Anda di halaman 1dari 86

PENGARUH INVESTASI TERHADAP PERTUMBUHAN

KABUPATEN SUMBAWA BARAT TAHUN 2005-2012


Eka Adekayanti

EKONOMI

PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI


KABUPATEN SUMBAWA BARAT TAHUN 2007-2011
Deby
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KANTOR KESATUAN BANGSA
DAN POLITIK DALAM NEGERI KABUPATEN SUMBAWA BARAT TAHUN
2012
Benny Samuel
ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PENJUALAN ROTI LANGSUNG ENAK BAKERY SUMBAWA BESAR TAHUN
2008-2012
Agustinus Dapa Moda
PENGARUH DANA BANTUAN PROGRAM STIMULUS EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN PELAKU USAHA MIKRO DI KABUPATEN SUMBAWA
BARAT
Yuliana
ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN
ASLI DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT TAHUN 2009-2011
Agus Salim
EFEKTIFITAS PENYERAPAN ASPIRASI MASYARAKAT MELALUI MUSRENBANG DALAM APBD KABUPATEN SUMBAWA TAHUN 2012
Marga Efendi

PUSAT RISET EKONOMI DAN PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SAMAWA
2014

Diterbitkan oleh:

PUSAT RISET EKONOMI DAN PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SAMAWA
TAHUN 2014

Diterbitkan oleh:
PUSAT RISET EKONOMI DAN
PEMBANGUNAN
Fakultas Ekonomi
Universitas Samawa (UNSA)

Pelindung & Penasehat


Prof. Dr. Syaifuddin Iskandar, M.Pd.

Pengarah
Syafruddin

Pemimpin Redaksi
Suprianto

Redaktur Pelaksana
Wahyu Haryadi
Ika Fitriyani

Alamat Redaksi:
Kampus Fakultas Ekonomi
Universitas Samawa
Jl. Raya By Pass Sering Unter
Iwes
Sumbawa Besar NTB
Telp./Faks. (0371) 625848

Redaktur Ahli
I Nyoman Sutama
Elly Karmeli
Nining Sudiyarti
Subhan Purwadinata
A. Rahman
Kamaruddin
Vivin Fitryani
Yayat Fitriani
Ishak Rahman

DAFTAR ISI
PENGARUH INVESTASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
KABUPATEN SUMBAWA BARAT TAHUN 2005-2012........................
1
Eka Adekayanti
PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI KABUPATEN SUMBAWA BARAT TAHUN 2007-2011 ..
14
Deby
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KANTOR KESATUAN
BANGSA DAN POLITIK DALAM NEGERI KABUPATEN SUMBAWA
BARAT TAHUN 2012 .................................................................................
26
Benny Samuel
ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP
PENJUALAN ROTI LANGSUNG ENAK BAKERY SUMBAWA BESAR
TAHUN 2008-2012 .......................................................................................
42
Agustinus Dapa Moda
PENGARUH DANA BANTUAN PROGRAM STIMULUS EKONOMI
TERHADAP PENDAPATAN PELAKU USAHA MIKRO DI KABUPATEN
SUMBAWA BARAT ...................................................................................
49
Yuliana
ANALISIS
KONTRIBUSI
PAJAK
RESTORAN
TERHADAP
PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT
TAHUN 2009-2011 .......................................................................................
63
Agus Salim
EFEKTIFITAS PENYERAPAN ASPIRASI MASYARAKAT MELALUI
MUSRENBANG DALAM APBD KABUPATEN SUMBAWA
TAHUN 2012 ................................................................................................
71
Marga Efendi

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

PENGARUH INVESTASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI


KABUPATEN SUMBAWA BARAT TAHUN 2005-2012

Oleh :
Eka Adekayanti

ABSTRAK
Belakangan ini banyak sekali investor yang melakukan investasi di Kabupaten
Sumbawa Barat baik itu investor lokal yang berdomisili di Kabupaten Sumbawa Barat
maupun investor dari luar Kabupaten Sumbawa Barat. Investasi yang dilakukan oleh
para investor tidak hanya pada sektor tambang dan pariwisata tapi juga pada bidang
agribisnis, perikanan dan lainnya. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh jumlah investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Sumbawa Barat selama tahun 2005 2012. Untuk mencapai tujuan tersebut
maka dikumpulkanlah data-data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Sumbawa Barat dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) Kabupaten Sumbawa Barat. Dengan menggunakan pendekatan asosiatif
dan menganalisa data dengan tekhnik regresi linear sederhana, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variable investasi berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
perekonomian di Kabupaten Sumbawa Barat yang artinya semakin tinggi investasi
yang dilakukan investor baik lokal maupun internasional di Kabupaten Sumbawa Barat
akan terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sumbawa Barat yang
dilihat melalui PDRB Kabupaten Sumbawa Barat.
Kata Kunci : Investasi, Pertumbuhan Ekonomi.

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam
jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu
perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke periode
lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat
yang disebabkan oleh faktor-faktor produksi yang selalu mengalami pertambahan dalam
jumlah dan kualitasnya. Menurut Sukirno (2003: 81) dalam analisis makro, tingkat
pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara diukur dari perkembangan
pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara/daerah. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Neo Klasik menyatakan pertumbuhan ekonomi (di daerah diukur dengan pertumbuhan
PDRB) bergantung pada perkembangan faktor-faktor produksi yaitu modal, tenaga kerja
dan teknologi (Sukirno, 2003: 83).
Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional
yang dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumberdaya
nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju masyarakat madani yang bebas

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

kolusi, korupsi dan nepotisme. Penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai sub sistem
negara dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna peneyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Sebagai daerah otonom, Kabupaten/Kota
untuk bertindak sebagai motor sedangkan pemerintah Propinsi sebagai koordinator
mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan
masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat dan
pertanggung jawaban kepada masyarakat.
Pembangunan di Kabupaten Sumbawa Barat yang berlangsung secara
menyeluruh dan berkesinambungan telah meningkatkan perekonomian masyarakat.
Pencapaian hasil-hasil pembangunan yang sangat dirasakan masyarakat merupakan
agregat pembangunan dari enam (6) Kecamatan di Sumbawa Barat yang tidak terlepas
dari usaha keras bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat. Namun di sisi lain
berbagai kendala dalam memaksimalkan potensi sumber daya manusia dan sumber
modal termasuk investasi masih dihadapi oleh penentu kebijakan di tingkat propinsi
maupun di kabupaten/kota.
Dalam teori ekonomi makro dari sisi pengeluaran, pendapatan regional bruto
adalah penjumlahan dari berbagai variabel termasuk di dalamnya adalah investasi. Ada
beberapa hal yang sebenarnya berpengaruh terhadap investasi. Investasi dipengaruhi
oleh investasi asing dan domestik. Investasi yang terjadi di daerah terdiri dari investasi
pemerintah dan investasi swasta dapat berasal dari investasi pemerintah dan investasi
swasta. Investasi dari sektor swasta dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri
(asing).
Kegiatan investasi di Kabupaten Sumbawa Barat cukup tinggi berdasarkan data
dari Bappeda Kabupaten Sumbawa Barat, tidak hanya dilakukan oleh investor-investor
dari luar tapi juga masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat yang berniat membangun
usahanya di Kabupaten Sumbawa Barat. Belakangan ini banyak sekali investor baru
yang berniat untuk melakukan investasi di Kabupaten Sumbawa Barat, baik pada
bidang pertambangan, pariwisata, agribisnis dan lain sebagainya. Hal ini tentunya
memberikan dampak baik terhadap perekonomian di Kabupaten Sumbawa Barat.
Ketersediaan sarana fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi investor
untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Sumbawa Barat karena tidak perlu
khawatir akan kelangkaan akses sarana dan prasarana. Selain ketersediaan sarana dan
prasarana fisik yang memadai, perkembangan investasi yang positif juga akan
mempengaruhi perkembangan variabel makro ekonomi daerah seperti pertumbuhan
ekonomi yang stabil.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik mengkaji lebih jauh bagaimana
pengaruh investasi dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Sumbawa Barat. Adapun judul penelitian ini adalah Pengaruh Investasi Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sumbawa Barat, Tahun 2005-2012.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh investasi terhadap
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumbawa Barat selama tahun 2005-2012.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Penelitian Sebelumnya
1) Ferlys, (2011) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Investasi Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi, Tenaga Kerja, Dan Pendapatan Perkapita Di Jawa Timur.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh investasi terhadap
pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja, dan pendapatan perkapita di Jawa Timur.
Penelitian ini menggunakan data skunder yang diperoleh dari Badan Pusat
Statistik Jawa Timur mulai tahun 2000-2010. Teknik analisis yang digunakan
adalah Regresi Linier Berganda dengan menggunakan alat bantu computer
program Statistic Program for Social Science (SPSS) Versi 13.0 yang
menunjukkan pengaruh secara tidak signifikan antara variabel bebas dan variable
terikat. Dengan melihat hasil uji signifikasi Variabel Dependen Investasi
Penanaman Modal Asing (X1) terhadap Pendapatan Perkapita (Y1), Pertumbuhan
Ekonomi (Y2), Ekspor (Y3), maka ( 1 ) Dapat diketahui bahwa Variabel Investasi
Penanaman Modal Asing tidak berpengaruh terhadap Pendapatan Perkapita (Y1),
Pertumbuhan Ekonomi (Y2), Ekspor (Y3), dan Variabel yang paling dominan
dipengaruhi oleh Investasi Penanaman Modal Asing (X1) yakni variabel
Pendapatan Perkapita (Y1).
2) Linda (2010) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Investasi Dan
Tenaga Kerja Terhadap PDRB Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh investasi, jumlah tenaga kerja dan kondisi perekonomian
Indonesia sebelum dan sesudah krisis ekonomi terhadap PDRB Sumatera Utara.
Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS). Untuk
tujuan analisis digunakan data sekunder berupa data time series, 1984 2005,
yaitu data jumlah tenaga kerja, jumlah investasi PMDN, jumlah investasi PMA di
Sumatera Utara dan PDRB Sumatera Utara. Data tersebut diperoleh dari
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Departemen Perindustrian, BPS, dan
sumber-sumber lainnya yaitu jurnal-jurnal dan hasil penelitian. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa PDRB Sumatera Utara dipengaruhi tiga sektor yang utama,
yaitu sektor pertanian, sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Sumatera
Utara. Berdasarkan hasil estimasi, penelitian ini menemukan bahwa investasi
PMDN tahun sebelumnya, PMA tahun sebelumnya, jumlah tenaga kerja, dan
kondisi perekonomian berpengaruh positif terhadap PDRB Sumatera Utara
dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 98,39 persen. Hal ini berarti
bahwa PDRB Sumatera Utara akan semakin meningkat dengan meningkatnya
investasi dan jumlah tenaga kerja. Secara parsial, hasil analisis menunjukkan
bahwa investasi PMDN tahun sebelumnya, investasi PMA tahun sebelumnya dan
jumlah tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap PDRB Sumatera Utara,
sedangkan kondisi perekonomian tidak berpengaruh signifikan.
3) Aprilia (2005) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Investasi
(Pembentukan Modal Tetap Bruto) Dan Tenaga Kerja Terhadap Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Di Propinsi Jawa Timur Tahun 1990-2004. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran pengaruh investasi terutama pembentukan
modal tetap bruto dan tenaga kerja terhadap Produk Domestik regional Bruto dan
untuk mengetahui apakah ada dampak yang signifikan antara investasi ( PMTB
Atas Dasar Harga Konstan 1993), tenaga kerja dan PDRB Atas Dasar Harga

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

Konstan 1993 di Propinsi Jawa Timur. Data yang digunakan merupakan data
sekunder time series yang bersumber dari Badan Pusat statistik mulai tahun 1990
sampai 2004. Data data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data investasi
( PMTB ADHK), tenaga kerja dan PDRB ADHK. Alat analisis yang digunakan
untuk melihat pengaruh investasi ( PMTB ADHK ), tenaga kerja dan PDRB
ADHK dengan menggunakan persamaannya dari Coubb - Douglas adalah Y = A
KLL , apabila dijadikan regresi linier berganda LN_Y = LN_A + L LN_K +
LN_L. Persamaan tersebut kemudian mengambil fungsi log natural ( ln / LN ),
sebagai berikut: LN_Y = LN_ 0+ 1 LN_X1 + 2 LN_X2 , LN_ Y = - 38,876 +
0,416 LN_ X1 + 3,005 LN_ X2 ,dengan variabel bebas yaitu investasi ( PMTB
ADHK) (LN_X1 ) dan tenaga kerja (LN_ X2 ) sedangkan variabel terikat yaitu
PDRB ADHK ( LN_Y ). Tolak ukur yang digunakan untuk menentukkan bahwa
variabel variabel tersebut berpengaruh dan signifikan terhadap PDRB ADHK
adalah jika t hitung > t tabel, maka tolak hipotesa nol dan terima hipotesa
altenatif. Dalam hasil analisis diperoleh bahwa kurun waktu 1990 2004 diketahui
investasi ( PMTB ) dan tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap PDRB..
Hasil ini dilihat dari R2 sebesar 82,1% artinya investasi (PMTB ADHK) dan
tenaga kerja mampu mengetahui PDRB ADHK sebesar 82,1 % sedangkan sisanya
sebesar 17,9% dijelaskan diluar model. Dan dilihat dari 2 tail sig, investasi
(PMTB ADHK) dan tenaga kerja menunjukkan signifikan, karena kurang dari
5%. Melihat tingginya pengaruh investasi ( PMTB ADHK) dan tenaga kerja
terhadap PDRB ADHK maka hendaknya pemerintah daerah lebih menekankan
peningkatan produksi disegala sektor peningkatan tenaga kerja untuk menghindari
pengganguran secara besar besaran dan lebih banyak menarik investor dalam dan
luar negri untuk menanamkan modal terutama di propinsi Jawa Timur agar dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Secara umum, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan
kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasajasa.
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan
analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pertumbuhan
ekonomi menunjukkan sejauhmana aktivitas perekonomian akan menghasilkan
tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena pada dasarnya
aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk
menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran
balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oIeh masyarakat (Basri, 2002:19),
dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai
pemilik faktor produksi juga akan meningkat.
Beberapa teori pertumbuhan ekonomi yang popular antara lain :
1) Teori pertumbuhan klasik.
Teori ini dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo, Malthus, dan John Stuart
Mill. Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu
jumlah penduduk, jumlah barang modal, luas tanah dan kekayaan alam serta
teknologi yang digunakan. Menurut teori ini, pada mulanya pertambahan penduduk
akan menyebabkan kenaikan pendapatan perkapita. Namun jika jumlah penduduk

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

terus bertambah maka hukum hasil lebih yang semakin berkurang akan
mempengaruhi fungsi produksi yaitu produksi marginal akan mengalami penurunan,
dan akan membawa pada keadaan pendapatan perkapita sama dengan produksi
marginal. Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai nilai yang maksimal.
Jumlah penduduk pada waktu itu dinamakan penduduk optimal. Apabila jumlah
penduduk terus meningkat melebihi titik optimal maka pertumbuhan penduduk akan
menyebabkan penurunan nilai pertumbuhan ekonomi (Ricardo dalam Hariani,
2008:61).
2) Teori pertumbuhan Harrod-Domar.
Teori Harrod-Damar didasarkan pada asumsi:
- Perekonomian bersifat tertutup.
- Hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan.
- Proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constant return to scale).
- Tingkat pertumbuhan angkatan kerja adalah konstan dan sama dengan tingkat
pertumbuhan penduduk.
Harrod-Domar membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka
panjang yang mantap (seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar) hanya
bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut:
g=K=n
Di mana:
g : Growth (tingkat pertumbuhan output)
K : Capital (tingkat pertumbuhan modal)
n : Tingkat pertumbuhan angkatan kerja.
Harrod-Domar (dalam Hariani, 2008: 63) teorinya berdasarkan mekanisme pasar
tanpa campur tangan pemerintah. Akan tetapi kesimpulannya menunjukkan bahwa
pemerintah perlu merencanakan besarnya investasi agar terdapat keseimbangan
dalam sisi penawaran dan sisi permintaan barang.
3) Teori pertumbuhan Neoklasik
Teori pertumbuhan neoklasik dikembangkan oleh Solow (1970) dan Swan (1956).
Model Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital,
kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi. Perbedaan utama
dengan model Harrod-Domar adalah dimasukkannya unsur kemajuan teknologi
dalam modelnya. Selain itu, Solow, dan Swan menggunakan model fungsi produksi
yang memungkinkan adanya substitusi antara kapital (K) dan tenaga kerja (L).
Dengan demikian, syarat-syarat adanya pertumbuhan ekonomi yang baik dalam
model Solow Swan kurang restriktif disebabkan kemungkinan substitusi antara
tenaga kerja dan modal. Hal ini berarti ada fleksibilitas dalam rasio modal output
dan rasio modal-tenaga kerja.
4) Teori Schumpeter
Teori ini menekankan pada inovasi yang dilakukan oleh para pengusaha dan
mengatakan bahwa kemajuan teknologi sangat ditentukan oleh jiwa usaha
(entrepreneurship) dalam masyarakat yang mampu melihat peluang dan berani
mengambil risiko membuka usaha baru, maupun memperluas usaha yang telah ada.
Dengan pembukaan usaha baru dan perluasan usaha, tersedia lapangan kerja
tambahan untuk menyerap angkatan kerja yang bertambah setiap tahunnya.
Didorong oleh adanya keinginan untuk memperoleh keuntungan dari inovasi

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

tersebut maka para pengusaha akan meminjam modal dan mengadakan investasi.
Investasi ini akan mempertinggi kegiatan ekonomi suatu negara.
2.2.2. Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi
Teori ini dimunculkan oleh Rostow yang memberikan lima tahap dalam
pertumbuhan ekonomi. Analisis ini didasarkan pada keyakinan bahwa pertumbuhan
ekonomi akan tercapai sebagai akibat dan timbulnya perubahan yang fundamental
dalam corak kegiatan ekonomi, juga dalam kehidupan politik dan hubungan sosial
dalam suatu masyarakat dan negara. Rostow dalam Hariani (2008:75) menyebutkan
tahapan tersebut yakni: Tahap masyarakat tradisionil; Tahap peletakan dasar untuk
tinggal landas; Tahap tinggal landas; Tahap gerak menuju kematangan; Tahap era
konsumsi tinggi secara massa.
Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor, faktor
ekonomi dan faktor non ekonomi (Todaro, 2000:42) :
- Faktor Ekonomi
- Faktor Non Ekonomi
2.2.3. Pengertian Investasi
Teori ekonomi klasik menyatakan bahwa keinginan individu atau masyarakat
untuk menabung adalah sama dengan keinginan perusahaan untuk melakukan investasi.
Pandangan ini dapat ditulis sebagai : I = S (Sukirno, 2003:64). Dalam teori investasi
klasik diasumsikan bahwa :
1) Tabungan adalah fungsi dari tingkat bunga Yaitu semakin tinggi tingkat bunga,
semakin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya bahwa pada
tingkat bunga yang lebih tinggi, masyarakat akan terdorong untuk mengurangi
pengeluaran untuk konsumsi dengan maksud untuk menambah tabungan.
2) Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat bunga Yaitu semakin tinggi tingkat
bunga, keinginan untuk melakukan investasi akan semakin rendah. Dimana investasi
akan dilakukan apabila pendapatan dari investasi (return on investment) lebih besar
dari tingkat bunga yang berlaku atau tingkat riil sebab tingkat bunga merupakan
biaya atau ongkos penggunaan dana (cost of capital).
Dengan demikian, teori klasik merupakan hubungan antara tabungan dan
investasi dengan tingkat bungan yang digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.
Hubungan Investasi dan Tabungan Dengan Tingkat Bunga

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

Dari gambar 1 di atas dapat diterangkan bahwa kurva tabungan (S)


menunjukkan tingkat tabungan pada kesempatan kerja penuh atau full employment pada
berbagai tingkat bunga sedangkan keinginan berinvestasi perusahaan ditunjukkan oleh
kurva I0. sehingga bila pada mulanya keseimbangan diantara tabungan dan investasi (I0
= S0 ) dicapai pada titik E0, dimana keseimbangan tingkat bungan ada pada titik R0.
Apabila misalnya permintaan investasi berubah dari I0 menjadi I1 maka pada tingkat
bunga R0 sebanyak S0 tabungan ditawarkan dalam pasar, sedangkan investasi yang
terjadi akan merosot menjadi I0. Kelebihan tabungan inilah yang akan menurunkan
tingkat bunga menjadi R1 sehingga terjadi keseimbangan baru pada titik E1, dimana
tabungan yang baru telah lama kembali dengan permintaan investasi (I1 = S1 ).
Teori permintaan investasi dari Keynes menjelaskan bahwa investasi merupakan
bagian dari konsep marginal Efficiency of Capital (MEC). MEC didefinisikan sebagai
tingkat pendapatan bersih yang diharapkan diperoleh dari tambahan pengeluaran
investasi. Reksoprayitno (2000:168), mendefinisikan MEC sebagai tingkat diskonto
yang menyamakan nilai sekarang sebuah proyek investasi dengan besarnya modal yang
diperlukan untuk ditanam dalam proyek investasi tersebut.
Fungsi permintaan investasi agregat secara grafis dapat digambarkan sebagai
berikut :

Gambar 2.
Hubungan Investasi Dengan Tingkat Bunga
Dengan nilai MEC tertentu, bila suku bunga turun dari r1 ke r2,
permintaan investasi akan naik dari I1 ke I2. Sementara itu perubahan bilai MEC
akan menggeser kurva permintaan investasi (Sukirno, 2003:376).
III. KERANGKA KONSEPTUAL

Investasi

Produksi

Pertumbuhan
Ekonomi

Gambar 3. Kerangka Konseptual

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

IV. METODOLOGI PENELITIAN


4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Sugiyono (2008:11) menjelaskan
bahwa Penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara 2
variabel atau lebih.
4.2. Jenis Data
Dalam penelitian ini jenis data digunakan yaitu data Kuantitatif, adalah data
yang diperoleh dalam bentuk angka-angka yaitu data investasi, dan pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2005 sampai 2012.
4.3. Sumber Data
Terdapat dua jenis data dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer yaitu PDRB dan Investasi di Kabupaten Sumbawa Barat yang diperoleh
dari Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah serta Badan Pusat Statistik
Kabupaten Sumbawa Barat.
Data sekunder adalah data-data pendukung dalam melaksanakan penelitian ini
yaitu teori-teori dan informasi yang didapatkan dari majalah, laporan-laporan, jurnal dan
buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah
pencatatan dokumen. Dalam penelitian ini metode pencatatan dokumen digunakan
untuk mengumpulkan data investasi, tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi serta
gambaran umum Kabupaten Sumbawa Barat.
4.5. Definisi Operasional Variabel
1) Investasi adalah realisasi seluruh investasi sektor industri di Kabupaten Sumbawa
Barat selama tahun 2005-2012 (dalam satuan rupiah).
2) Pertumbuhan ekonomi adalah Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten
Sumbawa Barat selama tahun 2005-2012 yang diukur dengan harga konstan.
4.6. Prosedur Analisis Data
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka alat analisis yang akan digunakan
adalah regresi linier sederhana, karena pada penelitian ini hanya terdapat satu variabel
bebas (independent) yaitu investasi. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan
pengaruh antara suatu variabel terikat dengan beberapa variabel bebas. Uji kriteria
statistik menggunakan model regresi linear sederhana, dengan formulasi (Gujarati,
2003: 202):
Y = b0 + b1X1 + u
Dimana:
Y
= Pertumbuhan Ekonomi.
bo
= Konstanta atau Intercept.
b1
= Koefisien variabel X1.
X1
= Investasi.
u
= Faktor gangguan.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

Pengujian analisis regresi dalam penelitian ini meliputi uji criteria kesesuaian
teoritik, uji diagnostik yaitu uji t-statistik, uji f-statistik interpretasi koefisien
determinasi (R2), dan uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heterokedastisitas dan uji autokorelasi.
V. PEMBAHASAN DAN ANALISIS
5.1. Deskripsi Data
Pertumbuhan Ekonomi suatu daerah dapat dilihat melalui Produk Domiestik
Regional Bruto (PDRB) Suatu daerah. Adapun PDRB kabupaten Sumbawa Barat sejak
tahun 20052012 yang diukur dengan harga konstan dapat dilihat pada tabel dan grafik
berikut:
Tabel 1.
PDRB Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2005-2012
Tahun
Product Domestik Regional Bruto (PDRB) KSB
2005
316.048.440
2006
342.301.760
2007
368.759.300
2008
395.566.570
2009
426.257.360
2010
455.009.160
2011
482.708.920
2012
512.316.720
Sumber: BAPPEDA Sumbawa Barat

600,000,000
500,000,000
400,000,000
300,000,000
200,000,000
100,000,000
0
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

Sumber: BAPPEDA
Barat
2005 Sumbawa
2006 2007
2008 2009 2010 2011 2012
Gambar 4.
Grafik PDRB KSB Tahun 2005 2012

Pada tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa PDRB Kabupaten Sumbawa
Barat sejak tahun 2005 terus meningkat sampai tahun 2012, dimana pada tahun 2005
PDRB Kabupaten Sumbawa Barat adalah 316.048.440 dan pada tahun 2012 PDRB
Kabupaten Sumbawa Barat telah mencapai 512.316.720. Peningkatan PDRB Kabupaten

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

10

Sumbawa Barat rata rata 24.533.535 pada setiap tahunnya, Hal tersebut menunjukkan
bahwa perekonomian di Kabupaten Sumbawa Barat terus meningkat.
Terus meningkatnya perekonomian di Kabupaten Sumbawa Barat yang terlihat
dari semakin meningkatnya PDRB Kabupaten Sumbawa Barat disebabkan oleh banyak
factor, salah satunya adalah semakin banyaknya jumlah tenaga kerja di Kabupaten
Sumbawa Barat sehingga banyak terjadi investasi diberbagai sektor perekonomian.
Investasi disini tidak hanya dilakukan oleh pengusaha dari luar Kabupaten Sumbawa
Barat, tapi juga dari pengusaha lokasl yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat.
Investasi adalah realisasian seluruh investasi sector industry di Kabupaten
Sumbawa Barat pada tahun 2005-2012 (dalam satuan rupiah). Adapaun data mengenai
investasi di Kabupaten Sumbawa Barat seperti yang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 2.
Investasi di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2005-2012
Tahun
Jumlah Dana Investasi
36.983.265.000
2005
59.242.789.920
2006
103.286.170.000
2007
8.804.203.000
2008
51.865.305.000
2009
75.346.500.000
2010
196.268.500.000
2011
197.871.045.000
2012
Sumber: BAPPEDA Sumbawa Barat
250,000,000,000
200,000,000,000
150,000,000,000
100,000,000,000
50,000,000,000
Tahun
2005

Tahun
2006

Tahun
2007

Tahun
2008

Tahun
2009

Tahun
2010

Tahun
2011

Tahun
2012

Sumber: BAPPEDA Sumbawa Barat


Gambar 4.
Grafik Investasi KSB Tahun 2005 - 2012
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah dana investasi yang paling kecil
adalah pada tahun 2008 yaitu sebesar 8.804.203.000 dimana hal ini disebabkan oleh
kondisi politik yang tidak kondusif yaitu adanya tuntutan dari sekelompok masyarakat
yang mengatakan bahwa Bupati Sumbawa Barat melakukan praktek korupsi. Dengan

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

11

tidak terbuktinya tuduhan tersebut, jumlah investasi di Kabupaten Sumbawa Barat terus
meningkat dan paling tinggi adalah pada tahun 2012 yaitu sebesar 197.871.045.000.
5.2. Hasil Analisis Data
Sebagaimana penjelasan sebelumnya bahwa alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah regresi linier sederhana. Adapun persamaan regresi linear
sederhana dari penelitian ini adalah sebagai berikut
Y= 347045233,7 + 0.001 X1 + u
5.2.1. Uji t Statistik
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, uji t dilakukan untuk mengetahui
bagaimana pengaruh variable independent secara invidual mempengaruhi variable
dependent. Dalam melakukan pengujian ini diketahui:
- = 5% = 0.05
- df = n k = 8 -2 = 6. Maka t tabel : 1,94318
- Kriteria:
Jika t hit t tab, berarti variabel bebas secara individual tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel terikat.
Jika t hit t tab, Ha diterima berarti variabel bebas secara individual
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.

Dari hasil analisis data diperoleh nilai t statistik sebagai berikut:


Tabel 3.
Pengujian t statistik
Variabel
t hitung t tabel
Kesimpulan
(t hitung > t tabel)
Investasi
2,657
1,94318 Variable investasi berpengaruh secara
signifikan terhadap PDRB
Sumber: Data Sekunder Diolah
Dengan mebandingkan t hitung dan t tabel, diperoleh hasil bahwa variable
investasi berpengaruh signifikan terhadap peningkatan jumlah PDRB.
5.2.2. Uji R2
Pengujian koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur sejauh mana
pengaruh variable independen terhadap vadiabel dependent, dimana nilai koefisien
determinasi adalah antara 0 sampai 1. Berdasarklan hasil pemrosesan data diketahui
bahwa Rsquare (R2) model ini adalah 0.541, yang berarti bahwa 54,1% peningkatan
PDRB di Kabupaten Sumbawa barat dipengaruhi oleh investasi. Sedangkan sisanya
yaitu 45,9% dipengaruhi oleh faktor lain selain investasi.
5.2.3. Interpretasi Hasil Analsis
Berdasarkan hasil analisa diatas, diketahui bahwa variabel independent investasi
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent PDRB yang menunjukkan
pertumbuhan ekonomi. Diketahui bahwa t hitung variabel investasi adalah 2,657 dan

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

12

nilai t tabel 1,94318. Hal ini dikarenakan semakin banyak dan tinggi nilai investasi yang
dilakukan di Kabupaten Sumbawa Barat akan membuka banyak peluang kerja dan
perputaran uang yang terjadi di Kabupaten Sumbawa Barat, yang secara otomatis akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sumbawa Barat.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dengan dengan signifikansi 5%
(0.05) diketahui bahwa nilai t hitung variabel independent investasi adalah 3.056 dan t
tabelnya 2.0150. sehingga t hitung > t tabel yang berarti variabel independent investasi
memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sumbawa
Barat. Dengan demikian hipotesis bahwa investasi perpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten Sumbawa Barat tahun 2005 2012 diterima.
6.2. Saran
Diketahui bahwa investasi merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi di kabupaten Sumbawa Barat, oleh karena itu Pemerintah kabupaten Sumbawa
Barat harus merancang kondisi dan kebijakan agar semakin banyak investor yang maun
berinvestasi di Kabupaten Sumbawa Barat, baik itu investor lokal maupun investor
asing.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta.
Basri, Faisal. 2002. Perekonomian Indonesia. Erlangga, Jakarta.
Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar, Cetakan keenam. Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Hariani, Erma Try. 2008. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Jawa Timur Tahun 1977-2005. eprint.al.ac.id.
Hariyanto, & Adi, Priyo Hari. 2005. Pertumbuhan Ekonomi. BPFE, Yogyakarta.
Insukindro, Maryatmo, Aliman. 2001. Ekonometrika Dasar dan Penyusunan Indikator
Unggulan Ekonomi, Modul Teori Pelatihan Ekonometrika. Yogyakarta.
Jhingan, M.L. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Daka Ferlys, Metrin. 2011. Pengaruh Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi,
Tenaga Kerja, Dan Pendapatan Perkapita Di Jawa Timur.
http://eprints.upnjatim.ac.id/1957/.
Sitompul, Novita Linda. 2010. Analisis Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja
Terhadap
PDRB
Sumatera
Utara.
https://www.researchgate.net/search.SearchPublications.html?query=pengaru
h%20investasi%20thd%20pertumbuhan%20ekonomi&page=2

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

13

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER-04/MEN/1994 Tentang Perlindungan dan


Keselamatan Kerja.
Rahmawati, Aprilia. 2005. Pengaruh Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) Dan
Tenaga Kerja Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (Pdrb) Di Propinsi
Jawa
Timur
Tahun
1990-2004.
https://www.researchgate.net/search.Search.html?query=pengaruh+investasi+
thd+pertumbuhan+ekonomi
Reksoprayitno, Soediyono. 2000. Ekonomi Makro (Pengantar Analisis Pendapatan
Nasional), Edisi Kelima Cetakan Kedua. Liberty, Yogyakarta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, Bandung.
Sukirno, Sadono, 2003. Pengantar Teori Makroekonomi. PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Sumarsono. 2009. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan.
Graha Ilmu, Jakarta.
Todaro, M. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi 7. Erlangga, Jakarta.
Undang-Undang No. 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

14

PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP


PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SUMBAWA BARAT
TAHUN 2007-2011
Oleh:
Deby

ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi merupakan hal penting di dalam kehidupan perekonomian. Laju
pertumbuhan ekonomi ditandai dengan laju kenaikan produk per kapita yang tinggi.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan data statistik yang merangkum
perolehan nilai tambah dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah.Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) dihitung dengan dua cara, yaitu atas dasar harga
berlaku dan atas dasar harga konstan. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu
ciri pokok dalam proses pembangunan, hal ini berhubungan dengan kenyataan adanya
pertambahan penduduk. Bertambahnya penduduk dengan sendirinya menambah
kebutuhan akan pangan, sandang, pemukiman, pendidikan, dan pelayanan kesehatan,
pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat dipengaruhi oleh akumulasi modal yang
mencakup semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fisik, dan
semua sumber daya manusia, pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja, kemajuan
teknologi. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sumbawa Barat, dengan
pendekatan asosiatif yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara
2 variabel atau lebih, jenis data digunakan yaitu data Kuantitatif, adalah data yang
diperoleh dalam bentuk angka-angka. Dalam penelitian ini penulis ingin menganalisis
pengaruh belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumbawa Barat
tahun 2007 sampai 2011. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan guna
mempercepat perubahan struktur perekonomian daerah menuju perekonomian yang
berimbang dan dinamis yang bercirikan industri yang kuat dan maju, pertanian yang
tangguh serta memiliki basis pertumbuhan sektoral yang seimbang.
Kata Kunci: Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Daerah, Pembangunan.

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan adalah proses multidimensional yang mencakup berbagai
perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi
nasional, di samping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan
ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Pada hakekatnya,
pembangunan harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian
sistem sosial secara keseluruhan tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan
keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya, untuk
bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik secara material
maupun spiritual.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

15

Melihat perkembangan kegiatan pemerintah dari tahun ke tahun, terlihat bahwa


peranan pemerintah terus meningkat hampir di segala macam sistem perekonomian.
Semakin meningkatnya peranan pemerintah dapat dilihat dari semakin besarnya
pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah/APBD (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah) dalam arti riil dapat dipakai sebagai indikator besarnya kegiatan
pemerintah yang dibiayai oleh pengeluaran pemerintah itu. Namun demikian, dalam
pembangunan ekonomi diperlukan intervensi Pemerintah. Menurut Keynes (1936),
pembangunan ekonomi perlu adanya intervensi pemerintah. Intervensi pemerintah
diperbesar pada waktu perekonomian dalam keadaan slump dan dikurangi pada waktu
boom.
Mangkoesoebroto, (1992:2) lebih jauh menjelaskan bahwa peranan pemerintah
yang harus dijalankan :
1. Peranan alokasi, yaitu pemerintah mengusahakan agar alokasi sumber-sumber
ekonomi dilaksanakan secara efisien terutama dalam menyediakan barang dan jasa
yang pihak swasta tidak dapat memproduksinya.
2. Peranan distribusi, yaitu pemerintah melalui kebijaksanaan fiskal mengubah keadaan
masyarakat sehingga sesuai dengan distribusi pendapatan yang ditetapkan melalui
pengenaan pajak progresif yaitu relatif beban pajak yang lebih besar bagi yang
mampu dan mendistribusikan dan mensubsidi bagi yang kurang mampu.
3. Peranan stabilisasi, yaitu pemerintah membuat kebijakan-kebijakan yang bertujuan
untuk mengendalikan goncangan ekonomi yang berlebihan.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan guna mempercepat perubahan
struktur perekonomian daerah menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis yang
bercirikan industri yang kuat dan maju, pertanian yang tangguh serta memiliki basis
pertumbuhan sektoral yang seimbang. Pertumbuhan ekonomi juga diperlukan untuk
menggerakkan dan memacu pembangunan di bidang-bidang lainnya sekaligus sebagai
kekuatan utama pembangunan dalam rangka meningkatkan dan mengatasi ketimpangan
ekonomi. Upaya untuk memacu pertumbuhan ekonomi di daerah telah dilaksanakan
dalam bentuk pemberian subsidi dan bantuan serta insentif pajak bagi daerah-daerah
terbelakang. Sebagaimana kebijakan dan upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah
pusat dalam kegiatan pembangunan ekonomi baik yang sudah dicapai maupun yang
masih dalam proses, maka peran yang dilakukan pemerintah dalam perekonomian
adalah memberikan stimulan dan lebih mendorong tumbuhnya perekonomian rakyat.
Pembangunan daerah dalam pelaksanaannya mempunyai berbagai instrumen
yang dapat digunakan pemerintah untuk mempengaruhi perekonomian, salah satunya
adalah pembelanjaan atau pengeluaran pemerintah. Dalam model pembangunan tentang
perkembangan pengeluaran pemerintah yang dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave
bahwa pada tahap awal perkembangan ekonomi, persentase investasi pemerintah
terhadap total investasi sangat besar (Mangkoesoebroto, 1999:70). Hal ini disebabkan
oleh karena pada tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana. Peranan
pemerintah tetap besar pada tahap menengah oleh karena peranan swasta yang semakin
besar ini banyak menimbulkan kegagalan pasar. Sebagai bagian Propinsi Nusa
Tenggara Barat, Kabupaten Sumbawa Barat sebagai daerah baru, tentu pula berusaha
pula meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah guna mengejar ketertinggalan dari
daerah lain.
Pertumbuhan ekonomi terkait erat dengan peningkatan produksi barang dan jasa
yang diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk nasional dan Produk

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

16

Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk daerah. Dalam hal ini perekonomian
dikatakan tumbuh dan berkembang bila ada pertumbuhan output Pertumbuhan ekonomi
daerah ini dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah pembangunan sarana
dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan ekonomi yang pada akhirnya
memberikan peningkatan output pada daerah Sumbawa Barat. Belanja pemerintah ini
dapat mencerminkan kebijakan pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkan suatu
kebijakan untuk membeli barang dan jasa, belanja pemerintah mencerminkan biaya
yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan kebijakan tersebut.
Salah satu upaya daerah Kabupaten Sumbawa Barat dalam upaya meningkatkan
pembangunan daerah dan pertumbuhan ekonomi daerah adalah dengan meningkatkan
belanja-belanja pada sektor-sektor pembangunan. Belanja ini dapat tercermin dari
belanja modal melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sumbawa
Barat. Dengan peningkatan belanja modal ini, maka diharapkan dapat berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi. Belanja tersebut digunakan untuk memberdayakan
berbagai sumber ekonomi untuk mendorong pemerataan dan peningkatan pendapatan
per kapita. Belanja modal juga merupakan salah satu input produksi yang menghasilkan
output.
Berdasarkan yang dikemukakan diatas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih
mendalam permasalahan yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi khususnya
belanja modal Kabupaten Sumbawa Barat selama tahun 2007 sampai tahun 2011.
Adapun judul penelitian ini adalah Pengaruh Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2007-2011.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh belanja
modal terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2007-2011.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Sebelumnya
1. Risuhendi (2012) melakukan penelitian tentang Pengaruh Desentralisasi Fiskal
Dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Di
Sumatera Utara.Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui apakah
Desentralisasi Fiskal dan Belanja Modal berpengaruh signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan
pengujian regresi berganda dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum
mendapatkan model penelitian yang terbaik. Variabel independen pada penelitian
ini adalah Desentralisasi Fiskal dan Belanja Modal sedangkan variabel dependen
adalah Pertumbuhan Ekonomi. Jumlah populasi penelitian ini sebanyak 33
Pemerintah Kabupaten/Kota dan dengan menggunakan purposive sampling
diperoleh 25 Kabupaten/Kota sebagai sampel dari tahun 2006 sampai dengan
tahun 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan desentralisasi
fiskal dan belanja modal berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Secara parsial desentralisasi fiskal
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Utara, sedangkan belanja modal tidak berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

17

2. Fajar Nugroho (2012) melakukan penelitian tentang Pengaruh Belanja Modal


Terhadap Pertumbuhan Kinerja Keuangan Daerah Dengan Pendapatan Asli
Daerah Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus di Propinsi Jawa Tengah)
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh Belanja Modal terhadap
Pertumbuhan Kinerja Keuangan Daerah melalui Pendapatan Asli Daearah sebagai
variabel intervening. Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Asha Florida (2007). Objek dari penelitian ini adalah seluruh
Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan
dengan metode dokumentasi. Data yang digunakan adalah data sekunder, yang
bersumber dari Laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Kabupaten dan Kota di Jawa Tengah dari tahun 2008 hingga tahun 2010.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Belanja Modal berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan kinerja keuangan daerah secara langsung, sedangkan secara
tidak langsung Belanja Modal berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Kinerja
Keuangan melalui Pendapatan Asli daerah sebagai variabel intervening.
3. Friska Sihiet (2008) melakukan penelitian tentang Pengaruh PAD, DAU, DAK
dan Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Kabupaten/Kota
Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Belanja
Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera
Utara yang secara teratur menerbitkan lapran keuangan sejak tahun 2004 sampai
dengan tahun 2007. Data yang digunakan adalah Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah masing-masing sampel, yang diperoleh dari laporan yang dipublikasikan
oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. Metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian
asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda. Metode
pengambilan sampel yang digunakan adalah puposive sampling. Variabel
penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah sebagai variabel X1, Dana Alokasi
Umum sebagai variabel X2, Dana Alokasi Khusus sebagai variabel X3, Belanja
Modal sebagai variabel X4 dan Pertumbuhan Ekonomi sebagai Variabel Y dengan
total sampel per tahun sebanyak 15 Kabupaten dan Kota. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa secara parsial variable Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi, namun variable Belanja Modal tidak berpengaruh
terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pengertian pertumbuhan ekonomi seringkali dibedakan dengan pembangunan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi bersangkut-paut dengan proses peningkatan produksi
barang dan jasa dalam kegiatan masyarakat, sementara pembangunan mengandung arti
yang lebih luas. Proses pembangunan mencakup perubahan pada komposisi produksi di
antara sektor-sektor kegiatan ekonomi, perubahan pada pola distribusi kekayaan dan
pendapatan di antara berbagai golongan pelaku ekonomi, perubahan pada kerangka
kelembagaan dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh (Djojohadikusumo,
1994: 1).

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

18

Namun demikian pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ciri pokok dalam
proses pembangunan, hal ini berhubungan dengan kenyataan adanya pertambahan
penduduk. Bertambahnya penduduk dengan sendirinya menambah kebutuhan akan
pangan, sandang, pemukiman, pendidikan, dan pelayanan kesehatan (Djojohadikusumo,
1994:3). Teori pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai penjelasan mengenai
faktor apa yang menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang, dan
penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain,
sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boediono, 1999:2). Model pertumbuhan yang
sering dibahas memandang proses pertumbuhan ekonomi sebagai proses yang bersifat
riil. Hal ini mengartikan bahwa proses pertumbuhan dipandang sebagai proses yang
menyangkut kenaikan output, sehingga dianggap/ditentukan oleh faktor-faktor riil,
seperti laju akumulasi kapital (kapital dalam arti riil), laju pertumbuhan penduduk,
kemajuan teknologi, dan sumber-sumber alam yang tersedia.
Pentingnya peran pemerintah melalui beberapa faktor mempengaruhi
pembangunan daerah. Faktor-faktor tersebut adalah sumber daya alam, tenaga kerja,
investasi modal, kewirausahaan, transportasi, komunikasi, komposisi sektor industri,
teknologi, pasar ekspor, situasi perekonomian internasional, kapasitas pemerintah
daerah, belanja pemerintah dan dukungan pembangunan. Solow-Swan mengemukakan
bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung pada penambahan penyediaan faktor-faktor
produksi dan kemajuan teknologi (Arsyad, 1997:57). Pandangan ini mengartikan bahwa
sampai di mana perekonomian akan berkembang tergantung pada penambahan
penduduk, akumulasi kapital, dan kemajuan teknologi. Todaro (1997:105) menyatakan
bahwa pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat dipengaruhi oleh: (1) akumulasi modal
yang mencakup semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fisik, dan
semua sumber daya manusia; (2) pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja; (3)
kemajuan teknologi. Parkin dan Bade (1997:290) menyatakan bahwa ada dua sumber
pertumbuhan ekonomi yaitu, akumulasi modal dan perubahan teknologi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan hal penting di dalam kehidupan
perekonomian. Laju pertumbuhan ekonomi ditandai dengan laju kenaikan produk per
kapita yang tinggi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan data statistik
yang merangkum perolehan nilai tambah dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu
wilayah.Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dihitung dengan dua cara, yaitu atas
dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada
setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan nenunjukan nilai tambah
barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada suatu tahun tertentu
(tahun dasar).
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat diartikan kedalam tiga
pendekatan, yaitu sebagai berikut :
a. Pendekatan Produksi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai produk barang dan
jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi dalam suatu wilayah pada
suatu jangka waktu tertentu, biasanya setahun.
b. Pendekatan Pendapatan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah balas jasa yang diterima
oleh faktor-faktor produksi yang ikut di dalam proses produksi di suatu wilayah
pada jangka waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi tersebut adalah upah dan

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

19

gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan. Dalam pengertian PDRB termasuk
pula penyusutan barang modal tetap dan pajak langsung neto.
c. Pendekatan Belanja
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah semua belanja untuk
konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi
pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok, dan ekspor
neto di suatu wilayah pada suatu periode (ekspor neto merupakan ekspor dikurang
impor).
Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah salah satu indikator
ekonomi makro yang dapat menunjukan kondisi perekonomian daerah setiap tahun.
PDRB dapat dimanfaatkan sebagai:
a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku nominal
menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah.
Nilai Produk Regional Bruto (PDRB) yang besar menunjukan kemampuan sumber
daya ekonomi yang besar.
b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) harga berlaku menunjukkan pendapatan
yang memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah.
c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan (riil) dapat
digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan
maupun sektoral dari tahun ke tahun.
d. Distribusi Domestik Produk Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku
menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian yang menggambarkan peranan
sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peran
yang besar menunjukkan basis perekonomian yang mendominasi perekonomian
wilayah tersebut.
e. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita atas dasar harga berlaku
menunjukkan nilai Produk Regional Bruto (PDRB) per kepala atau per satu orang
penduduk.
f. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita atas dasar harga konstan
berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita.
2.2.2. Konsep Belanja Daerah (Belanja Modal)
Belanja daerah menurut Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 adalah semua
pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi beban
daerah. Menurut Undang-undang Nomor. 23 Tahun 2002, belanja daerah adalah
kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih pada
tahun anggaran yang bersangkutan. Belanja daerah (basis kas) adalah semua
pengeluaran oleh bendahara umum daerah yang mengurangi ekuitas dan lancar dalam
periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya
kembali oleh pemerintah. Belanja daerah (basis akrual) adalah kewajiban pemerintah
yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Halim (2007: 108) menyatakan
bahwa belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah atau kewajiban yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode satu tahun anggaran yang tidak
akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintah yang
menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan
urusan pilihan yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Belanja

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

20

daerah dikelompokkan ke dalam belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja
tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program kegiatan. Sementara belanja langsung merupakan belanja
yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
Di dalam ketentuan umum Undang-undang Nomor. 17 tahun 2003 pada pasal 1
ayat 16 disebutkan bahwa belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah No. 58
Tahun 2007 pasal 20 ayat 3 menyebutkan bahwa belanja daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 huruf (a) meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun
anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 50 menjelaskan bahwa Kelompok belanja
langsung dari suatu kegiatan dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari :
1. Belanja Pegawai;
Belanja pegawai dalam pasal 37 huruf a merupakan belanja kompensasi, dalam
bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai
negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Dalam
pasal 50 huruf a belanja pegawai Pasal 50 huruf 1 adalah belanja untuk pengeluaran
honorarium/upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.
2. Belanja Barang dan Jasa;
Belanja barang dan jasa dalam Pasal 50 huruf 2 merupakan belanja yang digunakan
untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari
12 (duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan
kegiatan pemerintahan daerah.
3. Belanja Modal.
Belanja Modal dalam pasal 50 huruf 3 digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan
dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang
mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan dalam
kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung
dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya.
III. KERANGKA KONSEPTUAL
Belanja Daerah

Belanja Pegawai

Belanja Modal

Belanja Barang dan Jasa

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


Pertumbuhan Ekonomi
Gambar 1.
Kerangka Konseptual

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

21

IV. METODELOGI PENELITIAN


4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Sugiyono (2008:11) menjelaskan
bahwa Penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara 2
variabel atau lebih.
4.2. Jenis Data
Dalam penelitian ini jenis data digunakan yaitu data Kuantitatif, adalah data
yang diperoleh dalam bentuk angka-angka yaitu data belanja modal dan pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2007-2011.
4.3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah data sekunder. Data sekunder yaitu data
yang telah diolah dan diperoleh dari instansi lain, dalam hal ini adalah belanja modal
dan Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2007 2010 serta
gambaran umum Kabupaten Sumbawa Barat.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah
pencatatan dokumen. Dalam penelitian ini metode pencatatan dokumen digunakan
untuk mengumpulkan belanja modal dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumbawa
Barat Tahun 2007 2010 serta gambaran umum Kabupaten Sumbawa Barat.
4.5. Definisi Operasional Variabel
1. Belanja modal (X1) adalah realisasi belanja daerah yang ditujukan untuk belanja
tanah, belanja peralatan dan mesin, belanja gedung dan bangunan, belanja jalan,
irigasi dan jaringan, belanja aset tetap dan belanja aset lainnya di Kabupaten
Sumbawa Barat selama tahun 2007-2011 (dalam satuan rupiah).
2. Pertumbuhan ekonomi (Y) adalah pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumbawa
Barat selama tahun 2007-2011 yang diukur dengan harga konstan (dalam satuan
persen).
4.6. Prosedur Analisis Data
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier
sederhana. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan pengaruh antara suatu variabel
terikat dengan satu variabel bebas. Adapun prosedur analisisnya adalah sebagai berikut :
1. Uji Kriteria Statistik (First Order Test).
Pengujian bentuk ini dimaksudkan untuk tercapainya makna secara statistik dari
parameter pada model yang diamati.
2. Uji Signifikasi (Uji t-statistik).
Uji ini ditujukan untuk menguji hipotesis bahwa variabel independent (X)
mempengaruhi variabel dependent (Y) dengan asumsi variabel bebas lainnya
konstan
3. Koefisien Determinasi (R2 ).
Pengujian Koefisien Determinasi yaitu untuk menerangkan besarnya variasi di
dalam variabel terikat yang mampu diterangkan oleh variabel bebas.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

22

V. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN


5.1. Deskripsi Data penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variable penelitian, satu pariabel bebas
(indevendent) dan satu variable terikat (devendent). Variable bebas dalam penelitian ini
adalah Belanja Modal (x), sedangkan variable terikat adalah Pertumbuhan Ekonomi (y).
berikut ini di sajikan gambaran umum data variabel penelitian.
Tabel .1
Deskripsi Data dan Variabel Penelitian
Tahun
Belanja Modal (Rp)
Pertumbuhan Ekonomi (%)
2007
65.363.224.436
2.77
2008
1.06524E+11
-9,06
2009
264.407.567.433
27.71
2010
1.391.1E+11
12.46
2011
2.577.89E+11
-26.33
5.2. Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana
5.2.1. Uji t Statistik
Uji ini dilakukan untuk membuktikan bahwa koefisien regresi variabel belanja
modal (X) secara statistik signifikan atau tidak mempengaruhi variabel pertumbuhan
ekonomi (Y). Berdasarkan hasil pengolahan data, hasil estimasi (lampiran 3) disajikan
dalam tabel berikut:
Tabel 2.
Hasil Estimasi Uji Parsial (Individu) dengan Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel
(Constant)
Modal (x)
Sumber: Data Sekunder Diolah

Koefisien

Nilai Hitung

13,994
-1,65E-15

2,306
-3,397

Dari tabel di atas dapat diperoleh persamaan regresi yang menunjukan model
regresi yaitu:
Pertumbuhan Ekonomi = 13,994 - 1,65E-15 Belanja Modal + et
Persamaan regresi pada model di atas dapat dianalisis bahwa nilai t hitung
variabel Belanja Modal adalah sebesar -3,397. Jika dibandingkan dengan nilai t tabel
(3,182) pada = 5% dengan df = 3 (n-k = 5-2 = 3) untuk uji dua sisi maka -3,397 < 3,182, sehingga pada model diatas ada pengaruh yang signifikan untuk variabel Belanja
Modal (x) terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi (y).
5.2.2. Uji Kesesuaian Teoritik
Selain itu, berdasarkan hasil analisis regresi linier diatas, dapat dilakukan uji
kesesuaian teoritik dari variabel-variabel yang diteliti. Pengujian ini menyangkut
masalah tanda dan intensitas hubungan ekonomi dengan cara membandingkan
kesesuaian tanda diantara variabel atau parameter estimasi dari model yang dipilih
dengan hipotesis yang telah ditentukan. berdasarkan hasil regresi model yang

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

23

digunakan, diketahui bahwa variabel Belanja Modal (x) mempunyai arah atau tanda
yang tidak sesuai dengan hipotesis yaitu bertanda negatif. Dengan kata lain hasil
estimasi terhadap model yang dipilih telah tidak sesuai dengan teori yang dipilih.
adapun ringkasan hasil uji kesesuaian teoritik dari estimasi regresi model terpilih tersaji
pada tabel 3 berikut ini:
Tabel 3.
Hasil Uji Arah atau Tanda
Variabel Bebas

Tanda yang
dihipotesiskan

Hasil Estimasi

Kesimpulan

Belanja Modal

Tidak Sesuai

Sumber: Data Sekunder Diolah


Dari tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa koefisien hasil regresi untuk variabel
bebas tersebut tidak sesuai dengan yang dihipotesiskan. Hasil tersebut menunjukan
hubungan yang negatif dimana semakin besar atau meningkatnya Belanja Modal maka
akan semakin rendah Pertumbuhan Ekonomi (y) dan begitu pula sebaliknya, dalam hal
ini diasumsikan bahwa faktor yang lain tidak berubah (ceteris paribus).
5.2.3. Koefisien Determinasi (R2)
Berdasarkan hasil estimasi (lampiran 3), diperoleh nilai koefisien determinasi
2
(R ) yaitu sebesar 0,79. Ini berarti sebesar 79 persen varian variabel Belanja Modal
mampu mempengaruhi variabel Pertumbuhan Ekonomi (y), sedangkan sisanya 21
persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model analisis.
5.2.4. Interpretasi Koefisien Regresi
1. b0 = 13,994 (Konstanta)
Nilai konstanta tersebut dapat diartikan bahwa apabila variabel bebas belanja
modal dianggap sama dengan 0 (nol), maka pertumbuhan ekonomi sebesar
13,994 persen.
2. b1 = -1,65E-15 (Koefisien Belanja Modal)
Hasil tersebut menunjukan bahwa apabila belanja modal (x) naik satu rupiah,
maka pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan sebesar -1,65E 15 dengan
asumsi variabel lain sama dengan 0 (nol) atau jika belanja Modal naik Rp.
1.000.000.000,- maka akan menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi
sebesar 0,00000165%. Hasil estimasi b1 menunjukan besarnya yang negatif
artinya apabila setiap terjadi kenaikan belanja modal akan berimplikasi pada
turunnya pertumbuhan ekonomi dengan anggapan ceteris paribus.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

24

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Kesimpulan
1. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan guna mempercepat perubahan
struktur perekonomian daerah menuju perekonomian yang berimbang dan
dinamis yang bercirikan industri yang kuat dan maju, pertanian yang tangguh
serta memiliki basis pertumbuhan sektoral yang seimbang.
2. Pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat dipengaruhi oleh akumulasi modal yang
mencakup semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fisik, dan
semua sumber daya manusia, pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja serta
kemajuan teknologi.
6.2. Saran
1. Agar perekonomian dapat tumbuh dan berkembang pertumbuhan ekonomi daerah
dilakukan dengan cara membangun sarana dan prasarana yang dapat menunjang
kegiatan ekonomi yang pada akhirnya memberikan peningkatan output pada
daerah Sumbawa Barat serta meningkatkan belanja-belanja pada sektor-sektor
pembangunan.
2. Pemerintah disarankan agar alokasi sumber-sumber ekonomi dilaksanakan secara
efisien terutama dalam menyediakan barang dan jasa yang pihak swasta tidak
dapat memproduksinya, melalui kebijaksanaan fiskal mengubah keadaan
masyarakat serta membuat kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk
mengendalikan goncangan ekonomi yang berlebihan.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

25

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 1997. Ekonomi Pembangunan, Edisi 3. Bagian Penerbitan STIE


YKPN, Yogyakarta.
Boediono. 1999. Pengantar Ekonomi Makro. BPFE UGM, Yogyakarta.
Djojohadikusumo, S., 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori Ekonomi
Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, LP3ES, Jakarta.
Nugroho, Fajar. 2012. Pengaruh Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Kinerja
Keuangan Daerah Dengan Pendapatan Asli Daerah Sebagai Variabel
Intervening
(Studi
Kasus
di
Propinsi
Jawa
Tengah).
eprints.undip.ac.id/36003/1/NUGROHO.pdf.
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar, Cetakan Keenam. Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Ibnu, S., Mukhadis, A dan Dasna, I.W. 2003. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian.
Penerbit Universitas Negeri Malang, Malang.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 Tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
Mangkoesoebroto, Guritno. 1992. Ekonomi Publik, Edisi 3. BPFE, Yogyakarta.
Parkin and Bade. 1997. Principle Macro Economic 8th Edition. Pearson Education,
Canada Ltd.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Alfa Beta, Bandung.
Todaro, MP. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Ketujuh. Erlangga,
Jakarta.
Peraturan Pemerintah Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran
2007.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Permendagri No. 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

26

ANALISIS KINERJA KEUANGAN


PADA KANTOR KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM NEGERI
KABUPATEN SUMBAWA BARAT TAHUN 2012
Oleh :
Benny Samuel

ABSTRAKSI
Penyerapan anggaran yang tidak optimal menunjukkan adanya permasalahan dalam
perencanaan, pengelolaan, dan pelaksanaan program/kegiatan dalam SKPD,
karenanya ada beberapa aspek yang perlu dievaluasi, antara lain, lemahnya
perencanaan program dan kegiatan, lemahnya koordinasi antara unit perencana dan
unit pelaksana kegiatan, dan lemahnya pelaksanaan kegiatan. Pengalaman yang terjadi
selama ini menunjukkan bahwa masih belum optimalnya pengelolaan keuangan
pemerintahan khususnya pada Kantor Kesatuan Bangsa Politik Dalam Negeri
Kabupaten Sumbawa Barat sehingga terlihat masih ada antara anggaran dan realisasi
yang dicapai tidak sesuai dengan yang diharapkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kinerja keuangan pada Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Kabupaten Sumbawa Barat Tahun Anggaran 2012. Jenis penelitian yang digunakan
berbentuk deskriptif kuantitatif mengenai pengelolaan keuangan daerah yaitu dengan
menganalisis kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat khususnya
Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri dengan menggunakan indikator
rasio ekonomi, efektivitas, dan efisiensi dengan indikator rencana anggaran program
dan kegiatan, realisasi anggaran, realisasi fisik dalam bentuk capaian kinerja
anggaran Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri pada Tahun Anggaran
2012. Data yang akan dikumpulkan dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data
sekunder berupa laporan perhitungan anggaran SKPD yang dikumpulkan dari Kantor
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Kabupaten Sumbawa Barat. Seluruh data
tersebut dikumpulkan dengan metode observasi non perilaku yaitu dilakukan dengan
mengamati secara langsung dokumen anggaran yang ada. Dari hasil penelitian yang
dilakukan, kinerja anggaran pada Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Kabupaten Sumbawa Barat dari segi perhitungan rasio ekonomi dapat dikategorikan
ekonomis karena mencapai nilai rata-rata 96,21%. Sedangkan dari rasio efisiensi
dapat dikategorikan kurang efisien mencapai nilai rata-rata 96,21%. Perhitungan rasio
efektifitas menunjukkan bahwa rasio keuangan Kantor Kesatuan Bangsa dan Poltik
Dalam Negeri Kabupaten Sumbawa Barat dapat dikategorikan efektif karena mencapai
nilai rata-rata 100%.
Kata Kunci: Ekonomis, Efektif, Efisien.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

27

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Wacana tentang good governance atau kepemerintahan yang baik merupakan isu
yang paling mengemuka belakangan ini. Tuntutan masyarakat agar pengelolaan negara
dijalankan secara amanah dan bertanggung jawab sejalan dengan keinginan global
masyarakat internasional saat ini. Salah satu perwujudan good governance, pemerintah
dituntut untuk meningkatkan akuntabilitasnya. Dalam rangka meningkatkan
akuntabilitasnya, pemerintah telah mengeluarkan beberapa peraturan dan
perundangundangan. Walaupun telah banyak peraturan dan perundang-undangan yang
telah dibuat berkaitan dengan akuntabilitas, namun akuntabilitas pemerintah masih
belum menunjukkan perbaikan yang signifikan.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yang dalam pembahasan
berbagai literatur sering disebut anggaran negara atau anggaran sektor publik, dalam
perkembangannya telah menjadi instrumen kebijakan mulifungsi yang digunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan bernegara. Hal tersebut terutama terlihat dari
komposisi dan besarnya anggaran yang secara langsung merefleksikan arah dan tujuan
pelayanan kepada masyarakat yang diharapkan (Pusdiklatwas BPKP, 2007).
Fakta secara nasional tersebut menjadi salah satu dasar ketertarikan penulis
untuk menganalisis secara khusus anggaran dan realisasi kegiatan keuangan dengan
menggunakan rasio ekonomi, rasio efektivitas, dan rasio efisiensi pada Kantor Kesatuan
Bangsa dan Politik Dalam Negeri Kabupaten Sumbawa Barat, bahwa kinerja anggaran
pemerintah daerah selalu dikaitkan dengan bagaimana sebuah unit kerja pemerintah
daerah dapat mencapai tujuan kerja dengan alokasi anggaran yang tersedia. Kantor
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri yang merupakan satuan organisasi dari
Kabupaten Sumbawa Barat dengan tugas pokok melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan daerah di bidang kesatuan bangsa, politik dan politik dalam
negeri. Dengan tanggung jawab pokok sebagaimana instansi pemerintah lainnya yaitu
menciptakan pelayanan yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang
mencakup fungsi penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan
pembinaan masyarakat.
Anggaran dilaksanakan pada periode satu tahun ke depan yang tentunya
mengacu kepada anggaran dan realisasi yang dicapai pada tahun sebelumnya yang
dipergunakan sebagai tolak ukur pembuatan anggaran berikutnya. Tanpa adanya suatu
kejelian dalam menganalisa anggaran yang akan dibuat maka tidak akan didapat
realisasi yang sesuai dalam anggaran keuangan pada Kantor Kesatuan Bangsa dan
Politik Dalam Negeri Kabupaten Sumbawa Barat yang tentunya akan berimbas pada
kurang optimalnya hasil pencapaian kinerja.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk menganalisa pelaksanaan
program dan kegiatan pada Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Kabupaten Sumbawa Barat melalui penelitian yang berjudul Analisis Kinerja
Keuangan pada Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Kabupaten
Sumbawa Barat Tahun 2012.
1.2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan pada
Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Kabupaten Sumbawa Barat Tahun
Anggaran 2012.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

28

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Penelitian Sebelumnya
1. Edi Pratama (2010) meneliti tentang Kinerja Keuangan DPRD Kabupaten
Sumbawa Barat Tahun 2009. Alat analisis yang digunakan adalah analisis rasio
ekonomi value for money. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kinerja
keuangan Kantor Sekretariat DPRD Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2009
secara keseluruhan menunjukkan hasil sangat ekonomis dengan rata-rata rasio
kinerja ekonomi sebesar 81,39. Peneliti juga mengetahui bahwa dari 7 program
yang dimanifestasikan menjadi 27 kegiatan terdapat 16 kegiatan mencapai tingkat
sangat ekonomis, dan 4 kegiatan mencapai tingkat cukup ekonomis, 5 kegiatan
mencapai kurang ekonomis dan 2 kegiatan mencapai tingkat tidak ekonomis.
Tujuan Peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah dapat diketahuinya
seberapa efisien dan efektifitas pelaksanaan program dan kegiatan di Sekretariat
DPRD Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2010.
2. Noval Juli Rahman (2010), meneliti tentang Kinerja Keuangan Bagian Umum dan
Perlengkapan Sekretaris Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2009. Alat
analisis yang digunakan adalah analisis rasio ekonomi value for money. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa kinerja keuangan Kantor Bagian Umum dan
Perlengkapan Sekretaris Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2009 secara
keseluruhan menunjukkan hasil sangat ekonomis dengan rata-rata rasio kinerja
ekonomi sebesar 89,43.
3. Eka Rosalina (2008) meneliti tentang Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di Propinsi Sumatera Barat. Alat
analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu menggunakan pendekatan
kualitatif dengan menggunakan rasio keuangan yang meliputi analisis varians
(selisih) anggaran pendapatan, belanja, pertumbuhan pendapatan, belanja dan
derajat desentralisasi. Hasil penelitian ini diketahui bahwa propinsi Sumatera
Barat dalam merealisasikan pendapatan pada Tahun 2003-2006 dapat dikatakan
efektif dan efisiensi dan pertumbuhan pendapatan menunjukkan pertumbuhan
positif. Pada Tahun 2003-2006 Propinsi Sumatera Barat masih tergantung pada
pemerintah pusat sehingga penyelengaraan desentralisasi masih rendah.
2.2. Landasan Teoritis
2.2.1. Kinerja
Kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000 : 67) Kinerja
(prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.
Proses pengukuran kinerja terdiri dari tiga aktivitas sebagaimana yang
digambarkan pada berikut:

Gambar 1. Proses Pengukuran Kinerja

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

29

2.2.2. Kinerja Keuangan Daerah


Kinerja keuangan adalah suatu ukuran kinerja yang menggunakan indikator
keuangan. Analisis kinerja keuangan pada dasarnya dilakuan untuk menilai kinerja di
masa lalu dengan melakukan berbagai analisis sehingga diperoleh posisi keuangan yang
mewakili realitas entitas dan potensi-potensi kinerja yang akan berlanjut.
2.2.3. Value for Money
Value for money menurut Mardiasmo (2009:4) merupakan konsep pengelolaan
organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomis,
efisiensi, dan efektivitas. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan
outcome dengan output.
1) Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan
dalam satuan moneter, dihitung dengan membandingkan antara realisasi anggaran
belanja dibandingkan dengan Rencana anggaran belanja, dengan formula sebagai
berikut:
Realisasi Anggaran Belanja

Rasio Ekonomi = -------------------------------- x 100%


Rencana Anggaran Belanja

2)

Efisiensi
Rasio efisiensi merupakan tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan
atau prestasi yang dicapai oleh pemerintah daerah yang diukur dengan
membandingkan realisasi belanja dengan anggaran belanja yang telah ditetapkan,
dalam satuan persen (Suyana Utama, 2008:30).
Rasio Ekonomi
Rasio Efisiensi = -------------------------------- x 100%
Capaian Kinerja Keluaran

Tabel 1.
Efisiensi Keuangan Daerah
Efisiensi Keuangan Daerah Otonom dan
Kemampuan Keuangan
Sangat Efisien
Efisien
Cukup Efisien
Kurang Efisien
Tidak Efisien
Sumber : Mahsun (2006)
3)

Rasio Efisiensi (%)


60
>60 80
>80 90
>90 100
100

Efektifitas
Rasio efektifitas merupakan tingkat pencapaian Rasio efektifitas diukur
dengan (Suyana Utama, 2008: 33):
Outcome
Rasio Efektifitas = --------------- x 100%
Output

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

Tabel 2.
Efektifitas Keuangan Daerah
Efektifitas Keuangan Daerah Otonom dan
Kemampuan Keuangan
Sangat Efektif
Efektif
Cukup Efektif
Kurang Efektif
Tidak Efektif
Sumber: Mahsun (2006)

30

Rasio Efektifitas (%)


>100
>90 100
>80 90
>60 80
60

III. KERANGKA KONSEPTUAL

Rencana Anggaran
Target
Indikator Kinerja Anggaran
Ekonomi

Efektifitas

Efisiensi

Capaian Kinerja
Gambar 2. Kerangka Konseptual
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data penelitian ini adalah data kuantitatif . Data kuantitatif dalam penelitian
ini berupa Anggaran Keuangan dan Realisasi Anggaran Kantor Kesatuan Bangsa dan
Politik Dalam Negeri Kabupaten Sumbawa Barat dari Tahun 2012.
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari
dokumen-dokumen pada Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Kabupaten
Sumbawa Barat, yaitu Kepala Kantor, Kasubbag Tata Usaha dan Keuangan, Bendahara,
dan Verifikatur Keuangan.
4.2. Definisi Operasional Variabel
1. Rasio ekonomi adalah pembelian barang dan jasa dengan kualitas tertentu pada
harga terbaik, dihitung dengan membandingkan antara realisasi anggaran belanja
dibandingkan dengan Rencana anggaran belanja pada Kantor Kesbangpoldagri
Kabupaten Sumbawa Barat.
2. Rasio Efisiensi adalah suatu produk atau hasil kerja tertentu dicapai dengan
penggunaan sumber daya dan dana yang serendah rendahnya, dihitung dengan
membadingkan antara rasio ekonomi dibandingkan dengan capaian kinerja
keluaran pada Kantor Kesbangpoldagri Kabupaten Sumbawa Barat.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

31

3. Rasio Efektifitas adalah hubungan antar keluaran (hasil) dengan tujuan atau
sasaran yang hendak dicapai, dihitung dengan membandingkan. antara capaian
kinerja output dibandingkan dengan capaian kinerja sasaran.
4.3. Prosedur Analisis Data
Teknik analisis data untuk mengukur tingkat ekonomi adalah membandingkan
antara realisasi anggaran belanja dibandingkan dengan Rencana anggaran belanja
dikalikan 100% untuk mendapatkan rasio ekonomi anggaran belanja, dimana semakin
besar berarti semakin ekonomis, begitu pula sebaliknya.

Realisasi Anggaran Belanja

Rasio Ekonomi = -------------------------------- x 100%


Rencana Anggaran Belanja

Untuk mengukur tingkat efektivitas adalah membandingkan realisasi pendapatan


dengan anggaran pendapatan, dalam satuan persen.
Capaian outcome
Rasio Efektivitas = -------------------------------- x 100%
Capaian output

Efektivitas Keuangan
Sangat Efektif
Efektif
Cukup Efektif
Kurang Efektif
Tidak Efektif

Rasio Efektivitas (%)


>100
>90 100
>80 90
>60 80
60

Untuk mengukur tingkat efisiensi adalah membandingkan Rasio Ekonomi


dengan Capaian Kinerja Sasaran yang telah ditetapkan, dalam satuan persen.
Rasio Ekonomi
Rasio Efisiensi = -------------------------------- x 100%
Capaian Kinerja Sasaran

Efisiensi Keuangan Daerah Otonom dan


Kemampuan Keuangan
Sangat Efisien
Efisien
Cukup Efisien
Kurang Efisien
Tidak Efisien

Rasio Efisiensi (%)


60
>60 80
>80 90
>90 100
100

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

32

V. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN


5.1. Sub Bagian Tata Usaha
Tabel 1.
Anggaran Kegiatan pada Sub Bagian Tata Usaha
NO
1

3
4

UNIT KERJA/KEGIATAN
Penataan dan Pengelolaan
Administrasi Umum
Perkantoran
Pengadaan
Perlengkapan/Peralatan dan
Fasilitas Gedung Kantor
Penyusunan Pelaporan
Keuangan Akhir Tahun
Penyusunan RKA/RKPA dan
DPA/DPPA SKPD

ANGGARAN
REALISASI
TARGET (Rp)
(Rp)
319.723.000,00 307.796.000,00

%
96,27

26.594.000,00

26.594.000,00

100

44.225.000,00

44.225.000,00

100

3.684.000,00

3.684.000,00

100

1) Penataan dan Pengelolaan Administrasi Umum Perkantoran

Nilai Ekonomis

Re alisasi Anggaran Belanja


100%
Re ncana Anggaran Belanja

307.796.000
100%
319.723.000
96,27%
Nilai Ekonomi
Nilai Efisiensi
100%
Capaian Kinerja Sasaran
96,27%

100%
100%
96,27%
Capaian outcome
Nilai Efektivita s
100%
Capaian output

100
100%
100
100%

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

33

2) Pengadaan Perlengkapan/Peralatan dan Fasilitas Gedung Kantor

Nilai Ekonomis

Re alisasi Anggaran Belanja


100%
Re ncana Anggaran Belanja

26.594.000,00
100%
26.594.000,00
100%

Nilai Efisiensi

Nilai Ekonomi
100%
Capaian Kinerja Sasaran

100%
100%
100%
100%
Capaian outcome
Nilai Efektivita s
100%
Capaian output

26.594.000,00
100%
26.594.000,00
100%

3) Penyusunan Pelaporan Keuangan Akhir Tahun


Re alisasi Anggaran Belanja
Nilai Ekonomis
100%
Re ncana Anggaran Belanja

4.225.000,00
100%
4.225.000,00
100%
Nilai Ekonomi
Nilai Efisiensi
100%
Capaian Kinerja Sasaran
100%

100%
100%
100%
Capaian outcome
Nilai Efektivita s
100%
Capaian output
4.225.000,00

100%
4.225.000,00
100%

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

34

4) Penyusunan RKA/RKPA dan DPA/DPPA SKPD


Re alisasi Anggaran Belanja
Nilai Ekonomis
100%
Re ncana Anggaran Belanja

3.684.000,00
100%
3.684.000,00
100%
Nilai Ekonomi
Nilai Efisiensi
100%
Capaian Kinerja Sasaran
100%

100%
100%
100%

Capaian outcome
100%
Capaian output
3.684.000,00

100%
3.684.000,00
100%

Nilai Efektivita s

Berdasarkan pemaparan dan analisis terhadap kegiatan pada Sub Bagian Tata
Usaha Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Kabupaten Sumbawa Barat
tahun 2012 di atas, dapat diketahui hal-hal seperti dalam tabel berikut:
Tabel 2.
Hasil Analisis Kinerja Anggaran Sub Bagian Tata Usaha
Rasio Ekonomi
NO

%
1

3
4

Rasio Efisiensi

Rasio Efektivitas

UNIT KERJA/KEGIATAN
Penataan dan Pengelolaan
Administrasi Umum
Perkantoran
Pengadaan
Perlengkapan/Peralatan dan
Fasilitas Gedung Kantor
Penyusunan Pelaporan
Keuangan Akhir Tahun
Penyusunan RKA/RKPA
dan DPA/DPPA SKPD

Ket

Ket

Ket

96,27

Ekonomis

96,27

Kurang
Efisien

100

Efektif

100

Ekonomis

100

Kurang
Efisien

100

Efektif

100

Ekonomis

100

100

Efektif

100

Ekonomis

100

Kurang
Efisien
Kurang
Efisien

100

Efektif

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

35

5.2. Seksi Pengembangan Nilai-Nilai Kebangsaan


Tabel 3.
Anggaran Kegiatan pada Seksi Pengembangan Nilai-Nilai Kebangsaan
NO
1
2

UNIT KERJA/KEGIATAN
Fasilitasi Kerukunan Umat
Beragama (FKUB)
Rapat Koordinasi Forum
Kewaspadaan Dini Masyarakat di
Daerah (FKDM)
Bintek Sosialisasi Peningkatan
Kesadaran terhadap Nilai-Nilai
Pancasila

BELANJA PUBLIK
TARGET (Rp)
REALISASI (Rp)
56.970.000,00
56.220.000,00

%
98,68

45.470.000,00

43.280.000,00

95,18

62.190.000,00

55.272.000,00

88,88

1) Fasilitasi Kerukunan Umat Beragama (FKUB)


Re alisasi Anggaran Belanja
Nilai Ekonomis
100%
Re ncana Anggaran Belanja

56.220.000,00
100%
56.970.000,00
98,68%
Nilai Ekonomi
Nilai Efisiensi
100%
Capaian Kinerja Sasaran
98,68%

100%
100%
98,68%
Capaian outcome
Nilai Efektivita s
100%
Capaian output
100%

100%
100%
100%

2) Rapat Koordinasi Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat di Daerah (FKDM)


Re alisasi Anggaran Belanja
Nilai Ekonomis
100%
Re ncana Anggaran Belanja

45.470.000,00
100%
43.280.000,00
95,18%

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

Nilai Efisiensi

36

Nilai Ekonomi
100%
Capaian Kinerja Sasaran

95,18%
100%
100%
95,18%
Capaian outcome
Nilai Efektivita s
100%
Capaian output

100%
100%
100%
100%

3) Bintek Sosialisasi Peningkatan Kesadaran terhadap Nilai-Nilai Pancasila


Re alisasi Anggaran Belanja
Nilai Ekonomis
100%
Re ncana Anggaran Belanja

55.272.000,00
100%
62.190.000,00
88,88%
Nilai Ekonomi
Nilai Efisiensi
100%
Capaian Kinerja Sasaran
88,88%

100%
100%
88,88%
Capaian outcome
Nilai Efektivita s
100%
Capaian output
100%

100%
100%
100%
Tabel 4.
Hasil Analisis Kinerja Anggaran Seksi Pengembangan Nilai-Nilai Kebangsaan

Rasio Ekonomi
NO
1
2

Rasio Efisiensi

Rasio Efektivitas

UNIT KERJA/KEGIATAN
Fasilitasi Kerukunan Umat
Beragama (FKUB)
Rapat Koordinasi Forum
Kewaspadaan Dini
Masyarakat di Daerah
(FKDM)
Bintek Sosialisasi
Peningkatan Kesadaran
terhadap Nilai-Nilai
Pancasila

Ket

Ket

Ket

98,68

Ekonomis

98,68

100

Efektif

95,18

Ekonomis

95,18

Kurang
Efisien
Kurang
Efisien

100

Efektif

88,88

Cukup
Ekonomis

88,88

Cukup
Efisien

100

Efektif

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

37

5.3. Seksi Pengkajian Masalah Strategis dan Penanganan Konflik


Tabel 5.
Anggaran Kegiatan pada Seksi Pengkajian Masalah Strategis
dan Penanganan Konflik
NO
1

UNIT KERJA/KEGIATAN
Pembentukan dan Rapat
Koordinasi Tim Pengkajian
Masalah Strategis
Monitoring, Evaluasi dan
Pelaporan situasi serta kondisi
daerah
Komunitas Intelijen Daerah

BELANJA PUBLIK
TARGET (Rp)
REALISASI (Rp)
37.680.000,00
33.622.000,00

%
89,23

100.523.000,00

98.060.000,00.

97,55

144.162.000,00

138.767.000,00

96,26

1) Pembentukan dan Rapat Koordinasi Tim Pengkajian Masalah Strategis


Re alisasi Anggaran Belanja
Nilai Ekonomis
100%
Re ncana Anggaran Belanja

33.622.000,00
100%
37.680.000,00
89,23%
Nilai Ekonomi
Nilai Efisiensi
100%
Capaian Kinerja Sasaran
89,23%

100%
100%
89,23%
Capaian outcome
Nilai Efektivita s
100%
Capaian output
100%

100%
100%
100%

2) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Situasi Serta Kondisi Daerah


Re alisasi Anggaran Belanja
Nilai Ekonomis
100%
Re ncana Anggaran Belanja
98.060.000,00

100%
100.523.00000
97,55%

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

Nilai Efisiensi

38

Nilai Ekonomi
100%
Capaian Kinerja Sasaran

97,55%
100%
100%
97,55%
Capaian outcome
Nilai Efektivita s
100%
Capaian output

100%
100%
100%
100%

3) Komunitas Intelijen Daerah


Re alisasi Anggaran Belanja
Nilai Ekonomis
100%
Re ncana Anggaran Belanja
144.162.000,00

100%
138.767.000,00
96,26%
Nilai Ekonomi
Nilai Efisiensi
100%
Capaian Kinerja Sasaran

96,26%
100%
100%
96,26%
Capaian outcome
Nilai Efektivita s
100%
Capaian output
100%

100%
100%
100%
Tabel 6.
Hasil Analisis Kinerja Anggaran Seksi Pengkajian Masalah Strategis
dan Penanganan Konflik

Rasio Ekonomi
NO
1

Rasio Efisiensi

Rasio Efektivitas

UNIT KERJA/KEGIATAN
Pembentukan dan Rapat
Koordinasi Tim Pengkajian
Masalah Strategis
Monitoring, Evaluasi dan
Pelaporan situasi serta
kondisi daerah
Komunitas Intelijen Daerah

Ket

Ket

Ket

89,23

Cukup
Ekonomis

89,23

Cukup
Efisien

100

Efektif

97,55

Ekonomis

97,55

Kurang
Efisien

100

Efektif

96,26

Ekonomis

96,26

Kurang
Efisien

100

Efektif

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

39

5.4. Seksi Pengembangan Politik dan Fasilitasi Organisasi Politik dan Organisasi
Massa
Tabel 7.
Anggaran Kegiatan pada Seksi Pengembangan Politik dan Fasilitasi Organisasi
Politik dan Organisasi Massa
NO

UNIT KERJA/KEGIATAN

Pembentukan Tim Verifikasi


Administrasi Parpol
Bimbingan Teknis Pendidikan
Politik bagi Aparatur
Pemerintah dan Mahasiswa.

BELANJA PUBLIK
%
TARGET (Rp)
REALISASI (Rp)
19.222.000,00
17.357.000,00 90,30
64.287.000,00

60.408.000,00 93,97

1) Pembentukan Tim Verifikasi Administrasi Parpol


Nilai Ekonomis

Re alisasi Anggaran Belanja


100%
Re ncana Anggaran Belanja

19.222.000,00
100%
17.357.000,00
90,30%
Nilai Ekonomi
Nilai Efisiensi
100%
Capaian Kinerja Sasaran

90,30%
100%
100%
90,30%
Capaian outcome
Nilai Efektivita s
100%
Capaian output
100%

100%
100%
100%

2) Bimbingan Teknis Pendidikan Politik bagi Aparatur Pemerintah dan Mahasiswa.


Re alisasi Anggaran Belanja
Nilai Ekonomis
100%
Re ncana Anggaran Belanja
60.408.000,00

100%
64.287.000,00
93,97%
Nilai Ekonomi
Nilai Efisiensi
100%
Capaian Kinerja Sasaran
93,97%

100%
100%
93,97%

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

40

Capaian outcome
100%
Capaian output
100%

100%
100%
100%

Nilai Efektivita s

Tabel 8.
Hasil Analisis Kinerja Anggaran Seksi Pengembangan Politik dan Fasilitasi
Organisasi Politik dan Organisasi Massa
Rasio Ekonomi
NO
1

Rasio Efisiensi

Rasio Efektivitas

UNIT KERJA/KEGIATAN
Pembentukan Tim
Verifikasi Administrasi
Parpol
Bimbingan Teknis
Pendidikan Politik bagi
Aparatur Pemerintah dan
Mahasiswa.

Ket

Ket

Ket

90,30

Ekonomis

90,30

Kurang
Efisien

100

Efektif

93,97

Ekonomis

93,97

Kurang
Efisien

100

Efektif

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Kesimpulan
1. Rasio Ekonomis kinerja keuangan Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam
Negeri Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2012 dapat dikategorikan ekonomis
karena rata-rata nilai ekonominya adalah 96,21%.
2. Rasio efisiensi kinerja keuangan Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam
Negeri Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2012 dapat dikategorikan kurang
efisien karena rata-rata nilai efisiensinya adalah 96,21%.
3. Rasio efektivitas kinerja keuangan Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam
Negeri Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2012 dapat dikategorikan efektif karena
semua capaiannya mencapai 100%.
6.2. Saran
1. Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Kabupaten Sumbawa Barat
dapat menggunakan analisis rasio keuangan untuk melakukan penilaian dan
evaluasi kinerja untuk kepentingan manajemen birokrasi pemerintahan serta untuk
menambah kualitas sistem informasi keuangan SKPD.
2. Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Kabupaten Sumbawa Barat
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan laporan keuangan, baik itu dengan memberikan bimbingan teknis
dan pelatihan mengenai pengelolaan keuangan daerah ataupun dengan melakukan
perekrutan pegawai yang ahli dalam bidang keuangan. Dengan begitu diharapkan
penyusunan laporan keuangan dapat berjalan dengan lancar dan tepat waktu
sehingga memudahkan penyusunan RKA/RKPA, Laporan Keuangan Tahunan.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

41

DAFTAR PUSTAKA
Alim, M Nizarul. 2008. Efektivitas Perpaduan Komponen Anggaran dalam Prosedur
Anggaran: Pengujian Kontijensi Matching. Jurnal Akuntansi dan Keuangan.
Vol. 10 No. 2 November. Hal. 69-76
Departemen Dalam Negeri. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Mardiasmo. 2002. Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah. Andi, Yogyakarta.
__________.2009. Akuntansi Sektor Publik. Andi, Yogyakarta.
Mawardi, Oetarto Sindung. 2003. Perumusan Indikator Kinerja Pemerintah Daerah,
Prosiding Seminar Nasional Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah. FEUAD, BPK III Yogyakarta, Partnership for Governance reform in
Indonesia.
Munir, Badrul. 2002. Perencanaan Anggaran Kinerja Memangkas Inefisiensi Anggaran
Daerah. Samawa Center, Sumbawa Besar.
Pratama, Edi. 2010. Kinerja Keuangan DPRD Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2009.
Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Samawa (tidak dipublikasikan).
Rahman, Noval Juli. 2010. Kinerja Keuangan Bagian Umum dan Perlengkapan
Sekretaris Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2009. Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Samawa (tidak dipublikasikan).
Rosalina, Eka. 2008. Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (studi kasus di Propinsi Sumatera Barat).
Thesis S2. Universitas Gadjah Mada. www.digitalib.ugm.ac.id
Suharyani, Setyawan, R.R, Nasir, S.M, M, Rokman, F. 2003. Model Pengukuran
Kinerja Satuan Kerja Pemda yang Berorientasi pada Pembaruan Sektor
Publik, Prosiding Seminar Nasional Pengukuran Kinerja Pemerintah
Daerah. FE-UAD, BPK III Yogyakarta, Partnership for Governance reform
in Indonesia, UAD Press, Yogyakarta.
Tim FE-UAD, BPK Perwakilan III Yogyakarta, Partnership for Governance reform in
Indonesia. 2003. Modul Pelatihan Kinerja Pemerintah Daerah. FE-UAD,
Yogyakarta.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

42

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP


PENJUALAN ROTI LANGSUNG ENAK BAKERY SUMBAWA BESAR
TAHUN 2008-2012
Oleh:
Agustinus Dapa Moda

ABSTRAK
Penelitian ini berjudul analisis factor-faktor produksi terhadap penjualan roti langsung
enak bakery tahun 2008-2012. Rumusan permasalah dari penelitian ini adalah apakah
faktor-faktor produksi berpengaruh terhadap penjulan roti langsung enak bakery tahun
2008-2012. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh
Faktor-Faktor Produksi Terhadap Penjualan Roti Langsung Enak Bakery Sumbawa
Besar Tahun 2008-2012. Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif dengan
menggunakan jenis data kualitatif dan kuantitatif. Sumberdata penelitian berupa
sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode
dokumentasi/pustaka. Varibel dalam penelitian ini ada dua, variable bebasnya adalah
factor-faktor produksi dan variable terikatnya adalah penjualan. Teknik analisi data
dalam penelitian ini menggunakan rumus regresi linear berganda untuk menguji
hipotesis yaitu pengaruh faktor-faktor produksi terhadap penjualan roti langsung enak
bakery sumbawa besar tahun 2008-2012. Hasil analisis data tentang pengaruh faktorfaktor produksi terhadap penjualan roti langsung enak bakery sumbawa besar tahun
2008-2012. Untuk uji hipotesis diketahui nilai signifikansi <0.05 maka hipotesi
alternatif di terima yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh faktor-faktor produksi
terhadap penjualan roti langsung enak bakery sumbawa besar tahun 2008-2012.
Kata Kunci: Faktor-faktor Produksi, Hasil Penjualan.

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Aktivitas yang paling utama dalam suatu perusahaan adalah proses
pruduksi khususnya pada perusahaan manufaktur. Dalam perusahaan manufaktur
proses produksi di laksanakan dengan tujuan untuk menghasilkan produk secara
fisik.
Proses produksi adalah proses perubahan masukan menjadi keluaran,
dengan adanya hasil keluaran sehingga timbul kata produk. Produksi merupakan
hasil utama dari suatu perusahaan untuk memulai aktivitasnya dengan tujuan
memperoleh pendapatan. Antara produk dan pendapatan, tidak terlepas dari sistem
pemasaran. Sistem pemasaaran ini adalah satu teknik atau cara penjualan untuk
mencapai hasil yang di inginkan.
Salah satu teknik dalam suatu pemasaran adalah promosi. Promosi merupakan
bagian dari sistem pemasaran yang bertujuan untuk memperkenalkan produk yang di
hasilkan sehingga mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam proses produksi tentu
membutukan biaya, sehingga timbul yang namanya biaya produksi. Salah satu usaha di

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

43

Sumbawa Besar yang dalam hasil produksinya menghasilkan produk fisik adalah usaha
Roti yang dijalankan oleh perusahaan Langsung Enak Bakery. Usaha ini dalam
memenuhi aktivitasnya memerlukan manajemen yang baik sehingga memperoleh tujuan
sesuai yang diinginkan. Sistem/teknik yang harus di utamakan dalam kaitannya dengan
produk fisik adalah produksi. Dalam tahap produksi tentu mengeluarkan biaya-biaya
sesuai dengan yang dibutuhkan. Selain masalah tenaga kerja yang telah dipaparkan di
atas, hal lain yang tidak kalah pentingnya perlu diperhatikan dalam meningkatkan
penjualan roti adalah masalah biaya bahan baku produksi. Untuk bisa menghasilkan
produk, maka dibutuhkan yang namanya bahan baku. Dalam kenyataannnya, untuk
memperoleh bahan baku juga harus mengeluarkan sejumlah biaya yang tidak sedikit
bahkan dalam bebarapa kasus, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku
dapat sangat berpengaruh terhadap penjualan produk yang dihasilkan.
Apabila bahan baku yang digunakan dalam sebuah produk itu mahal, maka
harga jual dari produk tersebut juga mahal. Berkaitan dengan pentingnya masalah
harga bahan baku dan juga harga promosi, maka hal ini perlu diperhatikan oleh
perusahaan Langsung Enak Bakery, yakni sebuah perusahaan yang bergerak
dibidang penjualan roti, di mana dalam upaya untuk mengantisipasi persaingan
yang semakin ketat dengan perusahaan roti lainnya, serta untuk lebih
meningkatkan penjualan roti, maka perusahaan perlu melakukan evaluasi
mengenai penetapan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan
oleh perusahaan.
Berdasarkan beberapa pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Faktor- faktor Produksi Terhadap
Penjualan Roti Langsung Enak Bakery Sumbawa Besar Tahun 2008 2012.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor
produksi terhadap penjualan roti Langsung Enak Bakery Sumbawa Besar Tahun
2008-2012.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Sebelumnya
1. Julman Masamba (2010), Pengaruh biaya promosi terhadap tingkat penjualan
pada usaha depot air minum isi ulang airta manokwari pada tahun 2007 s/d 2009.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh biaya promosi terhadap
tingkat penjualan pada usaha Depot Air Minum Isi Ulang Airta Manokwari pada
tahun 2007 s/d 2009. Variabel penelitian terdiri dari varibael bebas yaitu bahan
baku dan tenaga kerja dan varibel terikat yaitu tingkat penjualan. Teknik analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi liniear berganda hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa semakin kecil biaya tenaga kerja dan biaya
bahan baku maka tingkat penjualan semakin renda.
2. Vika Maisuri Djauhari (2010), Analisis anggaran biaya operasional pada
PT.(persero) pelabuhan indonesia 1 medan.. Tujuan penelitian ini adalah Untuk
menganalisis peranan anggaran biaya operasional didalam menunjang efektifitas
pengendalian biaya operasional di PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I-Medan.
Variabel penelitian terdiri dari varibael bebas yaitu anggaran biaya operasional
dan varibel terikat yaitu Pengendalian biaya operasional. Theknik analisis yang

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

44

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan komparatif. Adapun
hasil penelitiannya menunjukkan bahwa anggaran yang disusun oleh PT.(Persero)
Pelabuhan Indonesia I Medan berfungsi secara efektif didalam mengendalikan
biaya operasional.
3. Wahyu Rismandi (2008), Pengaruh Strategi Pemasaran Terhadap Peningkatan
Volume Penjualan Handphone Nokia Pada PT. Kembar Ponsel Medan.. Tujuan
penelitian ini adalah Mengetahui pengaruh strategi pemasaran terhadap volume
penjualan Handphone Nokia Pada PT. Kembar Ponsel Medan.. Variabel
penelitian terdiri dari varibael bebas yaitu strategi pemasaran dan varibel terikat
yaitu volume penjualan. Theknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisa deskriptif, elanjutnya untuk menguji hipotesa dilakukan teknik
statistik yakni teknik korelasi product moment. Adapun hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa strategi pemasaran mempunyai pengaruh yang kuat dan
positif terhadap peningkatan volume penjualan Handphone Nokia Pada PT.
Kembar Ponsel Medan.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Biaya
Menurut Mulyadi (2001: 8), biaya dalam artian luas adalah pengorbanan sumber
ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan
akan terjadi untuk tujuan tertentu. Ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut
di atas :
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.
2. Diukur dalam satuan uang.
3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi.
4. Pengorbanan tertentu untuk tujuan tertentu.
Biaya yang pada mulanya dicatat sebagai aktiva akan memberikan manfaat lebih
dari satu periode akuntansi. Pencatatan suatu biaya sebagai aktiva sering disebut sebagai
kapitalisasi biaya. Pada saat aktiva dipakai untuk menghasilkan pendapatan, biaya
aktiva haruslah diakui sebagai beban guna menandingkan secara benar pendapatan
dengan beban dalam menetukan laba bersih periodik. Pada umumnya, jenis biaya yang
dikeluarkan dan cara biaya tersebut diklasifikasikan tergantung pada jenis
organisasinya.
2.2.2. Pengertian Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan bagian dari pada anggaran produksi yang penting, yang
dikeluarkan untuk biaya operasional dan dibutuhkan selama usaha itu masih berlangsung.
Lancar atau tidaknya suatu usaha bergantung kepada biaya yang dikeluarkan, biaya
produksi sebagai penunjang segala aktivitas yang ada, karena menyangkut dengan
produktivitas pembuatan roti dan keuntungan bagi perusahaan. Selain itu, biaya yang
diusahakan juga harus diperhitungkan, karena biaya yang dikeluarkan juga akan
mempengaruhi pendapatan yang akan diterima dalam menjalankan suatu usaha (Hernanto,
1991). Ada empat unsur pokok dalam definisi biaya yaitu:
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
2. Diukur dalam satuan uang
3. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi
4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

45

Soekertawi (1995), mengemukakan bahwa biaya usaha dapat di klasifikasikan


menjadi dua yaitu:
1. Biaya tetap (Fixed Cost) Biaya yang relatif` tetap jumlahnya dan harus dikeluarkan
walaupun produk yang dihasilkan banyak atau sedikit. Adapun biaya-biaya yg
termasuk dalam biaya tetap antara lain:
a. Pajak (Rp/tahun)
b. Biaya listrik (Rp)
c. Biaya perlengkapan (Rp)
d. Biaya service kendaraan (Rp)
2. Biaya tidak tetap (Variable cost) Biaya tidak tetap yang sifatnya berubah-ubah
tergantung dari besar kecilnya produksi yang dihasilkan. Biaya sebagai suatu nilai
tukar, pengeluaran atau pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin perolehan
manfaat (Carter William, 2009). Biaya dalam kegiatan usahatani dikeluarkan oleh
perusahaan dengan tujuan untuk menghasilkan pendapatan yang tinggi bagi usaha
yang dikerjakan.
Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tidak tetap antara lain:
a. Bahan baku (Rp)
b. Biaya tenaga kerja (Rp)
Biaya dapat juga dikelompokan menjadi.
1) Biaya langsung, yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau
bagian tertentu dari organisasi.
2) Biaya tidak langsung, yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk
tertentu.
Besarnya biaya dan rendahnya produktivitas maka untuk mendorong kelangsungan
usaha dengan tingkat efisiensi yang jelas. Tenaga kerja dan distribusi bahan baku
merupakan faktor penting dalam usaha roti, khususnya tenaga kerja keluarga beserta
anggota keluarganya. Tenaga kerja juga merupakan salah satu unsur penentu, terutama
bagi perusahaan yang sangat tergantung musim. Kelangkaan tenaga kerja berakibat
mundurnya kegiatan produksi sehingga berpengaruh pada perusahaan, produktivitas dan
kualitas produk. Tenaga kerja terdiri dari tenaga pria dan wanita.
2.2.3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Penjulan.
2.2.3.1. Bahan baku
Biaya bahan baku disebut dengan istilah biaya utama (Prime cost), sedangakn
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sering pula disebut dengan
istilah biaya konversi (conversion cost), yang merupakan biaya untuk mengkonversi
(mengubah) bahan baku menjadi produk jadi.
Bahan yang digunakan untuk menghasilkan produk jadi disebut bahan baku.
Istilah bahan tidak hanya berupa bahan mentah seperti kayu, biji besi, dan lain-lain,
namun secara umum bahan baku adalah semua bahan yang digunakan untuk
menghasilkan produk jadi, dan produk jadi yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan
dapat menjadi bahan baku dari perusahaan lain. Bahan baku dibagi menjadi dua, yaitu:
bahan baku langsung (direct material), yaitu bahan yang menjadi bagian integral dari
produk jadi dan secara fisik serta meyakinkan dapat ditelusur keberadaannya pada
produk jadi.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

46

2.2.3.2. Tenaga kerja


Faktor produksi tenaga kerja adalah semua tenaga kerja baik jasmani maupun
rohani, serta terdidik atau tidak terdidik, atau sering disebut dengan sumber daya
manusia (human resources) yang melakukan kegiatan produksi barang/jasa. Sumber
daya manusia yang berkualitas akan dapat meningkatkan produktivitas.
Kurva pada pasar faktor produksi tenaga kerja dapat digambarkan sebagai
berikut.

Gambar 1.
Pergeseran Kurva Permintaan Dan Penawaran Pada Pasar Faktor
Produksi Tenaga Kerja
Dari Gambar terlihat bahwa kurva penawaran tenaga kerja selalu bertambah
sesuai dengan laju pertumbuhan penduduk, sehingga kurva penawaran bergeser ke
kanan menjadi S S. Seiring dengan ditemukannya teknologi baru, pada kurva
permintaan tenaga kerja pertambahan penawarannya lebih besar daripada permintaan,
sehingga upah (wage) yang diberikan mengalami penurunan dari W menjadi W1.
2.2.4. Penjualan
Tingkat penjualan atau banyaknya produk yang diproduksi untuk dijual
tergantung dari seberapa besar harga pembelian bahan baku tersebut. Hal ini
dikarenakan laba yang diinginkan oleh perusahaan tidak maksimal, sebab jika harga
produk dinaikkan guna mengimbangi harga bahan baku yang semakin meningkat, maka
permintaan pasar akan berkurang (Djarwanto, 2004: 13).
Kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah bahwa belum tentu
menunjukkan atau mencerminkan unit yang dijual semakin besar, kenaikan itu
disebabkan naik harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan tingkat
harga. Pemasaran moderen menghendaki lebih dari pada pengembangan produk yang
baik, menetapkan harga yang bersaing dan memungkinkan dijangkau pelanggan
sasaran.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

47

III. KERANGKA KONSEPTUAL


BIAYA BAHAN
BAKU

PENJUALAN

Biaya Tenaga
KERJA
Gambar 2.
Kerangka Koseptual

IV. METODE PENELITIAN


4.1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif
karena penelitian ini melihat analisis pengaruh biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
terhadap tingkat penjualan pada usaha roti Langsung Enak Bakery Sumbawa Besar
Tahun 2008-2012. Jenis dan Sunber Data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
4.2. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dari responden berupa keterangan
dan penjelasan dalam bentuk angka-angka guna melengkapi dari data kualitatif yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti. Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa
data biaya tenaga kerja, data biaya bahan baku yang terdapat diperusahaan langsung
enak bakery. Sementara itu data kualitatif adalah yang di peroleh dari responden berupa
kerangan dan penjelasan mengenai gambaran umum perusahaan langsung enak bakery.
4.3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder.
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung di lokasi penelitian.
Data ini didapat dari berupa buku-buku, makalah dan dokumen-dokumen serta referensi
lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini data sekunder
diperoleh dari perusahaan langsung enak bakery.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dari penelitian ini mengunakan metode
dokumentasi/pustaka. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 231) Model dokumentasi
yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.
Sedangkan menurut Sugiyono (2008: 240) Dokumen merupakan catatan peristiwa

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

48

yang sudah berlalu, dokumen biasanya berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumental dari seseorang.
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data , biaya bahan
baku, dan biaya tenaga kerja,di perusahaan langsung enak bakery. Data ini nantinya
digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor produksi biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja terhadap penjualan roti perusahaan langsung enak bakery tahun 2008-2012.
Tabel 1.
Data Biaya dan Penjualan Enak Bakery 2008-2012
BIAYA
HASIL
BIAYA BAHAN
TAHUN
TENAGA
PENJUALAN
BAKU (Rp)
KERJA (Rp)
(Rp)
2008
79.200.000
311.637.600
623.253.000
2009
8400000
334387600
608.286.500
2010
90000000
318947600
619.125.000
2011
90000000
321347600
621.414.500
2012
96000000
319387000
625.541.500
87.840.000
321.141.480
619.524.100
RATA-RATA
4.5. Definisi operasional variabel
1. Faktor produksi adalah beberapa aspek yang dapat berpengaruh pada suatu
kegiatan produksi seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja.
2. Penjualan adalah tingkat harga yang ditetapkan oleh perusahaan untuk
memasarkan produk ke konsumen dengan mempertimbangkan biaya-biaya yang
telah dikelurakan.
4.6. Prosedur analisis data
Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik analisis deskriptif kualiitatif yang didukung oleh rumus regresi
linear berganda (Suharyadi dan Purwanto, 2004: 509).
Y = a + b1 X1 + b2 X2 +e

Keterangan:
Y
= Harga Jual
a
= Konstanta
b1,b2, = Koefisien determinasi
X1
= Biaya bahan baku
X2
= Biaya tenaga kerja
e
= Erorr (tingkat kesalahan)

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

49

V. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dan model yang digunakan
adalah fungsi produksi . dimaksudkan untuk menganalisis apakah ada pengaruh biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja terhadap penjualan roti di Langsung Enak
Bakery yang mempengaruhinya. Model regresi penelitian ditulis sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 +
Dimana :
Y
a
X1
X2
b1, b2

=
=
=
=
=
=

Pendapatan Perusahaan (Rp)


Konstanta
Biaya Tenaga Kerja(Rp)
Biaya Bahan Baku (Rp)
Koefisien Regresi
Term Of Error (kesalahan pengganggu)

Model regresi diatas kemudian ditransformasi kedalam model regresi logaritma


linier ditulis sebagai berikut:
Log Y = a + b1 Log X1 + b2 Log X2 +
Dari hasil estimasi dengan bantuan program SPSS 17.0, diperoleh hasil regresi
dan nilai koefisien sebagaimana tersaji pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.
Hasil Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1 (Constant)
Biaya tenaga kerja

Standardized
Coefficients

Std. Error

8.147E8

4.867E7

.438

.187
.146

Biaya bahan baku


-.727
a. Dependent Variable: hasilpenjualan
Sumber: Data Sekunder Diolah

Beta

Sig.

16.737

.004

.420

2.338

.144

.897

4.994

.038

Selain itu untuk mengetahui baik atau tidaknya model regresi berganda yang
menggunakan data obervasi maka perlu dilakukan pengujian. Pengujian yang ini
meliputi : uji diagnostik, uji asumsi klasik.
5.1. Uji Diagnostik
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari
goodnes of fit-nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai statistik t, nilai
statistik F, dan koefisien determinasinya (R2). Suatu perhitungan statistik disebut
signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

50

(daerah di mana H0 ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila nilai uji
statistiknya berada dalam daerah di mana H0 diterima.
5.1.1. Uji t-statistik
Pengujian ini pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat.
a) Biaya Tenaga Kerja
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t-statistik untuk biaya tenaga kerja yang
digunakan sebesar 2.338 dan t-tabel sebesar 2.015 pada = 5% (0,05) dan derajat
kebebasan (n-k=5-3= 2) dengan melakukan pengujian satu sisi berarti nilai tstatistik > t-tabel atau Ha diterima dan H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel
jumlah biaya tenaga kerja yang digunakan berpengaruh secara signifikan dan
berarah positif terhadap penjualan roti di Langsung Enak Bakery.
b) Biaya Bahan Baku
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t-statistik untuk variabel biaya bahan baku
sebesar 4.994 dan t-tabel sebesar 2.015 pada = 5% (0,05) dan derajat kebebasan
(n-k=5-3=2) dengan melakukan pengujian satu sisi berarti nilai t-statistik t-tabel
atau H0 diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel biaya bahan baku
berpengaruh secara signifikan dan berarah positif pada penjualan roti di Langsung
Enak Bakery.
5.1.2. Uji F-statistik
Pengujian ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang
dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
terikat. Hasil perhitungan regresi model terpilih yang tersaji pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.
Hasil Uji F Statistik
ANOVAb
Model
1

Sum of Squares

Df

Mean Square

Regression

1.686E14

8.428E13

Residual

1.158E13

5.788E12

Total

1.801E14

F
14.561

Sig.
.064a

a. Predictors: (Constant), biayabahanbaku, biayatenagakerja


b. Dependent Variable: hasilpenjualan

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai F-hitung adalah 14.561 sedangkan F-tabel
5% (n-k) (k-1) atau (0,05;5,2) adalah 5.05 Artinya F-hitung > F-tabel sehingga hipotesis nol
ditolak dan hipotesis alternatif diterima, maka hipotesis yang menyatakan bahwa kedua
variabel penjelas secara bersama-sama dan signifikan mempengaruhi variabel yang
dijelaskan diterima. Dengan kata lain, variabel biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku
secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel penjualan roti di Langsung Enak
Bakery.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

51

5.1.3. Koefisien Determinasi (R2)


Merupakan interpretasi ketepatan perkiraan yang menunjukkan seberapa besar
persentase variasi variabel penjelas dapat menjelaskan variasi variabel yang dijelaskan.
Tabel 3.
Koefisien determinasi (R2)
Model Summaryb
Model

Adjusted R
Square

R Square

Std. Error of
the Estimate

1
.967
.936
.871
2.40577E6
a. Predictors: (Constant), biayabahanbaku, biayatenagakerja
b. Dependent Variable: hasilpenjualan

Durbin-Watson
2.220

Dari hasil estimasi model regresi yang digunakan diperoleh R2 sebesar 0.936
artinya bahwa 93,6 % variasi perubahan variabel yang dijelaskan penjualan roti di
Langsung Enak Bakery. Mampu dijelaskan oleh variasi perubahan variabel penjelas
jumlah biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku sisanya sebesar 6,4 % dijelaskan oleh
variabel di luar model regresi digunakan, yang terangkum dalam kesalahan random.
5.2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian ini menitik beratkan pada pembentukan model empiris yang baik
dengan asumsi harus lolos uji asumsi klasik agar diperoleh parameter yang BLUE (best
liniear unbias estimator). Uji ini meliputi uji autokorelasi, uji multikolinieritas, dan uji
heterokedastisitas.
5.2.1. Uji Multikolinieritas
Uji gejala Multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model
terdapat hubungan yang linier yang sempurna atau pasti (exact) antar variabel bebas.
Model yang baik adalah model yang tidak mengandung gejala Multikolinearitas (Non
Multicolinearity). Gejala Multikolinearitas dapat dideteksi dengan menggunakan
metode TOL (Tolerance) dan VIF (Varian Inflation Faktor). Dari hasil estimasi
diperoleh nilai TOL dan VIF sebagai berikut:
Tabel.4.
Hasil Estimasi Uji Gejala Multikolinearitas
Collinearity Statistics
Model
Tolerance
VIF
1
(Constant)
Biaya tenaga kerja

.996

1.004

Biaya bahan baku

.996

1.004

Sumber: Data Sekunder Diolah

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

52

Dengan melihat nilai VIF variabel-variabel tersebut di atas X1 dan X2


menunjukkan lebih dari 10. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan linier yang sempurna antar kedua variabel bebas atau penjelas
tersebut. Namun, karena keterbatasan data maka penyembuhan gejala multikolinearitas
dengan cara penambahan jumlah data tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu, tidak
dilakukan penyembuhan atas gejala multikolinearitas dalam penelitian ini. Hal ini
diambil atas pertimbangan bahwa hasil estimasi tetap bersifat Best Linear Unbiased
Estimator (BLUE), hanya saja varian dari variabel - variabel tersebut yang besar.
5.2.2. Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah varian untuk setiap
variabel gangguan acak (disturbance variable) konstan atau tidak pada setiap periode
pengamatan. Model yang baik adalah model yang didalamnya tidak terdapat gejala
heteroskedastisitas atau disebut terdapat gejala Homoskedastisitas.
Gambar 4.
Hasil Uji Heterokedastisitas

Sumber : Data Sekunder Diolah


Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa grafik tersebut tidak membentuk
suatu pola yang beraturan atau sebarannya bersifat acak. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala Heteroskedastisitas dalam model
5.3. Interpretasi Hasil Analisis
Persamaan tersebut akan terlihat sebagai berikut:
Penjualan = 8.147E8 + 0.438*Biaya TK.
Model regresi tersebut dapat dijelaskan hasil regresi sebagai berikut:
1. Koefisien konstanta sebesar 8.147E8 memberikan arti bahwa jika tidak ada
perubahan biaya Tenaga Kerja dan biaya bahan baku yang digunakan atau dianggap
tetap, maka harga jual roti di Langsung Enak Bakery meningkat sebesar Rp
199465.741 .
2. Koefisien variabel penjelas jumlah biaya tenaga kerja yang digunakan sebesar 0.438
memberikan arti bahwa perubahan biaya tenaga kerja yang digunakan sebesar Rp 1

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

53

akan mendorong peningkatan harga jual roti di Langsung Enak Bakery sebesar
Rp 0.438 dan sebaliknya dengan asumsi ceteris paribus. Ini menunjukkan bahwa
jumlah biaya tenaga kerja yang digunakan mempunyai pengaruh positif terhadap
harga jual roti di Langsung Enak Bakery.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Hasil penelitian menyatakan bahwa ada peran faktor produksi terhadap
peningkatan harga jual perusahaan langsung enak bakery pada tahun 2008-2012. Jika
terjadi kenaikan Biaya Tenaga Kerja sebesar Rp.1,- maka akan menyebabkan kenaikan
harga jual sebesar Rp.0.438,- dengan asumsi ceteris paribus. Jika terjadi kenaikan biaya
bahan baku sebesar Rp.1,- maka akan menyebabkan pengurangan pada harga jual
sebesar Rp.0.727,- dengan asumsi ceteris paribus.
6.2. Saran
Dari uraian hasil pembahasan dan kesimpulan, maka dapat diajukan saran agar
skripsi ini dapat dimanfaatkan sebagai rujukan dalam melakukan penelitian berikutnya
terutama mengenai analisis faktor produksi dengan mengembangkan variabel yang lebih
luas, dan bisa menambahkan variabel-variabel lain. Kemudian bagi perusahan lain yang
bergerak dibidang penjualan roti khususnya dapat di jadikan referensi untuk
meningkatkan penjualan produksi.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineka
Cipta, Jakarta.
Djarwanto. 2004. Manajemen Operasi, Edisi 1. BEFE,Yogyakarta.
Hendri Simamora. 2002. Akuntansi Manajemen. Samlemba Empat, Jakarta.
Hidayat, Cecep. 1998. Manajemen Pemasaran. Badan Penerbit IPWI, Jakarta.
Kotler, Philip 2000. Manajemen pemasaran. Erlangga, Jakarta.
Mulyadi. 2001. Akuntansi Biaya Edisi Lima. Edisi 5. Aditya Media, Yogyakarta.
Simamora, R. 2002. Akuntansi Manajemen. Edisi 2. UPP AMP YKPN, Jakarta.
Supriyono, R.A.S.U. 1999. Akuntansi Biaya. Edisi 2. BEFE,Yogyakarta.
Syahyunan. 2004. Strategi Pemasaran dalam Meningkatkan Volume Penjualan.
Universitas Sumatra Utara.
Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung.
________. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta,
Bandung.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

54

PENGARUH DANA BANTUAN PROGRAM STIMULUS EKONOMI


TERHADAP PENDAPATAN PELAKU USAHA MIKRO
DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT
Oleh :
Yuliana

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bantuan dana program stimulus
ekonomi terhadap pendapatan pelaku usaha mikro di Kabupaten Sumbawa Barat pada
tahun 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pelaku usaha mikro
yang memperoleh bantuan dana PSE di Kabupaten Sumbawa Barat yang berjumlah
151 orang sehingga besarnya sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 orang
yang ditetapkan dengan metode ramdom sampling. Dalam penelitian ini Alat analisis
yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana, Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan (1) Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi sederhana
sebagai berikut Y = 1.045,651 + 0,098X artinya apabila Dana Bantuan Program
Stimulus Ekonomi (PSE) meningkat, maka Pendapatan Pelaku Usaha Mikro di
Kabupaten Sumbawa Barat semakin tinggi (2) Dari perhitungan korelasi terlihat nilai
koefisien R = 0,962 artinya antara variabel mempunyai hubungan yang kuat dan
posotif. (3) Variasi perubahan Dana Bantuan Program Stimulus Ekonomi (PSE)
terhadap Pendapatan Pelaku Usaha Mikro di Kabupaten Sumbawa Barat 96,2 % dan
sisanya 3,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam model seperti
tingkat pendidikan pelaku usaha, permintaan konsumen, dan sebagainya.
Kata Kunci : Stimulus Ekonomi, Pendapatan.

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perekonomian merupakan sektor yang sangat penting dan menjadi salah satu
fokus pemerintah dalam membuat berbagai kebijakan untuk mencapai kesejahteraan.
Mengingat sangat pentingnya sektor perekonomian ini sehingga dalam menentukan dan
memutuskan setiap kebijakan harus mempertimbangkan segala aspek yang mungkin
dapat mempengaruhi perekonomian baik yang bersifat positif maupun yang bersifat
negatif. Perekonomian suatu negara disamping memerlukan program yang terencana
dan terarah untuk mencapai sasaran, faktor lainnya adalah dibutuhkan modal atau dana
pembangunan yang cukup besar.
Kebijakan pemerintah dewasa ini telah cukup menunjukkan keberpihakan pada
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Banyak upaya dan langkah-langkah
pemerintah menyangkut pemberdayaan pada UMKM, pemerintah mempunyai
komitmen yang tinggi untuk membantu UMKM baik menyangkut peningkatan SDM,
permodalan maupun akses pasar. Hal ini karena walaupun usaha kecil menengah telah
menunjukkan peranannya dalam perekonomian nasional namun masih menghadapi
berbagai hambatan dan kendala. Salah satu kendala yang dihadapi adalah dalam hal

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

55

permodalan. Bagi usaha kecil dan menengah, kredit dirasa cukup penting meningkatkan
kebutuhan untuk pembiayaan modal kerja diperlukan guna menjalankan usaha dan
meningkatkan akumulasi pemupukan modal mereka. Untuk mengatasi masalah tersebut
pemerintah meluncurkan program pembiayaan bagi UMKM dan koperasi, yaitu Kredit
Usaha Rakyat (KUR). Melalui program bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang telah
diberikan pemerintah, diharapkan dengan program ini para pelaku Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) memiliki semangat untuk mengembangkan usahanya.
Perhatian pemerintah daerah Kabupaten Sumbawa Barat terhadap pengusaha
mikro cukup beralasan karena banyaknya hambatan-hambatan yang dihadapi oleh
pengusaha mikro dalam meningkatkan kemampuan usaha. Aspek-aspek tersebut antara
lain yaitu bersumber dari laporan akhir program Stimulus Ekonomi Kabupaten
Sumbawa Barat : Kurangnya permodalan baik jumlah maupun sumber , Kurangnya
kemampuan managerial dan keterampilan beroperasi, serta tidak adanya bentuk formil
dari perusahaan, Lemahnya organisasi dan terbatasnya pemasaran. Berdasarkan latar
belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh pengaruh dana bantuan
melalui Program Stimulus Ekonomi Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat terhadap
pendapatan pelaku usaha mikro di Kabupaten Sumbawa Barat. Adapun judul penelitian
ini adalah Pengaruh Dana Bantuan Program Stimulus Ekonomi Terhadap Pendapatan
Pelaku Usaha Mikro di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2012.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, pertanyaan penelitian ini adalah sebagai
berikut : Apakah bantuan dana Program Stimulus Ekonomi berpengaruh Signifikan
terhadap pendapatan pelaku usaha mikro di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2012 ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bantuan
dana program stimulus ekonomi terhadap pendapatan pelaku usaha mikro di Kabupaten
Sumbawa Barat pada tahun 2012.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang relevan dengan penelitian tersebut adalah Muchamad Huda Aji,
2011dengan judul Dampak Pemberian Kredit Program CSR Terhadap Peningkatan
Pendapatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Garut, Provinsi
Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan menganalisis dampak yang diberikan kredit dari
Perusahaan Swasta terhadap peningkatan pendapatan sektor UMKM di Kabupaten
Garut. Dalam penelitian ini digunakan data primer dengan jumlah responden 90 orang
yang terdiri dari 50 responden kredit dan 40 responden non kredit. Dengan
menggunakan metode regresi linier berganda didapat hasil bahwa permberian kredit
program CSR berdampak positif terhadap peningkotan pendapatan sektor UMKM.
Selanjutnya Syhafuddin, 2010. Melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kredit
Pinjaman Diskoperdindag Terhadap Pendapatan Pedagang Kaki Lima di Kelurahan
Dalam Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat. Alat analisis yang digunakan
adalah regresi linier sederhana. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jumlah kredit
yang diterima pedagang kaki lima, sedangkan variabel terikatnya adalah pendapatan
pedagang kaki lima. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kredit yang diterima dari

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

56

Diskoperindag Kabupaten Sumbawa Barat berpengaruh positif dan signifikan terhadap


pendapatan pedagang kaki lima di Kelurahan Dalam Kabupaten Sumbawa Barat.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Nurhidayah, 2002 dengan judul
Pengaruh Pemberian Kredit Kemitraan Usaha Bagi Peningkatan Pendapatan Industri
Rumah Tangga di Kelurahan Uma Sima Tahun 2000/2001. Tujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian kredit kemitraan usaha bagi peningkatan pendapatan industri
rumah tangga di Kelurahan Uma Sima Tahun 2000/2001. Alat analisis yang digunakan
adalah regresi linier sederhana dengan variabel bebas jumlah kredit dan variabel terikat
pendapatan pelaku industri rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan pendapatan anggota kelompok usaha industri rumah tangga di Kelurahan
Uma Sima Kecamatan Sumbawa Tahun 2000/2001.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Program Stimulus Ekonomi.
Program Dana Stimulus sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 huruf b.1 adalah
rangkaian kegiatan Kabupaten Sumbawa Barat dalam bentuk memberikan pinjaman
modal kerja dan investasi kepada koperasi dan kelompok UMKM yang sumber dananya
berasal dari APBD Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2010 dengan tujuan
Memberdayakan koperasi dan UMKM melalui pemberian pinjaman modal kerja dan
investasi, Memperkuat peran dan posisi koperasi dalam mendukung upaya perluasan
kesempatan kerja, penumbuhan wirausaha baru dan pengentasan kemiskinan.
Adapun Sasaran Program Dana Stimulus dalam pasal 3 disebutkan yaitu:
Tersalurnya dana stimulus kepada koperasi atau kelompok yang memenuhi persyaratan,
Tersalurnya dana stimulus kepada anggota koperasi atau kelompok yang mempunyai
usaha produktif. Terwujudnya peningkatan modal kerja bagi usaha mikro kecil dan
menengah yang bergerak di bidang pertanian, peternakan, perikanan, kerajinan/industri
rumah tangga, pedagang kaki lima, warung-warung kecil yang disalurkan oleh koperasi
dalam bentuk pinjaman, Terlaksananya program dana stimulus yang menjamin
suksesnya penyaluran, pemamfaatan, pengembalian serta terwujudnya peningkatan dan
pengembangan usaha produktif masyarakat.
2.2.2. Konsep Pendapatan
Pendapatan adalah hasil pencarian atau usaha dan perolehan lain (Kusnadi, dkk.
2000:43), Jadi pendapatan usaha adalah hasil yang dicapai atau diraih melalui suatu
kegiatan atau usaha. Pendapatan adalah suatu penambahan aktiva (harta) yang
mengakibatkan bertambahnya modal tetapi bukan karena penambahan modal dari
pemilik atau bukan hutang, melainkan melalui penjualan barang atau jasa kepada pihak
lain. Pendapatan dalam hal ini dapat dikatakan sebagai kontra prestasi yang diterima
perusahaan atas jasa jasa yang telah diberikan kepada pihak lain. (Kusnadi, dkk.
2000:46).
Pendapatan adalah arus masuk atau peningkatan nilai aktiva entitas atau
penyelesaian kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode dari
pengiriman atau produksi barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan kegiatan lainnya
yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang berlangsung. (Dycman,
at all. 2003:68).
Pendapatan menurut Samuelson dan Nordhaus (1992:258) adalah menunjukkan
jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

57

waktu tertentu, pendapatan tersebut dapat berupa upah atau penerimaan tenaga kerja.
Pendapatan seperti bunga, sewa, dan deviden, serta pembeyaran transfer, atau
penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial atau asuransi pengangguran.
Sudarman (1994:20),
pendapatan
adalah
penerimaan yang terdiri
penerimaan kotor dan penerimaan bersih. Untuk menghitung pendapatan bersih
(keuntungan) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
TR = Q . P
Dimana :
TR
= Total penerimaan
Q
= Hasil produksi
P
= Harga jual produksi
Penerimaan bersih (keuntungan) adalah penerimaan yang berasal hasil penjualan
output setelah dikurangi total biaya produksi yang dikeluarkan.
2.2.3. Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan
Menengah dalam Pasal 1 ayat 1 3 menyebutkan yaitu :
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam
Undang- Undang ini.
Dalam Pasal 2 dijelaskan bahwa Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
berasaskan: kekeluargaan, demokrasi ekonomi, kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan kemajuan; dan
kesatuan ekonomi nasional. Dalam Pasal 6 ayat 1 4 dijelaskan kriteria Usaha Mikro
Kecil dan Menengah sebagai berikut :
(1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah).
(2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

58

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratus juta rupiah).
(3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00
(lima puluh milyar rupiah).
III. METODELOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian, Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitaitif. Data yang diperoleh
dalam penelitian berupa data jumlah bantuan dana stimulus ekonomi yang diterima oleh
masing-masing pelaku usaha mikro, dan pendapatan diperoleh setiap bulannya setelah
menerima bantuan dana program stimulus ekonomi. Serta gambaran umum usaha mikro
di Kabupaten Sumbawa Barat. Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini
adalah: Jumlah pelaku usaha usaha mikro serta Profil usaha mikro Kabupaten Sumbawa
Barat.
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah totalitas semua nilai yang menghitung maupun pengukuran
kualitatif dan kuantitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek
yang lengkap dan jelas. (Soeratno, 2007:40). Berdasarkan pendapat tersebut, maka
yang menjadi populasi penelitian dalam penelitian ini adalah keseluruhan pelaku usaha
mikro yang memperoleh bantuan dana PSE di Kabupaten Sumbawa Barat yang
berjumlah 151 orang. Berkaitan dengan penentuan besarnya sampel, Soeratno,
(2007:47) menjelaskan sebagai berikut : jika sama sekali tidak ada pengetahuan tentang
besarnya varian dari populasi, cara yang terbaik adalah cukup dengan mengambil
persentase tertentu, katakanlah 5%, 10%, 50% dari seluruh populasi. Beberapa hal yang
dapat dijadikan petunjuk untuk menentukan besarnya persentase itu adalah : (1) bila
anggota populasi, N besar, persentase yang kecil sudah dapat memenuhi syarat bila data
homogen, (2) besarnya sampel hendaknya tidak kurang dari 30, dan (3) sampel yang
besar dapat dilakukan selama dana dan waktu masih dapat dijangkau. Dalam
menentukan ukuran sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus
Slovin (1960) dalam Nasir (1999:28) dengan hasil sebanyak 60 responden
3.3.

Klasifikasi Variabel
Variabel dalam penelitian ini diklasifikasikan dalam 2 jenis variabel yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Secara rinci sebagai berikut :
1. Variabel bebas (independent) adalah bantuan dana Program Stimulus Ekonomi
2. Variabel terikat (dependent) adalah pendapatan pelaku usaha mikro.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

59

3.4. Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional adalah penjelasan teknis mengenai variabel penelitian.
Adapun secara rinci variabel penjelasan teknisnya adalah sebagai berikut :
1. Bantuan dana program stimulus ekonomi adalah besarnya dana bantuan yang
diterima oleh masing-masing pelaku usaha mikro dari Pemerintah Daerah melalui
Bappeda Kabupaten Sumbawa Barat (dalam satuan rupiah)
2. Pendapatan adalah rata-rata pendapatan bersih pelaku usaha mikro setelah menerima
bantuan dana program stimulus ekonomi dari Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat
melalui Bappeda Kabupaten Sumbawa Barat (dalam satuan rupiah)
3.5. Alat Analisis Data
Alat analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
linier sederhana, bertujuan untuk mengetahui pengaruh Program Stimulus Ekonomi
terhadap pendapatan pelaku usaha mikro di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2012.
Model regresi linier sederhana dalam penelitian dapat ditulis sebagai berikut (Gujarati
1995:72-73) ;
Y = a + bX + e
Y = Pendapatan Usaha Mikro
X = Dana Bantuan Program Stimulus Ekonomi
a = Konstanta
b = Koefisien/parameter
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis regresi liner sederhana pengaruh bantuan Program Stimulus
Ekonomi (PSE) terhadap pendapatan pelaku usaha mikro di Kabupaten Sumbawa Barat
Tahun 2012 dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 1.
Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1

(Constant)

Standardized
Coefficients

Std. Error

Beta

Sig.

1045.651

28871.088

.036

.971

Stimulus Ekonomi
.098
a. Dependent Variable: Pendapatan

.003

.981 38.305

.000

Berdasarkan tabel di atas, dapat dibuat model persamaan regresi pengaruh


bantuan Program Stimulus Ekonomi (PSE) terhadap pendapatan pelaku usaha mikro di
Kabupaten Sumbawa Barat sebagai berikut:
Y = 1.045,651 + 0,098X + e
atau
Pendapatan = 1.045,651 + 0,098*Stiulus Ekonomi + e

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

60

Dari tabel di atas dapat pula diketahui nilai t-hitung untuk variabel Stimulus
Ekonomi (X) adalah sebesar 38,305. Jika dibandingkan dengan nilai t-tabel (2,002)
pada taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan df = n-k = 60-2 = 58 untuk uji satu
sisi, maka diketahui t-hitung lebih besar dari t-tabel (38,305 > 2,002) sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel Stimulus Ekonomi berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan pelaku usaha mikro selama periode pengamatan.
Nilai Konstanta = 1.045,651 artinya bahwa jika tidak ada stimulus ekonomi
maka pendapatan pelaku usaha mikro sebesar Rp.1.045,651-. Koefisien Regresi
Stimulus Ekonomi = 0,098, artinya jika terjadi kenaikan stimulus ekonomi sebesar
Rp.1,-, maka pendapatan pelaku usaha mikro akan mengalami peningkatan sebesar
Rp.0,098,- dengan asumsi ceteris paribus. Hasil tersebut menunjukan besaran yang
positif yang artinya jika terjadi kenaikan pada stimulus ekonomi, maka akan
mengakibatkan kenaikan pendapatan pelaku usaha atau sebaliknya jika terjadi
penurunan dalam stimulus ekonomi, maka akan mengakibatkan penurunan pada
pendapatan pelaku usaha mikro.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhana, juga diperoleh nilai koefisien
determinasi (R2) dari model regresi di atas sebagai berikut:
Tabel 2.
Koefisien Determinasi atau R-Square (R2)
Model Summaryb
Model

R Square
a

Adjusted R
Square

1
.981
.962
a. Predictors: (Constant), Stimulus Ekonomi
b. Dependent Variable: Pendapatan

.961

Std. Error of
the Estimate
1.42303E5

Durbin-Watson
1.990

Nilai Koefisien Determinasi (R2) = 0,962. Artinya bahwa sebesar 96,2% variasi
perubahan Stimulus Ekonomi (X) mampu mempengaruhi variabel Pendapatan Pelaku
Usaha (Y), sedangkan sisanya 3,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
dimasukan dalam model seperti tingkat pendidikan pelaku usaha, jenis usaha,
permintaan konsumen, dan sebagainya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan maka penulis dapat mengambil suatu
kesimpilan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi sederhana sebagai
berikut Y = 1.045,651 + 0,098 X artinya apabila Dana Bantuan Program Stimulus
Ekonomi (PSE) besar, maka Pendapatan Pelaku Usaha Mikro di Kabupaten
Sumbawa Barat semangkin tinggi.
2. Dari perhitungan korelasi terlihat nilai koefisien R = 0,962 artinya antara variabel
mempunyai hubungan yang kuat dan posotif.
3. Besarnya pengaruh Dana Bantuan Program Stimulus Ekonomi (PSE) terhadap
Pendapatan Pelaku Usaha Mikro di Kabupaten Sumbawa Barat 96,2 % dan sisanya

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

61

3,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model seperti
tingkat pendidikan pelaku usaha, permintaan konsumen, dan sebagainya.
5.2. Saran
Adapun beberapa hal diajukan sebagai bahan masukan atau sebagai saran
kepada pihak dimana peneliti dilakukan. Adapun saran-saran sersebut seperti dibawa
ini:
1. Dari penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwah berdasarkan keuntungan,
disarankan kepada para pelaku program Sstimulus Ekonomi (PSE) untuk
mengembangkan usaha UMKM karena memiliki keuntungan yang cukup besar,
dengan meningkatkan skala usaha yang lebih besar dan kapasitas alat yang
digunakan
2. Untuk mengatasi masalahan yang sering terjadi pada pelaku UMKM dan koperasi
pemerintah KSB dan Bank khususnya kepada departemen terkait (Departemen
Perindustrian dan Perdagangan) agar memberikan pembinaan teknis agar
masyarakat selaku pelaku UMKM dalam menetapkan tatakelolah usaha secara benar
akan berakibat lebih bagi kemajuan usaha yang beramplikasi bagi kesejahteraan
masyarakat dan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

62

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Badan Pusat Statistik, Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2010.
Agustine, Husinsyah dan Syarifah. 2009. Analisis Rentabilitas Usaha Pembuatan
Tempe di Kelurahan Sidodadi Kota Samarinda. Jurnal. Fakultas Pertanian,
Universitas Mulawarman, Samarinda.
Mutiara, Ayu. 2010. Analisis Pengaruh Bahan Baku, Bahan Bakar dan Tenaga Kerja
Terhadap Produksi Tempe di Kota Semarang ( Studi Kasus di Kelurahan
Krobokan). Skripsi. Fakultas Ilmu Ekonomi, Universitas Diponorogo,
Semarang.
Teresnawati, Nining. 2000. Nilai Tambah dan Keuntungan Agroindustri Mente Di
Kabupaten Lombok Barat. Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas
Mataram:, Mataram.
Gilarso. 2008. SPSS 16.0 Analisan Data Statistika dan Penelitian. Pusaka Pelajar,
Yogyakarta.
Gorontalo, Ichsan. 2008. Analisis Finansial Usaha Agroindustri Gula Aren (Studi
Kasus di Desa Huhaha Kecamatan Saparuah Kabupaten Maluku Tengah
Provinsi Maluku). Fakultas Pertanian Universitas Patimura Ambon.
Ida Bagus. 2002. Analisis Keuntungan Agroindustri Emping Melinjo di Kabupaten
Lombok Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Mataram.
Nuraini. 2006. Studi Komporasi Keuntungan Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerja
Berbagai Agroindustri Kacang Tanah Di Desa Kekeri Kecamatan
Gunungsari Kabupaten Lombok Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian,
Universitas Mataram, Mataram.
Rifianto I. 1993. Analisa Budidaya dan Pendapatan Usahatani. Makalah Pada Kursus
Perencanaan Proyek-proyek Pertanian dan Agroindustri.
Suryati. 2000. Nilai Tambah Berbagai Produk Agroindustri Kacang-Kacangan Di
Kabupaten Sumbawa. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.
Sutjahjo. 1993. Pengelolaaan Agroindustri di Indonesia, Peluang dan Kendala.
Makalah pada Kursus Perencanaan pada Proyek-proyek Pertanian. Fakultas
Ekonomi, Universitas Indonesia.
Soekartawi. 2005. Agroindustri Dalam Prespektif Sosial Ekonomi. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Yenny. 2009. Analisis Usaha Agroindustri Keripik Belut Sawah di kabupaten Klaten.
Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

63

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK RESTORAN TERHADAP


PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT
TAHUN 2009-2011
Oleh :
Agus Salim

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk Untuk menganalisis pajak restoran di Kabupaten
Sumbawa Barat tahun 2009-2011 seperti kontribusinya terhadap pajak restoran serta
Pendapatan Asli Daerah dan Untuk mengetahui besar kontribusi pajak restoran
terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2009-2011. Jenis
data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif seperti penerimaan
kontribusi pajak restoran serta pendapatan asli daerah Kabupaten Sumbawa Barat
tahun 2009-2011. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data yang diperoleh secara tidak langsung dalam arti data tersebut diperoleh dari
sumber kedua. Dalam hal ini data sekunder diperoleh dari Dinas Pendapatan dan
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumbawa Barat. Dari hasi analisis data dapat ditarik
kesimpulan bahwa kontribusi Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2009-2011 adalah memberikan kontribusi masingmasing sebesar 0.69% pada tahun 2009, 4.42% pada tahun 2010, dan 5.26% pada
tahun 2011. Dengan demikian maka diketahui bahwa kontribusi pajak restoran
terhadap PAD Kabupaten Sumbawa Barat terus mengalami peningkatan.
Kata kunci : Kontribusi, Pajak Restoran, Pendapatan Asli Daerah (PAD)

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan dalam penyelenggaraan otonomi daerah lebih lebih ditekankan
pada prinsip-prinsip demokratisasi yang bertumpu pada peran serta masyarakat,
pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.
Potensi masing-masing daerah sangat beragam dan tergantung ada berbagai faktor
utama seperti keadaan sumber daya alam yakni ketersediaan/ keanekaragaman
sumberdaya alam, sumber daya manusia yakni tingkat sumberdaya sosial budaya dan
pendidikan serta kelengkapan sarana dan prasarana. Salah satu permasalahan utama
yang dihadapi oleh sebagian besar pemerintah daerah adalah belum tersedianya sumber
kekayaan yang memadai yang dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan
pembangunan secara optimal.
Otonomi daerah memberikan peluang yang besar kepada daerah. Peluang besar
tersebut dikarenakan adanya penyerahan urusan yang diberikan oleh pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Widjaja (2001:21-22)
Otonomi daerah adalah penyerahan urusan pemerintah kepada pemerintah daerah yang
bersifat operasional dalam rangka sisitem birokrasi pemerintahan. Dari uraian tersebut
bahwa Otonomi Daerah dapat dipandang sebagai cara untuk mewujudkan

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

64

penyelenggaraan pemerintah yang efektif, efesien dan berwibawa yang mewujudkan


pelayanan kepada masyarakat dalam meningkatkan kesejahtraan masyarakat dengan
memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhusuan
suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kabupaten Sumbawa Barat yang mulai terbentuk tanggal 20 November 2003
berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten
Sumbawa Barat di Provinsi Nusa Tenggara Barat efektif memiliki perangkat daerah
termasuk penjabat Bupati pada bulan Maret 2004. Sebagai daerah otonomi baru,
Kabupaten Sumbawa Barat yang baru menyadari pentingnya sumber penerimaan
sebagai penunjang perekonomian daerah, maka salah satu sumber penerimaan
kontribusi untuk dikembangkan adalah restoran. Sumber penerimaan asli daerah dari
sektor pajak restoran di Kabupaten Sumbawa Barat yang nilainya cenderung meningkat
setiap tahun berkisar sebesar 80 persen pada tahun 2009 dan mampu menyumbangkan
kontribusi sebesar Rp.125.513.450.- (Dispenda KSB 2009). Hal ini di duga sebagai
dampak dari adanya beberapa industri yang memperkerjakan banyak orang,
pertambahan jumlah penduduk, serta meningkatnya pendapatan masyarakat sehingga
konsumsi pada kebutuhan pokok juga meningkat. Kondisi ini membuka peluang
ekonomi sebagai motivasi masyarakat. Dalam pajak restoran terdapat beberapa unsur
yang dijadikan sumber penerimaan asli daerah yaitu rumah makan Selain sumber
penerimaan tersebut apabila dikelola secara optimal akan dapat memberikan
penerimaan yang cukup besar bagi pendapatan daerah dalam menunjang peningkatan
pendapatan asli daerah. Kenyataan yang didapat dilapangan terdapat 90 buah yang ada
di KSB masing-masing memberikan kontribusi cukup berarati bagi pendapatan asli
daerah, meskipun didapatkan bahwa pendapatan asli daerah Sumbawa Barat secara
keseluruhan PAD masih dirasakan relatif masih dinilai kurang untuk mendukung
pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan.
Realitas pengembangan sumber-sumber PAD Sumbawa Barat khususnya dari
sektor pajak restoran yang potensial tersebut masih sangat berpeluang besar untuk
menyumbangkan PAD dimasa datang. Hal ini secara langsung akan mampu
mendongkrak sumber kontribusi daerah ini tiap tahunnya. Pola pengelolaan kontribusi
dari sektor pajak restoran ini juga sangat penting di tingkatkan sehingga mampu
mengeliminir penyimpangan serta kendala substansial pada tingkat lapangan.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian
tentang Analisis Kontribusi Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2009-2011.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Seberapa besar
Kontribusi Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sumbawa Barat
tahun 2009-2011?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis besarnya kontribusi pajak
restoran di Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2009-2011?

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

65

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Penelitian Sebelumnya
Dalam penelitian yang dilakukan, juga dikaji beberapa penelitian sebelumnya
yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilakukan. Hasil dari pengkajian
ini akan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan terhadap penelitian yang sedang
dilakukan. Beberapa kajian dari penelitian sebelumnya antara lain : Ami Fadila (2009)
Penelitian ini berjudul besar pengaruh pajak restoran terhadap pendapatan pajak
restoran di kota yogyakarta. Dan berjudul untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
pajak restoran terhadap pendapatan pajak restoran di kota yogyakarta. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa koefisien pajak restoran (b2) = 3,742 yang menunjukkan bahwa
pajak restoran berpengaruh positif terhadap PAD, nilai adjusted R2 adalah sebesar
0,967 yang artinya bahwa 96,7% variabel dependen PAD kota Medan dijelaskan oleh
variabel independen pajak restoran sedang sisanya sebesar 3,3% dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak disebutkan dalam penelitian. Ardiansyah (2005) Judul
Penelitian Analisis Kontribusi Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Purwokerto selama Tahun 1989-2003. Dan bertujuan Melakukan penelitian
untuk melihat seberapa besar pajak restoran memberikan kontribusi terhadap
pendapatan Asli Daerah (PAD) kabupaten Purworejo selama tahun 1989-2003. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kontribusi pajak restoran terhadap PAD kabupaten
Purworejo rata-rata selama tahun 1989-2003 adalah 1,79% dan rata-rata tingkat efisiensi
adalah 24,66%-27,29%. Variabel-variabel yang mempengaruhi pajak restoran adalah
jumlah restoran yang berpengaruh positif dan signifikan, tingkat inflasi dan jumlah
wisatawan berpengaruh positif tapi tidak signifikan.
Selanjutnya penelitian Rusyafi (2005) mengkaji tentang pajak restoran dalam
meningkat pendapatan asli daerah purwodadi tahu 2004-2007. Dengan menggunakan
analisis trend linier dengan metode least square. Analisis yang digunakan untuk
meramal penerimaan pajak restoran ditahun-tahun mendatang. Penerimaan pajak
restoran akan megalami peningkatan untuk tahun-tahun akan datang, sehungga pajak
restoran perlu mendapat pengelolahan yang serius untuk memaksimal penerimannya.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut serta Pemberlakuan otonomi daerah diarahkan untuk berusaha menggali
sumber-sumber keuangan sendiri sesuai dengan peraturan Perundangan-Undangan yang
berlaku. Semakin besar keuangan daerah berarti semakin besar pula daerah mampu
menyelenggarakan pemerintahan dan melaksanakan pembangunan wilayahnya.
Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) sendiri sebagai sumber utama pendapatan daerah. Sumber itu dapat
dipergunakan daerah sesuai dengan kebutuhannya. Dari berbagai jenis Pendapatan Asli
Daerah yang memberikan kontribusi terbesar bagi Pendapatan Asli Daerah di antaranya
pajak daerah dan retribusi daerah.
Undang-Undang 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

66

atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Tetapi dalam pelaksanaannya jenis-jenis serta tata cara pengambilan kontribusi
ditentukan dan diatur melalui Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat.
2.2.2. Jenis-Jenis Pedapatan Daerah
Jenis Pendapatan Asli Daerah (PAD) dipisahkan menjadi empat jenis
pendapatan, yaitu: Pajak Daerah (Pajak Provinsi, Pajak Kabupaten/ Kota), Retribusi
Daerah, terdiri dari: (Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan RetribusiPerijinan
Tertentu), Hasil Perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah.
2.2.3. Pajak Restoran
Restoran adalah tempat menyantap makanan dan atau minuman yang disediakan
dengan dipungut bayaran, tidak termasuk jasa boga dan catering. Pajak yang dikenakan
atas pelayanan restoran disebut pajak restoran yang masa pajaknya adalah jangka waktu
yang lamanya sama dengan satu bulan kalender. Untuk menggali sektor restoran ini
Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat telah mengaturnya dalam Peraturan
Daerah Nomor 24 Tahun 2008 tentang Pajak Restoran serta mengenai dasar
pengenaandan tarif pajak ditetapkan sebesar 10 % dengan jangka yang lama 1 bulan
kalender nama, obyek dan subyek pajak restoran yang meliputi tempat penjualan
makanan dan atau minuman dan disertai fasilitas penyantapan antara lain : Rumah
Makan Kecil, Rumah Makan Sedang dan Rumah Makan Besar
Objek Pajak Restoran adalah setiap palayanan yang disediakan dengan
pembayaran di restoran termasuk bar, kafe, rumah makan, buffet, kantin, kedai nasi atau
kedai kopi dan meliputi penjualan makanan / minuman di tempat penjualan ataupun
yang dibawa pulang (take away). Dikecualikan dari objek pajak restoran adalah
pelayanan atas jasa boga atau catering, pelayanan yang disediakan oleh restoran atau
rumah makan yang pendapatan brutonya tidak melebihi batas Rp.600.000,- (enam ratus
ribu rupiah) per bulan dan penjualan makanan dan atau minuman di tempat yang
disertai dengan fasilitas penyantapannya di hotel.

2.2.4. Jenis-Jenis Restoran


Restoran ditetapkan pada objek pajak restoran (perda kabupaten sum bawa barat
nomor 9 tahun 2010) adalah sebagaimana berikut dibawah ini :
a. Grill Room yaitu restroan formal, menawarkan dan menyajikan segala yg
berkualitas nomor satu, baik makanan, pelayanan, tata ruang, hingga peralatan
makan. dilakukan dengan French Service yang dikenal dengan Flambe dan Carving
b. Dining Room yaitu mengutamakan kualitas dan pelayanan kepada tamu dengan
menyajikan makanan terkenal dari berbagai belahan dunia dengan kekhasan
makanan daerah di Indonesia serta elaborate concept
c. Coffee Shop yaitu penyajian makanan secara cepat, sudah diporsi di atas piring dan
langsung ke meja tamu
d. Cafetaria yaitu menyajikan makanan siap saji dan minuman ringan dengan
pelayanan cepat. lebih dikenal dengan self standing cafetaria atau fast food.
biasanya makanan dipajang di atas konter.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

67

e. Night Club yaitu tempat hiburan yg buka pada malam hari. lebih mengutamakan
hiburan untuk dansa atau kabaret, dilengkapi dengan fasilitas bar yg menyediakan
minuman beralkohol dan minuman ringan. makanan hanya fasilitas pelengkap
f. Speciality Restaurant yaitu punya karakteristik sendiri baik dalam suasana, interior
dan eksterior, makanan hingga seragam pegawai. biasanya lebih menonjolkan ciri
khas dari daerah atau negara tertentu.
III. KERANGKA KONSEPTUAL

PAJAK RESTORAN

TARGET

REALISASI

PENDAPATAN ASLI DAERAH

Gambar 1.
Kerangka Konseptual

IV. METODELOGI PENELITIAN


4.1. Jenis Penelitian dan Data Penelitian
Penelitian deskriptif atau description research adalah penelitian yang dilakukan
untuk menyelidiki keadaan suatu objek tertentu, dimana setelahnya hasil penelitian akan
dipaparkan dalam sebuah laporan penelitian. Sumber data dalam penelitian adalah data
sekunder diperoleh dari Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA)
dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumbawa Barat. Data yang dijadikan dalam
pengolahan teknik analisis seperti jumlah pajak restoran serta pendapatan asli daerah
Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2009-2011. Dalam penelutuan ini diperoeh dari
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) dan Badan Pusat Statistik
Kabupaten Sumbawa Barat.
4.2. Definisi Operasional Variabel
1. Pajak Restoran adalah jumlah pungutan Daerah atas Pajak Restoran atas
pelayanan yang diberikan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2. PAD adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sektor pajak daerah, retribusi
daerah, hasil pengeloloahan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain
pendapatan yang sah.
4.3. Teknik Analisis Data
Adapun alat analisis yang digunakan untuk menganalisis data dalam
memecahkan masalah adalah: Analisis kontribusi menurut (HG. Suseno TW.2001:21)

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

68

Dimana :
- KS adalah Kontribusi Pajak Restoran
- VAs adalah Tambahan Nilai Pajak Restoran
- PAD adalah Pendapatan Asli Daerah
V. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Tabel 1.
Data tentang Perkembangan Pajak Restoran Kabupaten Sumbawa Barat
Tahun 2009 sampai dengan 2011
Tahun Anggaran
Target (Rp.)
Realisasi (Rp.)
Perkembangan %
2009

80.000.000,00

125.513.450,00

1,56

2010

5.087.042.631,00

1.252.163.402,00

24,61

2011

4.000.000.000,00

6.063.920.565,00

151,60

Sumber : DPPKA Kabupaten Sumbawa Barat, 2012


Tabel 2.
Data Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sumbawa Barat
Tahun Anggaran 2009 sampai dengan 2011
Tahun anggaran

Target (Rp.)

Realisasi (Rp.)

Perkembangan (%)

2009

22.058.625.500,00

18.104.192.295,65

121.84

2010

41.820.467.099,00

28.321.345.728,09

147,66

2011

188.374.171.324,00

115.384.261.058,92

163,26

Sumber : DPPKA Kabupaten Sumbawa Barat, 2012


Tabel 3.
Data Kontribusi Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Sumbawa Barat Tahun Anggaran 2009 sampai dengan 2011
Tahun
Penerimaan Pajak
Penerimaan PAD
Kontribusi (%)
Anggaran
Restoran (Rp)
(Rp)
2009

125.513.453,00

18.104.192.295,65

0.69

2010

1.252.163.402,00

28.321.345.728,09

4.42

2011

6.063.920.565,00

115.384.261.058,92

5.26

Sumber : DPPKA Kabupaten Sumbawa Barat, 2012


Penerimaan Pajak Restoran di Kabupaten Sumbawa Barat dari tahun 2009
sampai dengan tahun 2011 adalah berturut-turut sebesar Rp. 125.513.453,00; Rp.
1.252.163.402,00; dan Rp. 6.063.920.565,00,-. Besarnya kontribusi ini dapat dijadikan
acuan dalam menentukan besarnya target penerimaan kontribusi pajak restoran di
Kabupaten Sumbawa Barat. Apabila angka ini dijadikan target penerimaan pada tahun
2012. Jika dibandingkan dengan penerimaan PAD, maka kontribusi pajak restoran
terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2009-2011 adalah
memberikan kontribusi masing-masing sebesar 0.69% pada tahun 2009, 4.42% pada

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

69

tahun 2010, dan 5.26% pada tahun 2011. Dengan demikian maka diketahui bahwa
kontribusi pajak restoran terhadap PAD Kabupaten Sumbawa Barat terus mengalami
peningkatan. Dalam melakukan penarikan kontribusi ada faktor-faktor pendorong
diantaranya, Regulasi Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2010, dan kemampuan petugas
yang cukup memadai.
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari Analisis dan uraian pada Bab-bab sebelumnya, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa Kontribusi Pajak Restoran terhadap PAD di
Kabupaten Sumbawa Barat dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 terus mengalami
peningkatan dengan rincian masing-masing sebesar 0.69% pada tahun 2009, 4.42%
pada tahun 2010, dan 5.26% pada tahun 2011.
6.2. Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan yang disebutkan di atas, maka dapat diusulkan
beberapa saran kepada Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dalam rangka
meningkatkan penerimaan kontribusi pajak restoran yaitu:
1. Untuk meningkatkan penerimaan kontribusi pajak restoran di Kabupaten Sumbawa
Barat dapat dilakukan dengan cara menetapkan target penerimaan minimal sebesar
80 persen dari kontribusi yang dimiliki;
2. Peningkatan penerimaan kontribusi pajak restoran dapat dilakukan oleh pemerintah
daerah Kabupaten Sumbawa Barat dengan cara menambah jumlah restoran, hal ini
penting karena besarnya penerimaan kontribusi pajak restoran memiliki nilai elastis
terhadap pendapatan asli daerah.
3. Dalam rangka meningkatkan kontribusi pajak restoran dapat dilakukan dengan cara
mengurangi biaya-biaya yang tidak perlu, seperti biaya operasional pemungutan
diusahakan lebih rendah sedangkan realisasi penerimaan diusahakan minimal sama
dengan target atau lebih kecil dari persentase peningkatan realisasi penerimaan,
sehingga dari tahun ke tahun penerimaan kontribusi pajak restoran akan
menunjukkan tingkat efisiensi yang tinggi;
4. Peran aktif Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat harus terus ditigkatkan
untuk melakukan pendataan ulang kontribusi pajak restoran serta meninjau kembali
tarif atas pajak restoran tersebut.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

70

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim. 2002. Manajemen Keuangan Daerah. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Siahaan P. Marihot. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Anonim. 2009. Laporan Tahunan Badan Pendapatan Keuangan dan Asset Daerah
Kab. Sumbawa Barat.
, 2009. Sumbawa Barat Dalam Angka. Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbawa
Barat, Taliwang.
Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.
Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 9 Tahun 2010 Tentang Pajak
Restoran.
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset. Laporan Evaluasi Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kabupaten Sumbawa Barat, 2011.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

71

EFEKTIFITAS PENYERAPAN ASPIRASI MASYARAKAT


MELALUI MUSRENBANG DALAM APBD
KABUPATEN SUMBAWA TAHUN 2012
Oleh :
Marga Efendi

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas penyerapan aspirasi
masyarakat hasil musrenbang dalam APBD Kabupaten Sumbawa Tahun 2012 dan
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan aspirasi masyarakat
hasil musrenbang dalam APBD Kabupaten Sumbawa Tahun 2012. Data di peroleh dari
buku APBD 2012 dan RKPD 2012. Fokus penelitian dilakukan pada 6 (enam ) SKPD
yang memiliki belanja langsung ke masyarakat yang nilainya cukup besar yaitu : Dinas
Pendidikan Nasional, Dinas Kesehatan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas
Peternakan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Dinas Pekerjaan Umum. Tehnik
analisa data dengan cara mencari tingkat efektifitas penyerapan aspirasi masyarakat 6
(enam) SKPD tersebut dalam APBD Kabupaten Sumbawa Tahun 2012 melalui Belanja
Langsung ke Masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anggarannya
Rp.46.022.823.592,- belanja langsungnya sebesar Rp.40.250.398.402,- atau 87,46%,
Dinas
Kesehatan
Rp.22.678.478.960,belanja
langsungnya
sebesar
Rp.16.714.650.636,- atau 73,70%, Dinas Kelautan dan Perikanan jumlah anggarannya
Rp.8.803.950.700,- belanja langsungnya Rp.7.758.762.700,- atau 88,13%, Dinas
Peternakan Rp.10.587.871.420,- belanja langsungnya Rp.6.596.253.070,- atau 62,30%,
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Rp.11.877.641.730,- belanja langsungnya sebesar
Rp.11.084.955.750,- atau 93,33%, Dinas Pekerjaan Umum Rp.66.950.507.719,- belanja
langsungnya sebesar Rp.63.075.754.134,- atau 94,21%. SKPD yang porsinya paling
kecil adalah Dinas Peternakan sedangkan SKPD yang terbesar adalah Dinas
Pekerjaan Umum. Jika dihitung rata-rata serapan aspirasi masyarakat melalui belanja
langsung adalah sebesar 83,19% artinya jika dilihat dari kriteria afektivitas ke 6
(enam) SKPD tersebut sangat efektif dalam penyerapan aspirasi masyarakat. Jika
dilihap dari serapan program dari masing-masing SKPD adalah : Dinas Pendidikan
Nasional 60%, Dinas Kesehatan 70%, Dinas Kelautan dan Perikanan 73,33% Dinas
Peternakan 44,44%, Dinas Pertanian Tanaman Pangan 50% dan Dinas Pekerjaan
Umum sebesar 80%. Dan di hitung rata-rata sebesar 62,96% atau ukup efektif dalam
penyerapan aspirasi masyarakat.
Kata Kunci : Efektivitas, Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

72

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Otonomi daerah telah membawa perubahan bagi penyelenggaraan pemerintahan
daerah, dengan terjadinya pergeseran paradigma pembangunan dari sentralistik menjadi
pembangunan partisipatif yang lebih menekankan pada pemberdayaan masyarakat
daerah. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mengisyaratkan adanya desentralisasi fungsi
pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom, yang penyelenggaraannya
dilaksanakan melalui pelimpahan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab
kepada daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kabupaten Sumbawa setiap tahunnya melaksanakan proses perencanaan dan
penganggaran, dimulai dari Musrenbang secara berjenjang dari tingkat desa hingga
kabupaten. Hasil Musrenbang kemudian dipadukan dengan dokumen perencanaan
lainnya yang ada di daerah yang menjadi dasar bagi penetapan Peraturan Kepala Daerah
tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). RKPD akan dijadikan input untuk
proses penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA). Selanjutnya KUA menjadi
referensi bagi penyusunan Prioritas dan Plafond Anggaran Sementara (PPAS) untuk
dibahas antara pemerintah daerah dengan DPRD. Hasilnya disepakati bersama dalam
bentuk nota kesepakatan antara pemerintah daerah dengan DPRD. Berdasarkan nota
kesepakatan tersebut, satuan kerja perangkat daerah (SKPD) mengajukan usulan
anggaran yang disebut Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) untuk diteliti dan dinilai
kelayakannya (berdasarkan urgensi dan ketersediaan dana) oleh Tim Anggaran
Pemerintah Daerah (TAPD) dan menjadi acuan dalam penyusunan rancangan Perda
APBD yang akan disampaikan kepada DPRD.
Rancangan Perda APBD beserta kelengkapannya kemudian dipelajari oleh
Badan Anggaran DPRD dan direspon oleh semua komisi dan fraksi dalam proses
pembahasan anggaran. Hasil pembahasan yang telah disepakati kemudian diajukan ke
pemerintah provinsi untuk dievaluasi sebelum anggaran ditetapkan sebagai suatu
peraturan daerah. Anggaran yang telah ditetapkan menjadi dasar bagi pemerintah daerah
untuk melaksanakan aktivitasnya dalam pemberian pelayanan publik dan acuan bagi
DPRD untuk melaksanakan fungsi pengawasan kebijakan. Dalam proses pembahasan
anggaran di DPRD Kabupaten Sumbawa, rencana kegiatan SKPD tidak jarang
mengalami perubahan dari yang diusulkan semula. Perubahan ini disebabkan karena
dalam proses pembahasan, kegiatan yang diusulkan masing-masing SKPD dianggap
oleh Badan Anggaran Legislatif tidak begitu urgen untuk dilaksanakan disamping tidak
mencerminkan aspirasi masyarakat. Mengacu pada latar belakang masalah tersebut
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian secara mendalam tentang efektivitas
penyerapan aspirasi masyarakat melalui musrenbang dalam APBD Kabupaten
Sumbawa Tahun 2012.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui:
1. Efektivitas penyerapan aspirasi masyarakat hasil Musrenbang dalam APBD
Kabupaten Sumbawa tahun 2012;
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan aspirasi masyarakat hasil
Musrenbang dalam APBD Kabupaten Sumbawa tahun 2012.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

73

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang dilakukan oleh Syamsuddin, dkk (2007) yang berjudul Aspirasi
Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan (Pelajaran dari Sebuah Aksi Kolektif di
Jambi). Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar proporsi pendekatan
partisipatif dan top-down diterapkan dalam mengakomodir aspirasi masyarakat.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode pengumpulan data berupa observasi dan
wawancara kemudian ditambah dengan analisis dokumen. Hasilnya menunjukkan
bahwa aspirasi masyarakat masih rendah terserap dalam kegiatan-kegiatan yang didanai
oleh pemerintah daerah Kabupaten Tanjabbar Provinsi Jambi, yakni hanya berkisar
antara 15 20 persen. Penelitian yang dilakukan oleh Iskandar D, (Thesis, 2008) yang
berjudul Penguatan Peran Masyarakat Sipil dalam Mengurangi Distorsi Perencanaan
Tahunan Pembangunan Daerah Kabupaten Sumbawa. Tujuan penelitian adalah untuk
menganalisis peran masyarakat sipil dalam perencanaan pembangunan daerah dan
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi. Penelitian tersebut merupakan
penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survey dan menggunakan kuesioner
dengan jumlah responden 132 orang. Alat analisis yang digunakan adalah Analytical
Hierachi Process (AHP) dan metode Principal Component Analysis (PCA). Hasilnya
menunjukkan bahwa peran masyarakat sipil dalam perencanaan pembangunan daerah
Kabupaten Sumbawa baru berada pada tahap Penentraman yang menggambarkan
tanda-tanda partisipasi, bersifat seremonial, semu dan bukan partisipasi yang
sesungguhnya. Kemudian terdapat 5 (lima) faktor yang mempengaruhi distorsi
perencanaan, yaitu rendahnya aksesibilitas, tingginya kepentingan, rendahnya
responsibilitas, kurangnya keberpihakan kepada masyarakat, serta lemahnya SDM dan
kelembagaan.
Penelitian selanjutnya adalah yang dilakukan oleh Muhammad Salman (Thesis,
Tahun 2009) yang berjudul Analisis Penyerapan Aspirasi Masyarakat Dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2008.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat penyerapan aspirasi masyarakat
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Aceh Tamiang
Tahun 2008 dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penyerapan aspirasi
masyarakat. Jenis Penelitian adalah kualitatif dengan menggunakan paradigma
interpretatif dan pendekatan fenomenologi. Metode pengumpulan data yang digunakan
Muhammad Salman dalam penelitian ini adalah metode wawancara mendalam dan
sampel ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling, dimana informan
dipilih berdasarkan tingkat keterlibatan dan penguasaannya dengan masalah dan tujuan
penelitian. Data yang terkumpul tersebut kemudian dianalisis dengan cara menyusun,
menghubungkan dan mereduksi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyerapan
aspirasi masyarakat dalam APBD Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2008 masih sangat
rendah. Dari analisis terhadap jumlah kegiatan yang terserap dalam APBD Kabupaten
Aceh Tamiang Tahun 2008 pada delapan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD),
tercatat 1.172 kegiatan yang bersumber dari aspirasi masyarakat hanya sebesar 174
kegiatan atau 15 persen dari total kegiatan,sedangkan porsi terbesar yakni 549 kegiatan
(47%) merupakan usulan SKPD dan sisanya 449 (38%) merupakan kegiatan lanjutan.
Ditinjau dari tingkat penyerapan anggaran, dari jumlah anggaran sebesar Rp.
295.107.252.005,- yang bersumber dari aspirasi masyarakat hanya sebesar Rp.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

74

43.385.421.805,- atau 16,7%, sedangkan usulan SKPD menyerap anggaran sebesar Rp.
153.692.246.067,- atau 59,32% dan Rp. 62.029.584.133,- atau 23,94% anggaran untuk
kegiatan lanjutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan aspirasi tersebut
adalah; (1) Ketersediaan anggaran yang terbatas, (2) Kepentingan politik, (3) Kualitas
usulan dan (4) Tingkat kepentingan (urgensi).
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Efektivitas
Menurut Sondang P. Siagian (2001:24) Efektifitas adalah pemanfaatan
sumberdaya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan
sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang
dijalankannya. Menurut Suwondo (2001:12) masyarakat sipil adalah wujud tatanan
masyarakat yang menjadi cita-cita bersama yang ditandai oleh semakin terbukanya
ruang yang lebih besar dalam hubungan peran dan pengaruh antara negara-masyarakatsektor usaha, sehingga masyarakat memperoleh ruang lebih leluasa untuk memainkan
perannya dalam proses penentuan kebijakan melalui cara-cara yang sesuai dengan
prinsip-prinsip demokrasi, partisipasi, kesetaraan dan anti kekerasan. Suwondo
(2001:13) menyatakan bahwa nilai penting yang melekat dalam masyarakat sipil adalah
partisipasi dalam arti peran masyarakat sangat diperhitungkan dalam proses
pengambilan keputusan publik atau masyarakat dapat mewarnai keputusan publik.
Ndraha (1990) menyatakan bahwa dalam perencanaan partisipatif, masyarakat
dianggap sebagai mitra yang turut berperan serta secara aktif baik dalam penyusunan
maupun implementasi rencana. Salah satu wujud partisipasi masyarakat dalam
perencanaan tahunan pembangunan daerah adalah dengan penyampaian aspirasi melalui
forum Musrenbang
2.2.2. Musrenbang
Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disingkat
Musrenbang adalah forum antar pelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan
nasional dan rencana pembangunan daerah. (UU No.25 tahun 2004:6). Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (Musrenbang RKPD)
adalah musyawarah pemangku kepentingan (Stakholder) di tingkat Kabupaten untuk
mematangkan Rancangan Rencana Kerja Daerah (RKPD) yang berdasarkan kompilasi
seluruh Rancangan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) hasil
Forum Gabungan SKPD dengan cara meninjau keserasian antara seluruh rancangan
renja SKPD yang hasilnya nanti akan di gunakan untuk pemutakhiran Rancangan
RKPD.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata
Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Daerah, pasal
18 ayat adalah : Musrenbang RKPD merupakan wahana partisipasi masyarakat di
daerah, Musrenbang RKPD dilaksanakan oleh Bappeda setiap tahun dalam rangka
membahas rancangan RKPD tahun berikutnya, Musrenbang RKPD Kabupaten/Kota
dilaksanakan untuk keterpaduan Rancangan Renja antar SKPD dan antar Rencana
Pembangunan Kecamatan. Pelaksanaan Rangkaian Musrenbang RKPD 2012 secara
umum bertujuan untuk : Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumberdaya
daerah serta pelayanan kepada masyarakat guna peningkatan kesejahteraannya,
mewujudkan manajemen perencanaan yang lebih efektif, efisien, akuntabel dan

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

75

partisipatif, memperoleh masukan bagi penyempurnaan rancangan awal Rencana Kerja


SKPD (Renja SKPD) Tahun 2012 melalui proses singkronisasi prioritas pembangunan
yang diusulkan kecamatan, penyesuaian prioritas Renja SKPD dengan plafon anggaran
indikatif SKPD.
2.2.3. Konsep Partisipasi
Partisipasi adalah kata yang sering digunakan dalam pembangunan. Mikkelsen
(2001: 64) memberikan arti partisipasi, yaitu:
1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut
serta dalam pengambilan keputusan
2. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, mengandung arti bahwa orang atau
kelompok yang terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk
melakukan hal itu.
3. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan staf yang
melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya memperoleh
informasi mengenai konteks lokal dan dampak sosial.
4. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang
ditentukannya sendiri.
5. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan
lingkungan mereka.
Satu elemen pokok dalam strategi pembangunan masyarakat adalah partisipasi
masyarakat. Hal ini telah muncul sebagai salah satu elemen inti pembangunan dewasa
ini mengacu pada sejumlah alasan. Pertama, partisipasi masyarakat merupakan satu
perangkat ampuh untuk memobilisasi sumberdaya lokal, mengorganisir serta membuka
tenaga, kearifan dan kreatifitas masyarakat demi lajunya aktivitas pembangunan. Kedua,
partisipasi masyarakat juga membantu upaya identifikasi dini terhadap kebutuhan
masyarakat dan membantu mengatur aktifitas pembangunan agar mampu memenuhi
kebutuhan yang ada. Di atas itu semua, partisipasi masyarakat merupakan cermin
pengakuan (legitimacy) mereka atas proyek maupun aktivitas, menumbuhkan komitmen
di pihak masyarakat dalam implementasi program dan demi penguatan daya tahan
program. Pengalaman beberapa tahun terakhir, menyiratkan bahwa ada sesuatu
keterkaitan antara tingkat intensitas partisipasi masyarakat dan peningkatan
keberhasilan aktivitas pembangunan (Ali, 2007: 85).
Slamet (2003:8) menyatakan, bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan
adalah ikut sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan-kegiatan
pembangunan, dan ikut serta memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan.
Menurut Asngari (2001:29), penggalangan partisipasi dilandasi adanya pengertian
bersama dan adanya pengertian tersebut adalah karena di antara orang-orang itu saling
berkomunikasi dan berinteraksi sesamanya. Dalam menggalang peran serta semua
pihak, diperlukan: (1) terciptanya suasana yang bebas atau demokratis; dan (2)
terbinanya kebersamaan. Dengan partisipasi masyarakat, perencanaan pembangunan
diupayakan menjadi lebih terarah, artinya rencana atau program pembangunan yang
disusun sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat. Hal ini berarti bahwa dalam
penyusunan rencana/program pembangunan dilakukan penentuan prioritas (urutan
berdasarkan besar kecilnya tingkat kepentingannya). Dengan demikian pelaksanaan
(implementasi) program pembangunan akan terlaksana pula secara efektif dan efisien
(Adisasmita, 2006:35).

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

76

2.2.4. Perencanaan dan Penganggaran Daerah


Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 dinyatakan bahwa sistem
perencanaan pembangunan adalah satu kesatuan tatacara perencanaan pembangunan
untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah
dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintahan (pusat dan
daerah) dengan melibatkan masyarakat. Bastian (2006:6) menyatakan bahwa:
perencanaan yang baik haruslah melibatkan berbagai pihak termasuk masyarakat,
sektor swasta dan pemerintah yang memiliki otorita di wilayah tersebut. Masyarakat
yang dimaksud sesuai dengan penjelasan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat atau
badan hukum yang berkepentingan dengan kegiatan dan hasil pembangunan baik
sebagai penanggung biaya, pelaku, penerima manfaat maupun penanggung resiko,
sedangkan partisipasi masyarakat dimaknai sebagai keikutsertaan masyarakat untuk
mengakomodasikan kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana
pembangunan. Keikutsertaan masyarakat dimaksud umumnya terimplementasikan
melalui forum musyawarah perencanaan pembangunan yang diselenggarakan mulai dari
tingkat desa hingga ke jenjang pemerintahan di atasnya. Perencanaan dan
penganggaran daerah merupakan dua hal yang saling terkait dan harus seimbang.
Sebagai alat manajemen, maka perencanaan harus mampu menjadi panduan strategis
dalam mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Dalam konteks ini, maka perencanaan
juga perlu mempertimbangkan prinsip keterkaitan dan keseimbangan antara
perencanaan dan penganggaran Bastian (2009:3-4) menyatakan bahwa: perencanaan
dan penganggaran merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam satu kesatuan atau
kontinum dimana dalam penyusunan suatu rencana perlu memperhatikan kapasitas
fiskal yang tersedia. Dalam upaya mengintegrasikan perencanaan dan penganggaran
terdapat butir-butir yang perlu mendapatkan perhatian yaitu:
1. Sejak awal penyusunan rencana, sudah harus diketahui besaran dan sumber daya
finansial atau pagu (anggaran) indikatif sebagai faktor yang harus dipertimbangkan
mulai dalam pembahasan di dalam musyawarah perencanaan pembangunan dari
tingkat desa sampai tingkat kabupaten/ kota dan provinsi.
2. Prioritas untuk setiap satuan kerja perangkat daerah (SKPD) sudah sama formasinya
sejak dari hasil rencana kerja pemerintah daerah (RKPD), rencana kerja (Renja)
SKPD hingga rencana kerja dan anggaran (RKA) SKPD.
3. RKPD dan Renja SKPD yang disusun berdasarkan Musrenbang kabupaten/ kota,
atau provinsi serta forum SKPD menjadi rujukan utama dalam penyusunan dan
pembahasan kebijakan umum APBD serta prioritas dan plafon anggaran SKPD.
4. Sangat diperlukan pemahaman dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan
Pemerintah Daerah terhadap aktivitas pengawalan konsistensi prioritas kegiatan
hasil perencanaan partisipatif dalam proses penganggaran.
5. Output setiap tahapan dalam proses perencanaan dan penganggaran dapat diakses
oleh setiap peserta Musrenbang, sehingga setiap inkonsistensi dari materi dengan
hasil perencanaan wajib disertai penjelasan resmi dari pemerintah dan/atau DPRD.
Halim (2001:19) mengatakan proses anggaran yang telah disepakati antara
pemerintah daerah dan DPRD merupakan amanat rakyat. Ini adalah tantangan untuk
mewujudkan bahwa sebagai pihak yang bertanggungjawab akan kepentingan rakyat,

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

77

pemerintah daerah dan DPRD harus memposisikan dirinya pada posisi yang tepat.
Selain itu, hal tersebut adalah sebuah peluang untuk menunjukkan bahwa pemerintah
daerah dan DPRD bukan sebagai penikmat dana rakyat, akan tetapi dapat berbagi rasa
dengan rakyat dari dana yang tersedia bagi daerah. Masyarakat dalam konteks
pembanguan merupakan unsur utama, oleh sebab itu aspirasi masyarakat menjadi hal
paling dasar yang harus diserap, agar pembangunan yang dilakukan menjadi lebih
bermakna dan terarah. Tanpa adanya aspirasi masyarakat, maka pembangunan akan
bermakna ganda, yaitu: Pertama, sebagai ajang tipu daya elit kepada masyarakat.
Kedua, sebagai perwujudan demokrasi palsu, sebab pembangunan tidak lebih sebagai
gagasan dan kepentingan elit belaka. Menurut Bank Dunia (2005:3) aspirasi adalah
kemampuan untuk mempengaruhi dan mendukung dalam proses pembangunan.
III. KERANGKA KONSEPTUAL

Gambar 1.
Kerangka Konseptual

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

78

IV. METODELOGI PENELITIAN


4.1. Data Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pengkajian dokumen dan
wawancara. Secara rinci pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan
menggunakan cara Pencatatan Dokumen, Wawancara.
4.2. Teknik Analisis Data
Tabel 4.1 Prosentase Kriteria Penilaian Efektivitas
Prosentase Efektivitas
Kriteria Efektivitas
80 s.d 100
Sangat Efektif
70 s.d 79
Efektif
60 s.d 69
Cukup Efektif
50 s.d 59
Kurang Efektif
< 50
Tidak Efektif
Sumber : Patnership for Governance Reform in Indonesia kerjasama dengan BPK
wilayah III dan FE-UAD Yogyakarta (2003)
V. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anggarannya Rp.46.022.823.592,belanja langsungnya sebesar Rp.40.250.398.402,- atau 87,46%, Dinas Kesehatan
Rp.22.678.478.960,- belanja langsungnya sebesar Rp.16.714.650.636,- atau 73,70%,
Dinas Kelautan dan Perikanan jumlah anggarannya Rp.8.803.950.700,- belanja
langsungnya Rp.7.758.762.700,- atau 88,13%, Dinas Peternakan Rp.10.587.871.420,belanja langsungnya Rp.6.596.253.070,- atau 62,30%, Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Rp.11.877.641.730,- belanja langsungnya sebesar Rp.11.084.955.750,- atau
93,33%, Dinas Pekerjaan Umum Rp.66.950.507.719,- belanja langsungnya sebesar
Rp.63.075.754.134,- atau 94,21%. SKPD yang porsinya paling kecil adalah Dinas
Peternakan sedangkan SKPD yang terbesar adalah Dinas Pekerjaan Umum. Jika
dihitung rata-rata serapan aspirasi masyarakat melalui belanja langsung adalah sebesar
83,19% artinya jika dilihat dari kriteria afektivitas ke 6 (enam) SKPD tersebut sangat
efektif dalam penyerapan aspirasi masyarakat. Jika dilihap dari serapan program dari
masing-masing SKPD adalah : Dinas Pendidikan Nasional 60%, Dinas Kesehatan 70%,
Dinas Kelautan dan Perikanan 73,33% Dinas Peternakan 44,44%, Dinas Pertanian
Tanaman Pangan 50% dan Dinas Pekerjaan Umum sebesar 80%. Dan di hitung rata-rata
sebesar 62,96% atau ukup efektif dalam penyerapan aspirasi masyarakat.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

79

80,000,000,000
60,000,000,000

RKPD

40,000,000,000

APBD

20,000,000,000

MASYARAKAT

0
Diknas

Dikes

DKP

Disnak Distan

DPU

Gambar 1.
Perbandingan RKPD, APBD Tahun 2012

20
15

APBD

10

MUSRENBANG
SKPD

5
0
Diknas

Dikes

DKP

Disnak

Distan

DPU

Gambar 2.
Penyerapan Program dari Aspirasi Masyarakat Hasil Musrenbang
APBD Tahun2012

120
100
80
60

APBD

40

MUSRENBANG

20

SKPD

0
Diknas Dikes

DKP

Disnak

Distan

DPU

Gambar 2.
Penyerapan Kegiatan dari Aspirasi Masyarakat Hasil Musrenbang
APBD Tahun 2012

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

80

VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Secara keseluruhan, usulan aspirasi masyarakat yang disampaikan melalui forum
Musrenbang rata-rata hanya terserap sebesar 83,19% dalam APBD Tahun 2012.
Adapun faktor-faktor dominan yang mempengaruhi efektivitas penyerapan aspirasi
masyarakat hasil Musrenbang dalam APBD Tahun 2012: Usulan masyarakat hasil
Musrenbang harus didasarkan dengan data-data yang akurat, sehingga mudah untuk
diimplementasikan. Forum Musrenbang telah mampu menjaring program dan kegiatan
usulan masyarakat. Serta Masuknya usulan langsung masyarakat yang lebih lengkap
dan detail mendeskripsikan rasionalisasi kegiatan dan urgensi pemenuhannya.
6.1 Saran-Saran
Selanjutnya peneliti mengajukan beberapa saran sebagai rekomendasi praktis
untuk lebih meningkatkan efektivitas penyerapan aspirasi masyarakat hasil Musrenbang
dalam Anggaran dan Belanja Daerah (APBD):
1. Salah satu faktor penting efektifitas penyerapan aspirasi masyarakat hasil
Musrenbang adalah dalam penyusunan program kerja harus mengacu pada bobot
prioritas dan urgensi sebagaimana sejatinya hajat dari perencanaan. Sehingga
kedepan perlu ada pembenahan dalam mekanisme penentuan program yang terserap
dalam dokumen Renja Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
2. Musrenbang sebagai forum Multi Stakeholder dalam pelaksanaannya harus betulbetul memperhatikan keterlibatan seluruh unsur, tidak terkecuali kelompok miskin
dan perempuan. Hal tersebut untuk memberi garansi bahwa hasil Musrenbang betulbetul menjadi forum yang mengakomodasi kepentingan berbagai unsur dalam
masyarakat.
3. Untuk mengeliminir distorsi aspirasi masyarakat hasil Musrenbang, maka reses
anggota DPRD harus bersamaan dengan jadwal Musrenbang, sehingga hasil reses
dan aspirasi DPRD juga merupakan bagian yang tidak terpisah dari hasil
Musrenbang.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2 Nomor 5, April 2014

81

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. S. 2008. Strategi Kebijakan dalam Pembangunan dan Ekonomi Politik.
Suara Bebas, Jakarta.
Anonim. 2007. Musrenbang Sebagai Instrumen Efektif Dalam Penganggaran
Partisipatif. USAID dan LGSP, Jakarta.
Bank Dunia. 2005. Pembangunan Berspektif Gender. Dian Rakyat, Jakarta.
Bastian, I. 2006. Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintahan Daerah di
Indonesia. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Halim, A. 2001. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Pertama UPP
AMP YKPN, Yogyakarta.
Iskandar, D. 2008. Penguatan Peran Masyarakat Sipil Dalam Mengurangi Distorsi
Perencanaan Pembangunan di Kabupaten Sumbawa. Tesis S-2, Magister
Ekonomika Pembangunan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi,


Yogyakarta.
Moeleong, L. J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Munir, B. 2002. Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Perspektif Otonomi
Daerah, Bappeda Propinsi NTB, Mataram.
Salman M. 2009. Analisis Penyerapan Aspirasi Masyarakat dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun
2008 Tesis S-2, Fakulatas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Suwondo. 2001. Desentralisasi Pelayanan Publik: Hubungan Komplementer Antara
Sektor Negara, Mekanisme Pasar Dan Organisasi Non-Pemerintah. Jurnal
Administrasi Negara,Vol.I, No. 2 (29-33).
Syamsuddin, dkk. 2007. Aspirasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan
(Pelajaran dari Sebuah Aksi Kolektif di Jambi). www.cifor.cgiar.org

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Anda mungkin juga menyukai