Jeb-Jilid 2 No. 6 April 2014-Full
Jeb-Jilid 2 No. 6 April 2014-Full
EKONOMI
Diterbitkan oleh:
Diterbitkan oleh:
PUSAT RISET EKONOMI DAN
PEMBANGUNAN
Fakultas Ekonomi
Universitas Samawa (UNSA)
Pengarah
Syafruddin
Pemimpin Redaksi
Suprianto
Redaktur Pelaksana
Wahyu Haryadi
Ika Fitriyani
Alamat Redaksi:
Kampus Fakultas Ekonomi
Universitas Samawa
Jl. Raya By Pass Sering Unter
Iwes
Sumbawa Besar NTB
Telp./Faks. (0371) 625848
Redaktur Ahli
I Nyoman Sutama
Elly Karmeli
Nining Sudiyarti
Subhan Purwadinata
A. Rahman
Kamaruddin
Vivin Fitryani
Yayat Fitriani
Ishak Rahman
DAFTAR ISI
PENGARUH INVESTASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
KABUPATEN SUMBAWA BARAT TAHUN 2005-2012........................
1
Eka Adekayanti
PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI KABUPATEN SUMBAWA BARAT TAHUN 2007-2011 ..
14
Deby
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KANTOR KESATUAN
BANGSA DAN POLITIK DALAM NEGERI KABUPATEN SUMBAWA
BARAT TAHUN 2012 .................................................................................
26
Benny Samuel
ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP
PENJUALAN ROTI LANGSUNG ENAK BAKERY SUMBAWA BESAR
TAHUN 2008-2012 .......................................................................................
42
Agustinus Dapa Moda
PENGARUH DANA BANTUAN PROGRAM STIMULUS EKONOMI
TERHADAP PENDAPATAN PELAKU USAHA MIKRO DI KABUPATEN
SUMBAWA BARAT ...................................................................................
49
Yuliana
ANALISIS
KONTRIBUSI
PAJAK
RESTORAN
TERHADAP
PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT
TAHUN 2009-2011 .......................................................................................
63
Agus Salim
EFEKTIFITAS PENYERAPAN ASPIRASI MASYARAKAT MELALUI
MUSRENBANG DALAM APBD KABUPATEN SUMBAWA
TAHUN 2012 ................................................................................................
71
Marga Efendi
Oleh :
Eka Adekayanti
ABSTRAK
Belakangan ini banyak sekali investor yang melakukan investasi di Kabupaten
Sumbawa Barat baik itu investor lokal yang berdomisili di Kabupaten Sumbawa Barat
maupun investor dari luar Kabupaten Sumbawa Barat. Investasi yang dilakukan oleh
para investor tidak hanya pada sektor tambang dan pariwisata tapi juga pada bidang
agribisnis, perikanan dan lainnya. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh jumlah investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Sumbawa Barat selama tahun 2005 2012. Untuk mencapai tujuan tersebut
maka dikumpulkanlah data-data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Sumbawa Barat dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) Kabupaten Sumbawa Barat. Dengan menggunakan pendekatan asosiatif
dan menganalisa data dengan tekhnik regresi linear sederhana, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variable investasi berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
perekonomian di Kabupaten Sumbawa Barat yang artinya semakin tinggi investasi
yang dilakukan investor baik lokal maupun internasional di Kabupaten Sumbawa Barat
akan terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sumbawa Barat yang
dilihat melalui PDRB Kabupaten Sumbawa Barat.
Kata Kunci : Investasi, Pertumbuhan Ekonomi.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam
jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu
perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke periode
lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat
yang disebabkan oleh faktor-faktor produksi yang selalu mengalami pertambahan dalam
jumlah dan kualitasnya. Menurut Sukirno (2003: 81) dalam analisis makro, tingkat
pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara diukur dari perkembangan
pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara/daerah. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Neo Klasik menyatakan pertumbuhan ekonomi (di daerah diukur dengan pertumbuhan
PDRB) bergantung pada perkembangan faktor-faktor produksi yaitu modal, tenaga kerja
dan teknologi (Sukirno, 2003: 83).
Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional
yang dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumberdaya
nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju masyarakat madani yang bebas
kolusi, korupsi dan nepotisme. Penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai sub sistem
negara dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna peneyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Sebagai daerah otonom, Kabupaten/Kota
untuk bertindak sebagai motor sedangkan pemerintah Propinsi sebagai koordinator
mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan
masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat dan
pertanggung jawaban kepada masyarakat.
Pembangunan di Kabupaten Sumbawa Barat yang berlangsung secara
menyeluruh dan berkesinambungan telah meningkatkan perekonomian masyarakat.
Pencapaian hasil-hasil pembangunan yang sangat dirasakan masyarakat merupakan
agregat pembangunan dari enam (6) Kecamatan di Sumbawa Barat yang tidak terlepas
dari usaha keras bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat. Namun di sisi lain
berbagai kendala dalam memaksimalkan potensi sumber daya manusia dan sumber
modal termasuk investasi masih dihadapi oleh penentu kebijakan di tingkat propinsi
maupun di kabupaten/kota.
Dalam teori ekonomi makro dari sisi pengeluaran, pendapatan regional bruto
adalah penjumlahan dari berbagai variabel termasuk di dalamnya adalah investasi. Ada
beberapa hal yang sebenarnya berpengaruh terhadap investasi. Investasi dipengaruhi
oleh investasi asing dan domestik. Investasi yang terjadi di daerah terdiri dari investasi
pemerintah dan investasi swasta dapat berasal dari investasi pemerintah dan investasi
swasta. Investasi dari sektor swasta dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri
(asing).
Kegiatan investasi di Kabupaten Sumbawa Barat cukup tinggi berdasarkan data
dari Bappeda Kabupaten Sumbawa Barat, tidak hanya dilakukan oleh investor-investor
dari luar tapi juga masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat yang berniat membangun
usahanya di Kabupaten Sumbawa Barat. Belakangan ini banyak sekali investor baru
yang berniat untuk melakukan investasi di Kabupaten Sumbawa Barat, baik pada
bidang pertambangan, pariwisata, agribisnis dan lain sebagainya. Hal ini tentunya
memberikan dampak baik terhadap perekonomian di Kabupaten Sumbawa Barat.
Ketersediaan sarana fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi investor
untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Sumbawa Barat karena tidak perlu
khawatir akan kelangkaan akses sarana dan prasarana. Selain ketersediaan sarana dan
prasarana fisik yang memadai, perkembangan investasi yang positif juga akan
mempengaruhi perkembangan variabel makro ekonomi daerah seperti pertumbuhan
ekonomi yang stabil.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik mengkaji lebih jauh bagaimana
pengaruh investasi dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Sumbawa Barat. Adapun judul penelitian ini adalah Pengaruh Investasi Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sumbawa Barat, Tahun 2005-2012.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh investasi terhadap
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumbawa Barat selama tahun 2005-2012.
Konstan 1993 di Propinsi Jawa Timur. Data yang digunakan merupakan data
sekunder time series yang bersumber dari Badan Pusat statistik mulai tahun 1990
sampai 2004. Data data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data investasi
( PMTB ADHK), tenaga kerja dan PDRB ADHK. Alat analisis yang digunakan
untuk melihat pengaruh investasi ( PMTB ADHK ), tenaga kerja dan PDRB
ADHK dengan menggunakan persamaannya dari Coubb - Douglas adalah Y = A
KLL , apabila dijadikan regresi linier berganda LN_Y = LN_A + L LN_K +
LN_L. Persamaan tersebut kemudian mengambil fungsi log natural ( ln / LN ),
sebagai berikut: LN_Y = LN_ 0+ 1 LN_X1 + 2 LN_X2 , LN_ Y = - 38,876 +
0,416 LN_ X1 + 3,005 LN_ X2 ,dengan variabel bebas yaitu investasi ( PMTB
ADHK) (LN_X1 ) dan tenaga kerja (LN_ X2 ) sedangkan variabel terikat yaitu
PDRB ADHK ( LN_Y ). Tolak ukur yang digunakan untuk menentukkan bahwa
variabel variabel tersebut berpengaruh dan signifikan terhadap PDRB ADHK
adalah jika t hitung > t tabel, maka tolak hipotesa nol dan terima hipotesa
altenatif. Dalam hasil analisis diperoleh bahwa kurun waktu 1990 2004 diketahui
investasi ( PMTB ) dan tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap PDRB..
Hasil ini dilihat dari R2 sebesar 82,1% artinya investasi (PMTB ADHK) dan
tenaga kerja mampu mengetahui PDRB ADHK sebesar 82,1 % sedangkan sisanya
sebesar 17,9% dijelaskan diluar model. Dan dilihat dari 2 tail sig, investasi
(PMTB ADHK) dan tenaga kerja menunjukkan signifikan, karena kurang dari
5%. Melihat tingginya pengaruh investasi ( PMTB ADHK) dan tenaga kerja
terhadap PDRB ADHK maka hendaknya pemerintah daerah lebih menekankan
peningkatan produksi disegala sektor peningkatan tenaga kerja untuk menghindari
pengganguran secara besar besaran dan lebih banyak menarik investor dalam dan
luar negri untuk menanamkan modal terutama di propinsi Jawa Timur agar dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Secara umum, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan
kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasajasa.
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan
analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pertumbuhan
ekonomi menunjukkan sejauhmana aktivitas perekonomian akan menghasilkan
tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena pada dasarnya
aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk
menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran
balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oIeh masyarakat (Basri, 2002:19),
dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai
pemilik faktor produksi juga akan meningkat.
Beberapa teori pertumbuhan ekonomi yang popular antara lain :
1) Teori pertumbuhan klasik.
Teori ini dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo, Malthus, dan John Stuart
Mill. Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu
jumlah penduduk, jumlah barang modal, luas tanah dan kekayaan alam serta
teknologi yang digunakan. Menurut teori ini, pada mulanya pertambahan penduduk
akan menyebabkan kenaikan pendapatan perkapita. Namun jika jumlah penduduk
terus bertambah maka hukum hasil lebih yang semakin berkurang akan
mempengaruhi fungsi produksi yaitu produksi marginal akan mengalami penurunan,
dan akan membawa pada keadaan pendapatan perkapita sama dengan produksi
marginal. Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai nilai yang maksimal.
Jumlah penduduk pada waktu itu dinamakan penduduk optimal. Apabila jumlah
penduduk terus meningkat melebihi titik optimal maka pertumbuhan penduduk akan
menyebabkan penurunan nilai pertumbuhan ekonomi (Ricardo dalam Hariani,
2008:61).
2) Teori pertumbuhan Harrod-Domar.
Teori Harrod-Damar didasarkan pada asumsi:
- Perekonomian bersifat tertutup.
- Hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan.
- Proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constant return to scale).
- Tingkat pertumbuhan angkatan kerja adalah konstan dan sama dengan tingkat
pertumbuhan penduduk.
Harrod-Domar membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka
panjang yang mantap (seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar) hanya
bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut:
g=K=n
Di mana:
g : Growth (tingkat pertumbuhan output)
K : Capital (tingkat pertumbuhan modal)
n : Tingkat pertumbuhan angkatan kerja.
Harrod-Domar (dalam Hariani, 2008: 63) teorinya berdasarkan mekanisme pasar
tanpa campur tangan pemerintah. Akan tetapi kesimpulannya menunjukkan bahwa
pemerintah perlu merencanakan besarnya investasi agar terdapat keseimbangan
dalam sisi penawaran dan sisi permintaan barang.
3) Teori pertumbuhan Neoklasik
Teori pertumbuhan neoklasik dikembangkan oleh Solow (1970) dan Swan (1956).
Model Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital,
kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi. Perbedaan utama
dengan model Harrod-Domar adalah dimasukkannya unsur kemajuan teknologi
dalam modelnya. Selain itu, Solow, dan Swan menggunakan model fungsi produksi
yang memungkinkan adanya substitusi antara kapital (K) dan tenaga kerja (L).
Dengan demikian, syarat-syarat adanya pertumbuhan ekonomi yang baik dalam
model Solow Swan kurang restriktif disebabkan kemungkinan substitusi antara
tenaga kerja dan modal. Hal ini berarti ada fleksibilitas dalam rasio modal output
dan rasio modal-tenaga kerja.
4) Teori Schumpeter
Teori ini menekankan pada inovasi yang dilakukan oleh para pengusaha dan
mengatakan bahwa kemajuan teknologi sangat ditentukan oleh jiwa usaha
(entrepreneurship) dalam masyarakat yang mampu melihat peluang dan berani
mengambil risiko membuka usaha baru, maupun memperluas usaha yang telah ada.
Dengan pembukaan usaha baru dan perluasan usaha, tersedia lapangan kerja
tambahan untuk menyerap angkatan kerja yang bertambah setiap tahunnya.
Didorong oleh adanya keinginan untuk memperoleh keuntungan dari inovasi
tersebut maka para pengusaha akan meminjam modal dan mengadakan investasi.
Investasi ini akan mempertinggi kegiatan ekonomi suatu negara.
2.2.2. Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi
Teori ini dimunculkan oleh Rostow yang memberikan lima tahap dalam
pertumbuhan ekonomi. Analisis ini didasarkan pada keyakinan bahwa pertumbuhan
ekonomi akan tercapai sebagai akibat dan timbulnya perubahan yang fundamental
dalam corak kegiatan ekonomi, juga dalam kehidupan politik dan hubungan sosial
dalam suatu masyarakat dan negara. Rostow dalam Hariani (2008:75) menyebutkan
tahapan tersebut yakni: Tahap masyarakat tradisionil; Tahap peletakan dasar untuk
tinggal landas; Tahap tinggal landas; Tahap gerak menuju kematangan; Tahap era
konsumsi tinggi secara massa.
Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor, faktor
ekonomi dan faktor non ekonomi (Todaro, 2000:42) :
- Faktor Ekonomi
- Faktor Non Ekonomi
2.2.3. Pengertian Investasi
Teori ekonomi klasik menyatakan bahwa keinginan individu atau masyarakat
untuk menabung adalah sama dengan keinginan perusahaan untuk melakukan investasi.
Pandangan ini dapat ditulis sebagai : I = S (Sukirno, 2003:64). Dalam teori investasi
klasik diasumsikan bahwa :
1) Tabungan adalah fungsi dari tingkat bunga Yaitu semakin tinggi tingkat bunga,
semakin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya bahwa pada
tingkat bunga yang lebih tinggi, masyarakat akan terdorong untuk mengurangi
pengeluaran untuk konsumsi dengan maksud untuk menambah tabungan.
2) Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat bunga Yaitu semakin tinggi tingkat
bunga, keinginan untuk melakukan investasi akan semakin rendah. Dimana investasi
akan dilakukan apabila pendapatan dari investasi (return on investment) lebih besar
dari tingkat bunga yang berlaku atau tingkat riil sebab tingkat bunga merupakan
biaya atau ongkos penggunaan dana (cost of capital).
Dengan demikian, teori klasik merupakan hubungan antara tabungan dan
investasi dengan tingkat bungan yang digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1.
Hubungan Investasi dan Tabungan Dengan Tingkat Bunga
Gambar 2.
Hubungan Investasi Dengan Tingkat Bunga
Dengan nilai MEC tertentu, bila suku bunga turun dari r1 ke r2,
permintaan investasi akan naik dari I1 ke I2. Sementara itu perubahan bilai MEC
akan menggeser kurva permintaan investasi (Sukirno, 2003:376).
III. KERANGKA KONSEPTUAL
Investasi
Produksi
Pertumbuhan
Ekonomi
Pengujian analisis regresi dalam penelitian ini meliputi uji criteria kesesuaian
teoritik, uji diagnostik yaitu uji t-statistik, uji f-statistik interpretasi koefisien
determinasi (R2), dan uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heterokedastisitas dan uji autokorelasi.
V. PEMBAHASAN DAN ANALISIS
5.1. Deskripsi Data
Pertumbuhan Ekonomi suatu daerah dapat dilihat melalui Produk Domiestik
Regional Bruto (PDRB) Suatu daerah. Adapun PDRB kabupaten Sumbawa Barat sejak
tahun 20052012 yang diukur dengan harga konstan dapat dilihat pada tabel dan grafik
berikut:
Tabel 1.
PDRB Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2005-2012
Tahun
Product Domestik Regional Bruto (PDRB) KSB
2005
316.048.440
2006
342.301.760
2007
368.759.300
2008
395.566.570
2009
426.257.360
2010
455.009.160
2011
482.708.920
2012
512.316.720
Sumber: BAPPEDA Sumbawa Barat
600,000,000
500,000,000
400,000,000
300,000,000
200,000,000
100,000,000
0
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
Sumber: BAPPEDA
Barat
2005 Sumbawa
2006 2007
2008 2009 2010 2011 2012
Gambar 4.
Grafik PDRB KSB Tahun 2005 2012
Pada tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa PDRB Kabupaten Sumbawa
Barat sejak tahun 2005 terus meningkat sampai tahun 2012, dimana pada tahun 2005
PDRB Kabupaten Sumbawa Barat adalah 316.048.440 dan pada tahun 2012 PDRB
Kabupaten Sumbawa Barat telah mencapai 512.316.720. Peningkatan PDRB Kabupaten
10
Sumbawa Barat rata rata 24.533.535 pada setiap tahunnya, Hal tersebut menunjukkan
bahwa perekonomian di Kabupaten Sumbawa Barat terus meningkat.
Terus meningkatnya perekonomian di Kabupaten Sumbawa Barat yang terlihat
dari semakin meningkatnya PDRB Kabupaten Sumbawa Barat disebabkan oleh banyak
factor, salah satunya adalah semakin banyaknya jumlah tenaga kerja di Kabupaten
Sumbawa Barat sehingga banyak terjadi investasi diberbagai sektor perekonomian.
Investasi disini tidak hanya dilakukan oleh pengusaha dari luar Kabupaten Sumbawa
Barat, tapi juga dari pengusaha lokasl yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat.
Investasi adalah realisasian seluruh investasi sector industry di Kabupaten
Sumbawa Barat pada tahun 2005-2012 (dalam satuan rupiah). Adapaun data mengenai
investasi di Kabupaten Sumbawa Barat seperti yang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 2.
Investasi di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2005-2012
Tahun
Jumlah Dana Investasi
36.983.265.000
2005
59.242.789.920
2006
103.286.170.000
2007
8.804.203.000
2008
51.865.305.000
2009
75.346.500.000
2010
196.268.500.000
2011
197.871.045.000
2012
Sumber: BAPPEDA Sumbawa Barat
250,000,000,000
200,000,000,000
150,000,000,000
100,000,000,000
50,000,000,000
Tahun
2005
Tahun
2006
Tahun
2007
Tahun
2008
Tahun
2009
Tahun
2010
Tahun
2011
Tahun
2012
11
tidak terbuktinya tuduhan tersebut, jumlah investasi di Kabupaten Sumbawa Barat terus
meningkat dan paling tinggi adalah pada tahun 2012 yaitu sebesar 197.871.045.000.
5.2. Hasil Analisis Data
Sebagaimana penjelasan sebelumnya bahwa alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah regresi linier sederhana. Adapun persamaan regresi linear
sederhana dari penelitian ini adalah sebagai berikut
Y= 347045233,7 + 0.001 X1 + u
5.2.1. Uji t Statistik
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, uji t dilakukan untuk mengetahui
bagaimana pengaruh variable independent secara invidual mempengaruhi variable
dependent. Dalam melakukan pengujian ini diketahui:
- = 5% = 0.05
- df = n k = 8 -2 = 6. Maka t tabel : 1,94318
- Kriteria:
Jika t hit t tab, berarti variabel bebas secara individual tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel terikat.
Jika t hit t tab, Ha diterima berarti variabel bebas secara individual
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.
12
nilai t tabel 1,94318. Hal ini dikarenakan semakin banyak dan tinggi nilai investasi yang
dilakukan di Kabupaten Sumbawa Barat akan membuka banyak peluang kerja dan
perputaran uang yang terjadi di Kabupaten Sumbawa Barat, yang secara otomatis akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sumbawa Barat.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dengan dengan signifikansi 5%
(0.05) diketahui bahwa nilai t hitung variabel independent investasi adalah 3.056 dan t
tabelnya 2.0150. sehingga t hitung > t tabel yang berarti variabel independent investasi
memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sumbawa
Barat. Dengan demikian hipotesis bahwa investasi perpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten Sumbawa Barat tahun 2005 2012 diterima.
6.2. Saran
Diketahui bahwa investasi merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi di kabupaten Sumbawa Barat, oleh karena itu Pemerintah kabupaten Sumbawa
Barat harus merancang kondisi dan kebijakan agar semakin banyak investor yang maun
berinvestasi di Kabupaten Sumbawa Barat, baik itu investor lokal maupun investor
asing.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta.
Basri, Faisal. 2002. Perekonomian Indonesia. Erlangga, Jakarta.
Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar, Cetakan keenam. Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Hariani, Erma Try. 2008. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Jawa Timur Tahun 1977-2005. eprint.al.ac.id.
Hariyanto, & Adi, Priyo Hari. 2005. Pertumbuhan Ekonomi. BPFE, Yogyakarta.
Insukindro, Maryatmo, Aliman. 2001. Ekonometrika Dasar dan Penyusunan Indikator
Unggulan Ekonomi, Modul Teori Pelatihan Ekonometrika. Yogyakarta.
Jhingan, M.L. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Daka Ferlys, Metrin. 2011. Pengaruh Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi,
Tenaga Kerja, Dan Pendapatan Perkapita Di Jawa Timur.
http://eprints.upnjatim.ac.id/1957/.
Sitompul, Novita Linda. 2010. Analisis Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja
Terhadap
PDRB
Sumatera
Utara.
https://www.researchgate.net/search.SearchPublications.html?query=pengaru
h%20investasi%20thd%20pertumbuhan%20ekonomi&page=2
13
14
ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi merupakan hal penting di dalam kehidupan perekonomian. Laju
pertumbuhan ekonomi ditandai dengan laju kenaikan produk per kapita yang tinggi.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan data statistik yang merangkum
perolehan nilai tambah dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah.Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) dihitung dengan dua cara, yaitu atas dasar harga
berlaku dan atas dasar harga konstan. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu
ciri pokok dalam proses pembangunan, hal ini berhubungan dengan kenyataan adanya
pertambahan penduduk. Bertambahnya penduduk dengan sendirinya menambah
kebutuhan akan pangan, sandang, pemukiman, pendidikan, dan pelayanan kesehatan,
pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat dipengaruhi oleh akumulasi modal yang
mencakup semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fisik, dan
semua sumber daya manusia, pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja, kemajuan
teknologi. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sumbawa Barat, dengan
pendekatan asosiatif yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara
2 variabel atau lebih, jenis data digunakan yaitu data Kuantitatif, adalah data yang
diperoleh dalam bentuk angka-angka. Dalam penelitian ini penulis ingin menganalisis
pengaruh belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumbawa Barat
tahun 2007 sampai 2011. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan guna
mempercepat perubahan struktur perekonomian daerah menuju perekonomian yang
berimbang dan dinamis yang bercirikan industri yang kuat dan maju, pertanian yang
tangguh serta memiliki basis pertumbuhan sektoral yang seimbang.
Kata Kunci: Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Daerah, Pembangunan.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan adalah proses multidimensional yang mencakup berbagai
perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi
nasional, di samping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan
ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Pada hakekatnya,
pembangunan harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian
sistem sosial secara keseluruhan tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan
keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya, untuk
bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik secara material
maupun spiritual.
15
16
Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk daerah. Dalam hal ini perekonomian
dikatakan tumbuh dan berkembang bila ada pertumbuhan output Pertumbuhan ekonomi
daerah ini dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah pembangunan sarana
dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan ekonomi yang pada akhirnya
memberikan peningkatan output pada daerah Sumbawa Barat. Belanja pemerintah ini
dapat mencerminkan kebijakan pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkan suatu
kebijakan untuk membeli barang dan jasa, belanja pemerintah mencerminkan biaya
yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan kebijakan tersebut.
Salah satu upaya daerah Kabupaten Sumbawa Barat dalam upaya meningkatkan
pembangunan daerah dan pertumbuhan ekonomi daerah adalah dengan meningkatkan
belanja-belanja pada sektor-sektor pembangunan. Belanja ini dapat tercermin dari
belanja modal melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sumbawa
Barat. Dengan peningkatan belanja modal ini, maka diharapkan dapat berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi. Belanja tersebut digunakan untuk memberdayakan
berbagai sumber ekonomi untuk mendorong pemerataan dan peningkatan pendapatan
per kapita. Belanja modal juga merupakan salah satu input produksi yang menghasilkan
output.
Berdasarkan yang dikemukakan diatas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih
mendalam permasalahan yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi khususnya
belanja modal Kabupaten Sumbawa Barat selama tahun 2007 sampai tahun 2011.
Adapun judul penelitian ini adalah Pengaruh Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2007-2011.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh belanja
modal terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2007-2011.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Sebelumnya
1. Risuhendi (2012) melakukan penelitian tentang Pengaruh Desentralisasi Fiskal
Dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Di
Sumatera Utara.Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui apakah
Desentralisasi Fiskal dan Belanja Modal berpengaruh signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan
pengujian regresi berganda dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum
mendapatkan model penelitian yang terbaik. Variabel independen pada penelitian
ini adalah Desentralisasi Fiskal dan Belanja Modal sedangkan variabel dependen
adalah Pertumbuhan Ekonomi. Jumlah populasi penelitian ini sebanyak 33
Pemerintah Kabupaten/Kota dan dengan menggunakan purposive sampling
diperoleh 25 Kabupaten/Kota sebagai sampel dari tahun 2006 sampai dengan
tahun 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan desentralisasi
fiskal dan belanja modal berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Secara parsial desentralisasi fiskal
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Utara, sedangkan belanja modal tidak berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera.
17
18
Namun demikian pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ciri pokok dalam
proses pembangunan, hal ini berhubungan dengan kenyataan adanya pertambahan
penduduk. Bertambahnya penduduk dengan sendirinya menambah kebutuhan akan
pangan, sandang, pemukiman, pendidikan, dan pelayanan kesehatan (Djojohadikusumo,
1994:3). Teori pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai penjelasan mengenai
faktor apa yang menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang, dan
penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain,
sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boediono, 1999:2). Model pertumbuhan yang
sering dibahas memandang proses pertumbuhan ekonomi sebagai proses yang bersifat
riil. Hal ini mengartikan bahwa proses pertumbuhan dipandang sebagai proses yang
menyangkut kenaikan output, sehingga dianggap/ditentukan oleh faktor-faktor riil,
seperti laju akumulasi kapital (kapital dalam arti riil), laju pertumbuhan penduduk,
kemajuan teknologi, dan sumber-sumber alam yang tersedia.
Pentingnya peran pemerintah melalui beberapa faktor mempengaruhi
pembangunan daerah. Faktor-faktor tersebut adalah sumber daya alam, tenaga kerja,
investasi modal, kewirausahaan, transportasi, komunikasi, komposisi sektor industri,
teknologi, pasar ekspor, situasi perekonomian internasional, kapasitas pemerintah
daerah, belanja pemerintah dan dukungan pembangunan. Solow-Swan mengemukakan
bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung pada penambahan penyediaan faktor-faktor
produksi dan kemajuan teknologi (Arsyad, 1997:57). Pandangan ini mengartikan bahwa
sampai di mana perekonomian akan berkembang tergantung pada penambahan
penduduk, akumulasi kapital, dan kemajuan teknologi. Todaro (1997:105) menyatakan
bahwa pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat dipengaruhi oleh: (1) akumulasi modal
yang mencakup semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fisik, dan
semua sumber daya manusia; (2) pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja; (3)
kemajuan teknologi. Parkin dan Bade (1997:290) menyatakan bahwa ada dua sumber
pertumbuhan ekonomi yaitu, akumulasi modal dan perubahan teknologi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan hal penting di dalam kehidupan
perekonomian. Laju pertumbuhan ekonomi ditandai dengan laju kenaikan produk per
kapita yang tinggi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan data statistik
yang merangkum perolehan nilai tambah dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu
wilayah.Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dihitung dengan dua cara, yaitu atas
dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada
setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan nenunjukan nilai tambah
barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada suatu tahun tertentu
(tahun dasar).
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat diartikan kedalam tiga
pendekatan, yaitu sebagai berikut :
a. Pendekatan Produksi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai produk barang dan
jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi dalam suatu wilayah pada
suatu jangka waktu tertentu, biasanya setahun.
b. Pendekatan Pendapatan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah balas jasa yang diterima
oleh faktor-faktor produksi yang ikut di dalam proses produksi di suatu wilayah
pada jangka waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi tersebut adalah upah dan
19
gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan. Dalam pengertian PDRB termasuk
pula penyusutan barang modal tetap dan pajak langsung neto.
c. Pendekatan Belanja
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah semua belanja untuk
konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi
pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok, dan ekspor
neto di suatu wilayah pada suatu periode (ekspor neto merupakan ekspor dikurang
impor).
Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah salah satu indikator
ekonomi makro yang dapat menunjukan kondisi perekonomian daerah setiap tahun.
PDRB dapat dimanfaatkan sebagai:
a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku nominal
menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah.
Nilai Produk Regional Bruto (PDRB) yang besar menunjukan kemampuan sumber
daya ekonomi yang besar.
b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) harga berlaku menunjukkan pendapatan
yang memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah.
c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan (riil) dapat
digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan
maupun sektoral dari tahun ke tahun.
d. Distribusi Domestik Produk Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku
menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian yang menggambarkan peranan
sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peran
yang besar menunjukkan basis perekonomian yang mendominasi perekonomian
wilayah tersebut.
e. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita atas dasar harga berlaku
menunjukkan nilai Produk Regional Bruto (PDRB) per kepala atau per satu orang
penduduk.
f. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita atas dasar harga konstan
berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita.
2.2.2. Konsep Belanja Daerah (Belanja Modal)
Belanja daerah menurut Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 adalah semua
pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi beban
daerah. Menurut Undang-undang Nomor. 23 Tahun 2002, belanja daerah adalah
kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih pada
tahun anggaran yang bersangkutan. Belanja daerah (basis kas) adalah semua
pengeluaran oleh bendahara umum daerah yang mengurangi ekuitas dan lancar dalam
periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya
kembali oleh pemerintah. Belanja daerah (basis akrual) adalah kewajiban pemerintah
yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Halim (2007: 108) menyatakan
bahwa belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah atau kewajiban yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode satu tahun anggaran yang tidak
akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintah yang
menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan
urusan pilihan yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Belanja
20
daerah dikelompokkan ke dalam belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja
tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program kegiatan. Sementara belanja langsung merupakan belanja
yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
Di dalam ketentuan umum Undang-undang Nomor. 17 tahun 2003 pada pasal 1
ayat 16 disebutkan bahwa belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah No. 58
Tahun 2007 pasal 20 ayat 3 menyebutkan bahwa belanja daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 huruf (a) meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun
anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 50 menjelaskan bahwa Kelompok belanja
langsung dari suatu kegiatan dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari :
1. Belanja Pegawai;
Belanja pegawai dalam pasal 37 huruf a merupakan belanja kompensasi, dalam
bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai
negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Dalam
pasal 50 huruf a belanja pegawai Pasal 50 huruf 1 adalah belanja untuk pengeluaran
honorarium/upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.
2. Belanja Barang dan Jasa;
Belanja barang dan jasa dalam Pasal 50 huruf 2 merupakan belanja yang digunakan
untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari
12 (duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan
kegiatan pemerintahan daerah.
3. Belanja Modal.
Belanja Modal dalam pasal 50 huruf 3 digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan
dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang
mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan dalam
kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung
dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya.
III. KERANGKA KONSEPTUAL
Belanja Daerah
Belanja Pegawai
Belanja Modal
21
22
Koefisien
Nilai Hitung
13,994
-1,65E-15
2,306
-3,397
Dari tabel di atas dapat diperoleh persamaan regresi yang menunjukan model
regresi yaitu:
Pertumbuhan Ekonomi = 13,994 - 1,65E-15 Belanja Modal + et
Persamaan regresi pada model di atas dapat dianalisis bahwa nilai t hitung
variabel Belanja Modal adalah sebesar -3,397. Jika dibandingkan dengan nilai t tabel
(3,182) pada = 5% dengan df = 3 (n-k = 5-2 = 3) untuk uji dua sisi maka -3,397 < 3,182, sehingga pada model diatas ada pengaruh yang signifikan untuk variabel Belanja
Modal (x) terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi (y).
5.2.2. Uji Kesesuaian Teoritik
Selain itu, berdasarkan hasil analisis regresi linier diatas, dapat dilakukan uji
kesesuaian teoritik dari variabel-variabel yang diteliti. Pengujian ini menyangkut
masalah tanda dan intensitas hubungan ekonomi dengan cara membandingkan
kesesuaian tanda diantara variabel atau parameter estimasi dari model yang dipilih
dengan hipotesis yang telah ditentukan. berdasarkan hasil regresi model yang
23
digunakan, diketahui bahwa variabel Belanja Modal (x) mempunyai arah atau tanda
yang tidak sesuai dengan hipotesis yaitu bertanda negatif. Dengan kata lain hasil
estimasi terhadap model yang dipilih telah tidak sesuai dengan teori yang dipilih.
adapun ringkasan hasil uji kesesuaian teoritik dari estimasi regresi model terpilih tersaji
pada tabel 3 berikut ini:
Tabel 3.
Hasil Uji Arah atau Tanda
Variabel Bebas
Tanda yang
dihipotesiskan
Hasil Estimasi
Kesimpulan
Belanja Modal
Tidak Sesuai
24
25
DAFTAR PUSTAKA
26
ABSTRAKSI
Penyerapan anggaran yang tidak optimal menunjukkan adanya permasalahan dalam
perencanaan, pengelolaan, dan pelaksanaan program/kegiatan dalam SKPD,
karenanya ada beberapa aspek yang perlu dievaluasi, antara lain, lemahnya
perencanaan program dan kegiatan, lemahnya koordinasi antara unit perencana dan
unit pelaksana kegiatan, dan lemahnya pelaksanaan kegiatan. Pengalaman yang terjadi
selama ini menunjukkan bahwa masih belum optimalnya pengelolaan keuangan
pemerintahan khususnya pada Kantor Kesatuan Bangsa Politik Dalam Negeri
Kabupaten Sumbawa Barat sehingga terlihat masih ada antara anggaran dan realisasi
yang dicapai tidak sesuai dengan yang diharapkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kinerja keuangan pada Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Kabupaten Sumbawa Barat Tahun Anggaran 2012. Jenis penelitian yang digunakan
berbentuk deskriptif kuantitatif mengenai pengelolaan keuangan daerah yaitu dengan
menganalisis kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat khususnya
Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri dengan menggunakan indikator
rasio ekonomi, efektivitas, dan efisiensi dengan indikator rencana anggaran program
dan kegiatan, realisasi anggaran, realisasi fisik dalam bentuk capaian kinerja
anggaran Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri pada Tahun Anggaran
2012. Data yang akan dikumpulkan dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data
sekunder berupa laporan perhitungan anggaran SKPD yang dikumpulkan dari Kantor
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Kabupaten Sumbawa Barat. Seluruh data
tersebut dikumpulkan dengan metode observasi non perilaku yaitu dilakukan dengan
mengamati secara langsung dokumen anggaran yang ada. Dari hasil penelitian yang
dilakukan, kinerja anggaran pada Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Kabupaten Sumbawa Barat dari segi perhitungan rasio ekonomi dapat dikategorikan
ekonomis karena mencapai nilai rata-rata 96,21%. Sedangkan dari rasio efisiensi
dapat dikategorikan kurang efisien mencapai nilai rata-rata 96,21%. Perhitungan rasio
efektifitas menunjukkan bahwa rasio keuangan Kantor Kesatuan Bangsa dan Poltik
Dalam Negeri Kabupaten Sumbawa Barat dapat dikategorikan efektif karena mencapai
nilai rata-rata 100%.
Kata Kunci: Ekonomis, Efektif, Efisien.
27
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Wacana tentang good governance atau kepemerintahan yang baik merupakan isu
yang paling mengemuka belakangan ini. Tuntutan masyarakat agar pengelolaan negara
dijalankan secara amanah dan bertanggung jawab sejalan dengan keinginan global
masyarakat internasional saat ini. Salah satu perwujudan good governance, pemerintah
dituntut untuk meningkatkan akuntabilitasnya. Dalam rangka meningkatkan
akuntabilitasnya, pemerintah telah mengeluarkan beberapa peraturan dan
perundangundangan. Walaupun telah banyak peraturan dan perundang-undangan yang
telah dibuat berkaitan dengan akuntabilitas, namun akuntabilitas pemerintah masih
belum menunjukkan perbaikan yang signifikan.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yang dalam pembahasan
berbagai literatur sering disebut anggaran negara atau anggaran sektor publik, dalam
perkembangannya telah menjadi instrumen kebijakan mulifungsi yang digunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan bernegara. Hal tersebut terutama terlihat dari
komposisi dan besarnya anggaran yang secara langsung merefleksikan arah dan tujuan
pelayanan kepada masyarakat yang diharapkan (Pusdiklatwas BPKP, 2007).
Fakta secara nasional tersebut menjadi salah satu dasar ketertarikan penulis
untuk menganalisis secara khusus anggaran dan realisasi kegiatan keuangan dengan
menggunakan rasio ekonomi, rasio efektivitas, dan rasio efisiensi pada Kantor Kesatuan
Bangsa dan Politik Dalam Negeri Kabupaten Sumbawa Barat, bahwa kinerja anggaran
pemerintah daerah selalu dikaitkan dengan bagaimana sebuah unit kerja pemerintah
daerah dapat mencapai tujuan kerja dengan alokasi anggaran yang tersedia. Kantor
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri yang merupakan satuan organisasi dari
Kabupaten Sumbawa Barat dengan tugas pokok melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan daerah di bidang kesatuan bangsa, politik dan politik dalam
negeri. Dengan tanggung jawab pokok sebagaimana instansi pemerintah lainnya yaitu
menciptakan pelayanan yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang
mencakup fungsi penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan
pembinaan masyarakat.
Anggaran dilaksanakan pada periode satu tahun ke depan yang tentunya
mengacu kepada anggaran dan realisasi yang dicapai pada tahun sebelumnya yang
dipergunakan sebagai tolak ukur pembuatan anggaran berikutnya. Tanpa adanya suatu
kejelian dalam menganalisa anggaran yang akan dibuat maka tidak akan didapat
realisasi yang sesuai dalam anggaran keuangan pada Kantor Kesatuan Bangsa dan
Politik Dalam Negeri Kabupaten Sumbawa Barat yang tentunya akan berimbas pada
kurang optimalnya hasil pencapaian kinerja.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk menganalisa pelaksanaan
program dan kegiatan pada Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Kabupaten Sumbawa Barat melalui penelitian yang berjudul Analisis Kinerja
Keuangan pada Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Kabupaten
Sumbawa Barat Tahun 2012.
1.2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan pada
Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Kabupaten Sumbawa Barat Tahun
Anggaran 2012.
28
29
2)
Efisiensi
Rasio efisiensi merupakan tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan
atau prestasi yang dicapai oleh pemerintah daerah yang diukur dengan
membandingkan realisasi belanja dengan anggaran belanja yang telah ditetapkan,
dalam satuan persen (Suyana Utama, 2008:30).
Rasio Ekonomi
Rasio Efisiensi = -------------------------------- x 100%
Capaian Kinerja Keluaran
Tabel 1.
Efisiensi Keuangan Daerah
Efisiensi Keuangan Daerah Otonom dan
Kemampuan Keuangan
Sangat Efisien
Efisien
Cukup Efisien
Kurang Efisien
Tidak Efisien
Sumber : Mahsun (2006)
3)
Efektifitas
Rasio efektifitas merupakan tingkat pencapaian Rasio efektifitas diukur
dengan (Suyana Utama, 2008: 33):
Outcome
Rasio Efektifitas = --------------- x 100%
Output
Tabel 2.
Efektifitas Keuangan Daerah
Efektifitas Keuangan Daerah Otonom dan
Kemampuan Keuangan
Sangat Efektif
Efektif
Cukup Efektif
Kurang Efektif
Tidak Efektif
Sumber: Mahsun (2006)
30
Rencana Anggaran
Target
Indikator Kinerja Anggaran
Ekonomi
Efektifitas
Efisiensi
Capaian Kinerja
Gambar 2. Kerangka Konseptual
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data penelitian ini adalah data kuantitatif . Data kuantitatif dalam penelitian
ini berupa Anggaran Keuangan dan Realisasi Anggaran Kantor Kesatuan Bangsa dan
Politik Dalam Negeri Kabupaten Sumbawa Barat dari Tahun 2012.
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari
dokumen-dokumen pada Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Kabupaten
Sumbawa Barat, yaitu Kepala Kantor, Kasubbag Tata Usaha dan Keuangan, Bendahara,
dan Verifikatur Keuangan.
4.2. Definisi Operasional Variabel
1. Rasio ekonomi adalah pembelian barang dan jasa dengan kualitas tertentu pada
harga terbaik, dihitung dengan membandingkan antara realisasi anggaran belanja
dibandingkan dengan Rencana anggaran belanja pada Kantor Kesbangpoldagri
Kabupaten Sumbawa Barat.
2. Rasio Efisiensi adalah suatu produk atau hasil kerja tertentu dicapai dengan
penggunaan sumber daya dan dana yang serendah rendahnya, dihitung dengan
membadingkan antara rasio ekonomi dibandingkan dengan capaian kinerja
keluaran pada Kantor Kesbangpoldagri Kabupaten Sumbawa Barat.
31
3. Rasio Efektifitas adalah hubungan antar keluaran (hasil) dengan tujuan atau
sasaran yang hendak dicapai, dihitung dengan membandingkan. antara capaian
kinerja output dibandingkan dengan capaian kinerja sasaran.
4.3. Prosedur Analisis Data
Teknik analisis data untuk mengukur tingkat ekonomi adalah membandingkan
antara realisasi anggaran belanja dibandingkan dengan Rencana anggaran belanja
dikalikan 100% untuk mendapatkan rasio ekonomi anggaran belanja, dimana semakin
besar berarti semakin ekonomis, begitu pula sebaliknya.
Efektivitas Keuangan
Sangat Efektif
Efektif
Cukup Efektif
Kurang Efektif
Tidak Efektif
32
3
4
UNIT KERJA/KEGIATAN
Penataan dan Pengelolaan
Administrasi Umum
Perkantoran
Pengadaan
Perlengkapan/Peralatan dan
Fasilitas Gedung Kantor
Penyusunan Pelaporan
Keuangan Akhir Tahun
Penyusunan RKA/RKPA dan
DPA/DPPA SKPD
ANGGARAN
REALISASI
TARGET (Rp)
(Rp)
319.723.000,00 307.796.000,00
%
96,27
26.594.000,00
26.594.000,00
100
44.225.000,00
44.225.000,00
100
3.684.000,00
3.684.000,00
100
Nilai Ekonomis
307.796.000
100%
319.723.000
96,27%
Nilai Ekonomi
Nilai Efisiensi
100%
Capaian Kinerja Sasaran
96,27%
100%
100%
96,27%
Capaian outcome
Nilai Efektivita s
100%
Capaian output
100
100%
100
100%
33
Nilai Ekonomis
26.594.000,00
100%
26.594.000,00
100%
Nilai Efisiensi
Nilai Ekonomi
100%
Capaian Kinerja Sasaran
100%
100%
100%
100%
Capaian outcome
Nilai Efektivita s
100%
Capaian output
26.594.000,00
100%
26.594.000,00
100%
4.225.000,00
100%
4.225.000,00
100%
Nilai Ekonomi
Nilai Efisiensi
100%
Capaian Kinerja Sasaran
100%
100%
100%
100%
Capaian outcome
Nilai Efektivita s
100%
Capaian output
4.225.000,00
100%
4.225.000,00
100%
34
3.684.000,00
100%
3.684.000,00
100%
Nilai Ekonomi
Nilai Efisiensi
100%
Capaian Kinerja Sasaran
100%
100%
100%
100%
Capaian outcome
100%
Capaian output
3.684.000,00
100%
3.684.000,00
100%
Nilai Efektivita s
Berdasarkan pemaparan dan analisis terhadap kegiatan pada Sub Bagian Tata
Usaha Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Kabupaten Sumbawa Barat
tahun 2012 di atas, dapat diketahui hal-hal seperti dalam tabel berikut:
Tabel 2.
Hasil Analisis Kinerja Anggaran Sub Bagian Tata Usaha
Rasio Ekonomi
NO
%
1
3
4
Rasio Efisiensi
Rasio Efektivitas
UNIT KERJA/KEGIATAN
Penataan dan Pengelolaan
Administrasi Umum
Perkantoran
Pengadaan
Perlengkapan/Peralatan dan
Fasilitas Gedung Kantor
Penyusunan Pelaporan
Keuangan Akhir Tahun
Penyusunan RKA/RKPA
dan DPA/DPPA SKPD
Ket
Ket
Ket
96,27
Ekonomis
96,27
Kurang
Efisien
100
Efektif
100
Ekonomis
100
Kurang
Efisien
100
Efektif
100
Ekonomis
100
100
Efektif
100
Ekonomis
100
Kurang
Efisien
Kurang
Efisien
100
Efektif
35
UNIT KERJA/KEGIATAN
Fasilitasi Kerukunan Umat
Beragama (FKUB)
Rapat Koordinasi Forum
Kewaspadaan Dini Masyarakat di
Daerah (FKDM)
Bintek Sosialisasi Peningkatan
Kesadaran terhadap Nilai-Nilai
Pancasila
BELANJA PUBLIK
TARGET (Rp)
REALISASI (Rp)
56.970.000,00
56.220.000,00
%
98,68
45.470.000,00
43.280.000,00
95,18
62.190.000,00
55.272.000,00
88,88
56.220.000,00
100%
56.970.000,00
98,68%
Nilai Ekonomi
Nilai Efisiensi
100%
Capaian Kinerja Sasaran
98,68%
100%
100%
98,68%
Capaian outcome
Nilai Efektivita s
100%
Capaian output
100%
100%
100%
100%
45.470.000,00
100%
43.280.000,00
95,18%
Nilai Efisiensi
36
Nilai Ekonomi
100%
Capaian Kinerja Sasaran
95,18%
100%
100%
95,18%
Capaian outcome
Nilai Efektivita s
100%
Capaian output
100%
100%
100%
100%
55.272.000,00
100%
62.190.000,00
88,88%
Nilai Ekonomi
Nilai Efisiensi
100%
Capaian Kinerja Sasaran
88,88%
100%
100%
88,88%
Capaian outcome
Nilai Efektivita s
100%
Capaian output
100%
100%
100%
100%
Tabel 4.
Hasil Analisis Kinerja Anggaran Seksi Pengembangan Nilai-Nilai Kebangsaan
Rasio Ekonomi
NO
1
2
Rasio Efisiensi
Rasio Efektivitas
UNIT KERJA/KEGIATAN
Fasilitasi Kerukunan Umat
Beragama (FKUB)
Rapat Koordinasi Forum
Kewaspadaan Dini
Masyarakat di Daerah
(FKDM)
Bintek Sosialisasi
Peningkatan Kesadaran
terhadap Nilai-Nilai
Pancasila
Ket
Ket
Ket
98,68
Ekonomis
98,68
100
Efektif
95,18
Ekonomis
95,18
Kurang
Efisien
Kurang
Efisien
100
Efektif
88,88
Cukup
Ekonomis
88,88
Cukup
Efisien
100
Efektif
37
UNIT KERJA/KEGIATAN
Pembentukan dan Rapat
Koordinasi Tim Pengkajian
Masalah Strategis
Monitoring, Evaluasi dan
Pelaporan situasi serta kondisi
daerah
Komunitas Intelijen Daerah
BELANJA PUBLIK
TARGET (Rp)
REALISASI (Rp)
37.680.000,00
33.622.000,00
%
89,23
100.523.000,00
98.060.000,00.
97,55
144.162.000,00
138.767.000,00
96,26
33.622.000,00
100%
37.680.000,00
89,23%
Nilai Ekonomi
Nilai Efisiensi
100%
Capaian Kinerja Sasaran
89,23%
100%
100%
89,23%
Capaian outcome
Nilai Efektivita s
100%
Capaian output
100%
100%
100%
100%
100%
100.523.00000
97,55%
Nilai Efisiensi
38
Nilai Ekonomi
100%
Capaian Kinerja Sasaran
97,55%
100%
100%
97,55%
Capaian outcome
Nilai Efektivita s
100%
Capaian output
100%
100%
100%
100%
100%
138.767.000,00
96,26%
Nilai Ekonomi
Nilai Efisiensi
100%
Capaian Kinerja Sasaran
96,26%
100%
100%
96,26%
Capaian outcome
Nilai Efektivita s
100%
Capaian output
100%
100%
100%
100%
Tabel 6.
Hasil Analisis Kinerja Anggaran Seksi Pengkajian Masalah Strategis
dan Penanganan Konflik
Rasio Ekonomi
NO
1
Rasio Efisiensi
Rasio Efektivitas
UNIT KERJA/KEGIATAN
Pembentukan dan Rapat
Koordinasi Tim Pengkajian
Masalah Strategis
Monitoring, Evaluasi dan
Pelaporan situasi serta
kondisi daerah
Komunitas Intelijen Daerah
Ket
Ket
Ket
89,23
Cukup
Ekonomis
89,23
Cukup
Efisien
100
Efektif
97,55
Ekonomis
97,55
Kurang
Efisien
100
Efektif
96,26
Ekonomis
96,26
Kurang
Efisien
100
Efektif
39
5.4. Seksi Pengembangan Politik dan Fasilitasi Organisasi Politik dan Organisasi
Massa
Tabel 7.
Anggaran Kegiatan pada Seksi Pengembangan Politik dan Fasilitasi Organisasi
Politik dan Organisasi Massa
NO
UNIT KERJA/KEGIATAN
BELANJA PUBLIK
%
TARGET (Rp)
REALISASI (Rp)
19.222.000,00
17.357.000,00 90,30
64.287.000,00
60.408.000,00 93,97
19.222.000,00
100%
17.357.000,00
90,30%
Nilai Ekonomi
Nilai Efisiensi
100%
Capaian Kinerja Sasaran
90,30%
100%
100%
90,30%
Capaian outcome
Nilai Efektivita s
100%
Capaian output
100%
100%
100%
100%
100%
64.287.000,00
93,97%
Nilai Ekonomi
Nilai Efisiensi
100%
Capaian Kinerja Sasaran
93,97%
100%
100%
93,97%
40
Capaian outcome
100%
Capaian output
100%
100%
100%
100%
Nilai Efektivita s
Tabel 8.
Hasil Analisis Kinerja Anggaran Seksi Pengembangan Politik dan Fasilitasi
Organisasi Politik dan Organisasi Massa
Rasio Ekonomi
NO
1
Rasio Efisiensi
Rasio Efektivitas
UNIT KERJA/KEGIATAN
Pembentukan Tim
Verifikasi Administrasi
Parpol
Bimbingan Teknis
Pendidikan Politik bagi
Aparatur Pemerintah dan
Mahasiswa.
Ket
Ket
Ket
90,30
Ekonomis
90,30
Kurang
Efisien
100
Efektif
93,97
Ekonomis
93,97
Kurang
Efisien
100
Efektif
41
DAFTAR PUSTAKA
Alim, M Nizarul. 2008. Efektivitas Perpaduan Komponen Anggaran dalam Prosedur
Anggaran: Pengujian Kontijensi Matching. Jurnal Akuntansi dan Keuangan.
Vol. 10 No. 2 November. Hal. 69-76
Departemen Dalam Negeri. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Mardiasmo. 2002. Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah. Andi, Yogyakarta.
__________.2009. Akuntansi Sektor Publik. Andi, Yogyakarta.
Mawardi, Oetarto Sindung. 2003. Perumusan Indikator Kinerja Pemerintah Daerah,
Prosiding Seminar Nasional Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah. FEUAD, BPK III Yogyakarta, Partnership for Governance reform in
Indonesia.
Munir, Badrul. 2002. Perencanaan Anggaran Kinerja Memangkas Inefisiensi Anggaran
Daerah. Samawa Center, Sumbawa Besar.
Pratama, Edi. 2010. Kinerja Keuangan DPRD Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2009.
Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Samawa (tidak dipublikasikan).
Rahman, Noval Juli. 2010. Kinerja Keuangan Bagian Umum dan Perlengkapan
Sekretaris Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2009. Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Samawa (tidak dipublikasikan).
Rosalina, Eka. 2008. Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (studi kasus di Propinsi Sumatera Barat).
Thesis S2. Universitas Gadjah Mada. www.digitalib.ugm.ac.id
Suharyani, Setyawan, R.R, Nasir, S.M, M, Rokman, F. 2003. Model Pengukuran
Kinerja Satuan Kerja Pemda yang Berorientasi pada Pembaruan Sektor
Publik, Prosiding Seminar Nasional Pengukuran Kinerja Pemerintah
Daerah. FE-UAD, BPK III Yogyakarta, Partnership for Governance reform
in Indonesia, UAD Press, Yogyakarta.
Tim FE-UAD, BPK Perwakilan III Yogyakarta, Partnership for Governance reform in
Indonesia. 2003. Modul Pelatihan Kinerja Pemerintah Daerah. FE-UAD,
Yogyakarta.
42
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul analisis factor-faktor produksi terhadap penjualan roti langsung
enak bakery tahun 2008-2012. Rumusan permasalah dari penelitian ini adalah apakah
faktor-faktor produksi berpengaruh terhadap penjulan roti langsung enak bakery tahun
2008-2012. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh
Faktor-Faktor Produksi Terhadap Penjualan Roti Langsung Enak Bakery Sumbawa
Besar Tahun 2008-2012. Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif dengan
menggunakan jenis data kualitatif dan kuantitatif. Sumberdata penelitian berupa
sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode
dokumentasi/pustaka. Varibel dalam penelitian ini ada dua, variable bebasnya adalah
factor-faktor produksi dan variable terikatnya adalah penjualan. Teknik analisi data
dalam penelitian ini menggunakan rumus regresi linear berganda untuk menguji
hipotesis yaitu pengaruh faktor-faktor produksi terhadap penjualan roti langsung enak
bakery sumbawa besar tahun 2008-2012. Hasil analisis data tentang pengaruh faktorfaktor produksi terhadap penjualan roti langsung enak bakery sumbawa besar tahun
2008-2012. Untuk uji hipotesis diketahui nilai signifikansi <0.05 maka hipotesi
alternatif di terima yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh faktor-faktor produksi
terhadap penjualan roti langsung enak bakery sumbawa besar tahun 2008-2012.
Kata Kunci: Faktor-faktor Produksi, Hasil Penjualan.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Aktivitas yang paling utama dalam suatu perusahaan adalah proses
pruduksi khususnya pada perusahaan manufaktur. Dalam perusahaan manufaktur
proses produksi di laksanakan dengan tujuan untuk menghasilkan produk secara
fisik.
Proses produksi adalah proses perubahan masukan menjadi keluaran,
dengan adanya hasil keluaran sehingga timbul kata produk. Produksi merupakan
hasil utama dari suatu perusahaan untuk memulai aktivitasnya dengan tujuan
memperoleh pendapatan. Antara produk dan pendapatan, tidak terlepas dari sistem
pemasaran. Sistem pemasaaran ini adalah satu teknik atau cara penjualan untuk
mencapai hasil yang di inginkan.
Salah satu teknik dalam suatu pemasaran adalah promosi. Promosi merupakan
bagian dari sistem pemasaran yang bertujuan untuk memperkenalkan produk yang di
hasilkan sehingga mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam proses produksi tentu
membutukan biaya, sehingga timbul yang namanya biaya produksi. Salah satu usaha di
43
Sumbawa Besar yang dalam hasil produksinya menghasilkan produk fisik adalah usaha
Roti yang dijalankan oleh perusahaan Langsung Enak Bakery. Usaha ini dalam
memenuhi aktivitasnya memerlukan manajemen yang baik sehingga memperoleh tujuan
sesuai yang diinginkan. Sistem/teknik yang harus di utamakan dalam kaitannya dengan
produk fisik adalah produksi. Dalam tahap produksi tentu mengeluarkan biaya-biaya
sesuai dengan yang dibutuhkan. Selain masalah tenaga kerja yang telah dipaparkan di
atas, hal lain yang tidak kalah pentingnya perlu diperhatikan dalam meningkatkan
penjualan roti adalah masalah biaya bahan baku produksi. Untuk bisa menghasilkan
produk, maka dibutuhkan yang namanya bahan baku. Dalam kenyataannnya, untuk
memperoleh bahan baku juga harus mengeluarkan sejumlah biaya yang tidak sedikit
bahkan dalam bebarapa kasus, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku
dapat sangat berpengaruh terhadap penjualan produk yang dihasilkan.
Apabila bahan baku yang digunakan dalam sebuah produk itu mahal, maka
harga jual dari produk tersebut juga mahal. Berkaitan dengan pentingnya masalah
harga bahan baku dan juga harga promosi, maka hal ini perlu diperhatikan oleh
perusahaan Langsung Enak Bakery, yakni sebuah perusahaan yang bergerak
dibidang penjualan roti, di mana dalam upaya untuk mengantisipasi persaingan
yang semakin ketat dengan perusahaan roti lainnya, serta untuk lebih
meningkatkan penjualan roti, maka perusahaan perlu melakukan evaluasi
mengenai penetapan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan
oleh perusahaan.
Berdasarkan beberapa pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Faktor- faktor Produksi Terhadap
Penjualan Roti Langsung Enak Bakery Sumbawa Besar Tahun 2008 2012.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor
produksi terhadap penjualan roti Langsung Enak Bakery Sumbawa Besar Tahun
2008-2012.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Sebelumnya
1. Julman Masamba (2010), Pengaruh biaya promosi terhadap tingkat penjualan
pada usaha depot air minum isi ulang airta manokwari pada tahun 2007 s/d 2009.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh biaya promosi terhadap
tingkat penjualan pada usaha Depot Air Minum Isi Ulang Airta Manokwari pada
tahun 2007 s/d 2009. Variabel penelitian terdiri dari varibael bebas yaitu bahan
baku dan tenaga kerja dan varibel terikat yaitu tingkat penjualan. Teknik analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi liniear berganda hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa semakin kecil biaya tenaga kerja dan biaya
bahan baku maka tingkat penjualan semakin renda.
2. Vika Maisuri Djauhari (2010), Analisis anggaran biaya operasional pada
PT.(persero) pelabuhan indonesia 1 medan.. Tujuan penelitian ini adalah Untuk
menganalisis peranan anggaran biaya operasional didalam menunjang efektifitas
pengendalian biaya operasional di PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I-Medan.
Variabel penelitian terdiri dari varibael bebas yaitu anggaran biaya operasional
dan varibel terikat yaitu Pengendalian biaya operasional. Theknik analisis yang
44
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan komparatif. Adapun
hasil penelitiannya menunjukkan bahwa anggaran yang disusun oleh PT.(Persero)
Pelabuhan Indonesia I Medan berfungsi secara efektif didalam mengendalikan
biaya operasional.
3. Wahyu Rismandi (2008), Pengaruh Strategi Pemasaran Terhadap Peningkatan
Volume Penjualan Handphone Nokia Pada PT. Kembar Ponsel Medan.. Tujuan
penelitian ini adalah Mengetahui pengaruh strategi pemasaran terhadap volume
penjualan Handphone Nokia Pada PT. Kembar Ponsel Medan.. Variabel
penelitian terdiri dari varibael bebas yaitu strategi pemasaran dan varibel terikat
yaitu volume penjualan. Theknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisa deskriptif, elanjutnya untuk menguji hipotesa dilakukan teknik
statistik yakni teknik korelasi product moment. Adapun hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa strategi pemasaran mempunyai pengaruh yang kuat dan
positif terhadap peningkatan volume penjualan Handphone Nokia Pada PT.
Kembar Ponsel Medan.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Biaya
Menurut Mulyadi (2001: 8), biaya dalam artian luas adalah pengorbanan sumber
ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan
akan terjadi untuk tujuan tertentu. Ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut
di atas :
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.
2. Diukur dalam satuan uang.
3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi.
4. Pengorbanan tertentu untuk tujuan tertentu.
Biaya yang pada mulanya dicatat sebagai aktiva akan memberikan manfaat lebih
dari satu periode akuntansi. Pencatatan suatu biaya sebagai aktiva sering disebut sebagai
kapitalisasi biaya. Pada saat aktiva dipakai untuk menghasilkan pendapatan, biaya
aktiva haruslah diakui sebagai beban guna menandingkan secara benar pendapatan
dengan beban dalam menetukan laba bersih periodik. Pada umumnya, jenis biaya yang
dikeluarkan dan cara biaya tersebut diklasifikasikan tergantung pada jenis
organisasinya.
2.2.2. Pengertian Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan bagian dari pada anggaran produksi yang penting, yang
dikeluarkan untuk biaya operasional dan dibutuhkan selama usaha itu masih berlangsung.
Lancar atau tidaknya suatu usaha bergantung kepada biaya yang dikeluarkan, biaya
produksi sebagai penunjang segala aktivitas yang ada, karena menyangkut dengan
produktivitas pembuatan roti dan keuntungan bagi perusahaan. Selain itu, biaya yang
diusahakan juga harus diperhitungkan, karena biaya yang dikeluarkan juga akan
mempengaruhi pendapatan yang akan diterima dalam menjalankan suatu usaha (Hernanto,
1991). Ada empat unsur pokok dalam definisi biaya yaitu:
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
2. Diukur dalam satuan uang
3. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi
4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
45
46
Gambar 1.
Pergeseran Kurva Permintaan Dan Penawaran Pada Pasar Faktor
Produksi Tenaga Kerja
Dari Gambar terlihat bahwa kurva penawaran tenaga kerja selalu bertambah
sesuai dengan laju pertumbuhan penduduk, sehingga kurva penawaran bergeser ke
kanan menjadi S S. Seiring dengan ditemukannya teknologi baru, pada kurva
permintaan tenaga kerja pertambahan penawarannya lebih besar daripada permintaan,
sehingga upah (wage) yang diberikan mengalami penurunan dari W menjadi W1.
2.2.4. Penjualan
Tingkat penjualan atau banyaknya produk yang diproduksi untuk dijual
tergantung dari seberapa besar harga pembelian bahan baku tersebut. Hal ini
dikarenakan laba yang diinginkan oleh perusahaan tidak maksimal, sebab jika harga
produk dinaikkan guna mengimbangi harga bahan baku yang semakin meningkat, maka
permintaan pasar akan berkurang (Djarwanto, 2004: 13).
Kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah bahwa belum tentu
menunjukkan atau mencerminkan unit yang dijual semakin besar, kenaikan itu
disebabkan naik harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan tingkat
harga. Pemasaran moderen menghendaki lebih dari pada pengembangan produk yang
baik, menetapkan harga yang bersaing dan memungkinkan dijangkau pelanggan
sasaran.
47
PENJUALAN
Biaya Tenaga
KERJA
Gambar 2.
Kerangka Koseptual
48
yang sudah berlalu, dokumen biasanya berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumental dari seseorang.
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data , biaya bahan
baku, dan biaya tenaga kerja,di perusahaan langsung enak bakery. Data ini nantinya
digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor produksi biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja terhadap penjualan roti perusahaan langsung enak bakery tahun 2008-2012.
Tabel 1.
Data Biaya dan Penjualan Enak Bakery 2008-2012
BIAYA
HASIL
BIAYA BAHAN
TAHUN
TENAGA
PENJUALAN
BAKU (Rp)
KERJA (Rp)
(Rp)
2008
79.200.000
311.637.600
623.253.000
2009
8400000
334387600
608.286.500
2010
90000000
318947600
619.125.000
2011
90000000
321347600
621.414.500
2012
96000000
319387000
625.541.500
87.840.000
321.141.480
619.524.100
RATA-RATA
4.5. Definisi operasional variabel
1. Faktor produksi adalah beberapa aspek yang dapat berpengaruh pada suatu
kegiatan produksi seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja.
2. Penjualan adalah tingkat harga yang ditetapkan oleh perusahaan untuk
memasarkan produk ke konsumen dengan mempertimbangkan biaya-biaya yang
telah dikelurakan.
4.6. Prosedur analisis data
Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik analisis deskriptif kualiitatif yang didukung oleh rumus regresi
linear berganda (Suharyadi dan Purwanto, 2004: 509).
Y = a + b1 X1 + b2 X2 +e
Keterangan:
Y
= Harga Jual
a
= Konstanta
b1,b2, = Koefisien determinasi
X1
= Biaya bahan baku
X2
= Biaya tenaga kerja
e
= Erorr (tingkat kesalahan)
49
=
=
=
=
=
=
Standardized
Coefficients
Std. Error
8.147E8
4.867E7
.438
.187
.146
Beta
Sig.
16.737
.004
.420
2.338
.144
.897
4.994
.038
Selain itu untuk mengetahui baik atau tidaknya model regresi berganda yang
menggunakan data obervasi maka perlu dilakukan pengujian. Pengujian yang ini
meliputi : uji diagnostik, uji asumsi klasik.
5.1. Uji Diagnostik
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari
goodnes of fit-nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai statistik t, nilai
statistik F, dan koefisien determinasinya (R2). Suatu perhitungan statistik disebut
signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis
50
(daerah di mana H0 ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila nilai uji
statistiknya berada dalam daerah di mana H0 diterima.
5.1.1. Uji t-statistik
Pengujian ini pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat.
a) Biaya Tenaga Kerja
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t-statistik untuk biaya tenaga kerja yang
digunakan sebesar 2.338 dan t-tabel sebesar 2.015 pada = 5% (0,05) dan derajat
kebebasan (n-k=5-3= 2) dengan melakukan pengujian satu sisi berarti nilai tstatistik > t-tabel atau Ha diterima dan H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel
jumlah biaya tenaga kerja yang digunakan berpengaruh secara signifikan dan
berarah positif terhadap penjualan roti di Langsung Enak Bakery.
b) Biaya Bahan Baku
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t-statistik untuk variabel biaya bahan baku
sebesar 4.994 dan t-tabel sebesar 2.015 pada = 5% (0,05) dan derajat kebebasan
(n-k=5-3=2) dengan melakukan pengujian satu sisi berarti nilai t-statistik t-tabel
atau H0 diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel biaya bahan baku
berpengaruh secara signifikan dan berarah positif pada penjualan roti di Langsung
Enak Bakery.
5.1.2. Uji F-statistik
Pengujian ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang
dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
terikat. Hasil perhitungan regresi model terpilih yang tersaji pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.
Hasil Uji F Statistik
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
1.686E14
8.428E13
Residual
1.158E13
5.788E12
Total
1.801E14
F
14.561
Sig.
.064a
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai F-hitung adalah 14.561 sedangkan F-tabel
5% (n-k) (k-1) atau (0,05;5,2) adalah 5.05 Artinya F-hitung > F-tabel sehingga hipotesis nol
ditolak dan hipotesis alternatif diterima, maka hipotesis yang menyatakan bahwa kedua
variabel penjelas secara bersama-sama dan signifikan mempengaruhi variabel yang
dijelaskan diterima. Dengan kata lain, variabel biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku
secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel penjualan roti di Langsung Enak
Bakery.
51
Adjusted R
Square
R Square
Std. Error of
the Estimate
1
.967
.936
.871
2.40577E6
a. Predictors: (Constant), biayabahanbaku, biayatenagakerja
b. Dependent Variable: hasilpenjualan
Durbin-Watson
2.220
Dari hasil estimasi model regresi yang digunakan diperoleh R2 sebesar 0.936
artinya bahwa 93,6 % variasi perubahan variabel yang dijelaskan penjualan roti di
Langsung Enak Bakery. Mampu dijelaskan oleh variasi perubahan variabel penjelas
jumlah biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku sisanya sebesar 6,4 % dijelaskan oleh
variabel di luar model regresi digunakan, yang terangkum dalam kesalahan random.
5.2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian ini menitik beratkan pada pembentukan model empiris yang baik
dengan asumsi harus lolos uji asumsi klasik agar diperoleh parameter yang BLUE (best
liniear unbias estimator). Uji ini meliputi uji autokorelasi, uji multikolinieritas, dan uji
heterokedastisitas.
5.2.1. Uji Multikolinieritas
Uji gejala Multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model
terdapat hubungan yang linier yang sempurna atau pasti (exact) antar variabel bebas.
Model yang baik adalah model yang tidak mengandung gejala Multikolinearitas (Non
Multicolinearity). Gejala Multikolinearitas dapat dideteksi dengan menggunakan
metode TOL (Tolerance) dan VIF (Varian Inflation Faktor). Dari hasil estimasi
diperoleh nilai TOL dan VIF sebagai berikut:
Tabel.4.
Hasil Estimasi Uji Gejala Multikolinearitas
Collinearity Statistics
Model
Tolerance
VIF
1
(Constant)
Biaya tenaga kerja
.996
1.004
.996
1.004
52
53
akan mendorong peningkatan harga jual roti di Langsung Enak Bakery sebesar
Rp 0.438 dan sebaliknya dengan asumsi ceteris paribus. Ini menunjukkan bahwa
jumlah biaya tenaga kerja yang digunakan mempunyai pengaruh positif terhadap
harga jual roti di Langsung Enak Bakery.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Hasil penelitian menyatakan bahwa ada peran faktor produksi terhadap
peningkatan harga jual perusahaan langsung enak bakery pada tahun 2008-2012. Jika
terjadi kenaikan Biaya Tenaga Kerja sebesar Rp.1,- maka akan menyebabkan kenaikan
harga jual sebesar Rp.0.438,- dengan asumsi ceteris paribus. Jika terjadi kenaikan biaya
bahan baku sebesar Rp.1,- maka akan menyebabkan pengurangan pada harga jual
sebesar Rp.0.727,- dengan asumsi ceteris paribus.
6.2. Saran
Dari uraian hasil pembahasan dan kesimpulan, maka dapat diajukan saran agar
skripsi ini dapat dimanfaatkan sebagai rujukan dalam melakukan penelitian berikutnya
terutama mengenai analisis faktor produksi dengan mengembangkan variabel yang lebih
luas, dan bisa menambahkan variabel-variabel lain. Kemudian bagi perusahan lain yang
bergerak dibidang penjualan roti khususnya dapat di jadikan referensi untuk
meningkatkan penjualan produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineka
Cipta, Jakarta.
Djarwanto. 2004. Manajemen Operasi, Edisi 1. BEFE,Yogyakarta.
Hendri Simamora. 2002. Akuntansi Manajemen. Samlemba Empat, Jakarta.
Hidayat, Cecep. 1998. Manajemen Pemasaran. Badan Penerbit IPWI, Jakarta.
Kotler, Philip 2000. Manajemen pemasaran. Erlangga, Jakarta.
Mulyadi. 2001. Akuntansi Biaya Edisi Lima. Edisi 5. Aditya Media, Yogyakarta.
Simamora, R. 2002. Akuntansi Manajemen. Edisi 2. UPP AMP YKPN, Jakarta.
Supriyono, R.A.S.U. 1999. Akuntansi Biaya. Edisi 2. BEFE,Yogyakarta.
Syahyunan. 2004. Strategi Pemasaran dalam Meningkatkan Volume Penjualan.
Universitas Sumatra Utara.
Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung.
________. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta,
Bandung.
54
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bantuan dana program stimulus
ekonomi terhadap pendapatan pelaku usaha mikro di Kabupaten Sumbawa Barat pada
tahun 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pelaku usaha mikro
yang memperoleh bantuan dana PSE di Kabupaten Sumbawa Barat yang berjumlah
151 orang sehingga besarnya sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 orang
yang ditetapkan dengan metode ramdom sampling. Dalam penelitian ini Alat analisis
yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana, Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan (1) Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi sederhana
sebagai berikut Y = 1.045,651 + 0,098X artinya apabila Dana Bantuan Program
Stimulus Ekonomi (PSE) meningkat, maka Pendapatan Pelaku Usaha Mikro di
Kabupaten Sumbawa Barat semakin tinggi (2) Dari perhitungan korelasi terlihat nilai
koefisien R = 0,962 artinya antara variabel mempunyai hubungan yang kuat dan
posotif. (3) Variasi perubahan Dana Bantuan Program Stimulus Ekonomi (PSE)
terhadap Pendapatan Pelaku Usaha Mikro di Kabupaten Sumbawa Barat 96,2 % dan
sisanya 3,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam model seperti
tingkat pendidikan pelaku usaha, permintaan konsumen, dan sebagainya.
Kata Kunci : Stimulus Ekonomi, Pendapatan.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perekonomian merupakan sektor yang sangat penting dan menjadi salah satu
fokus pemerintah dalam membuat berbagai kebijakan untuk mencapai kesejahteraan.
Mengingat sangat pentingnya sektor perekonomian ini sehingga dalam menentukan dan
memutuskan setiap kebijakan harus mempertimbangkan segala aspek yang mungkin
dapat mempengaruhi perekonomian baik yang bersifat positif maupun yang bersifat
negatif. Perekonomian suatu negara disamping memerlukan program yang terencana
dan terarah untuk mencapai sasaran, faktor lainnya adalah dibutuhkan modal atau dana
pembangunan yang cukup besar.
Kebijakan pemerintah dewasa ini telah cukup menunjukkan keberpihakan pada
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Banyak upaya dan langkah-langkah
pemerintah menyangkut pemberdayaan pada UMKM, pemerintah mempunyai
komitmen yang tinggi untuk membantu UMKM baik menyangkut peningkatan SDM,
permodalan maupun akses pasar. Hal ini karena walaupun usaha kecil menengah telah
menunjukkan peranannya dalam perekonomian nasional namun masih menghadapi
berbagai hambatan dan kendala. Salah satu kendala yang dihadapi adalah dalam hal
55
permodalan. Bagi usaha kecil dan menengah, kredit dirasa cukup penting meningkatkan
kebutuhan untuk pembiayaan modal kerja diperlukan guna menjalankan usaha dan
meningkatkan akumulasi pemupukan modal mereka. Untuk mengatasi masalah tersebut
pemerintah meluncurkan program pembiayaan bagi UMKM dan koperasi, yaitu Kredit
Usaha Rakyat (KUR). Melalui program bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang telah
diberikan pemerintah, diharapkan dengan program ini para pelaku Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) memiliki semangat untuk mengembangkan usahanya.
Perhatian pemerintah daerah Kabupaten Sumbawa Barat terhadap pengusaha
mikro cukup beralasan karena banyaknya hambatan-hambatan yang dihadapi oleh
pengusaha mikro dalam meningkatkan kemampuan usaha. Aspek-aspek tersebut antara
lain yaitu bersumber dari laporan akhir program Stimulus Ekonomi Kabupaten
Sumbawa Barat : Kurangnya permodalan baik jumlah maupun sumber , Kurangnya
kemampuan managerial dan keterampilan beroperasi, serta tidak adanya bentuk formil
dari perusahaan, Lemahnya organisasi dan terbatasnya pemasaran. Berdasarkan latar
belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh pengaruh dana bantuan
melalui Program Stimulus Ekonomi Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat terhadap
pendapatan pelaku usaha mikro di Kabupaten Sumbawa Barat. Adapun judul penelitian
ini adalah Pengaruh Dana Bantuan Program Stimulus Ekonomi Terhadap Pendapatan
Pelaku Usaha Mikro di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2012.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, pertanyaan penelitian ini adalah sebagai
berikut : Apakah bantuan dana Program Stimulus Ekonomi berpengaruh Signifikan
terhadap pendapatan pelaku usaha mikro di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2012 ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bantuan
dana program stimulus ekonomi terhadap pendapatan pelaku usaha mikro di Kabupaten
Sumbawa Barat pada tahun 2012.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang relevan dengan penelitian tersebut adalah Muchamad Huda Aji,
2011dengan judul Dampak Pemberian Kredit Program CSR Terhadap Peningkatan
Pendapatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Garut, Provinsi
Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan menganalisis dampak yang diberikan kredit dari
Perusahaan Swasta terhadap peningkatan pendapatan sektor UMKM di Kabupaten
Garut. Dalam penelitian ini digunakan data primer dengan jumlah responden 90 orang
yang terdiri dari 50 responden kredit dan 40 responden non kredit. Dengan
menggunakan metode regresi linier berganda didapat hasil bahwa permberian kredit
program CSR berdampak positif terhadap peningkotan pendapatan sektor UMKM.
Selanjutnya Syhafuddin, 2010. Melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kredit
Pinjaman Diskoperdindag Terhadap Pendapatan Pedagang Kaki Lima di Kelurahan
Dalam Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat. Alat analisis yang digunakan
adalah regresi linier sederhana. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jumlah kredit
yang diterima pedagang kaki lima, sedangkan variabel terikatnya adalah pendapatan
pedagang kaki lima. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kredit yang diterima dari
56
57
waktu tertentu, pendapatan tersebut dapat berupa upah atau penerimaan tenaga kerja.
Pendapatan seperti bunga, sewa, dan deviden, serta pembeyaran transfer, atau
penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial atau asuransi pengangguran.
Sudarman (1994:20),
pendapatan
adalah
penerimaan yang terdiri
penerimaan kotor dan penerimaan bersih. Untuk menghitung pendapatan bersih
(keuntungan) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
TR = Q . P
Dimana :
TR
= Total penerimaan
Q
= Hasil produksi
P
= Harga jual produksi
Penerimaan bersih (keuntungan) adalah penerimaan yang berasal hasil penjualan
output setelah dikurangi total biaya produksi yang dikeluarkan.
2.2.3. Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan
Menengah dalam Pasal 1 ayat 1 3 menyebutkan yaitu :
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam
Undang- Undang ini.
Dalam Pasal 2 dijelaskan bahwa Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
berasaskan: kekeluargaan, demokrasi ekonomi, kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan kemajuan; dan
kesatuan ekonomi nasional. Dalam Pasal 6 ayat 1 4 dijelaskan kriteria Usaha Mikro
Kecil dan Menengah sebagai berikut :
(1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah).
(2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
58
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratus juta rupiah).
(3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00
(lima puluh milyar rupiah).
III. METODELOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian, Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitaitif. Data yang diperoleh
dalam penelitian berupa data jumlah bantuan dana stimulus ekonomi yang diterima oleh
masing-masing pelaku usaha mikro, dan pendapatan diperoleh setiap bulannya setelah
menerima bantuan dana program stimulus ekonomi. Serta gambaran umum usaha mikro
di Kabupaten Sumbawa Barat. Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini
adalah: Jumlah pelaku usaha usaha mikro serta Profil usaha mikro Kabupaten Sumbawa
Barat.
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah totalitas semua nilai yang menghitung maupun pengukuran
kualitatif dan kuantitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek
yang lengkap dan jelas. (Soeratno, 2007:40). Berdasarkan pendapat tersebut, maka
yang menjadi populasi penelitian dalam penelitian ini adalah keseluruhan pelaku usaha
mikro yang memperoleh bantuan dana PSE di Kabupaten Sumbawa Barat yang
berjumlah 151 orang. Berkaitan dengan penentuan besarnya sampel, Soeratno,
(2007:47) menjelaskan sebagai berikut : jika sama sekali tidak ada pengetahuan tentang
besarnya varian dari populasi, cara yang terbaik adalah cukup dengan mengambil
persentase tertentu, katakanlah 5%, 10%, 50% dari seluruh populasi. Beberapa hal yang
dapat dijadikan petunjuk untuk menentukan besarnya persentase itu adalah : (1) bila
anggota populasi, N besar, persentase yang kecil sudah dapat memenuhi syarat bila data
homogen, (2) besarnya sampel hendaknya tidak kurang dari 30, dan (3) sampel yang
besar dapat dilakukan selama dana dan waktu masih dapat dijangkau. Dalam
menentukan ukuran sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus
Slovin (1960) dalam Nasir (1999:28) dengan hasil sebanyak 60 responden
3.3.
Klasifikasi Variabel
Variabel dalam penelitian ini diklasifikasikan dalam 2 jenis variabel yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Secara rinci sebagai berikut :
1. Variabel bebas (independent) adalah bantuan dana Program Stimulus Ekonomi
2. Variabel terikat (dependent) adalah pendapatan pelaku usaha mikro.
59
(Constant)
Standardized
Coefficients
Std. Error
Beta
Sig.
1045.651
28871.088
.036
.971
Stimulus Ekonomi
.098
a. Dependent Variable: Pendapatan
.003
.981 38.305
.000
60
Dari tabel di atas dapat pula diketahui nilai t-hitung untuk variabel Stimulus
Ekonomi (X) adalah sebesar 38,305. Jika dibandingkan dengan nilai t-tabel (2,002)
pada taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan df = n-k = 60-2 = 58 untuk uji satu
sisi, maka diketahui t-hitung lebih besar dari t-tabel (38,305 > 2,002) sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel Stimulus Ekonomi berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan pelaku usaha mikro selama periode pengamatan.
Nilai Konstanta = 1.045,651 artinya bahwa jika tidak ada stimulus ekonomi
maka pendapatan pelaku usaha mikro sebesar Rp.1.045,651-. Koefisien Regresi
Stimulus Ekonomi = 0,098, artinya jika terjadi kenaikan stimulus ekonomi sebesar
Rp.1,-, maka pendapatan pelaku usaha mikro akan mengalami peningkatan sebesar
Rp.0,098,- dengan asumsi ceteris paribus. Hasil tersebut menunjukan besaran yang
positif yang artinya jika terjadi kenaikan pada stimulus ekonomi, maka akan
mengakibatkan kenaikan pendapatan pelaku usaha atau sebaliknya jika terjadi
penurunan dalam stimulus ekonomi, maka akan mengakibatkan penurunan pada
pendapatan pelaku usaha mikro.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhana, juga diperoleh nilai koefisien
determinasi (R2) dari model regresi di atas sebagai berikut:
Tabel 2.
Koefisien Determinasi atau R-Square (R2)
Model Summaryb
Model
R Square
a
Adjusted R
Square
1
.981
.962
a. Predictors: (Constant), Stimulus Ekonomi
b. Dependent Variable: Pendapatan
.961
Std. Error of
the Estimate
1.42303E5
Durbin-Watson
1.990
Nilai Koefisien Determinasi (R2) = 0,962. Artinya bahwa sebesar 96,2% variasi
perubahan Stimulus Ekonomi (X) mampu mempengaruhi variabel Pendapatan Pelaku
Usaha (Y), sedangkan sisanya 3,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
dimasukan dalam model seperti tingkat pendidikan pelaku usaha, jenis usaha,
permintaan konsumen, dan sebagainya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan maka penulis dapat mengambil suatu
kesimpilan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi sederhana sebagai
berikut Y = 1.045,651 + 0,098 X artinya apabila Dana Bantuan Program Stimulus
Ekonomi (PSE) besar, maka Pendapatan Pelaku Usaha Mikro di Kabupaten
Sumbawa Barat semangkin tinggi.
2. Dari perhitungan korelasi terlihat nilai koefisien R = 0,962 artinya antara variabel
mempunyai hubungan yang kuat dan posotif.
3. Besarnya pengaruh Dana Bantuan Program Stimulus Ekonomi (PSE) terhadap
Pendapatan Pelaku Usaha Mikro di Kabupaten Sumbawa Barat 96,2 % dan sisanya
61
3,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model seperti
tingkat pendidikan pelaku usaha, permintaan konsumen, dan sebagainya.
5.2. Saran
Adapun beberapa hal diajukan sebagai bahan masukan atau sebagai saran
kepada pihak dimana peneliti dilakukan. Adapun saran-saran sersebut seperti dibawa
ini:
1. Dari penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwah berdasarkan keuntungan,
disarankan kepada para pelaku program Sstimulus Ekonomi (PSE) untuk
mengembangkan usaha UMKM karena memiliki keuntungan yang cukup besar,
dengan meningkatkan skala usaha yang lebih besar dan kapasitas alat yang
digunakan
2. Untuk mengatasi masalahan yang sering terjadi pada pelaku UMKM dan koperasi
pemerintah KSB dan Bank khususnya kepada departemen terkait (Departemen
Perindustrian dan Perdagangan) agar memberikan pembinaan teknis agar
masyarakat selaku pelaku UMKM dalam menetapkan tatakelolah usaha secara benar
akan berakibat lebih bagi kemajuan usaha yang beramplikasi bagi kesejahteraan
masyarakat dan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
62
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Badan Pusat Statistik, Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2010.
Agustine, Husinsyah dan Syarifah. 2009. Analisis Rentabilitas Usaha Pembuatan
Tempe di Kelurahan Sidodadi Kota Samarinda. Jurnal. Fakultas Pertanian,
Universitas Mulawarman, Samarinda.
Mutiara, Ayu. 2010. Analisis Pengaruh Bahan Baku, Bahan Bakar dan Tenaga Kerja
Terhadap Produksi Tempe di Kota Semarang ( Studi Kasus di Kelurahan
Krobokan). Skripsi. Fakultas Ilmu Ekonomi, Universitas Diponorogo,
Semarang.
Teresnawati, Nining. 2000. Nilai Tambah dan Keuntungan Agroindustri Mente Di
Kabupaten Lombok Barat. Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas
Mataram:, Mataram.
Gilarso. 2008. SPSS 16.0 Analisan Data Statistika dan Penelitian. Pusaka Pelajar,
Yogyakarta.
Gorontalo, Ichsan. 2008. Analisis Finansial Usaha Agroindustri Gula Aren (Studi
Kasus di Desa Huhaha Kecamatan Saparuah Kabupaten Maluku Tengah
Provinsi Maluku). Fakultas Pertanian Universitas Patimura Ambon.
Ida Bagus. 2002. Analisis Keuntungan Agroindustri Emping Melinjo di Kabupaten
Lombok Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Mataram.
Nuraini. 2006. Studi Komporasi Keuntungan Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerja
Berbagai Agroindustri Kacang Tanah Di Desa Kekeri Kecamatan
Gunungsari Kabupaten Lombok Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian,
Universitas Mataram, Mataram.
Rifianto I. 1993. Analisa Budidaya dan Pendapatan Usahatani. Makalah Pada Kursus
Perencanaan Proyek-proyek Pertanian dan Agroindustri.
Suryati. 2000. Nilai Tambah Berbagai Produk Agroindustri Kacang-Kacangan Di
Kabupaten Sumbawa. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.
Sutjahjo. 1993. Pengelolaaan Agroindustri di Indonesia, Peluang dan Kendala.
Makalah pada Kursus Perencanaan pada Proyek-proyek Pertanian. Fakultas
Ekonomi, Universitas Indonesia.
Soekartawi. 2005. Agroindustri Dalam Prespektif Sosial Ekonomi. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Yenny. 2009. Analisis Usaha Agroindustri Keripik Belut Sawah di kabupaten Klaten.
Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
63
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk Untuk menganalisis pajak restoran di Kabupaten
Sumbawa Barat tahun 2009-2011 seperti kontribusinya terhadap pajak restoran serta
Pendapatan Asli Daerah dan Untuk mengetahui besar kontribusi pajak restoran
terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2009-2011. Jenis
data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif seperti penerimaan
kontribusi pajak restoran serta pendapatan asli daerah Kabupaten Sumbawa Barat
tahun 2009-2011. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data yang diperoleh secara tidak langsung dalam arti data tersebut diperoleh dari
sumber kedua. Dalam hal ini data sekunder diperoleh dari Dinas Pendapatan dan
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumbawa Barat. Dari hasi analisis data dapat ditarik
kesimpulan bahwa kontribusi Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2009-2011 adalah memberikan kontribusi masingmasing sebesar 0.69% pada tahun 2009, 4.42% pada tahun 2010, dan 5.26% pada
tahun 2011. Dengan demikian maka diketahui bahwa kontribusi pajak restoran
terhadap PAD Kabupaten Sumbawa Barat terus mengalami peningkatan.
Kata kunci : Kontribusi, Pajak Restoran, Pendapatan Asli Daerah (PAD)
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan dalam penyelenggaraan otonomi daerah lebih lebih ditekankan
pada prinsip-prinsip demokratisasi yang bertumpu pada peran serta masyarakat,
pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.
Potensi masing-masing daerah sangat beragam dan tergantung ada berbagai faktor
utama seperti keadaan sumber daya alam yakni ketersediaan/ keanekaragaman
sumberdaya alam, sumber daya manusia yakni tingkat sumberdaya sosial budaya dan
pendidikan serta kelengkapan sarana dan prasarana. Salah satu permasalahan utama
yang dihadapi oleh sebagian besar pemerintah daerah adalah belum tersedianya sumber
kekayaan yang memadai yang dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan
pembangunan secara optimal.
Otonomi daerah memberikan peluang yang besar kepada daerah. Peluang besar
tersebut dikarenakan adanya penyerahan urusan yang diberikan oleh pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Widjaja (2001:21-22)
Otonomi daerah adalah penyerahan urusan pemerintah kepada pemerintah daerah yang
bersifat operasional dalam rangka sisitem birokrasi pemerintahan. Dari uraian tersebut
bahwa Otonomi Daerah dapat dipandang sebagai cara untuk mewujudkan
64
65
66
atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Tetapi dalam pelaksanaannya jenis-jenis serta tata cara pengambilan kontribusi
ditentukan dan diatur melalui Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat.
2.2.2. Jenis-Jenis Pedapatan Daerah
Jenis Pendapatan Asli Daerah (PAD) dipisahkan menjadi empat jenis
pendapatan, yaitu: Pajak Daerah (Pajak Provinsi, Pajak Kabupaten/ Kota), Retribusi
Daerah, terdiri dari: (Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan RetribusiPerijinan
Tertentu), Hasil Perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah.
2.2.3. Pajak Restoran
Restoran adalah tempat menyantap makanan dan atau minuman yang disediakan
dengan dipungut bayaran, tidak termasuk jasa boga dan catering. Pajak yang dikenakan
atas pelayanan restoran disebut pajak restoran yang masa pajaknya adalah jangka waktu
yang lamanya sama dengan satu bulan kalender. Untuk menggali sektor restoran ini
Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat telah mengaturnya dalam Peraturan
Daerah Nomor 24 Tahun 2008 tentang Pajak Restoran serta mengenai dasar
pengenaandan tarif pajak ditetapkan sebesar 10 % dengan jangka yang lama 1 bulan
kalender nama, obyek dan subyek pajak restoran yang meliputi tempat penjualan
makanan dan atau minuman dan disertai fasilitas penyantapan antara lain : Rumah
Makan Kecil, Rumah Makan Sedang dan Rumah Makan Besar
Objek Pajak Restoran adalah setiap palayanan yang disediakan dengan
pembayaran di restoran termasuk bar, kafe, rumah makan, buffet, kantin, kedai nasi atau
kedai kopi dan meliputi penjualan makanan / minuman di tempat penjualan ataupun
yang dibawa pulang (take away). Dikecualikan dari objek pajak restoran adalah
pelayanan atas jasa boga atau catering, pelayanan yang disediakan oleh restoran atau
rumah makan yang pendapatan brutonya tidak melebihi batas Rp.600.000,- (enam ratus
ribu rupiah) per bulan dan penjualan makanan dan atau minuman di tempat yang
disertai dengan fasilitas penyantapannya di hotel.
67
e. Night Club yaitu tempat hiburan yg buka pada malam hari. lebih mengutamakan
hiburan untuk dansa atau kabaret, dilengkapi dengan fasilitas bar yg menyediakan
minuman beralkohol dan minuman ringan. makanan hanya fasilitas pelengkap
f. Speciality Restaurant yaitu punya karakteristik sendiri baik dalam suasana, interior
dan eksterior, makanan hingga seragam pegawai. biasanya lebih menonjolkan ciri
khas dari daerah atau negara tertentu.
III. KERANGKA KONSEPTUAL
PAJAK RESTORAN
TARGET
REALISASI
Gambar 1.
Kerangka Konseptual
68
Dimana :
- KS adalah Kontribusi Pajak Restoran
- VAs adalah Tambahan Nilai Pajak Restoran
- PAD adalah Pendapatan Asli Daerah
V. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Tabel 1.
Data tentang Perkembangan Pajak Restoran Kabupaten Sumbawa Barat
Tahun 2009 sampai dengan 2011
Tahun Anggaran
Target (Rp.)
Realisasi (Rp.)
Perkembangan %
2009
80.000.000,00
125.513.450,00
1,56
2010
5.087.042.631,00
1.252.163.402,00
24,61
2011
4.000.000.000,00
6.063.920.565,00
151,60
Target (Rp.)
Realisasi (Rp.)
Perkembangan (%)
2009
22.058.625.500,00
18.104.192.295,65
121.84
2010
41.820.467.099,00
28.321.345.728,09
147,66
2011
188.374.171.324,00
115.384.261.058,92
163,26
125.513.453,00
18.104.192.295,65
0.69
2010
1.252.163.402,00
28.321.345.728,09
4.42
2011
6.063.920.565,00
115.384.261.058,92
5.26
69
tahun 2010, dan 5.26% pada tahun 2011. Dengan demikian maka diketahui bahwa
kontribusi pajak restoran terhadap PAD Kabupaten Sumbawa Barat terus mengalami
peningkatan. Dalam melakukan penarikan kontribusi ada faktor-faktor pendorong
diantaranya, Regulasi Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2010, dan kemampuan petugas
yang cukup memadai.
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari Analisis dan uraian pada Bab-bab sebelumnya, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa Kontribusi Pajak Restoran terhadap PAD di
Kabupaten Sumbawa Barat dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 terus mengalami
peningkatan dengan rincian masing-masing sebesar 0.69% pada tahun 2009, 4.42%
pada tahun 2010, dan 5.26% pada tahun 2011.
6.2. Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan yang disebutkan di atas, maka dapat diusulkan
beberapa saran kepada Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dalam rangka
meningkatkan penerimaan kontribusi pajak restoran yaitu:
1. Untuk meningkatkan penerimaan kontribusi pajak restoran di Kabupaten Sumbawa
Barat dapat dilakukan dengan cara menetapkan target penerimaan minimal sebesar
80 persen dari kontribusi yang dimiliki;
2. Peningkatan penerimaan kontribusi pajak restoran dapat dilakukan oleh pemerintah
daerah Kabupaten Sumbawa Barat dengan cara menambah jumlah restoran, hal ini
penting karena besarnya penerimaan kontribusi pajak restoran memiliki nilai elastis
terhadap pendapatan asli daerah.
3. Dalam rangka meningkatkan kontribusi pajak restoran dapat dilakukan dengan cara
mengurangi biaya-biaya yang tidak perlu, seperti biaya operasional pemungutan
diusahakan lebih rendah sedangkan realisasi penerimaan diusahakan minimal sama
dengan target atau lebih kecil dari persentase peningkatan realisasi penerimaan,
sehingga dari tahun ke tahun penerimaan kontribusi pajak restoran akan
menunjukkan tingkat efisiensi yang tinggi;
4. Peran aktif Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat harus terus ditigkatkan
untuk melakukan pendataan ulang kontribusi pajak restoran serta meninjau kembali
tarif atas pajak restoran tersebut.
70
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim. 2002. Manajemen Keuangan Daerah. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Siahaan P. Marihot. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Anonim. 2009. Laporan Tahunan Badan Pendapatan Keuangan dan Asset Daerah
Kab. Sumbawa Barat.
, 2009. Sumbawa Barat Dalam Angka. Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbawa
Barat, Taliwang.
Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.
Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 9 Tahun 2010 Tentang Pajak
Restoran.
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset. Laporan Evaluasi Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kabupaten Sumbawa Barat, 2011.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah.
71
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas penyerapan aspirasi
masyarakat hasil musrenbang dalam APBD Kabupaten Sumbawa Tahun 2012 dan
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan aspirasi masyarakat
hasil musrenbang dalam APBD Kabupaten Sumbawa Tahun 2012. Data di peroleh dari
buku APBD 2012 dan RKPD 2012. Fokus penelitian dilakukan pada 6 (enam ) SKPD
yang memiliki belanja langsung ke masyarakat yang nilainya cukup besar yaitu : Dinas
Pendidikan Nasional, Dinas Kesehatan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas
Peternakan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Dinas Pekerjaan Umum. Tehnik
analisa data dengan cara mencari tingkat efektifitas penyerapan aspirasi masyarakat 6
(enam) SKPD tersebut dalam APBD Kabupaten Sumbawa Tahun 2012 melalui Belanja
Langsung ke Masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anggarannya
Rp.46.022.823.592,- belanja langsungnya sebesar Rp.40.250.398.402,- atau 87,46%,
Dinas
Kesehatan
Rp.22.678.478.960,belanja
langsungnya
sebesar
Rp.16.714.650.636,- atau 73,70%, Dinas Kelautan dan Perikanan jumlah anggarannya
Rp.8.803.950.700,- belanja langsungnya Rp.7.758.762.700,- atau 88,13%, Dinas
Peternakan Rp.10.587.871.420,- belanja langsungnya Rp.6.596.253.070,- atau 62,30%,
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Rp.11.877.641.730,- belanja langsungnya sebesar
Rp.11.084.955.750,- atau 93,33%, Dinas Pekerjaan Umum Rp.66.950.507.719,- belanja
langsungnya sebesar Rp.63.075.754.134,- atau 94,21%. SKPD yang porsinya paling
kecil adalah Dinas Peternakan sedangkan SKPD yang terbesar adalah Dinas
Pekerjaan Umum. Jika dihitung rata-rata serapan aspirasi masyarakat melalui belanja
langsung adalah sebesar 83,19% artinya jika dilihat dari kriteria afektivitas ke 6
(enam) SKPD tersebut sangat efektif dalam penyerapan aspirasi masyarakat. Jika
dilihap dari serapan program dari masing-masing SKPD adalah : Dinas Pendidikan
Nasional 60%, Dinas Kesehatan 70%, Dinas Kelautan dan Perikanan 73,33% Dinas
Peternakan 44,44%, Dinas Pertanian Tanaman Pangan 50% dan Dinas Pekerjaan
Umum sebesar 80%. Dan di hitung rata-rata sebesar 62,96% atau ukup efektif dalam
penyerapan aspirasi masyarakat.
Kata Kunci : Efektivitas, Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah
72
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Otonomi daerah telah membawa perubahan bagi penyelenggaraan pemerintahan
daerah, dengan terjadinya pergeseran paradigma pembangunan dari sentralistik menjadi
pembangunan partisipatif yang lebih menekankan pada pemberdayaan masyarakat
daerah. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mengisyaratkan adanya desentralisasi fungsi
pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom, yang penyelenggaraannya
dilaksanakan melalui pelimpahan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab
kepada daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kabupaten Sumbawa setiap tahunnya melaksanakan proses perencanaan dan
penganggaran, dimulai dari Musrenbang secara berjenjang dari tingkat desa hingga
kabupaten. Hasil Musrenbang kemudian dipadukan dengan dokumen perencanaan
lainnya yang ada di daerah yang menjadi dasar bagi penetapan Peraturan Kepala Daerah
tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). RKPD akan dijadikan input untuk
proses penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA). Selanjutnya KUA menjadi
referensi bagi penyusunan Prioritas dan Plafond Anggaran Sementara (PPAS) untuk
dibahas antara pemerintah daerah dengan DPRD. Hasilnya disepakati bersama dalam
bentuk nota kesepakatan antara pemerintah daerah dengan DPRD. Berdasarkan nota
kesepakatan tersebut, satuan kerja perangkat daerah (SKPD) mengajukan usulan
anggaran yang disebut Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) untuk diteliti dan dinilai
kelayakannya (berdasarkan urgensi dan ketersediaan dana) oleh Tim Anggaran
Pemerintah Daerah (TAPD) dan menjadi acuan dalam penyusunan rancangan Perda
APBD yang akan disampaikan kepada DPRD.
Rancangan Perda APBD beserta kelengkapannya kemudian dipelajari oleh
Badan Anggaran DPRD dan direspon oleh semua komisi dan fraksi dalam proses
pembahasan anggaran. Hasil pembahasan yang telah disepakati kemudian diajukan ke
pemerintah provinsi untuk dievaluasi sebelum anggaran ditetapkan sebagai suatu
peraturan daerah. Anggaran yang telah ditetapkan menjadi dasar bagi pemerintah daerah
untuk melaksanakan aktivitasnya dalam pemberian pelayanan publik dan acuan bagi
DPRD untuk melaksanakan fungsi pengawasan kebijakan. Dalam proses pembahasan
anggaran di DPRD Kabupaten Sumbawa, rencana kegiatan SKPD tidak jarang
mengalami perubahan dari yang diusulkan semula. Perubahan ini disebabkan karena
dalam proses pembahasan, kegiatan yang diusulkan masing-masing SKPD dianggap
oleh Badan Anggaran Legislatif tidak begitu urgen untuk dilaksanakan disamping tidak
mencerminkan aspirasi masyarakat. Mengacu pada latar belakang masalah tersebut
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian secara mendalam tentang efektivitas
penyerapan aspirasi masyarakat melalui musrenbang dalam APBD Kabupaten
Sumbawa Tahun 2012.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui:
1. Efektivitas penyerapan aspirasi masyarakat hasil Musrenbang dalam APBD
Kabupaten Sumbawa tahun 2012;
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan aspirasi masyarakat hasil
Musrenbang dalam APBD Kabupaten Sumbawa tahun 2012.
73
74
43.385.421.805,- atau 16,7%, sedangkan usulan SKPD menyerap anggaran sebesar Rp.
153.692.246.067,- atau 59,32% dan Rp. 62.029.584.133,- atau 23,94% anggaran untuk
kegiatan lanjutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan aspirasi tersebut
adalah; (1) Ketersediaan anggaran yang terbatas, (2) Kepentingan politik, (3) Kualitas
usulan dan (4) Tingkat kepentingan (urgensi).
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Efektivitas
Menurut Sondang P. Siagian (2001:24) Efektifitas adalah pemanfaatan
sumberdaya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan
sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang
dijalankannya. Menurut Suwondo (2001:12) masyarakat sipil adalah wujud tatanan
masyarakat yang menjadi cita-cita bersama yang ditandai oleh semakin terbukanya
ruang yang lebih besar dalam hubungan peran dan pengaruh antara negara-masyarakatsektor usaha, sehingga masyarakat memperoleh ruang lebih leluasa untuk memainkan
perannya dalam proses penentuan kebijakan melalui cara-cara yang sesuai dengan
prinsip-prinsip demokrasi, partisipasi, kesetaraan dan anti kekerasan. Suwondo
(2001:13) menyatakan bahwa nilai penting yang melekat dalam masyarakat sipil adalah
partisipasi dalam arti peran masyarakat sangat diperhitungkan dalam proses
pengambilan keputusan publik atau masyarakat dapat mewarnai keputusan publik.
Ndraha (1990) menyatakan bahwa dalam perencanaan partisipatif, masyarakat
dianggap sebagai mitra yang turut berperan serta secara aktif baik dalam penyusunan
maupun implementasi rencana. Salah satu wujud partisipasi masyarakat dalam
perencanaan tahunan pembangunan daerah adalah dengan penyampaian aspirasi melalui
forum Musrenbang
2.2.2. Musrenbang
Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disingkat
Musrenbang adalah forum antar pelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan
nasional dan rencana pembangunan daerah. (UU No.25 tahun 2004:6). Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (Musrenbang RKPD)
adalah musyawarah pemangku kepentingan (Stakholder) di tingkat Kabupaten untuk
mematangkan Rancangan Rencana Kerja Daerah (RKPD) yang berdasarkan kompilasi
seluruh Rancangan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) hasil
Forum Gabungan SKPD dengan cara meninjau keserasian antara seluruh rancangan
renja SKPD yang hasilnya nanti akan di gunakan untuk pemutakhiran Rancangan
RKPD.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata
Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Daerah, pasal
18 ayat adalah : Musrenbang RKPD merupakan wahana partisipasi masyarakat di
daerah, Musrenbang RKPD dilaksanakan oleh Bappeda setiap tahun dalam rangka
membahas rancangan RKPD tahun berikutnya, Musrenbang RKPD Kabupaten/Kota
dilaksanakan untuk keterpaduan Rancangan Renja antar SKPD dan antar Rencana
Pembangunan Kecamatan. Pelaksanaan Rangkaian Musrenbang RKPD 2012 secara
umum bertujuan untuk : Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumberdaya
daerah serta pelayanan kepada masyarakat guna peningkatan kesejahteraannya,
mewujudkan manajemen perencanaan yang lebih efektif, efisien, akuntabel dan
75
76
77
pemerintah daerah dan DPRD harus memposisikan dirinya pada posisi yang tepat.
Selain itu, hal tersebut adalah sebuah peluang untuk menunjukkan bahwa pemerintah
daerah dan DPRD bukan sebagai penikmat dana rakyat, akan tetapi dapat berbagi rasa
dengan rakyat dari dana yang tersedia bagi daerah. Masyarakat dalam konteks
pembanguan merupakan unsur utama, oleh sebab itu aspirasi masyarakat menjadi hal
paling dasar yang harus diserap, agar pembangunan yang dilakukan menjadi lebih
bermakna dan terarah. Tanpa adanya aspirasi masyarakat, maka pembangunan akan
bermakna ganda, yaitu: Pertama, sebagai ajang tipu daya elit kepada masyarakat.
Kedua, sebagai perwujudan demokrasi palsu, sebab pembangunan tidak lebih sebagai
gagasan dan kepentingan elit belaka. Menurut Bank Dunia (2005:3) aspirasi adalah
kemampuan untuk mempengaruhi dan mendukung dalam proses pembangunan.
III. KERANGKA KONSEPTUAL
Gambar 1.
Kerangka Konseptual
78
79
80,000,000,000
60,000,000,000
RKPD
40,000,000,000
APBD
20,000,000,000
MASYARAKAT
0
Diknas
Dikes
DKP
Disnak Distan
DPU
Gambar 1.
Perbandingan RKPD, APBD Tahun 2012
20
15
APBD
10
MUSRENBANG
SKPD
5
0
Diknas
Dikes
DKP
Disnak
Distan
DPU
Gambar 2.
Penyerapan Program dari Aspirasi Masyarakat Hasil Musrenbang
APBD Tahun2012
120
100
80
60
APBD
40
MUSRENBANG
20
SKPD
0
Diknas Dikes
DKP
Disnak
Distan
DPU
Gambar 2.
Penyerapan Kegiatan dari Aspirasi Masyarakat Hasil Musrenbang
APBD Tahun 2012
80
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Secara keseluruhan, usulan aspirasi masyarakat yang disampaikan melalui forum
Musrenbang rata-rata hanya terserap sebesar 83,19% dalam APBD Tahun 2012.
Adapun faktor-faktor dominan yang mempengaruhi efektivitas penyerapan aspirasi
masyarakat hasil Musrenbang dalam APBD Tahun 2012: Usulan masyarakat hasil
Musrenbang harus didasarkan dengan data-data yang akurat, sehingga mudah untuk
diimplementasikan. Forum Musrenbang telah mampu menjaring program dan kegiatan
usulan masyarakat. Serta Masuknya usulan langsung masyarakat yang lebih lengkap
dan detail mendeskripsikan rasionalisasi kegiatan dan urgensi pemenuhannya.
6.1 Saran-Saran
Selanjutnya peneliti mengajukan beberapa saran sebagai rekomendasi praktis
untuk lebih meningkatkan efektivitas penyerapan aspirasi masyarakat hasil Musrenbang
dalam Anggaran dan Belanja Daerah (APBD):
1. Salah satu faktor penting efektifitas penyerapan aspirasi masyarakat hasil
Musrenbang adalah dalam penyusunan program kerja harus mengacu pada bobot
prioritas dan urgensi sebagaimana sejatinya hajat dari perencanaan. Sehingga
kedepan perlu ada pembenahan dalam mekanisme penentuan program yang terserap
dalam dokumen Renja Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
2. Musrenbang sebagai forum Multi Stakeholder dalam pelaksanaannya harus betulbetul memperhatikan keterlibatan seluruh unsur, tidak terkecuali kelompok miskin
dan perempuan. Hal tersebut untuk memberi garansi bahwa hasil Musrenbang betulbetul menjadi forum yang mengakomodasi kepentingan berbagai unsur dalam
masyarakat.
3. Untuk mengeliminir distorsi aspirasi masyarakat hasil Musrenbang, maka reses
anggota DPRD harus bersamaan dengan jadwal Musrenbang, sehingga hasil reses
dan aspirasi DPRD juga merupakan bagian yang tidak terpisah dari hasil
Musrenbang.
81
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. S. 2008. Strategi Kebijakan dalam Pembangunan dan Ekonomi Politik.
Suara Bebas, Jakarta.
Anonim. 2007. Musrenbang Sebagai Instrumen Efektif Dalam Penganggaran
Partisipatif. USAID dan LGSP, Jakarta.
Bank Dunia. 2005. Pembangunan Berspektif Gender. Dian Rakyat, Jakarta.
Bastian, I. 2006. Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintahan Daerah di
Indonesia. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Halim, A. 2001. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Pertama UPP
AMP YKPN, Yogyakarta.
Iskandar, D. 2008. Penguatan Peran Masyarakat Sipil Dalam Mengurangi Distorsi
Perencanaan Pembangunan di Kabupaten Sumbawa. Tesis S-2, Magister
Ekonomika Pembangunan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.