NPM : 1411011123
Jurusan : Manajemen
Analisis Jurnal
Dimensions of Mood in Mood-Dependent Memory
melakukan percobaan diperdengarkannya para partisipan kepada mood-music selection dan juga
verbal-mood scenario yang sudah disediakan oleh peneliti. Selain itu juga penelitian ini
bertujuan untuk mencari tahu yang mana diantara kedua dimensi mood tersebut yang paling
efektif menyebabkan MDM.
Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan dari hasil penelitian sebelumnya yang
belum jelas mengenai apakah manipulasi yang dilakukan terhadap perasaan senang terlibat
secara bersamaan dengan perubahan gairah?
Pertanyaan lain yang berusahaan dijawab oleh peneliti adalah pertanyaan dari Macaulay et al.
(1993) yaitu mengenai apakah perbedaan pada kedua komponen dasar emosi dibutuhkan untuk
menghasilkan efek-efek mood-dependent?
Hipotesis:
1.
2.
efek MDM.
II.
Teori
Penelitian ini dilakukan berdasarkan teori MDM yang melihat adanya pengurangan
dalam proses recall atau recognition terhadap suatu material yang seringkali melibatkan
perubahan mood.(e.g., Eich, Macaulay, & Ryan, 1994; Eich & Metcalfe,1989 dalam Balch,
Myers, & Papotto, 1999). Berangkat melalui teori ini, peneliti ingin mengklarifikasi sifat dari
perubahan mood yang dapat secara efektif menyebabkan MDM. Menurut Macaulay, Ryan, and
Eich (1993, hal. 89 dalam Balch, Myers, & Papotto, 1999) sebagian besar penelitian tentang
MDM berfokus pada berkurangnya kemampuan me-recall memori dengan berubahnya dua
emosi, yaitu kesenangan (atau kebahagiaan) dan ketidaksenangan (atau kesedihan) sehingga
mengabaikan emosi-emosi lain.
Akan tetapi, pada penelitian ini, model yang digunakan adalah model teori dua dimensi
(e.g.,Bradley, Greenwald, Petry, & Lang, 1992; Macaulay et al.,1993; Russell, 1980; Russell,
Weiss, & Mendelsohn, 1989 dalam Balch, Myers, & Papotto, 1999). Model ini menyebutkan,
bahwa pada dasarnya, mood kurang lebih bervariasi pada dua dimensi primer yaitu kesenangan
dan tingkat arousal.
Implikasi dari teori tersebut terhadap MDM yaitu bahwa perubahan pada mood yang
menyenangkan dan tinggi rendahnya arousal, jika digabungkan menyebabkan MDM yang lebih
besar dibandingkan jika perubahan terisolasi yang hanya terjadi dalam tingkat kesenangan mood
ataupun dalam tinggi rendahnya arousal saja. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha untuk
menguji pengaruh dua dimensi mood tersebut terhadap MDM.
III.
sendiri adalah aliran yang mempelajari bagaimana kita berpikir mengenai informasi untuk
memori dan penyelesaian masalah (problem solving)? Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa
dalam kognitivisme, manusia dapat diibaratkan sebagai komputer yang mengolah berbagai
informasi secara dinamis. Bisa dilihat bahwa penelitian ini meneliti proses mental manusia,
yaitu proses pengingatan kembali mood-dependent memory. Jika kita melihat kembali kepada
apa itu fenomena MDM, yaitu fenomena dimana kemampuan untuk mengakses memori menurun
saat terjadinya perubahan mood, terlihat bahwa kognitivisme merupakan landasan bagi teori
MDM yang diteliti dalam penelitian ini.
IV. Data, Informasi dan Metode
A. Metode
Untuk mendapatkan data yang dimaksud, peneliti menggunakan metode eksperimental.
Pertama, peneliti mencoba desain penelitian dengan melihat efek yang terjadi terhadap MDM
dan mood sampel jika mendengar musik serta skenario verbal. Setelah peneliti yakin dengan
desain penelitian yang digunakan, peneliti mulai melakukan penelitian eksperimental yang
dilakukan sebanyak 5 kali.
Data yang dinyatakan tabel merupakan rata-rata dan standar deviasi dari jumlah kata yang
berhasil diingat dengan benar oleh partisipan. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa
dari rata-rata total, kemampuan peserta dalam mengingat mood yang sama dan tingkat arousal
yang berbeda relatif tinggi, yakni sebesar 12,13. Angka ini disusul oleh kemampuan mengingat
dalam mood yang berbeda sebesar 10,53 dan dalam tingkat pleasant yang berbeda sebesar 10,22.
Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa perubahan tingkat pleasant, lebih berpengaruh
terhadap kemampuan mengingat daripada tingkat arousal.
4. Eksperimen 2
Eksperimen
memiliki
kemiripan
dengan
didefinisikan, seperti halnya eksperimen ke 2. Berdasarkan data, tidak terlihat adanya perbedaan
yang signifikan dalam mengingat mood yang sama, baik dengan adanya mood yang didefiniskan
maupun tidak.
6. Eksperimen 4
Dalam eksperimen 4, seperti eksperimen 1, hanya
menguji pengaruh mood bahagia atau gairah (arousal) saja
atau kedua dimensi mood. Tetapi, perbedan dengan
eksperimen 1, dalam eksperiman 4, pertama metode
pemunculan mood berbeda dimana disini digunakan dua
metode, yaitu pemilihan musik pada fase pembentukan katakata dan skenario verbal. Kedua, pada eksperimen 4,
partisipan diberi waktu lebih untuk merasakan mood pada
kedua fase eksperimen. Terakhir, peneliti memberikan Beck
Depression Inventory (BDI) kepada semua partisipan.
Hasilnya, kemampuan mengingat sepanjang pembentukan mood cukup tinggi pada mood
yang sama dan tingkat gairah (arousal) yang berbeda-beda. Tetapi, rata-rata kemampuan
mengingat lebih rendah pada tingkat mood bahagia yang berbeda-beda dan pada mood yang
berbeda.
7. Eksperimen 5
Dalam eksperimen ini, partisipan diuji secara individual dengan
hanya satu pilihan musik pada tahap word-generation. Pertama
partisipan diminta mendengarkan musik tersebut, kemudian
menilai mood yang dirasakannya dan melkukan hal yang sama
setelah word generation. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi
pengaruh pilihan musik partisipan dan dampaknya terhadap
moodnya. Penelitian ini seperti menggabungkan prosedur dari
eksperimen 1 dengan penelitian normatif mood-music scenarios,
dan hasilnya pun konsisten. Kedua dimensi mood yang dipakai
dapat dijadikan manipulasi yang efektif dalam eksperimen.
mempengaruhi atau dalam hal ini menurunkan kemamuan mengingat sesuatu. Dalam meneliti
topik ini, peneliti juga menyaranikan control yang lebih ketat terhdap dimensi yang diteliti dan
juga kemuungkinan meneliti pleasantness dan arousal pada saat yang bersamaan. Maka itu dapat
disimpulkan bahwa penelitian lebih lanjut perlu memfokuskan pada perbedaan dan kesamaan
antara memori yang bergantung pada pleasantness dan arousal.