Anda di halaman 1dari 21

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
Jl. Niaga No.56 Padang (25211) Indonesia
Telp. (0751) 20120
email:s1_kebidanan@yahoo.co.id

PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIK


BLOK 6.C

Edisi Pertama, 2016

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG

JENIS KETERAMPILAN:

SERI KETERAMPILAN KIE / KIP Breaking Bad News Klien Dan Keluarga Klien
1. Manajemen Penanggulangan Bencana (Disaster Management)
2. Obat Tradisional

PENYUSUN:
Aldina Ayunda Insani, S.Keb., Bd. M.Keb
dr. Laila Isrona, M.Sc.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena kami telah selesai menyusun
PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK BLOK 6.C. Kegiatan pada blok 6.C ini terdiri dari :
Seri Keterampilan KIE/KIP
1. Manajemen Penanggulanagn Bencana (Disaster Management)
2. Obat Tradisional
Materi di atas merupakan kompetensi yang harus diberikan kepada mahasiswa sehingga secara
umum mereka mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang cukup memadai untuk menjadi seorang
bidan. Penuntun keterampilan klinik ini disusun untuk memudahkan mahasiswa dan instruktur dalam
melakukan kegiatan keterampilan klinik pada blok ini. Namun diharapkan mereka juga dapat menggali
lebih banyak pengetahuan dan referensi yang direkomendasikan. Semoga penuntun ini akan memberikan
manfaat bagi mahasiswa dan instruktur keterampilan klinik.
Kritik dan saran untuk perbaikan penuntun ini sangat kami harapkan. Akhirnya kepada pihak
yang telah membantu dalam penyusunan dan pengadaan penuntun ini, kami ucapkan terima kasih.

Padang, April 2016

Penyusun

WAKTU DAN LOKASI KEGIATAN KETERAMPILAN BLOK 6.C


PRODI S1. KEBIDANAN FK-UNAND
TA.2015/2016
NO.
1.

JUDUL
KETRAMPILAN
KIE/KIP
Disaster Management

WAKTU
Minggu I III:
Minggu I:
1. 2 x 50 menit : Latihan dengan instruktur
2. 2 x 50 menit : Latihan dengan instruktur
3. 2 x 50 menit : Latihan dengan instruktur

LOKASI
Kampus
Pondok

Minggu II:
1. 2 x 50 menit : Latihan mandiri
2. 2 x 50 menit : Latihan mandiri
3. 2 x 50 menit : Latihan mandiri
Minggu III:
1. 2 x 50 menit : Ujian formatif
2. 2 x 50 menit : Ujian formatif
3. 2 x 50 menit : Ujian formatif
2.

KIE/KIP
Obat Tradisional

Minggu IV VI:
Minggu IV:
1. 2 x 50 menit : Latihan dengan instruktur
2. 2 x 50 menit : Latihan dengan instruktur
3. 2 x 50 menit : Latihan dengan instruktur

Kampus
Pondok

Minggu V:
1. 2 x 50 menit : Latihan mandiri
2. 2 x 50 menit : Latihan mandiri
3. 2 x 50 menit : Latihan mandiri
Minggu VI:
1. 2 x 50 menit : Ujian formatif
2. 2 x 50 menit : Ujian formatif
3. 2 x 50 menit : Ujian formatif

BAB 1
DISASTER MANAGEMENT
1.1 PENDAHULUAN
Keterampilan komunikasi dalam proses manajemen penanggulangan bencana kelanjutan dari
keterampilan komunikasi dasar penyampaian berita buruk pada blok sebelumnya. Setelah
mempelajari dan mampu menggali informasi dengan benar tentang pengetahuan masyarakat terhadap
manajemen penanggulangan bencana, akhirnya sampailah pada kesimpulan pengembangan
intervensi pengurangan risiko bencana dalam manajemen penanggulangan bencana.
Berbagai bencana yang telah terjadi di Indonesia memberikan banyak pembelajaran bagi
masyarakat Indonesia dan dunia bahwa banyaknya korban jiwa dan harta benda dalam musibah
tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan dan ketidaksiapan masyarakat dalam mengantisipasi
bencana. Disamping itu, kejadian-kejadian bencana tersebut pun semakin menyadarkan banyak pihak
tentang pentingnya perencanaan dan pengaturan dalam penanggulangan bencana.
Pengalaman terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami di Aceh dan Nias (Sumatera Utara)
tahun 2004 telah membuka wawasan pengetahuan di Indonesia dan bahkan di dunia. Kejadian
tersebut mengubah paradigma manajemen penanggulangan bencana dari yang bersifat tanggap
darurat menjadi paradigma pencegahan dan pengurangan risiko bencana (PRB).
Penyelenggaraan penanggulangan bencana di Indonesia dilakukan pada berbagai tahapan kegiatan
dan intervensi, yang berpedoman pada kebijakan pemerintah yaitu Undang-Undang No.24 tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana dan Peraturan Pemerintah terkait lainnya. Pentingnya pemahaman
mengenai manajemen bencana akan menjadi landasan atau dasar dalam mengembangkan intervensi
pengurangan risiko bencana dalam penanggulangan bencana.
1.2 TUJUAN PEMBELAJARAN
1.2.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti latihan keterampilan ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan manajemen
penanggulangan bencana.
1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu:
1 Mengidentifikasi potensi bencana yang ada di lingkungan sekitar.
2 Menerapkan prinsip penanggulangan bencana ke dalam lingkungan sekitar.
3 Mengkomunikasikan rencana tindak lanjut dalam manajemen penanggulangan bencana
4 Mengidentifikasi kesalahan yang timbul/hambatan dalam melakukan manajemen penanggulangan
bencana
1.3 STRATEGI PEMBELAJARAN
Kegiatan latihan dapat dilakukan dengan cara:
1 Berkelompok
Satu kelompok terdiri atas kurang lebih 10 orang mahasiswa dan satu orang instruktur.
Sebelum latihan dimulai instruktur memberikan pretest untuk menguji kemampuan kognitif dan
kesiapan mahasiswa. Kemudian instruktur akan menjelaskan secara ringkas tujuan, manfaat dan
teknik latihan.
2 Mandiri
3 Kegiatan mandiri dilakukan dalam bentuk:
- Membaca teori manajemen penanggulangan bencana
- Mengerjakan tugas yang diberikan dan diserahkan kepada instruktur untuk diperiksa.
- Latihan mandiri dilakukan dengan teman atau orang yang dapat dijadikan partner dalam
berlatih. Latihan ini dilakukan tanpa pengawasan langsung dari instruktur.
Mahasiswa harus mencatat kegiatan mandiri dan kegiatan kelompok dan diketahui oleh
instruktur.
5

1.4 PRASYARAT:
Mahasiswa yang mengikuti ketrampilan klinik Blok 6B dan komunikasi dasar.
1.5 TEORI
1.5.1

Konsep Dan Karakteristik Bencana


Posisi geografis Indonesia yang terletak pada tiga lempeng bumi ( Indo-Australia, Eurasia dan
Pasifik) memberikan dampak yang menguntungkan dari segi sumber daya alam seperti minyak bumi,
batu bara, lautan yang luas, hutan, dan sebagainya. Namun juga menimbulkan dampak yang kurang
menguntungkan dari segi kerawanan terhadap bencana alam.
1. Pengenalan dasar bencana
Undang undang Nomor 24 Tahun 2007 mendefinisikan bencana adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis.
Definisi bencana seperti dipaparkan di atas mengandung tiga aspek dasar, yaitu:
Terjadinya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak (hazard).
Peristiwa atau gangguan tersebut mengancam kehidupan, penghidupan, dan fungsi dari
masyarakat.
Ancaman tersebut mengakibatkan korban dan melampaui kemampuan masyarakat untuk
mengatasi dengan sumber daya mereka.
2. Pengertian dan ciri-ciri ancaman bencana alam
a) Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat
pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa
bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi).
Jenis gempa bumi:
Gempa bumi vulkanik : Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang
biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka
akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya getaran
atau goyangan pada permukaan bumi. Biasanya untuk gempa bumi jenis ini hanya terasa
di sekitar gunung api tersebut.
Gempa bumi tektonik ; Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu
pergeseran lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari
yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempabumi ini banyak menimbulkan
kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar
keseluruh bagian bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan [tenaga] yang
terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik
dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan
dikenal sebagai kecacatan tektonik
b) Tsunami adalah serangkaian gelombang air laut besar hingga menghantam pesisir dengan
kecepatan tinggi. Tsunami terjadi karena adanya aktivitas di dasar laut yang disebabkan oleh
lentingan lempeng di bawah laut, letusan gunung api di bawah laut, maupun longsor yang
terjadi di dasar laut. Ciri ciri umum terjadinya tsunami adalah gempa bumi, letusan gunung
api atau jatuhnya meteor di dasar laut yang menimbulkan gelombang besar menuju pesisir
laut. Getaran sebelum tsunami dapat dirasakan sebelum tsunami datang, namun juga tidak
dapat dirasakan sebelumnya atau biasanya disebut tsunami kiriman. Di laut dalam,
gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan
kecepatan pesawat terbang.
c) Gunung api merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi
yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma adalah cairan pijar yang
6

d)

e)

f)

g)

terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari
1.000 C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang
dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 C. Letusan gunung api yang membawa batu dan abu
dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri
sampai sejauh radius 90 km. Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang
sering meletus disebut gunung berapi aktif. Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui
melalui beberapa tanda, antara lain:
- Suhu di sekitar gunung naik.
- Mata air menjadi kering
- Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)
- Tumbuhan di sekitar gunung layu
- Binatang di sekitar gunung bermigrasi
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air. Peristiwa banjir timbul jika air
menggenangi daratan yang biasanya kering. Banjir pada umumnya disebabkan oleh air
sungai yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah hujan yang tinggi.
Kekuatan banjir mampu merusak rumah dan menyapu fondasinya. Air banjir juga membawa
lumpur berbau yang menutup segalanya setelah air surut. Banjir adalah hal yang rutin, setiap
tahun pasti datang. Banjir dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup berupa:
- Rusaknya areal pemukiman penduduk
- Sulitnya mendapatkan air bersih
- Rusaknya sarana dan prasarana penduduk
- Rusaknya areal pertanian
- Timbulnya wabah penyakit
- Menghambat transportasi darat
Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa yang
berkepanjangan, beberapa bulan hingga bertahun-tahun. Biasanya kejadian ini muncul bila
suatu wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata-rata. Musim
kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis
akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia.
Kekeringan dapat menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu wilayah
kehilangan sumber pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan ekosistem yang
ditimbulkannya. Dampak ekonomi dan ekologi kekeringan merupakan suatu proses sehingga
batasan kekeringan dalam setiap bidang dapat berbeda-beda.Namun demikian, suatu
kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang signifikan.
Angin topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan 120 km/jam atau lebih yang
sering terjadi di wilayah tropis di antara garis balik utara dan selatan, kecuali di daerahdaerah yang sangat berdekatan dengan khatulistiwa. Angin topan disebabkan oleh perbedaan
tekanan dalam suatu sistem cuaca. Angin paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini
umumnya berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah
yang ekstrem dengan kecepatan sekitar 20 km/jam.
Tanah longsor adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan massa batuan
atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar
tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan
faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material
itu sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material
tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang memengaruhi suatu
lereng yang curam, ada pula faktor-faktor lainnya yang turut berpengaruh, yaitu:
- Erosi yang disebabkan oleh sungai-sungai atau gelombang laut yang menciptakan lerenglereng yang terlalu curam
- Lereng bebatuan dan tanah lemah melalui yang diakibatkan hujan lebat
- Gempa bumi menyebabkan tekanan yang mengakibatkan longsornya lereng yang lemah
7

1.5.2 Prinsip Pengurangan Risiko Bencana dalam Penanggulangan Bencana


Besar atau kecilnya dampak dalam sebuah bencana diukur dari korban jiwa, kerusakan, atau
biayabiaya kerugian yang ditimbulkannya. Namun demikian, dalam upaya pengurangan risiko
bencana, dampak sebuah bencana dapat diprediksi dengan mengidentifikasi hal di bawah ini :
a) Ancaman/bahaya (Hazard = H)
Apakah beda antara ancaman/bahaya dengan bencana?
Ancaman atau bahaya adalah fenomena atau situasi yang memiliki potensi untuk fenomena
menyebabkan gangguan atau kerusakan terhadap orang, harta benda, fasilitas, maupun
lingkungan.
Sebaliknya, bencana merupakan suatu peristiwa, baik akibat ulah manusia maupun alam, tiba
tiba maupun bertaha menyebabkan kerugian yang luas pada manusia, bertahap, materi, maupun
lingkungan. Menurut United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN
ISDR), bahaya terdiri atas bahaya alam dan bahaya karena ulah manusia, yang dapat
dikelompokkan menjadi bahaya geologi, bahaya hidrometeorologi, bahaya biologi, bahayabahaya teknologi, dan penurunan kualitas lingkungan.
b) Kerentanan (Vulnaribility = V)
Kerentanan merupakan suatu kondisi yang menurunkan kemampuan seseorang atau komunitas
masyarakat untuk menyiapkan diri, bertahan hidup, atau merespon diri, potensi bahaya.
Kerentanan masyarakat secara kultur dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kemiskinan,
pendidikan, sosial dan budaya. Selanjutnya aspek infrastruktur yang juga berpengaruh terhadap
tinggi rendahnya keren kerentanan.
c) Kapasitas (Capacity) = C)
Kapasitas adalah kekuatan dan sumber daya yang ada pada tiap individu dan lingkungan yang
mampu mencegah, melakukan mitigasi, siap menghadapi dan pulih dari akibat bencana dengan
cepat cepat.
d) Risiko bencana (Risk) = R)
Risiko bencana merupakan interaksi tingkat kerentanan dengan bahaya yang ada. Ancaman
bahaya alam bersifat tetap karena bagian dari dinamika proses alami, sedangkan tingkat
kerentanan dapat dikurangi sehingga kemampuan dalam menghadapi ancaman bencana semakin
meningkat.
1.5.3

Manajemen Penanggulangan Bencana


Manajemen penanggulangan bencana dapat didefinisikan sebagai segala upaya atau kegiatan
yang dilaksanakan dalam rangka upaya pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat dan
pemulihan berkaitan dengan bencana yang dilakukan pada tahapan sebelum, saat dan setelah
bencana. Manajemen penanggulangan bencana merupakan suatu proses yang dinamis, yang
dikembangkan dari fungsi manajemen klasik yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pembagian tugas, pengendalian dan pengawasan. Proses tersebut juga melibatkan berbagai
macam organisasi yang harus bekerjasama untuk melakukan pencegahan. mitigasi, kesiapsiagaan,
tanggap darurat. dan pemulihan akibat bencana.
Dalam upaya menerapkan manajemen penanggulangan bencana, dilaksanakan melalui 3 tahapan
1. Tahap pra-bencana yang dilaksanakan ketika sedang tidak terjadi bencana dan ketika sedang
dalam ancaman potensi bencana
Kegiatannya : Pencegahan, Mitigasi, Kesiapsiagaan
2. Tahap tanggap darurat yang dirancang dan dilaksanakan pada saat sedang terjadi bencana.
3. Tahap pasca bencana yang dalam saat setelah terjadi bencana
Kegiatannya : Rehabilitasi, Rekonstruksi.

Gambar 1. Manajemen Penanggulangan bencana


1. Tahap Pra-Bencana
Kegiatan :
a. Pengenalan dan pemantauan risiko bencana
- Pengenalan risiko bencana
- Pemantauan risiko bencana
b. Pengurangan risiko bencana
- Pencegahan
- Tindakan struktural (membuat bangun fisik dalam rangka mencegah dan
mengurangi dampak)
- Tindakan nonstruktural (peraturan dan pengaturan, penataan wilayah, analisis
risiko bencana sebagai salah satu prasyarat kegiatan pembangunan)
- Pembuatan dan penguatkuasaan peraturan pengurangan risiko bencana
- Penyuluhan dan pendidikan masyarakat (penyuluhan dan kurikulum pendidikan)
c. Mitigasi Bencana : serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana.
d. Kesiapan penanggulangan kedaruratan
Kesiapan umum
- Perencanaan kontinjensi
- Pelatihan dan gladi
2. Tahap Bencana
Penanggulangan korban bencana di lapangan pada prinsipnya harus tetap memperhatikan factor
safety/ keselamatan bagi penolongnya, setelah itu baru prosedur dilapangan yang memerlukan
kecepatan dan ketepatan penanganan, secara umum pada tahap tanggap darurat dikelompokkan
menjadi kegiatan sebagai berikut :
a. Pencarian korban (Search)
b. Penyelamatan korban (Rescue)
c. Pertolongan pertama (Live saving)
d. Stabilisasi korban
e. Evakuasi dan rujukan
3. Tahap Pasca Bencana
Kegiatannya : Rehabilitasi, Rekonstruksi.
9

Koordinasi Pasca Kedaruratan / Bencana


Koordinasi dan pengendalian di lapangan pasca kerawanan bencana. Koordinasi dan
pengendalian merupakan hal yang sangat diperlukan dalam penanggulangan dilapangan, karena
dengan koordinasi yang baik diharapkan menghasilkan output/ keluaran yang maksimal sesuai
sumber daya yang ada meminimalkan kesenjangan dan kekurangan dalam pelayanan, adanya
kesesuaian pembagian tanggung jawab demi keseragaman langkah dan tercapainya standard
penanggulangan bencana dilapangan yang diharapkan. Koordinasi yang baik akan menghasilkan
keselarasan dan kerjasama yang efektif dari organisasi-organisasi yang terlibat penanggulangan
bencana di lapangan. Dalam hal ini perlu diperhatikan penempatan struktur organisasi yang tepat
sesuai dengan tingkat penanggulanganbencana yang berbeda, serta adanya kejelasan tugas,
tanggung jawab dan otoritas dari masing-masing komponen/ organisasi yang terus menerus
dilakukan secara lintas program dan lintas sektor mulai saat persiapan, saat terjadinya bencana
dan pasca bencana.
Kegiatan pemantauan dan mobilisasi sumber daya dalam penanggulangan bencana di lapangan
pada prinsipnya adalah :
a) Melaksanakan penilaian kebutuhan dan dampak keselamatan secara cepat (Rapid Health
Assesment) sebagai dasar untuk pemantauan dan penyusunan program mobilisasi bantuan.
b) Melaksanakan skalasi pelayanan dan mobilisasi organisasi yang terkait dalam
penanggulangan masalah akibat bencana dilapangan, mempersiapkan sarana pendukung guna
memaksimalkan pelayanan.
c) Melakukan mobilisasi tim pelayanan ke lokasi bencana (On site) beserta tim surveilas yang
terus mengamati keadaan lingkungan dan kecenderungan perubahan-perubahan yang terjadi.
Kendala koordinasi :
1. Gangguan aksesibilitas
2. Gangguan keamanan
3. Pertimbangan politik
4. Keengganan untuk mengamati tujuan
Masalah khusus koordinasi :
1. penundaan inisiatif
2. keikutsertaan pemerinah sangat minim dengan pertimbangan :
a) tidak prioritas
b) adanya konflik pemerintah dengan pihak lain
c) badan internasional tidak sepaham dengan pemerintah
d) perbedaan tujuan karena adanya konflik internal dalam sektor pemerintah
3. pembagian tugas tidak berjalan
4. kerangka waktu tidak disepakati
5. pengalihan tugas

10

KOORDINASI SAAT PENANGGULANGAN BENCANA

TUGAS
A. Lakukan role play bergantian dengan rekan anda, dan gunakan ceklis yang ada.
B. Kasus untuk role play :
1. Kecamatan Serdang dilanda banjir sejak kemarin siang. Pagi hari ini, ketinggian air masih
mencapai 80 cm dan masyarakat masih berada di tenda pengungsian. Anda sebagai Bidan
Koordinator di Kecamatan tersebut bertugas untuk melakukan KIE pada masyarakat korban banjir.
(KIE yang diberikan termasuk manajemen penanggulangan pra-bencana, saat bencana dan pasca
bencana)
2. Siang, jam 14.00, terjadi kebakaran di rumah Ny. Betty akibat strika yang lupa dimatikan.
Masyarakat berusaha memadamkan api. Ani, anak Ny. Betty segera dilarikan ke rumah Anda
karena hampir 60% tubuh Ani terbakar. Anda yang dikenal masyarakat sebagai Bidan teladan,
bertugas untuk memberikan pelayanan serta KIP dalam penanggulangan bencana yang dihadapi
Ny. Betty.
3. Bidan Teta terbangun karena pintu rumahnya digedor-gedor oleh masyarakat dan memberitahukan
bahwa baru terjadi air bandang di kelurahan X. Masyarakat takut jika air bandang tersebut akan
mencapai wilayah mereka yang juga 1 aliran sungai dengan Kelurahan tersebut. Masyarakat ingin
menempati rumah Bidan Teta karena rumahnya tinggi dari permukaan sungai dan bertingkat
mencapai 3 tingkat.
Anda sebagai Bidan Teta memiliki Tugas untuk memberikan KIE pada masyarakat tentang
bencana yang mereka hadapi.
11

RUBRIK PENILAIAN KIE/KIP : MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA


Nama Mahasiswa :
NIM
:
Kelompok
:

Kriteria
1.Pengaturan

2.Pengetahuan
materi:

3.Ilustrasi

Kurang
1
Pendengar tidak mengerti
presentasi karena tidak ada
urutan informasi

Cukup
2
Pendengar kesulitan
mengikuti presentasi karena
penyampai info loncat dari
satu info ke info lainnya.

Baik
3
Mahasiswa mempresentasikan
informasi dalam urutan logis
sehingga pendengar dapat
Mengikuti

Sangat Baik
4
Mahasiswa menampilkan
informasi dalam urutan logis,
menarik sehingga pendengar
dapat mengikuti

Mahasiswa tidak dapat

Mahasiswa hanya mampu

Mahasiswa mampu menjawab

Mahasiswa menunjukkan

menjawab pertanyaanpertanyaan tentang materi

menjawab pertanyaan dasar

pertanyaan, tapi gagal


menguraikan panjang lebar

pengetahuan yang penuh


(lebih dari yang diinginkan)
dengan menjawab semua
pertanyaan kelas dengan
penjelasan dan panjang lebar

Mahasiswa menggunakan
ilustrasi yang tak berguna
atau tidak mendukung
presentasi.

Mahasiswa kadang-kadang
menggunakan ilustrasi yang
jarang mendukung tulisan
dan presentasi.

Ilustrasi mahasiswa berhubungan


dengan teks dan presentasi

Ilustrasi mahasiswa
menjelaskan dan
memperkuat layar teks dan
presentasi

Total
Skor

12

4.Penulisan

Terdapat 4 atau lebih


kesalahan ejaan atau
tatabahasa

Terdapat tiga kesalahan


ejaan dan/atau tatabahasa

Memiliki dua kesalahan ejaan


dan/atau tatabahasa

Presentasi tidak ada


kesalahan eja atau tatabahasa

5.Kontak Mata

Mahasiswa membaca
semua laporan tanpa
kontak mata

Mahasiswa kadang-kadang
menggunakan kontak mata,
tapi tetap membaca sebagian
besar laporan.

Mahasiswa mempertahankan
lebih banyak kontak mata tapi
seringkali kembali ke catatan

Mahasiswa mempertahankan
kontak mata dengan
pendengar, jarang kembali ke
catatan.

6.Suara

Mahasiswa menggumam,
mengucapkan istilah kurang
tepat, dan berbicara terlalu
pelan

Suara mahasiswa pelan.


Mengucapkan istilah kurang
tepat. Peserta kesulitan
mendengarkan presentasi

Suara mahasiswa jelas.


Mahasiswa mengucapkan
kebanyakan kata-kata dengan
tepat. Kebanyakan peserta dapat
mendengar presentasi

Mahasiswa menggunakan
suara yang jelas dan tepat,
istilah diucapkan benar
sehingga semua peserta
dapat mendengarkan
presentasi.

7. Alat peraga

Mahasiswa tidak
menyediakan alat peraga.

Mahasiswa menyediakan alat


peraga tapi tidak sesuai
dengan isi presentasi.

Mahasiswa menyediakan alat


peraga dan sesuai dengan isi
presentasi, tapi tidak menarik dan
tidak informatif.

Mahasiswa menyediakan alat


peraga, sesuai dengan isi
presentasi, menarik dan
informatif.
Poin Total

Nilai = Skor Total x 100 =


28
Padang,.
Instruktur:

(.

13

REFERENSI
Bustami, Del Afriadi. 2011. Modul Pelatihan Dasar Manajemen Penanggulangan Bencana. Jakarta :
UNDP.
http://file.upi.edu/Direktori/PROCEEDING/GEOGRAFI/Integrasi_Pengurangan_Resiko_Bencana_(PRB
)_dalam_Kegiatan_Pendidikan_di_Sekolah.pdf

14

BAB 2
OBAT TRADISIONAL
1.1 PENDAHULUAN
Obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa perlu terus dilestarikan dan
dikembangkan untuk menunjang pembangunan kesehatan sekaligus untuk meningkatkan
perekonomian rakyat. Produksi, dan penggunaan obat tradisional di Indonesia memperlihatkan
kecendrungan terus meningkat, baik jenis maupun volumenya. Perkembangan ini telah mendorong
pertumbuhan usaha di bidang obat tradisional, mulai dari usaha budidaya tanaman obat, usaha
industri obat tradisional, penjaja dan penyeduh obat tradisional atau jamu. Bersamaan itu upaya
pemanfaatan obat tradisional dalam pelayanan kesehatan formal juga terus digalakkan melalui
berbagai kegiatan uji klinik kearah pengembangan fito farmaka
1.2 TUJUAN PEMBELAJARAN
1.2.1 Tujuan Instruksional Umum
Pada akhir blok 6.C diharapkan mahasiswa mengetahui obat tradisional yang aman digunakan
dalam kesehatan.
1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :
a. Mengetahui pengertian obat tradisional
b. Mengetahui jenis obat tradisional
c. Mengetahui berbagai jenis obat tradisional yang sesuai dengan aspek medis
1.3 STRATEGI PEMBELAJARAN:
Kegiatan latihan dapat dilakukan dengan cara:
1 Berkelompok
Satu kelompok terdiri at
as kurang lebih 10 orang mahasiswa dan satu orang instruktur.
Sebelum latihan dimulai instruktur memberikan pretest untuk menguji kemampuan kognitif
dan kesiapan mahasiswa. Kemudian instruktur akan menjelaskan secara ringkas tujuan,
manfaat dan teknik latihan.
2 Mandiri
Kegiatan mandiri dilakukan dalam bentuk:
Membaca teori perawatan jenazah.
Mengerjakan tugas yang diberikan dan diserahkan kepada instruktur untuk diperiksa.
Latihan mandiri dilakukan dengan teman atau orang yang dapat dijadikan partner dalam
berlatih. Latihan ini dilakukan tanpa pengawasan langsung dari instruktur.
Mahasiswa harus mencatat kegiatan mandiri dan kegiatan kelompok dan diketahui oleh
instruktur.

15

1.4 TEORI
1.4.1 Pengertian
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara
tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional dibuat
atau diramu dari bahan tumbuh-tumbuhan, bahan hewan, sediaan sarian (galenik), atau
campuran bahan-bahan tersebut. Obat tradisional secara turun-temurun telah digunakan untuk
kesehatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional telah digunakan oleh berbagai aspek
masyarakat mulai dari tingkat ekonomi atas sampai tingkat bawah, karena obat tradisional
mudah didapat, harganya yang cukup terjangkau dan berkhasiat untuk pengobatan, perawatan
dan pencegahan penyakit.
Untuk meningkatkan mutu suatu obat tradisional, maka pembuatan obat tradisional
haruslah dilakukan dengan sebaik-baiknya mengikutkan pengawasan menyeluruh yang
bertujuan untuk menyediakan obat tradisional yang senantiasa memenuhi persyaratan yang
berlaku. Keamanan dan mutu obat tradisional tergantung dari bahan baku, bangunan, prosedur,
dan pelaksanaan pembuatan, peralatan yang digunakan, pengemasan termasuk bahan serta
personalia yang terlibat dalam pembuatan obat tradisional
Bahan-bahan ramuan obat tradisional seperti bahan tumbuh-tumbuhan, bahan hewan,
sediaan sarian atau galenik yang memiliki fungsi, pengaruh serta khasiat sebagai obat, dalam
pengertian umum kefarmasian bahan yang digunakan sebagai simplisia. Simplisia adalah bahan
alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan
kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang dikeringkan (Dirjen POM, 1999). Menurut Material
Medika, simplisia dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu:
1. Simplisia nabati Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat adalah isi sel yang secara spontan keluar dari
tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum
berupa zat kimia.
2. Simplisia hewani Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan atau bagian hewan
zatzat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
3. Simplisia pelikan (mineral) Simplisia pelikan adalah simplisia yang berupa bahan-bahan
pelican (mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa zat kimia. Zat kimia berkhasiat (obat) tidak diperbolehkan digunakan dalam
campuran obat tradisional karena obat tradisional diperjual belikan secara bebas. Dengan
sendirinya apabila zat berkhasiat (obat) ini dicampurkan dengan ramuan obat tradisional
dapat berakibat buruk bagi kesehatan
Penggunaan obat tradisional (obat herbal)di tingkat global terus meningkat, demikian pula di
Indonesia. Menurut data dari Sekretariat Convention on Biological Diversity, pasar global
obat herbal yang mencakup produk jadi dan bahan baku, pada tahun 2000 mencapai nilai
US$ 43 milyar. WHO menyebutkan data pada tahun 2000, nilai pasar herbal medicine sebagai
berikut:
Cina : US$ 9 milyar
16

Eropa Barat : US$ 6,6 milyar


Amerika Serikat : US$ 3 milyar
Jepang : US$ 2 milyar
Kanada : US$ 1 milyar

1.4.2 Bentuk sediaan Obat Tradisional


Obat tradisional tersedia dalam berbagai bentuk yang dapat diminum atau ditempelkan pada
permukaan pada permukaan kulit. Tetapi tidak tersedia dalam bentuk suntikan atau aerosol.
Dalam bentuk sediaan obat- obat tradisional ini dapat berbentuk serbuk yang menyerupai
bentuk sediaan obat modren, kapsul, tablet, larutan, ataupun pil.
1. Larutan
Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan, maka padat tadi
terbagi secara molekuler dalam cairan tersebut.
Zat cair atau cairan biasanya ditimbang dalam botol yang digunakan sebagai wadah yang
diberikan. Cara melarutkan zat cair ada dua cara yakni zat-zat yang agak sukar larut
dilarutkan dengan pemanasan (Anief, 2000)
2. Serbuk
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang disebukkan. Pada pembuatan
serbuk kasar, terutama serbuk nabati, digerus terlebih dahulu sampai derajat halus tertentu
setelah itu dikeringkan pada suhu tidak lebih 500 C. Serbuk obat yang mengandung bagian
yang mudah menguap dikeringkan dengan pertolongan bahan pengering yang cocok,

17

3.

4.

5.

1.4.2

setelah itu diserbuk dengan jalan digiling, ditumbuk dan digerus sampai diperoleh serbuk
yang mempunyai derajat halus serbuk.
Tablet
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak, berbentuk rata atau cempung
rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih Universitas Sumatera
Utara dengan atau tanpa zat tambahan. Zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat
pembasah. Contohnya yaitu tablet antalgin.
Pil
Pil adalah suatu sediaan yang berbentuk bulat seperti kelereng mengandung satu atau lebih
bahan obat. Berat pil berkisar antara 100 mg sampai 500 mg. untuk membuat pil diperlukan
zat tambahan seperti zat pengisi untuk memperbesar volume, zat pengikat dan pembasah
dan bila perlu ditambah penyalut
Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang
dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga terbuat dari pati dan
bahan lain yang sesuai. Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5)
sampai nomor paling besar (000), dan ada juga kapsul gelatin keras ukuran 0 dengan
bentuk memanjang ( dikenal sebangai usuran OE), yang memberikan kapasitas isi yang lebih
besar tanpa peningkatan diameter. Contohnya kapsul pacekap.

Contoh Simplisia yang ada pada Jamu


1. Coriandri Fruktus
Ketumbar adalah Coriandrum sativum suku Apiaceae. Ketumbar berkhasiat untuk
meredakan pusing, muntah- muntah, influensa, wasir, radang lambung, campak, masuk
angin, terkena darah tinggi, dan lemah syahwat.
2. Myristicae semen
Buah pala adalah myristica fragrans suku Myristicaceae mengandung minyak atsiri, zat
samak, dan zat pati. Buah pala berkhasiat sebagai obat diare, kembung, mual serta untuk
menetapkan daya cerna dan selera makan, yang kaya akan vitamin C, kalsium, dan posfor.
Senyawa kimia buah pala tersebut terdapat dikulit, daging, biji pala hingga bunganya.
3. Piperis Nigri Fruktus
Lada hitam adalah piper nigrum suku Piperaceae mengandung saponim, flavonoid, minyak
atsiri, kavisin, resin, amilum. Lada hitam berkhasiat untuk memperlancar menstruasi,
meredakan serangan asma, meringankan gejala ramatik, mengatasi perut kembung serta
menyembuhkan sakit kepala.
4. Andrographis Herba
Tanaman sambiloto adalah Andrograpis Peniculata suku Acanthaceae. Mengandung
flavinoid, alkane, keton, aldehid, dan beberapa mineral seperti kalium, kalsium, dan
natrium. Tanaman ini berkhasiat sebagai antiradang , analgetik, dan penawar racun.

18

5.

Curcumae Rhizoma
Temulawak adalah Curcuma Xanthorrhiza suku Zingiberaceae. Mengandung pati,
kurkuminoid, dan minyak atsiri. Temulawak berkhasiat antiradang, antisembelit, tonikum,
dan diuretik

TUGAS
A. Lakukan role play bergantian dengan rekan anda, dan gunakan ceklis yang ada.
B. Kasus untuk role play :
1. Nona Tina datang ke BPM anda menyatakan nyeri haid yang tak tertahankan. Ia sudah mencoba
minum air panas, meletakkan air pans yang dibungkus plasttik dan diletakkan di oerut bagian
bawah, namun nyeri yang dirasakan tak kunjung hilang. Nona Tina ingin berkonsultasi obat
tradisional apa yang bisa dikonsumsi karena Tina takut dengan obat dokter atau obat kimia.
2. 4 hari yang lalu, Nyonya Sari melahirkan secara normal di BPM Anda, namun adanya laserasi
derjat 2. Selama 4 hari ini Nyonya Sari tidak ada BAB karena takut nyeri pada luka jahitan dan
bau amis saat dilakukan pemeriksaan genitalia. Saat ini Nyonya Sari akan pulang ke rumah dan
menyatakan bahwa klinik ataupun rumah obat sangat jauh dari kediamannya sehingga bertanya
apakah ada obat tradisional yang bisa dikonsumsi agar bisa BAB maupun menghilangkan bau
badan.
3. Bayi Ny. Titi berusia 7 bulan dan datang ke BPM Anda menyatakan perut anaknya kembung
sehingga anak selalu rewel. Hal ini terjadi sejak kemarin malam. Di samping itu, bayi mengalami
BAB yang encer dengan frekuensi 5 kali dari malam hingga saat ini. Setelah anda melakukan
pemeriksaan, didapatkan hasil bahwa UUB sedikit cekung, turgor kulit sedang. Diagnose yang
bidan tegakkan adalah Bayi Ny. Titi diare dengan dehidrasi.
Suami Nyonya Titi meminta Anda sebagai Bidan untuk memberikan obat medis, dan diiringi
dengan obat tradisional. Jelaskan obat tradisional apa yang akan Anda berikan, cara pemakaian
dan efek samping.

19

RUBRIK PENILAIAN KIE/KIP : OBAT TRADISIONAL


Nama Mahasiswa :
NIM
:
Kelompok
:

Kriteria
1.Pengaturan

2.Pengetahuan
materi:

3.Ilustrasi

Kurang
1
Pendengar tidak mengerti
presentasi karena tidak ada
urutan informasi

Cukup
2
Pendengar kesulitan
mengikuti presentasi karena
penyampai info loncat dari
satu info ke info lainnya.

Baik
3
Mahasiswa mempresentasikan
informasi dalam urutan logis
sehingga pendengar dapat
Mengikuti

Sangat Baik
4
Mahasiswa menampilkan
informasi dalam urutan logis,
menarik sehingga pendengar
dapat mengikuti

Mahasiswa tidak dapat

Mahasiswa hanya mampu

Mahasiswa mampu menjawab

Mahasiswa menunjukkan

menjawab pertanyaanpertanyaan tentang materi

menjawab pertanyaan dasar

pertanyaan, tapi gagal


menguraikan panjang lebar

pengetahuan yang penuh


(lebih dari yang diinginkan)
dengan menjawab semua
pertanyaan kelas dengan
penjelasan dan panjang lebar

Mahasiswa menggunakan
ilustrasi yang tak berguna
atau tidak mendukung
presentasi.

Mahasiswa kadang-kadang
menggunakan ilustrasi yang
jarang mendukung tulisan
dan presentasi.

Ilustrasi mahasiswa berhubungan


dengan teks dan presentasi

Ilustrasi mahasiswa
menjelaskan dan
memperkuat layar teks dan
Presentasi

Total
Skor

20

4.Penulisan

Terdapat 4 atau lebih


kesalahan ejaan atau
tatabahasa

Terdapat tiga kesalahan


ejaan dan/atau tatabahasa

Memiliki dua kesalahan ejaan


dan/atau tatabahasa

Presentasi tidak ada


kesalahan eja atau tatabahasa

5.Kontak Mata

Mahasiswa membaca
semua laporan tanpa
kontak mata

Mahasiswa kadang-kadang
menggunakan kontak mata,
tapi tetap membaca sebagian
besar laporan.

Mahasiswa mempertahankan
lebih banyak kontak mata tapi
seringkali kembali ke catatan

Mahasiswa mempertahankan
kontak mata dengan
pendengar, jarang kembali ke
catatan.

6.Suara

Mahasiswa menggumam,
mengucapkan istilah kurang
tepat, dan berbicara terlalu
pelan

Suara mahasiswa pelan.


Mengucapkan istilah kurang
tepat. Peserta kesulitan
mendengarkan presentasi

Suara mahasiswa jelas.


Mahasiswa mengucapkan
kebanyakan kata-kata dengan
tepat. Kebanyakan peserta dapat
mendengar presentasi

Mahasiswa menggunakan
suara yang jelas dan tepat,
istilah diucapkan benar
sehingga semua peserta
dapat mendengarkan
presentasi.

7. Alat peraga

Mahasiswa tidak
menyediakan alat peraga.

Mahasiswa menyediakan alat


peraga tapi tidak sesuai
dengan isi presentasi.

Mahasiswa menyediakan alat


peraga dan sesuai dengan isi
presentasi, tapi tidak menarik dan
tidak informatif.

Mahasiswa menyediakan alat


peraga, sesuai dengan isi
presentasi, menarik dan
informatif.
Poin Total

Nilai = Skor Total x 100 =


28
Padang,.
Instruktur:

(.)

21

Anda mungkin juga menyukai