Anda di halaman 1dari 31

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah gizi masih menjadi masalah global di seluruh dunia. Menurut
laporan di Indonesia jumlah kematian anak di bawah usia 5 tahun telah berkurang
dari 385.000 pada tahun 1990 menjadi 152.000 pada tahun 2012. Sensus WHO
(World Health Organization) menunjukan bahwa 49% dari 10,4 juta kematian
balita di negara berkembang berkaitan dengan gizi buruk. Tercatat sekitar 50%
balita di Asia (154,8 juta), 30% di Afrika (31,6 juta) dan 20% (sekitar 6,4 juta
orang) di Amerika Latin menderita gizi buruk. 1,2 Di Indonesia, menurut WHO
(World Health Organizatin) pada tahun 2003, sebanyak 53% kematian anak dan
balita Indonesia disebabkan oleh masalah malnutrisi, baik itu kekurangan gizi
maupun kelebihan gizi. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010,
jumlah penderita berat kurang di kalangan anak balita mencapai 17.9% yang
terdiri dari 4.9% gizi buruk dan 13% gizi kurang, sementara prevalensi
kegemukan pada anak balita secara nasional berdasarkan indikator berat badan
menurut tinggi badan mencapai 14%.1 Data Riskesdas 2013, prevalensi
kekurangan gizi (underweight) pada anak balita mencapai 19.6%, prevalensi
stunting (kurus) pada anak balita mencapai 12%.2
Salah satu target SDGs (Sustainable Development Goals) untuk gizi
masyarakat ialah pada tahun 2030 mengakhiri segala bentuk malnutrisi, termasuk
mencapai target internasional 2025 untuk penurunan stunting dan wasting pada
balita dan mengatasi kebutuhan gizi remaja, perempuan, wanita hamil dan
menyusui, serta lansia. 2
Data Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) Provinsi Sumatera Utara kejadian
gizi kurang dan gizi buruk diatas angka rata-rata nasional yaitu 22,7% tahun 2007
dan 21,3% tahun 2010. Menurut data surveilans gizi buruk pada anak balita di
kota Medan, tahun 2010 ditemukan status gizi buruk sebanyak 1.018 balita (0,8
%) dan gizi kurang sebanyak 5466 balita (4,6%).3
2

Penelitian yang dilakukan oleh Ikti Sri Wahyuni yang berjudul “Hubungan
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Anak Balita Di Desa
Ngemplak, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar” menunjukkan
ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang gizi dengan
status gizi anak balita yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,009 ( p < 0,05)12.

Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan sehingga


merupakan masa yang cukup penting. Tidak hanya orang dewasa yang perlu
memperhatikan gizi seimbang, namun juga bagi balita dimana pada masa itu,
keseimbangan gizi sangat berpengaruh terhadap masa pertumbuhan.1
Malnutrisi pada anak disebabkan oleh kesalahan pemberian asupan gizi
saat masa awal tumbuh kembangnya. Menurut Samuel Oetoro, ada tiga faktor
yang menyebabkan kurang gizi pada anak, antara lain ketidaktahuan,
ketidakmampuan dan ketidakmauan dari orangtua yang biasanya dialami oleh
masyarakat golongan menengah bawah.1
Seorang anak yang kehilangan berat badan sebesar 10% (gizi kurang
ringan) dapat menurunkan kekebalan tubuh dan anak tersebut mudah terkena
infeksi. Seorang anak yang kehilangan berat badan sebesar 20 persen (gizi kurang
sedang), mengalami waktu penyembuhan yang lambat, infeksi meningkat, dan
kondisi tubuh lemah.1
Menurut Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
terdapat 218 balita di Kelurahan Kedai Durian. Pada bulan Agustus, September,
dan Oktober 2015, jumlah balita gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Kedai
Durian sebanyak 9 orang dan adapun jumlah gizi kurang sebanyak 15 orang. Dari
data tersebut diketahui bahwa masih terdapatnya balita yang mengalami
kekurangan gizi.
Berdasarkan data diatas peneliti berpikir mungkin pengetahuan ibu-ibu
balita di di wilayah Puskesmas Kedai Durian tentang gizi masih belum memadai,
sehingga masih ada ditemukan balita yang mengalami malnutrisi. Hal itu
membuat peneliti memutuskan untuk meneliti bagaimana tingkat pengetahuan ibu
balita mengenai gizi.
3

1.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin mengetahui : Bagaimana
tingkat pengetahuan ibu tentang status gizi pada balita di Puskesmas Kedai Durian
Kecamatan Medan Johor ?

1.1 Tujuan Penelitian


1.1.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana


pemahaman seorang ibu tentang status gizi pada balita di Puskesmas Kedai
Durian Kecamatan Medan Johor.

1.1.2 Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi.

b. Mendeskripsikan status gizi pada anak balita

1.2 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1.2.1 Bagi Peneliti
Melalui penelitian ini, peneliti dapat menambah wawasan dan pengalaman
dalam melakukan suatu penelitian, khususnya mengenai hubungan
pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi pada balita di Puskesmas
Kedai Durian Kecamatan Medan Johor.

1.2.2 Bagi Masyarakat


Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi kepada masyarakat
terutama seorang ibu tentang pengetahuan gizi dan status gizi pada balita.

1.2.3 Bagi Institusi Pendidikan


4

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah studi kepustakaan dan


menjadi suatu masukan yang berarti dan bermanfaat bagi mahasiswa/i
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara serta kepustakaan
di Puskesmas Kedai Durian Kecamatan Medan Johor.

1.2.4 Bagi Penelitian Selanjutnya


Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau gambaran untuk
pengembangan penelitian selanjutnya bagi mahasiswa/i di Fakultas
Kedokteran Islam Sumatera Utara.

1.2
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pengetahuan
1.1.1 Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmojo).4

1.1.2 Tingkatan Pengetahuan 4,9


Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang dicakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkat :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang diterima.

b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
6

c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di
sini dapar diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prrinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-
rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya: dapat membandingkan antara
anak-anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat
7

menanggapi terjadinya wabah diare di suatu tempat, dapat menafsirkan


sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur
dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas.

1.2 Status Gizi


1.2.1 Defenisi Status Gizi
Menurut Habict (1979) yang dikutip oleh Jahari (1988), status gizi adalah
tanda-tanda atau penampilan fisik yang diakibatkan karena adanya keseimbangan
antara pemasukan gizi di satu pihak, serta pengeluaran oleh organisme di lain
pihak yang terlihat melalui variable-variabel tertentu, yaitu melalui suatu
indikator status gizi. Status gizi optimal menurut Dorice M. (1992) adalah
keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan gizi.5
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi.6

1.2.2 Epidemiologi Gizi5


Adalah ilmu yang mempelajari distribusi frekuensi dan determinan dari
suatu masalah/ kelainan gizi.

Host

Masalah
Gizi

Environment Agent
8

1,5
1.2.3 Penilaian Status Gizi
Gambar 2.1 Epidemiologi Gizi
a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung
1. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau
dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi, digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi.

2. Klinis
Pemeriksa klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan
yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi dan
penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid
clinical). Survei ini digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi
seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan
gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

3. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen
yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam
jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urin,
tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini
digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi
keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.

4. Biofisik
9

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status


gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat
perubahan struktur dari jaringan.Umumnya dapat digunakan dalam situasi
tertentu seperti kejadian buta senja epidemik. Cara yang digunakan adalah
tes adaptasi gelap.

b. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung


1. Survei Konsumsi Makanan
Adalah metode penentuan status gizi dengan melihat jumlah dan jenis zat
gizi yang dikonsumsi. Kesalahan dalam survei makanan bisa disebabkan oleh
perkiraan yang tidak tepat dalam menentukan jumlah makanan yang
dikonsumsi balita, kecenderungan untuk mengurangi makanan yang banyak
dikonsumsi dan menambah makanan yang sedikit dikonsumsi (The Flat Slope
Syndrome), membesar-besarkan konsumsi makanan yang bernilai sosial
tinggi, keinginan melaporkan konsumsi vitamin dan mineral tambahan
kesalahan dalam mencatat (food record).

2. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis
data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan usia,
angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tertentu dan data lainnya yang
berhubungan dengan gizi.

3. Faktor Ekologi
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi
sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya.
Jumlah makanan yang tersedia sangat bergantung dari keadaan ekologi
seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi
dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu
masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.1, 5
10

1.2.4 Klasifikasi Status Gizi 6, 13, 14


Kalsifikasi berdasarkan parameter antopometri dibedakan atas : Berat
Badan/Umur, Tinggi Badan/ Umur, Berat Badan/ Tinggi Badan, Lingkar
Lengan Atas/ Umur. Penentuan status gizi dilakukan berdasarkan parameter
berat badan (BB) menurut panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) (BB/PB
atau BB/TB) banyak digunakan karena memiliki kelebihan, yaitu : dapat
membedakan proporsi badan (gemuk, normal, kurus) dan tidak memerlukan
data usia. Grafik pertumbuhan yang digunakan sebagai acuan ialah grafik WHO
2006 untuk anak kurang dari 5 tahun dan grafik CDC 2000 untuk anak lebih
dari 5 tahun.
Dibawah ini adalah klasifikasi status gizi :
a. Interprestasi penentuan status gizi menurut Waterlow, WHO 2006 dan
CDC 2000

Tabel 2.1 Status Gizi Menurut Waterlow, WHO 2006 dan CDC 2000

b. Menentukan median BB/TB dalam persentil dengan rumus :

Kurva pertumbuhan CDC 2000 merupakan revisi dari kurva pertumbuhan


NCHS (National Center for Health Statistics) tahun 1977. Kurva CDC
digunakan sebagai referensi pertumbuhan yang menggambarkan pertumbuhan
anak pada tempat dan waktu tertentu.

1.3 Balita
1.3.1 Defenisi Balita1
11

Adalah anak yang berusia 1 sampai 5 tahun, pada masa ini ditandai dengan
proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Disertai dengan
perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan
kualitas tinggi. Akan tetapi, balita termasuk kelompok rawan gizi, mereka
mudah menderita kelainan gizi karena kekurangan makanan yang dibutuhkan.

1.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita3


Ada beberapa faktor yang sering merupakan penyebab gangguan gizi, baik
langsung maupun tidak langsung. Beberapa faktor yang secara tidak langsung
mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada anak balita antara lain:
1. Pengetahuan
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang
berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya.
Masalah gizi karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan di bidang
memasak akan menurunkan konsumsi makan anak, keragaman bahan dan
keragaman jenis makanan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya
kebebasan.

2. Persepsi
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak
digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka
yang tidak baik terhadap bahan makanan itu.

3. Kebiasaan atau pantangan


Berbagai kebiasaan yang berberhubungan dengan pantang makanan
tertentu sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap
anak untuk makan telur, ikan atau daging hanya berdasarkan kebiasaan yang
tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara demografi turun menurun,
padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti guna
keperluan pertumbuhan tubuhnya.
12

4. Kesukaan jenis makanan tertentu


Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau
disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak
memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.

5. Jarak kelahiran yang terlalu rapat


Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang
menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adik yang
baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawat secara baik.

6. Sosial ekonomi
Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang
disajikan.

7. Penyakit Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan.
Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya
dipakai untuk pertumbuhan.

1.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Gizi Kurang5


a. Konsumsi makanan yang tidak adekuat
Mengarah pada bahwa makanan yang dikonsumsi oleh anak balita
kurang memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi
seimbang.
b. Konsumsi makanan PMT-P yang tidak adekuat
c. Penyakit Infeksi
WHO mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status
gizi adalah infeksi, distribusi zat gizi pada anggota keluarga, ketersediaan
pangan serta penghasilan rumah tangga.
d. Penyakit Bawaan
Seperti hydrocephalus, penyakit jantung bawaan dan lain-lain.
13

e. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)


Bayi baru lahir memerlukan kebutuhan yang sangat spesifik karena pada
Hari-hari pertama kehidupannya memerlukan adaptasi fisiologis dan
psikologis dari lingkungan intrauterine ke lingkungan ekstrauterin.

1.3.4 Kebutuhan Gizi Balita1


Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk
memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi
ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan.
Kebutuhan gizi yang diperlukan antara lain :
a. Kebutuhan cairan : 1-1,5 liter per hari
b. Energi yang terdiri : 50-60% karbohidrat, 25-35% lemak, dan 10-15%
protein.
c. Protein : 2,5-3 g per kg BB, cukup asam amino esensial, mudah diserap dan
dicerna, kualitas protein tinggi untuk hewani.
d. Mineral, vitamin dan kalsium serta fosfor tulang dan gigi, susu sapi sumber
Ca dan P yang baik.

1.4 Kerangka Teori 5, 11


Zat Gizi Dalam
Makanan

Ada tidaknya program


pemberian makanan di Konsumsi
luar keluarga Makanan

Daya Beli Status Gizi


Keluarga

Kebiasaan Makan
Kesehatan
Pemeliharaan
Kesehatan
Gambar
Lingkungan Fisik Tabel 2.2 Kerangka Teori Menurut Call & Levinson 5, 11
dan Sosial
14

BAB III
METODE PENELITIAN

1.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep penelitian hubungan pengetahuan ibu tentang gizi
dengan status gizi pada balita adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan Status Gizi

1.2 Jenis Penelitian4


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survei deskriptif yaitu suatu
penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu
fenomena yang terjadi di dalam masyarakat.

1.3 Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian akan diadakan di Puskesmas Kedai Durian Kecamatan
Medan Johor dan dilaksanakan pada bulan April 2016 sampai bulan Mei 2016.

1.4 Populasi dan Sampel Penelitian


1.4.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh anak balita dan ibu balita di
Puskesmas Kedai Durian Kecamatan Medan Johor. Berdasarkan hasil studi
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan April 2016 di Puskesmas
Kedai Durian Kecamatan Medan Johor, terdapat 218 balita di Puskesmas Kedai
Durian.

1.4.2 Sampel Penelitian7

Besar sampel penelitian diambil dari balita dan datang bersama ibu yang
merawatnya, yang sedang berkunjung pada bulan April 2016. Teknik
15

pengambilan yang digunakan adalah Quota Sampling, yaitu pengambilan sampel


secara quota yang dilakukan dengan cara menetapkan sejumlah anggota sampel
secara quotum atau jatah. Didapatkan sampel sejumlah 60 sampel, yang terdiri
dari 30 sampel anak balita dan 30 sampel ibu balita.

1.5 Kriteria Penelitian


Kriteria pada penelitian ini adalah :
1. Balita (1-5 tahun) datang bersama ibu yang merawatnya, baik laki-laki
maupun perempuan yang berada di puskesmas maupun posyandu pada
saat penelitian berlangsung.
2. Bersedia ikut dalam penelitian

1.6 Variabel Penelitian


Variabel adalah setiap pengamatan yang mempunyai ciri khas tertentu
dengan nilai yang berbeda-beda untuk masing-masing individu, tempat ataupun
benda. variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu dan status
gizi.

1.7 Defenisi Operasional4


Defenisi operasional adalah rumusan secara singkat dan jelas tentang
defenisi variabel dan indikator sampai pada tingkat mudah untuk dipahami
(secara kualitatif) dan mudah untuk dilakukan pengukuran (secara kuantitatif),
mencakup variabel independen dan variabel dependen. Defenisi Operasional
pada penelitian ini dijabarkan pada Tabel 3.1.
16

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

No. Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur

1. Tingkat pengetahuan Kuisoner Cara a) Tinggi : Skala


Kemampuan ibu dalam pengukurannya 67% Ordinal
memahami segala yaitu dengan b) Sedang :
informasi yang melihat, 34-66 %
berhubungan dengan mengecek atau c) Rendah : <
bahan makanan yang mengobservasi 33 %
mengandung zat gizi hasil dari
bagi balita, sesuai kuisoner yang
dengan pedoman telah diisi oleh
umum gizi seimbang responden

2. Status Gizi Antropometri Cara pengukuran a. Obesitas : Skala


Hasil penimbangan dengan >120% Ordinal
atau pengukuran berat menimbang b. Gizi lebih :
badan dan tinggi badan berat badan dan >110 – 120%
anak balita berumur 1- mengukur tinggi c. Gizi baik :
5 tahun. badan, kemudian >90 – 110%
dinterpretasikan d. Gizi kurang :
ke dalam kurva 70– 90 %
CDC 2000 (BB e. Gizi buruk :
atau PB/ TB) < 70%

1.8 Pengumpulan Data


1.8.1 Jenis Data 8
17

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer pada penelitian ini diambil langsung dari responden,
yaitu kuisoner tentang pengetahuan ibu tentang gizi dan status gizi anak. Data
sekunder pada penelitian ini diambil dari Puskesmas Kedai Durian Kecamatan
Medan Johor.

1.8.2 Instrumen Pengumpulan Data 4.5


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1) Timbangan balita berupa timbangan dacin dengan kapasitas 25 kg
dengan tingkat ketelitian 0,1 untuk mengetahui berat badan balita .
2) Pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang sudah dapat berdiri
dilakukan dengan alat pengukur tinggi “mikrotoa” (microtoise) yang
mempunyai ketelitian 0,1 cm. Sedangkan untuk bayi atau anak yang
belum dapat berdiri, digunakan alat pengukur panjang bayi .
3) Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden tentang hal-hal yang diketahui.
Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui sejauh
mana pengetahuan ibu mengenai gizi yang baik bagi anak balitanya.
Namun, sebelum kuesioner diberikan pada responden, akan dilakukan
uji keampuhan instrumen terlebih dahulu, yakni dengan uji validitas dan
reliabilitas.

1.8.3 Cara Kerja Penelitian5


A. Pengetahuan Ibu14

Untuk mengukur pengetahuan ibu peneliti menggunakan kuesioner yang


digunakan terdiri dari :
1) Identitas, berisikan identitas responden meliputi nama responden, alamat,
umur, pendidikan terakhir serta identitas balita yang meliputi nama balita,
jenis kelamin, umur, berat badan, tinggi badan dan status gizi.
18

2) Pengetahuan tentang gizi balita berisikan soal – soal, melalui kuesioner.


Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup dengan 25
pertanyaan, dengan jawaban yang paling benar diberi nilai 2, jawaban yang
mendekati benar diberi nilai 1 dan jawaban yang salah diberi nilai 0. Untuk
mendapatkan skor dilakukan perhitungan dengan rumus (Kasmadi):

Untuk mempermudah interval kelas dari jawaban yang ada melalui


kuisoner yang diberikan pada responden, maka digunakan rumus (Kasmadi):

Keterangan :
R : Skor tertinggi - Skor terendah
I : Lebar Interval Kelas

Kemudian hasil dari perhitungan presentase ini akan dikategorikan


menurut skala ordinal menjadi tiga kategori, yaitu :
a. Tinggi : > 66 %
b. Sedang : 34 % - 66 %
c. Rendah : ≤ 33 %

B. Status Gizi Anak

Pemeriksaan status gizi pada balita dilakukan sebanyak 1 kali pada


masing-masing responden. Pemeriksaan dilakukan adalah dengan mengukur
tinggi badan dan berat badan kemudian menginterpretasikan ke kurva CDC.
Selain itu, responden diminta untuk mengisi kuisoner dan form informed concent
dalam kertas formulir yang sudah disediakan.
19

Cara mengukur tinggi badan :

1) Cara mengukur tinggi badan anak balita yang sudah dapat berdiri :

a. Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang lurus datar
setinggi tepat 2 meter. Angka 0 (nol) pada lantai yang datar rata.

b. Lepaskan sepatu atau sandal

c. Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna dalam baris berbaris,
kaki lurus, tumit, pantat, punggung, dan kepala bagian belakang harus
menempel pada dinding dan muka menghadap lurus dengan pandangan ke
depan.

d. Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus
lurus menempel pada dinding.

e. Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan
mikrotoa. Angka tersebut menunjukan tinggi anak yang diukur.

2) Cara mengukur anak yang belum dapat berdiri :


a. Alat pengukur diletakkan di atas meja atau tempat datar
b. Balita ditidurkan lurus di atas alat pengukur, kepala diletakkan hati-hati
sampai menyinggung bagian atas alat pengukur
c. Bagian alat pengukur sebelah bawah kaki di geser tepat menyinggung kaki
balita dan skala pada sisi alat pengukur dapat dibaca.5

Cara Menimbang/Mengukur Berat Badan


Dalam “Buku Kader”, diberikan petunjuk bagaimana menimbang balita
dengan menggunakan dacin. Langkah-langkah tersebut dikenal dengan 9
langkah penimbangan yaitu:
1. Langkah 1, Gantungkan dacin pada:
a) Dahan pokon
b) Palang pintu, atau
c) Penyangga kaki tiga
20

2. Langkah 2, Periksalah apakah dacin sudah tergantung kuat, tarik batang


dacin ke bawah kuat-kuat.
3. Langkah 3, Sebelum dipakai letakkan bandul geser pada angka 0 (nol).
Batang dacin dikaitkan dengan tali pengaman.
4. Langkah 4, Pasanglah celana timbang, kotak timbang atau sarung timbang
yang kosong pada dacin. Ingat bandul geser pada angka 0 (nol).
5. Langkah 5, Seimbangkan dacin yang sudah dibebani celana timbang,
sarung timbang atau kotak timbang dengan cara memasukkan pasir ke
dalam kantong plastik.
6. Langkah 6, Anak ditimbang dan selanjutnya seimbangkan dacin.
7. Langkah 7, Tentukan berat badan anak, dengan membaca angka diujung
bandul geser.
8. Langkah 8, Catat hasil penimbangan diatas dengan secarik kertas.
9. Langkah 9, Geserlah bandul ke angka 0 (nol), letakkan batang dacin dalam
tali pengaman setelah itu bayi atau anak dapat diturunkan.

1.9 Pengolahan8
1.9.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan menggunakan komputer proses
pengelolaan data ini melalui tahap- tahap berikut:
a. Editing
Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.
Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan, data dilengkapi dengan
mengobservasi ulang responden.
21

b. Coding
Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya
kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan
komputer.

c. Memasukkan Data (Data Entry)


Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program
komputer.

d. Pembersihan (Cleaning)
Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna
menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

e. Saving
Penyimpanan data untuk siap dianalisis
22

BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Kedai Durian terletak di Jalan Sari, Kelurahan Kedai Durian,
Kecamatan Medan Johor, Kode Pos 20143. Luas Wilayah Puskesmas Kedai
Durian adalah 430 Km2, dengan jumlah penduduk rata-rata sekitar 102 jiwa/ Ha
dan terdapat 23 lingkungan yang terdiri dari :
- Kelurahan Suka Maju : 13 lingkungan
- Kelurahan Titi Kuning : 15 lingkungan
- Kelurahan Kedai Durian : 5 lingkungan
Batas Wilayah Puskesmas Kedai Durian :
- Sebelah Utara : Kecamatan Medan Maimun
- Sebelah Selatan : Kecamatan Deli Serdang
- Sebelah Timur : Kecamatan Medan Amplas
- Sebelah Barat : Kecamatan Pangkalan Mansyur
Puskesmas Kedai Durian memiliki 36 orang tenaga kesehatan dan 10
orang tenaga kesehatan di Puskesmas Pembantu. Sarana di Puskesmas Kedai
Durian terdiri dari ruang poliklinik, ruang rawat inap, ruang petugas jaga, ruang
bersalin, ruang operasi, ruang KIA / KB, ruang poli gigi, ruang kepala puskemas,
ruang imunisasi, gudang obat, ruang apotik, ruang kartu, kamar mandi, ruang
tunggu pasien, suang shalat, dan ruang aula.

4.2 Karakteristik Responden


4.2.1 Umur Ibu
Berdasarkan kelompok umur, sebagian besar ibu balita berumur dibawah
26-30 tahun sebanyak 12 orang (40%) yang paling sedikit adalah pada umur
diatas 15-20 tahun sebanyak 2 orang (6,7%). Distribusi jumlah sampel ibu balita
menurut umur di Puskesmas Kedai Durian dapat dilihat pada Tabel 4.1.
23

Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Sampel Ibu Balita Menurut Umur di Puskesmas
Kedai Durian Tahun 2106

Umur Ibu Persentase


N
(Tahun) (%)

15-20 2 6,7

21–25 6 20

26–30 12 40

31–35 5 16,7

> 35 5 16,7

Total 30 100%

Gambar 4.1 Distribusi Sampel Ibu Balita Menurut Umur di Puskesmas Kedai
Durian Tahun 2016

4.2.2 Pendidikan Ibu


Tingkat pendidikan sebagian besar sampel adalah tamat SLTA yaitu
sebanyak 18 orang (60%), tamat SLTP sebanyak 5 orang (16,7%), tamat SD
sebanyak 6 orang (20%), tamat perguruan tinggi sebanyak 1 orang (3,3%),
24

sedangkan tidak satu pun dari responden yang. Data selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu di Puskesmas Kedai Durian


Tahun 2016

Tingkat Pendidikan N (Orang) Persentase (%)


Perguruan Tinggi 1 3,3
SLTA 18 60
SLTP 5 16,7
SD 6 20
Total 30 100%

Gambar 4.2 Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu di Puskesmas Kedai Durian


Tahun 2016

4.2.3 Umur Dan Jenis Kelamin Anak Balita


Sampel dalam penelitian ini adalah semua anak balita yang berkunjung ke
Puskesmas Kedai Durian bulan April yang berdomilisi di wilayah kerja
Puskesmas Kedai Durian. Sebagian besar anak balita yang menjadi sampel
berumur 36-47 bulan sebanyak 15 orang (50%) dengan jenis kelamin laki-laki
25

sebanyak 10 orang (33,34%) perempuan sebanyak 5 orang (16,66%) dan paling


sedikit adalah balita yang berumur 12-23 bulan sebanyak (10%) dengan jenis
kelamin laki-laki sebanyak 1 orang (3,33%) dan jenis kelamin perempuan 2
orang (6,67%). Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Persentase Umur dan Jenis Kelamin Anak Balita di Puskesmas Kedai
Durian Tahun 2016

Laki-laki Perempuan
Umur
(Bulan) Persentase Persentase
Jumlah Jumlah
(%) (%)
12-23 1 3,33 2 6,67
24-35 5 16,7 3 10
36-47 10 33,34 5 16,66
48-59 3 10 1 3,3
Jumlah 19 63.37 11 36.63

Gambar 4.3 Distribusi Jenis Kelamin Anak Balita di Puskesmas Kedai Durian
Tahun 2016
26

4.2.4 Tingkat Pengetahuan Responden


Hasil penelitian menunjukkan nilai tertinggi untuk pengetahuan gizi
adalah 90 dan nilai terendah adalah 40 dengan mean 67.87. Distribusi tingkat
pengetahuan ibu tentang gizi dapat dilihat pda Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi di Puskesmas
Kedai Durian Tahun 2016

Persentase Jumlah
Tingkat Pengetahuan
(%) (Orang)
Tinggi 50 15
Sedang 50 15
Total Jumlah 100 30

Gambar 4.4 Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi di Puskesmas


Kedai Durian Tahun 2016

Berdasarkan tabel dan diagram tingkat pengetahuan gizi di atas, dapat


diketahui bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan gizi tinggi yaitu
sebanyak 15 orang (50%) dan untuk tingkat pengetahuan gizi sedang sebanyak 15
orang (50%), sedangkan tingkat pengetahuan rendah tidak dijumpai.
27

4.2.5 Status Gizi Anak Balita


Status gizi anak balita dapat diketahui dengan indikator BB/TB
berdasarkan Kurva CDC 2000. Untuk menghitung nilai persentil gizi harus
diketahui tinggi badan anak dan berat badannya saat ini, karena indeks
antropometri yang digunakan adalah BB/ TB. Hasil penelitian menunjukkan
nilai tertinggi yaitu 53,33% yang menunjukkan status gizi kurang. Nilai
terendah yaitu 3,33% hal itu menunjukkan status gizi anak lebih. Rata-rata
status gizi sebagian besar anak balita di Puskesmas Kedai Durian memiliki
status gizi kurang. Namun demikian masih dijumpai juga adanya gizi buruk.
Data tersebut membuktikan bahwa di Puskesmas Kedai Durian masih dijumpai
masalah gizi. Distribusi sampel menurut status gizi dan kelompok umur dapat
dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Distribusi Sampel Menurut Status Gizi dan Kelompok Umur di
Puskesmas Kedai Durian tahun 2016

Kelompok Umur (Bulan) Persentase


Status Gizi N
12-23 24-35 36-47 48-59 (%)
Gizi Lebih - - - 1 1 3,33
Gizi Baik 1 3 5 2 11 36,67
Gizi Kurang 2 4 9 1 16 53,33
Gizi Buruk - 1 1 - 2 6,67
Jumlah 3 8 15 4 30 100

Gambar 4.5 Distribusi Sampel Menurut Status Gizi Di Puskesmas Kedai


Durian Tahun 2016
28

Status gizi anak balita berdasarkan CDC 2000 di dapati balita yang gizi
lebih sebanyak 1 orang (3,33%), gizi baik sebanyak 11 orang (36,67%), gizi
kurang sebanyak 16 orang (53,33%), gizi buruk sebanyak 2 orang (6,67%),
sedangkan anak balita yang memiliki status gizi obesitas tidak ditemukan.
29

BAB 5
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh tentang umur, sebagian besar


anak balita yang menjadi sampel berumur 36-47 bulan sebanyak 15 orang (50%)
dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 10 orang (33,34%) perempuan sebanyak
5 orang (16,66%) dan paling sedikit adalah balita yang berumur 12-23 bulan
sebanyak (10%) dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 1 orang (3,33%) dan
jenis kelamin perempuan 2 orang (6,67%).
Sebagian besar ibu balita berumur dibawah 26-30 tahun sebanyak 12
orang (40%) yang paling kecil adalah pada umur diatas 15-20 tahun sebanyak 2
orang (6,7%). Menurut pendapat Soekanto (2002), bahwa umur mempengaruhi
pengetahuan seseorang. Semakin dewasa usia maka tingkat kemampuan dan
kematangan dalam berpikir dan menerima informasi lebih baik dibandingkan
dengan umur yang masih muda atau belum dewasa. Berdasarkan tingkat
pendidikan ibu balita adalah tamat SLTA yaitu sebanyak 18 orang (60%), tamat
SLTP sebanyak 5 orang (16,7%), tamat SD sebanyak 6 orang (20%), tamat
perguruan tinggi sebanyak 1 orang (3,3%),.
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan selain umur menurut Soekanto
adalah tingkat pendidikan. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin
baik cara pandang terhadap diri dan lingkungannya. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka makin mudah menerima informasi dan semakin
banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Berdasarkan pemaparan hasil
penelitian pada bab sebelumnya, dapat diketahui bahwa dari 30 sampel ibu balita
yang memiliki tingkat pengetahuan baik ada 15 sampel dengan persentase sebesar
50%, sedangkan yang memiliki tingkat pengetahuan sedang ada 15 sampel dengan
persentase sebesar 50 %, dan yang memiliki tingkat pengetahuan buruk tidak
ditemukan. Data ini diperjelas pada tabel 5.5.
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Untuk mendapatkan pengetahuan diperlukan proses
30

belajar, dengan belajar akan dapat terjadi perubahan tingkah laku. Perubahan
tingkah laku tersebut bisa mengarah yang lebih baik jika individu tersebut
menganggap bahwa itu bermanfaat, tetapi juga ada kemungkinan mengarah
kepada tingkah laku yang lebih buruk jika individu menganggap objek yang
dipelajari tidak sesuai dengan keyakinannya menurut Soediatama. Menurut
Notoatmodjo, pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kesehatan akan
mempengaruhi terjadinya gangguan kesehatan pada kelompok tertentu.
Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya
kemampuan untuk menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari yang
merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi. Namun hal ini tidak
ditemukan pada penelitian ini seperti yang terlihat pada Tabel 4.6. yang
menunjukkan status gizi anak balita, dapat disimpulkan bahwa anak balita yang
gizi lebih sebanyak 1 orang (3,33%), gizi baik sebanyak 11 orang (36,67%), gizi
kurang sebanyak 16 orang (53,33%), gizi buruk sebanyak 2 orang (6,67%),
sedangkan anak balita yang memiliki status gizi obesitas tidak di temukan.
Status gizi dapat diartikan sebagai suatu keadaan tubuh manusia akibat
dari konsumsi suatu makanan dan penggunaan zat-zat gizi dari makanan tersebut
yang menurut CDC 2000 dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, lebih
dan obesitas. Di wilayah kerja Puskesma Kedai Durian masih dijumpai adanya
masalah gizi seperti gizi kurang, gizi lebih, dan gizi buruk. Hal tersebut mungkin
disebabkan oleh faktor lain yang lebih penting seperti kebiasaaan atau pantangan,
kesukaan jenis makanan tertentu, jarak kelahiran yang terlalu rapat, banyak
penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak-anak yang menderita gangguan
gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi sehingga si anak tidak mendapat
perawatan yang cukup, selain itu sosial ekonomi juga sangat mempengaruhi
termasuk juga penyakit infeksi .1
31

BAB VII
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1) Sebagian besar tingkat pengetahuan ibu tentang gizi adalah baik yakni
sebanyak 15 orang (50%),
2) Sebagian besar anak balita memiliki status gizi kurang yaitu sebanyak 16
orang (53,33%),

6.2 Saran
1. Bagi Ibu yang memiliki balita, Ibu sebaiknya tetap dapat terus aktif
datang, baik posyandu maupun puskesmas sehingga dapat menambah
wawasan tentang gizi pada balita, diketahui status gizi balitanya dan
terjaring oleh pemegang program penanggulangan gizi, sehingga gizi
anak dapat diperbaiki.
2. Bagi Petugas Kesehatan Setempat terutama puskesmas pemegang
program penanggulangan gizi, dapat terus aktif menelusuri/ mendata
balita yang mengalami gangguan status gizi, serta membantu
memperbaiki status gizi balita tersebut.
3. Bagi Peneliti Lain perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang faktor-
faktor lain seperti kebiasaan atau pantanganan terhadap makanan tertentu,
kesukaan makanan jenis tertentu, jenis kelahiran yang terlalu rapat, sosial
ekonomi serta penyakit infeksi yang mempengaruhi status gizi anak balita
dengan cakupan lebih meluas mengingat bahwa penelitian ini baru
membahas mengenai salah satu faktor yaitu pengetahuan ibu.

Anda mungkin juga menyukai