IMMUNODEFICIENCY SYNDROME
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
adalah jaringan limfoid. Ketika sistem imun terstimulasi, replikasi virus akan terjadi dan virus
tersebut menyebar kedalam plasma darah yang mengakibatkan infeksi berikut pada sel-sel
CD4+ yang lain. Penelitian yang lebih muthakhir menunjukan bahwa sistem imun pada
infeksi HIV lebih aktif daripada yang diperkirakan sebelumnya sebagaimana dibuktikan oleh
produksi sebanyak 2 miliar limfosit CD4+ perhari. Keseluruhan populasi sel-sel CD4+
perifer akan mengalami pergantian (ternover) setiap 15 hari sekali (Ho et al, 1995).
Kecepatan reproduksi HIV diperkirakan berkaitan dengan status kesehatan orang yang
terjangkit infeksi tersebut. Jika orang tersebut tidak sedang berperang melawan infeksi yang
lain, reproduksi HIV berjalan dengan lambat. Namun, reproduksi HIV tampaknya akan
dipercepat kalau penderitanya sedang menghadapi infeksi lain atau kalau sistem imunnya
terstimulasi. Keadaan ini dapat menjelaskan periode laten yang diperlihatkan oleh sebagian
penderita sesudah terinfeksi HIV. Sebagai contoh seorang pasien mungkin bebas dari gejala
selama berpuluh tahun; kendati demikian sebagian orang yang terinfeksi HIV (sampai 65%)
tetap menderita penyakit HIV/AIDS yang simtomatik dalam waktu 10 tahun sesudah orang
tersebut terinfeksi (Pinching, 1992).
Dalam respon imun, limfosit T4 memainkan beberapa perangan yang penting yaitu:
mengenali antigen yang asin, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi,
menstimulasi limfosit T sitotoksik, memproduksi limpokin dan mempertahankan tubuh
terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi limfosit T4 terganggu mikroorganisme yang biasanya
tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi menyebabkan
sakit yang serius. Infeksi dan malignansi yang timbul sebagai akibat dari gangguan sistem
imun dinamakan infeksi oportunistik.
Insidens
Sampai desember 1994 sudah terdapat 441.528 kasus penyakit AIDS dan 270.870 kematian
akibat AIDS yang dilaporkan diantara populasi dewasa, remaja dan anak-anak diamerika
serikat dalam bulan januari 1993, definisi surveilans untuk penyakit AIDS diperluas agar
mencakup pula keadaan yang terjadi lebih dini di dalam perjalanan infeksi HIV sehingga
jumlah kasus penyakit AIDS yang dilaporkan mengalami peningkatan. Laporan hasil
surveilans juga menunjukan peningkatan yang cukup besar pada angka infeksi HIV diantara
populasi hererokseksual, khususnya didaerah pantai timur.
Diamerika serikat, sebagian besar penderita AIDS melibatkan diri dalam perilaku
yang beresiko tinggi, seperti hubungan homoseksual antar pria , penggunaan obat bius IV
dan hubungan heteroseksual dengan pasangan yang terinfeksi HIV atau yang beresiko untuk
terinfeksi virus tersebut. Yang juga beresiko untuk terjangkit infeksi ini adalah orang-orang
yang mendapatkan darah atau produk darah yang terkontaminasi dengan HIV (khususnya
sebelum skrining darah untuk transfusi dilakukan dalam tahun 1985) dan anak-anak yang
dilahirkan dari ibu yang menderita terinfeksi HIV.
Penularan
Jalur penularan infeksi HIV serupa dengan infeksi hepatitis B. Pada homoseksual
pria, anal, intercourse atau anal manipulation akan meningkatkan kemungkinan trauma pada
mukosa rektum dan selanjutnya memperbesar peluang untuk terkena virus HIV lewat sekret
tubuh. Peningkatan frekuensi praktik dan hubungan seksual ini dengan patner yang
bergantian juga turut menyebarkan penyakit ini. Hubungan heteroseksual dengan orang yang
menderita infeksi HIV juga bentuk penularan yang terus tumbuh secara bermakna.
Penularaan melalui pemakaian obat bius intravena terjadi lewat kontak langsung darah
dengan jarum dan semprit yang terkontaminasi meskipun jumlah darah dalam semprit relatif
kecil, efek kumulatif pemakaian bersama peralatan suntik yang sudah terkontaminasi tersebut
akan meningkatkan resiko penularan.
Darah dan produk darah, yang mencakup tranfusi yang diberikan pada penderita hemofilia,
dapat menularkan HIV kepada resipien. Namun demikian, resiko yang berkaitan dengan
transfusi kini sudah banyak berkurang sebagai hasil dari pemeriksaan serologi yang secara
sukarela diminta sendiri, pemrosesan konsentrat faktor pembekuan dengan pemanasan, dan
cara-cara inaktifasi virus yang semakin efektif. Insidens penyakit AIDS pada petugas
kesehatan yang terpajan HIV lewat cidera tertusuk jarum suntik diperkirakan kurang dari 1%.
Pengertian berskala besar terhadap para petugas kesehatan yang terpajan kini sedang
dilaksanakan oleh CDC dan kelompok-kelompok lainnya. Virus HIV dapat pula ditularkan in
utero dari ibu kepada bayinya dan kemudian melalui air susu ibu.
Pencegahan Penularan
Sebelum di temukan vaksin yang efektif, pencegahan penularan HIV dengan cara
menghilangkan atau mengurangi perilaku beresiko merupakan tindakan yang sangat penting.
Upaya pencegahan primer melalui program pendidikan yang efektif amat penting untuk
pengendalian dan pencegahan. Penyakit AIDS tidak di tularkan lewat kontak secara
kebetulan. Bukti epidemiologi menunjukan bahwa penyakit AIDS hanya di tularkan melalui
hubungan seks yang intim, pajanan parenteral dengan darah atau produk darah dan penularan
perinatal dari ibu kepada bayi yang di kandungnya. Penelitiaan terhadap kontak non seksual
pasien AIDS dalam rumah tangga di samping kontak non seksual antar individu yang
umumnya terjadi di tempat kerja tidak mampu memperlihatkan peningkatan resiko penularan
AIDS lewat kontak tersebut.
Bagi kepentingan kesehatan masyarakat, CDC dan ikatan Dokterdi Amerika Serikat
dalam mempublikasikan beberapa rekomendasi untuk pencegahan pedoman yang berjudul
Universal Blood and Body Fluid Precautions. Di masukan untuk mencegah pajanan
( kontak) parenteral, membran mukosa dan kulit yang tidak utuh dari petugas kesehtan
terhadap mikro organisme patogen dari semua penderita tanpa mempedulikan status HIV
mereka. Meskipun HIV pernah di isolasi dari semua tipe cairan tubuh, namun resiko
penularan pada petugas kesehatan dari feses, sekret hidung, sputum,keringat, air susu ibu,
mata, urin dan muntahan adalah lebih kecil, kecuali jika cairan tubuh ini mengandung darah
yang nyata. CDC menganjurkan agar tindakan kewspadaan universal di terapkan pada
darah;cairan serebro spinal, sinopial, pleural, peritonial, perikardial, amnion dan vaginal; dan
semen. Dalam keadaan darurat ketika tipe-tipe cairan tersebut sulit di bedakan, semuai cairan
tubuh harus di aggap berpotensi membahayakan kesehatan.
Sistem isolasi lainya, yaitu Body Substanse Isolation Syistem( sistem pengisolasian
substansi tubuh), di gunakan oleh beberapa lembaga di Amerika Serikat sebagai pilihan
alternatif untuk Universal Blood And Body Fluid Precuations( Tindakan penjagaan universal
untuk darah dan cairan tubuh). Sistem ini menawarkan strategi pengisolasian yang lebih luas
untuk mengurangi resiko penularan penyakit kepada pasien serta petugas kesehatan, dan
membuat petugas kesehatan tidak perlu mengenali jenis cairan tubuh.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis penyakit AIDS menyebar luas dan pada dasarnya dapat mengenai
setiap sistem organ. Penyakit yang berkaitan dengan infeksi HIV dan penyakit AIDS terjadi
akibat infeksi, malignansi dan / efek langsung HIV pada jaringan tubuh, namun secara umum
dapat di kemukakan sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Evaluasi Diagnostik
1. Tes Laboratorium
Penatalaksanaan
1. Obat-obatan Untuk infeksi yang berhubungan dengan HIV
Infeksi umum. Trimetoprim-sulfametoksazol, yang disebut pula TMP-SMZ
(Bactrim,Septra), merupakan preparat anti bakteri untuk mengatasi berbagai
mikroorganisme yang menyebabkan infeksi. Pemberian secara IV kepada pasienpasien dengan fungsi gastronitestinal yang normal tidak memberikan keuntungan
apapun. Penderita AIDS yang obati dengan TMP-SMZ dapat mengalami efek yang
merugikan dengan insiden tinggi yang tidak lazim terjadi, seperti dema, ruam,
leukopenia, trombositpenia, dan gangguan fungsi renal.
kebutuhan pasien; terapi nutrisi bisa dilakukan mulai diet oral dan pemberian
makanan lewat sonde (terapi nutrisi enteral ) hingga dukunagn nutrisi parenteral kita
diperlukan.
Advera merupakan suplemen nutrisi yang dibuat khusus untuk penderita
infeksi HIV dan AIDS .megastrol asetat (Megace) yaitu preparat sintetik progesteron
oral yang digunaka untuk pengobatan kanker payudara. Dronabinol (marinol)
merupakan preparat sintetik tetrahidrokanabinol (THC) merupakan obat untuk
mengurangi mual yang berkaitan dengan kemoterapi kanker.
4. Penanganan keganasan
Penatalaksanaan sarkoma kaposi, biasanya sulit kaerna sangat beragam gejala
sarkoma kaposi jarang mengancam jiwa penderitanya kecuali mengenai paru-paru dan
saluran cerna. tujuan terapi ini adalah untuk mengurangi gejala lesi pada kulit,
gangguan rasa nyaman, berkaitan dengan edema. Terapi lokal mencakup eksisi lesi
atau pengolesan nitrogen cair pada lesi kulit dan penyuntikan lesi intra oral dengan
larutan encer vinblastin. Hingga saat ini kemoterapi yang paling efektif berupa ABV
(adrimiamisin, bleomisin dan vinkristin). Alfa-interferon untuk sarkoma kaposi yaitu
untuk mengatasi sarkoma kaposi katenius.
5. Terapi antiretrovirus
Saat ini terdapat empat preparat antriretrovirus yaitu zidovudin ( ZDV; dahulu disebut
azidotimidin), dideoksinosin, diseoksisitidin semua obat ini menghambat kerja enzim
reverse transctasevirus dan mencegah reproduksi virus HIV.
6. Inhibitor protease
Merupakan obat menghambat kerja enzim protease yaitu enzim yang dibutuhkan
untuk replikasi virus HIV dan produksi virion yang menular. Efek sampingnya
mencakup sakit kepala dan gangguan gastrointestinal.
7. Imunomodulator
Untuk melawan penyakit AIDS bukan hanya diperlukan preparat yang akan
menghambat pertumbuhan virus, tetapi juga preparat yang memulihkan atau
menguatkan sistem imun yang rusak.
8. Vaksin
Vaksin merupakan substansi yang memicu produksi antibodi dalam upaya untuk
menghancurkan mikroorganisme penyerang.
9. Perawat pendukung
Pasien yang menjadi lemah dan memiliki keadan umum yang menurun sebagai akibat
dari sakit kronik yang berkaitan dengan infeksi HIV memerlukan banyak perawatan
suportif seperti dukungan nutrisi, terapi pengganti berupa infus cairan serta elektrolit
perawatan tindakan mengembalikan tubuh pasien secara teratur membersihkan dan
mengoleskan obat untuk menutup lesi dengan kasa steril. Teknik relaksasi, dan guided
imagery (terapi psikologi dengan cara imajinasi yang terarah) dapat mengurangi rasa
nyeri.
10. Terapi alternatif
Terapi alternatif dibagi menjadi empat kategori.
hasilnya harus dinilai. Semua faktor mempengaruhi sistem imun perlu digali dengan
sesama.
a. Status nutrisi, dinilai dengan menanyakan riwayat diyet dan mengenali faktorfaktor yang dapat menganggu hasupan oral seperti anoreksia, mual, vomitus, nyeri
oral atau kesulitan menelan.
b. Kulit dan membran mukosa, diinfeksi setiap hari untuk menentukan tanda-tanda
lensi, userasi atau infeksi.
c. Status respiratorius, dinilai lewat pemantawan pasien untuk menditeksi gejala
batuk, produksi sputum, napas yang pendek, artopmea, takipnea dan nyeri dada.
d. Status neorogis, ditentukan dengan menilai tingkat kesadaran pasien, orentasi
terhadap orang, tempat serta waktu ingatan yang hilang
e. Status cairan dan elektrolit, dinilai dengan memeriksa kulit serta membran
mukosa untuk menentukan tugor dan kekeringannya
f. Tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya dan cara-cara penularan penyakit
harus di evaluasi. Disamping itu tingkat pengetahuan keluarga dan sehabat perlu
dinilai
2. Diagnosa keperawatan
1) Diare berhubungan dengan patogen enterik atau infeksi HIV
2) Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan imunodisifisiensi
3. Intervesi
N
o
1
Diagnosa
Tujuan dan
Kreteria
hasil
Diare
Tujuan
:
berhubungan
setelah
dengan patogen dilakukan
enterik
atau tindakan
infeksi HIV
keperat 3x24
jam
mendapatka
n
kembali
kebiasaan
defekasi
yang lazim
dengan
kreteria hasil
defekasi
kembali
normal
Intervensi
1. Kaji
terhadap
diare : sering, feses,
nyeri atau kram
adomen,
volume
feses cair, dan
faktor
pemberat
dan penghilang
2. Dapatkan
kultur
feses dan berikan
terapi anti mikroba
sesuai ketentuan
3. Lakukan tindakan
untuk mengurangi
pembatasan sesuai
ketentuan dokter.
a. Pertahankan
batasan
Rasional
makanan dan
cairan
sesuai
ketentuan
dokter
b. Hindari
merokok
c. Hindari iritan
usus
seperti
makanan
berlemak atau
gorengan,
Sayuran mentah
dan
kacang
kacangan.
4. Beriakan
antispasmodik
antikolinergis atau
obat
sesuai
ketentuan
1. Pantau adanya
infeksi :
demam, gigil,
dan diaporesis,
batuk, napas
pendek, nyeri
oral atau nyeri
menelan,
bercak
berwarna krim
di dalam
rongga oral,
sering
berkemih,
bengkak
2. Ajarkan pasien
atau
memberikan
keperawatan
tentang
perlunya
melaporkan
kemungkinan
infeksi
3. Patau jumlah
Daftar pustaka
Smeltzer, Suzanne C dan Bare G Brenda .2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Bruner & Suddarth. Edisi 8. Vol 3. Jakarta :EGC