Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENYULUHAN KESEHATAN

MENGENALI TANDA BAHAYA,


MELAKUKAN PENCEGAHAN DAN PENANGANAN DINI
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS

Oleh:
Intan Pristian Yuliyani, S.Ked.
I1A007086

BAGIAN/UPF ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM
BANJARBARU
Juni, 2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di

dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya
disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat
tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara-negara
dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah.1 Begitu pula, ISPA
merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau rawat inap di fasilitas
pelayanan kesehatan.2
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA
meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah,
yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan
adalah organ mulai dari hidung sampai alveolus, beserta organ-organ disekitarnya
seperti sinus, ruang telinga tengah dan pleura.3
ISPA merupakan suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak,
baik di negara berkembang maupun di negara maju dan sudah mampu dan banyak
dari mereka perlu perawatan di rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat.
Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula
memberi kecacatan sampai pada masa dewasa. Sebagian besar dari infeksi saluran
pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan
pengobatan dengan antibiotika. Namun pada anak rentan untuk menderita

pneumoni, dan bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotika dapat
mengakibat kematian.1
Di Indonesia, dari sekitar 450.000 kematian balita yang terjadi setiap
tahunnya diperkirakan terdapat sekitar 150.000 kematian disebabkan oleh
penyakit ISPA. Ini berarti bahwa setiap hari terjadi 410 kematian balita oleh
penyakit ISPA, terutama pneumonia.4 Adapun cara intervensi untuk mencegah
kematian anak sudah cukup jelas, sederhana, bahkan sebagian besar melalui peran
serta masyarakat.5
Kematian karena penyakit ISPA seringkali disebabkan karena penderita
yang datang untuk berobat sudah dalam keadaan menderita penyakit ISPA yang
berat dan sering disertai penyulit-penyulit serta kurang gizi. 1 Sebesar 87,4% dari
seluruh kunjungan pasien di Puskesmas Sei. Besar di tahun 2012 adalah
disebabkan oleh penyakit ISPA.6
Banyak penyakit infeksi saluran napas yang dikelompokkan ke dalam ISPA,
baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur, baik yang mengancam jiwa
atau tidak mengancam jiwa. Oleh karena itu, masyarakat perlu mengetahui
penyakit infeksi yang sedang dialami oleh dirinya maupun keluarga, atau orang di
sekitarnya,sehingga masyarakat dapat menentukan tindakan cepat apabila sakit
yang dideritanya perlu penanganan segera oleh tenaga kesehatan.7
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah atau droplet, atau udara pernapasan
yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran
pernapasannya. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan
oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat. Tetapi ISPA yang

berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila
terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak
hygiene.8 Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya
kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai
untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya
pemakaian antibiotik.3
Salah satu upaya pemberantasan penyakit ISPA adalah melalui promosi
penanggulangan dan pencegahan penyakit ISPA dengan tujuan meningkatkan
pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat dalam upaya penanggulangan dan
pencegahan ISPA.5 Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit
ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia
dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak
berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan
napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari
sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak
dibutuhkan terapi antibiotika. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang
ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotika penisilin,
semua radang telinga akut harus mendapat antibiotika.4
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhankeluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin
gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam
keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam
kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit,

meskipun demikian angka kematiannya masih tinggi, maka perlu diusahakan agar
yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong
dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.9

1.2. Tujuan
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan masyarakat dapat
memahami dan mengerti tentang ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Akut ), tanda
bahaya, dan pencegahannya.

BAB II
ISI

1. Definisi
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini
diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut.3
Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran
pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ
adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara
anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian
bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan.
Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory
tract). Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas
14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih
dari 14 hari. 3
Dengan demikian definisi ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas
maupun bawah yang disebabkan infeksi jasad remik atau bakteri, virus maupun
rikitsia tanpa atau disertai radang parenkim paru. ISPA adalah suatu tanda dan
gejala akut akibat infeksi yang terjadi pada setiap bagian saluran pernafasan baik

atas maupun bawah yang disebabkan oleh jasad remik atau bakteri, virus maupun
riketsin tanpa atau disetai radang dari parenkim.3

2. Epidemiologi
Di Indonesia, dari sekitar 450.000 kematian balita yang terjadi setiap
tahunnya diperkirakan terdapat sekitar 150.000 kematian disebabkan oleh
penyakit ISPA.1 Sebesar 87,4% dari total kunjungan pasien di Puskesmas Sei
Besar adalah menderitas ISPA.6 Sementara itu, 20-30% pasien ISPA menyebabkan
kematian.1

2. Etiologi
Etiologi ISPA adalah lebih dari 200 jenis bakteri, virus dan jamur. Bakteri
penyebabnya antara lain genus Streptococus, Staphylococcus, Haemophylus,
Bordetella. Virus penyebabnya antara lain golongan mikrovirus, adenovirus, dan
virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA di influensa yang di udara bebas
akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan
dan hidung. Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak anak di bawah
usia 2 tahun yang kecepatan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan
musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada
anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya
sanitasi lingkungan.2,7

4. Gejala ISPA
Berikut ini adalah gejala ISPA:2

Demam

Batuk

Pilek, hidung tersumbat, atau bersin-bersin

Nyeri tenggorokan/nyeri menelan

Suara serak

Sakit kepala, badan pegal-pegal, atau nyeri sendi

Lesu, lemas

Sesak napas

Frekuensi napas cepat


Jika terdapat satu saja tanda bahaya, maka perlu segera di bawa ke pusat
pelayanan kesehatan terdekat untuk segera mendapatkan penanganan. Tanda
bahay tersebut, yaitu:1,2

Sesak napas atau frekuensi napas menjadi lebih cepat


Napas berbunyi mengi atau seperti merintih
Dinding dada/sela-sela iga tampa tertarik ke dalam bila bernapas
Bibir berwarna kebiru-biruan
Leher kaku
Kesulitan menela
Muntah terus menerus
Anak tampak sangat lemah, tidak bisa minum
Kesadaran menurun
Batuk mengeluarkan darah, atau dahak bercampur darah atau berwarna
coklat.

Pada umumnya pasien ISPA datang dengan keluhan utama berupa batuk.
Batuk juga bisa karena alergi terhadap sesuatu. Batuk merupakan mekanisme
pertahanan tubuh untuk membersihkan jalan napas dan mengeluarkan benda
asing, baik virus, bakteri atau benda asing lainnya. Sebagian besar orang sering
menganggap batuk adalah penyakit ringan yang bisa sembuh sendiri. Meskipun
demikian, bukan tidak mungkin batuk yang berlangsung lama selain sangat
mengganggu serta menjengkelkan dan bahkan bisa menular, dapat juga
menimbulkan infeksi sekunder pada saluran pernafasan.10

Hal paling efektif dan perlu dilakukan untuk mengobati batuk adalah
menyembuhkan penyakit penyebabnya. Sebab, bila penyakit penyebabnya tidak
diobati, maka batuk akan terus terjadi. Maka itu, penanganan batuk berbeda-beda
tergantung penyebabnya. Umumnya batuk dibedakan menjadi dua jenis, yakni
batuk kering dan batuk dengan lendir.10

Batuk secara terkekeh-tekeh dapat menyebabkan seseorang kehilangan


banyak energi dan sulit untuk mengeluarkan dahak, dan dapat menimbulkan
komplikasi. Komplikasi batuk ini terdiri dari 3 macam, yaitu serangan tiba-tiba
yang dapat menyebabkan sinkop (pingsan/hilang kesadaran sementara), batuk
yang sangat kuat atau hebat dapat menyebabkan pecahnya alveoli (rongga-rongga
udara) dalam paru, dan patahnya tulang iga. Untuk itu sebelum batuk menjadi
lebih

berbahaya

perlu

adanya

upaya

pencegahan

dan

upaya

untuk

mengatasinya.2,10
Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut perlu dilatih untuk melakukan
batuk efektif. Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana
klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat
mengeluarkan dahak atau lendir di saluran pernapasan secara maksimal. Batuk
yang efektif, yaitu dengan menarik nafas dalam selama 3x kemudian batuk secara
menghentak.10
Batuk yang disebabkan oleh infeksi saluran respirasi akut membaik dalam 3
minggu pada 90% pasien. Infeksi pertusis dicurigai pada orang dewasa yang
sebelumnya di imunisasi dengan batuk persisten atau berat sekitar 2 3 minggu.
Saat tidak ditemukan terapi dengan obat ACE inhibitor, infeksi saluran respirasi

akut dan radiologi thorax abnormal, sampai 90% kasus batuk persisten disebabkan
oleh postnasal drip, asma atau gastroesophageal reflux disease (GERD).10,11
Riwayat kongesti nasal atau sinus, wheezing atau rasa terbakar pada jantung
(heartburn) sebaiknya cepat dievaluasi dan terapi. Kondisi tersebut sering
menyebabkan batuk persisten pada keadaan batuk tanpa gejala lain yang terlihat.
Karsinoma bronkogenik dicurigai saat batuk disertai penurunan berat badan yang
tidak diketahui sebabnya, demam dengan keringat malam terutama pada orang
dengan riwayat merokok dan terpapar. Batuk persisten yang disertai sekresi
mukus yang banyak dicurigai bronkitis kronik pada perokok atau bronkiektasis
pada pasien dengan riwayat pneumonia rekurent atau terjadi komplikasi, radiologi
thorax dapat membantu.12
Berdasarkan hal tersebut, batuk dapat dibedakan menjadi 6 jenis:10-12
1. Batuk disertai tenggorokan kering, pilek, hidung sengau, atau dahak yang
berlebihan, misal alergi, sinusitis
2. Batuk di malam hari disertai lendir dan berakhir dengan mengi atau suara serak,
misal asma.
3. Batuk setelah minum obat, misal obat antihipertensi
4. Batuk kering disertai dengan sesak napas, misal bronkhitis, PPOK akibat rokok
5. Batuk yang disertai dengan sakit maag yang terjadi lebih dari dua kali
seminggu, misal Gastroesophageal reflux disease (GERD), maag kronis
6. Batuk yang memburuk dari waktu ke waktu dan disertai dengan kelelahan,
nyeri dada, batuk darah, suara serak, atau sesak napas, misal kanker paru

5. Penanganan2

Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,

oksigendan sebagainya.
Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksazol peroral. Bila penderita tidak
mungkin diberi kotrimoksazol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol
keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu
ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di

rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain
yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan
dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol.
Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan
didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah
bening

dileher,

dianggap

sebagai

radang

tenggorokan

oleh

kuman

Streptococcuss dan harus diberi antibiotik.


Dalam memberikan perawatan di rumah, dapat dilakukan hal-hal seperti di
bawah ini:2,13

Istirahat yang cukup


Minum lebih banyak, minimal 8 gelas/hari
Minum obat penurun panas bila demam dan kompres air hangat/ air biasa
Hindari penularan ke orang lain, yaitu dengan menutup mulut dan hidung bila
batuk/bersin, cuci tangan dengan sabun setelah batuk/bersin, gunakan masker,

hindari kontak terlalu dekat dengan bayi atau manula.


Jangan memberikan antibiotik tanpa instruksi dokter.
Hindari pemberian obat batuk/pilek pada anak, tanpa instruksi dokter
Kenali tanda-tanda gawat darurat

Meredakan batuk dengan jeruk nipis 1/2 sendok teh dengan kecap/ madu 1/2
sendok the 3 kali sehari.

6. Pencegahan dan Pemberantasan4,13

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.


Immunisasi.
Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Pemberantasan yang dilakukan adalah :

Penyuluhan kesehatan yang terutama di tujukan pada para ibu.


Pengelolaan kasus yang disempurnakan.
Immunisasi.

BAB III
KESIMPULAN

ISPA adalah suatu tanda dan gejala akibat infeksi yang terjadi pada setiap
bagian saluran pernafasan baik atas maupun bawah yang disebabkan oleh jasad
remik atau bakteri, virus maupun riketsin tanpa atau disetai radang dari parenkim
paru yang berlangsung kurang dari 14 hari. Angka kejadian ISPA di Indonesia
masih sangat tinggi, dibuktikan 87,4 % dari kunjungan di Puskesmas Sei. Besar
Banjarbaru adalah oleh penyakit ISPA, dan angka kematian yang disebabkan oleh
ISPA mencakup 20% - 30%.

Sebagian masyarakat masih menyepelekan gejala batuk yang merupakan


salah satu gejala yang paling sering timbul pada penderita ISPA. Batuk merupakan
mekanisme pertahanan tubuh untuk membersihkan jalan napas dan mengeluarkan
benda asing, baik virus, bakteri atau benda asing lainnya. Namun, apabila batuk
disertai dengan tanda bahaya, maka hal tersebut dapat memngancam jiwa
penderita. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat mengenali gejala ISPA dan
tanda bahayanya, sehingga masyarakat lebih waspada dan segera memeriksakan
diri ke dokter agar memperoleh penangan segera. Selain pengobatan, pencegahan
terjadinya ISPA dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan,
imunisasi, memakan makanan bergizi, dan menghindar dari penderita ISPA.

DAFTAR PUSTAKA

1. Said M. Pneumonia penyebab utama mortalitas anak balita di Indonesia.


Buletin IDAI : No.45.TH XXVI. 2006. Diunduh dari http://www.idai.or.id
diakses pada tanggal 1 Juni 2013.
2. Rasmaliah.Infeksi
saluran
pernapasan
penanggulangannya. USU digital library 2004.

akut

(ISPA)

dan

3. Sulistyoningsih H, Rustandi R. Faktor-faktor yang berhubungan dengan


kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas DTP Jamanis
Kabupaten Tasikmalaya tahun 2010. FKM UNSIL 2011:154-9.
4. Departemen Kesehatan RI. Pedoman pemberantasan penyakit infeksi
saluran pernafasan akut untuk penanggulangan pneumonia pada balita.
Jakarta: Depkes RI. 2002.
5. Anonimous. Kumpulan buku pedoman program promosi kesehatan. Sub
din Bina Promkes Dinkes Prov. Kalsel : Banjarmasin. 2007.

6. Buku laporan tahunan 2013 Puskesmas Sei. Besar Banjarbaru. 2013


7. Jubaidillah, Elman J dan Agnes ED. Pengetahuan dan perilaku masyarakat
tentang
8.

ISPA. di Dusun Karang Ploso, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul.


Diunduh dari http://www.pkmi2008.go.id diakses pada tanggal 28 Mei
2013.

9. Yusup N.A., Sulistyorini L. Hubungan sanitasi rumah sehat dengan


kejadian ISPA pada balita. Kesehatan Lingkungan 2005;1(2).
10. Abdoerrachman MH. Demam: Patogenesis dan pengobatan. Dalam:
Soedarmo SSP, Garna H, Hadineggoro SRS, editor. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Anak: Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi ke-1. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. 2002;Hal.27-51.
11. Stephenson A, Mueller M. Cough. Dalam: Rees PJ, editor. 100 Cases
inGeneral Practices. London: Hodder Arnold. 2009;Hal. 59-60.
12. Hewlett EL et al. Clinical practice. Pertussisnot just for kids. N Engl J
Med. 2005;352(12):121522.[PMID:15788498]
13. Haque RA et al. Chronic idiopathic cough: a discrete clinical entity? Chest.
2005;127(5):17103.[PMID:15888850]
14. Anonymus. Cara mencegah penyakit ISPA (infeksi saluran pernafasan
akut/atas). Diunduh dari curhatanpiksi.com/cara-mencegah-penyakit-ispainfeksi-saluran-pernafasan-akutatas pada tanggal 3 Juni 2013.

Anda mungkin juga menyukai