Jeb-Jilid 4 No.5 April 2014-Full
Jeb-Jilid 4 No.5 April 2014-Full
Erwin Saris
PENGARUH PROMOSI TERHADAP PERKEMBANGAN GADAI EMAS
PADA BANK MANDIRI SYARIAH KCP SUMBAWA TAHUN 2013
Ipung Kurniawan
ANALISIS PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI
USAHA PAVING BLOK DI DESA JOROK PADA UD. CAHAYA BARU TAHUN 2013
Serly Ardiansyah
PENGARUH EVALUASI TUGAS DAN PENDAPATAN TERHADAP ETOS
KERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN
SUMBAWA 2013
Elly Herdy Kusumawaty
ANALISIS NILAI EKONOMIS PROGRAM DAN KEGIATAN SEKRETARIAT
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) KABUPATEN
SUMBAWA BARAT TAHUN 2010-2011
Yulia Fitria
Diterbitkan oleh:
Diterbitkan oleh:
PUSAT RISET EKONOMI DAN
PEMBANGUNAN
Fakultas Ekonomi
Universitas Samawa (UNSA)
Pengarah
Syafruddin
Pemimpin Redaksi
Suprianto
Redaktur Pelaksana
Wahyu Haryadi
Ika Fitriyani
Alamat Redaksi:
Kampus Fakultas Ekonomi
Universitas Samawa
Jl. Raya By Pass Sering Unter
Iwes
Sumbawa Besar NTB
Telp./Faks. (0371) 625848
Redaktur Ahli
I Nyoman Sutama
Elly Karmeli
Nining Sudiyarti
Subhan Purwadinata
A. Rahman
Kamaruddin
Vivin Fitryani
Yayat Fitriani
Ishak Rahman
DAFTAR ISI
PENGARUH PENDIDIKAN TERHADAP PENDAPATAN PEGAWAI
NEGERI SIPIL (PNS) DI KANTOR KECAMATAN LABUHAN
BADAS ..........................................................................................................
1
Eddy Rusmanto
ANALISIS EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PEMUNGUTAN RETRIBUSI
TERMINAL DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT
TAHUN 2005-2011 ......................................................................................
11
Ellynda
STUDI PERBANDINGAN (KOMPARASI) PENERIMAAN SAMSAT
SEBELUM DAN SESUDAH ADANYA PELAYANAN SAMSAT
KELILING DI KABUPATEN SUMBAWA (Studi Kasus Di Unit Pelayanan
Teknis Daerah atau UPTD Pelayanan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Sumbawa ) ....................................................................................................
25
Erwin Saris
PENGARUH PROMOSI TERHADAP PERKEMBANGAN GADAI EMAS
PADA BANK MANDIRI SYARIAH KCP SUMBAWA TAHUN 2013 .
39
Ipung Kurniawan
ANALISIS PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA TERHADAP
PRODUKSI USAHA PAVING BLOK DI DESA JOROK PADA UD.
CAHAYA BARU TAHUN 2013 ................................................................
49
Serly Ardiansyah
PENGARUH EVALUASI TUGAS DAN PENDAPATAN TERHADAP
ETOS KERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM
KABUPATEN SUMBAWA 2013 ...............................................................
58
Elly Herdy Kusumawaty
ANALISIS NILAI EKONOMIS PROGRAM DAN KEGIATAN
SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD)
KABUPATEN SUMBAWA BARAT TAHUN 2010-2011........................
78
Yulia Fitria
Oleh:
Eddy Rusmanto
ABSTRAK
Pembangunan ekonomi dan pembangunan sumberdaya manusia merupakan dua hal
yang penting dilakukan. Pembangunan ekonomi yang diukur berdasarkan pendapatan
perkapita menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan. Maka dari
itu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat salah satunya diperlukan pendidikan
untuk kebutuhan dasar dalam kehidupan serta sebagai faktor yang dominan dalam
pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Permasalahan yang dikaji dalam
penelitian ini adalah: (1) apakah ada pengaruh pendidikan terhadap pendapatan PNS
di Kantor Kecamatan Labuhan Badas dan (2) Seberapa besar pengaruh tingkat
pendidikan terhadap pendapatan PNS di Kantor Kecamatan Labuhan Badas. Penelitian
ini bertujuan (1) mengetahui ada tidaknya pengaruh pendidikan terhadap pendapatan
PNS di Kantor Kecamatan Labuhan Badas dan (2) mengetahui seberapa besar
pengaruh pendidikan tersebut terhadap pendapatan PNS di Kantor Kecamatan
Labuhan Badas. Populasi penelitian ini adalah masyarakat PNS di Kantor Kecamatan
Labuhan Badas yaitu berjumlah 24 orang. sampel diambil dari populasi harus betulbetul representative (mewakili). Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 510% atau 15-20% akan tetapi karena jumlah populasi yang relatif kecil maka
semuanya populasi dijadikan subjek penelitian. Ada 2 variabel yang dikaji dalam
penelitian ini, yaitu: (1) tingkat pendidikan (variable dependent) (2) pendapatan PNS
(variable independent). Metode pengumpulan data adalah (1) wawancara, (2)
observasi/pengamatan, (3) Dokumentasi. Data yang dikumpulkan dianalisis denagan
tekhnik Regeresi Linier sederhana dan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan PNS di Kantor
Kecamatan Labuhan Badas. Hal ini ditunjukkan nilai t-statistik sebesar 16.407 dan t
table sebesar 4.528 pada = 5% (0.05: 98) dengan melakukan pengujian satu sisi
berarti nilai t statistik > t table atau H diterima dan Ho ditolak. Besarnya kontribusi
nyata yang diberikan oleh tingkat pendidikan adalah sebesar 48,2% sedangkan sisanya
52,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam estimasi yaitu, jenis
kelamin, umur dan masa kerja.
Kata Kunci: Pendidikan, Pendapatan
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi dan pembangunan sumberdaya manusia merupakan dua
hal yang penting dilakukan. Pembangunan ekonomi yang diukur berdasarkan
pendapatan perkapita menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan.
Pendapatan perkapita juga dijadikan salah satu ukuran kesejahteraan penduduk.
Pembangunan ekonomi harus ditunjang dengan pembangunan sumberdaya manusianya.
Hal ini menjadi sangat penting untuk pembangunan selanjutnya. Maka dari itu untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat salah satunya diperlukan pendidikan untuk
kebutuhan dasar dalam kehidupan serta sebagai faktor yang dominan dalam
pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas.
Permasalahan pengaruh endidikan terhadap pendapatan masyarakat pegawai
negeri sipil (PNS) di Kantor Kecamatan Labuhan Badas adalah Pendidikan merupakan
kebutuhan dasar dalam kehidupan untuk peningkatan pendapatan masyarakat, akan
tetapi masyarakat kecamatan Labuhan Badas masih banyak yang belum sadar akan
pentingnya pengaruh pendidikan dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena hal itu,
dalam kehidupan masyarakat Kecamatan Labuhan Badas terdapat pekerjaan yang
bervariasi karena latar belakang pendidikan yang berbeda, Sehingga bervariasi pula
pendapatannya.
Pendapatan adalah semua penghasilan yang didapat oleh keluarga baik berupa
uang ataupun jasa. Setiap orang berhak untuk mencari nafkah dalam upaya untuk
mencukupi kebutuhan hidup sehingga pendapatan dapat mempengaruhi seseorang untuk
mengejar apa yang mereka cita-citakan. Untuk masyarakat yang mempunyai
penghasilan yang kecil, mereka berupaya hasil dari pekerjaannya hanya untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk keluarga yang berpenghasilan menengah
mereka lebih terarah kepada pemenuhan kebutuhan pokok yang layak seperti makan,
pakaian, perumahan, pendidikan dan lain-lain. Sedangkan keluarga yang berpenghasilan
tinggi dan berkecukupan mereka akan memenuhi segala keinginan yang mereka
inginkan termasuk keinginan untuk menyekolahkan anak mereka ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.
Pemerintah Kecamatan Labuhan Badas harus memperhatikan masyarakat yang
kurang mampu dalam menempuh atau mengenyam dunia pendidikan agar diberikan
bantuan dana atau beasiswa kepada masyarakat tersebut agar terciptanya ekonomi
masyarakat yang lebih baik. Sejalan dengan keterangan di atas, maka penulis tertarik
mengangkat masalah ini menjadi sebuah penelitian yang berjudul; Pengaruh Pendidikan
Terhadap Pendapatan PNS di Kantor Kecamatan Labuhan Badas.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka permasalahan yang akan dikaji
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh pendidikan terhadap pendapatan PNS di Kantor Kecamatan
Labuhan Badas?
2. Seberapa besar pengaruhnya terhadap pendapatan PNS di Kantor Kecamatan
Labuhan Badas?
b. Pendapatan yang diperoleh dari penjualan aktiva diluar barang dagangan atau hasil
produksi. Contohnya: penjualan surat surat berharga, penjualan aktiva tidak
berwujud (gain on sales of fixed assets).
Selain itu adapun sumber dari pendapatan antara lain: Transaksi modal atau
pendanaan yang mengakibatkan adanya tambahan dana yang ditanamkan oleh
pemegang obligasi dan pemegang saham, Laba dari penjualan aktiva yang bukan berupa
produk perusahaan seperti aktiva tetap, surat berharga atau penjualan anak/cabang
perusahaan, hadiah, sumbangan atau penemuan, revaluasi aktiva, penyerahan produk
perusahaan, yaitu aliran hasil penjualan produk.
2.2.3. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Pegawai negeri sipil (PNS) adalah setiap Warga Negara Republik Indonesia
yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang
dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau, diserahi tugas Negara lainnya dan
digaji berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. DP3 atau Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan PNS tersebut, tertuang dalam PP Nomor 10 Tahun 1979, terdiri
atas delapan norma-norma sikap perilaku: Kesetiaan, Prestasi Kerja, TanggungJawab,
Ketaatan, Kejujuran, Kerjasama, Prakarsa dan Kepemimpinan
Kantor Menpan tahun 2002 menemukan dan mengidentifikasi adanya Pola Pikir
Negatif (Pola Pikir Tetap) PNS yang tercermin dalam bentuk 24 hambatan atau
permasalahan perilaku budaya kerja paratur pemerintahan, yaitu pola pikir Negatif
(Tetap) seorang PNS yaitu: Komitmen dan konsistensi terhadap visi dan misi
organisasi masih rendah, Sering terjadi penyimpangan dan kesalahan dalam kebijakan
publik yang berdampak luas kepada masyarakat, Pelaksanaan kebijakan jauh berbeda
dari yang diharapkan, Terjadi arogansi pejabat dan penyalahgunaan kekuasaan,
Pelaksanaan wewenang dan tangung jawab aparatur saat ini belum seimbang, Dalam
praktek di lapangan sulit dibedakan antara ikhlas dan tidak ikhlas, jujur dan tidak
jujur,pejabat yang KKN akan menyebabkan KKN meluas pada pegawai, dunia usaha
dan masyarakat, Gaji pegawai yang rendah/kecil dibandingkan dengan harga
barang/jasa lainnya, Banyak aparatur yang integritas, loyalitas dan profesionalnya
rendah, Belum adanya sistem merit yang jelas untuk mengukur kinerja pegawai dan
tindak lanjut hasil penilaiannya., Kreativitas karyawan kurang mendapat perhatian
atasan, Kepekaan terhadap keluhan masyarakat dinilai masih rendah, Ada
kecenderungan para pemimpin tidak mau mengakui kesalahan di depan bawahan, Sifat
individualisme lebih menonjol dibandingkan kebersamaan, Budaya KKN yang
menjiwai sebagian aparat, Tingkat kesejahteraan yang kurang memadai, Banyak
aparatur belum memahami makna keadilan dan keterbukaan.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian dan Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian diskriptif dengan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif. Pengertian diskriptif kualitatif adalah suatu metode dalam
meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran
atau dalam kelas peristiwa masa sekarang. Tujuan dari penelitian diskriptif ini adalah
untuk menggambarkan atau melukiskan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nasir, 1999: 63).
Menurut Suharsimi (2002: 18) penelitian deskriptif dimaksudkan untuk
mendeskriptifkan suatu situasi atau area populasi tertentu yang bersifat faktual secara
sistematis dan akurat. Oleh karena itu, penelitian ini adalah untuk memberikan
gambaran tentang pengaruh pendidikan dan pendapatan pada golongan PNS di
Kecamatan Labuhan Badas.
3.2. Populasi / Sampel
Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian, semua elemen yang ada di
dalam wilayah penelitian (Arikunto, 1998: 115). Berdasarkan pengertian di atas, maka
populasi yang di maksud dalam penelitian ini adalah PNS di Kantor Kecamatan
Labuhan Badas yaitu berjumlah 24 orang. Sedangkan Sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007: 91). Sampel
dalam penelitian ini sebanyak 24 orang, jadi sampel dalam penelitian ini adalah sampel
jenuh.
3.3. Tehnik Pengumpulan data
Tehnik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
wawancara, observasi dan dokumentasi. Wawancara informasi merupakan salah satu
metode pengumpulan data untuk memperoleh data dan informasi dari narasumber
secara lisan. Proses wawancara dilakukan dengan cara tatap muka secara langsung
dengan narasumber. Dalam proses wawancara interviewer mengajukan pertanyaan, baik
dengan meminta penjelasan dan jawaban dari pertanyaan yang diberikan dan membuat
catatan mengenai hal-hal yang diungkapkan kepadanya. Observasi atau pengamatan
yaitu tehnik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung
atas berbagai fenomena yang terjadi. Dokumentasi, Dokumentasi berasal dari kata
dokumen yang artinya barang-barang tertulis didalam melaksanakan metode
dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,
peraturan dan sebagainya.
3.4. Klasifikasi Variabel
Untuk memudahkan dalam analisis dan untuk menghindari kesalahan-kesalahan
dalam pengumpulan data tersebut, maka variabel-variabel perlu diidentifikasi terlebih
dahulu. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu Pendidika dan
Pendapatan PNS. Klasifikasi variabel yang menjadi obyek penelitian ini adalah:
a. Variabel terikat (dependent) yaitu variabel yang di pengaruhi oleh variabel lain.
Dalam penelitian ini variabel terikat adalah pendapatan PNS.
b. Variabel bebas (independent) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain baik
secara parsial maupun simultan. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas
adalah pendapatan pendidikan PNS.
Std. Error
(Constant)
2709753.333
165158.761
Pendidikan
1221313.333
269703.128
Standardized
Coefficients
Beta
.695
Sig.
16.407
.000
4.528
.000
Setelah melakukan estimasi model empiris yang terpilih yaitu model linier,
maka untuk melakukan pembahasan lebih lanjut semua besaran konstanta dan koefisien
hasil regresi pada tabel dimasukkan kedalam persamaan.
Pendapatan = 2709753.333+4.528X
Konstanta sebesar 2709753.333 memberikan arti bahwa jika tidak ada Pendidikan maka
pendapatan PNS sebesar 2709753.333 Koefisien variabel penjelas pendidikan sebesar
1221313.333 memberikan arti bahwa meningkatnya pendidikan PNS sebesar satu
satuan akan mendorong peningkatan pendapatan PNS sebesar Rp.1.221.313,333,dengan asumsi cateris paribus.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa
tingkat pendidikan mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan PNS Di
Kantor Kecamatan Labuhan badas. Hal ini berarti bahwa kenaikan indeks pada tingkat
pendidikan akan diikuti kenaikan indeks pendapatan yang signifikan pada lingkungan
PNS Di Kantor Kecamatan Labuhan Badas. Sebaliknya jika terjadi penurunan pada
variabel tingkat pendidikan maka pendapatan juga menurun.
5.2. Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang diajukan adalah sebagai
berikut: Pihak Pemda Kabupaten Sumbawa pada umumnya dan Pemerintah Kecamatan
Labuhan Badas khususnya perlu memperhatikan pendidikan PNS yaitu dengan
melaksanakan pelatihan yang berorientasi pada peningkatan pelayanan publik melalui
penguasaan teknologi dan memberikan sanksi bagi PNS yang dianggap tidak produktif.
Serta perlu dilakukan penelitian di wilayah Kecamatan lain di Kabupaten Sumbawa
guna mengetahui perbandingan tingkat pendapatan PNS serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. 2001. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas. Fakultas Ekonomi UI, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Djojodipuro, Marsudi. 1994. Pengantar Ekonomi Untuk perencanaan, Universitas
Indonesia (UI-Press), Jakarta.
Djojohadikusumo, Sumitro. 1987. Pembangunan Ekonomi Indonesia. Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta.
Djumransjah, H.M. 2004. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bayumedia
Malang.
Publishing,
11
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektifitas dan efisiensi pemungutan
retibusi terminal Kabupaten Sumbawa Barat selama tahun 2005-2011. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bermaksud
melakukan penggambaran keadaan UPTD Terminal dan pendekatan kuantitatif untuk
mengetahui data target retribusi terminal, data realisasi retribusi terminal dan data
biaya pemungutan retribusi terminal yang bersumber dari data sekunder. Data ini
berasal dari UPTD Pengelolaan Terminal, Dishubkominfo dan Dinas Pendapatan dan
Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD). Dengan menerapkan rumus pendekatan
efektifitas dan efisiensi pemungutan retribusi terminal, hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa dalam melakukan pemungutan retribusi terminal pemerintah daerah Kabupaten
Sumbawa Barat cukup berhasil merealisasikan target penerimaan pendapatan hampir
sesuai dengan target yang ditetapkan dan biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan
target penerimaan pendapatannya cukup kecil dalam mewujudkan tujuan. Hal ini bisa
dilihat dari perhitungan tingkat efektifitas retribusi terminal diperoleh dari
perbandingan rasio realisasi penerimaan terhadap target penerimaan retribusi
terminal Kabupaten Sumbawa Barat periode tahun 2005 2011 termasuk kriteria
sangat efektif karena prosentase rata-rata yakni diatas 100%. Tingkat efisiensi
retribusi terminal diperoleh dari hasil perbandingan antara biaya pungut dengan
realisasi penerimaan retribusi terminal Kabupaten Sumbawa Barat periode tahun 2005
2011 termasuk criteria sangat efisien karena prosentase rata-rata yakni kurang dari
60%.
Kata Kunci: Retribusi Terminal, Efektifitas dan Efisiensi.
12
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan bergulirnya otonomi daerah, telah merubah paradigma
penyelenggaraan pemerintah di daerah dimana kekuasaan yang bersifat sentralistik
merubah menjadi desentralistik dapat memberikan otonomi yang seluas-luasnya
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, kemudian diganti
dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 selanjutnya disingkat dengan sebutan
UU No. 32/2004. Perubahan kebijakan pengaturan pemerintahan daerah tersebut
diselaraskan dengan adanya perubahan kebijakan terhadap pajak dan retribusi daerah
sebagai landasan dalam menggali potensi pendapatan daerah khususnya Pendapatan
Asli Daerah, yakni Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1987, kemudian dirubah dengan
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 1987 tentang Pajak Daerah dan Retribusi, selanjutnya disingkat
dengan sebutan UU No. 34/2000.
Keserasian dan keselarasan kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah secara
otonom dengan kebutuhan measyakat merupakan landasan bagi terwujudnya
pemerintahan dan pembangunan yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat sehingga terwujud pula peningkatan kualitas pelayanan. Dengan
diberikannya kewenangan dan tanggung jawab kepada daerah kabupaten dalam
mengurus rumah tangganya sendiri, maka akan semakin meningkat interaksi langsung
antara aparat pemerintah dan masyarakat. Aparat dituntut untuk dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan, Sejalan dengan tuntutan kemajuan dunia yang menuju era globalisasi, maka
peningkatan efektifitas dan efisiensi sangat mendesak untuk dilaksanakan. Peningkatan
wawasan dan pendidikan masyarakat disuatu daerah akan menciptakan situasi dimana
masyarakat akan menuntut peningkatan kualitas pelayanan dari pemerintah.
Retribusi Terminal merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah yang
pada umumnya dapat digali oleh Pemerintah Daerah. Dengan berdasarkan hal tersebut,
maka pemerintah daerah mengharapkan sumber pendapatan dari retribusi daerah ini
dapat terus meningkat setiap tahunnya sehingga pembangunan daerah akan berjalan
lancar apabila tersedianya dana yang cukup. Keberhasilan dari retribusi terminal sudah
barang tentu banyak bergantung dari beberapa hal atau faktor-faktor yang
mempengaruhinya. ukuran keberhasilan pada realisasi pendapatan retribusi terminal
tersebut dapat dilihat dari realisasi penerimaan retribusi, berdasarkan karekteristik
tersebut diketahui bahwa realisasi dan jumlah kendaraan mengandung hubungan
persamaan matematis yaitu berbanding lurus, yang berarti bila jumlah kendaraan
meningkat maka realisasi juga meningkat. Selain faktor jumlah kendararaan yang
masuk kedalam terminal, ada juga faktor lain yang menjadi faktor penghambat untuk
peningkatan efektifitas dan efisiensi dari pemungutan retribusi terminal yaitu: masih
terdapatnya masyarakat sebagai pengguna jasa terminal yang tidak membayar retribusi
terminal sesuai dengan peraturan dan tarif yang ada, tidak adanya ketegasan atau sanksi
hokum yang tepat bagi masyarakat yang tidak membayar retribusi terminal sebagai
kewajibannya atas penggunaan sarana dan prasarana yang ada di terminal, kurangnya
kesadaran dari para sopir angkutan untuk membayar retribusi terminal dan masih ada
13
oknum sopir yang menaikkan dan menurunkan penumpang di luar terminal, adanya
oknum pemungut yang belum mempunyai sikap mental yang jujur serta penuh tanggung
jawab dalam melakukan pengelolaan retribusi terminal dan kurangnya pengawasan di
lapangan baik terhadap masyarakat sebagai wajib retribusi maupun terhadap petugas
pemungut, serta kurangnya sosialisasi dan penyuluhan terhadap peraturan daerah
tentang retribusi terminal, kurangnya kesadaran wajib retribusi sebagai pengguna jasa
dan fasilitas yang ada diterminal termasuk kurangnya minat pihak ketiga untuk
menyewa kios-kios yang disediakan di terminal. Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan diatas, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan retribusi terminal
Kabupaten Sumbawa Barat ke dalam penelitian yang berjudul: Analisis Efektifitas dan
Efisiensi Pemungutan Retribusi Terminal di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 20052011.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
seberapa besar Tingkat Efektifitas Dan Efisiensi Pemungutan Retribusi Terminal
Kabupaten Sumbawa Barat selama Tahun 2005 - 2011?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Efektifitas Dan Efisiensi
Pemungutan Retribusi Terminal Kabupaten Sumbawa Barat selama Tahun 2005-2011.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Sebelumnya
Penelitian Wahyu Irwansyah M (2005),Analisis Efektivitas Dan Efisiensi
Pemungutan Pajak Dan Retribusi Daerah Di Kabupaten Mojokerto. Penelitian ini
dilakukan pada Daerah Kabupaten Mojokerto dengan judul Efektivitas dan Efisiensi
Pemungutan Pajak dan Retibusi Daerah di Kabupaten Mojokerto. Tujuan Penelitian ini
adalah untuk mengetahui seberapa besar efektivitas dan efisiensi pemungutan pajak dan
retribusi daerah yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah, apakah tingkat
efektivitas dan efisiensi pemungutan pajak dan retribusi dapat meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Mojokerto. Alat analisis yang digunakan
untuk mengetahui seberapa besar efektivitas dan efisiensi pemungutan pajak dan
retribusi daerah adalah rasio efektivitas dan rasio efisiensi, Hasil analisis menggunakan
analisis rasio efektivitas pemungutan pajak dan retribusi daerah tahun anggaran
1999/2000 sebesar 1,064, tahun 2000 sebesar 0,959 dan tahun anggaran 2001 menjadi
1,048. Hasil perhitungan dengan alat analisis rasio efisiensi. Efisiensi pemungutan pajak
dan retribusi daerah tahun anggaran 1999/2000 sebesar 0,072, tahun anggaran 2000
sebesar 0,079 dan tahun anggaran 2001 menjadi 0,066. Dari hasil analisa rasio apabila
pemungutan pajak dan retribusi daerah efektif dan efisien dapat meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah dan apabila tidak efektif dan efisien akan menurunkan
Pendapatan Asli Daerah.
Selanjutnya penelitian Nurhaidah (2006),Analisis Efektivitas Dan Efisiensi
Pemungutan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Di Kabupaten Bima. Penelitian ini
14
15
Efektifitas
16
Efisiensi
Tabel 2.
Prosentase Kriteria Kinerja Efisiensi
Prosentase Kinerja
Kriteria Kinerja
>100%
Tidak Efisien
90% -100%
Kurang Efisien
80% -90%
Cukup Efisien
60% -80%
Efisien
<60%
Sangat Efisien
Sumber : Kepmendagri Nomor 690.900-327
2.2.3. Retribusi Daerah
Retribusi adalah pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
diberikan atau disediakan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan (Suparmoko, 2002:85). Menurut Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 dalam
pasal 1 menjelaskan pengertian retribusi sebagai berikut Retribusi adalah pungutan
Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan. Penerimaan Retribusi daerah adalah hasil pungutan daerah sebagai imbalan jasa
yang diperoleh dari pemakaian jasa pekerjaan atau pelayanan pemerintah daerah dan
jasa milik pemerintah daerah, yang dilaksanakan dengan peraturan daerah yang
didasarkan atas ketentuan perundang-undangan yang berlaku (Suparmoko, 2002:81).
Adapun manfaat retribusi yaitu Retribusi dapat meningkatkan kemampuan dalam
pembiayaan PAD, meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Tujuan retribusi daerah
adalah meningkatkan akuntabilitas daerah dalam penyelenggaraan pemerintah dan
sekaligus memperkuat otonomi daerah secara efektif dan efisien.
2.2.4. Retribusi Terminal
Retribusi Terminal adalah satu jenis retribusi yang menjadi kewenangan daerah
dan dapat dikelola dan disediakan oleh pemerintah daerah. Dalam pasal 1 ayat 8
17
Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 5 Tahun 2006 tentang retribusi
terminal, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan terminal adalah tempat parkir
untuk kendaraan penumpang dan bis umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas lainnya
yang dimiliki atau dikelola oleh Pemerintah Daerah. Selanjutnya pasal 1 ayat 9
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Retribusi Terminal yang selanjutnya dapat
disebut retribusi adalah pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat parkir untuk
kendaraan penumpang dan bus umum, tempat kegiatan usaha, fasilitas lainnya di
lingkungan terminal yang dimiliki dan atau dikelola oleh Pemerintah Daerah tidak
termasuk pelayanan peron.
Objek dan subjek retribusi terminal sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Sumbawa Barat Nomor 5 Tahun 2006 dalam pasal 3 ayat 1 dan 2 adalah sebagai
berikut: Obyek Retribusi adalah pelayanan penyediaan fasilitas terminal yang meliputi :
Penyediaan tempat parkir kendaraan penumpang dan bus umum,penyediaan tempat
kegiatan usaha, Fasilitas lainnya di lingkungan terminal. Sedangkan Subyek retribusi
adalah badan atau orang pribadi yang menggunakan fasilitas terminal, Struktur tarif
retribusi terminal berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 5
tahun 2006 tentang Retribusi Terminal pasal 6 sebagai berikut :
Tabel 3.
Struktur dan Tarif Retribusi Terminal Kabupaten Sumbawa Barat
No.
1.
2.
Jenis
Pelayanan
Penyediaan
tempat naik
turunnya
penumpang
Besarnya Tarif
Rp.
a. Angkutan Kota
b. Angkutan Non Bus Antar Rp.
200,-/sekali masuk
500,-/sekali masuk
3.
Pemakaian
Tempat Usaha
a. Kios Permanen
b. Pedagang Kaki Lima
Rp. 25.000,-/bulan
Rp. 5.000,-/bulan
4.
Pemakaian
fasilitas lainnya
Kamar Mandi/WC
1. Mandi
2. Buang Air Besar
3. Buang Air Kecil
18
Target
Biaya
Pemungutan
Realisasi
Efektifitas
Efisiensi
Gambar 1.
Kerangka Konseptual
IV. METODELOGI PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian dan Data Penelitian
Penelitian ini nerupakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini mengkaji
tentang efektifitas dan efisiensi pemungutan retribusi terminal terhadap Pendapatan asli
daerah Kabupaten Sumbawa Barat selama tahun 2005-2011. Data Kuantitatif pada
penelitian ini berupa data target penerimaan, realisasi penerimaan, dan biaya
pemungutan retribusi Terminal Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2005 2011. Serta
Data Kualitatif berupa data profil Terminal Kabupaten Sumbawa Barat. Adapun sumber
data dalam penelitian adalah data sekunder. Data sekunder tersebut adalah target
penerimaan, realisasi penerimaan, dan biaya pemungutan retribusi terminal Kabupaten
Sumbawa Barat Tahun 2005 2011 dan data profil terminal Kabupaten Sumbawa Barat
Tahun 2005 2011. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan
adalah pencatatan dokumen yang digunakan untuk mengumpulkan data target
penerimaan, realisasi penerimaan, dan biaya pemungutan retribusi dan profil Terminal
Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2005 2011.
4.2. Klasifikasi Variabel
Menurut Sugiyono (2003;31) definisi dari variabel adalah segala sesuatu hal
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.Variabel
dalam penelitian ini diklasifikasikan yaitu variabel efektifitas, efisiensi, biaya
pemungutan, target penerimaan dan realisasi penerimaan, retribusi terminal Kabupaten
Sumbawa Barat.
19
Efektifitas
Efisiensi
Target
Realisasi
2005
Rp 12.600.000,00
Rp 13.203.000,00
2006
Rp 15.000.000,00
Rp 12,253,500,00
2007
Rp 17.000.000,00
Rp 12.080.000,00
2008
Rp 22.500.000,00
Rp 18,718,000,00
2009
Rp 20.000.000,00
Rp 20.763.000,00
2010
Rp 22.500.000,00
Rp 32.985.000,00
2011
Rp 22.500.000,00
Rp 38.810.000,00
20
Pada tabel diatas diketahui bahwa realisasi penerimaan retribusi terminal tidak
selalu sama dengan target yang ditetapkan. Kondisi ini lebih dari target yang ditetapkan,
namun pada tahun 2006 sampai tahun 2008 realisasi penerimaan retribusi terminal di
Kabupaten Sumbawa Barat dibawah 100% namun cukup signifikan jika melihat besar
target yang ditetapkan. Hal ini terjadi karena dalam pemerintah Kabupaten Sumbawa
Barat terus melakukan perbaikan-perbaikan dalam setiap kebijakannya terutama
menyangkut perbaikan fasilitas sarana dan prasarana fisik terminal. Salah satu
contohnya adalah dengan adanya pembangunan sarana dan prasarana baru dimasingmasing terminal di Kabupaten Sumbawa Barat yang diperuntukkan untuk masyarakat
khususnya pedagang pasar dan terminal. Terlebih sejak tahun 2007 perbaikan dan
penambahan luas terminal di Kabupaten Sumbawa Barat.
Untuk menghitung potensi retribusi terminal di Kabupaten Sumbawa Barat ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Terminal yang dimaksud adalah tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan bis
umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas lainnya yang dimiliki atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah (Perda No. 5 tentang Retribusi Terminal Kabupaten Sumbawa
Barat tahun 2006;
2. Tarif retribusi terminal dimaksud adalah penetapan tarif sesuai dengan Peraturan
Daerah (Perda) Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 5 tahun 2006 tentang Retribusi
Terminal. Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis kendaraan yang terdiri Bus,
Bemo dan Engkel;
3. Setiap orang pribadi atau badan yang menempati dan mempergunakan fasilitas
terminal untuk usaha angkutan jasa dipungut retribusi;
Tabel 4.
Jumlah Kendaraan yang Masuk Ke Terminal
Kabupaten Sumbawa Barat, 2005-2011
Tahun
Bus
Engkel
Bemo
Total
2005
32
13
63
108
2006
40
19
61
120
2007
59
35
71
165
2008
92
17
33
142
2009
79
19
57
155
2010
87
21
71
179
2011
69
36
89
194
Jumlah
458
160
445
1063
Rata-rata
65.43
22.86
63.57
151.86
Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Kab. Sumbawa Barat, 2009
Pertumbuhan kendaraan angkutan di Kabupaten Sumbawa Barat mengalami
perkembangan yang fluktuatif setiap tahunnya untuk setiap jenis kendaraan baik Bus,
Engkel maupun Bemo. Perkembangan cukup signifkan dialami oleh kendaraan jenis
Bus, selama tahun 2005 sampai tahun 2011. Kondisi ini disebabkan karena semakin
21
tingginya kebutuhan akan angkutan luar atau dalam kota Kabupaten Sumbawa Barat,
baik dari Kabupaten Sumbawa Barat maupun yang berasal dari luar Kabupaten
Sumbawa Barat. Salah satu faktor dominan yang mempengaruhi peningkatan ini adalah
permintaan angkutan untuk jalur Maluk-Sumbawa.
Banyaknya tenaga kerja yang bekerja pada PT. Newmont Nusa Tenggara yang
berasal dari Kabupaten Sumbawa dan sekitar menjadi penyebab dari tingginya
kebutuhan jasa akan angkutan bus dalam dan luar kota ini. Sementara untuk angkutan
pedesaan seperti engkel, tidak terlalu menunjukkan perkembangan yang tinggi.
Kondisi ini disebabkan karena semakin banyaknya masyarakat yang memiliki
kendaraan sendiri misalnya sepeda motor. Sedangkan untuk kendaraan dalam kota
meskipun perkembangan tidak terlalu tinggi namun jumlahnya hampir setiap tahun
meningkat, hanya pada tahun 2008 sempat menurun namun pada tahun 2011 kembali
bertambah. Dengan data jumlah kendaraan tersebut serta besarnya tarif yang dibayarkan
oleh pemilik ataupun pengemudi kendaraan yang menggunakan fasilitas terminal, maka
selanjutnya dapat dilakukan perhitungan potensi penerimaan retribusi terminal di
Kabupaten Sumbawa Barat selama tahun 2005 sampai tahun 2011.
Tabel 5.
Efektifitas Retribusi Terminal Kabupaten Sumbawa Barat 2005-2011
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Jumlah
Rata-rata
Target Retribusi
Terminal
12.600.000
15.000.000
17.000.000
22.500.000
20.000.000
22.500.000
22.500.000
132,100,000
18,871,429
Realisasi Retribusi
Terminal
13.203.000
12.253.500
12.080.000
18.718.000
20.763.000
32.985.000
38.810.000
148.812.500
21,258,929
Efektifitas
Nilai (%)
Kriteria
104.79
Sangat Efektif
81.69
Cukup Efektif
71.06
Kurang Efektif
83.19
Cukup Efektif
103.82
Sangat Efektif
146.60
Sangat Efektif
172.49
Sangat Efektif
764
109,09
Sangat Efektif
Realisasi Retribusi
Terminal
13.203.000
12.253.500
12.080.000
18.718.000
20.763.000
32.985.000
38.810.000
148.812.500
21,258,929
Biaya
Pungutan
7.000.000
10.000.000
9.000.000
11.000.000
11.000.000
12.500.000
12.850.000
73,350,000
10,478,571
Nilai (%)
53.02
81.61
74.50
58.77
52.98
37.90
33.11
392
55.98
Efisiensi
Kriteria
Sangat Efisien
Cukup Efisien
Efisien
Sangat Efisien
Sangat Efisien
Sangat Efisien
Sangat Efisien
Sangat Efisien
22
Dari hasil analisis dan perhitungan tingkat efektifitas dan efisiensi pemungutan
retribusi terminal di Kabupaten Sumbawa Barat sesuai dengan data menunjukkan hasil
yang sangat efektif dan sangat efisien, ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan.
Pencapaian Dari hasil analisis
efektifitas dan efisiensi menunjukkan bahwa
pertumbuhan penerimaan retribusi terminal mengalami perkembangan yang cukup
baik. Kondisi ini disebabkan oleh semakin meningkatnya proses pembangunan di
Kabupaten Sumbawa Barat terutama pada sector sarana dan prasarana baik berupa jalan,
jembatan maupun terminal. Pembangunan sarana dan prasarana fisik ini tidak lepas dari
komitmen pemerintah daerah yang terus menerus menganggarkan pembangunan fisik
melalui APBD baik yang bersumber dari dana perimbangan maupun hibah PT
Newmont Nusa Tenggara. Pembangunan terminal baru serta sarana dan prasarana yang
baik dan memadai menunjukkan bahwa pemerintah daerah meningkatkan kualitas
pelayanan terhadap masyarakat di Kabupaten Sumbawa Barat. Segala kebijakan untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemungutan retribusi terminal telah dilakukan
secara optimal oleh pemerintah daerah Kabupaten Sumbawa Barat.
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Seperti telah diuraikan dalam bab pembahasan dan analisis, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Tingkat penghitungan efektivitas pemungutan retribusi terminal di Kabupaten
Sumbawa Barat selama periode pengamatan 2005-2011 rata-rata sebesar 109.09
persen pertahun dengan metode perbadingan realisasi penerimaan retribusi terminal
dengan target penerimaan retribusi terminal. Angka tersebut termasuk kategori
sangat efektif.
2. Penghitungan efisiensi pemungutan Retribusi Terminal di Kabupaten Sumbawa
Barat selama periode 2005-2009 rata-rata sebesar 55.98 persen. Angka sebesar
55.98 persen menunjukkan bahwa pemungutan Retribusi Terminal di Kabupaten
Sumbawa Barat berjalan sangat efisien sesuai dengan standarisasi yang ditetapkan
oleh Departemen Dalam Negeri dengan persentase kurang dari 60%.
3. Realisasi penerimaan retribusi terminal tidak selalu sama dengan target yang
ditetapkan. Dilihat dari persentasenya jumlah penerimaan retribusi terminal pada
tahun 2005 mencapai 104,79 dari target yang ditetapkan. Kondisi ini lebih dari
target yang ditetapkan, namun pada tahun 2006 sampai tahun 208 realisasi
penerimaan retribusi terminal di Kabupaten Sumbawa Barat dibawah 100% namun
cukup signifikan jika melihat besar target yang ditetapkan. Hal ini terjadi karena
dalam pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat terus melakukan perbaikanperbaikan dalam setiap kebijakannya terutama menyangkut perbaikan fasilitas saran
dan prasarana fisik terminal. Salah satu contohnya adalah dengan adanya
pembangunan sarana dan prasarana baru dimasing-masing terminal di Kabupaten
Sumbawa Barat yang diperuntukkan untuk masyarakat khususnya pedagang pasar
dan terminal. Terlebih sejak tahun 2007 perbaikan dan penambahan luas terminal di
Kabupaten Sumbawa Barat.
23
6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang disebutkan di atas, maka dapat diusulkan
beberapa saran kepada Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dalam rangka
meningkatkan penerimaan Retribusi Terminal yaitu:
1. Untuk meningkatkan penerimaan retribusi terminal di Kabupaten Sumbawa Barat
dapat dilakukan dengan cara menetapkan target penerimaan minimal sebesar 80
persen dari potensi yang dimiliki;
2.
3.
24
DAFTAR PUSTAKA
Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba
Empat, Jakarta.
Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. STIM YKPN, Yogyakarta.
Mardiasmo dan Makhfatih, A., 2000, Perhitungan Potensi Pajak dan Retribusi Daerah
di Kabupaten Magelang, Laporan Akhir, KerjasamaPemerintah Daerah
Kabupaten Magelang dengan PAU-SE UGM,Yogyakarta.
Nurhaidah. 2006. Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Pemungutan Pajak Daerah Dan
Retribusi Daerah Di Kabupaten Bima. Peraturan Daerah Kabupaten
Sumbawa Barat Nomor 5 Tahun 2006 tentang Retribusi Terminal.
Republik Indonesia.. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 690 900 327 Tahun 1996
tentang Pedoman Penilaian dan Kinerja Keuangan.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Alfa Beta, Bandung.
Suparmoko. 2002. Ekonomika Publik untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah.
Penerbit Andi, Yogyakarta.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 34 Tahun 2000 tentang Retribusi
Wahyu Irwansyah M. 2005. Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Pemungutan Pajak Dan
Retribusi Daerah Di Kabupaten Mojokerto.
Wibisono. 2007. Analisis Kontribusi Retribusi Terminal Penumpang Terhadap
Pendapatan
Asli
Daerah
Kabupaten
Lumajang.
FE
UII,
Yogyakarta.www.google.com.//2347.abstrak//
25
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbandingan (komparasi)
Penerimaan Samsat Sebelum dan Sesudah Adanya Pelayanan Samsat Keliling di
Kabupaten Sumbawa. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dari berupa data penerimaan samsat sebelum adanya pelayanan samsat keliling selama
tiga tahun yaitu dari tahun 2007 sampai dengan 2009, dan data penerimaan samsat
sesudah adanya pelayanan samsat keliling yaitu dari tahun 2010 sampai dengan 2012.
Data berasal dari Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Pelayanan Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah Kabupaten Sumbawa. Adapun pokok permasalahan dalam
penelitian ini adalah Apakah terdapat Perbedaan Penerimaan Samsat Sebelum dan
Sesudah Adanya Pelayanan Samsat Keliling di Kabupaten Sumbawa. Jenis penelitian
yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode Statistik
parametik yaitu dengan nilaimembandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel, hasil
penelitian menunjukan bahwa adanya perbedaan yang signifikan pada penerimaan
samsat sesesudah adanya pelayanan samsat keliling, baik pada penerimaan Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)
terlihat dari hasil hipotesis yang dicermati bahwa nilai t-test Pajak Kendaraan
Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah -15,529 dan nilai ttabelnya adalah -4,303 atau 4,303 dengan menguji dua pihak bahwa t-hitung< -t tabel
yaitu : -15,529< -4,303 maka H0ditolak dan Ha diterima, dengan demikian terdapat
perbedaan yang signifikan penerimaan samsat sebelum dan sesudah adanya pelayanan
samsat keliling.
Kata Kunci : Penerimaan Samsat Sebelum, Penerimaan Samsat Sesudah, Pelayanan
Samsat Keliling.
26
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional
merupakan optimalisasi pemanfaatan sumber daya dan potensi lainnya, untuk
mewujudkan kemakmuran dan kesejahtraan masyarakat sebagai cita cita bangsa
Indonesia, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Selain sumber daya manusia, faktor
faktor lain yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan daerah adalah
tersedianya keuangan yang memadai, baik bersumber dari Pemerintah Pusat, Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN) maupun dari Pemerintah Daerah Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Bagi Daerah Nusa Tenggara Barat, Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB)
merupakan primadona penerimaan Daerah karena memberikan kontribusi yang sangat
besar bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Nusa Tenggara Barat, oleh karena itu perlu
dikelolah secara baik dan dengan cara cara yang benar sehingga diharapkan terjadi
peningkatan Pendapatan Asli Daerah Nusa Tenggara Barat.
Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBNKB) perlu ditingkatkan penerimaannya karena merupakan sumber
pendapatan dalam negeri yang lebih stabil dan dinamis, untuk meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD), walaupun disadari bersama dalam situasi krisis
ekonomi yang melanda indonesia, harapan untuk meningkatkan penerimaan pajak
semakin sulit untuk dicapai, disamping itu pula kesadaran Wajib Pajak dalam
membayar pajak masih kurang, dimana diluar sana masih banyak objek pajak yang
belum terbayar pajaknya, selain itu juga banyak sekali yang terjaring dalam razia razia
kepolisian dan dalam pelaksanaan Operasi Gabungan (OPGAB) yang dilakukan oleh
kantor Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Pelayanan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah bersama Kepolisian, Jasa Raharja, Dinas Perhubungan dan Instansi Instansi
yang terkait. Dibawah ini terdapat tabel 1. dimana kondisi penerimaan Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dari tahun 2007
sampai dengan tahun 2009 dikantor samsat Sumbawa.
Tabel 1.
Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBNKB) dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009
No
Tahun
PKB
BBNKB
Jumlah
1
2007
5.956.012.500,7.678.988.450,13.635.000.950,2
2008
7.982.088.200,13.923.184.000,21.905.272.200,3
2009
9.474.770.520,12.095.235.700,21.570.006.220,Sumber Data : Unit Pelayanan Teknis Daerah Pelayanan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (UPTD-PPDRD) Sumbawa.
27
Tabel 2.
Pertumbuhan Jumlah Objek Pajak Kendaraan Bermotor Selama 6 Tahun
Terakhir yaitu dari Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2012
No
Tahun
Roda 2
Roda 4
Jumlah
1
2007
41798
1383
43181
2
2008
51523
1441
52964
3
2009
61862
1537
63399
4
2010
73548
1638
75186
5
2011
85024
1750
86774
6
2012
93264
1931
95195
Sumber Data : Unit Pelayanan Teknis Daerah Pelayanan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (UPTD-PPDRD) Sumbawa.
Tabel 3.
Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBNKB) dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012
No
Tahun
PKB
BBNKB
Jumlah
1
2010
10.165.937.500,14.358.293.300,24.524.230.800,2
2011
12.056.604.300,23.379.044.500,35.435.648.800,3
2012
13.223.134.303,21.306.338.524,34.529.472.827,Sumber Data : Unit Pelayanan Teknis Daerah Pelayanan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (UPTD-PPDRD) Sumbawa.
Dari data tabel 3. di atas dapat disimpulkan bahwa penerimaan Pajak Kendaraan
bermotor (PKB) selama tiga tahun dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012
mengalami peningkatan, Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) tersebut
merupakan hasil penerimaan dari dua sumber yaitu dari kantor samsat sendiri dan dari
pelayanan samsat keliling ke kecamatan kecamatan. Sedangkan untuk Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) mengalami turun naik atau fluktuatif tergantung
kondisi pasar otomotif. penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) ini
merupakan penerimaan dari kantor samsat saja. Atas dasar uraian diatas, penulis ingin
mencoba meneliti tentang Studi Perbandingan ( Komparasi ) Penerimaan Samsat
Sebelum dan Sesudah Adanya Pelayanan Samsat Keliling di Kabupaten Sumbawa (
Studi Kasus di Unit Pelayanan Teknis Daerah Pelayanan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah ( UPTD PPDRD ) Sumbawa ).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan pokok
permasalahannya yaitu Apakah terdapat perbedaan yang signifikan penerimaan samsat
sebelum dan sesudah adanya pelayanan samsat keliling di Kabupaten Sumbawa.
28
29
2.
3.
30
31
32
dan orang pribadi atau badan yang menyerahkan kendaraan bermotor wajib melaporkan
kepada Gubernur melalui Kepala Dinas Pendapatan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)
hari sejak penyerahan.
Sangsi Administratif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) adalah
Setiap wajib pajak yang terlambat mendaftarkan kendaraan bermotor dikenakan sanksi
administratif sebesar 25% dari pokok pajak. Objek Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBNKB) adalah:
1. Penyerahan Kepemilikan Kendaraan Bermotor
2. Termasuk dalam pengertian Kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah
semua kendaraan beroda serta gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan
darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya
yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga
gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat alat besar yang
dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen
serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air.
3. Penguasaan Kendaraan bermotor yang lebih dari 12 (dua belas) bulan dapat di
anggap sebagai penyerahan (tidak termasuk perjanjian sewa beli)
2.2.7. Pelayanan Samsat
Didalam meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat dalam memenuhi
kewajiba dibidang pendaftaran kendaraan bermotor maka, pemerintah membentuk suatu
Sistem Administrasi Manunggal dibawah Satu Atap yang disingkat Samsat. Samsat
merupakan suatu jawaban atas adanya kebutuhan demi terciptanya suatu sistem
pengelolaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBNKB) yang efektif dan efisien, dimana jumlah kendaraan bermotor telah
meningkat setiap tahunnya sehingga perlu usaha peningkatan penerimaan daerah yang
bersumber dari pajak dan bea balik nama kendaraan bermotor dan sebagai tindak lanjut
untuk mengefektifkan pelaksanaan Undang-undang No.10 Tahun 1968 jo. IT Nomor 5
Tahun 1969 tentang penyerahan pungutan pajak bea balik nama kendaraan bermotor
kepada Pemerintah Daerah Tingkat I.
Pelayanan Samsat merupakan usaha melayani kebutuhan masyarakat dalam
memenuhi kewajiban di bidang pendaftaran kendaraan bermotor. Seperti yang telah
tercantum dalam Instruksi Bersama Menteri Pertahanan Keamanan, Menteri Dalam
Negeri dan Menteri Keuangan tentang pelaksanaan Sistem Administrasi Manunggal
Satu Atap ( Samsat ) telah mampu meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam
memenuhi kewajiban dibidang pendaftaran kendaraan bermotor. Pembayaran Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan
Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas ( SWDKLLJ)
33
Penerimaan Samsat
Sebelum Adanya Pelayanan
Samsat Keliling
Penerimaan Samsat
Sesudah Adanya Pelayanan
Samsat Keliling
Membandingkan Penerimaan
Samsat Sebelum dan Sesudah
Adanya Pelayanan Samsat Keliling
Gambar 1.
Kerangka Konseptual
34
35
Keterangan :
X1= Rata-rata besarnya penerimaan samsat sebelum adanya samsat keliling
= Besarnya penerimaan samsat sebelum adanya samsat keliling
= ukuran sampel 3 tahun
Keterangan :
X2= Rata-rata besarnya penerimaan samsat sesudah adanya samsat keliling
=Besarnya penerimaan samsat sesudah adanya samsat keliling
=Ukuran sampel 3 tahun
Untuk menghitung nilai t yaitu untuk menguji signifikan dalam
mengambil kesimpulan, digunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
t = Rata-rata besarnya penerimaan samsat sebelum dan sesudah adanya samsat
keliling
X1 = Rata-rata besarnya penerimaan samsat sebelum samsat keliling
X2 = Rata-rata besarnya penerimaan samsat sesudah adanya samsat keliling
= ukuran sampel 3 tahun
=Ukuran sampel 3 tahun
Sgab = Simpangan baku
V. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.
Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBNKB) 3 Tahun Terakhir Sebelum Adanya Pelayanan Samsat
Keliling di Sumbawa
Sumber Data: Unit Pelayanan Teknis Daerah Pelayanan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (UPTD-PPDRD) Sumbawa.
36
Tabel 5.2.
Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBNKB) dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 setelah adanya
pelayanan Samsat Keliling di Sumbawa.
Sumber Data : Unit Pelayanan Teknis Daerah Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (UPTD-PPDRD) Sumbawa
Dari data yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan bahwa data
penerimaan pajak kendaraan bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
(BBNKB) dari tahun 2007 sampai 2009, atau dalam hal ini merupakan data penerimaan
pajak sebelum adanya program samsat keliling di kabupaten Sumbawa. Dengan
mengunakan data tersebut didapatkan jumlah sampel sebanyak 3 yaitu banyaknya tahun
observasi maka nilai mean (rata-rata) untuk pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yaitu
sebesar Rp. 7.804.290.407, dan standar deviasi (simpangan Baku) sebesar
1.766.104.058. Sedangkan untuk pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
(BBNKB) didapatkan nilai mean (rata-rata) sebesar Rp. 11.232.469.383,33 dan standar
deviasi 3.210.259.927,878. Apabila dari kedua penerimaan tersebut digabungkan yaitu
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)
maka didapatkan nilai mean (rata-rata) Rp. 19.036.597.790 dan nilai standar deviasi
sebesar 4.681.062.886
Data penerimaan pajak sesudah adanya program samsat keliling di kabupaten
Sumbawa. Dengan mengunakan data tersebut didapatkan jumlah sampel sebanyak 3
yaitu banyaknya tahun observasi maka nilai mean (rata-rata) untuk pajak kendaraan
bermotor (PKB) yaitu sebesar Rp. 11.815.225.368, dan standar deviasi (simpangan
Baku) sebesar 1.542.825.627. Sedangkan untuk pajak Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor
(BBNKB)
didapatkan
nilai
mean
(rata-rata)
sebesar
Rp.
19.681.225.441,33dan standar deviasi 4.724.852.638,090. Apabila dari kedua
penerimaan tersebut digabungkan yaitu Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) maka didapatkan nilai mean (rata-rata) Rp.
31.496.450.809 dan nilai standar deviasi sebesar 605.509.517,94193.
Untuk nilai penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)
didapatkan selisih mean (rata-rata) sebelum dan sesudah adanya samsat keliling yaitu
sebesar Rp. 8.448.756.058 yang berarti terdapat kenaikan BBNKB dari tahun 2007
sampai dengan 2009 dimana pada tahun tersebut belum diberlakukan adanya samsat
37
keliling dengan tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 dimana tiga tahun terakhir ini
adalah tahun diberlakukan pelayanan samsat keliling.
Sedangkan apabila digabungkan antara nilai penerimaan Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) maka didapatkan
selisih dari mean (rata-rata) yaitu sebesar Rp.12.459.691.019,- hal ini menunjukkann
adanya kenaikan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor (BBNKB) dari tahun 2007 sampai dengan 2009 dimana pada
tahun tersebut belum diberlakukan adanya samsat keliling dengan tahun 2010 sampai
dengan tahun 2012 dimana tiga tahun terakhir ini adalah tahun diberlakukan pelayanan
samsat keliling.
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk besarnya nilai t-test pada
pajak kendaraan bermotor (PKB) adalah -29,281 dan nilai t tabel adalah -4,303 atau
4,303 dengan mengunakan uji dua pihak, maka dapat disimpulkan bahwa t hitung < -t
tabel, yaitu : -29,281 < -4,303 maka H0 ditolak dan Ha diterima, ini berarti bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan penerimaan pajak kendaraan bermotor sebelum dan
sesudah adanya samsat keliling dikabupaten sumbawa. Sedangkan untuk Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) didapatkan nilai t-test sebesar -9,519 dan nilai t
tabel adalah -4,303 atau 4,303 dengan mengunakan uji dua pihak, maka dapat
disimpulkan bahwa t hitung < -t tabel, yaitu : -9,519 < -4,303 maka H0 ditolak dan Ha
diterima, ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan penerimaan bea balik
nama kendaraan bermotor (BBNKB) sebelum dan sesudah adanya samsat keliling
dikabupaten sumbawa.
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis, dan pembahasan yang telah dikemukakan,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerimaan Samsat sebelum dan sesudah adanya
pelayanan samsat keliling terdapat perbedaan yang signifikan, baik dari penerimaan
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB),
maupun dari kedua pendapatan ini digabungkan antara Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB). Pencapaian peningkatan
penerimaan samsat sesudah adanya pelayanan samsat keliling meningkat walaupun
belum mencapai hasil yang optimal.
6.2. Saran Saran
Berdasarkan hasil pembahasan maupun kesimpulan diatas, penulis ingin
mencoba memberikan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Pelayanan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
untuk meningkatkan penerimaannya dimasa mendatang. Adapun saran-saran yang
dimaksud adalah:
a. Pelayanan Samsat Keliling perlu ditingkatkan lagi jadwal pelayanannya karena
mengingat potensi objek pajak dari tahun ke tahun meningkat. Baik dari segi waktu
pelayanannya yang selama ini hanya satu hari di tambah menjadi dua hari di satu
kecamatan yang memiliki objek pajak yang banyak, maupun dari segi tempat
38
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, dan Suharsini. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT.
Rineka Cipta, Jakarta.
Dispenda Prov NTB. 2002. Informasi Ringkas Pelaksanaan Pemungutan PKB dan
BBNKB. Kantor Pusat Dipenda Prov NTB, Mataram.
Mardiasmo. 2002. Perpajakan. Andi Yogyakarta, Yogyakarta.
Nasir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Moleong, L.J. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administratif dilengkapi dengan Metode R&D.
Alfabeta, Bandung.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Alfabeta,
Bandung.
Sugiyono. 2012. Statistik untuk Penelitian. Alfabeta; Bandung
Waluyo. 2003. Perpajakan Indonesia. Salemba Empat, Jakarta.
39
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh biaya promosi terhadap
perkembangan KLG emas di Bank Syariah Mandiri KCP Sumbawa. Promosi adalah
suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk merubah sikap
dan tinakah laku pembeli, yang sebelumnya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga
menjadi pembeli dan mengingat produk tersebut. Penelitian ini dilakukan pada salah
satu bank syariah di Kabupaten Sumbawa yaitu Bank Syariah Mandiri KCP Sumbawa.
Data diambil dari Laporan Bulanan periode Januari hingga Agustus tahun 2013. Tipe
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif-deskriptif. Dari hasil analisis regresi linier
sederhana diperoleh hasil bahwa promosi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap perkembangan KLG emas di Bank Syariah Mandiri KCP Sumbawa. Hal ini
disebabkan karena ada faktor lainnya seperti pelayanan, diskon margin, nilai taksiran
yang tinggi dan sebagainya yang lebih mempengaruhi terhadap perkembangan KLG
emas di Bank Syariah Mandiri KCP Sumbawa.
Kata Kunci: Promosi, Biaya Promosi, Perkembangan KLG Emas
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Emas dalam sejarah perkembangan perekonomian dunia sudah mulai dikenal
sejak 40 ribu tahun sebelum masehi. Emas seringkali diidentikkan dengan sesuatu yang
nomor satu, prestisius, elegan, kemewahan, dan lain-lain. Hal ini tidak lepas dari sifat
emas sebagai logam mulia yang mana pada keadaan murni dalam udara biasa, emas
tidak dapat teroksidasi atau berkarat. Bahkan jauh sebelum bangsa cina menemukan
uang kertas sebagai alat pembayaran yang sah, berbagai bangsa sudah menggunakan
emas sebagai alat pembayaran. Lebih jauh lagi, hingga sekarang emas masih menjadi
pilihan nomor satu baik itu digunakan sebagai aset kekayaan, perhiasan, cadangan
devisa, dan investasi.
Salah satu cara berinvestasi emas adalah dengan cara gadai emas yang umum
digunakan dikarenakan harga emas dalam jangka panjang yang mengimbangi nilai
inflasi, sehingga kegiatan menyimpan emas atau menggadaikan emas untuk ditebus atau
dijual pada saat nilai emas mengalami kenaikan dapat kita golongkan sebagai
investasi. Kegiatan yang lebih progresif lagi adalah konsep berkebun emas, atau dengan
kata lain dapat diartikan sebagai kegiatan gadai ulang emas.
40
Pada akhir triwulan pertama tahun 1999, Bank Syariah Mandiri mulai
beroperasi. Sebagai anak perusahaan dari Bank Mandiri, kini Bank Syariah Mandiri
sudah menjadi salah satu bank syariah terbesar di Indonesia. Selain melakukan kegiatan
perbankan pada umumnya, Bank Syariah Mandiri juga membuka konter layanan gadai
emas di beberapa outlet mereka dan juga di beberapa bank yang menjalin kerja sama
dengannya, sebagai salah satu produk yang diharapkan bisa menjadi pilihan utama
masyarakat dalam melakukan kegiatan gadai emas mereka, selain sebagai salah satu
ujung tombak dalam meningkatkan aset perusahan.
Awal mulanya Layanan konter gadai emas di BSM KCP Sumbawa mulai
beroperasi sejak september 2011, namun pada november 2011 sesuai instruksi dari BI
(Bank Indonesia) agar semua konter layanan gadai emas di seluruh bank syariah seluruh
Indonesia dihentikan sementara karena adanya revisi regulasi terkait bisnis gadai di
perbankan syariah (Soheh, komunikasi persona 2013). Menurut Pegawai Officer Gadai
KLG Emas BSM KCP Sumbawa itu, pada saat itu omset gadai emas di BSM KCP
Sumbawa sudah mencapai Rp 900 juta. Akhrinya pada bulan april 2012 layanan gadai
emas di BSM mulai beroperasi kembali hingga sekarang pada posisi 31 April 2013
sudah mencapai angka Rp 1,7 Milyar. Kedepannya nanti, Bank Syariah Mandiri KCP
Sumbawa optimis angka tersebut akan mengalami kenaikan seiring dengan semakin
bertambahnya pengetahuan masyarakat akan keuntungan berinvestasi emas.
Berdasarkan perbedaan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya tersebut
inilah penulis tertarik untuk mengangkat fenomena ini sebagai judul skripsi yakni
Pengaruh Promosi Terhadap Perkembangan Gadai Emas Pada Bank Mandiri Syariah
KCP Sumbawa Tahun 2013.
1.2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah diperlukan untuk menghindari kesalahan data dalam
penelitian serta tercapainya tujuan penelitian. Adapun perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Adakah pengaruh promosi terhadap perkembangan gadai emas
pada Bank Syariah Mandiri KCP Sumbawa tahun 2013?.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh promosi
terhadap perkembangan gadai emas pada Bank Syariah Mandiri KCP Sumbawa tahun
2013.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Sebelumnya
Beberapa ahli telah menyumbangkan pemikiran-pemikiran mereka mengenai
perbankan syariah. Tidak hanya dari kalangan ahli, beberapa peneliti bahkan dalam
ruang lingkup yang lebih kecil telah menuliskan tentang layanan gadai menurut
kacamata islam. Sedangkan untuk gadai emas di perbankan syariah, Ami Apriani telah
melakukan penelitian terhadap gadai emas. Di dalam tulisannya, Prospek Gadai Emas
di Perbankan Syariah (2010) Apriani mengemukakan bahwa dalam proses gadai di
perbankan syariah, pihak bank menggunakan akad Qardh yang mana nasabah mendapat
41
pinjaman dengan barang sebagai jaminannya dan pihak Bank wajib menjaga barang
jaminan tersebut. Sedangkan untuk biaya pemeliharaan barang jaminan menggunakan
akad Ijarah.
Namun dalam tulisannya tersebut Apriani hanya menyampaikan kekurangan dan
kelebihan gadai emas di perbankan syariah tanpa menyebutkan perkembangan layanan
gadai emas di perbankan syariah serta metode promosi yang digunakan pihak perbankan
untuk memperkenalkan produk mereka kepada calon konsumen sehingga dapat
diprediksikan sejauh mana perkembangan gadai emas kedepannya nanti.
Sebuah penelitian dilakukan oleh Dido Saputra pada tahun 2005 tentang
pengaruh harga dan promosi terhadap keputusan konsumen membeli suatu produk
menghasilkan pernyataan bahwa promosi tidak menjadi tolak ukur bagi konsumen
untuk memilih barang yang ditawarkan, tetapi yang menjadi faktor utama dalam
penentuan keputusan konsumen dalam memilih produk adalah harga. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa harga sebuah produk sangat berpengaruh terhadap keputusan
konsumen. Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang lainnya di mana
promosi memberikan kontribusi yang besar terhadap volume penjualan suatu produk
(Harmanto, 2009).
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Bank Syariah
Secara umum, masyarakat mendefinisikan bank syariah sebagai bank islam,
bank tanpa bunga, bank yang menggunakan konsep islam, dll. Namun secara detail di
dalam Undang-undang No.10 tahun 1998 definisi bank syariah adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan prinsip syariah sendiri
menurut Pasal 1 ayat 13 Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan adalah:
aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain
untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang
dinyatakan sesuai dengan syariah antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
(mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah),
prinsip jual beli barang dengan keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang
modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya
pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak
lain (ijarah wa iqtina).
Prakarsa tentang Perbankan Syariah di Indonesia sudah sejak lama, yakni di
tahun 1980-an, ketika beberapa aktivis muda islam melakukan kajian tentang ekonomi
syariah, merekomendasi urgensi perbankan syariah. Namun tonggak sejarah perbankan
syariah dimulai dengan berdirinya PT Bank Muamalat Indonesia pada 1 November
1990 dengan modal awal Rp 106 miliar lebih. Beberapa tahun kemudian, Bank Syariah
bermunculan, seperti Bank Syariah Mandiri, BNI syariah, Bank Mega Syariah, dan lain
sebagainya.
42
43
syariah dan lembaga keuangan bukan bank syariah yang dapat dioperasionalkan.
Kelima konsep tersebut adalah:
a) Prinsip Simpanan Murni (alWadiah)
Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh bank Islam untuk
memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana untuk menyimpan
dananya dalam bentuk al-Wadiah. Fasilitas al-Wadiah diberikan utnuk tujuan
investasi guna mendapatkan keuntungan seperti halnya tabungan dan deposito.
b) Bagi Hasil (Syirkah)
Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara
penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara
bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana.
Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah mudharabah dan musyarakah
c) Prinsip Jual beli (at-Tijarah)
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank
akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah
sebagai agen bank melakukan pembelian atas nama bank, kemudian bank menjual
barang tersebut kepada nasabah dengan harga beli ditambah keuntungan (margin).
d) Prinsip Sewa (al-Ijarah)
Prinsip ini secara garis besar terbagi atas dua jenis : (1) Ijarah, sewa murni, seperti
halnya penyewaan alat-alat produk (operating lease). Dalam teknis perbankan, bank
dapat membeli barang yang dibutuhkan nasabah kemudian menyewakan dalam
waktu yang telah disepakati kepada nasabah. (2) Bai Al Takjiri atau Ijarah Al
Muntahiya Bit Tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa
mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa (finansial lease).
e) Prinsip jasa/fee (al-Ajr walumullah)
Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk
produk yang berasarkan prinsip ini antara lain Bank Garansi, Kliring, Inkaso, Jasa,
Transfer, dll.
2.2.4. Promosi
Definisi promosi menurut Kotler adalah Promotion includes all the activities the
company undertakes to communicate and promote its product the target market.
Promosi adalah semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan
dan mempromosikan produknya kepada pasar sasaran. Sedangkan menurut Djaslim
Saladin dan Yevis Marty Oesman (2002:123) adalah suatu komunikasi informasi
penjual dan pembeli yang bertujuan untuk merubah sikap dan tinakah laku pembeli,
yang sebelumnya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga menjadi pembeli dan
mengingat produk tersebut.
Promosi merupakan alat komunikasi dan penyampaian pesan yang dilakukan
baik oleh perusahaan maupun perantara dengan tujuan memberikan informasi mengenai
produk, harga dan tempat. Informasi itu bersifat memberitahukan, membujuk,
mengingatkan kembali kepada konsumen, para perantara atau kombinasi keduanya.
Dalam promosi juga, terdapat beberapa unsur yang mendukung jalannya sebuah
promosi tersebut yang biasa disebut bauran promosi. Adapun bauran promosi menurut
44
Plilip Kotler dalam Saladin (2004) adalah sebagai berikut: Periklanan (Advertising) ,
Promosi Penjualan (Sales Promotion), Hubungan masyarakat dan Publisitas (Public
Relation and Publicity), Penjualan Persoanal (Personal Selling) , Pemasaran Langsung
(Direct Marketing).
III. METODELOGI PENELITIAN
3.1. Data Penelitian
Apabila dilihat dari karakteristik masalah dan kategori fungsionalnya (Azwar,
1998:8) penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian korelasional, yaitu untuk meneliti
sejauh mana variabel pertama berkaitan dengan variabel lain berdasar koefisien
korelasi. Hal ini sesuai maksud penelitian yang ingin mengetahui hubungan sebab
akibat antara variabel satu yakni promosi dengan variabel yang lain yaitu peningkatan
gadai emas di BSM KCP Sumbawa. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data kuantitatif yang meliputi nilai pencapaian target KLG emas BSM KCP Sumbawa
dari Januari sampai Agustus tahun 2013. Semua data yang digunakan dalam penelitian
ini bersumber dari kantor Bank Syariah Mandiri KCP Sumbawa yang beralamat di Jl.
Diponegoro no. 40 Sumbawa Besar, selama rentang waktu dari bulan Januari sampai
dengan bulan Agustus 2013. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data
adalah data dokumentasi.
3.2. Klasifikasi dan definisi Variabel
Berdasarkan landasan teori dan hipotesis penelitian yang telah diuraikan
sebelumnya, maka variabel-variabel dalam penelitian ini diidentifikasikan sebagai
berikut: Variabel bebas (variable independent) : promosi. Sedangkan Variabel terikat
(variable dependent) : perkembangan gadai emas. Promosi adalah jumlah biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan promosi di KLG Emas Bank Syariah Mandiri KCP
Sumbawa dari Januari sampai Agustus tahun 2013 dalam satuan rupiah. Serta
Perkembangan gadai emas adalah nilai pencapaian target KLG Emas Bank Syariah
Mandiri KCP Sumbawa dari Januari sampai Agustus tahun 2013 dalam satuan rupiah.
3.3. Teknik Analisa Data
Setelah data dikumpulkan, maka data tersebut dapat dianalisis untuk menjawab
pertanyaan penelitian, yaitu dengan cara analisis regresi linear sederhana. Analisis
regresi sederhana ini merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menentukan
hubungan sebab akibat antara satu variabel dengan variabel lainnya. Tujuan utama
regresi sederhana ini yaitu untuk memprediksikan nilai-nilai variabel terikat menurut
satu atau lebih variabel bebas. Hubungan linear antara kedua variabel dapat diketahui
dengan persamaan regresi:
Dimana:
45
0 = Intersep
1 = Slope
IV. HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN
Sesuai dengan keputusan Direksi BSM tahun 2013, KLG Emas BSM KCP
Sumbawa ditargetkan untuk mampu mencapai angka Rp 5,021 Milyar per 31 Desember
2013, dengan rincian pencapaian target per bulannya sejumlah Rp 418.416.666,00. Pada
31 Agustus 2013, KLG Emas BSM KCP Sumbawa menutup laporan keuangan
bulanannya pada angka Rp 2.414.825.329,00.
Sejak mulai aktif beroperasi kembali pada awal tahun 2013 setelah sebelumnya
sempat vakum, BSM KCP Sumbawa telah melakukan beberapa kegiatan promosi yang
bertujuan untuk mengenalkan produk mereka dalam layanan gadai emas kepada
masyarakat Sumbawa. Beberapa di antaranya berupa promosi langsung (direct
marketing), brosur, sosialisasi serta cross-selling product. Total keseluruhan hingga
Agustus 2013 KLG Emas BSM KCP Sumbawa telah menghabiskan dana senilai Rp
13.570.000,00 untuk keperluan promosi.
Tabel 1.
Pencapaian KLG Emas BSM KCP Sumbawa Tahun 2013
Pencapaian KLG Emas BSM KCP Sumbawa Agustus 2013 (Dalam Juta Rupiah)
Target
Target
+/- Posisi
Posisi
+/- Posisi
Posisi s.d.
Posisi
s.d.
Agustus
Agustus
% Posisi
Desember
Agustus
Desember
KLG
2013
2013
2013
2013
2013
Emas
5.021,00
3.347,33
2.414,83
-932,50
- 2.606,17
72,14%
Pencapaian Posisi
Bulanan (Rp)
447.173.393,54
268.129.710,73
Maret
6.650.000,00
492.217.159,10
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
700.000,00
1.250.000,00
450.000,00
530.000,00
1.160.000,00
479.877.460,49
247.091.426,59
241.654.842,14
51.402.119,21
218.949.271,91
Sumber: Pipelan dan Laporan Pencapaian KLG Emas BSM KCP Sumbawa
46
Tabel 3.
Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana
Model
(Constant)
Biaya Promosi
Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
2.322E8
6.274E7
43.379
24.176
Standardized
Coefficients
Beta
.591
Sig.
3.701
.010
1.794
.123
47
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan serta dari hipotesis yang telah
disusun dan telah diuji pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan pengaruh
variabel independen terhadap perkembangan gadai emas di Bank Syariah Mandiri KCP
Sumbawa sebagai berikut:
1. Biaya promosi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan gadai
emas di Bank Syariah Mandiri KCP Sumbawa, dengan diketahui thitung < ttabel (1.794
< 2.447).
2. Ada faktor lainnya yang lebih berpengaruh terhadap perkembangan KLG emas di
Bank Syariah Mandiri KCP Sumbawa seperti pelayanan, diskon margin, nilai
taksiran yang tinggi dan sebagainya.
5.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di PT.Bank Syariah Mandiri KCP
Sumbawa, penulis ingin memberikan saran yang mudah mudahan dapat berguna bagi
perusahaan untuk dapat lebih meningkatkan kinerja perusahaan.
1. Gadai Emas merupakan sumber Pembiayaan serbaguna dengan jaminan emas,
maka dari itu untuk meningkatkan jumlah gadai, maka bank harus dapat menarik
minat masyarakat dengan cara lebih meningkatkan promosi yang tepat/efektif
terhadap calon nasabah yang akan mengadaikan emas, dengan memberikan fasilitas
yang menarik.
2. Produk Gadai Emas yang dimiliki oleh bank harus memberikan kemudahan dengan
berbagai fasilitas kepada nasabahnya dan juga harus memberikan undian bagi
nasabahnya. Bank juga harus melakukan promosi melalui media iklan seperti brosur
dan media lainnya. Dengan demikian bank akan lebih banyak memperoleh nasabah
gadai.
48
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Ghofur Anshori. 2007. Perbankan Syariah di Indonesia. UGM Press,
Yogyakarta.
Adiwarman A. Karim. 2006. Bank Islam; Analisis fiqih dan keuangan. Edisi tiga. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Ahmad Gozali. 2005. Serba-Serbi Kredit Syariah; Jangan Ada Bunga Di Antara
Kita. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Andriati, Rizky. 2012. Manajemen Risiko.Majalah Sharing. Griya Cahaya, Jakarta.
Antonio, Muhammad Syafii. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Tazkia
Cendikia, Bandung.
Apriani, Ami. 2010. Pelaksanaan Gadai Emas di BSM. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
Cipta, Jakarta.
Fauzi, Yuslam. 2012. Memaknai Kerja. Perpustakaan BSM, Jakarta.
Heri Sudarsono. 2003. Bank dan Keuangan Syariah. Penerbit Ekonosia, Yogyakarta.
Kasmir. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Kotler, Philip dan Amstrong, Gary. 2001. Prinsip-prinsip pemasaran, edisi bahasa
Indonesia. Salemba Empat, Jakarta.
49
Oleh:
Serly Ardiansyah
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan variabel Tenaga
Kerja terhadap Produksi Usaha Paving Blok. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder berupa data jumlah tenaga kerja dan produksi usaha paving blok.
Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel terikat adalah Produksi (Y) Paving Block.
Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah tenaga
kerja (x). Koefisien variabel penjelas tenaga kerja sebesar 0,461 memberikan arti
bahwa kenaikan jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan UD Cahaya Baru
sebesar 1 orang akan mendorong peningkatan produksi usaha perusahaan UD Cahaya
Baru sebesar 0,461 unit dengan asumsi ceteris paribus. Ini menunjukkan bahwa
semakin besar produksi dipengaruhi secara signifikan oleh bertambahnya jumlah
tenaga kerja pada usaha UD. Cahaya Baru.
Kata Kunci : Tenaga Kerja, Produksi
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Potensi usaha paving blok sangat berperan dalam kegiatan perekonomian,
khususnya dalam kegiatan pembangunan. Baik pembangunan sarana umum,
pembangunan gedung maupun pembangunan lainnya. Paving block adalah komposisi
bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen Portland atau bahan perekat sejenis
air dan agregat harus dengan tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi
mutu dari pada beton tersebut (SK.SNI S-04-1989-F,DPU). Berbagai bentuk dan ukuran
paving yang terdapat pada tempat tempat penjualan paving dan semua itu biasanya
tergantung dari pabrik yang mencetaknya dengan adanya industri paving blok akan
memberikan peluang yang besar bagi penyerapan tenaga kerja yang memiliki keahlian
dibidang industri paving blok dan bangunan, dengan tersedianya lapangan pekerjaan
maka akan menciptakan pendapatan bagi tenaga kerja dan mengurangi tingkat
pengangguran.Secara prospektif keberadaan industri paving blok baik skala kecil,
menengah, maupun skala besar mempunyai nilai strategik bagi Indonesia, mengingat
proporsi perannya cukup besar dan menyangkut banyaknya tenaga kerja yang terlibat
dalam kegiatan pelaksanaan suatu proyek dan pembangunanan.
Menurut Laporan pembinaan Industri dalam sosialisasi Undang-Undang No.
18/1999 terdapat beberapa fenomena yang terjadi pada potensi usaha atau kondisi
industri di indonesia secara umum adalah belum terwujudnya mutu industri, ketepatan
50
Tujuan Penelitan
Dalam melakukan penelitian ini tentu lebih mengarah pada sebuah tujuan ingin
dicapai dalam aktivitas ekonomi industri diwilayahnya. Pada tujuan penelitian agar
terfokus maka tidak keluar dari batasan-batasan permasalahan yang telah
51
52
53
54
=
=
=
=
55
Tabel 1.
Hasil Uji Arah Atau Tanda
Variabel penjelas
Tanda yang
dihipotesiskan
Hasil estimasi
Kesimpulan
Tenaga kerja
Sesuai
56
R Square
1
. 1.000a
.999
a. Predictors: (Constant), Tenaga kerja
b. Dependent Variable: Produksi usaha
.999
262119.27603
DurbinWatson
.917
Dari hasil estimasi diperoleh R2 sebesar 0,999 , artinya bahwa 0,999% variasi
perubahan variabel yang dijelaskan (produksi usaha) mampu dijelaskan oleh variasi
perubahan variabel penjelas (tenaga kerja), sisanya sebesar 1 % diterangkan oleh
variabel di luar model yang terangkum dalam kesalahan random antara lain jenis
komoditi lain, sarana dan prasarana produksi dan sebagainya.
4.1.2.3. Intrepretasi Hasil Regresi Linier Sederhaana
Dari hasil estimasi dengan bantuan program olah data SPPS 12.0 diperoleh
ringkasan hasil regresi dan nilai koefisien model regresi linier
Produksi Usaha = 12631720,430 + 3123655,914*Tenaga kerja + e
Dari model regresi tersebut dapat dijelaskan hasil regresi sebagai berikut :
1. Koefisien konstanta sebesar 12631720,430 memberikan arti bahwa jika tenaga kerja
tetap, maka produksi usaha perusahaan UD. Cahaya Baru sejumlah 12631720,430
unit.
2. Koefisien variabel penjelas tenaga kerja sebesar 3123655,914 memberikan arti
bahwa kenaikan jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan UD Cahaya Baru
sebanyak 1 orang akan mendorong peningkatan produksi usaha perusahaan UD
57
Cahaya Baru sebanyak 3123655,914 unit dengan asumsi ceteris paribus. Ini
menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah tenaga kerja akan menaikan produksi
usaha perusahaan UD Cahaya Baru.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya,
beberapa kesimpulan yang dapat diambil adalah Tenaga kerja mempengaruhi secara
nyata atau signifikan terhadap produksi usaha paving blok di desa Jorok UD Cahaya
Baru. Hal ini menunjukan kenaikan jumlah tenaga kerja akan mendorong kenaikan
jumlah produksi paving blok.
5.2. Saran-saran
Dalam penelitian yang dilakukan di Desa Jorok Kecamatan Unter - Iwes Pada
UD. Cahaya Baru ini terkait dengan rendahnya pendidikan petani maka saran dari
penyusun antara lain sebagai berikut:
1. Kepada Pimpinan UD. Cahaya Baru di Desa Jorok Kecamatan Unter Iwes
diharapkan untuk meningkatkan jumlah tenaga kerja lokal (masyarakat desa Jorok)
guna mengurangi angka pengangguran yang ada diwilayah tersebut.
2. Kepada Masyarakat Desa Jorok diharapkan Partisipasi aktif dalam mengikuti setiap
seminar, pelatihan, loka karya atau sejenisnya guna meningkatkan kualitas Sumber
Daya Manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Sinungan, Muchdarsyah. 2000. Pengukuran Produktifitas. Jogjakarta
Sedarmayanti. 2001. Pengembangan dan Produktifitas. Skripsi, Fakultas Pertanian
Universitas Mataram.
Soerahmad, Winarno. 1998. Metode Penelitian Untuk Skripsi. Erlangga, Jakarta .
Soekartawi.1994. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Rajawali Pers, Jakarta.
Annida. 2003. Faktor-Faktor yang
Primatama, Bandung.
58
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh evaluasi tugas dan pendapatan
terhadap etos kerja pegawai di lingkungan Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumbawa
dimana Rumah Sakit merupakan perusahaan yang memberikan jasa pelayanan
sehingga apabila etos kerja pegawai pada rumah sakit kurang baik maka akan sangat
mempengaruhi pencitraan terhadap rumah sakit tersebut. Mengingat kondisi yang ada
maka dengan ini peneliti mengangkat judul Pengaruh Evaluasi Tugas dan Pendapatan
Terhadap Etos Kerja Pegawai Di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kabupaten
Sumbawa Tahun 2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data
skunder yang diperoleh dari dalam kantor Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumbawa
berupa profil rumah sakit, data kepegawaian. Dalam menganalisa data pada penelitian
ini digunakan tehnik analisa regresi linier berganda yang diolah dengan menggunakan
program SPSS. Dari hasil pengolahan data tersebut menunjukan bahwa secara
simultan dapat diketahui bahwa nilai F hitung etos kerja pegawai (38,314) lebih besar
dari F tabel (3,130) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti secara serempak
ada pengaruh yang signifikan dari variabel variabel independen (evaluasi tugas dan
pendapatan) terhadap variabel terikat (etos kerja pegawai), dimana uji t hitung dari
masing-masing variabel adalah sebesar 4,516 untuk evaluasi tugas, dan 6,737 untuk
variabel pendapatan. Jika dibandingkan dengan t tabel (1,998) pada =5% untuk uji 2
(dua) sisi, maka pada model diatas terdapat pengaruh yang signifikan. Berdasarkan
hasil estimasi koefisien determinasi (R2) sebesar 0,520 yang berarti bahwa kemampuan
variabel bebas (evaluasi tugas dan pendapatan) mempengaruhi variabel terikat (etos
kerja) sebesar 52% dimana sisanya 48% etos kerja dipengaruhi oleh faktor lain. Maka
dari itu, dalam menuntut kepuasan pasien terhadap pelayanan maka diharapkan
kepada pihak Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumbawa melakukan evaluasi tugas
secara berkala serta meningkatkan pendapatan.
Kata Kunci: Evaluasi Tugas, Pendapatan, dan Etos kerja
59
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam era globalisasi, persaingan kerja yang semakin meningkat memaksa
setiap orang untuk menguasai keahlian dan kemampuan tertentu. Untuk dapat
menjawab tantangan ini diperlukan adanya dedikasi, kerja keras dan kejujuran dalam
bekerja. Manusia yang berhasil harus memiliki pandangan dan sikap yang menghargai
kerja sebagai sesuatu yang luhur untuk eksistensi manusia. Suatu pandangan dan sikap
demikian dikenal dengan istilah Etos Kerja. Dewasa ini Etos Kerja merupakan topik
yang kembali hangat. Telah sekian lama Indonesia selalu berkutat dengan masalah
korupsi, jam karet, asal kerja, semrawut dan predikat negatif lainnya.
Rumah Sakit merupakan perusahaan yang memberikan jasa pelayanan sehingga
apabila etos kerja pegawai pada rumah sakit kurang baik maka akan sangat
mempengaruhi pencitraan terhadap rumah sakit tersebut. Rumah Sakit Umum Sumbawa
Besar merupakan Rumah Sakit terbesar di Sumbawa Besar, yang juga memiliki
lingkungan kerja seperti tempat tinggal yang mana dirumuskan oleh para pendiri dan
top management perusahaan dan dianut oleh setiap komponen perusahaan. Pada
umumnya Rumah Sakit yang sukses adalah Rumah Sakit yang pegawainya memiliki
budaya kerja atau etos kerja yang kuat.
Etos kerja yang baik dalam perusahaan dapat membantu pegawai untuk
memahami bagaimana cara mereka bekerja menjalankan tugasnya. Etos kerja
merupakan suatu perasaan, pembicaraan serta tindakan manusia yang bekerja di dalam
perusahaan, jadi dapat dikatakan bahwa segala sesuatu yang ada di dalam perusahaan
termasuk di dalamnya cara berfikir, bersikap dan bertingkah laku dipengaruhi oleh etos
kerja yang ada di perusahaan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa etos
kerja adalah totalitas kepribadian diri individu serta cara individu mengekspresikan,
memandang, meyakini suatu pekerjaan sehingga menjadi kebiasaan yang menjadi ciri
khas untuk bertindak dan meraih hasil kerja yang optimal. Hal ini menunjukkan bahwa
etos kerja memiliki peran yang sangat penting dalam membangun prestasi dan
produktifitas kerja para pegawai sehingga mengarahkan perusahaan pada keberhasilan.
Etos kerja pegawai dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pendapatan dan
evaluasi tugas.
Pelayanan merupakan salah satu masalah yang selalu dikemukakan dan menjadi
keluhan masyarakat khususnya pasien pada Rumah Sakit Umum, tak terkecuali pada
Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumbawa. Permasalahan pelayanan ini semakin
meruncing mengingat biaya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang tidak murah
dibanding dengan kualitas pelayanan yang didapatkan. Etos kerja yang baik seakan
merupakan suatu keharusan bagi setiap pegawai untuk mengurangi permasalahan ini
Berdasarkan latar belakang tersebut maka pada penelitian ini penulis mengambil judul :
Pengaruh Evaluasi tugas dan Pendapatan terhadap Etos Kerja Pegawai di Lingkungan
Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumbawa 2013.
1.2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
60
1. Apakah ada pengaruh antara evaluasi tugas terhadap etos kerja pegawai di
lingkungan kerja Rumah Sakit Umum Sumbawa Besar?
2. Apakah ada pengaruh antara pendapatan terhadap etos kerja pegawai di lingkungan
kerja Rumah Sakit Umum Sumbawa Besar?
3. Apakah ada pengaruh antara evaluasi tugas dan pendapatan terhadap etos kerja
pegawai di lingkungan kerja kantor Rumah Sakit Umum Sumbawa Besar ?
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dapat tercapai dari penelitian ini diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara evaluasi tugas terhadap etos kerja
pegawai di lingkungan kerja Rumah Sakit Umum Sumbawa Besar.
2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara pendapatan terhadap etos kerja
pegawai di lingkungan kerja Rumah Sakit Umum Sumbawa Besar.
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara evaluasi tugas dan pendapatan
terhadap etos kerja pegawai di lingkungan kerja kantor Rumah Sakit Umum
Sumbawa Besar.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Sebelumnya
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Bambang Triatmojo (2006) dengan judul
penelitian : Pengaruh Motivasi, Kedisiplinan Dan Pengalaman Kerja Terhadap Etos
Kerja Karyawan Koperasi Unit Desa Kendalisodo Tawangharjo. Variable bebas dalam
penelitian ini adalah motivasi kerja (X1), Kedisiplinan kerja (X2), dan pengalaman kerja
(X3) kemudian yang menjadi variable terikatnya adalah Etos kerja (Y). Adapun tujuan
dari penelitian tersebut yaitu: (1) Untuk mengetahui apakah motivasi kerja, disiplin
kerja dan pengalaman kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap etos kerja, (2)
Untuk mengetahui berapa besar pengaruh motivasi kerja dan pengalaman kerja terhadap
etos kerja. Alat analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
regresi linier berganda. Hasil penelitian persamaan koefisien regresi linier berganda yang
diperoleh adalah sebagai berikut : Y = - 10,975 + 0,445 X1 + 0,279 X2 + 0,521 X3 + e.
Terdapat pengaruh yang signifikan variabel motivasi, kedisiplinan dan pengalaman
kerja terhadap etos kerja karyawan Koperasi Unit Desa Kendalisodo Tawangharjo
secara parsial dan simultan.
Penelitian juga dilakukan oleh Arista Ratnaningrum (2008) dengan judul
penelitian: Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi Kerja Dan pendapatan Karyawan
Terhadap Kinerja Karyawan CV. Surya Puspita Klaten. Variable bebas dalam penelitian
ini adalah gaya kepemimpinan (X1), motivasi kerja (X2), dan pendapatan karyawan (X3)
kemudian yang menjadi variable terikatnya adalah kinerja karyawan (Y). Adapun tujuan
dari penelitian tersebut yaitu: Untuk mengetahui apakah gaya kepemimpinan, motivasi
kerja dan pendapatan karyawan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
karyawan. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan analisis
Regresi Berganda dengan menggunakan uji t dan uji f. Hasil penelitian menunjukkan
61
62
Metode ini adalah yang paling sederhana dan tertua dalam melakukan evaluasi
tugas. Tahap awal dari metode ini adalah melakukan pemeringkatan tugas atau
pekerjaan untuk setiap divisi atau departemen. Pemeringkatan dapat dilakukan
berdasarkan uraian dan spesifikasi serta persyaratan tugas. Dalam hal ini harus
ditetapkan apa tugas atau pekerjaan yang paling sukar sampai yang paling mudah.
Misalnya untuk divisi atau departemen penjualan, peringkat tugasnya adalah
manajer penjualan, kepala cabang, supervisor penjualan, kepala bagian administrasi
penjualan, salesman, staf administrsai penjualan. Divisi atau departemen lainnya
juga harus menyusun pemeningkatan serupa untuk tugas-tugas atau pekerjaan di
divisinya masing-masing. Setelah semua divisi menyerahkan pemeringkatan
tugasnya, maka ditunjuk suatu komite untuk menentukan ranking atau peringkat
tugas untuk seluruh perusahaan. Biasanya komite ini terdiri dari perwakilan setiap
divisi. Komite mempelajari serta membandingkan setiap tugas dan kemudian
menetapkan peringkatnya. Dalam hal ini bisa saja terjadi bahwa satu atau lebih
tugas berada dalam peringkat yang sama, misalnya supervisor administrasi
penjualan, kepala bagian umum dan supervisor produksi memiliki peringkat tugas
yang sama. Hasil komite kemudian dijadikan dasar untuk menetapkan golongan
penggajian.
Metode ini sangat sederhana dan hanya sesuai untuk organisasi kecil dengan tugas
yang tidak terlalu banyak. Dalam kondisi ini masih dimungkinkan adanya beberapa
orang yang cukup mengetahui dan menguasai semua jenis pekerjaaan yang ada di
organisasi tersebut. Sebaliknya, jika organisasi perusahaan cukup besar, akan sukar
untuk mengetahui dan menguasai pekerjaan yang ada, sehingga dapat dipastikan
hasilnya akan kurang teliti dan dapat menimbulkan keresahan di kalangan pekerja.
2) Paired Comparison Method
Metode ini merupakan bentuk lain dari ranking method, hanya pada metode ini
telah dilakukan pembobotan secara sederhana untuk setiap pekerjaan dengan
membandingkannya terhadap keseluruhan pekerjaan yang ada di suatu organisasi.
Jadi pada metode ini setiap tugas dibandingkan dengan seluruh tugas lainnya yang
ada dalam organisasi tersebut, kemudian diberi nilai atau bobot dengan ketentuan,
nilai 0 jika tugas tersebut lebih rendah bobotnya daripada tugas yang
diperbandingkan, nilai 1 jika tugas tersebut sama bobotnya dengan tugas yang
diperbandingkan, dan nilai 2 jika tugas tersebut lebih tinggi bobotnya dari tugas
yang diperbandingkan.
Seluruh nilai bobot yang diperoleh suatu tugas dijumlahkan untuk mendapatkan
nilai bobot akhirnya. Nantinya setelah seluruh tugas mendapatkan nilai bobot akhir,
maka dibuat peringkat tugas dari tugas yang nilainya tertinggi sampai yang
terendah.
Seperti halnya dengan ranking method, pada metode ini pemeringkatan juga
dilakukan oleh suatu tim atau komite yang terdiri dari perwakilan setiap
departemen atau divisi dan orang-orang yang mengetahui jenis-jenis pekerjaan
yang ada di dalam perusahaan. Hasil analisa tugas seperti uraian tugas, spesifikasi
tugas serta persyaratan tugas juga akan sangat membantu dalam menetapkan
63
perbandingan antara satu tugas dengan tugas lainnya. Metode ini cukup sederhana
dan mudah dilakukan, tidak memerlukan keterampilan khusus bagi orang yang
melakukannya. Tetapi dilain pihak, seperti halnya ranking method, hasilnya kurang
tajam dan kurang memiliki derajat pembeda antara satu pekerjaan dengan pekerjaan
lainnya.
3) Point Method
Salah satu metode yang paling sering digunakan untuk melakukan evaluasi tugas
adalah point method. Metode ini dipandang lebih teliti dan objektif dalam
menentukan nilai suatu tugas. Untuk dapat menggunakan metode ini organisasi
sudah harus memiliki uraian tugas yang lengkap disertai dengan spesifikasi dan
persyaratan tugas.
Pada awalnya, organisasi menetapkan faktor-faktor tugas yang akan dijadikan
landasan untuk melakukan evaluasi, kemudian untuk setiap faktor ditentukan
tingkatannya dan kemudian setiap faktor atau gabungan beberapa faktor dibuat
bobotnya sehingga pada akhirnya dapat diperoleh nilai (point) untuk setiap tugas
atau pekerjaan. Setelah semua tugas mempunyai nilai, yang biasanya dilakukan
melalui forum khusus antara komite dengan perwakilan setiap divisi atau
departemen, akhirnya dapat ditetapkan penggolongan tugas.
2.2.2. Pendapatan
Pendapatan nominal adalah pendapatan yang diukur dalam unit moneter per
periode waktu, berapa banyak rupiah per minggu, per bulan atau per tahun. Pendapatan
riel adalah daya beli pendapatan uangnya, ini adalah kuantitas barang dan jasa yang
dapat dibeli dengan pendapatan nominal. Jika harga nominal tetap konstan, setiap
perubahan pendapatan nominal akan menyebabkan perubahan yang sesuai dengan
pendapatan rielnya. Akan tetapi, jika harga nominal berubah, pendapatan riel dan
pendapatan nominal tidak berubah dengan proporsi yang sama. ( Wasana dan
Kirbrandoko, 1995).
Pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh dari gaji yang diterima perbulan
ditambah dengan tunjangan berdasarkan tingkat golongannya. Gaji terdiri dari gaji
pokok ditambah tunjangan tetap sedangkan tunjangan sosial terdiri dari tunjangan
transportasi dan lain-lain. Gaji adalah pendapatan dasar yang diberikan pengusaha
kepada pekerja berdasarkan pangkat dan golongannya. Ketentuan minimal besarnya gaji
ditentukan oleh sebuah komisi yang diketuai oleh gubernur dan anggota diambil dari
kelompok yang mewakili pekerja, pengusaha, dewan pakar dan unsure Disnaker.
Besarnya nilai upah disebut upah minimum propinsi (UMP), yang disusun berdasarkan
standar kebutuhan hidup minimum (KHM), indeks harga konsumen (IHK), kemampuan
perusahaan dan kondisi pasaran tenaga kerja. Upah untuk sektor perkebunan dalam
UMSK (Upah Minimum Sektoral Kabupaten) (Ghani, 2003). Ada beberapa sistem
penggajian pegawai yang dilakukan perusahaan perkebunan untuk menciptaka keadilan
dalam menghargai hasil kerja pegawainya demi kemajuan perusahaan perkebunan.
Adapun sistem penggajian yang digunakan adalah (Simanjuntak, 2007):
1. Memberikan gaji tetap secara berjenjang menurut golongan.
64
65
etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi cirri khas dan keyakinan seseorang atau
suatu kelompok. Secara terminologis kata etos, yang mengalami perubahan makna yang
meluas. Digunakan dalam tiga pengertian berbeda yaitu: Suatu aturan umum atau cara
hidup, Suatu tatanan aturan perilaku dan Penyelidikan tentang jalan hidup dan
seperangkat aturan tingkah laku
Etos kerja merupakan watak atau karakter seorang individu atau kelompok
manusia yang berupa kehendak atau kemauan yang disertai dengan semangat yang
tinggi, guna mewujudkan sesuatu cita-cita. Jadi, definisi etos kerja adalah refleksi dari
sikap hidup yang mendasar maka etos kerja pada dasarnya juga merupakan cerminan
dari pandangan hidup yang berorientasi pada nilai-nilai yang berdimensi trensenden.
Menurut Bob Black dalam Iga Manuati Dewi (2002: 2), kerja adalah suatu aktivitas
yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan-tujuan yang ingin dipenuhinya. Etos
kerja menurut Chaplin (2001) mengatakan bahwa etos kerja adalah watak atau karakter
suatu kelompok nasional atau kelompok rasial tertentu. Etos kerja dalam suatu
perusahaan tidak akan muncul begitu saja, akan tetapi harus diupayakan dengan
sungguh-sungguh melalui proses yang terkendali dengan melibatkan semua sumber
daya manusia dalam seperangkat sistem dan alat-alat pendukung.
Tasmara (2002) mengatakan bahwa etos kerja merupakan suatu totalitas
kepribadian dari individu serta cara individu mengekspresikan, memandang, meyakini
dan memberikan makna terhadap suatu yang mendorong individu untuk bertindak dan
meraih hasil yang optimal ( high performance ). Berpijak pada pengertian bahwa etos
kerja menggambarkan suatu sikap, maka dapat ditegaskan bahwa etos kerja
mengandung makna sebagai aspek evaluatif yang dimiliki oleh individu ( kelompok )
dalam memberikan penilaian terhadap kerja.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa etos kerja adalah
totalitas kepribadian diri individu serta cara individu mengekspresikan, memandang,
meyakini suatu pekerjaan sehingga menjadi kebiasaan yang menjadi ciri khas untuk
bertindak dan meraih hasil kerja yang optimal. Selain itu dari uraian diatas terdapat
beberapa pengertian etos kerja, antara lain :
1. Keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku bagi seseorang,
sekelompok orang atau sebuah instansi.
2. Etos kerja merupakan perilaku khas suatu komunitas atau organisasi, mencakup
motivasi yang menggerakkan, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran dasar, kode
etik, kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi-aspirasi, keyakinan-keyakinan,
prinsip-prinsip, standar-standar.
3. Sehimpunan perilaku positif yang lahir sebagai buah keyakinan fundamental dan
komitmen total pada sehimpunan paradigma kerja yang integral.
2.2.3.2. Aspek-Aspek Pengukuran Etos Kerja
Paradigma kerja yang profesional menurut Jansen Sinamo dalam Iga Manuati
Dewi (2005) antara lain adalah:
a. Kerja adalah rahmat : Harus bekerja tulus penuh syukur
b. Kerja adalah amanah : Harus bekerja benar penuh integritas
c. Kerja adalah panggilan : Harus bekerja tuntas penuh tanggung jawab
66
d.
e.
f.
g.
h.
67
kerusuhan yang naik, Kegelisahan dimana-mana. Tuntutan yang sering terjadi dan
Pemogokan.
2.2.3.3. Nilai-Nilai Dalam Etos Kerja
Daya dorong bagi pendisiplinan jajaran kerja diberikan oleh Herzberg. Dasar
bagi gagasannya adalah faktor-faktor yang memenuhi kebutuhan orang akan
pertumbuhan psikologis, khususnya tanggung jawab dan etos kerja untuk mencapai
tujuan yang efektif. Dalam buku Manusia Indonesia karya Mochtar Lubis,
diungkapkan adanya karakteristik etos kerja tertentu yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia. Beberapa diantara ciri-ciri itu adalah : Munafik , Tidak bertanggung jawab,
Feodal , Percaya pada takhayul dan Lemah wataknya. Beliau tidak sendirian, sejumlah
pemikir atau budayawan lain menyatakan hal-hal yang serupa. Misalnya, ada yang
menyebut bahwa bangsa Indonesia memiliki budaya loyo, dan banyak lagi.
III. KERANGKA KONSEPTUAL
Untuk lebih mempermudah pemahaman dalam mempelajari dan melakukan
penelitian ini, maka diperlukan suatu kerangka pemikiran yang jelas. Gambar berikut
menunjukkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini.
Evaluasi tugas (X1)
Etos Kerja (Y)
Pendapatan (X2)
Gambar 1.
Kerangka Konseptual
IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Data Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian kuantitatif berupa data pegawai
di Rumah Sakit Umum kabupaten Sumbawa hal ini dilakukan denganntujuan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh evaluasi tugas dan pendapatab pegawai terhadap
etos kerja pagawai di lingkungan Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumbawa. Untuk
memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti mengambil dan mengumpulkan data dari
kantor Rumah Sakit Umum Sumbawa Besar yang meliputi data profil dan data pegawai
Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumbawa.
4.2. Populasi dan Sampel
Dalam suatu penelitian, untuk memperoleh data yang dihasilkan maka tidaklah
harus meneliti keseluruhan individu yang menjadi populasi dalam penelitian tersebut.
Karena disamping memerlukan biaya yang sangat besar, juga membutuhkan waktu yang
lama serta tenaga yang tidak sedikit. Peneliti cukup mengadakan penelitian terhadap
68
69
70
71
Gambar 2.
Hasil Uji Normalitas
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa data mengikuti garis diagonal. Hal ini
berarti bahwa data sudah data sudah dianggap normal.
5.1.3.2. Uji Multikolinieritas
Tabel 4.
Uji Multikolinearitas
Variabel
Tolerance
VIF
Keterangan
X1
0,978
1,023
Tidak ada multikolinearitas
X2
0,978
1,023
Tidak ada multikolinearitas
Sumber : Data primer (diolah, 2013)
Multikolinieritas merupakan suatu gejala yang terjadi pada sampel, pada salah
satu asumsi regresi liner berganda adalah bahwa tidak terjadi korelasi yang signifikan
antar variabel bebasnya (Umar, Husein, 2003). Penyimpangan asumsi klasik ini karena
adanya Multikolinieritas dalam model regresi yang dihasilkan. Artinya antar variabel
72
independen yang terdapat dalam model memiliki hubungan yang sempurna atau
mendekati sempurna. Cara untuk menguji tidak adanya Multikolinieritas dapat dilihat
pada Tolerance Value atau Variance Inflantion Faktor (VIF). Tabel 4.5 di atas
menunjukkan bahwa nilai VIF variabel kurang dari nilai 10. Dengan demikian pada
model regresi yang digunakan tidak terjadi multikolinieritas.
5.1.3.3. Uji Heterokedastisitas
Untuk menguji heterokedastisitas dari suatu data dapat dilakukan dengan
melihat pola grafik yang dihasilkan oleh pengolahan data. Apabila pola dihasilkan
adalah menyebar dan tidak membentuk pola tertentu maka data yang dihasilkan tidak
mengalami heterokedastisitas. Setelah data diolah, maka diperoleh data berupa grafik
sebagai berikut :
Grafik 3.
Uji Heterokedastisitas
Dari grafik tersebut menunjukkan tidak ada pola yang jelas serta titik-titik
menyebar diatas angka nol (0) dan dibawah angka nol (0) pada sumbu Y, maka dapat
disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas.
5.1.3.4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi hanya dilakukan pada data Time Series (Runtut Waktu) dan
tidak perlu dilakukan pada data Cross Section seperti pada kuesioner dimana
pengukuran semua variabel dilakukan secara serempak pada saat yang bersamaan,
(Gujarati, 2000:167). Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data kuesioner
dimana pengukuran variabel evaluasi tugas, pendapatan dan etos kerja dilakukan secara
bersamaan dan pada waktu yang sama, yaitu pada saat responden mengisikan kuesioner,
maka tidak perlu dilakukan pengujian autokorelasi.
73
Ragu-ragu
dL
Tidak ada
autokorelasi
2,252
dU
Autokorelasi
negatif
Ragu-ragu
4- dU
4- dL
Gambar 4.
Statistik Durbin Watson
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS Windows
Release 16.00 diperoleh ringkasan hasil sebagai berikut :
Variabel
Koefisien Standar
Thitung
Sig
Regresi
Error
(2-tailed)
Evaluasi tugas (X1)
0,557
0,123
4,516
0,000**
Pendapatan(X2)
0,767
0,114
6,737
0,000**
Konstanta
-0,323
R
0,730
R Square
0,520
F
38,314
Sig F (p)
0,000**
**Sig pada f (p)= 0,05
Sumber : Data primer diolah
Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi berganda maka persamaan regresi
linear berganda adalah sebagai berikut :
Y = -0,323 + 0,557 X1 + 0,767 X2
Pada persamaan tersebut ditunjukkan pengaruh variable independen (X)
terhadap variabel dependen (Y). Adapun arti dari koefisien regresi tersebut adalah
sebagai berikut : Konstanta = -0,323 Artinya apabila evaluasi tugas dan pendapatan
diasumsikan tidak ada maka etos kerja akan turun sebesar 0,323, Koefisien regresi (b1)
= 0,55 Artinya apabila evaluasi tugas lebih baik, maka akan terjadi kenaikan etos kerja
74
pegawai sebesar 0,557 satuan, dengan asumsi variabel lain tetap. Nilai b1 bertanda
positif, sehingga apabila evaluasi tugas lebih baik menyebabkan meningkatnya etos
kerja pegawai dan sebaliknya. Sedangkan Koefisien regresi (b2) = 0,767 Artinya
apabila pendapatan lebih baik, maka etos kerja pegawai akan meningkat sebesar 0,767
satuan dengan asumsi variable lain tetap. Nilai b2 bertanda positif, sehingga apabila
pendapatan lebih baik menyebabkan meningkatnya etos kerja pegawai dan sebaliknya.
5.1.4. Pengujian Variabel Evaluasi tugas
Kriteria hipotesis yang diajukan :
- Ho : b1 = 0 berarti tidak ada pengaruh secara parsial variabel evaluasi tugas terhadap
variabel etos kerja.
- Ha : b1 0 berarti ada pengaruh secara parsial variabel evaluasi tugas terhadap
variabel etos kerja.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung (4,516) > t tabel (1,998)
sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan
ditolaknya Ha berarti evaluasi tugas berpengaruh signifikan terhadap etos kerja
pegawai, sehingga apabila evaluasi tugas semakin baik maka etos kerja pegawai di
Rumah sakit umum sumbawa besar akan mengalami kenaikan.
5.1.5. Pengujian Variabel Pendapatan
Kriteria hipotesis yang diajukan :
- Ho : b2 = 0 berarti tidak ada pengaruh secara parsial variabel pendapatan terhadap
variabel etos kerja pegawai.
- Ha : b2 0 berarti ada pengaruh secara parsial variabel pendapatan terhadap variabel
etos kerja pegawai.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung (6,737) > t tabel (1,998)
sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan
ditolaknya Ha berarti pendapatan berpengaruh signifikan terhadap etos kerja pegawai,
sehingga apabila pendapatan semakin baik maka tingkat etos kerja pegawai di Rumah
Sakit Umum Sumbawa Besar akan mengalami kenaikan.
5.1.6. Uji F
Hipotesis yang diajukan:
- Ho : b1 = b2 = 0, artinya secara serempak tidak ada pengaruh yang signifikan dari
variabel-variabel independen (evaluasi tugas, pendapatan) terhadap
variabel terikat (etos kerja)
- Ha : b1 b2 0, artinya secara serempak ada pengaruh yang signifikan dari
variabel-variabel independen (evaluasi tugas, pendapatan) terhadap
variabel terikat (etos kerja)
Berdasarkan hasil pengujian maka dapat diketahui bahwa nilai F hitung lebih
besar dari F tabel (3,130) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti secara
serempak ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas (evaluasi tugas, pendapatan)
terhadap variabel terikat (etos kerja).
75
76
77
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, T. Hani. 1998. Manajemen Personal dan Sumber Daya Manusia. BPFE,
Yogyakarta.
Kotler, Philip. 1996. Manajemen Perusahaan, Jilid I, Edisi Keenam. Erlangga, Jakarta.
Kotler, Philip, dan Amstrong, Gary. 1997. Prinsip-prinsip Pemasaran, Edisi Ketiga.
Erlangga, Jakarta.
Kuncoro, Mudrajad. 2004. Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan
Ekonomi. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Manullang. 1996. Pengantar Ekonomi Perusahaan, Edisi Revisi, Cetakan Ketujuh
Belas. Penerbit Liberty.
Martoyo, Susilo. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. BPFE, Yogyakarta.
Munandar, Ashar Sunyoto. 2001. Psikologi Indutri dan Organisasi. Universitas
Indonesia, Jakarta.
Nawawi, Hadari, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang
Kompetetif. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Rivai, 2003, Manajemen Sumber Daya Perusahaan, Raja Grafindo Persada.
Robbins, Stephen P., 1998, Perilaku Organisasi, Edisi Bahasa Indonesia Cetakan Ke 2.
Prenhallindo, Jakarta.
Santoso, Singgih. 2000. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT. Elemexdia
Komputindo, Jakarta.
Sugiyono, 1999, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Pertama. CV. Alfabeta, Bandung.
Umar, Husain. 2003. Metode Riset Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Arikunto, S. 2006. Metodelogi Penelitian. Bima Aksara, Yogyakarta.
Widarjono, Agus. 2007. Ekonometika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis.
Ekonisia, Yogyakarta.
78
ABSTRAK
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai ekonomis
program dan kegiatan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2010 2011. Untuk mencapai tujuan tersebut maka
dilakukanlah pengumpulan data rencana anggaran dan realisasi anggaran program
dan kegiatan dari Sekeratriat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten
Sumbawa Barat. Dengan menggunakan pendekatan value for money diketahui bahwa
nilai ekonomis atau rasio ekonomi program dan kegiatan pada sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumbawa Barat pada tahun 2010 dan
2011 tidak ekonomis dengan nilai pada tahun 2010 yaitu 135 dan pada tahun 2011
sebesar 120,8. Tidak ekonomisnya rasio ekonomi tersebut disebabkan oleh Sekretariat
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumbawa Barat belum bisa
menekan biaya-biaya yang kurang penting dalam pelaksanaan program dan kegiatan.
Kata Kunci : Rasio Ekonomis, Value for Money
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada era demokrasi dan reformasi saat ini, tuntutan akan pelayanan publik yang
bersih, transparan serta bertanggungjawab selain diakibatkan oleh tingkat pendidikan
masyarakat yang semakin tinggi, juga didorong oleh semakin kuatnya lembaga Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta
organisasi-organisasi pemuda dan mahasiswa. Tuntutan ini menjadikan kinerja instansi
pemerintah banyak menjadi sorotan. Rakyat mulai mempertanyakan akan nilai yang
seharusnya mereka peroleh atas pelayanan yang diberikan oleh instansi pemerintah.
Rakyat menuntut agar pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam
memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme sehingga dapat memberantas Korupsi,
Kolusi Dan Nepotisme.Terselenggaranya pemerintahan yang baik (good governance)
merupakan prasyarat utama untuk dapat mewujudkan aspirasi masyarakat dalam
mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Dalam rangka itu, diperlukan
pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan nyata
sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara
berdayaguna dan berhasilguna, bersih dan bertanggungjawab serta bebas dari Korupsi
Kolusi dan Nepotisme (KKN).
79
80
81
3.
82
Efektivitas (hasil guna) merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau
sasaran yang harus dicapai. Pengertian efektivitas ini pada dasarnya berhubungan
dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan. Kegiatan operasional dikatakan
efektif apabila proses kegiatan tersebut mencapai tujuan dan sasaran akhir
kebijakan (spending wisely).
Gambar 1.
Kerangka Konseptual
83
84
Realisasi Anggaran
(Rp.)
15.345.000,00
215.490.260,00
424.390.260,00
169.450.000,00
192.200.000,00
45.777.500,00
48.629.500,00
373.765.500,00
444.630.000,00
516.141.547,00
588.921.547,00
324.551.400,00
324.551.400,00
158.830.000,00
264.866.500,00
129.660.000,00
129.660.000,00
No
2
3
4
5
6
7
8
9
Tidak ekonomis
196,9
Tidak ekonomis
113,4
Tidak ekonomis
106,2
Tidak ekonomis
119,0
Tidak ekonomis
114,1
Tidak ekonomis
100,0
Cukup Ekonomis
166,8
Tidak ekonomis
100,0
Cukup Ekonomis
135
Tidak Ekonomis
No
2
3
4
5
6
7
8
9
Keseluruhan
Keterangan
85
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa penganggaran pada program dan kegiatan
Penyediaan jasa surat menyurat tida ekonomis, hal tersebut dikarenakan jumlah surat
menyurat yang dibutuhkan lebih besar dari jumlah yang ada pada saat anggaran
direncanakan. Penyediaan jasa peralatan dan perlengkapan kantor juga tidak ekonomuis
dikarenakan pihak secretariat DPRD Kabupaten Sumbawa Barat merasa perlu
menyediakan peralatan dan perlengakan yang rusak maupun yang belum ada dan belum
tercantum dalam rencana anggaran sehingga realisasi anggaran lebih tinggi. Realisasi
anggaran penyediaan jasa kebersihan kantor lebih besar dari rencana anggaran yang
diajukan karena pada tahun 2010 ini diperlukan tenaga tambahan untuk menjaga
kebersihan kantor secretariat DPRD Kabupaten Sumbawa Barat. Pada kegiatan
Penyediaan barang cetakan dan pengadaan, penyediaan makanan serta minuman
anggaran yang direalisasikan lebih besar dari yang direncanakan sehingga
penganggaran pada program dan kegiatan ini masuk dalam kategori tidak ekonomis
dikarenakan jumlah yang ada perencanaan anggran dirasa kurang untuk dapat
memenuhi kebutuhan program dan kegiatan tersebut. penataan pengelolaan administrasi
umum perkantoran dan pemeliharaan rutin berkala kendaraan dinas/operasional tidak
ekonomis dikarenakan dilakukan penambahan item atau pos anggaran dalam melakukan
program dan kegiatan tersebut. Sedangkan program dan kegiatan yang mendapatkan
nilai cukup ekonomis adalah program Pengadaan Perlengkapan/Peralatan dan Fasilitas
Gedung Kantor dan Pengadaan Pakaian Dinas Beserta Perlengkapannya, dikarenakan
tidak tidak ada perubahan besar pada item-item yang direncanakan pada tahun 2010
dibandingkan dengan pada tahun 2009. Secara keseluruhan rasio ekonomis anggaran
kegiatan dan program Sekretariat Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) Kabupaten
Sumbawa barat adalah tidak ekonomis dengan presentase sebasar 135. Untuk
melngetahui perbandingan rasio ekonomis penganggara dana pada program dan
kegiatan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah(DPRD) Kabupaten Sumbawa
Barat maka dihitung juga rasio ekonomis pada tahun 2011. Adapun rincian Rencana
anggaran dan realisasi anggarannya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.
Rencana dan realisasi anggaran Sekretariat DPRD KSB Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
6
7
Rencana Anggaran
(Rp.)
9.750.000,00
Realisasi Anggaran
(Rp.)
16.500.000,00
230.000.000,00
375.500.000,00
173.450.000,00
190.000.000,00
47.700.000,00
49.600.000,00
376.000.000,00
445.000.000,00
500.000.000,00
580.000.000,00
320.500.000,00
320.000.000,00
8
9
86
170.000.000,00
185.500.000,00
132.750.000,00
130.000.000,00
Keterangan
169,2
Tidak ekonomis
163,3
Tidak ekonomis
109,5
Tidak ekonomis
104,0
Tidak ekonomis
118,4
Tidak ekonomis
116,0
Tidak ekonomis
99,8
Cukup Ekonomis
109,1
Tidak ekonomis
97,9
Cukup Ekonomis
120,8
Tidak ekonomis
Keseluruhan
dan
87
5.2. Pembahasan
Untuk memperjelas mengenai nilai ekonomis pada penganggaran secretariat
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumbawa Barat pada tahun
anggaran 2010 dan tahun anggaran 2012, maka dibuatlah grafik Rasio ekonomis
kegiatan dan program Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Kabupaten Sumbawa Barat sebagai berikut:
Perbandingan Rasio Ekonomi Tahun 2010 & 2011
250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
-
Tahun 2010 198.00 196.90 113.40 106.20 119.00 114.10 100.00 166.80 100.00
Tahun 2011 169.2
163.3
109.5
104
118.4
116
99.8
109.1
97.9
Gambar 2.
Perbandingan Rasio Ekonomi
Pada grafik diatas terlihat bahwa Rasio ekonomis penganggaran program dan
kegiatan Skretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumbawa
Barat pada tahun 2011 lebih rendah dibandingkan tahun 2010, yang artiny semakin
mendekati nilai ratio yang menyatakan penganggaran yang ekonomis. Adapun
nilai/ratio ekonomi penganggaran secretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Kabupaten Sumbawa Barat pada tahun 2010 adalah 135% sedangkan pada
tahun 2011 adalah 120,8%. Tidak ekonomisnya anggaran kegiatan dan program pada
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumbawa Barat
menunjukkan bahwa Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten
Sumbawa Barat belum bisa menekan biaya-baiya operasional pada kegiatan dan
program yang dijalankan setiap tahunnya.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai nilai ekonomis program dan kegiatan
Secretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumbawa Barat
tahun 2010 2011 dapat disimpulkan yaitu : Rasio ekonomis program dan kegiatan
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumbawa Barat pada
tahun 2010 adalah 135% yang artinya tidak ekonomis. Rasio ekonomis program dan
kegiatan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumbawa
Barat pada tahun 2011 adalah 120,8% yang artinya tidak ekonomis.
88
6.2. Saran-Saran
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumbawa
barat diharapkan mampu menekan biaya-biaya operasional yang tidak begitu penting
dalam program dan kegiatan yang dijalankannya agar tidak selalu terjadi pembengkakan
anggaran, sehingga APBD Kabupaten Sumbawa Barat dapat lebih banyak digunakan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sumbawa Barat.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Solikin. Penggabungan laporan Keuangan dan Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah. Jurnal Akuntansi Pemerintah Daerah Vol. 2 No. 2.
Jones, Charles. 1996. Pengantar Kebijakan Publik. Ed. 1. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Kaplan dan Norton. 2001. Balance Scorecard. Erlangga, Jakarta.
Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik Edisi Kedua. AMP YKPN,
Yogyakarta.
Mardiasmo. 2002. Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah. Andi, Yogyakarta.
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntasi, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga. Salemba, Jakarta
Tim FE-UAD, BPK Perwakilan III Yogyakarta, Partnership for Governance reform in
Indonesia. 2003. Modul Pelatihan Kinerja Pemerintah Daerah. FE-UAD,
Yogyakarta.
Trilestari Wirjatmi, Endang. 2005. Pengukuran Kinerja di Sektor Publik. Jurnal Ilmu
Administrasi. Volume 2 Nomor 1. STIA LAN, Bandung.
Weston J.Fred. dan Eugene F. Brigham. 2001. Dasar-Dasar manajemen Keuangan.
Erlangga, Jakarta.