BAB I
PENDAHULUAN
Penelitian yang dilakukan oleh Ikti Sri Wahyuni yang berjudul “Hubungan
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Anak Balita Di Desa
Ngemplak, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar” menunjukkan
ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang gizi dengan
status gizi anak balita yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,009 ( p < 0,05)12.
1.2
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pengetahuan
1.1.1 Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmojo).4
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
6
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di
sini dapar diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prrinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-
rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya: dapat membandingkan antara
anak-anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat
7
Host
Masalah
Gizi
Environment Agent
8
1,5
1.2.3 Penilaian Status Gizi
Gambar 2.1 Epidemiologi Gizi
a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung
1. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau
dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi, digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
2. Klinis
Pemeriksa klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan
yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi dan
penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid
clinical). Survei ini digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi
seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan
gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
3. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen
yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam
jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urin,
tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini
digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi
keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.
4. Biofisik
9
2. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis
data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan usia,
angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tertentu dan data lainnya yang
berhubungan dengan gizi.
3. Faktor Ekologi
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi
sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya.
Jumlah makanan yang tersedia sangat bergantung dari keadaan ekologi
seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi
dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu
masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.1, 5
10
Tabel 2.1 Status Gizi Menurut Waterlow, WHO 2006 dan CDC 2000
1.3 Balita
1.3.1 Defenisi Balita1
11
Adalah anak yang berusia 1 sampai 5 tahun, pada masa ini ditandai dengan
proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Disertai dengan
perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan
kualitas tinggi. Akan tetapi, balita termasuk kelompok rawan gizi, mereka
mudah menderita kelainan gizi karena kekurangan makanan yang dibutuhkan.
2. Persepsi
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak
digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka
yang tidak baik terhadap bahan makanan itu.
6. Sosial ekonomi
Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang
disajikan.
7. Penyakit Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan.
Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya
dipakai untuk pertumbuhan.
Kebiasaan Makan
Kesehatan
Pemeliharaan
Kesehatan
Gambar
Lingkungan Fisik Tabel 2.2 Kerangka Teori Menurut Call & Levinson 5, 11
dan Sosial
14
BAB III
METODE PENELITIAN
Besar sampel penelitian diambil dari balita dan datang bersama ibu yang
merawatnya, yang sedang berkunjung pada bulan April 2016. Teknik
15
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer pada penelitian ini diambil langsung dari responden,
yaitu kuisoner tentang pengetahuan ibu tentang gizi dan status gizi anak. Data
sekunder pada penelitian ini diambil dari Puskesmas Kedai Durian Kecamatan
Medan Johor.
Keterangan :
R : Skor tertinggi - Skor terendah
I : Lebar Interval Kelas
1) Cara mengukur tinggi badan anak balita yang sudah dapat berdiri :
a. Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang lurus datar
setinggi tepat 2 meter. Angka 0 (nol) pada lantai yang datar rata.
c. Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna dalam baris berbaris,
kaki lurus, tumit, pantat, punggung, dan kepala bagian belakang harus
menempel pada dinding dan muka menghadap lurus dengan pandangan ke
depan.
d. Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus
lurus menempel pada dinding.
e. Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan
mikrotoa. Angka tersebut menunjukan tinggi anak yang diukur.
1.9 Pengolahan8
1.9.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan menggunakan komputer proses
pengelolaan data ini melalui tahap- tahap berikut:
a. Editing
Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.
Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan, data dilengkapi dengan
mengobservasi ulang responden.
21
b. Coding
Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya
kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan
komputer.
d. Pembersihan (Cleaning)
Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna
menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.
e. Saving
Penyimpanan data untuk siap dianalisis
22
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Sampel Ibu Balita Menurut Umur di Puskesmas
Kedai Durian Tahun 2106
15-20 2 6,7
21–25 6 20
26–30 12 40
31–35 5 16,7
> 35 5 16,7
Total 30 100%
Gambar 4.1 Distribusi Sampel Ibu Balita Menurut Umur di Puskesmas Kedai
Durian Tahun 2016
sedangkan tidak satu pun dari responden yang. Data selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 4.2.
Tabel 4.3 Persentase Umur dan Jenis Kelamin Anak Balita di Puskesmas Kedai
Durian Tahun 2016
Laki-laki Perempuan
Umur
(Bulan) Persentase Persentase
Jumlah Jumlah
(%) (%)
12-23 1 3,33 2 6,67
24-35 5 16,7 3 10
36-47 10 33,34 5 16,66
48-59 3 10 1 3,3
Jumlah 19 63.37 11 36.63
Gambar 4.3 Distribusi Jenis Kelamin Anak Balita di Puskesmas Kedai Durian
Tahun 2016
26
Tabel 4.4 Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi di Puskesmas
Kedai Durian Tahun 2016
Persentase Jumlah
Tingkat Pengetahuan
(%) (Orang)
Tinggi 50 15
Sedang 50 15
Total Jumlah 100 30
Tabel 4.5 Distribusi Sampel Menurut Status Gizi dan Kelompok Umur di
Puskesmas Kedai Durian tahun 2016
Status gizi anak balita berdasarkan CDC 2000 di dapati balita yang gizi
lebih sebanyak 1 orang (3,33%), gizi baik sebanyak 11 orang (36,67%), gizi
kurang sebanyak 16 orang (53,33%), gizi buruk sebanyak 2 orang (6,67%),
sedangkan anak balita yang memiliki status gizi obesitas tidak ditemukan.
29
BAB 5
PEMBAHASAN
belajar, dengan belajar akan dapat terjadi perubahan tingkah laku. Perubahan
tingkah laku tersebut bisa mengarah yang lebih baik jika individu tersebut
menganggap bahwa itu bermanfaat, tetapi juga ada kemungkinan mengarah
kepada tingkah laku yang lebih buruk jika individu menganggap objek yang
dipelajari tidak sesuai dengan keyakinannya menurut Soediatama. Menurut
Notoatmodjo, pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kesehatan akan
mempengaruhi terjadinya gangguan kesehatan pada kelompok tertentu.
Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya
kemampuan untuk menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari yang
merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi. Namun hal ini tidak
ditemukan pada penelitian ini seperti yang terlihat pada Tabel 4.6. yang
menunjukkan status gizi anak balita, dapat disimpulkan bahwa anak balita yang
gizi lebih sebanyak 1 orang (3,33%), gizi baik sebanyak 11 orang (36,67%), gizi
kurang sebanyak 16 orang (53,33%), gizi buruk sebanyak 2 orang (6,67%),
sedangkan anak balita yang memiliki status gizi obesitas tidak di temukan.
Status gizi dapat diartikan sebagai suatu keadaan tubuh manusia akibat
dari konsumsi suatu makanan dan penggunaan zat-zat gizi dari makanan tersebut
yang menurut CDC 2000 dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, lebih
dan obesitas. Di wilayah kerja Puskesma Kedai Durian masih dijumpai adanya
masalah gizi seperti gizi kurang, gizi lebih, dan gizi buruk. Hal tersebut mungkin
disebabkan oleh faktor lain yang lebih penting seperti kebiasaaan atau pantangan,
kesukaan jenis makanan tertentu, jarak kelahiran yang terlalu rapat, banyak
penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak-anak yang menderita gangguan
gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi sehingga si anak tidak mendapat
perawatan yang cukup, selain itu sosial ekonomi juga sangat mempengaruhi
termasuk juga penyakit infeksi .1
31
BAB VII
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1) Sebagian besar tingkat pengetahuan ibu tentang gizi adalah baik yakni
sebanyak 15 orang (50%),
2) Sebagian besar anak balita memiliki status gizi kurang yaitu sebanyak 16
orang (53,33%),
6.2 Saran
1. Bagi Ibu yang memiliki balita, Ibu sebaiknya tetap dapat terus aktif
datang, baik posyandu maupun puskesmas sehingga dapat menambah
wawasan tentang gizi pada balita, diketahui status gizi balitanya dan
terjaring oleh pemegang program penanggulangan gizi, sehingga gizi
anak dapat diperbaiki.
2. Bagi Petugas Kesehatan Setempat terutama puskesmas pemegang
program penanggulangan gizi, dapat terus aktif menelusuri/ mendata
balita yang mengalami gangguan status gizi, serta membantu
memperbaiki status gizi balita tersebut.
3. Bagi Peneliti Lain perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang faktor-
faktor lain seperti kebiasaan atau pantanganan terhadap makanan tertentu,
kesukaan makanan jenis tertentu, jenis kelahiran yang terlalu rapat, sosial
ekonomi serta penyakit infeksi yang mempengaruhi status gizi anak balita
dengan cakupan lebih meluas mengingat bahwa penelitian ini baru
membahas mengenai salah satu faktor yaitu pengetahuan ibu.