa wanita yang bersangkutan tidak mengidap
preeklamsia hanya dapat dibuat postpartum. Dengan demikian, hipertensi gestasional
merupakan diagnosis eksklusi. Namun, perlu diketahui bahwa wanita dengan hipertensi
gestasional dapat memperlihatkan tanda-tanda lain yang berkaitan dengan
preeklamsia,
terjadi sebelum proteinuria muncul dengan jelas. Karenanya, jelaslah bahwa apabila tekanan
darah meningkat, baik ibu maupun janinnya mengalami peningkatan resiko lebih besar.
Preteinuria adalah tanda memperburuknya penyakit hipertensi, terutama preeklamsia dan
apabila proteinuria tersebut jelas dan menetap, resiko pada ibu dan janin menjadi semakin
besar.8
Etiologi :7,8
Etiologi pada hipertensi gestasional meliputi:
o Masa plasenta besar (gamelli , penyakit trofoblast)
o Hidramnion
o Isoimunisasi resus
o Faktor herediter
o Autoimun: SLE
o Respon fisiologis yang berlebihan dari sistem cardiovaskuler ibu
terhadap kehamilan.
o Jarang berhubungan dengan akibat yang tidak diinginkan pada ibu atau janin.
Diagnosis 6,7,8
Kriteria Diagnosis pada hipertensi gestasional yaitu :
Prognosis
Jika penderita tidak terlambat dalam pemberian pengobatan, maka gejala
perbaikan akan tampak jelas setelah kehamilannya diakhiri. Segera setelah
persalinannya diakhiri perubahan patofisiologik akan segera pula mengalami perbaikan.
35
3.3.5
Penimbangan berat badan pada waktu ibu masuk rumah sakit dan
penimbangan dilakukan setiap hari
3. Terapi medikamentosa
f. Anti hipertensi
Diberikan : bila tensi 180/110 atau MAP 126
Jenis obat : Nifedipine : 10-20 mg oral, diulangi setelah 30 menit, maksimum
120 mg dalam 24 jam.
< 160/105
g. Diuretikum
Diuretikum tidak dibenarkan diberikan secara rutin, karena:
o Memperberat penurunan perfusi plasenta
38
o Memperberat hipovolemia
o Meningkatkan hemokonsentrasi
Diuretikum yang diberikan hanya atas indikasi :
o Edema paru
o Payah jantung kongestif
o Edema anasarka
h. Diet
Diet diberikan secara seimbang, hindari protein dan kalori yang berlebih
i. Perawatan Konservatif ; ekspektatif
Indikasi : Kehamilan 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda dan gejalagejala impending eklamsi.
Terapi Medikamentosa :
i. Bila penderita sudah kembali menjadi preeklamsi ringan, maka masih dirawat 2-3
hari lagi, baru diizinkan pulang.
ii. Pemberian MgSO4 sama seperti pemberian MgSO4 seperti tersebut di atas, hanya
tidak diberikan loading dose intravena, tetapi cukup intramuskuler
iii. Pemberian glukokortikoid diberikan pada umur kehamilan 32-34 minggu selama 48
jam.
j. Perawatan aktif ; agresif
Tujuan : Terminasi kehamilan
Indikasi Ibu :
Timbulnya oligohidramnion
Indikasi Janin :
Indikasi Laboratorium
III.
Penatalaksanaan eklamsi
Pengelolaan eklamsi
a. Sikap dasar pengelolaan eklamsi : semua kehamilan dengan eklamsi harus
diakhiri (diterminasi) tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin.
Berarti sikap terhadap kehamilannya adalah aktif.
b. Saat pengakhiran kehamilan, ialah bila sudah terjadi stabilisasi (pemulihan)
hemodinamika dan metabolisme ibu.
c. Stabilisasi dicapai selambat-lambatnya dalam : 4-8 jam, setelah salah satu atau
lebih keadaan seperti dibawah ini, yaitu setelah :
Kejang terakhir
Obat antihipertensi :
o Pilihan pertama : Methyldopa : 0,5 3,0 g/hari, dibagi dalam 2-3 dosis.
o Pilihan kedua : Nifedipine : 30 120 g/hari, dalam slow-release tablet
(Nifedipine harus diberikan per oral)
41
BAB IV
ANALISA KASUS
42
Perut lebih buncit dari semestinya sesuai dengan umur tua kehamilan (Pada ibu ini TFU
39 cm pada kehamilannya sekarang yaitu 35-36 minggu)
Pernah hamil kembar atau ada riwayat keturunan kembar (ada keturunan kembar
saudara kandung suami)
Inspeksi dan palpasi
Berat badan ibu bertambah secara signifikan, namun bukan disebabkan oleh edema atau
obesitas
Terdengarnya denyut jantung janin yang letaknya berjauhan dengan perbedaan kecepatan
setidaknya 10 dpm
Dan dari hasil USG yang kesan telihat 2 janin
Hipertensi gestasional Diagnosis hipertensi gestasional ditegakkan pada pasien ini
karena tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg yaitu : 160/100 mmhg, dan dari
pemeriksaan laboratorium belum mengalami proteinuria (protein urine : negative).
Pada pasien ini diagnosa sudah tepat berdasarkan hasil dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium sudah memenuhi kriteria diagnosis
G3P2A0 gravida 35 36 minggu, inpartu, kala 1 fase aktif tak maju, janin gemeli
hidup intrauterine, preskep/preskep, dengan hipertensi gestasional.
2. Apakah Penatalaksanaan Pada Kasus Ini Sudah Tepat atau Kurang Tepat?
43
a. Pada kasus ini penatalaksanaan awal yang dilakukan untuk usia kehamilan 35-36
minggu:
-
O2 tepasang 2 liter
IVFD RL kolf 20 gtt/i
MgSO4 40% boka-boki
Nifedipine 3 x 10 mg
Dopamed 3 x 250 mg
Observasi di VK : KU, TTV, DJJ, HIS dan kemajuan persalinan
Dalam kasus ini penatalaksanaan yang lain sudah tepat, hanya saja seharusnya
penatalaksanaan dengan menggunakan protab PEB MgSO4 40% tidak harus diberikan
karena pada pasien ini pada hasil laboratorium bprotein urin : negative. Hanya saja
kemungkinan pada saat di IGD hasil protein urin belum ada sedangkan pasien memiliki
tekanan darah 160/100 mmhg.
b. Dilakukan SC cito
Terminasi perabdominal pada usia kehamilan 35-36 minggu dilakukan karena pasien
pada keadaan kala 1 fase aktif tak maju dan sudah inpartu.
Penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat yaitu dilakukan terapi aktif dengan terminasi
perabdominal.
Dan pada saat dilakukan SC, walaupun persentasi janin yaitu vertex-vertex namun
terlihat adanya locking twins yang disebabkan kedua janin dengan monoamnion.
44