Anda di halaman 1dari 6

Nama

: Mohammad Edwar S.

NIM

: 03121003077

Shift

: B, Indralaya

Kelompok

:3

BAHAN YANG DITAMBAHKAN KE SABUN SEBAGAI ANTI


VIRUS
Antiseptik atau germisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk
membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang
hidup seperti pada permukaan kulit dan membran mukosa. Antiseptik berbeda
dengan antibiotik dan disinfektan, yaitu antibiotik digunakan untuk membunuh
mikroorganisme di dalam tubuh, dan disinfektan digunakan untuk membunuh
mikroorganisme pada benda mati. Hal ini disebabkan antiseptik lebih aman
diaplikasikan pada jaringan hidup, daripada disinfektan.
Penggunaan disinfektan lebih ditujukan pada benda mati, contohnya
wastafel atau meja. Namun, antiseptik yang kuat dan dapat mengiritasi jaringan
kemungkinan dapat dialihfungsikan menjadi disinfektan contohnya adalah fenol
yang dapat digunakan baik sebagai antiseptik maupun disinfektan. Penggunaan
antiseptik sangat direkomendasikan ketika terjadi epidemi penyakit karena dapat
memperlambat penyebaran penyakit.
Efektivitas antiseptik dalam membunuh mikroorganisme bergantung pada
beberapa

faktor, misalnya

konsentrasi

dan

lama

paparan.

Konsentrasi

memengaruhi adsorpsi atau penyerapan komponen antiseptik. Pada konsentrasi


rendah, beberapa antiseptik menghambat fungsi biokimia membran bakteri,
namun tidak akan membunuh bakteri tersebut. Ketika konsentrasi antiseptik
tersebut tinggi, komponen antiseptik akan berpenetrasi ke dalam sel dan
mengganggu fungsi normal seluler secara luas, termasuk menghambat biosintesis
(pembuatan) makromolekul dan persipitasi protein intraseluler dan asam nukleat
(DNA atau RNA). Lama paparan antiseptik dengan banyaknya kerusakan pada sel
mikroorganisme berbanding lurus.
Mekanisme kerja antiseptik terhadap mikroorganisme berbeda-beda,
misalnya saja dengan mendehidrasi (mengeringkan) bakteri, mengoksidasi sel
bakteri, mengkoagulasi (menggumpalkan) cairan di sekitar bakteri, atau meracuni
sel bakteri. Beberapa contoh antiseptik diantaranya adalah hidrogen peroksida,
garam merkuri, boric acid, dan triclosan. Menurut Ava Shamban, seorang

dermatologis asal Los Angeles, benzoyl peroxide mampu membunuh bakteri


penyebab bau tak sedap. Caranya, basuh bagian bawah lengan dengan pembersih
wajah yang mengandung benzoyl peroxide. Atau, mengusapkan area ketiak dan
sekitarnya dengan potongan kapas yang telah dicelupkan ke dalam cairan toner.
Kandungan alkoholnya akan segera menguap, dan menimbulkan sensasi segar
sekaligus meminimalisasi aroma tidak sedap.
Sabun adalah campuran surfaktan pembersih yang digunakan umumnya
untuk

membersihkan

kotoran.

Biasanya

berbentuk

solid

atau

semi

solid.Kebanyakan sabun diperoleh dalam bentuk garam alkali dari campuran


sodium atau potassium hidroksida dengan asam lemak yang diperoleh baik dari
hewan maupun tumbuhan, dalam range suhu 80o sampai 100o C, yaitu dalam
proses yang dikenal dengan sebutan saponifikasi.
Sebuah legenda menceritakan tentang asal mula sabun, dimana kata sabun
soap diambil dari nama sebuah gunung Mount Sapo dimana orang-orang
Romawi kuno mempersembahkan kurban hewan. Hujan mengalirkan sisa-sisa
lemak dari tubuh hewan ke daratan di bawah gunung menuju suatu sungai
Tiber. Wanita-wanita disana mengatakan bahwa pakaian yang mereka cuci di
sungai tersebut menjadi lebih bersih.
Pengetahuan tentang sabun, pembuatan serta penggunaannya telah dimulai
sejak zaman Babilonia sekitar 2800 SM, dimana sebuah formula pembuatan sabun
ditulis dalam lempengan tanah liat di sekitar tahun 2200 SM.Orang-orang Mesir
kuno di tahun 1550 SM mandi secara teratur dengan suatu substansi dari
campuran minyak tumbuhan dengan asam alkali. Perusahaan pertama pembuatan
sabun sederhana berbentuk batangan ditemukan di Mesir zaman Pompeii (79 AD).
Di zaman modern sekarang ini, penggunaan sabun menjadi umum di
kalangan industri dan rumah tangga, yaitu sebagai pembersih untuk menciptakan
lingkungan yang lebih higienis dan menjauhkan kita dari kuman penyakit. Tetapi
sabun saja tidak cukup untuk membersihkan semua kotoran, karena semua sabun
kini mempunyai satu kekurangan utama yakni akan bergabung dengan mineralmineral yang terlarut dalam air membentuk senyawa yang sering disebut limesoap atau sabun kapur, yang membentuk bercak kekuningan di kain atau mesin

pencuci. Akibatnya kini orang mulai meninggalkan sabun untuk sarana pembersih
kotoran membandel, dan kedudukannya sekarang lebih sering digantikan oleh
deterjen. Secara umum, ada dua jenis sabun yang dikenal di pasaran, yaitu:
1) Sabun keras, adalah sabun yang mengandung logam Natrium yang merupakan
hasil dari reaksi antara Asam Alkanoat pada suhu tinggi dengan NaOH yang
menghasilkan garam Natrium. Sabun keras ini biasanya digunakan sebagai
sabun cuci, disebabkan karena sabun keras memliki ikatan rantai atom yang
bercabang melingkar sehingga lebih mampu membersihkan kotoran. Contoh:
Na-palmitat dan Na-stearat
2) Sabun lunak, adalah sabun yang mengandung logam Kalium yang merupakan
hasil reaksi antara Asam Alkanoat dengan KOH yang menghasilkan garam
Kalium. Sabun lunak ini biasanya digunakan sebagai sabun mandi, disebabkan
karena sabun lunak memliki ikatan rantai atom yang lurus yang lebih mudah
diuraikan oleh mikroorganisme tanah/ air.Contoh: Ka-palmitat dan Ka-stearat
Penelitian meragukan keampuhan sabun antiseptik membunuh bakteri.
Bahkan kandungan zat kimia dalam sabun antiseptik tersebut dinilai berisiko
mengganggu hormon dan memicu bakteri yang resisten terhadap obat. Pemerintah
Amerika Serikat mengumumkan hasil penelitian yang sudah dilakukan selama
empat puluh tahun atas bahan kimia anti-bakteri yang sering dipakai sebagai
komposisi sabun antiseptik dan sabun pembasuh badan.
Penelitian juga mendapatkan peningkatan risiko yang muncul dari
penggunaan bahan kimia untuk sabun itu. Food and Drug Administration (FDA)
mengatakan, saat ini mereka sedang meninjau kembali keamanan penggunaan
bahan kimia semacam triclosan untuk sabun. Berdasarkan penelitian terbaru, zatzat kimia itu justru mengganggu kadar hormon pemakainya dan memicu
pertumbuhan bakteri yang resisten terhadap obat. Pernyataan awal FDA adalah
mendukung hasil penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan zat antiseptik kemungkinan terbaiknya- tidak efektif dan

kemungkinan terburuknya

mengancam kesehatan masyarakat. FDA akhirnya meminta industri menunjukkan


bahwa produk ini lebih baik dari sabun (biasa) dan air. Dan data tidak
membuktikan (keampuhan sabun antiseptik).

Berdasarkan rancangan regulasi yang diusulkan, FDA mengharuskan


produsen membuktikan penggunaan sabun antibakteri memang aman serta lebih
efektif dibanding sabun biasa dan air.Produk yang terbukti tak aman dan efektif
membunuh kuman sampai akhir 2016 akan didata ulang atau bahkan ditarik dari
peredaran. Wakil Direktur Pusat Obat-obatan FDA Sandra Kweder menduga ada
banyak konsumen yang menganggap bahwa dengan menggunakan produk sabun
anti-bakteri mereka melindungi diri dari penyakit, melindungi keluarga mereka.
Tidak ada bukti bahwa (sabun antiseptik) itu benar-benar (efektif melebihi)
sabun sederhana dan air. Namun seorang juru bicara produk sabun antiseptik
mengatakan FDA punya data yang menunjukkan manfaat penggunaan produkproduk yang menggunakan zat antiseptik ini. FDA memperkirakan perusahaan
produsen sabun antiseptik butuh 112,2 juta hingga 368,8 juta dollar AS untuk
mematuhi peraturan baru ini, termasuk mendata produk dan menghapus klaim
pemasaran melalui pihak ketiga.
Aturan baru FDA tidak berlaku untuk produk pencuci tangan yang
sebagian besar menggunakan alkohol sebagai bahan anti-kuman-nya alih-alih zat
kimia anti-bakteri. FDA akan mulai menerima data dari perusahaan dan para
peneliti

dalam setahun

ke depan,

sebelum seluruh

aturan diterapkan

penuh.Penelitian 40 tahun. Desakan untuk mengkaji ulang penggunaan triclosan,


triclocarban, dan bahan kimia sejenis untuk sabun sudah mengemuka selama 40
tahun terakhir. Pemerintah Amerika akhirnya hanya mempublikasikan temuan dari
"pertempuran" tiga tahun dengan Natural Resources Defense Council, kelompok
lingkungan hidup yang menuduh FDA menunda tindakan atas penggunaan bahan
kimia yang memiliki atau punya potensi bahaya ini.
Triclosan ditemukan di sekitar 75 persen sabun cair anti-bakteri dan
pembasuh badan yang dijual di Amerika Serikat. FDA juga mengatakan 93 persen
produk sabun mengandung triclosan atau triclocarban.Untuk sementara aturan ini
baru berlaku untuk produk kebersihan pribadi. Implikasi lebih luas akan muncul
di industri senilai lebih dari 1 miliar dollar AS atau Rp 12 triliun, mencakup
ribuan produk antibakteri untuk pisau dapur, mainan, dot, dan pasta gigi. Selama
sekurangnya 20 tahun terakhir, tak terhitung perusahaan yang menambahkan

triclosan dan bahan sejenis untuk ribuan produk peralatan rumah tangga. Manfaat
pembunuh kuman menjadi jurus pemasaran mereka. FDA sudah diminta
mengonfirmasi manfaat penggunaan zat kimia untuk sabun antiseptik tersebut
pada 1972 sebagai bagian dari UU yang dirancang sebagai pedoman umum
produk pembersih anti-bakteri. Pedoman itu tak pernah rampung. FDA kemudian
membuat rancangan awal pedoman pada 1978 dan baru rampung.
Sebagian besar penelitian seputar keamanan triclosan melibatkan hewan
laboratorium termasuk tikus. Perubahan homon testosteron, estrogen, dan tiroid,
terlihat pada hewan-hewan yang terlibat percobaan. Para ilmuwan khawatir
fenomena yang sama juga akan terjadi pada manusia. Bila sampai terjadi,
penggunaannya akan meningkatkan risiko infertilitas, pubertas dini, dan bahkan
kanker. Para pakar di FDA, Senin, mengatakan penelitian itu belum tentu
mendapatkan hasil yang sama pada manusia. Namun mereka mengatakan pula
bahwa FDA tengah mengkaji implikasi zat-zat itu pada manusia. Pakar lain di
FDA mengkhawatirkan pula penggunaan rutin bahan kimia anti-bakteri seperti
triclosan ini memberi kontribusi lonjakan varian kuman yang resisten terhadap
obat. Kuman super ini membuat obat-obatan antibiotik sekalipun tak efektif.
Sebelumnya pada Maret 2010, Uni Eropa sudah terlebih dahulu melarang
penggunaan segala jenis bahan kimia antiseptik itu pada semua produk yang
bersentuhan dengan makanan, termasuk kotak kontainer makanan dan barang
berbahan perak.Juru bicara untuk American Cleaning Institute, organisasi
perdagangan produk sabun dan pembersih, mengatakan akan segera mengirimkan
data terbaru ke regulator.

DAFTAR PUSTAKA
Darus, N. 2010. Antiseptic For Skin Preparation. Malaysia: Health Technology
Assessment Report.
Jain, M. 2004. Competition Science Vision. India: Pratiyogita Darpan.
Franklin T. 2005. Biochemistry and Molecular Biology of Antimicrobial Drug
Action. Edisi Enam. New York: Springer Science & Business Media Inc.
Levinson W. 2008. Review of Medical Microbiology & Imunology. Edisi Sepuluh.
New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Rajasree, dkk. 2012. Formulation and Evaluation of Antiseptic Polyherbal
Ointment. International Jurnal of Pharmacy and Life Science.

Anda mungkin juga menyukai