Anda di halaman 1dari 5

Nama : Briantono Indroprasto Widodo

Asal Fk : Universitas Baiturrahmah

Minggu : I (Satu)

Gangguan Anxietas Menyeluruh


A. Definisi
Merupakan gangguan dengan gejala yang menonjol berupa kecemasan dan
kekhawatiran yang berlebihan serta tidak logis, bahkan tidak realistik. Gejala diaami
sepanjang hari, minimal dirasakan selama 6 bulan. Dapat ditemukan gejala somatik
seperti irtabel, sulit tidur, dan gelisah.
Gangguan ini dikenal juga sebagai neurosis anxietas, status anxietas atau
reaksi anxietas, dan ditandai dengan anxietas berlebih atau tidak realistik serta
kekhawatiran yang bersifat menyeluruh dan menetap serta tidak terbatas pada keadaan
lingkungan tertentu; gangguan ini mengambang bebas (free-floating).
B. Epidemiologi
Survei komunitas menunjukkan sekitar 3-5% orang dewasa menderita
gangguan anxietas menyeluruh dalam suatu survei, dengan prevalensi seumur hidup
lebih dari 25%. Sekitar 15% pasien yang akan dioperasi dan 25% yang berobat
biasanya gelisah. Gangguan anxietas menyeluruh biasanya dimulai pada awal masa
dewasa, antara usia 15 dan 25 tahun, tetapi angka terus meningkat setelah usia 35
tahun. Perempuan lebih sering terkena daripada laki-laki, dengan rasio sampai 2:1
pada beberapa survei. Namun, gangguan anxietas menyeluruh murni lebih jarang
dibandingkan dengan gambaran campuran antara anxietas dan depresi.
C. Gambaran Klinis
Gambaran klinis gangguan ini diringkaskan dalam gambar 1. Dan tabel 1.
Orang-orang tidak akan mengalami semua gejala psikis dan somatik tetapi akan
cenderung memiliki gejala yang sama selama setiap eksaserbasi, misalnya palpitasi
atau gemetaran.
Laki-laki dan orang yang berasal dari golongan sosial lebih rendah dan budaya
tertentu lebih cenderung mengeluhkan gejala-gejala somatik daripada psikis.
Pemahaman bahwa gejala-gejala ini nyata dan tidak hanya ada dalam pikiran
merupakan hal penting, dan bila diberitahu mengenai hal tersebut, pasien akan merasa
tenang. Dalam menjaga reaksi fight or flight dari Cannon; yaitu ketika terdapat
stimulasi neuron adrenergik yang menyebabkan pelepasan adrenalin dan katekolamin
lain, hiperaktivitas autonom menyebabkan peningkatan denyut jantung, palpitasi serta
peningkatan laju pernapasan, yang menimbulkan sensasi sulit bernapas. Selanjutnya,
hiperventilasi
seseorang

(kadang-kadang

secara

berlebihan

disebut

sindrom

menghembuskan
1

hiperventilasi)
kabon

menyebabkan

dioksida,menimbulakn

hipokapnia, yang menginduksi vasokonstriksi perifer dan sensasi jarum dan pin
(parestesi). Keadaan tersebut dapat diatasi dengan bernapas di luar dan di dalam
kantong kertas bergantian.
Oleh karena itu, mudah untuk memahami bagaimana seorang pasien, yang
tidak menyadari fisiologi normal anxietas, dapat masuk ke dalam lingkaran setan
anxietas dan mengkhawatirkan gejala-gejala somatik. Pasien mungkin lupa akan stres
sebenarnya yang mencetuskan episode dan mengalami preokupasi seakan sedang
sekarat akibat serangan jantung (kadang-kadang disebut sebagai neurosis jantung
[cardiac neurosis] atau sindrom usaha [effort syndrome]). Ketakutan semacam ini
akan meningkat jika nyeri dada juga dialami karena peningkatan tegangan otot yang
diinduksi anxietas. Tegangan otot disebabkan oleh peningkatan aliran darah ke otot
serta peningkatan tonus, dan berperan pada keluhan kelelahan. Istilah neurastenia
(sindrom kelelahan) telah digunakan di masa lalu untuk menunjukkan suatu neurosis
dengan kelelahan sebagai gejala yang dominan.
Anamnesis harus menggali penggunaan alkohol, kafein dan obat-obatan
terlarang sebagai kemungkinan penyebab anxietas, serta setiap kaitan antara gejala
dengan kejadian pencetus. Individu mungkin mengalami ekspresi wajah dan sikap
tubuh yang tegang dan cemas, serta dapat gemetar, pucat dan/atau berkeringat.
Mungkin juga terdapat napas berlebihan dan tanda-tanda agitasi (aktivitas tanpa
tujuan akibat anxietas) seperti berjalan mondar-mandir dan mengetuk-ngetukan kaki.
Pemeriksaan

fisik

harus

menyngkirkan

penyebab-penyebab

organik

seperti

tirotoksitokosis dianjurkan, pemeriksaan penunjang penyebab fisik lainnya dari


anxietas, seperti faeokromositoma, jarang dilakukan secara rutin karena mahal,
kecuali jika jelas-jelas diindikasikan.
Gejala-gejala
Psikis

Karakteristik
Perasaan terancam dan firasat
Kesulitan berkonsentrasi atau pikiran kosong
Mudah teralihkan
Merasa sangat gembira/bersemangat, gelisah, tegang
atau tidak mampu berelaksasi
Insomnia dini dan mimpi buruk
Iritabilitas
Intoleransi terhadap kebisingan (misalnya, anak-anak

Serangan panik

atau musik)
Gejala-gejala

anxietas

somatik

dan

psikis

atau

eksaserbasi akut berat yang tidak diperkirakan disertai


2

rasa tidak nyaman atau takut yang hebat


Tidak dicetuskan oleh situasi
Penderita tidak dapat mendiamkan serangan
Gambaran-gambaran lain Labilitas mood
Depersonalisasi (sensasi tidak nyata seperti mimpi
tentang diri sendiri atau bagian diri sendiri)
Halusinasi hipnogogik (bila, berturut-turut, bangun atau
berjalan dari tidur)
Distorsi perseptual (misalnya, distorsi dinding atau
suara bicara orang lain)
Tabel 1.

Gambar 1.
D. Etiologi
a. Teori biologik
Terdapat beberapa area otak yang diduga mempengaruhi timbulnya gangguan
cemas menyeluruh, antara lain lobus oksipital, ganglia basal, sistem limbik, serta
korteks

prefrontal.

Selain

itu,

beberapa

neurotransmiter

diperkirakan

mempengaruhi timbulnya gejala cemas seperti serotonin, norepinefrin, glutamat,


dan kolesistokinin.
b. Teori genetik
Pada suatu studi didapatkan penurunan gangguan cemas mennyeluruh secara
genetik sekitar 25% pada keluarga tingkat pertama.
c. Teori psikoanalitik
Menurut teori ini, gangguan cemas merupakan gejala yang muncul akibat adanya
konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan dan adanya kemungkinan perpisahan
dengan objek cinta.
3

d. Teori kognitif-perilaku
Gangguan cemas diperkirakan timbul akibat adanya perhatian selektif pada hal
negatif di lingkungannya, distorsi dalam memproses informasi, serta pandangan
negatif bahwa penderita tidak mampu menghadapi ancaman.
E. Diagnosis
a. Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung
hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya
free floating atau mengambang)
b. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk,

sulit konsentrasi, dsb.);


Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai);

dan
Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut

kering, dsb.).
c. Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
(reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol.
d. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan anxietas
menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode
depresif, gangguan anxietas fobik, gangguan panik, atau gangguan obsesifkompulsif
F. Tata Laksana
a. Terapi non-medikamentosa
Terapi kognitjif-perilaku;
Terapi suportif;
Psikoterapi berorientasi tilikan.
b. Terapi medikamentosa
Benzodiazepin: dimulai dari dosis terendah dan terus ditingkatkan sampai
mencapai respon terapi dengan lama pengobatan 2-6 minggu dilanjutkan

tappering off 1-2 minggu.


Buspiron: efek klinis obat ini timbul setelah 2-3 minggu, oleh karena itu
umumnya digunakan benzodiazepin dan buspiron secara bersamaan,

kemudian dilakukan tappering off benzodiazepin setelah 2-3 minggu.


SSRI: efektif terutama untuk penderita cemas disertai riwayat depresi.
Obat yang biasa digunakan adalah sertralin dan paroxetin.
4

G. Indikasi Rawat
a. Pasien mengancam keselamatan orang lain;
b. Adanya ide/percobaan bunuh diri;
c. Gangguan dalam menjalani aktivitas sehari-hari
H. Prognosis
Gangguan cemas menyeluruh merupakan gangguan yang bersifat kronis. Sekitar 25%
pasien akan mengalami gangguan panik.

DAFTAR PUSTAKA
Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkasan PPDGJ-III dan
DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
Puri, B. K., dkk. 2011. Buku Ajar Psikiatri, Edisi 2. (Terjemahan). Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Tanto, Chris., dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4 Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius

Anda mungkin juga menyukai