TK Edwar
TK Edwar
: Mohammad Edwar S.
NIM
: 03121003077
Shift
: B, Indralaya
Kelompok
:3
faktor, misalnya
konsentrasi
dan
lama
paparan.
Konsentrasi
membersihkan
kotoran.
Biasanya
berbentuk
solid
atau
semi
pencuci. Akibatnya kini orang mulai meninggalkan sabun untuk sarana pembersih
kotoran membandel, dan kedudukannya sekarang lebih sering digantikan oleh
deterjen. Secara umum, ada dua jenis sabun yang dikenal di pasaran, yaitu:
1) Sabun keras, adalah sabun yang mengandung logam Natrium yang merupakan
hasil dari reaksi antara Asam Alkanoat pada suhu tinggi dengan NaOH yang
menghasilkan garam Natrium. Sabun keras ini biasanya digunakan sebagai
sabun cuci, disebabkan karena sabun keras memliki ikatan rantai atom yang
bercabang melingkar sehingga lebih mampu membersihkan kotoran. Contoh:
Na-palmitat dan Na-stearat
2) Sabun lunak, adalah sabun yang mengandung logam Kalium yang merupakan
hasil reaksi antara Asam Alkanoat dengan KOH yang menghasilkan garam
Kalium. Sabun lunak ini biasanya digunakan sebagai sabun mandi, disebabkan
karena sabun lunak memliki ikatan rantai atom yang lurus yang lebih mudah
diuraikan oleh mikroorganisme tanah/ air.Contoh: Ka-palmitat dan Ka-stearat
Penelitian meragukan keampuhan sabun antiseptik membunuh bakteri.
Bahkan kandungan zat kimia dalam sabun antiseptik tersebut dinilai berisiko
mengganggu hormon dan memicu bakteri yang resisten terhadap obat. Pemerintah
Amerika Serikat mengumumkan hasil penelitian yang sudah dilakukan selama
empat puluh tahun atas bahan kimia anti-bakteri yang sering dipakai sebagai
komposisi sabun antiseptik dan sabun pembasuh badan.
Penelitian juga mendapatkan peningkatan risiko yang muncul dari
penggunaan bahan kimia untuk sabun itu. Food and Drug Administration (FDA)
mengatakan, saat ini mereka sedang meninjau kembali keamanan penggunaan
bahan kimia semacam triclosan untuk sabun. Berdasarkan penelitian terbaru, zatzat kimia itu justru mengganggu kadar hormon pemakainya dan memicu
pertumbuhan bakteri yang resisten terhadap obat. Pernyataan awal FDA adalah
mendukung hasil penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan zat antiseptik kemungkinan terbaiknya- tidak efektif dan
kemungkinan terburuknya
dalam setahun
ke depan,
sebelum seluruh
aturan diterapkan
triclosan dan bahan sejenis untuk ribuan produk peralatan rumah tangga. Manfaat
pembunuh kuman menjadi jurus pemasaran mereka. FDA sudah diminta
mengonfirmasi manfaat penggunaan zat kimia untuk sabun antiseptik tersebut
pada 1972 sebagai bagian dari UU yang dirancang sebagai pedoman umum
produk pembersih anti-bakteri. Pedoman itu tak pernah rampung. FDA kemudian
membuat rancangan awal pedoman pada 1978 dan baru rampung.
Sebagian besar penelitian seputar keamanan triclosan melibatkan hewan
laboratorium termasuk tikus. Perubahan homon testosteron, estrogen, dan tiroid,
terlihat pada hewan-hewan yang terlibat percobaan. Para ilmuwan khawatir
fenomena yang sama juga akan terjadi pada manusia. Bila sampai terjadi,
penggunaannya akan meningkatkan risiko infertilitas, pubertas dini, dan bahkan
kanker. Para pakar di FDA, Senin, mengatakan penelitian itu belum tentu
mendapatkan hasil yang sama pada manusia. Namun mereka mengatakan pula
bahwa FDA tengah mengkaji implikasi zat-zat itu pada manusia. Pakar lain di
FDA mengkhawatirkan pula penggunaan rutin bahan kimia anti-bakteri seperti
triclosan ini memberi kontribusi lonjakan varian kuman yang resisten terhadap
obat. Kuman super ini membuat obat-obatan antibiotik sekalipun tak efektif.
Sebelumnya pada Maret 2010, Uni Eropa sudah terlebih dahulu melarang
penggunaan segala jenis bahan kimia antiseptik itu pada semua produk yang
bersentuhan dengan makanan, termasuk kotak kontainer makanan dan barang
berbahan perak.Juru bicara untuk American Cleaning Institute, organisasi
perdagangan produk sabun dan pembersih, mengatakan akan segera mengirimkan
data terbaru ke regulator.
DAFTAR PUSTAKA
Darus, N. 2010. Antiseptic For Skin Preparation. Malaysia: Health Technology
Assessment Report.
Jain, M. 2004. Competition Science Vision. India: Pratiyogita Darpan.
Franklin T. 2005. Biochemistry and Molecular Biology of Antimicrobial Drug
Action. Edisi Enam. New York: Springer Science & Business Media Inc.
Levinson W. 2008. Review of Medical Microbiology & Imunology. Edisi Sepuluh.
New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Rajasree, dkk. 2012. Formulation and Evaluation of Antiseptic Polyherbal
Ointment. International Jurnal of Pharmacy and Life Science.