Anda di halaman 1dari 93

PENGARUH PENDIDIKAN TERHADAP PENDAPATAN PEGAWAI NEGERI

SIPIL (PNS) DI KANTOR KECAMATAN LABUHAN BADAS


Eddy Rusmanto
ANALISIS EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PEMUNGUTAN RETRIBUSI
TERMINAL DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT TAHUN 2005-2011
Ellynda
STUDI PERBANDINGAN (KOMPARASI) PENERIMAAN SAMSAT SEBELUM DAN SESUDAH ADANYA PELAYANAN SAMSAT KELILING DI KABUPATEN SUMBAWA (Studi Kasus Di Unit Pelayanan Teknis Daerah atau UPTD Pelayanan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Sumbawa )

Erwin Saris
PENGARUH PROMOSI TERHADAP PERKEMBANGAN GADAI EMAS
PADA BANK MANDIRI SYARIAH KCP SUMBAWA TAHUN 2013
Ipung Kurniawan
ANALISIS PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI
USAHA PAVING BLOK DI DESA JOROK PADA UD. CAHAYA BARU TAHUN 2013
Serly Ardiansyah
PENGARUH EVALUASI TUGAS DAN PENDAPATAN TERHADAP ETOS
KERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN
SUMBAWA 2013
Elly Herdy Kusumawaty
ANALISIS NILAI EKONOMIS PROGRAM DAN KEGIATAN SEKRETARIAT
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) KABUPATEN
SUMBAWA BARAT TAHUN 2010-2011
Yulia Fitria

PUSAT RISET EKONOMI DAN PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SAMAWA
2014

Diterbitkan oleh:

PUSAT RISET EKONOMI DAN PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SAMAWA
TAHUN 2014

Diterbitkan oleh:
PUSAT RISET EKONOMI DAN
PEMBANGUNAN
Fakultas Ekonomi
Universitas Samawa (UNSA)

Pelindung & Penasehat


Prof. Dr. Syaifuddin Iskandar, M.Pd.

Pengarah
Syafruddin

Pemimpin Redaksi
Suprianto

Redaktur Pelaksana
Wahyu Haryadi
Ika Fitriyani

Alamat Redaksi:
Kampus Fakultas Ekonomi
Universitas Samawa
Jl. Raya By Pass Sering Unter
Iwes
Sumbawa Besar NTB
Telp./Faks. (0371) 625848

Redaktur Ahli
I Nyoman Sutama
Elly Karmeli
Nining Sudiyarti
Subhan Purwadinata
A. Rahman
Kamaruddin
Vivin Fitryani
Yayat Fitriani
Ishak Rahman

DAFTAR ISI
PENGARUH PENDIDIKAN TERHADAP PENDAPATAN PEGAWAI
NEGERI SIPIL (PNS) DI KANTOR KECAMATAN LABUHAN
BADAS ..........................................................................................................
1
Eddy Rusmanto
ANALISIS EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PEMUNGUTAN RETRIBUSI
TERMINAL DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT
TAHUN 2005-2011 ......................................................................................
11
Ellynda
STUDI PERBANDINGAN (KOMPARASI) PENERIMAAN SAMSAT
SEBELUM DAN SESUDAH ADANYA PELAYANAN SAMSAT
KELILING DI KABUPATEN SUMBAWA (Studi Kasus Di Unit Pelayanan
Teknis Daerah atau UPTD Pelayanan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Sumbawa ) ....................................................................................................
25
Erwin Saris
PENGARUH PROMOSI TERHADAP PERKEMBANGAN GADAI EMAS
PADA BANK MANDIRI SYARIAH KCP SUMBAWA TAHUN 2013 .
39
Ipung Kurniawan
ANALISIS PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA TERHADAP
PRODUKSI USAHA PAVING BLOK DI DESA JOROK PADA UD.
CAHAYA BARU TAHUN 2013 ................................................................
49
Serly Ardiansyah
PENGARUH EVALUASI TUGAS DAN PENDAPATAN TERHADAP
ETOS KERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM
KABUPATEN SUMBAWA 2013 ...............................................................
58
Elly Herdy Kusumawaty
ANALISIS NILAI EKONOMIS PROGRAM DAN KEGIATAN
SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD)
KABUPATEN SUMBAWA BARAT TAHUN 2010-2011........................
78
Yulia Fitria

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

PENGARUH PENDIDIKAN TERHADAP PENDAPATAN PEGAWAI NEGERI


SIPIL (PNS) DI KANTOR KECAMATAN LABUHAN BADAS

Oleh:
Eddy Rusmanto

ABSTRAK
Pembangunan ekonomi dan pembangunan sumberdaya manusia merupakan dua hal
yang penting dilakukan. Pembangunan ekonomi yang diukur berdasarkan pendapatan
perkapita menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan. Maka dari
itu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat salah satunya diperlukan pendidikan
untuk kebutuhan dasar dalam kehidupan serta sebagai faktor yang dominan dalam
pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Permasalahan yang dikaji dalam
penelitian ini adalah: (1) apakah ada pengaruh pendidikan terhadap pendapatan PNS
di Kantor Kecamatan Labuhan Badas dan (2) Seberapa besar pengaruh tingkat
pendidikan terhadap pendapatan PNS di Kantor Kecamatan Labuhan Badas. Penelitian
ini bertujuan (1) mengetahui ada tidaknya pengaruh pendidikan terhadap pendapatan
PNS di Kantor Kecamatan Labuhan Badas dan (2) mengetahui seberapa besar
pengaruh pendidikan tersebut terhadap pendapatan PNS di Kantor Kecamatan
Labuhan Badas. Populasi penelitian ini adalah masyarakat PNS di Kantor Kecamatan
Labuhan Badas yaitu berjumlah 24 orang. sampel diambil dari populasi harus betulbetul representative (mewakili). Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 510% atau 15-20% akan tetapi karena jumlah populasi yang relatif kecil maka
semuanya populasi dijadikan subjek penelitian. Ada 2 variabel yang dikaji dalam
penelitian ini, yaitu: (1) tingkat pendidikan (variable dependent) (2) pendapatan PNS
(variable independent). Metode pengumpulan data adalah (1) wawancara, (2)
observasi/pengamatan, (3) Dokumentasi. Data yang dikumpulkan dianalisis denagan
tekhnik Regeresi Linier sederhana dan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan PNS di Kantor
Kecamatan Labuhan Badas. Hal ini ditunjukkan nilai t-statistik sebesar 16.407 dan t
table sebesar 4.528 pada = 5% (0.05: 98) dengan melakukan pengujian satu sisi
berarti nilai t statistik > t table atau H diterima dan Ho ditolak. Besarnya kontribusi
nyata yang diberikan oleh tingkat pendidikan adalah sebesar 48,2% sedangkan sisanya
52,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam estimasi yaitu, jenis
kelamin, umur dan masa kerja.
Kata Kunci: Pendidikan, Pendapatan

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi dan pembangunan sumberdaya manusia merupakan dua
hal yang penting dilakukan. Pembangunan ekonomi yang diukur berdasarkan
pendapatan perkapita menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan.
Pendapatan perkapita juga dijadikan salah satu ukuran kesejahteraan penduduk.
Pembangunan ekonomi harus ditunjang dengan pembangunan sumberdaya manusianya.
Hal ini menjadi sangat penting untuk pembangunan selanjutnya. Maka dari itu untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat salah satunya diperlukan pendidikan untuk
kebutuhan dasar dalam kehidupan serta sebagai faktor yang dominan dalam
pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas.
Permasalahan pengaruh endidikan terhadap pendapatan masyarakat pegawai
negeri sipil (PNS) di Kantor Kecamatan Labuhan Badas adalah Pendidikan merupakan
kebutuhan dasar dalam kehidupan untuk peningkatan pendapatan masyarakat, akan
tetapi masyarakat kecamatan Labuhan Badas masih banyak yang belum sadar akan
pentingnya pengaruh pendidikan dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena hal itu,
dalam kehidupan masyarakat Kecamatan Labuhan Badas terdapat pekerjaan yang
bervariasi karena latar belakang pendidikan yang berbeda, Sehingga bervariasi pula
pendapatannya.
Pendapatan adalah semua penghasilan yang didapat oleh keluarga baik berupa
uang ataupun jasa. Setiap orang berhak untuk mencari nafkah dalam upaya untuk
mencukupi kebutuhan hidup sehingga pendapatan dapat mempengaruhi seseorang untuk
mengejar apa yang mereka cita-citakan. Untuk masyarakat yang mempunyai
penghasilan yang kecil, mereka berupaya hasil dari pekerjaannya hanya untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk keluarga yang berpenghasilan menengah
mereka lebih terarah kepada pemenuhan kebutuhan pokok yang layak seperti makan,
pakaian, perumahan, pendidikan dan lain-lain. Sedangkan keluarga yang berpenghasilan
tinggi dan berkecukupan mereka akan memenuhi segala keinginan yang mereka
inginkan termasuk keinginan untuk menyekolahkan anak mereka ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.
Pemerintah Kecamatan Labuhan Badas harus memperhatikan masyarakat yang
kurang mampu dalam menempuh atau mengenyam dunia pendidikan agar diberikan
bantuan dana atau beasiswa kepada masyarakat tersebut agar terciptanya ekonomi
masyarakat yang lebih baik. Sejalan dengan keterangan di atas, maka penulis tertarik
mengangkat masalah ini menjadi sebuah penelitian yang berjudul; Pengaruh Pendidikan
Terhadap Pendapatan PNS di Kantor Kecamatan Labuhan Badas.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka permasalahan yang akan dikaji
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh pendidikan terhadap pendapatan PNS di Kantor Kecamatan
Labuhan Badas?
2. Seberapa besar pengaruhnya terhadap pendapatan PNS di Kantor Kecamatan
Labuhan Badas?

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan pada acuan judul di atas maka pembahasan yang akan dibuat
penyusun dapat disimpulkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pendidikan terhadap pendapatan PNS di Kantor Kecamatan Labuhan Badas
dan seberapa besar pengaruhnya?
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Sebelumnya
Penelitian Fadila dengan judul Analisis Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap
Pendapatan Individu di Sumatera Barat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
pengaruh tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin dan lokasi terhadap tingkat pendapatan
yang diperolehnya. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa faktor pendidikan, usia, jenis
kelamin dan lokasi berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendapatan individu di
Sumatera Barat. Secara bersama-sama, variabel tersebut berpengaruh terhadap
pembentukan tingkat pendapatan individu. Penelitian Mitrasari dengan judul pengaruh
investasi pendidikan terhadap pendapatan individu di Indonesia. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan yang
ditamatkan terhadap tingkat pendapatan individu di lndonesia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: faktor yang mempengaruhi penghasilan seseorang selain
pendidikan adalah jenis kelamin usia dan faktor lokasi. Dari hasil regresi menunjukkan
bahwa pendidikan, jenis kelamin, dan usia dan faktor lokasi berpengaruh signifikan
terhadap penghasilan yang didapatkan seseorang. dapat dilihat dari hasil uji bahwa
tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendapatan individu,
dimana semakin tinggi tingkat pendidikan, tingkat pendapatan iuga akan meningkat.
Faktor usia juga berpengaruh terhadap tingkat pendapatan.
Sedangkan penelitian yang dilakukan Setiawan dengan judul Pengaruh Umur,
Pendidikan, Pendapatan, Pengalaman Kerja Dan Jenis Kelamin Terhadap Lama
Mencari Kerja Bagi Tenaga Kerja Terdidik di Kota Magelang tahun 2006 yang
menyatakan bahwa Adanya ketidakseimbangan antara jumlah angkatan kerja dengan
besarnya kesempatan kerja mengakibatkan muncul masalah pengangguran tenaga kerja
terdidik. Salah satu syarat memasuki pasar kerja adalah diperlukannya tingkat
pendidikan yang dapat menunjang suatu pekerjaan tertentu. Pendidikan formal dianggap
sebagai investasi yang berguna untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang pekerja, maka semakin tinggi pula
produktivitas yang dimilikinya.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pendidikan
Pendidikan berasal dari dua kata yang berasal dari bahasa yang berbeda yaitu
kata pedagogi (pendidikan) yang berasal dari bahasa latin dan kata pedagogia (ilmu
pengetahuan) yang berasal dari bahasa Yunani. Pedagogi dan pedagogia terdiri dari dua
kata yaitu paedos (anak) dan agoge (membimbing). Sedangkan paedagogos ialah
seorang pelayan atau bujang pemuda. Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar
untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

berlangsung seumur hidup. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal.


Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan, organis,
harmonis, dinamis, guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Pendidikan berkaitan erat
dengan segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan fisik, kesehatan,
keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai pada perkembangan iman.
Dalam encyclopedia Americana 1978 seperti dikutip dari Kartono, 1977 (hal.12)
menyebutkan bahwa:
a. Pendidikan merupakan sembarang proses yang dipakai individu untuk memperoleh
pengetahuan atau wawasan, atau mengembangkan sikap-sikap ataupun
keterampilan-keterampilan.
b. Pendidikan adalah segala perbuatan yang etis, kreatif, sistematis, dan intensional,
dibantu oleh metode dan teknik ilmiah, diarahkan pada pencapaian tujuan
pendidikan tertentu.
Menurut Undang- Undang No. 2 tahun 1999, pengukuran tingkat pendidikan
formal digolongkan menjadi 4 (empat), yaitu:
a. Tingkat pendidikan sangat tinggi yaitu minimal pernah menempuh pendidikan
tinggi
b. Tingkat pendidikan tinggi yaitu pendidikan SLTA/sederajat
c. Tingkat pendidikan sedang yaitu pendidikan SMP/sederajat
d. Tingkat pendidikan rendah yaitu pendidikan SD/sederajat
Selain dari keempat pengukuran tingkat pendidikan formal, adapun teori-teori
pendidikan antara lain:
1. Teori Koneksionisme
Edward Lee Thorndike adalah tokoh psikologi yang mampu memberikan pengaruh
besar terhadap berlangsungnya proses pembelajaran. Teorinya dikenal dengan teori
Stimulus-Respons. Menurutnya, dasar belajar adalah asosiasi antara stimulus (S)
dengan respons (R). Stimulus akan memberi kesan kepada panca indera, sedangkan
respons akan mendorong seseorang untuk melakukan tindakan, asosiasi seperti itu
disebut Connection. Prinsip itulah yang kemudian disebut sebagai Teori
Connectionism.
2. Teori Classical Conditionins
Tokoh yang mengemukakan teori ini adalah Ivan Petrovich Pavlov, warga Rusia
yang hidup pada tahun 1849-1936. Teorinya adalah tentang conditioned reflects.
Pavlov mengadakan penelitian secara intensif mengenai kelenjar ludah. Penelitian
yang dilakukan Pavlov menggunakan anjing sebagai objeknya. Anjing diberi
stimulus dengan makanan dan isyarat bunyi, dengan asumsi bahwa suatu ketika
anjing akan merespon stimulan berdasarkan kebiasaan. Ketika akan makan, anjing
mengeluarkan liur sebagai isyarat dia siap makan. Hasilnya, anjing tetap
mengeluarkan liur dengan anggapan bahwa di balik bunyi itu ada makanan. Melalui
penemuannya, Pavlov meletakkan dasar behaviorisme (memahami prilaku
individu) sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi berbagai penelitian mengenai
proses belajar dan pengembangan teori-teori belajar. Prinsip belajar menurut Pavlov
adalah sebagai berikut:

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

1. Belajar adalah pembentukan kebiasaan dengan cara menghubungkan/


mempertautkan antara perangsang (stimulus) yang lebih kurang dengan
perangsang yang lebih lemah.
2. Proses belajar terjadi apabila ada interaksi antara organisme dengan lingkungan.
3. Belajar adalah membuat perubahan-perubahan pada organisme/individu.
4. Setiap perangsang akan menimbulkan aktivitas otak.
5. Semua aktivitas susunan saraf pusat diatur oleh eksitasi (perangsangan/tenaga)
2.2.2. Pendapatan
Pendapatan secara umum adalah jumlah yang diterima oleh golongan
masyarakat sebagai balas jasa berhubungan dengan barang-barang dan jasa-jasa
(Sumitro Djojohadikusumo, 1995: 1999). Menurut Soedarsono Hadisaputra (1983: 87)
yang dimaksud dengan pendapatan adalah sebagian pendapatan total yang dianggap
jumlah dari seluruh modal yang digunakan dalam usahanya.
Pendapatan merupakan nilai barang dan jasa-jasa yang diproduksi dalam suatu
perekonomian, ini berarti bahwa walaupun barang yang diciptakan dalam berbagai
kegiatan ekonomi tetapi tidak dinyatakan secara demikian. Pendapatan dihitung dengan
menentukan nilai uang dari berbagai nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu
perekonomian (Sadono Sukirno, 1985:53). Pendapatan atau dapat juga disebut
keuntungan, adalah merupakan selisih antara penerimaan total dengan biaya total.
Dimana biaya itu terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap (Soekartawi, 2002).
rumus menghitung biaya pendapatan
Y =C+I
Y = Pendapatan
C = Konsumsi
I = Investasi
Konsep dasar pendapatan adalah bahwa pendapatan merupakan proses arus,
yaitu penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan selama jarak waktu tertentu. Proses
arus tersebut yaitu: Pada waktu penyelesaian kegiatan utama, Pada saat dijadikan
kejadian teoritis, Setelah pertukaran terjadi
Dalam PSAK (Pedoman Standar Akuntansi Keuangan) No. 23.7 dinyatakan
bahwa pendapatan hanya terdiri dari arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
diterima atau yang dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Ada tiga unsur
dalam pendapatan yaitu sebagai berikut:
a. Penjualan hasil produksi barang dan jasa merupakan unsur pendapatan pokok
perusahaan.
b. Imbalan yang diterima atas penggunaan aktiva atau sumber-sumber ekonomi
perusahaan oleh pihak lain dapat menjadi unsur pendaptan lain-lain bagi perusahaan
jenis lain.
c. Penjualan aktiva di luar barang dagang merupakan unsur pendapatan lain-lain suatu
perusahaan.
Adapun jenis pendapatan ini dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Pendapatan yang diperoleh dari pengguna aktiva atau sumber ekonomi perusahaan
oleh pihak lain. Contohnya: pendapatan bunga, sewa, royalti, dan lain-lain.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

b. Pendapatan yang diperoleh dari penjualan aktiva diluar barang dagangan atau hasil
produksi. Contohnya: penjualan surat surat berharga, penjualan aktiva tidak
berwujud (gain on sales of fixed assets).
Selain itu adapun sumber dari pendapatan antara lain: Transaksi modal atau
pendanaan yang mengakibatkan adanya tambahan dana yang ditanamkan oleh
pemegang obligasi dan pemegang saham, Laba dari penjualan aktiva yang bukan berupa
produk perusahaan seperti aktiva tetap, surat berharga atau penjualan anak/cabang
perusahaan, hadiah, sumbangan atau penemuan, revaluasi aktiva, penyerahan produk
perusahaan, yaitu aliran hasil penjualan produk.
2.2.3. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Pegawai negeri sipil (PNS) adalah setiap Warga Negara Republik Indonesia
yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang
dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau, diserahi tugas Negara lainnya dan
digaji berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. DP3 atau Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan PNS tersebut, tertuang dalam PP Nomor 10 Tahun 1979, terdiri
atas delapan norma-norma sikap perilaku: Kesetiaan, Prestasi Kerja, TanggungJawab,
Ketaatan, Kejujuran, Kerjasama, Prakarsa dan Kepemimpinan
Kantor Menpan tahun 2002 menemukan dan mengidentifikasi adanya Pola Pikir
Negatif (Pola Pikir Tetap) PNS yang tercermin dalam bentuk 24 hambatan atau
permasalahan perilaku budaya kerja paratur pemerintahan, yaitu pola pikir Negatif
(Tetap) seorang PNS yaitu: Komitmen dan konsistensi terhadap visi dan misi
organisasi masih rendah, Sering terjadi penyimpangan dan kesalahan dalam kebijakan
publik yang berdampak luas kepada masyarakat, Pelaksanaan kebijakan jauh berbeda
dari yang diharapkan, Terjadi arogansi pejabat dan penyalahgunaan kekuasaan,
Pelaksanaan wewenang dan tangung jawab aparatur saat ini belum seimbang, Dalam
praktek di lapangan sulit dibedakan antara ikhlas dan tidak ikhlas, jujur dan tidak
jujur,pejabat yang KKN akan menyebabkan KKN meluas pada pegawai, dunia usaha
dan masyarakat, Gaji pegawai yang rendah/kecil dibandingkan dengan harga
barang/jasa lainnya, Banyak aparatur yang integritas, loyalitas dan profesionalnya
rendah, Belum adanya sistem merit yang jelas untuk mengukur kinerja pegawai dan
tindak lanjut hasil penilaiannya., Kreativitas karyawan kurang mendapat perhatian
atasan, Kepekaan terhadap keluhan masyarakat dinilai masih rendah, Ada
kecenderungan para pemimpin tidak mau mengakui kesalahan di depan bawahan, Sifat
individualisme lebih menonjol dibandingkan kebersamaan, Budaya KKN yang
menjiwai sebagian aparat, Tingkat kesejahteraan yang kurang memadai, Banyak
aparatur belum memahami makna keadilan dan keterbukaan.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian dan Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian diskriptif dengan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif. Pengertian diskriptif kualitatif adalah suatu metode dalam
meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran
atau dalam kelas peristiwa masa sekarang. Tujuan dari penelitian diskriptif ini adalah

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

untuk menggambarkan atau melukiskan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nasir, 1999: 63).
Menurut Suharsimi (2002: 18) penelitian deskriptif dimaksudkan untuk
mendeskriptifkan suatu situasi atau area populasi tertentu yang bersifat faktual secara
sistematis dan akurat. Oleh karena itu, penelitian ini adalah untuk memberikan
gambaran tentang pengaruh pendidikan dan pendapatan pada golongan PNS di
Kecamatan Labuhan Badas.
3.2. Populasi / Sampel
Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian, semua elemen yang ada di
dalam wilayah penelitian (Arikunto, 1998: 115). Berdasarkan pengertian di atas, maka
populasi yang di maksud dalam penelitian ini adalah PNS di Kantor Kecamatan
Labuhan Badas yaitu berjumlah 24 orang. Sedangkan Sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007: 91). Sampel
dalam penelitian ini sebanyak 24 orang, jadi sampel dalam penelitian ini adalah sampel
jenuh.
3.3. Tehnik Pengumpulan data
Tehnik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
wawancara, observasi dan dokumentasi. Wawancara informasi merupakan salah satu
metode pengumpulan data untuk memperoleh data dan informasi dari narasumber
secara lisan. Proses wawancara dilakukan dengan cara tatap muka secara langsung
dengan narasumber. Dalam proses wawancara interviewer mengajukan pertanyaan, baik
dengan meminta penjelasan dan jawaban dari pertanyaan yang diberikan dan membuat
catatan mengenai hal-hal yang diungkapkan kepadanya. Observasi atau pengamatan
yaitu tehnik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung
atas berbagai fenomena yang terjadi. Dokumentasi, Dokumentasi berasal dari kata
dokumen yang artinya barang-barang tertulis didalam melaksanakan metode
dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,
peraturan dan sebagainya.
3.4. Klasifikasi Variabel
Untuk memudahkan dalam analisis dan untuk menghindari kesalahan-kesalahan
dalam pengumpulan data tersebut, maka variabel-variabel perlu diidentifikasi terlebih
dahulu. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu Pendidika dan
Pendapatan PNS. Klasifikasi variabel yang menjadi obyek penelitian ini adalah:
a. Variabel terikat (dependent) yaitu variabel yang di pengaruhi oleh variabel lain.
Dalam penelitian ini variabel terikat adalah pendapatan PNS.
b. Variabel bebas (independent) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain baik
secara parsial maupun simultan. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas
adalah pendapatan pendidikan PNS.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

3.5. Definisi Operasional Variabel


a. Pendidikan adalah tingkat atau jenjang pendidikan PNS di Kantor Kecamatan
Badas baik tingkat SMA maupun perguruan tinggi.
b. Pendapatan PNS adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh PNS di Kantor
Kecamatan Labuhan Badas.
3.6. Tehnik Analisis Data
Data pengaruh pendidikan terhadap pendapatan PNS di Kantor Kecamatan
Labuhan Badas dianalisa dengan menghitung persentasi dengan cara menggunakan
Analisis Regresi linier sederhana. Pendidikan dikategorikan dalam dua katagori yaitu 0
untuk pendidikan menengah dan 1 untuk pendidikan tinggi. Regresi linier sederhana
adalah analisis regresi yang menjelaskan hubungan antara peubah respon (variabel
dependen) dengan satu prediktor (variabel independen). Tujuan analisis regresi linier
sederhana adalah untuk mengukur intensitas hubungan antara variabel prediksi
perkiraan nilai Y atas X dengan persamaan sebagai berikut:
Y = a + bx + e
Keterangan:
Y = Pendidikan
a = konstanta
b = Parameter Regresi
X = Pendapatan PNS
e = Error
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai konstanta dan koefisien regresi sebagai
berikut:
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Model
1

Std. Error

(Constant)

2709753.333

165158.761

Pendidikan

1221313.333

269703.128

Standardized
Coefficients
Beta

.695

Sig.

16.407

.000

4.528

.000

a. Dependent Variable: Pendapatan

Dari Hasil perhitungan diperoleh nilai t-statistik sebesar 4,528 dengan


probabilita sebesar 0,000. Jika dibandingkan dengan taraf signifikansi 5% (0,05) maka
dapat diketahui bahwa 0,000 < 0,05 sehingg Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti
bahwa variabel pendidikan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan dan hasil
pengujian sesuai dengan hipotesis.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

Setelah melakukan estimasi model empiris yang terpilih yaitu model linier,
maka untuk melakukan pembahasan lebih lanjut semua besaran konstanta dan koefisien
hasil regresi pada tabel dimasukkan kedalam persamaan.
Pendapatan = 2709753.333+4.528X
Konstanta sebesar 2709753.333 memberikan arti bahwa jika tidak ada Pendidikan maka
pendapatan PNS sebesar 2709753.333 Koefisien variabel penjelas pendidikan sebesar
1221313.333 memberikan arti bahwa meningkatnya pendidikan PNS sebesar satu
satuan akan mendorong peningkatan pendapatan PNS sebesar Rp.1.221.313,333,dengan asumsi cateris paribus.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa
tingkat pendidikan mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan PNS Di
Kantor Kecamatan Labuhan badas. Hal ini berarti bahwa kenaikan indeks pada tingkat
pendidikan akan diikuti kenaikan indeks pendapatan yang signifikan pada lingkungan
PNS Di Kantor Kecamatan Labuhan Badas. Sebaliknya jika terjadi penurunan pada
variabel tingkat pendidikan maka pendapatan juga menurun.
5.2. Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang diajukan adalah sebagai
berikut: Pihak Pemda Kabupaten Sumbawa pada umumnya dan Pemerintah Kecamatan
Labuhan Badas khususnya perlu memperhatikan pendidikan PNS yaitu dengan
melaksanakan pelatihan yang berorientasi pada peningkatan pelayanan publik melalui
penguasaan teknologi dan memberikan sanksi bagi PNS yang dianggap tidak produktif.
Serta perlu dilakukan penelitian di wilayah Kecamatan lain di Kabupaten Sumbawa
guna mengetahui perbandingan tingkat pendapatan PNS serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

10

DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. 2001. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas. Fakultas Ekonomi UI, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Djojodipuro, Marsudi. 1994. Pengantar Ekonomi Untuk perencanaan, Universitas
Indonesia (UI-Press), Jakarta.
Djojohadikusumo, Sumitro. 1987. Pembangunan Ekonomi Indonesia. Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta.
Djumransjah, H.M. 2004. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bayumedia
Malang.

Publishing,

Riyanto, Yatim. 1995. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kualitatif dan Kuantitatif.


Unesa University Press.
Hadi, Sutrisno. 1991. Metodelogi Research, Jilid II. Andi Offset, Yogyakarta.
Kuncoro, Mudrajad. 1995. Desentralisasi fiskal Di Indonesia Dilema Otonomi dan
Ketergantungan, Prisma, April 2005
Mangkunegara, A.A.A.P. 2003. Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia. Refika Aditama, Bandung.
Nawawi, Hadari. 1995. Instrument Penelitian Bidang Sosial. Gajahmada University
Press, Yogyakarta.
Sugiyono, Dr. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Alfabeta, Jakarta.
Surakhmad, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode, dan Tekhnik.
Tarsit, Bandung.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

11

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PEMUNGUTAN


RETRIBUSI TERMINAL DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT
TAHUN 2005-2011
Oleh :
Ellynda

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektifitas dan efisiensi pemungutan
retibusi terminal Kabupaten Sumbawa Barat selama tahun 2005-2011. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bermaksud
melakukan penggambaran keadaan UPTD Terminal dan pendekatan kuantitatif untuk
mengetahui data target retribusi terminal, data realisasi retribusi terminal dan data
biaya pemungutan retribusi terminal yang bersumber dari data sekunder. Data ini
berasal dari UPTD Pengelolaan Terminal, Dishubkominfo dan Dinas Pendapatan dan
Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD). Dengan menerapkan rumus pendekatan
efektifitas dan efisiensi pemungutan retribusi terminal, hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa dalam melakukan pemungutan retribusi terminal pemerintah daerah Kabupaten
Sumbawa Barat cukup berhasil merealisasikan target penerimaan pendapatan hampir
sesuai dengan target yang ditetapkan dan biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan
target penerimaan pendapatannya cukup kecil dalam mewujudkan tujuan. Hal ini bisa
dilihat dari perhitungan tingkat efektifitas retribusi terminal diperoleh dari
perbandingan rasio realisasi penerimaan terhadap target penerimaan retribusi
terminal Kabupaten Sumbawa Barat periode tahun 2005 2011 termasuk kriteria
sangat efektif karena prosentase rata-rata yakni diatas 100%. Tingkat efisiensi
retribusi terminal diperoleh dari hasil perbandingan antara biaya pungut dengan
realisasi penerimaan retribusi terminal Kabupaten Sumbawa Barat periode tahun 2005
2011 termasuk criteria sangat efisien karena prosentase rata-rata yakni kurang dari
60%.
Kata Kunci: Retribusi Terminal, Efektifitas dan Efisiensi.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

12

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan bergulirnya otonomi daerah, telah merubah paradigma
penyelenggaraan pemerintah di daerah dimana kekuasaan yang bersifat sentralistik
merubah menjadi desentralistik dapat memberikan otonomi yang seluas-luasnya
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, kemudian diganti
dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 selanjutnya disingkat dengan sebutan
UU No. 32/2004. Perubahan kebijakan pengaturan pemerintahan daerah tersebut
diselaraskan dengan adanya perubahan kebijakan terhadap pajak dan retribusi daerah
sebagai landasan dalam menggali potensi pendapatan daerah khususnya Pendapatan
Asli Daerah, yakni Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1987, kemudian dirubah dengan
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 1987 tentang Pajak Daerah dan Retribusi, selanjutnya disingkat
dengan sebutan UU No. 34/2000.
Keserasian dan keselarasan kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah secara
otonom dengan kebutuhan measyakat merupakan landasan bagi terwujudnya
pemerintahan dan pembangunan yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat sehingga terwujud pula peningkatan kualitas pelayanan. Dengan
diberikannya kewenangan dan tanggung jawab kepada daerah kabupaten dalam
mengurus rumah tangganya sendiri, maka akan semakin meningkat interaksi langsung
antara aparat pemerintah dan masyarakat. Aparat dituntut untuk dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan, Sejalan dengan tuntutan kemajuan dunia yang menuju era globalisasi, maka
peningkatan efektifitas dan efisiensi sangat mendesak untuk dilaksanakan. Peningkatan
wawasan dan pendidikan masyarakat disuatu daerah akan menciptakan situasi dimana
masyarakat akan menuntut peningkatan kualitas pelayanan dari pemerintah.
Retribusi Terminal merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah yang
pada umumnya dapat digali oleh Pemerintah Daerah. Dengan berdasarkan hal tersebut,
maka pemerintah daerah mengharapkan sumber pendapatan dari retribusi daerah ini
dapat terus meningkat setiap tahunnya sehingga pembangunan daerah akan berjalan
lancar apabila tersedianya dana yang cukup. Keberhasilan dari retribusi terminal sudah
barang tentu banyak bergantung dari beberapa hal atau faktor-faktor yang
mempengaruhinya. ukuran keberhasilan pada realisasi pendapatan retribusi terminal
tersebut dapat dilihat dari realisasi penerimaan retribusi, berdasarkan karekteristik
tersebut diketahui bahwa realisasi dan jumlah kendaraan mengandung hubungan
persamaan matematis yaitu berbanding lurus, yang berarti bila jumlah kendaraan
meningkat maka realisasi juga meningkat. Selain faktor jumlah kendararaan yang
masuk kedalam terminal, ada juga faktor lain yang menjadi faktor penghambat untuk
peningkatan efektifitas dan efisiensi dari pemungutan retribusi terminal yaitu: masih
terdapatnya masyarakat sebagai pengguna jasa terminal yang tidak membayar retribusi
terminal sesuai dengan peraturan dan tarif yang ada, tidak adanya ketegasan atau sanksi
hokum yang tepat bagi masyarakat yang tidak membayar retribusi terminal sebagai
kewajibannya atas penggunaan sarana dan prasarana yang ada di terminal, kurangnya
kesadaran dari para sopir angkutan untuk membayar retribusi terminal dan masih ada

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

13

oknum sopir yang menaikkan dan menurunkan penumpang di luar terminal, adanya
oknum pemungut yang belum mempunyai sikap mental yang jujur serta penuh tanggung
jawab dalam melakukan pengelolaan retribusi terminal dan kurangnya pengawasan di
lapangan baik terhadap masyarakat sebagai wajib retribusi maupun terhadap petugas
pemungut, serta kurangnya sosialisasi dan penyuluhan terhadap peraturan daerah
tentang retribusi terminal, kurangnya kesadaran wajib retribusi sebagai pengguna jasa
dan fasilitas yang ada diterminal termasuk kurangnya minat pihak ketiga untuk
menyewa kios-kios yang disediakan di terminal. Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan diatas, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan retribusi terminal
Kabupaten Sumbawa Barat ke dalam penelitian yang berjudul: Analisis Efektifitas dan
Efisiensi Pemungutan Retribusi Terminal di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 20052011.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
seberapa besar Tingkat Efektifitas Dan Efisiensi Pemungutan Retribusi Terminal
Kabupaten Sumbawa Barat selama Tahun 2005 - 2011?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Efektifitas Dan Efisiensi
Pemungutan Retribusi Terminal Kabupaten Sumbawa Barat selama Tahun 2005-2011.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Sebelumnya
Penelitian Wahyu Irwansyah M (2005),Analisis Efektivitas Dan Efisiensi
Pemungutan Pajak Dan Retribusi Daerah Di Kabupaten Mojokerto. Penelitian ini
dilakukan pada Daerah Kabupaten Mojokerto dengan judul Efektivitas dan Efisiensi
Pemungutan Pajak dan Retibusi Daerah di Kabupaten Mojokerto. Tujuan Penelitian ini
adalah untuk mengetahui seberapa besar efektivitas dan efisiensi pemungutan pajak dan
retribusi daerah yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah, apakah tingkat
efektivitas dan efisiensi pemungutan pajak dan retribusi dapat meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Mojokerto. Alat analisis yang digunakan
untuk mengetahui seberapa besar efektivitas dan efisiensi pemungutan pajak dan
retribusi daerah adalah rasio efektivitas dan rasio efisiensi, Hasil analisis menggunakan
analisis rasio efektivitas pemungutan pajak dan retribusi daerah tahun anggaran
1999/2000 sebesar 1,064, tahun 2000 sebesar 0,959 dan tahun anggaran 2001 menjadi
1,048. Hasil perhitungan dengan alat analisis rasio efisiensi. Efisiensi pemungutan pajak
dan retribusi daerah tahun anggaran 1999/2000 sebesar 0,072, tahun anggaran 2000
sebesar 0,079 dan tahun anggaran 2001 menjadi 0,066. Dari hasil analisa rasio apabila
pemungutan pajak dan retribusi daerah efektif dan efisien dapat meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah dan apabila tidak efektif dan efisien akan menurunkan
Pendapatan Asli Daerah.
Selanjutnya penelitian Nurhaidah (2006),Analisis Efektivitas Dan Efisiensi
Pemungutan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Di Kabupaten Bima. Penelitian ini

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

14

merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan pada Dinas Pendapatan Daerah


Kabupaten Bima dengan judul Analisis Efektivitas dan Efisiensi Pemungutan Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah di Kabupaten Bima. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengukur tingkat efektivitas dan efisiensi pemungutan pajak daerah dan retribusi
daerah di Kabupaten Bima dan sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah
Kabupaten Bima dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemungutan pajak
daerah dan retribusi daerah guna meningkatkan kemandirian daerah dalam
penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah yang dilakukan oleh Dinas
Pendapatan Daerah Kabupaten Bima selama tahun anggaran 2003-2005 sudah efisien
tetapi masih belum efektif. Hal ini dapat dilihat dari rasio efektivitas pajak daerah dan
retribusi daerah yang diperoleh pada tahun anggaran 2003 sebesar 97,21% dengan rasio
efisiensi sebesar 18,24%. Pada tahun anggaran 2004, rasio efektivitas pajak daerah dan
retribusi daerah sebesar 72,31% dengan rasio efisiensi sebesar 18,24%. Sedangkan pada
tahun anggaran 2005, rasio efektivitas pajak daerah dan retribusi daerah sebesar 83,72%
dengan rasio efisiensi sebesar 15,92%. Secara keseluruhan rata-rata rasio efektivitas
pajak daerah dan retribusi daerah per tahun sebesar 84,41% dengan rasio efisiensi
sebesar 17,25%.
Sedangkan penelitian Wibisono (2007), Analisis Kontribusi Retribusi Terminal
Penumpang Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lumajang Tahun 2000
2004. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur seberapa besar konstribusi terminal
penumpang terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lumajang Tahun 2000
2004. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penerimaan
Retribusi terminal, PAD, PDRB, Jumlah pengguna jasa, luas lahan dan tarif retribusi.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah analisis kontribusi retribusi terminal,
upaya pemungutan retribusi terminal, efektivitas retribusi terminal dan efisiensi retribusi
terminal penumpang Kabupaten Lumajang. Hasil analisis menunjukkan kontribusi
retribusi terminal penumpang terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Lumajang tahun 2000 sampai dengan 2004 masih belum maksimal. Kontribusi retribusi
terminal penumpang pada kurun waktu lima tahun tersebut terus mengalami penurunan.
Pada tahun 2000 angka kontribusi sebesar 2,35% dan terus menurun pada tahun 2004
sebesar 0,68%. Rata-rata kontribusi retribusi terminal penumpang terhadap pendapatan
asli daerah adalah sebesar 1,76 % pada perhitungan tingkat upaya juga cenderung
mengalami penurunan. Kenaikan tingkat upaya pemungutan hanya terjadi pada tahun
2001, yaitu naik dari 0,0214 pada tahun 2000 menjadi 0,0247 pada tahun 2001. Setelah
itu, terus mengalami penurunan hingga sebesar 0,0174 pada tahun 2004. Efektivitas
retribusi terminal penumpang Kabupaten Lumajang juga cenderung mengalamui
penurunan. Kenaikan hanya terjadi pada Tahun 2002. Efektivitas terendah terjadi pada
tahun 2004 sebesar 73,77%, dan efektivitas tertinggi terjadi pada tahun 2000 sebesar
117%. Rata-rata efektivitas retribusi terminal penumpang di Kabupaten Lumajang
sebesar 95,506% setiap tahunnya dan dapat digolongkan dalam kinerja pemungutan
retribusi yang efektif. Efisiensi retribusi terminal penumpang dari tahun 2000 sampai
dengan tahun 2004 bervariasi antara 8,527% hingga 13,551% dengan rata-rata tingkat
efisiensinya sebesar 10,743% tiap tahunnya sehingga dapat digolongkan dalam kinerja

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

15

pemungutan retribusi yang efisien, karena menunjukkan hasil perhitungan rata-rata


efisiensi kurang dari 60 %.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Efektifitas
Menurut Mahmudi (2007: 92) efektifitas merupakan hubungan antara output
dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian
tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan. Efektifitas
menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan yang
direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi rill
daerah (Halim 2007:234). Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan
efektif apabila rasio yang dicapai minimal sebesar 1 (satu) atau 100%. Dengan demikian
semakin tinggi rasio efektifitas, menggambarkan kemampuan daerah yang semakin
baik. Guna memperoleh ukuran yang lebih baik, rasio efektifitas tersebut perlu
dipasangkan dengan rasio efisiensi yang dicapai pemerintah. Efektifitas menunjukkan
keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan. Oleh karenanya suatu tujuan harus
dinyatakan secara spesifik dan rinci. Semakin tinggi rasio efektifitas yang dicapai
minimal sebesar satu atau 100% berarti kinerja pemerintah daerah semakin baik. Rumus
untuk mengukur tingkat Efektifitas adalah rumus yang digunakan oleh Mardiasmo dan
Makhfatih, (2000:II-5) sebagai berikut:

Efektifitas

Realisasi Penerimaan Retribusi


-------------------------------------------- x 100%
Target Penerimaan Retribusi

Berdasarkan Keputusan Departemen Dalam Negeri (Kepmendagri) Nomor


690.900-327 tahun 1996 tentang Pedoman Penilaian dan Kinerja Keuangan,
menetapkan standarisasi untuk mengukur kriteria Efektifitas adalah sebagai berikut.
Tabel 1.
Prosentase Kriteria Kinerja Efektifitas
Prosentase Kinerja
Kriteria Kinerja
>100%
Sangat Efektif
90% -100%
Efektif
80% -90%
Cukup Efektif
60% -80%
Kurang Efektif
<60%
Tidak Efektif
Sumber : Kepmendagri Nomor 690.900-327
2.2.2. Efisiensi
Kata efisiensi berasal dari kata efisien, yang arti efisiensi menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1993;250) adalah tepat atau sesuai untuk mengerjakan
(menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga dan biaya)
mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat, berdaya guna dan tepat guna.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

16

Menurut Miranda (2003) menyatakan bahwa efisiensi adalah prediksi keluaran/output


pada biaya minimum, atau merupakan rasio antara kuantitas sumber yang digunakan
dengan keluaran yang dikirim.
Efisiensi menggambarkan perbandingan antara
besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi
pendapatan yang diterima. Kinerja pemerintahan daerah dalam melakukan pemungutan
pendapatan dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau
dibawah 100%. Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja pemerintahan semakin baik.
Untuk mengukur efisiensi pengelolaan retribusi menggunakan rumus (Mardiasmo dan
Makhfatih, 2000:II-6) yaitu:

Efisiensi

Biaya Pemungutan Retribusi


-------------------------------------------- x 100%
Realisasi Penerimaan Retribusi

Tabel 2.
Prosentase Kriteria Kinerja Efisiensi
Prosentase Kinerja
Kriteria Kinerja
>100%
Tidak Efisien
90% -100%
Kurang Efisien
80% -90%
Cukup Efisien
60% -80%
Efisien
<60%
Sangat Efisien
Sumber : Kepmendagri Nomor 690.900-327
2.2.3. Retribusi Daerah
Retribusi adalah pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
diberikan atau disediakan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan (Suparmoko, 2002:85). Menurut Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 dalam
pasal 1 menjelaskan pengertian retribusi sebagai berikut Retribusi adalah pungutan
Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan. Penerimaan Retribusi daerah adalah hasil pungutan daerah sebagai imbalan jasa
yang diperoleh dari pemakaian jasa pekerjaan atau pelayanan pemerintah daerah dan
jasa milik pemerintah daerah, yang dilaksanakan dengan peraturan daerah yang
didasarkan atas ketentuan perundang-undangan yang berlaku (Suparmoko, 2002:81).
Adapun manfaat retribusi yaitu Retribusi dapat meningkatkan kemampuan dalam
pembiayaan PAD, meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Tujuan retribusi daerah
adalah meningkatkan akuntabilitas daerah dalam penyelenggaraan pemerintah dan
sekaligus memperkuat otonomi daerah secara efektif dan efisien.
2.2.4. Retribusi Terminal
Retribusi Terminal adalah satu jenis retribusi yang menjadi kewenangan daerah
dan dapat dikelola dan disediakan oleh pemerintah daerah. Dalam pasal 1 ayat 8

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

17

Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 5 Tahun 2006 tentang retribusi
terminal, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan terminal adalah tempat parkir
untuk kendaraan penumpang dan bis umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas lainnya
yang dimiliki atau dikelola oleh Pemerintah Daerah. Selanjutnya pasal 1 ayat 9
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Retribusi Terminal yang selanjutnya dapat
disebut retribusi adalah pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat parkir untuk
kendaraan penumpang dan bus umum, tempat kegiatan usaha, fasilitas lainnya di
lingkungan terminal yang dimiliki dan atau dikelola oleh Pemerintah Daerah tidak
termasuk pelayanan peron.
Objek dan subjek retribusi terminal sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Sumbawa Barat Nomor 5 Tahun 2006 dalam pasal 3 ayat 1 dan 2 adalah sebagai
berikut: Obyek Retribusi adalah pelayanan penyediaan fasilitas terminal yang meliputi :
Penyediaan tempat parkir kendaraan penumpang dan bus umum,penyediaan tempat
kegiatan usaha, Fasilitas lainnya di lingkungan terminal. Sedangkan Subyek retribusi
adalah badan atau orang pribadi yang menggunakan fasilitas terminal, Struktur tarif
retribusi terminal berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 5
tahun 2006 tentang Retribusi Terminal pasal 6 sebagai berikut :
Tabel 3.
Struktur dan Tarif Retribusi Terminal Kabupaten Sumbawa Barat
No.
1.

2.

Jenis
Pelayanan
Penyediaan
tempat naik
turunnya
penumpang

Jenis Kendaraan / Nama


Fasilitas

Besarnya Tarif

Rp.
a. Angkutan Kota
b. Angkutan Non Bus Antar Rp.

200,-/sekali masuk
500,-/sekali masuk

Kota dalam Kabupaten


c. Bus Lambat antar Kota Rp. 1.000,-/sekali masuk
dalam Kabupaten
d. Bus Cepat antar Kota Rp. 2.000,-/sekali masuk
dalam Propinsi
Penyediaan
Rp. 500,-/sekali parkir
a. Sepeda Motor
tempat
parkir b. Microlet/Mini Bus
Rp. 500,-/sekali parkir
angkutan
c. Angkutan Antar Kota
penumpang dan
Rp. 500,-/sekali parkir
1. Bus Kecil 10-16
kendaraan
lainnya
Rp. 1.500,-/sekali parkir
2. Bus Sedang 17-24

3. Bus Besar 25 ke atas

Rp. 2.000,-/sekali masuk

3.

Pemakaian
Tempat Usaha

a. Kios Permanen
b. Pedagang Kaki Lima

Rp. 25.000,-/bulan
Rp. 5.000,-/bulan

4.

Pemakaian
fasilitas lainnya

Kamar Mandi/WC
1. Mandi
2. Buang Air Besar
3. Buang Air Kecil

Rp. 2.000,Rp. 1.000,Rp. 500,-

Sumber: Perda Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 5 tahun 2006.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

18

III. KERANGKA KONSEPTUAL


Retribusi
Terminal

Target

Biaya
Pemungutan

Realisasi

Efektifitas

Efisiensi

Gambar 1.
Kerangka Konseptual
IV. METODELOGI PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian dan Data Penelitian
Penelitian ini nerupakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini mengkaji
tentang efektifitas dan efisiensi pemungutan retribusi terminal terhadap Pendapatan asli
daerah Kabupaten Sumbawa Barat selama tahun 2005-2011. Data Kuantitatif pada
penelitian ini berupa data target penerimaan, realisasi penerimaan, dan biaya
pemungutan retribusi Terminal Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2005 2011. Serta
Data Kualitatif berupa data profil Terminal Kabupaten Sumbawa Barat. Adapun sumber
data dalam penelitian adalah data sekunder. Data sekunder tersebut adalah target
penerimaan, realisasi penerimaan, dan biaya pemungutan retribusi terminal Kabupaten
Sumbawa Barat Tahun 2005 2011 dan data profil terminal Kabupaten Sumbawa Barat
Tahun 2005 2011. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan
adalah pencatatan dokumen yang digunakan untuk mengumpulkan data target
penerimaan, realisasi penerimaan, dan biaya pemungutan retribusi dan profil Terminal
Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2005 2011.
4.2. Klasifikasi Variabel
Menurut Sugiyono (2003;31) definisi dari variabel adalah segala sesuatu hal
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.Variabel
dalam penelitian ini diklasifikasikan yaitu variabel efektifitas, efisiensi, biaya
pemungutan, target penerimaan dan realisasi penerimaan, retribusi terminal Kabupaten
Sumbawa Barat.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

19

4.3. Definisi Operasional Variabel


1. Target Penerimaan adalah sasaran banyaknya hasil yang harus dicapai atau jumlah
retribusi terminal yang ingin dicapai berdasarkan potensi daerah pada Kabupaten
Sumbawa Barat.
2. Realisasi Penerimaan adalah jumlah riil retribusi terminal yang telah dicapai dan
telah disetor ke Kas Daerah.
3. Biaya Pemungutan adalah biaya yang diberikan kepada aparat pelaksanaan
pemungutan dan aparat pemerintah yang diperhitungkan atas dasar realisasi
penerimaan retribusi terminal yang disetor pada Kas Daerah.
4.4. Tekhnik Analisis
Efektifitas menunjukkan keberhasilan atau kegagalan dari segi tercapai tidaknya
sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan atas suatu program atau kegiatan, sedangkan
efisiensi adalah ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk mencapai hasil yang telah ditetapkan. Oleh karenanya suatu tujuan
harus dinyatakan secara spesifik dan rinci sehingga pengukuran efektifitas dan efisiensi
dapat lebih bermakna dan bermanfaat. Rumus untuk mengukur tingkat efektifitas adalah
rumus yang digunakan oleh Mardiasmo dan Makhfatih (2000: II-5) sebagai berikut:

Efektifitas

Realisasi Penerimaan Retribusi


-------------------------------------------------- x 100%
Target Penerimaan Retribusi

Untuk mengukur tingkat efisiensi menggunakan rumus yang digunakan oleh


Mardiasmo dan Makhfatih (2000:II-6) sebagai berikut:

Efisiensi

Biaya Pemungutan Retribusi


------------------------------------------------ x 100%
Realisasi Penerimaan Retribusi

V. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Tabel 3.
Penerimaan Retribusi Terminal Kabupaten Sumbawa Barat 2005-2011
Tahun

Target

Realisasi

2005

Rp 12.600.000,00

Rp 13.203.000,00

2006

Rp 15.000.000,00

Rp 12,253,500,00

2007

Rp 17.000.000,00

Rp 12.080.000,00

2008

Rp 22.500.000,00

Rp 18,718,000,00

2009

Rp 20.000.000,00

Rp 20.763.000,00

2010

Rp 22.500.000,00

Rp 32.985.000,00

2011

Rp 22.500.000,00

Rp 38.810.000,00

Sumber : DPPKA Kab. Sumbawa Barat, 2011.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

20

Pada tabel diatas diketahui bahwa realisasi penerimaan retribusi terminal tidak
selalu sama dengan target yang ditetapkan. Kondisi ini lebih dari target yang ditetapkan,
namun pada tahun 2006 sampai tahun 2008 realisasi penerimaan retribusi terminal di
Kabupaten Sumbawa Barat dibawah 100% namun cukup signifikan jika melihat besar
target yang ditetapkan. Hal ini terjadi karena dalam pemerintah Kabupaten Sumbawa
Barat terus melakukan perbaikan-perbaikan dalam setiap kebijakannya terutama
menyangkut perbaikan fasilitas sarana dan prasarana fisik terminal. Salah satu
contohnya adalah dengan adanya pembangunan sarana dan prasarana baru dimasingmasing terminal di Kabupaten Sumbawa Barat yang diperuntukkan untuk masyarakat
khususnya pedagang pasar dan terminal. Terlebih sejak tahun 2007 perbaikan dan
penambahan luas terminal di Kabupaten Sumbawa Barat.
Untuk menghitung potensi retribusi terminal di Kabupaten Sumbawa Barat ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Terminal yang dimaksud adalah tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan bis
umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas lainnya yang dimiliki atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah (Perda No. 5 tentang Retribusi Terminal Kabupaten Sumbawa
Barat tahun 2006;
2. Tarif retribusi terminal dimaksud adalah penetapan tarif sesuai dengan Peraturan
Daerah (Perda) Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 5 tahun 2006 tentang Retribusi
Terminal. Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis kendaraan yang terdiri Bus,
Bemo dan Engkel;
3. Setiap orang pribadi atau badan yang menempati dan mempergunakan fasilitas
terminal untuk usaha angkutan jasa dipungut retribusi;
Tabel 4.
Jumlah Kendaraan yang Masuk Ke Terminal
Kabupaten Sumbawa Barat, 2005-2011
Tahun
Bus
Engkel
Bemo
Total
2005
32
13
63
108
2006
40
19
61
120
2007
59
35
71
165
2008
92
17
33
142
2009
79
19
57
155
2010
87
21
71
179
2011
69
36
89
194
Jumlah
458
160
445
1063
Rata-rata
65.43
22.86
63.57
151.86
Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Kab. Sumbawa Barat, 2009
Pertumbuhan kendaraan angkutan di Kabupaten Sumbawa Barat mengalami
perkembangan yang fluktuatif setiap tahunnya untuk setiap jenis kendaraan baik Bus,
Engkel maupun Bemo. Perkembangan cukup signifkan dialami oleh kendaraan jenis
Bus, selama tahun 2005 sampai tahun 2011. Kondisi ini disebabkan karena semakin

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

21

tingginya kebutuhan akan angkutan luar atau dalam kota Kabupaten Sumbawa Barat,
baik dari Kabupaten Sumbawa Barat maupun yang berasal dari luar Kabupaten
Sumbawa Barat. Salah satu faktor dominan yang mempengaruhi peningkatan ini adalah
permintaan angkutan untuk jalur Maluk-Sumbawa.
Banyaknya tenaga kerja yang bekerja pada PT. Newmont Nusa Tenggara yang
berasal dari Kabupaten Sumbawa dan sekitar menjadi penyebab dari tingginya
kebutuhan jasa akan angkutan bus dalam dan luar kota ini. Sementara untuk angkutan
pedesaan seperti engkel, tidak terlalu menunjukkan perkembangan yang tinggi.
Kondisi ini disebabkan karena semakin banyaknya masyarakat yang memiliki
kendaraan sendiri misalnya sepeda motor. Sedangkan untuk kendaraan dalam kota
meskipun perkembangan tidak terlalu tinggi namun jumlahnya hampir setiap tahun
meningkat, hanya pada tahun 2008 sempat menurun namun pada tahun 2011 kembali
bertambah. Dengan data jumlah kendaraan tersebut serta besarnya tarif yang dibayarkan
oleh pemilik ataupun pengemudi kendaraan yang menggunakan fasilitas terminal, maka
selanjutnya dapat dilakukan perhitungan potensi penerimaan retribusi terminal di
Kabupaten Sumbawa Barat selama tahun 2005 sampai tahun 2011.
Tabel 5.
Efektifitas Retribusi Terminal Kabupaten Sumbawa Barat 2005-2011
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Jumlah
Rata-rata

Target Retribusi
Terminal
12.600.000
15.000.000
17.000.000
22.500.000
20.000.000
22.500.000
22.500.000
132,100,000
18,871,429

Realisasi Retribusi
Terminal
13.203.000
12.253.500
12.080.000
18.718.000
20.763.000
32.985.000
38.810.000
148.812.500
21,258,929

Efektifitas
Nilai (%)
Kriteria
104.79
Sangat Efektif
81.69
Cukup Efektif
71.06
Kurang Efektif
83.19
Cukup Efektif
103.82
Sangat Efektif
146.60
Sangat Efektif
172.49
Sangat Efektif
764
109,09
Sangat Efektif

Sumber : data sekunder diolah


Tabel 6.
Efisiensi Retribusi Terminal Kabupaten Sumbawa Barat 2005-2011
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Jumlah
Rata-rata

Realisasi Retribusi
Terminal
13.203.000
12.253.500
12.080.000
18.718.000
20.763.000
32.985.000
38.810.000
148.812.500
21,258,929

Biaya
Pungutan
7.000.000
10.000.000
9.000.000
11.000.000
11.000.000
12.500.000
12.850.000
73,350,000
10,478,571

Nilai (%)
53.02
81.61
74.50
58.77
52.98
37.90
33.11
392
55.98

Efisiensi
Kriteria
Sangat Efisien
Cukup Efisien
Efisien
Sangat Efisien
Sangat Efisien
Sangat Efisien
Sangat Efisien
Sangat Efisien

Sumber : data sekunder diolah

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

22

Dari hasil analisis dan perhitungan tingkat efektifitas dan efisiensi pemungutan
retribusi terminal di Kabupaten Sumbawa Barat sesuai dengan data menunjukkan hasil
yang sangat efektif dan sangat efisien, ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan.
Pencapaian Dari hasil analisis
efektifitas dan efisiensi menunjukkan bahwa
pertumbuhan penerimaan retribusi terminal mengalami perkembangan yang cukup
baik. Kondisi ini disebabkan oleh semakin meningkatnya proses pembangunan di
Kabupaten Sumbawa Barat terutama pada sector sarana dan prasarana baik berupa jalan,
jembatan maupun terminal. Pembangunan sarana dan prasarana fisik ini tidak lepas dari
komitmen pemerintah daerah yang terus menerus menganggarkan pembangunan fisik
melalui APBD baik yang bersumber dari dana perimbangan maupun hibah PT
Newmont Nusa Tenggara. Pembangunan terminal baru serta sarana dan prasarana yang
baik dan memadai menunjukkan bahwa pemerintah daerah meningkatkan kualitas
pelayanan terhadap masyarakat di Kabupaten Sumbawa Barat. Segala kebijakan untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemungutan retribusi terminal telah dilakukan
secara optimal oleh pemerintah daerah Kabupaten Sumbawa Barat.
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Seperti telah diuraikan dalam bab pembahasan dan analisis, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Tingkat penghitungan efektivitas pemungutan retribusi terminal di Kabupaten
Sumbawa Barat selama periode pengamatan 2005-2011 rata-rata sebesar 109.09
persen pertahun dengan metode perbadingan realisasi penerimaan retribusi terminal
dengan target penerimaan retribusi terminal. Angka tersebut termasuk kategori
sangat efektif.
2. Penghitungan efisiensi pemungutan Retribusi Terminal di Kabupaten Sumbawa
Barat selama periode 2005-2009 rata-rata sebesar 55.98 persen. Angka sebesar
55.98 persen menunjukkan bahwa pemungutan Retribusi Terminal di Kabupaten
Sumbawa Barat berjalan sangat efisien sesuai dengan standarisasi yang ditetapkan
oleh Departemen Dalam Negeri dengan persentase kurang dari 60%.
3. Realisasi penerimaan retribusi terminal tidak selalu sama dengan target yang
ditetapkan. Dilihat dari persentasenya jumlah penerimaan retribusi terminal pada
tahun 2005 mencapai 104,79 dari target yang ditetapkan. Kondisi ini lebih dari
target yang ditetapkan, namun pada tahun 2006 sampai tahun 208 realisasi
penerimaan retribusi terminal di Kabupaten Sumbawa Barat dibawah 100% namun
cukup signifikan jika melihat besar target yang ditetapkan. Hal ini terjadi karena
dalam pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat terus melakukan perbaikanperbaikan dalam setiap kebijakannya terutama menyangkut perbaikan fasilitas saran
dan prasarana fisik terminal. Salah satu contohnya adalah dengan adanya
pembangunan sarana dan prasarana baru dimasing-masing terminal di Kabupaten
Sumbawa Barat yang diperuntukkan untuk masyarakat khususnya pedagang pasar
dan terminal. Terlebih sejak tahun 2007 perbaikan dan penambahan luas terminal di
Kabupaten Sumbawa Barat.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

23

6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang disebutkan di atas, maka dapat diusulkan
beberapa saran kepada Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dalam rangka
meningkatkan penerimaan Retribusi Terminal yaitu:
1. Untuk meningkatkan penerimaan retribusi terminal di Kabupaten Sumbawa Barat
dapat dilakukan dengan cara menetapkan target penerimaan minimal sebesar 80
persen dari potensi yang dimiliki;
2.

Meningkatkan efisiensi pemungutan dapat dilakukan dengan cara mengurangi


biaya-biaya yang tidak perlu, seperti biaya operasional pemungutan diusahakan
lebih rendah sedangkan realisasi penerimaan diusahakan minimal sama dengan
target atau lebih kecil dari persentase peningkatan realisasi penerimaan, sehingga
dari tahun ke tahun pungutan retribusi terminal akan menunjukkan tingkat efisiensi
yang tinggi;

3.

Tingkat efektivitas perlu perhatian khusus dalam pengelolaan retribusi terminal di


Kabupaten Sumbawa Barat karena tingkat efektivitasnya menunjukkan
kecenderungan angka yang efektif melalui pengawasan terhadap para petugas yang
melakukan pemungutan retribusi di lapangan dalam rangka mengurangi
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh petugas tersebut.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

24

DAFTAR PUSTAKA
Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba
Empat, Jakarta.
Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. STIM YKPN, Yogyakarta.
Mardiasmo dan Makhfatih, A., 2000, Perhitungan Potensi Pajak dan Retribusi Daerah
di Kabupaten Magelang, Laporan Akhir, KerjasamaPemerintah Daerah
Kabupaten Magelang dengan PAU-SE UGM,Yogyakarta.
Nurhaidah. 2006. Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Pemungutan Pajak Daerah Dan
Retribusi Daerah Di Kabupaten Bima. Peraturan Daerah Kabupaten
Sumbawa Barat Nomor 5 Tahun 2006 tentang Retribusi Terminal.
Republik Indonesia.. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 690 900 327 Tahun 1996
tentang Pedoman Penilaian dan Kinerja Keuangan.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Alfa Beta, Bandung.
Suparmoko. 2002. Ekonomika Publik untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah.
Penerbit Andi, Yogyakarta.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 34 Tahun 2000 tentang Retribusi
Wahyu Irwansyah M. 2005. Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Pemungutan Pajak Dan
Retribusi Daerah Di Kabupaten Mojokerto.
Wibisono. 2007. Analisis Kontribusi Retribusi Terminal Penumpang Terhadap
Pendapatan
Asli
Daerah
Kabupaten
Lumajang.
FE
UII,
Yogyakarta.www.google.com.//2347.abstrak//

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

25

STUDI PERBANDINGAN (KOMPARASI) PENERIMAAN SAMSAT SEBELUM


DAN SESUDAH ADANYA PELAYANAN SAMSAT KELILING DI
KABUPATEN SUMBAWA
(Studi Kasus Di Unit Pelayanan Teknis Daerah atau UPTD Pelayanan Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah Sumbawa )
Oleh :
Erwin Saris

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbandingan (komparasi)
Penerimaan Samsat Sebelum dan Sesudah Adanya Pelayanan Samsat Keliling di
Kabupaten Sumbawa. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dari berupa data penerimaan samsat sebelum adanya pelayanan samsat keliling selama
tiga tahun yaitu dari tahun 2007 sampai dengan 2009, dan data penerimaan samsat
sesudah adanya pelayanan samsat keliling yaitu dari tahun 2010 sampai dengan 2012.
Data berasal dari Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Pelayanan Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah Kabupaten Sumbawa. Adapun pokok permasalahan dalam
penelitian ini adalah Apakah terdapat Perbedaan Penerimaan Samsat Sebelum dan
Sesudah Adanya Pelayanan Samsat Keliling di Kabupaten Sumbawa. Jenis penelitian
yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode Statistik
parametik yaitu dengan nilaimembandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel, hasil
penelitian menunjukan bahwa adanya perbedaan yang signifikan pada penerimaan
samsat sesesudah adanya pelayanan samsat keliling, baik pada penerimaan Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)
terlihat dari hasil hipotesis yang dicermati bahwa nilai t-test Pajak Kendaraan
Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah -15,529 dan nilai ttabelnya adalah -4,303 atau 4,303 dengan menguji dua pihak bahwa t-hitung< -t tabel
yaitu : -15,529< -4,303 maka H0ditolak dan Ha diterima, dengan demikian terdapat
perbedaan yang signifikan penerimaan samsat sebelum dan sesudah adanya pelayanan
samsat keliling.
Kata Kunci : Penerimaan Samsat Sebelum, Penerimaan Samsat Sesudah, Pelayanan
Samsat Keliling.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

26

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional
merupakan optimalisasi pemanfaatan sumber daya dan potensi lainnya, untuk
mewujudkan kemakmuran dan kesejahtraan masyarakat sebagai cita cita bangsa
Indonesia, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Selain sumber daya manusia, faktor
faktor lain yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan daerah adalah
tersedianya keuangan yang memadai, baik bersumber dari Pemerintah Pusat, Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN) maupun dari Pemerintah Daerah Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Bagi Daerah Nusa Tenggara Barat, Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB)
merupakan primadona penerimaan Daerah karena memberikan kontribusi yang sangat
besar bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Nusa Tenggara Barat, oleh karena itu perlu
dikelolah secara baik dan dengan cara cara yang benar sehingga diharapkan terjadi
peningkatan Pendapatan Asli Daerah Nusa Tenggara Barat.
Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBNKB) perlu ditingkatkan penerimaannya karena merupakan sumber
pendapatan dalam negeri yang lebih stabil dan dinamis, untuk meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD), walaupun disadari bersama dalam situasi krisis
ekonomi yang melanda indonesia, harapan untuk meningkatkan penerimaan pajak
semakin sulit untuk dicapai, disamping itu pula kesadaran Wajib Pajak dalam
membayar pajak masih kurang, dimana diluar sana masih banyak objek pajak yang
belum terbayar pajaknya, selain itu juga banyak sekali yang terjaring dalam razia razia
kepolisian dan dalam pelaksanaan Operasi Gabungan (OPGAB) yang dilakukan oleh
kantor Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Pelayanan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah bersama Kepolisian, Jasa Raharja, Dinas Perhubungan dan Instansi Instansi
yang terkait. Dibawah ini terdapat tabel 1. dimana kondisi penerimaan Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dari tahun 2007
sampai dengan tahun 2009 dikantor samsat Sumbawa.
Tabel 1.
Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBNKB) dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009
No

Tahun

PKB

BBNKB

Jumlah

1
2007
5.956.012.500,7.678.988.450,13.635.000.950,2
2008
7.982.088.200,13.923.184.000,21.905.272.200,3
2009
9.474.770.520,12.095.235.700,21.570.006.220,Sumber Data : Unit Pelayanan Teknis Daerah Pelayanan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (UPTD-PPDRD) Sumbawa.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

27

Tabel 2.
Pertumbuhan Jumlah Objek Pajak Kendaraan Bermotor Selama 6 Tahun
Terakhir yaitu dari Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2012
No
Tahun
Roda 2
Roda 4
Jumlah
1
2007
41798
1383
43181
2
2008
51523
1441
52964
3
2009
61862
1537
63399
4
2010
73548
1638
75186
5
2011
85024
1750
86774
6
2012
93264
1931
95195
Sumber Data : Unit Pelayanan Teknis Daerah Pelayanan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (UPTD-PPDRD) Sumbawa.
Tabel 3.
Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBNKB) dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012
No

Tahun

PKB

BBNKB

Jumlah

1
2010
10.165.937.500,14.358.293.300,24.524.230.800,2
2011
12.056.604.300,23.379.044.500,35.435.648.800,3
2012
13.223.134.303,21.306.338.524,34.529.472.827,Sumber Data : Unit Pelayanan Teknis Daerah Pelayanan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (UPTD-PPDRD) Sumbawa.
Dari data tabel 3. di atas dapat disimpulkan bahwa penerimaan Pajak Kendaraan
bermotor (PKB) selama tiga tahun dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012
mengalami peningkatan, Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) tersebut
merupakan hasil penerimaan dari dua sumber yaitu dari kantor samsat sendiri dan dari
pelayanan samsat keliling ke kecamatan kecamatan. Sedangkan untuk Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) mengalami turun naik atau fluktuatif tergantung
kondisi pasar otomotif. penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) ini
merupakan penerimaan dari kantor samsat saja. Atas dasar uraian diatas, penulis ingin
mencoba meneliti tentang Studi Perbandingan ( Komparasi ) Penerimaan Samsat
Sebelum dan Sesudah Adanya Pelayanan Samsat Keliling di Kabupaten Sumbawa (
Studi Kasus di Unit Pelayanan Teknis Daerah Pelayanan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah ( UPTD PPDRD ) Sumbawa ).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan pokok
permasalahannya yaitu Apakah terdapat perbedaan yang signifikan penerimaan samsat
sebelum dan sesudah adanya pelayanan samsat keliling di Kabupaten Sumbawa.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

28

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan dari pokok permasalahan diatas, maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui Perbedaan Penerimaan Samsat Sebelum dan Sesudah Adanya
Pelayanan Samsat Keliling di Kabupaten Sumbawa.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Sebelumnya
Dalam penelitian ini penulis merujuk pada penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya oleh: Gunawan Candra (2004) Judul penelitian Analisis Perbandingan
Jumlah Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Dengan Jumlah Obyek
Kendaraan Bermotor di Provinsi Jawa Timur . Penelitian ini menggunakan metode
komparatif dimana tehnik analisis datanya menggunakan regresi linier sederhana
dengan cara membandingkan beta ( . Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
sudah diangap optimal apabila beta ( perkembangan penerimaan pendapatan Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB) lebih besar dari beta (
perkembangan jumlah obyek
kendaraan bermotor. Dimana hasilnya penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor untuk
jenis kendaraan yang diteliti sudah optimal.
Irma Nurmayanti (2012) Judul Penerimaan Pajak Penghasilan Sebelum dan
Sesudah Penerapan Tarif Tunggal dan Pengaruhnya Terhadap Pajak Penghasilan
Terhutang. Dalam penelitian ini menggunakan metode komparatif dan deskriftip
analisis dengan metode pendekatan studi kasus. Dimana penelitian ini menghasilkan
penerimaan pajak penghasilan sebelum dan sesudah penerapan tarif tunggal terdapat
perbedaan yang cukup sifnifikan, serta sangat berpengaruh signifikan antara penerimaan
pajak penghasilan terhadap variabel dependen pajak penghasilan terhutang.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Konsep Perpajakan
Pajak diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh pemerintah yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang hasilnya digunakan untuk
pembiayaan pengeluaran umum pemerintah, yang balas jasanya tidak secara langsung
diberikan kepada pembayarnya, sedangkan pelaksanaannya dimana perlu dapat
dilaksanakan. Pemberian balas jasa dalam hal ini diwujudkan dalam bentuk pemberian
kepada seluruh masyarakat, seperti pemeliharaan keamanan dan ketertiban umum,
pembangunan sarana sarana umum masyarakat dan sebagainya. Berbagai pendapat
ahli memberikan definisi tentang pajak, menurut Prof.Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam
bukunya Dasar dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan memberikan pajak sebagai
berikut : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang Undang
( yang dapat dipaksankan ) dengan tidak mendapat jasa timbal balik ( Kontra Prestasi ),
yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk pengeluaran umum
Menurut Andriani seorang mantan guru besar dalam hukum pajak di Universitas
Amsterdam ( Belanda ) yang diterjemahkan oleh Brotodiharjo dan dikutip oleh Waluyo
( 2003 : 4 ) yaitu Pajak adalah iuran wajib kepada Negara ( yang dapat dipaksakan )
yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan peraturan dengan
tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

29

adalah untuk membiayai pengeluaran pengeluaran umum berhubung dengan tugas


Negara untuk meyelenggarakan pemerintahan .
Definisi pajak menurut Undang Undang No. 28 Tahun 2007, Pajak adalah
kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar besarnya
kemakmuran rakyat.
2.2.2. Fungsi Pajak
Menurut Rahman (2010:21), Pajak merupakan pendapatan Negara untuk
membiayai pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal tersebut, pajak memiliki fungsi
sebagai berikut: Fungsi Penerimaan ( Budgetair ) Sebagai sumber pendapatan Negara,
pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran pengeluaran Negara. Untuk
menjalankan tugas rutin Negara dan melaksanakan pembangunan, Negara
membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak
digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang,
pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembagunan, uang dikeluarkan
dari tabungan pemerintah yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin.
Fungsi Mengatur ( Regulator ), Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi
melalui kebijaksanaan pajak, dengan fungsi mengatur pajak bisa digunakan sebagai alat
untuk mencapai tujuan.
Fungsi Stabilitasi, Dengan adanya pajak pemerintah memiliki dana untuk
menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat
dapat dikendalikan. Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran
uang dimasyarakat, pemungutan pajak, pengunaan pajak yang efektif dan efisien. Serta
Fungsi Redistribusi Pendapatan, Pajak yang sudah dipungut oleh Negara akan
digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk
membiayai pembangunan.
2.2.3. Jenis Jenis Pajak
Dalam hukum pajak terdapat berbagai pembedaan dan pembagian pembedaan
tentang jenis jenis pajak, dimana pembedaan dan pembagian tersebut mempunyai
fungsi yang berlainan. Dalam penelitian ini dijelaskan tentang penggolongan pajak yang
dibedakan menurut golongannya, sifatnya, dan menurut lembaga pemungutannya. (
Achmad Tjahyono, 2002:5 ).
1. Pajak menurut golongannya
Menurut golongannya pajak dibagi menjadi dua, yaitu pajak langsung dan pajak
tidak langsung. Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib
pajak yang bersangkutan, tidak boleh dilimpahkan kepada pihak lain. Dalam
pengertian administratif, Pajak Langsung adalah pajak yang dipungut secara
berkala, Contohnya adalah Pajak Penghasilan ( PPh ). Pajak tidak langsung adalah
pajak pajak yang bebannya dapat di limpahkan kepada pihak ketiga atau
konsumen. Sedangkan dalam pengertian administratif, pajak tidak langsung adalah
pajak yang dipungut setiap terjadi peristiwa atau perbuatan yang menyebabkan

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

2.

3.

30

terutangnya paja, misalnya terjadi penyerahan barang, pembuatan akte. Contohnya


adalah: Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ), Bea Materai, Bea Balik Nama.
Pajak menurut sifatnya
Menurut sifatnya pajak dibagi menjadi dua yaitu pajak subjektif dan pajak obyektif.
Pajak Subjektif ( bersifat perorangan ) adalah pajak yang memperhatikan pertama
tama keadaan pribadi wajib pajak untuk menetapkan pajaknya harus ditemukan
alasan alasan yang obyektif yang berhubungan erat dengan keadaan materialnya
yaitu yang disebut beabn pikul. Pada Objektif pertama tama melihat kepada
objeknya baik itu berupa benda, dapat pula berupa keadaan, perbuatan, atau
peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar, kemudian barulah
dicari subjeknya (orang atau badan hukum) yang bersangkutan langsung dengan
tidak mempersoalkan apakah subjek pajak ini berdomisili di Indonesia atau tidak.
Contohnya pajak Pertambahan Nilai ( PPN )
Pajak menurut lembaga pemungutannya
Menurut lembaga pemungutannya dibagi menjadi dua yaitu Pajak Negara ( Pusat )
dan Pajak Daerah. Pajak Negara ( Pusat ) adalah pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat yang penyelengaraannya dilaksanakan oleh Departement
Keuangan dan hasilnya akan digunakan untuk pembiayaan Rumah Tangga Negara
umumnya. Pajak Daerah adalah pajak yang di pungut oleh Pemerintah Daerah
Provinsi, Kabupaten/Kota. Pemungutannya berdasarkan pada Peraturan Daerah (
Perda ) masing masing dan hasilnya digunakan untuk pembiayaan Rumah Tangga
Daerah masing masing.

2.2.4. Konsep Penerimaan Samsat


Salah satu Pendapatan Asli Daerah dari sektor kendaraan bermotor yaitu Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) yang
di pungut langsung oleh samsat, yang juga merupakan salah satu sumber pendapatan
daerah yang berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah. Dengan ditetapkannya suatu
penerimaan pajak daerah diharapkan mampu meningkatkan pendapatan asli daerah itu
sendiri khususnya dari Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor.
Menurut Agus Sambodo mengemukakan bahwa penerimaan pajak adalah
bertujuan untuk memasukkan penerimaan kas Negara sebanyak-banyaknya yaitu untuk
mengisi APBN yang sesuai dengan target peneriman yang telah ditetapkan sehingga
posisi anggaran pendapatan dan pengeluaran seimbang atau balance budget (1999:82)
Berdasarkan uraian diatas bahwa penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang dipungut langsung oleh samsat memiliki
hubungan erat terhadap pendapatan asli daerah. semakin banyak penerimaan samsat dari
PKB dan BBNKB maka dapat terpenuhinya biaya pengeluaran pemerintah daerah,
serta memperlancar jalannya pembangunan dan pemerintah daerah serta dapat
mensejahterakan masyarakat.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

31

2.2.5. Pajak Kendaraan Bermotor ( PKB )


Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda serta gandengannya yang
digunakan disemua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor
atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi
tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat
alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat
secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air.
Obyek PKB adalah kepemilikan dan atau penguasaan Kendaraan bermotor,
sedangkan Subjek PKB adalah orang pribadi atau badan usaha yang memiliki dan atau
menguasai kendaraan bermotor. Tarif PKB adalah tarif pajak spesifik bergantung pada
suatu jumlah tertentu atas jenis barang tertentu. 1,5 % kendaraan bermotor pribadi, 1,0
% kendaraan bermotor umum, 0,5 % kendaraan bermotor ambulans, pemadam
kebakaran, lembaga social keagamaan/pemerintah/TNI/POLRI, 0,2 % alat alat berat
Kewajiban Wajib Pajak meliputi : Setiap wajib pajak wajib membayar pajak
yang terutang berdasarkan surat ketetapan pajak atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan. ( Pasal 96 Ayat 2 UU 28/2009
Tentang PDRD ), Kendaraan bermotor luar daerah yang digunakan lebih dari 3 (tiga)
bulan secara terus menerus di Daerah wajib melaporkan kepada Gubernur melalui
Kepala Dinas Pendapatan, Setiap wajib pajak mengisi SPPKB atau bentuk lain yang
dipersamakan, SPPKB harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani
oleh wajib pajak atau orang yang diberi kuasa olehnya atau ahli waris, SPPKB wajib
disampaikan dalam jangka waktu sebagai berikut :
1. Untuk kendaraan baru paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penyerahan.
2. Untuk kendaraan baru bukan baru sampai dengan tanggal berakhirnnya masa pajak.
3. Untuk kendaraan bermotor mutasi paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal
surat keterangan fiscal. Apabila terjadi perubahan atas kendaraan bermotor dalam
masa pajak, baik perubahan bentuk, fungsi maupun penggantian mesin, wajib
melaporkan dengan menggunakan SPPKB.Sangsi Administratif PKB jika kewajiban
menyampaikan SPPKB tidak dipenuhi tepat pada waktunya, maka dikenakan
tambahan pembayaran sebesar 25 % dari pokok pajak.
2.2.6. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ( BBNKB )
Tarif BBNKB adalah merupkan tariff degresif (menurun) yaitu tarif yang
presentasinya mengecil apabila dilakukan pada tahap penyerahan kedua dan seterusnya
terhadap objek pajak yang bersangkutan. Sekalipun menganut tarif degresif tidak berarti
jumlah Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) yang terutang menjadi kecil.
Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) menurut pasal 21 perda Nusa
Tenggara Barat No.1/2011 ditetapkan paling tinggi sebagai berikut : 15 % untuk
penyerahan utama, 1 % Penyerahan kedua, 0,75 % Alat berat untuk penyerahan utama,
dan 0,075 % untuk penyerahan kedua dan seterusnya. Sedangkan besaran pokok
dihitung dengan cara mengalikan tariff dengan dasar pengenaan pajak.
Kewajiban Wajib Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) adalah
setiap wajib pajak wajib mendaftarkan penyerahan kendaraan bermotor dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari sejak saat penyerahan dengan menggunakan SPTPD/SPPKB,

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

32

dan orang pribadi atau badan yang menyerahkan kendaraan bermotor wajib melaporkan
kepada Gubernur melalui Kepala Dinas Pendapatan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)
hari sejak penyerahan.
Sangsi Administratif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) adalah
Setiap wajib pajak yang terlambat mendaftarkan kendaraan bermotor dikenakan sanksi
administratif sebesar 25% dari pokok pajak. Objek Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBNKB) adalah:
1. Penyerahan Kepemilikan Kendaraan Bermotor
2. Termasuk dalam pengertian Kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah
semua kendaraan beroda serta gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan
darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya
yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga
gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat alat besar yang
dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen
serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air.
3. Penguasaan Kendaraan bermotor yang lebih dari 12 (dua belas) bulan dapat di
anggap sebagai penyerahan (tidak termasuk perjanjian sewa beli)
2.2.7. Pelayanan Samsat
Didalam meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat dalam memenuhi
kewajiba dibidang pendaftaran kendaraan bermotor maka, pemerintah membentuk suatu
Sistem Administrasi Manunggal dibawah Satu Atap yang disingkat Samsat. Samsat
merupakan suatu jawaban atas adanya kebutuhan demi terciptanya suatu sistem
pengelolaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBNKB) yang efektif dan efisien, dimana jumlah kendaraan bermotor telah
meningkat setiap tahunnya sehingga perlu usaha peningkatan penerimaan daerah yang
bersumber dari pajak dan bea balik nama kendaraan bermotor dan sebagai tindak lanjut
untuk mengefektifkan pelaksanaan Undang-undang No.10 Tahun 1968 jo. IT Nomor 5
Tahun 1969 tentang penyerahan pungutan pajak bea balik nama kendaraan bermotor
kepada Pemerintah Daerah Tingkat I.
Pelayanan Samsat merupakan usaha melayani kebutuhan masyarakat dalam
memenuhi kewajiban di bidang pendaftaran kendaraan bermotor. Seperti yang telah
tercantum dalam Instruksi Bersama Menteri Pertahanan Keamanan, Menteri Dalam
Negeri dan Menteri Keuangan tentang pelaksanaan Sistem Administrasi Manunggal
Satu Atap ( Samsat ) telah mampu meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam
memenuhi kewajiban dibidang pendaftaran kendaraan bermotor. Pembayaran Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan
Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas ( SWDKLLJ)

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

33

III. KERANGKA KONSEPTUAL


Samsat Sumbawa

Penerimaan Samsat
Sebelum Adanya Pelayanan
Samsat Keliling

Penerimaan Samsat
Sesudah Adanya Pelayanan
Samsat Keliling

Membandingkan Penerimaan
Samsat Sebelum dan Sesudah
Adanya Pelayanan Samsat Keliling

Hasil Studi Perbandingan Penerimaan


Samsat Sebelum dan Sesudah Adanya
Pelayanan Samsat Keliling di Kabupaten
Sumbawa

Gambar 1.
Kerangka Konseptual

IV. METODELOGI PENELITIAN


4.1. Jenis Penelitian dan Data Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian komparatif, dalam hal ini penulis
membandingan penerimaan samsat sebelum dan sesudah adanya samsat keliling. Data
Kuantitatif penelitian tersebut berupa berupa data penerimaan samsat dalam bentuk data
keuangan serta data kualitatif berupa profil/gambaran samsat. Data Primer dalam
penelitian ini adalah data penerimaan samsat sebelum dan sesudah adanya pelayanan
samsat keliling berupa buku kas penerimaan samsat, laporan penerimaan samsat
tahunan. Sedangkan Data sekunder berupa buku kas penerimaan samsat, makalah
tentang sejarah singkat tempat penelitian, serta struktur organisasi tempat penelitian,
Peraturan Gubernur (PERGUB), Peraturan Daerah (PERDA).

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

34

4.2. Operasionalisasi Variabel Penelitian


Dalam penelitian ini penulis mengungkapkan adanya beberapa variable sebagai
obyek penelitian, adapun variable penelitian tersebut terdiri dari : Variabel X1 =
Penerimaan Samsat sebelum adanya samsat keliling ( Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) Variabel X2 = Penerimaan Samsat
sesudah adanya samsat keliling ( Pajak Kendaraan Bemotor (PKB)
4.3. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini penulis mendefinisikan operasional variabel sebagai
berikut :
1. Variabel X1 = Penerimaan Samsat sebelum adanya samsat keliling, dimana variabel
ini merupakan penerimaan samsat sebelum adanya pelayanan samsat keliling.
Dalam penerimaan ini ada dua jenis penerimaan yaitu penerimaan Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB).
2. Variabel X2 = Penerimaan Samsat sesudah adanya samsat keliling, dimana
variabelnya meliputi penerimaan samsat yaitu penerimaan Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) di lakukan
dikantor samsat ditambah dengan penerimaan pelayanan samsat keliling, dimana
penerimaan samsat keliling hanya Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).
4.4. Tehnik Pengumpulan Data
Menurut Soegiono, (2007:224) tehnik pengumpulan data merupakan langkah
yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tampak mengetahui tehnik pengumpulan data, maka peneliti akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Untuk memperoleh
data yang lebih lengkap dan konkrit dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data
melalui cara pendekatan sebagai berikut : Kepustakaan, Penelitian Lapangan ( Field
Research berupa observasi dan dokumentas.
4.5. Tehnik Analisis Data
Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam rangka pengujian hipotesis, data
tersebut diolah terlebih dahulu kemudian di analisis dengan pendekatan kuantitatif
dengan menggunakan metode statistic parametik yaitu dengan menggunakan t-test.
Tehnik statistik parametris yang digunakan untuk menguji komparasi data rasio atau
interval. ( Soegiono, 2003:134). Dalam analisis data ini digunakan statistik dengan
langkah langkah Menghitung dan membandingkan dua mean. Rata rata besarnya
penerimaan samsat dari masing masing sampel dengan menggunakan rumus, sebagai
berikut :

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

35

Keterangan :
X1= Rata-rata besarnya penerimaan samsat sebelum adanya samsat keliling
= Besarnya penerimaan samsat sebelum adanya samsat keliling
= ukuran sampel 3 tahun

Keterangan :
X2= Rata-rata besarnya penerimaan samsat sesudah adanya samsat keliling
=Besarnya penerimaan samsat sesudah adanya samsat keliling
=Ukuran sampel 3 tahun
Untuk menghitung nilai t yaitu untuk menguji signifikan dalam
mengambil kesimpulan, digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :
t = Rata-rata besarnya penerimaan samsat sebelum dan sesudah adanya samsat
keliling
X1 = Rata-rata besarnya penerimaan samsat sebelum samsat keliling
X2 = Rata-rata besarnya penerimaan samsat sesudah adanya samsat keliling
= ukuran sampel 3 tahun
=Ukuran sampel 3 tahun
Sgab = Simpangan baku
V. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.
Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBNKB) 3 Tahun Terakhir Sebelum Adanya Pelayanan Samsat
Keliling di Sumbawa

Sumber Data: Unit Pelayanan Teknis Daerah Pelayanan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (UPTD-PPDRD) Sumbawa.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

36

Tabel 5.2.
Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBNKB) dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 setelah adanya
pelayanan Samsat Keliling di Sumbawa.

Sumber Data : Unit Pelayanan Teknis Daerah Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (UPTD-PPDRD) Sumbawa
Dari data yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan bahwa data
penerimaan pajak kendaraan bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
(BBNKB) dari tahun 2007 sampai 2009, atau dalam hal ini merupakan data penerimaan
pajak sebelum adanya program samsat keliling di kabupaten Sumbawa. Dengan
mengunakan data tersebut didapatkan jumlah sampel sebanyak 3 yaitu banyaknya tahun
observasi maka nilai mean (rata-rata) untuk pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yaitu
sebesar Rp. 7.804.290.407, dan standar deviasi (simpangan Baku) sebesar
1.766.104.058. Sedangkan untuk pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
(BBNKB) didapatkan nilai mean (rata-rata) sebesar Rp. 11.232.469.383,33 dan standar
deviasi 3.210.259.927,878. Apabila dari kedua penerimaan tersebut digabungkan yaitu
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)
maka didapatkan nilai mean (rata-rata) Rp. 19.036.597.790 dan nilai standar deviasi
sebesar 4.681.062.886
Data penerimaan pajak sesudah adanya program samsat keliling di kabupaten
Sumbawa. Dengan mengunakan data tersebut didapatkan jumlah sampel sebanyak 3
yaitu banyaknya tahun observasi maka nilai mean (rata-rata) untuk pajak kendaraan
bermotor (PKB) yaitu sebesar Rp. 11.815.225.368, dan standar deviasi (simpangan
Baku) sebesar 1.542.825.627. Sedangkan untuk pajak Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor
(BBNKB)
didapatkan
nilai
mean
(rata-rata)
sebesar
Rp.
19.681.225.441,33dan standar deviasi 4.724.852.638,090. Apabila dari kedua
penerimaan tersebut digabungkan yaitu Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) maka didapatkan nilai mean (rata-rata) Rp.
31.496.450.809 dan nilai standar deviasi sebesar 605.509.517,94193.
Untuk nilai penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)
didapatkan selisih mean (rata-rata) sebelum dan sesudah adanya samsat keliling yaitu
sebesar Rp. 8.448.756.058 yang berarti terdapat kenaikan BBNKB dari tahun 2007
sampai dengan 2009 dimana pada tahun tersebut belum diberlakukan adanya samsat

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

37

keliling dengan tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 dimana tiga tahun terakhir ini
adalah tahun diberlakukan pelayanan samsat keliling.
Sedangkan apabila digabungkan antara nilai penerimaan Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) maka didapatkan
selisih dari mean (rata-rata) yaitu sebesar Rp.12.459.691.019,- hal ini menunjukkann
adanya kenaikan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor (BBNKB) dari tahun 2007 sampai dengan 2009 dimana pada
tahun tersebut belum diberlakukan adanya samsat keliling dengan tahun 2010 sampai
dengan tahun 2012 dimana tiga tahun terakhir ini adalah tahun diberlakukan pelayanan
samsat keliling.
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk besarnya nilai t-test pada
pajak kendaraan bermotor (PKB) adalah -29,281 dan nilai t tabel adalah -4,303 atau
4,303 dengan mengunakan uji dua pihak, maka dapat disimpulkan bahwa t hitung < -t
tabel, yaitu : -29,281 < -4,303 maka H0 ditolak dan Ha diterima, ini berarti bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan penerimaan pajak kendaraan bermotor sebelum dan
sesudah adanya samsat keliling dikabupaten sumbawa. Sedangkan untuk Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) didapatkan nilai t-test sebesar -9,519 dan nilai t
tabel adalah -4,303 atau 4,303 dengan mengunakan uji dua pihak, maka dapat
disimpulkan bahwa t hitung < -t tabel, yaitu : -9,519 < -4,303 maka H0 ditolak dan Ha
diterima, ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan penerimaan bea balik
nama kendaraan bermotor (BBNKB) sebelum dan sesudah adanya samsat keliling
dikabupaten sumbawa.
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis, dan pembahasan yang telah dikemukakan,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerimaan Samsat sebelum dan sesudah adanya
pelayanan samsat keliling terdapat perbedaan yang signifikan, baik dari penerimaan
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB),
maupun dari kedua pendapatan ini digabungkan antara Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB). Pencapaian peningkatan
penerimaan samsat sesudah adanya pelayanan samsat keliling meningkat walaupun
belum mencapai hasil yang optimal.
6.2. Saran Saran
Berdasarkan hasil pembahasan maupun kesimpulan diatas, penulis ingin
mencoba memberikan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Pelayanan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
untuk meningkatkan penerimaannya dimasa mendatang. Adapun saran-saran yang
dimaksud adalah:
a. Pelayanan Samsat Keliling perlu ditingkatkan lagi jadwal pelayanannya karena
mengingat potensi objek pajak dari tahun ke tahun meningkat. Baik dari segi waktu
pelayanannya yang selama ini hanya satu hari di tambah menjadi dua hari di satu
kecamatan yang memiliki objek pajak yang banyak, maupun dari segi tempat

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

38

pelayanannya yang selama ini melakukan pelayanan di kecamatan-kecamatan yang


dapat dijangkau ditambah lagi tempat pelayanannya yang sulit dijangkau seperti di
pulau pulau kecil yang ada disumbawa.
b. Diharapkan kedepan Pelayanan Samsat Keliling ini, juga dapat melayani
pembayaran Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) yang selama ini
penerimaannya hanya berlaku di kantor Samsat saja dikarenakan penerimaan Bea
Balik Nama Ini merupakan dari Objek Pajak Kendaraan Baru, Kendaraan Mutasi
dari Luar Daerah, maupun Penjualan ke pihak kedua.
c. Perlu inovasi-inovasi baru seperti membangun samsat pembantu di setiap kecamatan
kecamatan yang memiliki objek pajak yangllllllllllll cukup menjanjikan guna
dapat membantu meningkatkan lagi pendapatannya.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, dan Suharsini. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT.
Rineka Cipta, Jakarta.
Dispenda Prov NTB. 2002. Informasi Ringkas Pelaksanaan Pemungutan PKB dan
BBNKB. Kantor Pusat Dipenda Prov NTB, Mataram.
Mardiasmo. 2002. Perpajakan. Andi Yogyakarta, Yogyakarta.
Nasir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Moleong, L.J. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administratif dilengkapi dengan Metode R&D.
Alfabeta, Bandung.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Alfabeta,
Bandung.
Sugiyono. 2012. Statistik untuk Penelitian. Alfabeta; Bandung
Waluyo. 2003. Perpajakan Indonesia. Salemba Empat, Jakarta.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

39

PENGARUH PROMOSI TERHADAP PERKEMBANGAN GADAI EMAS PADA


BANK MANDIRI SYARIAH KCP SUMBAWA TAHUN 2013
Oleh:
Ipung Kurniawan

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh biaya promosi terhadap
perkembangan KLG emas di Bank Syariah Mandiri KCP Sumbawa. Promosi adalah
suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk merubah sikap
dan tinakah laku pembeli, yang sebelumnya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga
menjadi pembeli dan mengingat produk tersebut. Penelitian ini dilakukan pada salah
satu bank syariah di Kabupaten Sumbawa yaitu Bank Syariah Mandiri KCP Sumbawa.
Data diambil dari Laporan Bulanan periode Januari hingga Agustus tahun 2013. Tipe
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif-deskriptif. Dari hasil analisis regresi linier
sederhana diperoleh hasil bahwa promosi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap perkembangan KLG emas di Bank Syariah Mandiri KCP Sumbawa. Hal ini
disebabkan karena ada faktor lainnya seperti pelayanan, diskon margin, nilai taksiran
yang tinggi dan sebagainya yang lebih mempengaruhi terhadap perkembangan KLG
emas di Bank Syariah Mandiri KCP Sumbawa.
Kata Kunci: Promosi, Biaya Promosi, Perkembangan KLG Emas
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Emas dalam sejarah perkembangan perekonomian dunia sudah mulai dikenal
sejak 40 ribu tahun sebelum masehi. Emas seringkali diidentikkan dengan sesuatu yang
nomor satu, prestisius, elegan, kemewahan, dan lain-lain. Hal ini tidak lepas dari sifat
emas sebagai logam mulia yang mana pada keadaan murni dalam udara biasa, emas
tidak dapat teroksidasi atau berkarat. Bahkan jauh sebelum bangsa cina menemukan
uang kertas sebagai alat pembayaran yang sah, berbagai bangsa sudah menggunakan
emas sebagai alat pembayaran. Lebih jauh lagi, hingga sekarang emas masih menjadi
pilihan nomor satu baik itu digunakan sebagai aset kekayaan, perhiasan, cadangan
devisa, dan investasi.
Salah satu cara berinvestasi emas adalah dengan cara gadai emas yang umum
digunakan dikarenakan harga emas dalam jangka panjang yang mengimbangi nilai
inflasi, sehingga kegiatan menyimpan emas atau menggadaikan emas untuk ditebus atau
dijual pada saat nilai emas mengalami kenaikan dapat kita golongkan sebagai
investasi. Kegiatan yang lebih progresif lagi adalah konsep berkebun emas, atau dengan
kata lain dapat diartikan sebagai kegiatan gadai ulang emas.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

40

Pada akhir triwulan pertama tahun 1999, Bank Syariah Mandiri mulai
beroperasi. Sebagai anak perusahaan dari Bank Mandiri, kini Bank Syariah Mandiri
sudah menjadi salah satu bank syariah terbesar di Indonesia. Selain melakukan kegiatan
perbankan pada umumnya, Bank Syariah Mandiri juga membuka konter layanan gadai
emas di beberapa outlet mereka dan juga di beberapa bank yang menjalin kerja sama
dengannya, sebagai salah satu produk yang diharapkan bisa menjadi pilihan utama
masyarakat dalam melakukan kegiatan gadai emas mereka, selain sebagai salah satu
ujung tombak dalam meningkatkan aset perusahan.
Awal mulanya Layanan konter gadai emas di BSM KCP Sumbawa mulai
beroperasi sejak september 2011, namun pada november 2011 sesuai instruksi dari BI
(Bank Indonesia) agar semua konter layanan gadai emas di seluruh bank syariah seluruh
Indonesia dihentikan sementara karena adanya revisi regulasi terkait bisnis gadai di
perbankan syariah (Soheh, komunikasi persona 2013). Menurut Pegawai Officer Gadai
KLG Emas BSM KCP Sumbawa itu, pada saat itu omset gadai emas di BSM KCP
Sumbawa sudah mencapai Rp 900 juta. Akhrinya pada bulan april 2012 layanan gadai
emas di BSM mulai beroperasi kembali hingga sekarang pada posisi 31 April 2013
sudah mencapai angka Rp 1,7 Milyar. Kedepannya nanti, Bank Syariah Mandiri KCP
Sumbawa optimis angka tersebut akan mengalami kenaikan seiring dengan semakin
bertambahnya pengetahuan masyarakat akan keuntungan berinvestasi emas.
Berdasarkan perbedaan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya tersebut
inilah penulis tertarik untuk mengangkat fenomena ini sebagai judul skripsi yakni
Pengaruh Promosi Terhadap Perkembangan Gadai Emas Pada Bank Mandiri Syariah
KCP Sumbawa Tahun 2013.
1.2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah diperlukan untuk menghindari kesalahan data dalam
penelitian serta tercapainya tujuan penelitian. Adapun perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Adakah pengaruh promosi terhadap perkembangan gadai emas
pada Bank Syariah Mandiri KCP Sumbawa tahun 2013?.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh promosi
terhadap perkembangan gadai emas pada Bank Syariah Mandiri KCP Sumbawa tahun
2013.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Sebelumnya
Beberapa ahli telah menyumbangkan pemikiran-pemikiran mereka mengenai
perbankan syariah. Tidak hanya dari kalangan ahli, beberapa peneliti bahkan dalam
ruang lingkup yang lebih kecil telah menuliskan tentang layanan gadai menurut
kacamata islam. Sedangkan untuk gadai emas di perbankan syariah, Ami Apriani telah
melakukan penelitian terhadap gadai emas. Di dalam tulisannya, Prospek Gadai Emas
di Perbankan Syariah (2010) Apriani mengemukakan bahwa dalam proses gadai di
perbankan syariah, pihak bank menggunakan akad Qardh yang mana nasabah mendapat

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

41

pinjaman dengan barang sebagai jaminannya dan pihak Bank wajib menjaga barang
jaminan tersebut. Sedangkan untuk biaya pemeliharaan barang jaminan menggunakan
akad Ijarah.
Namun dalam tulisannya tersebut Apriani hanya menyampaikan kekurangan dan
kelebihan gadai emas di perbankan syariah tanpa menyebutkan perkembangan layanan
gadai emas di perbankan syariah serta metode promosi yang digunakan pihak perbankan
untuk memperkenalkan produk mereka kepada calon konsumen sehingga dapat
diprediksikan sejauh mana perkembangan gadai emas kedepannya nanti.
Sebuah penelitian dilakukan oleh Dido Saputra pada tahun 2005 tentang
pengaruh harga dan promosi terhadap keputusan konsumen membeli suatu produk
menghasilkan pernyataan bahwa promosi tidak menjadi tolak ukur bagi konsumen
untuk memilih barang yang ditawarkan, tetapi yang menjadi faktor utama dalam
penentuan keputusan konsumen dalam memilih produk adalah harga. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa harga sebuah produk sangat berpengaruh terhadap keputusan
konsumen. Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang lainnya di mana
promosi memberikan kontribusi yang besar terhadap volume penjualan suatu produk
(Harmanto, 2009).
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Bank Syariah
Secara umum, masyarakat mendefinisikan bank syariah sebagai bank islam,
bank tanpa bunga, bank yang menggunakan konsep islam, dll. Namun secara detail di
dalam Undang-undang No.10 tahun 1998 definisi bank syariah adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan prinsip syariah sendiri
menurut Pasal 1 ayat 13 Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan adalah:
aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain
untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang
dinyatakan sesuai dengan syariah antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
(mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah),
prinsip jual beli barang dengan keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang
modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya
pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak
lain (ijarah wa iqtina).
Prakarsa tentang Perbankan Syariah di Indonesia sudah sejak lama, yakni di
tahun 1980-an, ketika beberapa aktivis muda islam melakukan kajian tentang ekonomi
syariah, merekomendasi urgensi perbankan syariah. Namun tonggak sejarah perbankan
syariah dimulai dengan berdirinya PT Bank Muamalat Indonesia pada 1 November
1990 dengan modal awal Rp 106 miliar lebih. Beberapa tahun kemudian, Bank Syariah
bermunculan, seperti Bank Syariah Mandiri, BNI syariah, Bank Mega Syariah, dan lain
sebagainya.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

42

2.2.2. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional


Pada Bank Syariah kedudukan hubungan antara Bank dengan para kliennya
adalah sebagai mitra investor dan pedagang, seadangkan pada Bank konvensional pada
umumnya, hubungan antara Bank daengan kliennyaadalah sebagai kreditur dan
debitur.dalam beberapa hal bank konvensional dan Bank Syariah memiliki persamaan,
terutama dalam sisi teknis peneriaman uang, mekanisme transfer teknologi komputer
yang digunakan, syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan dan lain sebagainya.
Akan tetapi terdapat banyak perbedaan mendasar diantara keduanya yaitu (M.Syafii:
2001):
Bank Syariah Melakukan investasi-investasi yang halal saja, Berdasarkan
prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa, Profit and Falah oriented, Hubungan nasabah
dalam bentuk kemitraan, Penghimpunan dan penyaluran dana haruas sesuai dengan
fatwa dewan pengawas syariah. Sedangkan Bank Konvensional Investasi yang halal
dan haram , Memakai perangkat Bunga, Profit Oriented, Hubungan dengan nasabah
dalam bentuk hubungan debitur-debitur, Tidak terdapat dewan sejenis.
Selain perpedaan di atas ada beberapa perbedaan lagi antara Bank syariah dan
bank konvensional, Mudrajad Kuncoro (2001) yaitu:
Bank Syariah :
1. Besar kecilnya bagi hasil yang diperoleh deposan teragantung pada : Pendapatan
Bank, nisbah bagi hasil antara nasabah dan bank, nominal deposito nasabah, ratarata saldo deposito untuk jangka waktu tertentu yang ada pada bank, Jangka waktu
deposito karena berpengaruh pada lamanya investasi.
2. Bank Syariah memberi keuntungan kepada deposan dengan pendekatan LDR, yaitu
mempertimbangkan rasio antara dana pihak ketiga dengan pembiayaan yang
diberikan.
3. Dalam perbankan Syariah, LDR bukan saja mencerminkan keseimbangan tetapi
juga keadilan, karena bank benar-benar membagi hasil riil dari dunia usaha (loan)
kepada penabung (deposit).
Bank Konvensional :
1. Besar kecilnya bunga yang diperoleh deposan tergantung pada : Tingkat bunga yang
berlaku, nominal deposito, jangka waktu deposito.
2. Semua bunga yang diberikan kepada deposan menjadi beban langsung.
3. Tanpa memperhitungkan beberapa pendapatan yang dihasilkan dari dana yang
dihimpun.
4. Konsekwensinya, bank dapat menanggung biaya bunga dari peminjam yang ternyata
lebih kecil dibandingkan dengan kewajiban bunga deposan. Hal inilah yang disebut
dengan spread atau keuntungan negatif.
2.2.3. Konsep Bank Syariah
Secara garis besar, ekonomi berdasarkan syariah Islam ditentukkan oleh
hubungan aqad (perjanjian) yang terdiri dari lima konsep aqad. Bersumber dari lima
konsep ini bank syariah dapat menerapkan produk-produk lembaga keuangan bank

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

43

syariah dan lembaga keuangan bukan bank syariah yang dapat dioperasionalkan.
Kelima konsep tersebut adalah:
a) Prinsip Simpanan Murni (alWadiah)
Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh bank Islam untuk
memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana untuk menyimpan
dananya dalam bentuk al-Wadiah. Fasilitas al-Wadiah diberikan utnuk tujuan
investasi guna mendapatkan keuntungan seperti halnya tabungan dan deposito.
b) Bagi Hasil (Syirkah)
Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara
penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara
bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana.
Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah mudharabah dan musyarakah
c) Prinsip Jual beli (at-Tijarah)
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank
akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah
sebagai agen bank melakukan pembelian atas nama bank, kemudian bank menjual
barang tersebut kepada nasabah dengan harga beli ditambah keuntungan (margin).
d) Prinsip Sewa (al-Ijarah)
Prinsip ini secara garis besar terbagi atas dua jenis : (1) Ijarah, sewa murni, seperti
halnya penyewaan alat-alat produk (operating lease). Dalam teknis perbankan, bank
dapat membeli barang yang dibutuhkan nasabah kemudian menyewakan dalam
waktu yang telah disepakati kepada nasabah. (2) Bai Al Takjiri atau Ijarah Al
Muntahiya Bit Tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa
mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa (finansial lease).
e) Prinsip jasa/fee (al-Ajr walumullah)
Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk
produk yang berasarkan prinsip ini antara lain Bank Garansi, Kliring, Inkaso, Jasa,
Transfer, dll.
2.2.4. Promosi
Definisi promosi menurut Kotler adalah Promotion includes all the activities the
company undertakes to communicate and promote its product the target market.
Promosi adalah semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan
dan mempromosikan produknya kepada pasar sasaran. Sedangkan menurut Djaslim
Saladin dan Yevis Marty Oesman (2002:123) adalah suatu komunikasi informasi
penjual dan pembeli yang bertujuan untuk merubah sikap dan tinakah laku pembeli,
yang sebelumnya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga menjadi pembeli dan
mengingat produk tersebut.
Promosi merupakan alat komunikasi dan penyampaian pesan yang dilakukan
baik oleh perusahaan maupun perantara dengan tujuan memberikan informasi mengenai
produk, harga dan tempat. Informasi itu bersifat memberitahukan, membujuk,
mengingatkan kembali kepada konsumen, para perantara atau kombinasi keduanya.
Dalam promosi juga, terdapat beberapa unsur yang mendukung jalannya sebuah
promosi tersebut yang biasa disebut bauran promosi. Adapun bauran promosi menurut

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

44

Plilip Kotler dalam Saladin (2004) adalah sebagai berikut: Periklanan (Advertising) ,
Promosi Penjualan (Sales Promotion), Hubungan masyarakat dan Publisitas (Public
Relation and Publicity), Penjualan Persoanal (Personal Selling) , Pemasaran Langsung
(Direct Marketing).
III. METODELOGI PENELITIAN
3.1. Data Penelitian
Apabila dilihat dari karakteristik masalah dan kategori fungsionalnya (Azwar,
1998:8) penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian korelasional, yaitu untuk meneliti
sejauh mana variabel pertama berkaitan dengan variabel lain berdasar koefisien
korelasi. Hal ini sesuai maksud penelitian yang ingin mengetahui hubungan sebab
akibat antara variabel satu yakni promosi dengan variabel yang lain yaitu peningkatan
gadai emas di BSM KCP Sumbawa. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data kuantitatif yang meliputi nilai pencapaian target KLG emas BSM KCP Sumbawa
dari Januari sampai Agustus tahun 2013. Semua data yang digunakan dalam penelitian
ini bersumber dari kantor Bank Syariah Mandiri KCP Sumbawa yang beralamat di Jl.
Diponegoro no. 40 Sumbawa Besar, selama rentang waktu dari bulan Januari sampai
dengan bulan Agustus 2013. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data
adalah data dokumentasi.
3.2. Klasifikasi dan definisi Variabel
Berdasarkan landasan teori dan hipotesis penelitian yang telah diuraikan
sebelumnya, maka variabel-variabel dalam penelitian ini diidentifikasikan sebagai
berikut: Variabel bebas (variable independent) : promosi. Sedangkan Variabel terikat
(variable dependent) : perkembangan gadai emas. Promosi adalah jumlah biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan promosi di KLG Emas Bank Syariah Mandiri KCP
Sumbawa dari Januari sampai Agustus tahun 2013 dalam satuan rupiah. Serta
Perkembangan gadai emas adalah nilai pencapaian target KLG Emas Bank Syariah
Mandiri KCP Sumbawa dari Januari sampai Agustus tahun 2013 dalam satuan rupiah.
3.3. Teknik Analisa Data
Setelah data dikumpulkan, maka data tersebut dapat dianalisis untuk menjawab
pertanyaan penelitian, yaitu dengan cara analisis regresi linear sederhana. Analisis
regresi sederhana ini merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menentukan
hubungan sebab akibat antara satu variabel dengan variabel lainnya. Tujuan utama
regresi sederhana ini yaitu untuk memprediksikan nilai-nilai variabel terikat menurut
satu atau lebih variabel bebas. Hubungan linear antara kedua variabel dapat diketahui
dengan persamaan regresi:

Dimana:

Yi = Perkembangan gadai emas


Xi = Promosi
i = Observasi ke 1, 2, 3, n1
ei = Variabel gangguan

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

45

0 = Intersep
1 = Slope
IV. HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN
Sesuai dengan keputusan Direksi BSM tahun 2013, KLG Emas BSM KCP
Sumbawa ditargetkan untuk mampu mencapai angka Rp 5,021 Milyar per 31 Desember
2013, dengan rincian pencapaian target per bulannya sejumlah Rp 418.416.666,00. Pada
31 Agustus 2013, KLG Emas BSM KCP Sumbawa menutup laporan keuangan
bulanannya pada angka Rp 2.414.825.329,00.
Sejak mulai aktif beroperasi kembali pada awal tahun 2013 setelah sebelumnya
sempat vakum, BSM KCP Sumbawa telah melakukan beberapa kegiatan promosi yang
bertujuan untuk mengenalkan produk mereka dalam layanan gadai emas kepada
masyarakat Sumbawa. Beberapa di antaranya berupa promosi langsung (direct
marketing), brosur, sosialisasi serta cross-selling product. Total keseluruhan hingga
Agustus 2013 KLG Emas BSM KCP Sumbawa telah menghabiskan dana senilai Rp
13.570.000,00 untuk keperluan promosi.
Tabel 1.
Pencapaian KLG Emas BSM KCP Sumbawa Tahun 2013
Pencapaian KLG Emas BSM KCP Sumbawa Agustus 2013 (Dalam Juta Rupiah)
Target
Target
+/- Posisi
Posisi
+/- Posisi
Posisi s.d.
Posisi
s.d.
Agustus
Agustus
% Posisi
Desember
Agustus
Desember
KLG
2013
2013
2013
2013
2013
Emas
5.021,00

3.347,33

2.414,83

-932,50

- 2.606,17

72,14%

Sumber: Laporan Pencapaian Bulanan KLG Emas BSM KCP Sumbawa


Tabel 2.
Perbandingan Biaya Promosi Dan Penjualan
Biaya Operasional/Promosi
(Rp)
2.355.000,00
Januari
475.000,00
Februari

Pencapaian Posisi
Bulanan (Rp)
447.173.393,54
268.129.710,73

Maret

6.650.000,00

492.217.159,10

April
Mei
Juni
Juli
Agustus

700.000,00
1.250.000,00
450.000,00
530.000,00
1.160.000,00

479.877.460,49
247.091.426,59
241.654.842,14
51.402.119,21
218.949.271,91

Jenis kegiatan / promosi


Brosur, Sosialisasi, Baliho, Spanduk
Brosur
Brosur, Sosialisasi, Baliho, Hadiah
Langsung, Spanduk
Brosur
Hadiah Langsung, Sosialisasi
Brosur
Brosur
Brosur, Hadiah Langsung

Sumber: Pipelan dan Laporan Pencapaian KLG Emas BSM KCP Sumbawa

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

46

Tabel 3.
Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana
Model

(Constant)
Biaya Promosi

Unstandardized Coefficients
B

Std. Error

2.322E8

6.274E7

43.379

24.176

Standardized
Coefficients
Beta

.591

Sig.

3.701

.010

1.794

.123

Sumber: Data Sekunder (diolah)


Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Persamaan regresi linearnya adalah Y = 2.322E8 + 43.379 X
Gadai emas = 2,322E8 + 43,379 biaya produksi, Berdasarkan pada persamaan
tersebut dapat diketahui akibat yang akan terjadi terhadap volume penjualan. Dimana,
setiap terjadi peningkatan biaya promosi sebesar Rp. 1 maka volume penjualan akan
meningkat sebesar Rp. 43,379. Persamaan ini hanya digunakan untuk memprediksi
bagaimana perkembangan gadai emas yang akan diperoleh Bank Syariah Mandiri KCP
Sumbawa pada saat biaya promosi mengalami perubahan. Hubungan fungsional antara
biaya promosi terhadap perkembangan gadai emas berbanding searah, yaitu apabila
biaya promosi naik maka perkembangan gadai emas juga akan naik. Begitupun
sebaliknya, apabila biaya promosi mengalami penurunan maka perkembangan gadai
emaspun akan ikut menurun.
Berdasarkan hasil SPSS for windows Versi 20.0 diperoleh nilai thitung sebesar
1.794 dengan tingkat signifikan sebesar 0.123 (table 3). Sedangkan harga ttabel dimana
nilai = 5% dengan degree of freedom (df) = 8 2 = 6, adalah sebesar 2.447.
Selanjutnya nilai t hitung tersebut dibandingkan dengan nilai t 1/2 dengan kriteria
sebagai berikut :
1. H0 diterima (Ha ditolak), jika thitung < t1/2
2. H0 ditolak (Ha diterima), jika thitung > t1/2
Dengan demikian, thitung (1.794) < t1/2 (2.447), artinya Ha ditolak dan H0
diterima. Atau berdasarkan tingkat signifikansi, di mana nilai sig(0.123) > (0.05)
sehingga dapat dinyatakan bahwa biaya promosi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap perkembangan gadai emas.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

47

V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan serta dari hipotesis yang telah
disusun dan telah diuji pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan pengaruh
variabel independen terhadap perkembangan gadai emas di Bank Syariah Mandiri KCP
Sumbawa sebagai berikut:
1. Biaya promosi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan gadai
emas di Bank Syariah Mandiri KCP Sumbawa, dengan diketahui thitung < ttabel (1.794
< 2.447).
2. Ada faktor lainnya yang lebih berpengaruh terhadap perkembangan KLG emas di
Bank Syariah Mandiri KCP Sumbawa seperti pelayanan, diskon margin, nilai
taksiran yang tinggi dan sebagainya.
5.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di PT.Bank Syariah Mandiri KCP
Sumbawa, penulis ingin memberikan saran yang mudah mudahan dapat berguna bagi
perusahaan untuk dapat lebih meningkatkan kinerja perusahaan.
1. Gadai Emas merupakan sumber Pembiayaan serbaguna dengan jaminan emas,
maka dari itu untuk meningkatkan jumlah gadai, maka bank harus dapat menarik
minat masyarakat dengan cara lebih meningkatkan promosi yang tepat/efektif
terhadap calon nasabah yang akan mengadaikan emas, dengan memberikan fasilitas
yang menarik.
2. Produk Gadai Emas yang dimiliki oleh bank harus memberikan kemudahan dengan
berbagai fasilitas kepada nasabahnya dan juga harus memberikan undian bagi
nasabahnya. Bank juga harus melakukan promosi melalui media iklan seperti brosur
dan media lainnya. Dengan demikian bank akan lebih banyak memperoleh nasabah
gadai.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

48

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Ghofur Anshori. 2007. Perbankan Syariah di Indonesia. UGM Press,
Yogyakarta.
Adiwarman A. Karim. 2006. Bank Islam; Analisis fiqih dan keuangan. Edisi tiga. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Ahmad Gozali. 2005. Serba-Serbi Kredit Syariah; Jangan Ada Bunga Di Antara
Kita. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Andriati, Rizky. 2012. Manajemen Risiko.Majalah Sharing. Griya Cahaya, Jakarta.
Antonio, Muhammad Syafii. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Tazkia
Cendikia, Bandung.
Apriani, Ami. 2010. Pelaksanaan Gadai Emas di BSM. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
Cipta, Jakarta.
Fauzi, Yuslam. 2012. Memaknai Kerja. Perpustakaan BSM, Jakarta.
Heri Sudarsono. 2003. Bank dan Keuangan Syariah. Penerbit Ekonosia, Yogyakarta.
Kasmir. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Kotler, Philip dan Amstrong, Gary. 2001. Prinsip-prinsip pemasaran, edisi bahasa
Indonesia. Salemba Empat, Jakarta.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

49

ANALISIS PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA TERHADAP


PRODUKSI USAHA PAVING BLOK DI DESA JOROK
PADA UD. CAHAYA BARU TAHUN 2013

Oleh:
Serly Ardiansyah

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan variabel Tenaga
Kerja terhadap Produksi Usaha Paving Blok. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder berupa data jumlah tenaga kerja dan produksi usaha paving blok.
Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel terikat adalah Produksi (Y) Paving Block.
Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah tenaga
kerja (x). Koefisien variabel penjelas tenaga kerja sebesar 0,461 memberikan arti
bahwa kenaikan jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan UD Cahaya Baru
sebesar 1 orang akan mendorong peningkatan produksi usaha perusahaan UD Cahaya
Baru sebesar 0,461 unit dengan asumsi ceteris paribus. Ini menunjukkan bahwa
semakin besar produksi dipengaruhi secara signifikan oleh bertambahnya jumlah
tenaga kerja pada usaha UD. Cahaya Baru.
Kata Kunci : Tenaga Kerja, Produksi
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Potensi usaha paving blok sangat berperan dalam kegiatan perekonomian,
khususnya dalam kegiatan pembangunan. Baik pembangunan sarana umum,
pembangunan gedung maupun pembangunan lainnya. Paving block adalah komposisi
bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen Portland atau bahan perekat sejenis
air dan agregat harus dengan tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi
mutu dari pada beton tersebut (SK.SNI S-04-1989-F,DPU). Berbagai bentuk dan ukuran
paving yang terdapat pada tempat tempat penjualan paving dan semua itu biasanya
tergantung dari pabrik yang mencetaknya dengan adanya industri paving blok akan
memberikan peluang yang besar bagi penyerapan tenaga kerja yang memiliki keahlian
dibidang industri paving blok dan bangunan, dengan tersedianya lapangan pekerjaan
maka akan menciptakan pendapatan bagi tenaga kerja dan mengurangi tingkat
pengangguran.Secara prospektif keberadaan industri paving blok baik skala kecil,
menengah, maupun skala besar mempunyai nilai strategik bagi Indonesia, mengingat
proporsi perannya cukup besar dan menyangkut banyaknya tenaga kerja yang terlibat
dalam kegiatan pelaksanaan suatu proyek dan pembangunanan.
Menurut Laporan pembinaan Industri dalam sosialisasi Undang-Undang No.
18/1999 terdapat beberapa fenomena yang terjadi pada potensi usaha atau kondisi
industri di indonesia secara umum adalah belum terwujudnya mutu industri, ketepatan

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

50

waktu pelaksanaan, dan efisiensi pemanfaatan sumber daya sebagaimana direncanakan,


rendahnya tingkat penggunaan industri paving blok dan penyedia paving blok, belum
terwujudnya secara optimal kemitraan yang sinergis antar Industri paving blok, industri
paving blok dengan masyarakat
Dari fenomena diatas, terlihat adanya suatu masalah penting yang ada pada
industri paving blok yang mengganggu tingkat kesehatan usaha sehingga secara
otomatis akan mengganggu pada keberlangsungan usaha. Salah satu akibatnya
perusahaan akan mengalami penurunan produksi usaha usahanya. Rendahnya produksi
usaha akan berpengaruh pada keberhasilan usaha sektor industri paving blok pada
umumnya, sektor usaha akan berjalan lambat, dan jika dibiarkan maka tidak menutup
kemungkinan industri paving blok akan bangkrut.
Pada tingkat perusahaan, pengukuran produksi usaha terutama digunakan
sebagai sarana manajemen untuk menganalisa dan mendorong efisiensi produksi. Suatu
organisasi perusahaan perlu mengetahui pada tingkat produksi usaha mana perusahaan
itu beroperasi, agar dapat membandingkannya dengan produksi usaha standar yang telah
ditetapkan manajemen, mengukur tingkat perbaikan produksi usaha dari waktu ke
waktu, dan membandingkan dengan produksi usaha industri sejenis yang menghasilkan
produk/ jasa serupa. Hal ini menjadi penting agar perusahaan ini dapat meningkatkan
daya saing dari produk/ jasa yang dihasilkannya di pasar global yang sangat kompetitif.
Berpijak dari hal diatas, betapa pentingnya pengukuran produksi usaha
perusahaan. Maka penulis meneliti masalah produksi usaha yang terjadi pada
perusahaan Industri paving blok UD. Cahaya Baru yang tercatat sebagai perusahaan
Industri paving blok tingkat menengah yaitu usahanya bergerak dalam bidang
penyediaan paving blok jenis paving bata, diagonal, tiga berlian dan batako. UD.
Cahaya Baru menetapkan sistem pengukuran produksi usahanya mempertimbangkan
beberapa indikator produksi usaha, yang pada dasarnya mengacu pada konsep kualitas
dari tenaga kerja yaitu dari ketepatan menggunakan waktu dan mencapai kuantitas yang
menjadi target dengan kualitas yang paling baik. Selain itu tingkat efektivitas dan
efisiensi dalam penggunaan sumber daya yang tersedia, baik modal kerja mapun
penggunaan sumber daya manusia dalam mengorganisir kegiatan.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan penentu dalam menilai suatu obyek tertentu,
sehingga dapat terfokus, terencana sesuai dengan hasil yang diharapkan. Mengacu pada
latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat dirumusan yang menjadi pokok
permasalahan dalam penelitian ini yaitu Seberapa besar jumlah tenaga kerja yang
mempengaruhi produksi perusahaan Paving Block UD Cahaya Baru di Desa Jorok
Kecamatan Unter Iwes?
1.3.

Tujuan Penelitan
Dalam melakukan penelitian ini tentu lebih mengarah pada sebuah tujuan ingin
dicapai dalam aktivitas ekonomi industri diwilayahnya. Pada tujuan penelitian agar
terfokus maka tidak keluar dari batasan-batasan permasalahan yang telah

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

51

ditetapkan,tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap


produksi usaha Paving Blok UD. Cahaya Baru Desa Jorok Kecamatan Unter Iwes.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Annida dengan judul Analisis
Faktor- faktor yang mempengaruhi produktifitas Perusahaan pada tahun 2003
diwilayah Jawa Barat Kabupaten Bandung. Sementara Penelitian ini dilakukan di
perusahaan jasa konstruksi PT Matrix Primatama Bandung. Peneliti sebelumnya tidak
menjelaskan tentang klasifikasi Variabel, pada bagian Metodologi penelitian dan tidak
mencantumkan peneliti sebelumnya.Namun penelitian sebelumnya memudahkan
penelitian sebagai acuan untuk menyusun hasil penelitian ataupun memperoleh data
sekunder. Penelitian ini menggunakan variabel dependen dan independent dan hasilnya
Efektivitas modal kerja, kualitas tenaga kerja dan kemampuan manajerial berpengaruh
positif terhadap produksi usaha Perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi PT Matrix
Primatama Bandung. Senajutnya Penelitian sebelumnya oleh Erwin Romel dengan
judul Karakteristik Paving Block Fine Coarse Agregat Dengan Pemberian Variasi
Pressing Pada Proses Pembuatannya, Skripsi Jurusan Teknik Sipil UMM. Sementara
penelitian ini dilakukan di Home Industri CV. Raja Karya, Tanggulangin-Sidoarjo.
Hasilnya adalah Pemberian pressing pada pembuatan paving secara langsung (fullpressing) memberikan perbedaan hasil kuat tekan berkisar 11,05% lebih tinggi
dibandingan secara bertahap (partial)untuk pressing 40, 60 dan 80 kg/cm2 untuk semua
campuran paving. Tetapi untuk pressing 100 kg/cm2 perbedaan tersebut tidak terlihat
atau sangat fluktuatif pada setiap campuran.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Konsep Produktifitas
Vincen Gasverz (1998:100) mengungkapkan bahwa Proses peningkatan
produksi usaha memerlukan komitmen untuk perbaikan terus menerus yang melibatkan
secara seimbang antara aspek manusia (motivasi) dan aspek teknologi (teknik).
Selanjutnya Vincent Gasperz (1998:101) mengemukakan bahwa pada dasarnya proses
kerja terus menerus merupakan tindakan-tindakan yang diambil dalam sistem bisnis
global guna meningkatkan produksi usaha total melalui peningkatan efisiensi dan
efektivitas dari proses dan aktivitas melalui struktur organisasi manajemen yang ada.
Dalam pencapaian produksi usaha pada suatu organisasi atau perusahaan harus dapat
mempertimbangkan dan memperhatikan variabel utama yang harus diperbaiki yaitu
dalam penggunaan modal, khususnya modal kerja dengan efektif, efisien dan tepat
guna, penggunaan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja yang memiliki keahlian
sesuai dengan bidang kerja dan kemampuan seorang manajer dalam menjalankan fungsi
manajemen perusahaan.
Agus Sartono (2001:385) menyatakan bahwa Tindakan yang diambil dalam
pencapaian produksi usaha adalah dalam pemanfaatan modal kerja secara efektif dan
efisien, seluruh penggunaan modal kerja dipergunakan secara optimal sehingga tidak
terjadi kemubadziran. Manajemen modal kerja yang efektif menjadi sangat penting

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

52

untuk pertumbuhan keberlangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Apabila


perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan meningkatkan
produksinya, maka besar kemungkinan akan kehilangan pendapatan dan keuntungan
serta mempengaruhi produksi usaha
Bambang Riyanto (1991:64) Efektivitas modal kerja yaitu tingkat keberhasilan
suatu perusahaan dalam menggunakan modal kerja yang sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan, sehingga tidak menimbulkan kelebihan atau kekurangan dan dapat
memberikan rasio yang memuaskan. D.H. Bush (1991) dalam Iman Soeharto ( 1998:
43) mengatakan bahwa Kualitas tenaga kerja dapat dilihat dari waktu yang digunakan
dalam pelaksanaan proyek secara tepat dengan tujuan awal dan rencana awal dalam
pelaksanaan proyek. Karena waktu atau jadwal merupakan salah satu sasaran utama
proyek, keterlambatan akan mengakibatkan berbagai bentuk kerugian, misalnya
penambahan biaya, denda dari nilai kontrak, kredibilitas perusahaan mejadi jelek,
kehilangan kesempatan produk memasuki pasaran, dan lain-lain. Pengelolaan waktu
mempunyai tujuan utama agar proyek diselesaikan sesuai atau lebih cepat dari rencana
dengan memperhatikan batasan biaya, mutu dan lingkup proyek
Maman Ukas (1999:26) mengemukakan, sesuai dengan kode etik dari manajer
yang salah satunya mencari dan merekomendasi untuk menaikan produksi usaha dan
efisiensi harus didukung oleh kemampuan manajerial dari seorang manajer.
Selanjutnya, Maman Ukas (1999:97) menyatakan manajer yang memilki kemampuan
manajerial (manajer kompeten) adalah seorang yang memiliki kompetensi manajerial,
yaitu memiliki pengetahuan, dan sikap perilaku yang turut berkontribusi terhadap
penampilan manajerial yang efektif. Karena seseorang akan mampu mengelola
organisasi apabila ia memiliki kecakapan manajerial (managerial competensy) yaitu
suatu keterampilan atau karakteristik personal yang membantu tercapainya kinerja yang
tinggi dalam tugas manajemen.
Faktor faktor yang Mempengaruhi Produksi Perusahaan
Produksi usaha dapat digambarkan dalam dua pengertian yaitu secara teknis dan
finansial. Pengertian produksi usaha secara teknis adalah pengefesiensian produksi
terutama dalam pemakaian ilmu dan teknologi. Sedangkan pengertian produksi usaha
secara finansial adalah pengukuran produksi usaha atas ou tput dan input yang
telah dikuantifikasi. Suatu perusahaan industri merupakan unit proses yang
mengolah sumber daya (input) menjadi output dengan suatu transforma
tertentu. Dalam proses inilah terjadi penambahan nilai lebih jika dibandingkan
sebelum proses.
Definisi-definisi produksi usaha yang telah berkembang dan dibentuk oleh
para pakar di Negara-negara dan badan-badan Internasional, antara lain : 1.Menurut
Marvin E Mundel, yang dipublisir oleh The Asian Productivity Organization (APO)
produksi usaha didefinisikan sebagai berikut : Produksi usaha adalah rasio keluaran
yang menghasilkan untuk penggunaan di luar organisasi, yang memperbolehkan untuk
berbagai macam produk dibagi oleh sumber-sumber yang digunakan.
Menurut Paul Mali, definisi tentang produktifitas yang berkembang adalah
ukuran yang menyatakan seberapa hemat sumber daya yang digunakan di dalam
2.2.2.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

53

organisasi untuk memperoleh sekumpulan hasil. Vincen Gasverz (1998:19)


mengatakan bahwa Produksi usaha merupakan suatu kombinasi dari efektivitas dan
efisiensi, keberhasilan yang dipandang dari dua sisi igus yaitu sisi input dan output.
Whitmore Sedarmayanti (2001:58) menyatakan bahwa : Productivity is a measure of
the use of the reseources of an organization and is usually expressed as a ratio of the
output obtained by the uses reseources to the amount of reseources employed.
Whitmore memandang bahwa produksi usaha sebagai suatu ukuran atas
penggunan sumber daya dalm suatu organisasi yang biasanya dinyatakan sebagai rasio
dari keluaran yang dicapai dengan sumber daya yang digunakan.Dengan kata lain
produksi usaha dapat dikatakan bahwa pengertian produksi usaha memiliki dua dimensi,
yakni efektivitas dan efisiensi. Dimensi pertama berkaitan dengan pencapaian target
yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Sedangkan dimensi kedua
berkaitan dengan upaya membandingkan masukan dengan realisasi penggunaannya atau
bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.
III. METODELOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian dan Data Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif
bertujuan untuk menggambarkan sesuatu yang sedang berlangsung pada saat riset
dilakukan dan memeriksa sebab-sebab suatu gejala tertentu. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Studi kasus merupakan jenis penelitian
yang dirinci mengenai obyek termasuk tertentu dengan cakupan mendalam dan
menyeluruh termasuk lingkungan dan masa lalu. Data kuantitatif dalam penelitian ini
berupa jumlah tenaga kerja paving block UD. Cahaya Baru. Serta Data kualitatif
berupa daftar tenaga kerja, identitas tenaga kerja. Data yang diperoleh dari hasil peneliti
sebelumnya, Dinas Perindustrian, kecamatan, maupun dari Badan statistik di tingkat
kabupaten kota serta pendukung lainnya ( Winarno Soerahmad, 1998).
3.2. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Teknik observasi adalah merupakan tehnik pengumpulan data dengan mengadakan
pengamatan langsung di lapangan pada obyek penelitian tentang aktivitas ekonomi
yang dilakukan (Winarno Soerahmad, 1998).
2. Teknik interview adalah merupakan teknik yang dilakukan baik informan maupun
responden dengan cara bertatap muka dan bercakap-cakap dengan menggunakan
daftar pertanyaan yang telah disediakan (koesioner), tentang usia, jenjang
pendidikan, jumlah anggota keluarga, keragaman dan aktivitas kegiatan industri
sampel (Winarno Soerahmad, 1998).
3. Teknik Dokumentasi, yaitu teknik mencatat dan mengumpulkan data sekunder dari
instansi yang berkaitan dengan penelitian (Winarno Soerahmad, 1998).

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

54

3.3. Klasifikasi Variabel Penelitian


1. Variabel terikat (dependent) yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah produksi (Y) Paving
Block.
2. Variabel bebas (independent) adalah variabel yang memepengaruhi variabel
lainnya. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah tenaga kerja (X)
3.4. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Produksi Paving Block adalah jumlah paving blok yang mampu dihasilkan atau
diproduksi oleh usaha UD. Cahaya Baru.
2. Jumlah tenaga kerja adalah jumlah orang yang bekerja di UD. Cahaya Baru.

3.5. Tehnik Analisa Data


Analisa data penelitian ini menggunakan analsis statistik Inferensial yang
digunakan untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas dengan variabel terikat untuk
menguji hipotesis yang di ajukan. Model analisis yang di gunakan dalam penelitian ini
adalah model regresi linier sederhana adalah rumusnya sebagai berikut :
Y = 0 + 1 X1 + e
Ket :
Y
X1
0
e

=
=
=
=

Produksi Paving Block


Jumlah tenaga kerja
Konstanta regresi
Variabel gangguan (Residual/gletser)
Pengolahan data dengan bantuan komputer dalam program SPSS.

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil regresi.
4.1.1. Uji kesesuaian teoritik
Pengujian ini menyangkut masalah tanda dan intensitas hubungan ekonomi
dengan cara membandingkan kesesuaian tanda di antara variabel/parameter estimasi
dari model yang dipilih dengan hipotesis yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil
regresi model yang digunakan, diketahui bahwa variabel penjelas tenaga kerja
mempunyai arah atau tanda yang sesuai dengan hipotesis. Dengan kata lain, hasil
estimasi terhadap model yang dipilih telah sesuai dengan teori yang dipilih. Adapun
ringkasan hasil uji kesesuaian teoritik dari estimasi regresi model terpilih tersaji pada
tabel 1. berikut ini

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

55

Tabel 1.
Hasil Uji Arah Atau Tanda
Variabel penjelas

Tanda yang
dihipotesiskan

Hasil estimasi

Kesimpulan

Tenaga kerja

Sesuai

Sumber : Hasil Pengolahan Data


Berdasarkan diatas dapat diketahui bahwa koefisien hasil regresi untuk variabel
penjelas tenaga kerja tersebut sesuai dengan yang dihipotesiskan sehingga dapat
dikatakan bahwa model regresi linier yang dipilih sebagai model penelitian lolos dari uji
kesesuaian teoritik. Variabel penjelas tenaga kerja menunjukkan arah atau tanda
koefisien positif (+), hal ini menunjukkan hubungan yang positif, di mana semakin
besar atau meningkat produksi perusahaan yang dimiliki pengusaha, maka akan
semakin tinggi produksi usaha perusahaan UD Cahaya Baru dan begitu pula sebaliknya,
dalam hal ini diasumsikan bahwa faktor yang lain tidak berubah (ceteris paribus).
4.1.2. Uji Diagnostik
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari
kelayakan suatu model yang baik (Goodness of fit). Secara statistik, setidaknya ini dapat
diukur dari nilai statistik t dan koefisien determinasinya (R2). Suatu perhitungan statistik
disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis
(daerah di mana H0 ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila nilai uji
statistiknya berada dalam daerah di mana H0 diterima.
4.1.2.1. Uji t-statistik
Pengujian ini pada dasarnya menunjukkan seberapa besar pengaruh satu variabel
penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Berdasarkan
hasil regresi dengan menggunakan satu variabel penjelas maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Tabel 2.
Hasil Regresi Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Produksi Usaha
Perusahaan UD Cahaya Baru di Kecamatan Unter Iwis Tahun 2012
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Coefficients
Model
B
Std. Error
Beta
t
Sig.
1
(Constant)
12631720.430 197810.365
63.858
.000
Tenaga
3123655.914
12582.128
1.000 248.261
.000
Kerja
a. Dependent Variable: Produksi

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

56

- H0 : i 0, di mana secara individu variabel tenaga kerja tidak berpengaruh secara


signifikan terhadap produksi usaha.
- Ha : i > 0, di mana secara individu variabel tenaga kerja berpengaruh secara
signifikan terhadap produksi usaha.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai t-statistik sebesar 248,261dan ttabel sebesar 6,314 pada = 5% (0,05). Dengan melakukan pengujian satu sisi berarti
nilai t-statistik > t-tabel atau Ha diterima dan H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel
tenaga kerja berpengaruh secara signifikan dan berarah positif terhadap produksi usaha.
Dengan demikian hasil pengujian sesuai dengan hipotesis.
4.1.2.2. Koefisien Determinasi (R2)
Merupakan interpretasi ketepatan perkiraan yang menunjukkan seberapa besar
persentase variasi variabel penjelas dapat menjelaskan variasi variabel yang dijelaskan.
Hal tersebut sebagaimana terlihat dalam tabel 2.1 dibawah ini :
Tabel 2.
Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model

R Square

Adjusted R Std. Error of the


Square
Estimate

1
. 1.000a
.999
a. Predictors: (Constant), Tenaga kerja
b. Dependent Variable: Produksi usaha

.999

262119.27603

DurbinWatson
.917

Dari hasil estimasi diperoleh R2 sebesar 0,999 , artinya bahwa 0,999% variasi
perubahan variabel yang dijelaskan (produksi usaha) mampu dijelaskan oleh variasi
perubahan variabel penjelas (tenaga kerja), sisanya sebesar 1 % diterangkan oleh
variabel di luar model yang terangkum dalam kesalahan random antara lain jenis
komoditi lain, sarana dan prasarana produksi dan sebagainya.
4.1.2.3. Intrepretasi Hasil Regresi Linier Sederhaana
Dari hasil estimasi dengan bantuan program olah data SPPS 12.0 diperoleh
ringkasan hasil regresi dan nilai koefisien model regresi linier
Produksi Usaha = 12631720,430 + 3123655,914*Tenaga kerja + e
Dari model regresi tersebut dapat dijelaskan hasil regresi sebagai berikut :
1. Koefisien konstanta sebesar 12631720,430 memberikan arti bahwa jika tenaga kerja
tetap, maka produksi usaha perusahaan UD. Cahaya Baru sejumlah 12631720,430
unit.
2. Koefisien variabel penjelas tenaga kerja sebesar 3123655,914 memberikan arti
bahwa kenaikan jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan UD Cahaya Baru
sebanyak 1 orang akan mendorong peningkatan produksi usaha perusahaan UD

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

57

Cahaya Baru sebanyak 3123655,914 unit dengan asumsi ceteris paribus. Ini
menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah tenaga kerja akan menaikan produksi
usaha perusahaan UD Cahaya Baru.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya,
beberapa kesimpulan yang dapat diambil adalah Tenaga kerja mempengaruhi secara
nyata atau signifikan terhadap produksi usaha paving blok di desa Jorok UD Cahaya
Baru. Hal ini menunjukan kenaikan jumlah tenaga kerja akan mendorong kenaikan
jumlah produksi paving blok.
5.2. Saran-saran
Dalam penelitian yang dilakukan di Desa Jorok Kecamatan Unter - Iwes Pada
UD. Cahaya Baru ini terkait dengan rendahnya pendidikan petani maka saran dari
penyusun antara lain sebagai berikut:
1. Kepada Pimpinan UD. Cahaya Baru di Desa Jorok Kecamatan Unter Iwes
diharapkan untuk meningkatkan jumlah tenaga kerja lokal (masyarakat desa Jorok)
guna mengurangi angka pengangguran yang ada diwilayah tersebut.
2. Kepada Masyarakat Desa Jorok diharapkan Partisipasi aktif dalam mengikuti setiap
seminar, pelatihan, loka karya atau sejenisnya guna meningkatkan kualitas Sumber
Daya Manusia.

DAFTAR PUSTAKA
Sinungan, Muchdarsyah. 2000. Pengukuran Produktifitas. Jogjakarta
Sedarmayanti. 2001. Pengembangan dan Produktifitas. Skripsi, Fakultas Pertanian
Universitas Mataram.
Soerahmad, Winarno. 1998. Metode Penelitian Untuk Skripsi. Erlangga, Jakarta .
Soekartawi.1994. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Rajawali Pers, Jakarta.
Annida. 2003. Faktor-Faktor yang
Primatama, Bandung.

Mempengaruhi Produktifitas Prusahaan.

Moh. Nasir. 1998. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia.


Tadaro, MP. 1994. Pembanguan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Erlangga, Jakarta.
Erwin & Mustakim. 2006. Karakteristik Paving Block Fine Coarse Agregat Dengan
PemberianVariasi Pressing Pada Proses Pembuatannya. Skripsi, Jurusan
Teknik Sipil UMM.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

58

PENGARUH EVALUASI TUGAS DAN PENDAPATAN TERHADAP


ETOS KERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM
KABUPATEN SUMBAWA 2013
Oleh :
Elly Herdy Kusumawaty

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh evaluasi tugas dan pendapatan
terhadap etos kerja pegawai di lingkungan Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumbawa
dimana Rumah Sakit merupakan perusahaan yang memberikan jasa pelayanan
sehingga apabila etos kerja pegawai pada rumah sakit kurang baik maka akan sangat
mempengaruhi pencitraan terhadap rumah sakit tersebut. Mengingat kondisi yang ada
maka dengan ini peneliti mengangkat judul Pengaruh Evaluasi Tugas dan Pendapatan
Terhadap Etos Kerja Pegawai Di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kabupaten
Sumbawa Tahun 2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data
skunder yang diperoleh dari dalam kantor Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumbawa
berupa profil rumah sakit, data kepegawaian. Dalam menganalisa data pada penelitian
ini digunakan tehnik analisa regresi linier berganda yang diolah dengan menggunakan
program SPSS. Dari hasil pengolahan data tersebut menunjukan bahwa secara
simultan dapat diketahui bahwa nilai F hitung etos kerja pegawai (38,314) lebih besar
dari F tabel (3,130) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti secara serempak
ada pengaruh yang signifikan dari variabel variabel independen (evaluasi tugas dan
pendapatan) terhadap variabel terikat (etos kerja pegawai), dimana uji t hitung dari
masing-masing variabel adalah sebesar 4,516 untuk evaluasi tugas, dan 6,737 untuk
variabel pendapatan. Jika dibandingkan dengan t tabel (1,998) pada =5% untuk uji 2
(dua) sisi, maka pada model diatas terdapat pengaruh yang signifikan. Berdasarkan
hasil estimasi koefisien determinasi (R2) sebesar 0,520 yang berarti bahwa kemampuan
variabel bebas (evaluasi tugas dan pendapatan) mempengaruhi variabel terikat (etos
kerja) sebesar 52% dimana sisanya 48% etos kerja dipengaruhi oleh faktor lain. Maka
dari itu, dalam menuntut kepuasan pasien terhadap pelayanan maka diharapkan
kepada pihak Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumbawa melakukan evaluasi tugas
secara berkala serta meningkatkan pendapatan.
Kata Kunci: Evaluasi Tugas, Pendapatan, dan Etos kerja

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

59

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam era globalisasi, persaingan kerja yang semakin meningkat memaksa
setiap orang untuk menguasai keahlian dan kemampuan tertentu. Untuk dapat
menjawab tantangan ini diperlukan adanya dedikasi, kerja keras dan kejujuran dalam
bekerja. Manusia yang berhasil harus memiliki pandangan dan sikap yang menghargai
kerja sebagai sesuatu yang luhur untuk eksistensi manusia. Suatu pandangan dan sikap
demikian dikenal dengan istilah Etos Kerja. Dewasa ini Etos Kerja merupakan topik
yang kembali hangat. Telah sekian lama Indonesia selalu berkutat dengan masalah
korupsi, jam karet, asal kerja, semrawut dan predikat negatif lainnya.
Rumah Sakit merupakan perusahaan yang memberikan jasa pelayanan sehingga
apabila etos kerja pegawai pada rumah sakit kurang baik maka akan sangat
mempengaruhi pencitraan terhadap rumah sakit tersebut. Rumah Sakit Umum Sumbawa
Besar merupakan Rumah Sakit terbesar di Sumbawa Besar, yang juga memiliki
lingkungan kerja seperti tempat tinggal yang mana dirumuskan oleh para pendiri dan
top management perusahaan dan dianut oleh setiap komponen perusahaan. Pada
umumnya Rumah Sakit yang sukses adalah Rumah Sakit yang pegawainya memiliki
budaya kerja atau etos kerja yang kuat.
Etos kerja yang baik dalam perusahaan dapat membantu pegawai untuk
memahami bagaimana cara mereka bekerja menjalankan tugasnya. Etos kerja
merupakan suatu perasaan, pembicaraan serta tindakan manusia yang bekerja di dalam
perusahaan, jadi dapat dikatakan bahwa segala sesuatu yang ada di dalam perusahaan
termasuk di dalamnya cara berfikir, bersikap dan bertingkah laku dipengaruhi oleh etos
kerja yang ada di perusahaan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa etos
kerja adalah totalitas kepribadian diri individu serta cara individu mengekspresikan,
memandang, meyakini suatu pekerjaan sehingga menjadi kebiasaan yang menjadi ciri
khas untuk bertindak dan meraih hasil kerja yang optimal. Hal ini menunjukkan bahwa
etos kerja memiliki peran yang sangat penting dalam membangun prestasi dan
produktifitas kerja para pegawai sehingga mengarahkan perusahaan pada keberhasilan.
Etos kerja pegawai dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pendapatan dan
evaluasi tugas.
Pelayanan merupakan salah satu masalah yang selalu dikemukakan dan menjadi
keluhan masyarakat khususnya pasien pada Rumah Sakit Umum, tak terkecuali pada
Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumbawa. Permasalahan pelayanan ini semakin
meruncing mengingat biaya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang tidak murah
dibanding dengan kualitas pelayanan yang didapatkan. Etos kerja yang baik seakan
merupakan suatu keharusan bagi setiap pegawai untuk mengurangi permasalahan ini
Berdasarkan latar belakang tersebut maka pada penelitian ini penulis mengambil judul :
Pengaruh Evaluasi tugas dan Pendapatan terhadap Etos Kerja Pegawai di Lingkungan
Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumbawa 2013.
1.2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

60

1. Apakah ada pengaruh antara evaluasi tugas terhadap etos kerja pegawai di
lingkungan kerja Rumah Sakit Umum Sumbawa Besar?
2. Apakah ada pengaruh antara pendapatan terhadap etos kerja pegawai di lingkungan
kerja Rumah Sakit Umum Sumbawa Besar?
3. Apakah ada pengaruh antara evaluasi tugas dan pendapatan terhadap etos kerja
pegawai di lingkungan kerja kantor Rumah Sakit Umum Sumbawa Besar ?
1.3.

Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dapat tercapai dari penelitian ini diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara evaluasi tugas terhadap etos kerja
pegawai di lingkungan kerja Rumah Sakit Umum Sumbawa Besar.
2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara pendapatan terhadap etos kerja
pegawai di lingkungan kerja Rumah Sakit Umum Sumbawa Besar.
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara evaluasi tugas dan pendapatan
terhadap etos kerja pegawai di lingkungan kerja kantor Rumah Sakit Umum
Sumbawa Besar.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Sebelumnya
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Bambang Triatmojo (2006) dengan judul
penelitian : Pengaruh Motivasi, Kedisiplinan Dan Pengalaman Kerja Terhadap Etos
Kerja Karyawan Koperasi Unit Desa Kendalisodo Tawangharjo. Variable bebas dalam
penelitian ini adalah motivasi kerja (X1), Kedisiplinan kerja (X2), dan pengalaman kerja
(X3) kemudian yang menjadi variable terikatnya adalah Etos kerja (Y). Adapun tujuan
dari penelitian tersebut yaitu: (1) Untuk mengetahui apakah motivasi kerja, disiplin
kerja dan pengalaman kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap etos kerja, (2)
Untuk mengetahui berapa besar pengaruh motivasi kerja dan pengalaman kerja terhadap
etos kerja. Alat analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
regresi linier berganda. Hasil penelitian persamaan koefisien regresi linier berganda yang
diperoleh adalah sebagai berikut : Y = - 10,975 + 0,445 X1 + 0,279 X2 + 0,521 X3 + e.
Terdapat pengaruh yang signifikan variabel motivasi, kedisiplinan dan pengalaman
kerja terhadap etos kerja karyawan Koperasi Unit Desa Kendalisodo Tawangharjo
secara parsial dan simultan.
Penelitian juga dilakukan oleh Arista Ratnaningrum (2008) dengan judul
penelitian: Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi Kerja Dan pendapatan Karyawan
Terhadap Kinerja Karyawan CV. Surya Puspita Klaten. Variable bebas dalam penelitian
ini adalah gaya kepemimpinan (X1), motivasi kerja (X2), dan pendapatan karyawan (X3)
kemudian yang menjadi variable terikatnya adalah kinerja karyawan (Y). Adapun tujuan
dari penelitian tersebut yaitu: Untuk mengetahui apakah gaya kepemimpinan, motivasi
kerja dan pendapatan karyawan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
karyawan. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan analisis
Regresi Berganda dengan menggunakan uji t dan uji f. Hasil penelitian menunjukkan

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

61

bahwa variabel gaya kepemimpinan, motivasi kerja dan pendapatan karyawan


berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan CV. Surya Puspita Klaten.
Penelitian oleh Hari Setiyanto (2008) mengambil judul : Analisa Pengaruh
Promosi Tugas, Motivasi Kerja, Dan Kepuasan Kerja Terhadap etos kerja Pegawai Di
PDAM Karanganyar. Variable bebas dalam penelitian ini adalah promosi tugas (X1),
motivasi kerja (X2), dan kepuasan kerja (X3) kemudian yang menjadi variable terikatnya
adalah etos kerja (Y). Tujuan dari penelitian tersebut adalah Untuk mengetahui apakah
secara simultan dan parsial promosi tugas, motivasi kerja, dan kepuassan kerja memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap etos kerja. Alat analisis yang digunakan pada
penelitian ini yaitu dengan analisis Regresi Berganda dengan menggunakan uji t dan uji
f. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel promosi tugas, motivasi kerja dan
kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap etos kerja pegawai di
PDAM Karanganyar, baik secara parsial maupun secara simultan.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Evaluasi tugas
Evaluasi tugas adalah penentuan hubungan yang konsisten dan sistematis antara
upah dasar dengan pekerjaan yang ada dalam suatu organisasi. Merupakan kegiatan
yang dilakukan untuk membandingkan nilai dari suatu tugas dengan nilai dari tugas atau
tugas-tugas lainnya. Dalam menilai tugas ada tiga prinsip pokok yang harus
diperhatikan yaitu, mereka yang menilai tugas harus menilai tugasnya bukan
pegawainya, dalam memberikan nilai tugas harus berdasarkan keputusan-keputusan dan
menerima pendapat-pendapat yang disatukan dari beberapaorang, dan ketelitian
evaluasi tugas terutama ditentukan oleh ketelitian fakta-fakta tugas yang ada.
Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang evaluasi tugas, tetapi
umumnya semua definisi itu mengandung pengertian yang sama yaitu penentuan nilai
relative atau harga relatif dari suatu tugas dalam organisasi tertentu, yang hasilnya
kemudian dapat dijadikan sebagai patokan untuk menyusun skala atau skema
penggajian. Harus ditekankan disini, bahwa evaluasi tugas tidaklah bertujuan untuk
mengukur atau menilai hasil kerja seseorang dan karenanya jika proses ini melibatkan
pekerja dalam suatu tugas tertentu, ia harus merasa bebas dari perasaan akan dinilai,
sehingga didapatkan gambaran yang objektif tentang nilai relative pekerjaannya bagi
perusahaan atau organisasi tertentu.
Untuk dapat melakukan evaluasi tugas, organisasi atau perusahaan harus sudah
mempunyai deskripsi dan spesifikasi tugas yang diperoleh dari proses analisa tugas.
Karena itu dapat pula dikatakan bahwa evaluasi tugas merupakan kelanjutan dari proses
analisa tugas/pekerjaan. Kemudian harus pula diingat bahwa evaluasi tugas hanya
menghasilkan harga atau nilai relative suatu tugas, tidak menentukan berapa besar
bayaran atau imbalan yang akan diberikan kepada pemegang tugas tersebut. Penentuan
besaran gaji ditentukan oleh kebijaksanaan serta kemampuan perusahaan.
Ada berbagai metode evaluasi tugas yang dikenal, tetapi dalam tulisan ini hanya
akan di bahas tiga metode yang banyak digunakan dalam praktek sehari-hari (Ambar
Sulistiyani, 2003), yaitu :
1) Ranking Method

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

62

Metode ini adalah yang paling sederhana dan tertua dalam melakukan evaluasi
tugas. Tahap awal dari metode ini adalah melakukan pemeringkatan tugas atau
pekerjaan untuk setiap divisi atau departemen. Pemeringkatan dapat dilakukan
berdasarkan uraian dan spesifikasi serta persyaratan tugas. Dalam hal ini harus
ditetapkan apa tugas atau pekerjaan yang paling sukar sampai yang paling mudah.
Misalnya untuk divisi atau departemen penjualan, peringkat tugasnya adalah
manajer penjualan, kepala cabang, supervisor penjualan, kepala bagian administrasi
penjualan, salesman, staf administrsai penjualan. Divisi atau departemen lainnya
juga harus menyusun pemeningkatan serupa untuk tugas-tugas atau pekerjaan di
divisinya masing-masing. Setelah semua divisi menyerahkan pemeringkatan
tugasnya, maka ditunjuk suatu komite untuk menentukan ranking atau peringkat
tugas untuk seluruh perusahaan. Biasanya komite ini terdiri dari perwakilan setiap
divisi. Komite mempelajari serta membandingkan setiap tugas dan kemudian
menetapkan peringkatnya. Dalam hal ini bisa saja terjadi bahwa satu atau lebih
tugas berada dalam peringkat yang sama, misalnya supervisor administrasi
penjualan, kepala bagian umum dan supervisor produksi memiliki peringkat tugas
yang sama. Hasil komite kemudian dijadikan dasar untuk menetapkan golongan
penggajian.
Metode ini sangat sederhana dan hanya sesuai untuk organisasi kecil dengan tugas
yang tidak terlalu banyak. Dalam kondisi ini masih dimungkinkan adanya beberapa
orang yang cukup mengetahui dan menguasai semua jenis pekerjaaan yang ada di
organisasi tersebut. Sebaliknya, jika organisasi perusahaan cukup besar, akan sukar
untuk mengetahui dan menguasai pekerjaan yang ada, sehingga dapat dipastikan
hasilnya akan kurang teliti dan dapat menimbulkan keresahan di kalangan pekerja.
2) Paired Comparison Method
Metode ini merupakan bentuk lain dari ranking method, hanya pada metode ini
telah dilakukan pembobotan secara sederhana untuk setiap pekerjaan dengan
membandingkannya terhadap keseluruhan pekerjaan yang ada di suatu organisasi.
Jadi pada metode ini setiap tugas dibandingkan dengan seluruh tugas lainnya yang
ada dalam organisasi tersebut, kemudian diberi nilai atau bobot dengan ketentuan,
nilai 0 jika tugas tersebut lebih rendah bobotnya daripada tugas yang
diperbandingkan, nilai 1 jika tugas tersebut sama bobotnya dengan tugas yang
diperbandingkan, dan nilai 2 jika tugas tersebut lebih tinggi bobotnya dari tugas
yang diperbandingkan.
Seluruh nilai bobot yang diperoleh suatu tugas dijumlahkan untuk mendapatkan
nilai bobot akhirnya. Nantinya setelah seluruh tugas mendapatkan nilai bobot akhir,
maka dibuat peringkat tugas dari tugas yang nilainya tertinggi sampai yang
terendah.
Seperti halnya dengan ranking method, pada metode ini pemeringkatan juga
dilakukan oleh suatu tim atau komite yang terdiri dari perwakilan setiap
departemen atau divisi dan orang-orang yang mengetahui jenis-jenis pekerjaan
yang ada di dalam perusahaan. Hasil analisa tugas seperti uraian tugas, spesifikasi
tugas serta persyaratan tugas juga akan sangat membantu dalam menetapkan

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

63

perbandingan antara satu tugas dengan tugas lainnya. Metode ini cukup sederhana
dan mudah dilakukan, tidak memerlukan keterampilan khusus bagi orang yang
melakukannya. Tetapi dilain pihak, seperti halnya ranking method, hasilnya kurang
tajam dan kurang memiliki derajat pembeda antara satu pekerjaan dengan pekerjaan
lainnya.
3) Point Method
Salah satu metode yang paling sering digunakan untuk melakukan evaluasi tugas
adalah point method. Metode ini dipandang lebih teliti dan objektif dalam
menentukan nilai suatu tugas. Untuk dapat menggunakan metode ini organisasi
sudah harus memiliki uraian tugas yang lengkap disertai dengan spesifikasi dan
persyaratan tugas.
Pada awalnya, organisasi menetapkan faktor-faktor tugas yang akan dijadikan
landasan untuk melakukan evaluasi, kemudian untuk setiap faktor ditentukan
tingkatannya dan kemudian setiap faktor atau gabungan beberapa faktor dibuat
bobotnya sehingga pada akhirnya dapat diperoleh nilai (point) untuk setiap tugas
atau pekerjaan. Setelah semua tugas mempunyai nilai, yang biasanya dilakukan
melalui forum khusus antara komite dengan perwakilan setiap divisi atau
departemen, akhirnya dapat ditetapkan penggolongan tugas.
2.2.2. Pendapatan
Pendapatan nominal adalah pendapatan yang diukur dalam unit moneter per
periode waktu, berapa banyak rupiah per minggu, per bulan atau per tahun. Pendapatan
riel adalah daya beli pendapatan uangnya, ini adalah kuantitas barang dan jasa yang
dapat dibeli dengan pendapatan nominal. Jika harga nominal tetap konstan, setiap
perubahan pendapatan nominal akan menyebabkan perubahan yang sesuai dengan
pendapatan rielnya. Akan tetapi, jika harga nominal berubah, pendapatan riel dan
pendapatan nominal tidak berubah dengan proporsi yang sama. ( Wasana dan
Kirbrandoko, 1995).
Pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh dari gaji yang diterima perbulan
ditambah dengan tunjangan berdasarkan tingkat golongannya. Gaji terdiri dari gaji
pokok ditambah tunjangan tetap sedangkan tunjangan sosial terdiri dari tunjangan
transportasi dan lain-lain. Gaji adalah pendapatan dasar yang diberikan pengusaha
kepada pekerja berdasarkan pangkat dan golongannya. Ketentuan minimal besarnya gaji
ditentukan oleh sebuah komisi yang diketuai oleh gubernur dan anggota diambil dari
kelompok yang mewakili pekerja, pengusaha, dewan pakar dan unsure Disnaker.
Besarnya nilai upah disebut upah minimum propinsi (UMP), yang disusun berdasarkan
standar kebutuhan hidup minimum (KHM), indeks harga konsumen (IHK), kemampuan
perusahaan dan kondisi pasaran tenaga kerja. Upah untuk sektor perkebunan dalam
UMSK (Upah Minimum Sektoral Kabupaten) (Ghani, 2003). Ada beberapa sistem
penggajian pegawai yang dilakukan perusahaan perkebunan untuk menciptaka keadilan
dalam menghargai hasil kerja pegawainya demi kemajuan perusahaan perkebunan.
Adapun sistem penggajian yang digunakan adalah (Simanjuntak, 2007):
1. Memberikan gaji tetap secara berjenjang menurut golongan.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

64

2. Memberikan sistem premi selain gaji tetap.


3. Memberikan sistem bonus dari keuntungan perusahaan setiap akhir tahun.
4. Sistem penggajian juga dapat ditambah dengan tunjangan lain antara lain: uang
lembur, insentif, perawatan kesehatan dan pengobatan, jamsostek, uang pensiun,
bantuan perumahan, catu beras dan hak cuti.
Untuk meningkatkan etos kerja pegawai maka diberikan tambahan pendapatan
diluar gaji tetap yang berupa insentif dan premi. Insentif adalah penghargaan kepada
pegawai atas segala jerih payahnya dalam meningkatkan tugas diluar gaji yang diterima
setiap bulan dengan besaran yang dapat berubah-ubah sesuai dengan hasil kinerjanya.
Pemberian gaji pokok harus dapat membuat pekerja merasa aman namun tidak mampu
memberikan motivasi. Upah yang dikaitkan dengan kinerja insentif dikatakan mampu
memberikan motivasi untuk meningkatkan produktivitas (Panggabean,2002). Insentif
merupakan suatu program yang dilaksanakan perusahaan untuk dapat merangsang
pegawai untuk meningkatkan produktivitas dalam proses produksi. Uang insentif adalah
diluar uang/upah yang diterima pegawai. Karena pada dasarnya upah pegawai yang
sama kedudukannya adalah sama, akan tetapi imbalan yang diterima pegawai setiap
bulannya adalah berbeda (Nasution,2000). Dasar utama dalam pemberian insentif
adalah berupaya meningkatkanmotivasi pekerja agar mereka mau bekerja dengan
produktivitas yang tinggi.
Dengan asumsi bahwa pekerja dalam hal ini bisa dimotivasi dengan uang, maka
pemberian insentif baru akan memberikan hasil yang diharapkan bilamana 3 faktor
tersebut dibawah ini telah dipertimbangkan benar-benar pada saat kebijaksanaan
pemberian insentif akan ditetapkan yaitu: Besarnya bonus/insentif yang diberikan,
Frekuensi pemberian bonus/insentif dan Setiap yang berhak menerima (group atau
individual bonus).
Kompensasi dalam bentuk insentif merupakan suatu bentuk biaya yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan dengan harapan bahwa perusahaan akan memperoleh
imbalan dalam bentuk prestasi kerja dari pegawainya (Sofyandi, 2008). Premi adalah
pendapatan yang diperoleh pekerja apabila telah melampui batas ketentuan yang
ditetapkan pengusaha. Seseorang yang bekerja melebihi kewajibannya berhak
memperoleh premi. Dengan diberikannya premi maka pegawai penderes mendapatkan
tambahan penghasilan diluar gaji. Premi terdiri dari :
1. Premi Hari Sadap Biasa
- Premi prestasi
- Premi kerajinan
- Premi khusus
2. Premi Sadap Minggu
3. Premi Pengawas Panen (PTPN III Kebun Silau Dunia)
2.2.3. Etos kerja
2.2.3.1. Pengertian Etos kerja
Etos kerja berasal dari bahasa yunani yang memberikan arti sikap, kepribadian,
watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu,
tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Dalam kamus besar bahasa Indonesia

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

65

etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi cirri khas dan keyakinan seseorang atau
suatu kelompok. Secara terminologis kata etos, yang mengalami perubahan makna yang
meluas. Digunakan dalam tiga pengertian berbeda yaitu: Suatu aturan umum atau cara
hidup, Suatu tatanan aturan perilaku dan Penyelidikan tentang jalan hidup dan
seperangkat aturan tingkah laku
Etos kerja merupakan watak atau karakter seorang individu atau kelompok
manusia yang berupa kehendak atau kemauan yang disertai dengan semangat yang
tinggi, guna mewujudkan sesuatu cita-cita. Jadi, definisi etos kerja adalah refleksi dari
sikap hidup yang mendasar maka etos kerja pada dasarnya juga merupakan cerminan
dari pandangan hidup yang berorientasi pada nilai-nilai yang berdimensi trensenden.
Menurut Bob Black dalam Iga Manuati Dewi (2002: 2), kerja adalah suatu aktivitas
yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan-tujuan yang ingin dipenuhinya. Etos
kerja menurut Chaplin (2001) mengatakan bahwa etos kerja adalah watak atau karakter
suatu kelompok nasional atau kelompok rasial tertentu. Etos kerja dalam suatu
perusahaan tidak akan muncul begitu saja, akan tetapi harus diupayakan dengan
sungguh-sungguh melalui proses yang terkendali dengan melibatkan semua sumber
daya manusia dalam seperangkat sistem dan alat-alat pendukung.
Tasmara (2002) mengatakan bahwa etos kerja merupakan suatu totalitas
kepribadian dari individu serta cara individu mengekspresikan, memandang, meyakini
dan memberikan makna terhadap suatu yang mendorong individu untuk bertindak dan
meraih hasil yang optimal ( high performance ). Berpijak pada pengertian bahwa etos
kerja menggambarkan suatu sikap, maka dapat ditegaskan bahwa etos kerja
mengandung makna sebagai aspek evaluatif yang dimiliki oleh individu ( kelompok )
dalam memberikan penilaian terhadap kerja.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa etos kerja adalah
totalitas kepribadian diri individu serta cara individu mengekspresikan, memandang,
meyakini suatu pekerjaan sehingga menjadi kebiasaan yang menjadi ciri khas untuk
bertindak dan meraih hasil kerja yang optimal. Selain itu dari uraian diatas terdapat
beberapa pengertian etos kerja, antara lain :
1. Keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku bagi seseorang,
sekelompok orang atau sebuah instansi.
2. Etos kerja merupakan perilaku khas suatu komunitas atau organisasi, mencakup
motivasi yang menggerakkan, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran dasar, kode
etik, kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi-aspirasi, keyakinan-keyakinan,
prinsip-prinsip, standar-standar.
3. Sehimpunan perilaku positif yang lahir sebagai buah keyakinan fundamental dan
komitmen total pada sehimpunan paradigma kerja yang integral.
2.2.3.2. Aspek-Aspek Pengukuran Etos Kerja
Paradigma kerja yang profesional menurut Jansen Sinamo dalam Iga Manuati
Dewi (2005) antara lain adalah:
a. Kerja adalah rahmat : Harus bekerja tulus penuh syukur
b. Kerja adalah amanah : Harus bekerja benar penuh integritas
c. Kerja adalah panggilan : Harus bekerja tuntas penuh tanggung jawab

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

66

d.
e.
f.
g.
h.

Kerja adalah aktualisasi : Harus bekerja keras penuh semangat


Kerja adalah ibadah : Harus bekerja serius penuh pengabdian
Kerja adalah seni : Harus bekerja kreatif penuh suka cita
Kerja adalah kehormatan : Harus bekerja unggul penuh ketekunan
Kerja adalah pelayanan : Harus bekerja sempurna penuh kerendahan hati
Aspek pengukuran dalam etos kerja menurut Handoko ( 1993 ) yaitu antara lain
sebagai berikut :
a. Aspek dari dalam, merupakan aspek penggerak atau pembagi semangat dari dalam
diri individu, minat yang timbul disini merupakan dorongan yang berasal dari dalam
karena kebutuhan biologis, misalnya keinginan untuk bekerja akan memotivasi
aktivitas mencari kerja.
b. Aspek motif sosial, yaitu aspek yang timbul dari luar manusia, aspek ini bisa
berwujud suatu objek keinginan seseorang yang ada di ruang lingkup pergaulan
manusia. Pada aspek sosial ini peran human relation akan tampak dan diperlukan
dalam usaha untuk meningkatkan etos kerja pegawai.
c. Aspek persepsi, adalah aspek yang berhubungan dengan suatu yang ada pada diri
seseorang yang berhubungan dengan perasaan, misalnya dengan rasa senang, rasa
simpati, rasa cemburu, serta perasaan lain yang timbul dalam diri individu. Aspek ini
akan berfungsi sebagai kekuatan yang menyebabkan pegawai memberikan perhatian
atas persepsi pada sistem budaya organisasi dan aktfitas kerjanya.
Mengingat kandungan yang ada dalam pengertian etos kerja, unsur penilaian,
maka secara garis besar dalam penelitian itu, dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
penilaian positif dan negatif. Berpangkal tolak dari uraian itu, maka suatu individu atau
kelompok masyarakat dapat dikatakan memiliki etos kerja tinggi, apabila menunjukkan
tanda-tanda sebagai berikut :
a. Memiliki penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia.
b. Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi
eksistensi manusia.
c. Kerja yang dirasakan sebagai suatu aktivitas yang bermakna bagi kehidupan
manusia.
d. Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus
sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita.
e. Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah.
Sedangkan bagi individu atau kelompok masyarakat, yang memiliki etos kerja
rendah, maka akan mewujudkan ciri-ciri yang sebaliknya, yaitu :
a. Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri.
b. Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia.
c. Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh kesenangan.
d. Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan.
e. Kerja dihayati sebagai bentuk rutinitas hidup.
Nitisemito (1996) mengatakan bahwa indikasi turun/rendahnya semangat dan
kegairahan kerja antara lain: Turun/rendahnya produktifitas, Tingkat absensi yang
naik/rendahnya, Labour turnover (tingkat perputaran buruh) yang tinggi, Tingkat

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

67

kerusuhan yang naik, Kegelisahan dimana-mana. Tuntutan yang sering terjadi dan
Pemogokan.
2.2.3.3. Nilai-Nilai Dalam Etos Kerja
Daya dorong bagi pendisiplinan jajaran kerja diberikan oleh Herzberg. Dasar
bagi gagasannya adalah faktor-faktor yang memenuhi kebutuhan orang akan
pertumbuhan psikologis, khususnya tanggung jawab dan etos kerja untuk mencapai
tujuan yang efektif. Dalam buku Manusia Indonesia karya Mochtar Lubis,
diungkapkan adanya karakteristik etos kerja tertentu yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia. Beberapa diantara ciri-ciri itu adalah : Munafik , Tidak bertanggung jawab,
Feodal , Percaya pada takhayul dan Lemah wataknya. Beliau tidak sendirian, sejumlah
pemikir atau budayawan lain menyatakan hal-hal yang serupa. Misalnya, ada yang
menyebut bahwa bangsa Indonesia memiliki budaya loyo, dan banyak lagi.
III. KERANGKA KONSEPTUAL
Untuk lebih mempermudah pemahaman dalam mempelajari dan melakukan
penelitian ini, maka diperlukan suatu kerangka pemikiran yang jelas. Gambar berikut
menunjukkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini.
Evaluasi tugas (X1)
Etos Kerja (Y)
Pendapatan (X2)

Gambar 1.
Kerangka Konseptual
IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Data Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian kuantitatif berupa data pegawai
di Rumah Sakit Umum kabupaten Sumbawa hal ini dilakukan denganntujuan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh evaluasi tugas dan pendapatab pegawai terhadap
etos kerja pagawai di lingkungan Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumbawa. Untuk
memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti mengambil dan mengumpulkan data dari
kantor Rumah Sakit Umum Sumbawa Besar yang meliputi data profil dan data pegawai
Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumbawa.
4.2. Populasi dan Sampel
Dalam suatu penelitian, untuk memperoleh data yang dihasilkan maka tidaklah
harus meneliti keseluruhan individu yang menjadi populasi dalam penelitian tersebut.
Karena disamping memerlukan biaya yang sangat besar, juga membutuhkan waktu yang
lama serta tenaga yang tidak sedikit. Peneliti cukup mengadakan penelitian terhadap

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

68

sebagian dari populasi tersebut, namun demikian hasilnya dapat menggambarkan


keseluruhan populasi terhadap suatu permasalahan yang sedang diteliti. Sebagian yang
diambil dari populasi dinamakan sampel.
Sudjana menyatakan bahwa Populasi adalah totalitas semua nilai yang
mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai
karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin
dipelajari sifat-sifatnya, dinamakan populasi. Menurut Suharsimi Arikunto Sampel
adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti Penentuan sampel yang akan
dianalisa pada penelitian ini diambil dari populasi keseluruhan yaitu seluruh pegawai
Rumah Sakit Umum (RSU) Sumbawa Besar yang berjumlah 467 orang antara lain PNS
283 orang, honorer 9 orang, kontrak 97 orang, dan sukarela 81 orang. Dengan
menggunakan rumus slovin maka sampel dalam penelitian berjumlah 74 orang.
4.3. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Yaitu mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti (Husain
Umar, 2004). Dalam hal ini peneliti melakukan observasi di RSU Sumbawa
Besar.
2. Kuesioner
Yaitu dengan jalan menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden untuk
mendapatkan data (Husain Umar, 2004). Peneliti membuat daftar pertanyaan
untuk kuisioner berdasarkan indikator indikator variabel penelitian, yang mana
daftar pertanyaan atau kuisioner tersebut disebarkan kepada responden yaitu
pegawai Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumbawa untuk dijawab.
3. Pencatatan dokumen
Yaitu mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa catatan,
agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006:158). Dalam hal ini peneliti melakukan
pencatatan dokumen di RSU Sumbawa Besar.
Sebelum dianalisis terlebih dahulu membagikan daftar pertanyaan kepada
responden dengan pilihan jawaban yang tersedia. Pada penelitian ini tingkat
penilaiannya dengan Skala Likert menurut Likert, Rensis (1932), sebagai berikut:
Pilihan sangat setuju diberi skor 5, Pilihan setuju diberi skor 4, Pilihan netral diberi skor
3, Pilihan tidak setuju diberi skor 2, Pilihan sangat tidak setuju diberi skor 1
4.4. Klasifikasi Variabel
1. Variabel bebas (variable independent) adalah variabel yang mempengaruhi
variabel lain (Husain Umar, 2004), yang termasuk variabel bebas dalam penelitian
ini adalah :
a. Evaluasi tugas (X1).
b. Pendapatan (X2).
2. Variabel terikat (variable dependent) adalah variabel yang dipengaruhi variabel
lain (Husain Umar, 2004). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat
adalah Etos kerja Pegawai (Y).

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

69

4.5. Definisi Operasional Variabel


1. Evaluasi tugas, Tugas adalah beban kerja yang diterima dan wajib dilaksanakan
oleh setiap pegawai di Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumbawa sesuai dengan
pangkat atau golongan pegawai PNS di Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumbawa
yang terdiri dari 4 golongan yaitu golongan I/A-I/D, golongan II/A-IV/D,
golongan III/A-III/D dan golongan IV/A-IV/D, dengan beberapa indikator untuk
mengevaluasinya menurut Nawawi (2003: 395) yaitu: Uraian tugas, Hasil kerja,
Hubungan kerja resiko atau bahaya tugas.
2. Pendapatan, Pendapatan adalah jumlah gaji atau upah yang diterima oleh pegawai
Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumbawa, dengan indikator indikator menurut
Simamora (2004: 445) yang dapat diukur melalui: Produktifitas, Insentif dasn
Fasilitas
3. Etos kerja, Etos kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh pegawai Rumah Sakit
Umum Kabupaten Sumbawa yang dinilai oleh pimpinan Rumah Sakit Umum
Kabupaten Sumbawa. Menurut Tasmara (2002), etos kerja dapat diukur melalui
beberapa indikator yaitu antara lain sebagai berikut: Menghargai waktu, Tangguh
dan pantang menyerah, Keinginan untuk mandiri dan Penyesuaian
4.6. Tekhnik Analisa Data
Uji Analisis menggunakan Regresi Linier Berganda, Analisis regresi berganda
digunakan untuk membuat prediksi besarnya nilai variabel dependen (Y) berdasarkan
nilai variabel independen (X). Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat dengan menggunakan persamaan garis regresi, (Djarwanto dan
Subagyo, 2000: 309). Formulasinya adalah sebagai berikut:
Y = a + b1 x1 + b2 x 2 + e
Y
= Etos Kerja
a
= Konstanta
b1, b2 = Koefisien regresi
X1
= Evaluasi tugas
X2
= Pendapatan
e
= Error disturbance
V. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Analisis
5.1.1. Uji Instrumen Penelitian
Uji Validitas, Uji validitas digunakan untuk mengetahui tingkat kecermatan
suatu alat ukur dalam menjalankan fungsi ukurnya. Kriteria yang digunakan valid atau
tidak valid adalah bila koefisien korelasi r yang diperoleh lebih dari atau sama dengan
koefisien di tabel nilai-nilai kritis r, yaitu pada taraf signifikansi 5%, instrument tes
yang diujicobakan tersebut dinyatakan valid. Uji validitas dilakukan dengan
menggunakan perhitungan product moment terhadap item-item kuesioner dengan
program komputer statistik. Dasar pertimbangan untuk mengukur valid tidaknya
kuesioner adalah dengan membandingkan antara r hitung (r xy) terhadap r tabel. Nilai r

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

70

tabel untuk penelitian ini adalah r tabel dengan df = (n 2) = 68 pada = 5% yaitu


0,2352. Jika r hitung lebih besar dari r tabel maka kuesioner dikatakan valid dan
sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka kuesioner tersebut dikatakan tidak
valid sebagai instrumen penelitian. Adapun hasil uji tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 1.
Hasil Uji Validitas Pertanyaan tentang Evaluasi tugas
Variabel
Item
r hitung
r table
Ket
X1: Evaluasi tugas
1
0,340
0,2352
Valid
2
0,361
0,2352
Valid
3
0,446
0,2352
Valid
Sumber: Data primer diolah
Tabel 2.
Hasil Uji Validitas Pertanyaan tentang Pendapatan
Variabel
Item
r hitung
r tabel
Ket
X2: Pendapatan
1
0,318
0,2352
Valid
2
0,507
0,2352
Valid
3
0,576
0,2352
Valid
Sumber: Data primer diolah
Tabel 3.
Hasil Uji Validitas Pertanyaan tentang Etos Kerja
Variabel
Item
r hitung
r table
Ket
Y: Etos Kerja
1
0,814
0,2352
Valid
2
0,636
0,2352
Valid
3
0,699
0,2352
Valid
4
0,759
0,2352
Valid
Sumber: Data primer diolah
Hasil tersebut di atas menunjukkan bahwa butir-butir kuisioner dalam penelitian
ini adalah valid hal ini ditunjukkan dengan nilai r hitung pada masing-masing item lebih
besar dari r tabel (0,2352), artinya seluruh butir pertanyaan dapat digunakan sebagai
instrumen penelitian.
5.1.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap
konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap obyek yang sama
dengan alat ukur yang sama. Selanjutnya untuk mengetahui reliabilitas dari pertanyaanpertanyaan dalam kuesioner, digunakan teknik Cronbachs Alpha. Suatu instrument
dianggap reliabel, apabila koefisien alpha di atas 0,6. Hasil pengujian reliabilitas
terhadap seluruh item pertanyaan diperoleh nilai Cronbach Alpha yaitu sebesar 0,843
maka lebih besar 0,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh item pertanyaan
penelitian ini telah memenuhi syarat reliabilitas atau dengan kata lain bahwa kuesioner
ini reliabel sebagai instrumen penelitian.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

71

5.1.3. Uji Asumsi Klasik


5.1.3.1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji sebuah data, yakni apakah dalam
sebuah korelasi, variabel independent, variabel dependent keduanya mempunyai
distribusi normal ataukah tidak. Model korelasi yang baik adalah distribusi data normal
atau mendekati normal. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas, Santoso
(2003:390) menyatakan: Apabila data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal, maka korelasi memenuhi syarat asumsi normalitas. Apabila data
jauh dan garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model
korelasi tidak memenuhi syarat asumsi normalitas.

Gambar 2.
Hasil Uji Normalitas
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa data mengikuti garis diagonal. Hal ini
berarti bahwa data sudah data sudah dianggap normal.
5.1.3.2. Uji Multikolinieritas
Tabel 4.
Uji Multikolinearitas
Variabel
Tolerance
VIF
Keterangan
X1
0,978
1,023
Tidak ada multikolinearitas
X2
0,978
1,023
Tidak ada multikolinearitas
Sumber : Data primer (diolah, 2013)
Multikolinieritas merupakan suatu gejala yang terjadi pada sampel, pada salah
satu asumsi regresi liner berganda adalah bahwa tidak terjadi korelasi yang signifikan
antar variabel bebasnya (Umar, Husein, 2003). Penyimpangan asumsi klasik ini karena
adanya Multikolinieritas dalam model regresi yang dihasilkan. Artinya antar variabel

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

72

independen yang terdapat dalam model memiliki hubungan yang sempurna atau
mendekati sempurna. Cara untuk menguji tidak adanya Multikolinieritas dapat dilihat
pada Tolerance Value atau Variance Inflantion Faktor (VIF). Tabel 4.5 di atas
menunjukkan bahwa nilai VIF variabel kurang dari nilai 10. Dengan demikian pada
model regresi yang digunakan tidak terjadi multikolinieritas.
5.1.3.3. Uji Heterokedastisitas
Untuk menguji heterokedastisitas dari suatu data dapat dilakukan dengan
melihat pola grafik yang dihasilkan oleh pengolahan data. Apabila pola dihasilkan
adalah menyebar dan tidak membentuk pola tertentu maka data yang dihasilkan tidak
mengalami heterokedastisitas. Setelah data diolah, maka diperoleh data berupa grafik
sebagai berikut :

Grafik 3.
Uji Heterokedastisitas
Dari grafik tersebut menunjukkan tidak ada pola yang jelas serta titik-titik
menyebar diatas angka nol (0) dan dibawah angka nol (0) pada sumbu Y, maka dapat
disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas.
5.1.3.4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi hanya dilakukan pada data Time Series (Runtut Waktu) dan
tidak perlu dilakukan pada data Cross Section seperti pada kuesioner dimana
pengukuran semua variabel dilakukan secara serempak pada saat yang bersamaan,
(Gujarati, 2000:167). Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data kuesioner
dimana pengukuran variabel evaluasi tugas, pendapatan dan etos kerja dilakukan secara
bersamaan dan pada waktu yang sama, yaitu pada saat responden mengisikan kuesioner,
maka tidak perlu dilakukan pengujian autokorelasi.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

73

Apabila data tetap dilanjutkan dengan pengujian autokorelasi maka didapatkan


nilai D - W sebesar 2,252. Hasil dari uji statistik Durbin Watson (Widarjono, Agus,
2007:160) nilai D-W adalah dU < d < 4 - dU, yang hasilnya adalah menerima hipotesis
nol; tidak ada auto korelasi positif/negatif.
Autokorelasi
positif

Ragu-ragu

dL

Tidak ada
autokorelasi

2,252

dU

Autokorelasi
negatif

Ragu-ragu

4- dU

4- dL

Gambar 4.
Statistik Durbin Watson
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS Windows
Release 16.00 diperoleh ringkasan hasil sebagai berikut :
Variabel
Koefisien Standar
Thitung
Sig
Regresi
Error
(2-tailed)
Evaluasi tugas (X1)
0,557
0,123
4,516
0,000**
Pendapatan(X2)
0,767
0,114
6,737
0,000**
Konstanta
-0,323
R
0,730
R Square
0,520
F
38,314
Sig F (p)
0,000**
**Sig pada f (p)= 0,05
Sumber : Data primer diolah
Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi berganda maka persamaan regresi
linear berganda adalah sebagai berikut :
Y = -0,323 + 0,557 X1 + 0,767 X2
Pada persamaan tersebut ditunjukkan pengaruh variable independen (X)
terhadap variabel dependen (Y). Adapun arti dari koefisien regresi tersebut adalah
sebagai berikut : Konstanta = -0,323 Artinya apabila evaluasi tugas dan pendapatan
diasumsikan tidak ada maka etos kerja akan turun sebesar 0,323, Koefisien regresi (b1)
= 0,55 Artinya apabila evaluasi tugas lebih baik, maka akan terjadi kenaikan etos kerja

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

74

pegawai sebesar 0,557 satuan, dengan asumsi variabel lain tetap. Nilai b1 bertanda
positif, sehingga apabila evaluasi tugas lebih baik menyebabkan meningkatnya etos
kerja pegawai dan sebaliknya. Sedangkan Koefisien regresi (b2) = 0,767 Artinya
apabila pendapatan lebih baik, maka etos kerja pegawai akan meningkat sebesar 0,767
satuan dengan asumsi variable lain tetap. Nilai b2 bertanda positif, sehingga apabila
pendapatan lebih baik menyebabkan meningkatnya etos kerja pegawai dan sebaliknya.
5.1.4. Pengujian Variabel Evaluasi tugas
Kriteria hipotesis yang diajukan :
- Ho : b1 = 0 berarti tidak ada pengaruh secara parsial variabel evaluasi tugas terhadap
variabel etos kerja.
- Ha : b1 0 berarti ada pengaruh secara parsial variabel evaluasi tugas terhadap
variabel etos kerja.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung (4,516) > t tabel (1,998)
sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan
ditolaknya Ha berarti evaluasi tugas berpengaruh signifikan terhadap etos kerja
pegawai, sehingga apabila evaluasi tugas semakin baik maka etos kerja pegawai di
Rumah sakit umum sumbawa besar akan mengalami kenaikan.
5.1.5. Pengujian Variabel Pendapatan
Kriteria hipotesis yang diajukan :
- Ho : b2 = 0 berarti tidak ada pengaruh secara parsial variabel pendapatan terhadap
variabel etos kerja pegawai.
- Ha : b2 0 berarti ada pengaruh secara parsial variabel pendapatan terhadap variabel
etos kerja pegawai.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung (6,737) > t tabel (1,998)
sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan
ditolaknya Ha berarti pendapatan berpengaruh signifikan terhadap etos kerja pegawai,
sehingga apabila pendapatan semakin baik maka tingkat etos kerja pegawai di Rumah
Sakit Umum Sumbawa Besar akan mengalami kenaikan.
5.1.6. Uji F
Hipotesis yang diajukan:
- Ho : b1 = b2 = 0, artinya secara serempak tidak ada pengaruh yang signifikan dari
variabel-variabel independen (evaluasi tugas, pendapatan) terhadap
variabel terikat (etos kerja)
- Ha : b1 b2 0, artinya secara serempak ada pengaruh yang signifikan dari
variabel-variabel independen (evaluasi tugas, pendapatan) terhadap
variabel terikat (etos kerja)
Berdasarkan hasil pengujian maka dapat diketahui bahwa nilai F hitung lebih
besar dari F tabel (3,130) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti secara
serempak ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas (evaluasi tugas, pendapatan)
terhadap variabel terikat (etos kerja).

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

75

5.1.7. Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien determinasi Menunjukkan seberapa baik variabel-variabel bebas
menjelaskan hasil (multiple correlation coefficient). Kisaran nilai R adalah 0 hingga 1.
Semakin nilai R mendekati angka 1, maka semakin kuat variabel-variabel bebas
memprediksikan variabel terikat. Dalam penelitian ini, nilai R2 sebesar 0,534 atau
mencapai 53,4%, angka tersebut menunjukkan bahwa kemampuan variabel bebas dalam
memberikan informasi untuk menjelaskan keragaman variabel terikat relatif tinggi.
Sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (Evaluasi tugas
dan Pendapatan ) memiliki pengaruh sebesar 53,4% terhadap etos kerja pegawai,
sedangkan sisanya yaitu sebesar 46,6% etos kerja dipengaruhi oleh faktor lainnya yang
tidak ada dalam penelitian ini, diantaranya kebijakan pemerintah, jam kerja, maupun
gaya kepemimpinan.
5.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data diatas uji parsial untuk evaluasi tugas diperoleh
nilai t hitung (4,516) > t tabel (1,998) sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis
alternatif (Ha) diterima. Kondisi tersebut menunjukkkan bahwa evaluasi tugas dapat
meningkatkan tingkat etos kerja pegawai di RSU Sumbawa Besar. Sedangkan hasil uji
Pendapatan t hitung (6,737) > t tabel (1,998) sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan
hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan ditolaknya Ha berarti kemampuan kerja
berpengaruh signifikan terhadap etos kerja pegawai di RSU Sumbawa Besar.
Pendapatan dan penempatan kerja pegawai yang sesuai dengan bidang keilmuan dan
keahlian yang dimiliki pegawai akan mendorong etos kerja pegawai secara baik.
Berdasarkan uji serempak (uji F) diperoleh nilai F hitung sebesar 38,314 lebih
besar dari nilai F tabel (3,130) sehingga keputusannya menolak Ho dan menerima Ha.
Hal ini berarti secara serempak variabel independen (evaluasi tugas, pendapatan)
mempengaruhi etos kerja pegawai. Demikian halnya pengaruh pendapatan terhadap etos
kerja. Dari hasil pengujian menunjukkan adanya pengaruh positif dari pendapatan yang
berarti bahwa pendapatan yang tinggi dapat meningkatkan etos kerja pegawai.
Dengan demikian kedua faktor dalam penelitian ini yaitu evaluasi tugas dan
pendapatan merupakan komponen dari kepuasan yang ingin dirasakan oleh pegawai
khususnya di RSU Kabupaten Sumbawa sehingga dapat mendukung tercapainya etos
kerja yang baik. Seorang pegawai akan memiliki etos kerja yang baik, jika memiliki
tugas sesuai keahlian dan kemampuan serta prestasi, keinginan, harapan, kebutuhan,
tujuan, sasaran, dorongan dan insentif yang didukung dengan pendapatan yang baik.
Sehingga dengan mengadakan evaluasi tugas serta meningkatkan pendapatan maka
dapat meningkatkan etos kerja pegawai di RSU Kabupaten Sumbawa agar mampu
mempertahankan perusahan dan tetap eksis pada era persaingan yang ketat saat ini.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

76

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang dilakukan sebelumnya
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengujian secara parsial diperoleh nilai t hitung (4,516) > t tabel (1,998)
sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan
ditolaknya Ho berarti evaluasi tugas berpengaruh signifikan terhadap etos kerja
pegawai, sehingga apabila evaluasi tugas semakin baik maka tingkat etos kerja
pegawaia di RSU Sumbawa Besar akan mengalami peningkatan.
2. Nilai t hitung untuk variabel pendapatan adalah sebesar 6,737 > t tabel (1,998)
sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Kondisi
tersebut menunjukkkan bahwa pendapatan dapat meningkatkan tingkat etos kerja
pegawai di RSU Sumbawa Besar.
3. Berdasarkan hasil pengujian secara simultan, maka dapat diketahui bahwa nilai F
hitung etos kerja pegawai (38,314) lebih besar dari F tabel (3,130) sehingga Ho
ditolak dan Ha diterima yang berarti secara serempak ada pengaruh yang signifikan
dari variabel variabel independen (evaluasi tugas dan pendapatan) terhadap variabel
terikat (etos kerja pegawai).
6.2. Saran-Saran
Berdasarkan hasil analisis, pembahasan dan kesimpulan yang dikemukakan di
atas maka dapat mengajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Kepada pihak Manajemen Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumbawa diharapkan
untuk dapat melakukan evaluasi tugas secara berkala agar dapat menganalisa setiap
kekurangan dan kelebihan dari masing-masing departemen/bagian, dam dalam
pemberian insentif dan tambahan penghasilan diluar gaji lainnya mengacu sesuai
dengan kinerja dan beban kerja masing-masing pegawai.
2. Kepada peneliti yang akan datang untuk dapat mengoptimalkan hasil dari penelitian
ini, maka diharapkan bisa menambah variabel-variabel lain yang dipandang relevan
dan lebih mendalam lagi pembahasannya, misalnya dengan membedakan tingkat
kinerja pegawai pada tiap bagian atau unit kerja. Selain itu semisal memakai
kuesioner sebaiknya dalam pengisiannya dipandu ditambah dengan wawancara
langsung tiap pegawai yang diteliti sehingga kuesioner nantinya dapat terisi dengan
baik.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

77

DAFTAR PUSTAKA
Handoko, T. Hani. 1998. Manajemen Personal dan Sumber Daya Manusia. BPFE,
Yogyakarta.
Kotler, Philip. 1996. Manajemen Perusahaan, Jilid I, Edisi Keenam. Erlangga, Jakarta.
Kotler, Philip, dan Amstrong, Gary. 1997. Prinsip-prinsip Pemasaran, Edisi Ketiga.
Erlangga, Jakarta.
Kuncoro, Mudrajad. 2004. Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan
Ekonomi. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Manullang. 1996. Pengantar Ekonomi Perusahaan, Edisi Revisi, Cetakan Ketujuh
Belas. Penerbit Liberty.
Martoyo, Susilo. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. BPFE, Yogyakarta.
Munandar, Ashar Sunyoto. 2001. Psikologi Indutri dan Organisasi. Universitas
Indonesia, Jakarta.
Nawawi, Hadari, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang
Kompetetif. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Rivai, 2003, Manajemen Sumber Daya Perusahaan, Raja Grafindo Persada.
Robbins, Stephen P., 1998, Perilaku Organisasi, Edisi Bahasa Indonesia Cetakan Ke 2.
Prenhallindo, Jakarta.
Santoso, Singgih. 2000. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT. Elemexdia
Komputindo, Jakarta.
Sugiyono, 1999, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Pertama. CV. Alfabeta, Bandung.
Umar, Husain. 2003. Metode Riset Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Arikunto, S. 2006. Metodelogi Penelitian. Bima Aksara, Yogyakarta.
Widarjono, Agus. 2007. Ekonometika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis.
Ekonisia, Yogyakarta.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

78

ANALISIS NILAI EKONOMIS PROGRAM DAN KEGIATAN


SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD)
KABUPATEN SUMBAWA BARAT TAHUN 2010-2011
Oleh :
Yulia Fitria

ABSTRAK
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai ekonomis
program dan kegiatan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2010 2011. Untuk mencapai tujuan tersebut maka
dilakukanlah pengumpulan data rencana anggaran dan realisasi anggaran program
dan kegiatan dari Sekeratriat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten
Sumbawa Barat. Dengan menggunakan pendekatan value for money diketahui bahwa
nilai ekonomis atau rasio ekonomi program dan kegiatan pada sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumbawa Barat pada tahun 2010 dan
2011 tidak ekonomis dengan nilai pada tahun 2010 yaitu 135 dan pada tahun 2011
sebesar 120,8. Tidak ekonomisnya rasio ekonomi tersebut disebabkan oleh Sekretariat
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumbawa Barat belum bisa
menekan biaya-biaya yang kurang penting dalam pelaksanaan program dan kegiatan.
Kata Kunci : Rasio Ekonomis, Value for Money

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada era demokrasi dan reformasi saat ini, tuntutan akan pelayanan publik yang
bersih, transparan serta bertanggungjawab selain diakibatkan oleh tingkat pendidikan
masyarakat yang semakin tinggi, juga didorong oleh semakin kuatnya lembaga Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta
organisasi-organisasi pemuda dan mahasiswa. Tuntutan ini menjadikan kinerja instansi
pemerintah banyak menjadi sorotan. Rakyat mulai mempertanyakan akan nilai yang
seharusnya mereka peroleh atas pelayanan yang diberikan oleh instansi pemerintah.
Rakyat menuntut agar pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam
memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme sehingga dapat memberantas Korupsi,
Kolusi Dan Nepotisme.Terselenggaranya pemerintahan yang baik (good governance)
merupakan prasyarat utama untuk dapat mewujudkan aspirasi masyarakat dalam
mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Dalam rangka itu, diperlukan
pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan nyata
sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara
berdayaguna dan berhasilguna, bersih dan bertanggungjawab serta bebas dari Korupsi
Kolusi dan Nepotisme (KKN).

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

79

Salah satu indikator untuk mengetahui bagaimana kualitas penyelenggaraan


pemerintah adalah dengan melihat nilai ekonominya yang terdiri dari rasio ekonomis
dalam hal penganggrana, rasio efisiensi dalam pelaksanan program dan kegiatan serta
rasio efektifitas dari program dan kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah.
Kabupaten Sumbawa Barat merupakan kabupaten yang baru saja terbentuk yang
merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Sumbawa Besar, sebagai Kabupaten yang
baru saja terbentuk tentu saja diperlukan waktu agar pemerintah daerah dapat menyusun
anggaran dengan kinerja keunagan yang ekonomis, efisien dan efektif. Sekilas apabila
melihat rencana anggaran dan realisasi anggaran pada instansi-instansi pemerintah
daerah di Kabupaten Sumbawa Barat, pola penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Kabupaten Sumbawa Barat belum sepenuhnya dapat dilaksanakan dengan baik oleh
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) termasuk Sekretariat DPRD di Kabupaten
Sumbawa Barat karena rata-rata realisasi anggaran lebih besar dari rencana anggaran
yang disusun.
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah instansi
pemerintah yang mengurus seluruh urusan administrasi yang berkaitan dengan Dewan
Perwakil Rakyat Daerah (DPRD) dalam menjalankan tugas-tugasnya termasuk
menetapkan anggaran belanja pemerintah yang didalamnya termasuk sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Berdasarkan tugas utama secretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) maka tidak ada kegiatan yang berkaitan langusng
dengan masyarakat melainkan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pegawai, pemenuhan
peralatan-peralatan pendukung dan bahan-bahan alat tulis kantor. Terlebih program dan
kegiatan secretariat DPRD pada setiap tahunnya adalah sama.
Berkaitan dengan program dan kegiatan yang dilakukan oleh secretariat DPRD
pada setiap tahunnya sama, seharusnya kinerja ekonomis anggaran dari program dan
kegiatan pada Sekretariat DPRD, khsusnya Sekretariat DPRD Kabupaten Sumbawa
Barat sangat ekonomis karena kebutuhan anggaran yang dibutuhkan pada tahun akan
datang dapat diprediksi dari anggaran untuk menjalankan program dan kegiatan yang
telah dilakukan sebelumnya. Namun berdasarkan pengamatan sementara, realisasi
anggaran pada secretariat DPRD di Kabupaten Sumbawa Barat (DPRD) selalu lebih
tinggi dibandingkan rencana anggarannya.
Dari uraian latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh
kaitan dengan kinerja Sekretariat DPRD Kabupaten Sumbawa Barat khususnya pada
aspek nilai ekonomi program dan kegiatan yang dilaksanakan. Adapun judul penelitian
ini adalah Analisis Nilai Ekonomi Program dan Kegiatan Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2010-2011.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai ekonomi program dan
kegiatan Sekretariat DPRD Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2010-2011.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

80

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Penelitian Sebelumnya
Penelitian-penelitian berikut ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang penulis lakukan diantaranya penelitian Rosalina, (2008) dengan judul
Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di
Propinsi Sumatera Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur kinerja
pengelolaan keuangan daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di Propinsi
Sumatera Barat. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan menggunakan rasio keuangan yang meliputi analisis
varians (selisih) anggaran pendapatan, belanja, pertumbuhan pendapatan, belanja dan
derajat desentralisasi. Hasil peneliatian ini diketahui bahwa propinsi Sumatera Barat
dalam merealisasikan pendapatan pada tahun 2003-2006 dapat dikatakan efektif dan
efisiensi dan pertumbuhan pendapatan menunjukkan pertumbuhan positif. Pada tahun
2003-2006 Propinsi Sumatera Barat masih tergantung pada pemerintah pusat sehingga
penyelengaraan desentralisasi masih rendah.
Dinarsanti (2010) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengukuran
Kinerja Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum dengan
Pendekatan Balanced Scorecard. Tujuan penelitian ini adalah melakukan mengetahui
kinerja Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode Balanced Scorecard dengan mengukur
kinerja dari 4 perspektif yaitu perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, perspektif
proses bisnis internal perspektif keuangan dan perspektif pelanggan. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja Direktorat Jenderal Bina Marga dengan
pendekatan Balanced Scorecard adalah cukup baik dengan nilai rata-rata total 3,05 dan
hasil pengukuran skor serta bobot untuk keseluruhan aspek sebesar total 76,26 sehingga
termasuk kinerja cukup baik. Kinerja dengan nilai tertinggi ada pada kinerja keuangan.
Sedangkan kinerja yang mendapat skor paling kecil adalah kinerja pembelajaran dan
pertumbuhan.
Selanjutnya penelitian yang sama mengenai kinerja keuangan dengan konsep
value for money yaitu penelitian Rahman (2010) dengan judul Kinerja Keuangan
Bagian Umum dan Perlengkapan Sekretaris Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Tahun
2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur kinerja keuangan Bagian Umum dan
Perlengkapan Sekretaris Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2009. Alat analisis
yang digunakan adalah analisis rasio ekonomis value for money. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa kinerja keuangan Kantor Bagian Umum dan Perlengkapan
Sekretaris Daerah Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2009 secara keseluruhan
menunjukkan hasil sangat ekonomis dengan rata-rata rasio kinerja ekonomi sebesar
89,43.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

81

2.2. Landasan Teori


2.2.1. Pengertian Kinerja
Endang Wirjatmi (2005:61) mengemukakan bahwa kinerja merupakan tingkat
keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan menurut Mulyadi (2001), ukuran kinerja dapat dibagi menjadi dua, yaitu
ukuran kinerja keuangan dan ukuran kinerja non keuangan. Kinerja keuangan biasanya
diukur berdasarkan anggaran yang telah dibuat, yaitu dengan menganalisis varians
(selisih atau perbedaan) antara kinerja actual dengan yang dianggarkan. Sedangkan
kinerja non keuangan dapat dilihat dari kualitas pelayanan, kedisiplinan, kepuasan
pelanggan dan sebagainya. Mulyadi (2001) mengungkapkan bahwa Pengukuran
kinerja keuangan merupakan penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu
organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan
kriteria sebelumnya.
Larry D Stout (1993) dalam Bastian (2006:275) menyatakan bahwa
Pengukuran/penilaian kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian
pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi (mission accomplishment) melalui
hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa ataupun suatu proses. Menurut James
B. Whittaker (1993) dalam Akuntansi Sektor Publik (Bastian 2006:275) diyatakan
bahwa Pengukuran/penilaian kinerja adalah suatu alat manajemen untuk meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.
2.2.2. Pengukuran Kinerja 3 E (Ekonomi, Efisiensi dan Efektivitas)
Menurut Mardiasmo (2002:127) Value for money merupakan inti pengukuran
kinerja keuangan pada instansi pemerintahan. Kinerja keuangan instansi pemerintah
harus dinilai dari sisi output, input dan outcome secara bersama-sama. Agar dalam
menilai kinerja keuangan instansi pemerintah dapat dilakukan secara objektif, maka
diperlukan indikator kinerja. Mahmudi, (2010:83) mengemukakan bahwa konsep value
for money terdiri atas tiga elemen utama yaitu Ekonomi, Efisiensi, dan Efektifitas. Hal
senada juga diungkapkan oleh Mardiasmo (2002:4) indikator value for money
menekankan pada tiga elemen utama yanitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas atau
lebih dikenal 3E.
1. Ekonomi berkaitan dengan hubungan antara pasar dan masukan (cost of
input). Pengertian ekonomi (hemat/tepat guna) sering disebut kehematan yang
mencakup juga pengelolaan secara hati-hati atau cermat (prudency) dan tidak ada
pemborosan. Suatu kegiatan operasional dikatakan ekonomis jika dapat
menghilangkan atau mengurangi biaya yang tidak perlu.
2. Efisiensi (daya guna) mempunyai pengertian yang berhubungan erat dengan konsep
produktivitas. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan
antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan (cost of
output). Proses kegiatan operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk
atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana
yang serendah-rendahnya (spending well). Jadi, pada dasarnya ada pengertian yang
serupa antara efisiensi dengan ekonomi karena kedua-duanya menghendaki
penghapusan atau penurunan biaya (cost reduction).

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

3.

82

Efektivitas (hasil guna) merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau
sasaran yang harus dicapai. Pengertian efektivitas ini pada dasarnya berhubungan
dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan. Kegiatan operasional dikatakan
efektif apabila proses kegiatan tersebut mencapai tujuan dan sasaran akhir
kebijakan (spending wisely).

2.2.3. Mengukur Rasio ekonomis.


Rasio ekonomis dapat dihitung dengan membandingkan antara masukan
realisasian (realisasi anggaran belanja) dengan masukan yang direncanakan (anggaran
belanja), sehingga semakin kecil rasionya, maka semakin baik tingkat keekonomisan
suatu aktivitas pada tingkat kualitas produk tertentu dengan standar biaya yang wajar,
dengan rumus:

Selanjutnya ditransformasikan kedalam pemeringkatan sebagaimana tabel 1


berikut:
Tabel 1.
Presentase Kriteria Ukuran Kinerja Ekonomi
Presentase Kinerja Ekonomi
Kriteria Kinerja Ekonomi
< 90%
Sangat Ekonomis
90 s.d 94,99%
Ekonomis
95% s.d 100%
Cukup Ekonomis
100,01% s.d 105%
Kurang Ekonomis
> 105%
Tidak Ekonomis
Sumber : Patnership for Governance Reform in Indonesia kerjasama dengan BPK
Wilayah III dan FE-UAD Yogyakarta (2003)
III. KERANGKA KONSEPTUAL
Input Realisasi
Nilai Ekonomi
Input Rencana

Gambar 1.
Kerangka Konseptual

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

83

IV. METODOLOGI PENELITIAN


4.1. Jenis Penelitian dan Data Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian komparatif, yaitu penelitian yang bertujuan
atau bersifat membandingkan. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba membandingkan
nilai ekonomi program dan kegiatan pada Sekretariat DPRD Kabupaten Sumbawa Barat
selama tahun 2010-2011. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Sumber data sekunder tersebut diperoleh dari Sekretariat DPRD Kabupaten
Sumbawa Barat. Data sekunder yang dikumpulkan berupa laporan tahunan dan profil
Sekretariat DPRD Kabupaten Sumbawa Barat. Guna mendapatkan data yang valid serta
sesuai dengan yang diharapkan, maka sesuai sumber data dalam penelitian ini yaitu data
sekunder, maka penulis menggunakan metode atau teknik pencatatan dokumen yaitu
Laporan Sekretariat DPRD Kabupaten Sumbawa Barat.
4.2. Definisi Operasional Variabel
Penelitian menggunakan beberapa variabel, agar lebih jelas diuraikan
operasional variabel penelitian sebagai berikut:
1. Rasio ekonomis adalah perbandingan antara masukan realisasian (realisasi
anggaran belanja) dengan masukan yang direncanakan (anggaran belanja) untuk
setiap kegiatan yang dilakukan selama tahun 2010-2011 di Sekretariat DPRD
Kabupaten Sumbawa Barat.
2. Input realisasian adalah dana atau anggaran (dalam rupiah) yang dikeluarkan
untuk membiayai satu aktivitas/program Sekretariat DPRD Kabupaten Sumbawa
Barat selama tahun 2010-2011.
3. Input yang direncanakan adalah dana atau anggaran (dalam rupiah) yang
direncanakan dan bersumber dari APBD ataupun sumber lainnya untuk membiayai
satu aktivitas/program Sekretariat DPRD Kabupaten Sumbawa Barat selama tahun
2010-2011.
4.3. Prosedur Analisis Data
Alat analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model
pengukuran kinerja satuan kerja pemerintah daerah yang dikembangkan oleh tim
Partnership for Governance Reform in Indonesia kerjasama dengan FE-UAD dan BPK
perwakilan III Yogyakarta (2003). Model ini menggabungkan pendekatan balanced
scorecard dan model FEE (the Federation des Experts Comptabels Europeens).
Pengukuran indikator ekonomis dilakukan dengan cara membandingkan masukan
realisasian dengan masukan yang direncanakan. Data masukan berupa dana (dalam
rupiah) yang dikeluarkan untuk membiayai satu aktivitas/program.
Perhitungan indikator ekonomis per kegiatan yaitu dengan menghitung rasio
ekonomis. Rasio ekonomiss dapat dihitung dengan membandingkan antara masukan
realisasian (realisasi anggaran belanja) dengan masukan yang direncanakan (anggaran
belanja), sehingga semakin kecil rasionya, maka semakin baik tingkat keekonomisan
suatu aktivitas pada tingkat kualitas produk tertentu dengan standar biaya yang wajar.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

84

V. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN


5.1. Hasil Analisis
Pengukuran indikator ekonomi dilakukan dengan cara membandingkan masukan
realisasian dengan masukan yang direncanakan. Adapun data mengenai realisasian dan
masukan dari program dan kegiatan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Sumbawa Barat pada tahun 2010 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.
Rencana dan Realisasi Anggaran Sekretariat DPRD KSB Tahun 2010
Rencana Anggaran
(Rp.)
7.750.000,00

Realisasi Anggaran
(Rp.)
15.345.000,00

215.490.260,00

424.390.260,00

Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor


Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan

169.450.000,00

192.200.000,00

45.777.500,00

48.629.500,00

Penyediaan Makanan dan Minuman


Penataan dan Pengelolaan Administrasi Umum
Perkantoran
Pengadaan Perlengkapan/Peralatan dan Fasilitas
Gedung Kantor
Pemeliharaan Rutin Berkala /Kendaraan
Dinas/Operasional
Pengadaan
Pakaian
Dinas
Beserta
Perlengkapannya

373.765.500,00

444.630.000,00

516.141.547,00

588.921.547,00

324.551.400,00

324.551.400,00

158.830.000,00

264.866.500,00

129.660.000,00

129.660.000,00

No

Program dan Kegiatan Umum

Penyediaan Jasa Surat Menyurat


Penyediaan Jasa Peralatan dan Perlengkapan
Kantor

2
3
4
5
6
7
8
9

Sumber : Sekretariat DPRD Kabupaten Sumbawa Barat


Tabel 3.
Rasio Ekonomis Program dan Kegiatan Sekretariat DPRD KSB Tahun 2010
Rasio ekonomis
(%)
198,0

Tidak ekonomis

196,9

Tidak ekonomis

Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor


Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan

113,4

Tidak ekonomis

106,2

Tidak ekonomis

Penyediaan Makanan dan Minuman


Penataan dan Pengelolaan Administrasi Umum
Perkantoran
Pengadaan Perlengkapan/Peralatan dan Fasilitas
Gedung Kantor
Pemeliharaan
Rutin
Berkala
/Kendaraan
Dinas/Operasional
Pengadaan
Pakaian
Dinas
Beserta
Perlengkapannya

119,0

Tidak ekonomis

114,1

Tidak ekonomis

100,0

Cukup Ekonomis

166,8

Tidak ekonomis

100,0

Cukup Ekonomis

135

Tidak Ekonomis

No

Program dan Kegiatan Umum

Penyediaan Jasa Surat Menyurat


Penyediaan Jasa Peralatan dan Perlengkapan
Kantor

2
3
4
5
6
7
8
9

Keseluruhan

Keterangan

Sumber : Data Sekunder Diolah

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

85

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa penganggaran pada program dan kegiatan
Penyediaan jasa surat menyurat tida ekonomis, hal tersebut dikarenakan jumlah surat
menyurat yang dibutuhkan lebih besar dari jumlah yang ada pada saat anggaran
direncanakan. Penyediaan jasa peralatan dan perlengkapan kantor juga tidak ekonomuis
dikarenakan pihak secretariat DPRD Kabupaten Sumbawa Barat merasa perlu
menyediakan peralatan dan perlengakan yang rusak maupun yang belum ada dan belum
tercantum dalam rencana anggaran sehingga realisasi anggaran lebih tinggi. Realisasi
anggaran penyediaan jasa kebersihan kantor lebih besar dari rencana anggaran yang
diajukan karena pada tahun 2010 ini diperlukan tenaga tambahan untuk menjaga
kebersihan kantor secretariat DPRD Kabupaten Sumbawa Barat. Pada kegiatan
Penyediaan barang cetakan dan pengadaan, penyediaan makanan serta minuman
anggaran yang direalisasikan lebih besar dari yang direncanakan sehingga
penganggaran pada program dan kegiatan ini masuk dalam kategori tidak ekonomis
dikarenakan jumlah yang ada perencanaan anggran dirasa kurang untuk dapat
memenuhi kebutuhan program dan kegiatan tersebut. penataan pengelolaan administrasi
umum perkantoran dan pemeliharaan rutin berkala kendaraan dinas/operasional tidak
ekonomis dikarenakan dilakukan penambahan item atau pos anggaran dalam melakukan
program dan kegiatan tersebut. Sedangkan program dan kegiatan yang mendapatkan
nilai cukup ekonomis adalah program Pengadaan Perlengkapan/Peralatan dan Fasilitas
Gedung Kantor dan Pengadaan Pakaian Dinas Beserta Perlengkapannya, dikarenakan
tidak tidak ada perubahan besar pada item-item yang direncanakan pada tahun 2010
dibandingkan dengan pada tahun 2009. Secara keseluruhan rasio ekonomis anggaran
kegiatan dan program Sekretariat Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) Kabupaten
Sumbawa barat adalah tidak ekonomis dengan presentase sebasar 135. Untuk
melngetahui perbandingan rasio ekonomis penganggara dana pada program dan
kegiatan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah(DPRD) Kabupaten Sumbawa
Barat maka dihitung juga rasio ekonomis pada tahun 2011. Adapun rincian Rencana
anggaran dan realisasi anggarannya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.
Rencana dan realisasi anggaran Sekretariat DPRD KSB Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
6
7

Program dan Kegiatan Umum


Penyediaan Jasa Surat Menyurat
Penyediaan Jasa Peralatan dan
Perlengkapan Kantor
Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor
Penyediaan Barang Cetakan dan
Penggandaan
Penyediaan Makanan dan Minuman
Penataan dan Pengelolaan Administrasi
Umum Perkantoran
Pengadaan Perlengkapan/Peralatan dan
Fasilitas Gedung Kantor

Rencana Anggaran
(Rp.)
9.750.000,00

Realisasi Anggaran
(Rp.)
16.500.000,00

230.000.000,00

375.500.000,00

173.450.000,00

190.000.000,00

47.700.000,00

49.600.000,00

376.000.000,00

445.000.000,00

500.000.000,00

580.000.000,00

320.500.000,00

320.000.000,00

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

8
9

Pemeliharaan Rutin Berkala /Kendaraan


Dinas/Operasional
Pengadaan Pakaian Dinas Beserta
Perlengkapannya

86

170.000.000,00

185.500.000,00

132.750.000,00

130.000.000,00

Sumber : Sekretariat DPRD Kabupaten Sumbawa Barat


Tabel 5.
Rasio Ekonomis Program dan Kegiatan Sekretariat DPRD KSB Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Program dan Kegiatan Umum

Rasio Ekonomis (%)

Keterangan

169,2

Tidak ekonomis

163,3

Tidak ekonomis

Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor


Penyediaan
Barang
Cetakan
dan
Penggandaan

109,5

Tidak ekonomis

104,0

Tidak ekonomis

Penyediaan Makanan dan Minuman


Penataan dan Pengelolaan Administrasi
Umum Perkantoran
Pengadaan Perlengkapan/Peralatan dan
Fasilitas Gedung Kantor
Pemeliharaan Rutin Berkala /Kendaraan
Dinas/Operasional
Pengadaan Pakaian Dinas Beserta
Perlengkapannya

118,4

Tidak ekonomis

116,0

Tidak ekonomis

99,8

Cukup Ekonomis

109,1

Tidak ekonomis

97,9

Cukup Ekonomis

120,8

Tidak ekonomis

Penyediaan Jasa Surat Menyurat


Penyediaan
Jasa
Peralatan
Perlengkapan Kantor

Keseluruhan

dan

Sumber : Data Primer Diolah


Seperti yang terjadi pada penganggaran tahun 2010 penganggaran pada program
dan kegiatan Penyediaan jasa surat menyurat kembali tidak ekonomis karena kebutuhan
akan surat menyurat yang lebih bnayak dibandingkan yang direncanakan. Pada kegiatan
penyediaan jasa peralatan dan perlengkapan kantor serta penyediaan jasa kebersihan
kantor mendapatkan predikat tidak ekonomis karena pada tahun 2011 ini kembali
dilakukan pembelian peralatan dan perlengkapan yang tidak ada dalam rencana serta
dilakukan poenambahan personil cleaning servis yang tidak ada dalam rencana
anggaran. Penyediaan barang cetakan dan pengadaan, penyediaan makanan dan
minuman, penataan pengelolaan administrasi umum perkantorandan pemeliharaan rutin
berkala kendaraan dinas/operasional masih tidak ekonomis karena nilai ekonomisnya
yang lebih dari 105, Namun nilainya ekonomisnya lebih kecil dibandingkan dengan
tahun 2010, hal ini disebabkan oleh tidak cermatnya oenyusunana anggaran sehingga
masih banyak item yang kurang pada bagian perencanaan. Baik masing-masing
program dan kegiatannya mapun secara keseluruhan. Nilai ekonomis penganggaran
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumbawa adalah
120,8 sehingga dinyatakan tidak ekonomis.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

87

5.2. Pembahasan
Untuk memperjelas mengenai nilai ekonomis pada penganggaran secretariat
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumbawa Barat pada tahun
anggaran 2010 dan tahun anggaran 2012, maka dibuatlah grafik Rasio ekonomis
kegiatan dan program Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Kabupaten Sumbawa Barat sebagai berikut:
Perbandingan Rasio Ekonomi Tahun 2010 & 2011
250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
-

Tahun 2010 198.00 196.90 113.40 106.20 119.00 114.10 100.00 166.80 100.00
Tahun 2011 169.2

163.3

109.5

104

118.4

116

99.8

109.1

97.9

Gambar 2.
Perbandingan Rasio Ekonomi
Pada grafik diatas terlihat bahwa Rasio ekonomis penganggaran program dan
kegiatan Skretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumbawa
Barat pada tahun 2011 lebih rendah dibandingkan tahun 2010, yang artiny semakin
mendekati nilai ratio yang menyatakan penganggaran yang ekonomis. Adapun
nilai/ratio ekonomi penganggaran secretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Kabupaten Sumbawa Barat pada tahun 2010 adalah 135% sedangkan pada
tahun 2011 adalah 120,8%. Tidak ekonomisnya anggaran kegiatan dan program pada
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumbawa Barat
menunjukkan bahwa Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten
Sumbawa Barat belum bisa menekan biaya-baiya operasional pada kegiatan dan
program yang dijalankan setiap tahunnya.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai nilai ekonomis program dan kegiatan
Secretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumbawa Barat
tahun 2010 2011 dapat disimpulkan yaitu : Rasio ekonomis program dan kegiatan
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumbawa Barat pada
tahun 2010 adalah 135% yang artinya tidak ekonomis. Rasio ekonomis program dan
kegiatan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumbawa
Barat pada tahun 2011 adalah 120,8% yang artinya tidak ekonomis.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 5, April 2014

88

6.2. Saran-Saran
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumbawa
barat diharapkan mampu menekan biaya-biaya operasional yang tidak begitu penting
dalam program dan kegiatan yang dijalankannya agar tidak selalu terjadi pembengkakan
anggaran, sehingga APBD Kabupaten Sumbawa Barat dapat lebih banyak digunakan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sumbawa Barat.

DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Solikin. Penggabungan laporan Keuangan dan Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah. Jurnal Akuntansi Pemerintah Daerah Vol. 2 No. 2.
Jones, Charles. 1996. Pengantar Kebijakan Publik. Ed. 1. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Kaplan dan Norton. 2001. Balance Scorecard. Erlangga, Jakarta.
Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik Edisi Kedua. AMP YKPN,
Yogyakarta.
Mardiasmo. 2002. Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah. Andi, Yogyakarta.
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntasi, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga. Salemba, Jakarta
Tim FE-UAD, BPK Perwakilan III Yogyakarta, Partnership for Governance reform in
Indonesia. 2003. Modul Pelatihan Kinerja Pemerintah Daerah. FE-UAD,
Yogyakarta.
Trilestari Wirjatmi, Endang. 2005. Pengukuran Kinerja di Sektor Publik. Jurnal Ilmu
Administrasi. Volume 2 Nomor 1. STIA LAN, Bandung.
Weston J.Fred. dan Eugene F. Brigham. 2001. Dasar-Dasar manajemen Keuangan.
Erlangga, Jakarta.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FE. UNSA

Anda mungkin juga menyukai