Teknik start-up yang dipitih adalah metoda batch dan dibantu dengan resirkulasi
dari ruang penyekat akhir ke ruang penyekat pertama. Proses start-up berlangsung
hingga tercapai keadaan tunak (steady state) dengan fluktuasi efisiensi penyisihan
COD sekitar 10%.
5. Metode Analisa
Parameter yang diamati selatna proses start-up biorepktor antara lain pH,
total asarn lemak volatil, COD total, padatan tersuspensi total, padatan total,
padatan volatil total dan konsentrasi biomassa sebagai VSS, minyak dan lemak
(APHA, AWWA WCF, 1992). Sedangkan volume gas dengan metoda
penampungan dengan larutan NaCl jenuh dan komposisi biogas dianalisa dengan
gas khromatografi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
pengamatan
selama
berlangsung
prases
slart4tp
bioreaktor
berpenyekat anaerob diketengahkan dengan melihat hubungan antara waktu startup terhadap pH dan konsentrasi total asam lemak volatil, waktu start-up terhadap
penyisihan dan efisiensi penyisihan COD, waktu start-up terhadap VSS dan TSS
keluaran, waktu start-up terhadap produk biogas dan data pengamatan pada
keadaan tunak (steady state).
1. pH dan Total Asam Lemak Volatil
Perubahan nilai pH dan konsentrasi total asam lemak volatil selama
berlangsung proses start-up ditampilkan pada gambar :
Produksi Biogas
Aktivitas bakeri anaerob dapat juga ditinjau dari produksi biogas.
Hal menarik yang dapat diamati adalah aktivitas bakteri anaerob pada
setiap ruang penyekat bioreaktor. Konsentrasi bakteri anaerob pada setiap
ruang penyekat berbeda beda dengan kecenderungan konsentrasi biomassa
pada ruang penyekat pertama lebih besar bari pada konsentrasi pada ruang
penyekat terakhir. Hal ini dapat dimengerti karena pada ruang penyekat
pertama merupakan tempat yang paling banyak mendapatkan nutrisi
sedangkan pada ruang penyekat terakhir lebih rendah kualitas nutrisi yang
diperoleh sehingga pertumbuhan bakteri anaerob pada ruang penyekat
pertama lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan bakteri pada ruang
penyekat terakhir. Hal lain yang teranrati adalah nilai pH pada lumpur
bagian dasar tiap ruang penyekat menunjukkan nilai konstan pada pH ratarata 5,6, nilai ini relatif lebih rendah dibandingkan dengan cairan dibagian
permukaan bioreaktor yang berkisar pada pH 6,0.
KEADAAN TUNAK
Keadaan tunak dapat dicapai setelah berlangsung proses start-up selama 40
hari, namun demikian untuk memastikan bahwa proses start-up telah berjalan
dengan baik diuji cobakan pengoperasiannya sehingga mencapai 77 hari. Selama
periode 40 hari hingga 77 hari tidak terjadi perubahan yang signifikan sehingga
ditetapkan bahwa lamanya proses start-up bioeraktor berpenyekat anaerob hingga
tercapai keadaan tunak ditempuh selama 40 hari. Hasil yang diperoleh ini lebih
lambat dibandingkan yang dilakukan oleh Grobicki dan Stucky (1991), namun
lebih cepat dibandingkan dari peneliti-peneliti lain seperti ditunjukan dalam tabel
2.
Relatif singkatnya waktu yang dibutuhkan pada proses start-up didukung
oleh beberapa hal antara lain karakteristik dan kandungan nutrisi yang terdapat
pada limbah cair. Limbah cair yang mengandung nutrisi dan mineral yang cukup
akan mempercepat proses start-up bioreaktor. Limbah cair dengan kandungan
nutrien yang seimbang antara karbon, nitrogen, dan fosfor dengan rasio COD : N :
P sebesar 100 : (1-1) : (5-1) dapat mempercepat proses start-up bioreaktor,
sedangkan unsur mineral yang sangat dibutuhkan dala masa pertumbuhan bakteri
anaerob antara lain besi (Fe), nikel (Ni), kobal (Co), dan molibdat (Mo) (Weiland
dan Rozzi, 1991). Kandungan nutrisi dan mineral tersebut diatas sebagian besar
terdapat pada model limbah cair yang digunkan. Limbah cair yang digunakan
sukup memnuhi untuk pertumbuhan bakteri anaerob karena mengandung nitrogen
sebesar 650 mg/L, fosfor 120 mg/L, Fe sebesar 117 mg/L dan Co sebesar 0,05
mg/L.
batch dan secara kontiniu. Inokulasi secara kortiniu tidak menguntungkan karena
membutuhkan bibit yang cukup banyak.
Disamping itu, pengenrbang-biakan bakteri anaerob di dalam proses start-up
bioreaktor berpenyekat anaerob sangat terganhmg pada kondisi proses dan teknik
pembebanan organik yang dipilih. Kondisi optimum untuk proses nonmetan
(hidrolisis, asidogenesis,dan asetogenesis) berkisar pada pH 5,0 hingga pH 6,5
sedangkan suhu untuk kelompok bakteri mesofilik berkisar pada suhu 33 hingga
37oC (Malina dan Pohland, 1992). Sementara itu, pembebanan organik yang
umum digunakan antara lain pendekatan laju pembebanan organik rendah dan laju
pembebanan organik tinggi. Pembebanan organik rendah lebih menguntungkan
dibandingkan dengan pembebanan organik tinggi karena tidak mernbutuhkan
penarnbahan senyawa alkali selama proses start-up berlangsung. Namun
demikian, kelebihan pembebanan organik tinggi perlu juga diperhatikan karena
proses start-up berlangsung lebih cepat. Batasan pembebanan rendah berkisar
dibawah 1 kgCOD/kgVSS-hari (Heijnen, dkk, 1986 ; Hickey, dkk, 1991 ; Weiland
dan Rozzi, 1991). Kondisi proses dan pembebanan organik yang dipilih untuk
mempercepat proses start-up bioreaktor ditampilkan pada tebel berikut :
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil suatu kesimpulan
sebagai berikut :
1. Proses start-up bioreaktor berlangsung selama 40 hari dengan kandisi
operasi snhu 350C dan pH rata-rata 6,0.
2. Konsentrasi biomassa pada setiap ruang berpenyekat yang diperoleh
cukup tinggi sebesar 3.142 mg/VSS/L pada ruang penyekat pertama,
1.666 mg/VSS/L pada ruang penyekat kedua, 1.342 mgVSS/L pada