Bismilahhirrahmannirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan kasih
sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen
Pembimbing ini tepat pada batas waktu yang telah ditentukan. Shalawat beriring salam
penulis haturkan kepada Nabi junjungan alam yakni Nabi Muhammad SAW dengan
mengucapkan Allah humma shali ala Muhammad wa ala ali muhammad .
Adapun tujuan Penyusun, menyusun makalah yang berjudul Disfungsi Tiroid
ini adalah sebagai pemenuhan tugas yang telah diberikan dosen pembimbing kepada
mahasiswa untuk memenuhi persyaratan dalam mata kuliah Farmakoterapi II.
Penulis juga sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
bila dalam penyusunan dan penulisan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kami ucapkan terimakasih.
Penyusun
*| F a r m a k o t e r a p i I I
DAFTAR ISI
*| F a r m a k o t e r a p i I I
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
-
Mahasiswa mampu memahami tentang kelainan pada sistem tiroid serta mampu
memahami penatalaksanaan dari kelainan tiroid.
*| F a r m a k o t e r a p i I I
BAB II
PEMBAHASAN
*| F a r m a k o t e r a p i I I
1. Hipertiroidisme
Hipertiroid dekenal juga sebagai tirotoksitosis, yang dapat didefinisikan sebagai
respon jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang
berlebihan. (Sylivia A. Price, 2006)
Hipertiroid adalah respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruhmetabolik hormon tiroid
yang berlebihan. Bentuk yang umum dari masalah iniadalah penyakit graves, sedangkan
bentuk yang lain adalah toksik adenoma, tumorkelenjar hipofisis yang menimbulkan sekresi
TSH meningkat, tiroditis subkutan danberbagai bentuk kanker tiroid. (Arief mansjoer, 1999).
Terdapat dua tipe hipertiroidisme yaitu penyakit graves dan goiter nodulartoksik, yaitu :
1.Penyakit Graves
Penyakit Graves adalah suatu gangguan autoimun di mana terdapat suatudefek
genatik dalam limfosit Ts dan sel Th merangsang sel B untuk sintesisantibody terhadap antigen
tiroid (Dorland, 2005).
Penyakit Graves merupakan penyebab tersering hipertiroidisme. Padapenyakit ini ditandai oleh
adanya proses autoimun disertai hyperplasia(pembesaran kelenjar akibat peningkatan jumlah
sel) kelenjar tiroid secara difus.
*| F a r m a k o t e r a p i I I
Pada penyakit Grave, hipertiroid terjadi karena aktivitas langsung dari antibody
yang menstimulus tiroid secara langsung terhadap reseptor tirotropin pada
permukaan sel tiroid. Antibodi-immunoglobulin G berikatan dengan reseptor
dan mengaktivasi enzim adenilat siklase yang sama terjadi dengan TSH.
2. Penyakit Goiter Nodular Toksik
Peningkatan ukuran kelenjar tiroid akibat peningkatan kebutuhan akanhormon tiroid.
Peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid terjadi selamaperiode pertumbuhan atau kebutuhan
metabolik yang tinggi misalnya pubertasatau kehamilan (Elizabeth J. Corwin, 2009). Price A,
Sylvia, 1995 hal. 1074).
2. Hipotiroidisme
A. Definisi
Hipotiroisme adalah suatu sindroma klinis akibat dari defisiensi hormone tiroid,
yang kemudian mengakibatkan perlambatan proses metabolik.
Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang
berjalan lambat dan di ikuti oleh gejala-gejalakegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar
hormone tiroid berada didibawah nilai optimal (brunner & suddarth).
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tirod kurang aktif danmenghasilkan
terlalu sedikit hormone tiroid. Hipotiroid yang sangat beratdisebut miksedema. Hipotiroidism
terjadi akibat penurunan kadar hormontiroid dalam darah.
B. Klasifikasi
Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme mengalami hipotiroidisme primeratau tiroidal
yang mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabiladisfungsi tiroid di
sebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus ataukeduanya maka di sebut
hipotiroidisme sentral (hipotiroidisme sekunder) ataupituitaria. Jika sepenuhnya di
sebabkan oleh hipofisis di sebut hipotiroidismetersier.
*| F a r m a k o t e r a p i I I
No Jenis
1 Hipotiroidisme Primer
Organ
Kelenjar Tiroid
HipotiroiditismeSekunder
KelenjarHipofisis
Hipotiroidisme Tersier
Hipotalamus
keterangan
Paling sering terjadi dimana
meliputi
penyakit
hashimototiroiditis
(sejenispenyakit
autoimun)dan
terapi
radioiodine (RAI) uintuk
merawatpenyakithipotirodis
me.
Terjadi jika kelenjarhipofisis
tidak menghasilkan
cukuphormon
perangsangtiroid
(TSH)
untuk merangsang
kelenjartiroid
untuk menghasilkan
jumlahtiroksin
yang
cukup.Biasanya
terjadiapabila
terdapat
tumor
di
kelenjar
hipofisis,radiasi/pembedaha
nyang
menyebabkankelenjar tiroid
tidak dapat
lagimenghasilkanhormon
yang cukup.
Terjadi
jikahipotalamus
gagalmenghasilkan
TRHyang cukup, biasanyadi
sebut jugahypothalamicpituitary-axis
hypothyroidism.
C. Etiologi
Hipotiroidisme juga sering terjadi pada pasien dengan riwayathipotiroidisme yang
menjalani terapi radioiodium, pembedahan atau preparat antitiroid. Kejadian ini paling
sering dijumpai pada wanita lanjut usia. Terapi radiasiuntuk penanganan kanker kepala
dan leher kini semakin sering menjadi penyebabhipotiroidisme pada laki-laki. Karena itu,
pemeriksaan fungsi tiroid di anjurkan bagisemua pasien yang menjalani terapi tersebut.
*| F a r m a k o t e r a p i I I
*| F a r m a k o t e r a p i I I
D.Patofisiologi
Jika produksi hormon tiroid tidak adekuat, maka kelenjar tiroid akan
berkompensasi untuk meningkatkan sekresinya sebagai respon terhadap
rangsangan hormon TSH. Penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid akan
menurunkan laju metabolisme basal yang akan mempengaruhi semua
system tubuh. Proses metabolic yang dipengaruhi adalah :
a. Penurunan produksi asam lambung
b. Penurunan motilitas usus
c. Penurunan detak jantung
d. Gabgguan fungsi neurologik
e. Penurunan produksi panas
Penurunan hormon tiroid juga akan mengganggu metabolisme lemak
dimana akan terjadi peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida sehingga
klien berpotensi mengalami atherosklerosis. Akumulasi proteoglikans
hidrophilik di rongga intestisial seperti rongga pleura, cardiac dan abdominal
sbagai tanda dari mixedema. Pembentukan eritrosis yang tidak optimale
sebagai dampak dari penurunan hormon tiroid memungkinkam klien
mengalami anemia.
Secara garis besar dampak hipotiroidisme terhadap berbagai system
tubuh sebagai berikut :
1.
*| F a r m a k o t e r a p i I I
7.
Psikologi
perilaku mania.
E. Manifestasi Klinis
Hipotiroidisme di tandai dengan gejala-gejala sebagai berikut :
1.Kelambanan,perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat
2.Penurunan frekuensi denyut jantung,pembesaran jantung(jantung
miksedema),
dan penurunancurahjantung.
3.Pembengkakkandanedemakulit,terutama dibawah mata dan di pergelangan
kaki
*| F a r m a k o t e r a p i I I
Keluhan dan tanda klinik pada hipotiroidisme dari satu seri kasus
Keluhan
Keluhan
Rasa capek
99
Obstipasi
58
92
Edema ekstremitas
56
88
Kesemutan
56
Lamban
88
Rambut rontok
49
88
Pendengaran kurang
45
Anoreksia
43
76
Nervosita
43
Bicara lamban
74
41
Berat meningkat
68
Nyeri otot
36
Mudah lupa
68
Menorrhagia
33
Dyspnea
64
Nyeri sendi
29
Suara serak
64
Angina pectoris
21
Otot lembek
61
Dysmenorrhea
18
Depresi
60
Eksoftalmos
11
Gejala dini hipotiroidisme tidak spesifik, namun kelelahan yang ekstrim menyulitkan penderitanya
untuk melaksanankan pekerjaan sehari-hari secarapenuh atau ikut serta dalam aktivitas yang lazim
di lakukannya. Laporan tentangadanya kerontokkan rambut, kuku yang rapuh serta kulit yang
kering sering ditemukan, dan keluhan rasa baal serta parasetsia pada jari-jari tangan dapatterjadi.
Kadang-kadang suara menjadi kasar, dan pasien mungkin mengeluhkansuara yang parau.
Gangguan haid seperti menorhagia atau amenore akan terjadidi samping hilangnya libido.
Hipotiroidisme menyerang wanita lima kali lebihsering di bandingkan laki-laki dan paling sering
*| F a r m a k o t e r a p i I I
terjadi pada usia 30-60 tahun.Hipotiroidisme berat mengakibatkan suhu tubuh dan frekuensi nadi
subnormal.
Pasien biasanya mulai mengalami kenaikan berat badan yang bahkan terjaditanpa peningkatan asupan
makanan, meskipun penderita hipotiroid yang beratdapat terlihat kakeksia. Kulit menjadi tebal karena
penumpukkanmukopolisakarida dalam jaringan subkutan. Rambut menipis dan rontik, wajahtampak tanpa
ekspresi dan mirip topeng. Pasien sering mengeluhkan rasa dinginmeskipun dalam lingkungan yang hangat.
Pada mulanya, pasian mungkin akan mudah tersinggung dan mengeluhmerasa lemah, namun dengan
dengan berlanjutnya kondisi tersebut, respon emosional di atas akan berkurang. Proses mental menjadi
tumpul dan pasientampak apatis. Bicara menjadi lambat, lidah membesar, dan ukuran tangan
sertakaki bertambah. Pasien sering mengeluh konstipasi serta ketulian dapat terjadi.Pada
hipotiroidisme lanjut akan menyebabkan demensia di sertai perubahankognitif dan kepribadian
yang khas. Respirasi yang tidak memadai dan apnusaat tidur dapat terjadi pada hipotiroidisme
yang berat. Efusi pleura, efusiperikardial dan kelemahan otot pernapasan dapat
terjadi.Hipotiroidisme berat akan di sertai dengan kenaikkan kadar kolesterolserum, aterosklerosis,
penyakit jantung koroner dan fungsi ventrikel kiri yang jelek. Pasien hipotiroidime lanjut
akan mengalalami hipotermia dan kepekkanabnormal terhadap preparaf sedatif, opioid
serta anestesi, oleh sebab itu semuaobat ini hanya di berikan pada kondisi tertentu
.Pasien dengan hipotiroidisme yang belum teridentifikasi dan sedangmenjalani pembedahan akan
menghadapi risiko yang lebih tinggi untuk mengalami hipotensi intraoperatif, gagal jantung
kongestif pascaoperatif danperubahan status mental.
Koma miksedema menggambarkan stadium hipotiridisme yang palingekstrim dan berat, di mana
pasien mengalami hipotermia dan tidak sadarkandiri. Koma miksedema dapat terjadi sesudah
peningkatan letargi yang berlanjutmenjadi stupor dan kemudian koma. Hipotiroidisme yang tidak
terdiagnosadapat di picu oleh infeksi atau penyakit sistemik lainnya atau oleh penggunaanpreparat
sedative atau analgetik opioid. Dorongan respiratorik pasien akanterdepresi sehingga timbul
hipoventilasi alveoler, retensi CO2 progresif,keadaan narkosis dan koma. Semua gejala ini, di
sertai dengan kolapskardiovaskuler dan syok memerlukan terapi yang agresif dan intensif jika
kitaingin pasien tetap hidup. Meskipun demikian, dengan terapi yang intensif sekalipun, angka
mortalitasnya tetap tinggi.
*| F a r m a k o t e r a p i I I
F. Diagnosis
Kombinasi FT4 atau FT4I serum yang rendah dan TSH serum meningkat adalah
diagnostik adanya hipotiroidisme primer . Kadar T3 bervariasi dan dapat berada
dalam batas normal. Uji positif terhadap autoantibodi tiroid mengarah tiroiditis
Hashimoto yang mendasari. Pada pasien dengan miksedema hipofisis, FT4 atau
FT4 akan rendah tapi TSH serum tidak akan meningkat. Kemudian mungkin
perlu membedakan penyakit hipofisis dari hipotalamus, dan untuk hal ini uji
TSH paling membantu . Tidak adanya respons TSH terhadap TRH menunjukkan
adanya defisiensi hipofisis. Respon parsial atau "normal" menunjukkan bahwa
fungsi hipofisis intak tapi bahwa defek ada pada sekresi TRH hipotalamus.
Pasien mungkin mendapatkan terapi tiroid (levotiroksin atau tablet tiroid kering)
ketika pertama kali kita jumpai.
*| F a r m a k o t e r a p i I I
Kelenjar tiroid yang teraba atau membesar dan uji positif terhadap
autoantibody tiroid akan mengarahkan pada adanya tiroiditis Hashimoto yang
mendasari, pada kasus mana terapi harus diteruskan. Jika antibodi tidak ada,
terapi harus dihentikan selama 6 minggu. Masa penghentian 6 minggu
diperlukan karena waktu paruh tiroksin cukup panjang (7 hari) dan
memungkinkan kelenjar tiroid penyembuhan kembali setelah penekanan yang
cukup lama. Pola penyembuhan fungsi tiroid setelah penghentian T4. Pada
individu hipotiroid, TSH menjadi jelas meningkat pada 5-6 minggu dan T4 tetap
normal, kemudian keduanya normal setelah 6 minggu pada pengawasan eutiroid.
Gambaran klinis miksedema yang lengkap biasanya cukup jelas, tapi
gejalagejala dan tanda-tanda hipotiroidisme ringan dapat sangat tidak jelas.
Pasien dengan hipotiroidisme akan datang dengan gambaran tak lazim :
neurasthenia dengan gejala kram otot, parestesia, dan kelemahan; anemia;
gangguan fungsi reproduksi, termasuk infertilitas, keterlambatan pubertas atau
menoragia; edema idiopatik, efusi pleurokardial; pertumbuhan terhambat;
obstipasi; rinitis kronis atau suara parau karena edema mukosa nasal atau pita
suara; dan depresi berat yang terus berlanjut menjadi ketidakstabilan emosional
atau bahkan jelas-jelas psikosa paranoid. Pada kasus s eperti ini, pemeriksaan
diagnostik akan memastikan atau menyingkirkan hipotiroid sebagai faktor
penunjang.
*| F a r m a k o t e r a p i I I
*| F a r m a k o t e r a p i I I
*| F a r m a k o t e r a p i I I
(T4), yang terdapat dalam bentuk murni dan stabil dan tidak mahal. Levotiroksin
dikonversi menjadi T3 di intraselular, sehingga kedua hormon sama-sama
didapatkan dalam tubuh walaupun hanya satu jenis. Tiroid kering tidak
memuaskan karena isi hormonnya yang bermacam-macam, dan triiodotirosi
(sebagai liotironin) tidak memuaskan karena absorpsinya yang cepat dan waktu
paruhnya yang singkat dan efek sementara. Waktu paruh levotiroksin kira-kira 7
hari, jadi hanya perlu diberikan sekali sehari. Preparat ini diabsorpsi dengan,
kadar dalam darah mudah dipantau dengan cara mengikuti FT4I atau FT4 dan
kadar TSH serum. Ada peningkatan T4 atau FT4I kira-kira 1-2
nmol/L) dan disertai penurunan TSH sebanyak 1-2
g/dL (13-26
dalam 2 jam dan berakhir setelah 8-10 jam setelah dosis per oral 0,1-0,15 mg
levotiroksin . Karena itu, dosis harian levotiroksin sebaiknya diminum pagi hari
untuk menghindari gejala-gejala insomnia yang dapat timbul bila diminum
malam hari. Sebagai tambahan, ketika kadar serum tiroksin dipantau, adalah
penting mengukur darah puasa atau sebelum mendapat dosis harian hormon
untuk mendapat data yang konsisten.
Dosis levotiroksin : Dosis penggantian rata-rata levotiroksin pada dewasa
adalah berkisar 0,05-0,2 mg/hari, dengan rata-rata 0,125 mg/hari. Dosis
levotiroksin bervariasi sesuai dengan umur dan berat badan (Tabel 4-9).
Anak kecil membutuhkan dosis yang cukup mengejutkan dibanding orang
dewasa. Pada orang dewasa, rata-rata dosis penggantian T4 kira-kira 1,7
g/kg/hari atau 0,8
g/pon/hari. Untuk supresi TSH pada pasien dengan goiter nodular atau
*| F a r m a k o t e r a p i I I
g/kg/hari (1
g/pon/hari).
Keadaan malabsorbsi atau pemberian bersama preparat aluminium atau
kolestiramin akan mengubah absorbsi T4, dan pada pasien-pasien seperti ini
dibutuhkan dosis T4 lebih besar. Levotiroksin memiliki mempunyai waktu
paruh cukup panjang (7 hari) sehingga jika pasien tidak mampu mendapat
terapi lewat mulut untuk beberapa hari; meniadakan terapi levotiroksin tidak
akan mengganggu. Namun, jika pasien mendapat terapi parenteral, dosis
parenteral T4 kira-kira 75-80% dosis per oral.
2.
medis yang akut dan harus ditangani di unit perawatan intensif. Gas-gas darah
harus dimonitor secara teratur, dan pasien-pasien biasanya membutuhkan
intubasi dan ventilasi mekanis. Penyakit-penyakit yang berhubungan seperti
infeksi atau gagal jantung dicari dan harus diobati dengan terapi yang tepat.
Cairan intravena harus diberikan dengan hati-hati dan asupan cairan bebas
berlebihan harus dihindarkan karena pasien-pasien dengan koma miksedema
mengabsorpsi semua obat-obatan dengan buruk, pemberian levotiroksin harus
secara intravena. Pasien pasien ini mempunyai deplesi tiroksin serum yang
sangat jelas dan sejumlah besar tempat-tempat pengikatan yang kosong, pada
globulin pengikat tiroksin dan jadi harus menerima dosis muatan awal tiroksin
intravena, diikuti dengan suatu dosis harian intravena yang kecil. Suatu dosis
awal sejumlah 300-400
*| F a r m a k o t e r a p i I I
dengan penyakit adrenal autoimun atau insufisiensi) bisa terjadi. Pada kasus ini,
kortisol plasma harus diukur atau, jika waktu memungkinkan (30 menit), uji
stimulasi kosintropin harus dilakukan
Levotiroksin
Indikasi
: Hipotiroidesme
Interaksi
Efek samping
*| F a r m a k o t e r a p i I I
Garam Tiroksin
Indikasi
: Hipotiroidisme
Kontraindikasi
: Tirotoksikosis
Peringatan
kehamilan,
menyusui,
panhipopituitarisme,
Tiroid
Konten
Dosis
Komentar
Relatif
Kesetaraan
butir stabilitas
(setara
rasio
dengan 60 merek
mcg T4)
hormonal
Unpredictable,
murah,
generik
mungkin
19
mcg:
4,5
mcg,
tidak
38
mcg:
mcg,
bioekuivalen
*| F a r m a k o t e r a p i I I
76
mcg:
18
mcg,
Babi
100
dimurnikan
biologis
Tiroglobulin
memberikan T4: T3
mg,
sebagian
1 butir
distandarisasi
untuk
Sintetik T4
50-60
potensi
diprediksi;
Stabil mcg
generik yang
dan lainnya
bioekuivalen; ketika
berpindah dari
88-,
L-tiroksin,
150-,
rendah
mcg-;
penyerapan variabel
antara
injeksi vial
paruh = 7 hari,
dosis
lebih
produk;
sehingga
sehari-hari;
dianggap obat
pilihan
*| F a r m a k o t e r a p i I I
15-37,5
penyerapan Seragam
Unithroid
mcg
Liothyronine
separuh hidup
50-
memantau TSH
1,5
hari,
tes
tablet
Liotrix
perbandingan 4: mcg
1, 2-, dan
Tablet 3-kekuatan
T4
Stabil;
diprediksi;
dan
mahal;
tidak
12,5-15 T3
memiliki
mcg
*| F a r m a k o t e r a p i I I
ke
T3
: Ny.Smith
- Jenis kelamin
: perempuan
- Usia
: 35 tahun
- Keluhan
mampu berjalan. Namun dia tetap menjaga kalori, diet terkontrol. Dia
merasa dingin sepanjang waktu, bahkan di hari yang panas serta rambut
menipis. Dia tidak memiliki energi, sedangkan sebelum kelahiran putrinya
dia sering pergi aerobik setidaknya tiga kali seminggu.
2. Objektif : 3. Assesment
- Berdasarkan gejala yang dialami pasien, pasien di diagnosa menderita
hipotiroid ringan sehingga perlu diberikan terapi
4. Planning
1.Tujuan Terapi
- Meringankan keluhan dan gejala
- Menormalkan metabolisme
- Membuat kadar T3 dan T4 normal
- Menghindari terjadinya komplikasi
*| F a r m a k o t e r a p i I I
2. Sasaran Terapi
- Kadar T3 dan T4
3. Terapi Farmakologi
Diberikan tablet Levothyroxin dengan dosis awal 50-100 mcg/hari, lalu
ditambah 50 mcg dengan interval 3-4 minggu, sampai diperoleh metabolisme
normal. Bila perlu dosis dapat ditingkatkan sampai dengan 100-200 mcg/hari.
- Berdasarkan gejala yang ditimbulkan maka diberikan levotiroksin 50 mikrogram
sehari satu tablet pada saat perut kosong bertujuan untuk menghilangkan gejala
klinis serta mencapai atau mempertahankan kadar TSH pada paruh bawah rentang
kadar TSH normal atau sekitar 0,4-2,5 mU/L. Dosis harus disesuaikan setiap 4-8
minggu sampai pasien menjadi eutiroid.
- Dilakukan pemeriksaan penunjang lain untuk melihat pengaruh hipotiroidisme
pada beberapa organ meliputi pemeriksaan laboratorium rutin, radiologi dan
elektrokardiografi serta dilakukan pemeriksaan kadar T3 dan TSH serum untuk
menentukan kategori hipotiroid.
*| F a r m a k o t e r a p i I I
*| F a r m a k o t e r a p i I I
KIE
1.
*| F a r m a k o t e r a p i I I
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Hormon tiroid mempengaruhi fungsi hampir setiap sistem organ
2. Hormon tiroid bekerja pada pertumbuhan dan perkembangan metabolisme
tubuh manusia.
3. Hormon tiroid disintesis dari iodin.
4. Kelainan pada sistem tiroid :
a. Hipotiroidisme
Kombinasi FT4 atau FT4I serum yang rendah dan TSH serum meningkat
adalah diagnostik adanya hipotiroidisme primer
b. Hipertiroidisme dan tirotoksikosis
Kombinasi peningkatan FT4 atau FT4I dan TSH tersupresi membuat
diagnosis hipertiroidisme.
5. Dari Pembahasan kasus diperoleh kesimpulan bahwa pasien mengalami
*| F a r m a k o t e r a p i I I
Seorang pasien diduga mengalami Hipotiroid serta pasien tersebut telah mengkonsumsi Antasida
Untuk mengatasi penyakit maag. Untuk penyakit Hipotiroidnya dokter menyarankan
penggunaan hormon tiroid. Menurut anda adakah interaksi yang terjadi? Apabila ada
bagaimana cara menanggulanginya??
Jawaban
:
Pada
penggunaan
Bersamaan
Antasida(Aluminium,Magnesium hidroksida)dan hormon tiroid, efikasi hormon
tiroid akan berkorang karena hormon tiroid diikat, sehingga absorbsi hormon
tiroid dalam saluran cerna akan berkurang. Akibat berkurangnya absorbsi
hormon tiroid tersebut makan pengobatan Hipotiroid tdk efektif.
Cara menanggulanginya
: Sebaiknya Penggunaan kedua obat dapat
diberikan interval selama 4jam, sehingga absorbsi hormon tiroid dalam saluran
cerna lebih sempurna dan pengobatan Hipotiroid dengan hormon tiroid dapat
lebih efektif.
*| F a r m a k o t e r a p i I I
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Ruswana. 2005. Fungsi dan Kelainan Kelenjar Tiroid. Bandung ; Fakultas kedokteran
Universitas Padjajaran
Ernst Mutschler.2010. Dinamika Obat, Farmakologi dan toksikologi Edisi kelima. Bandung :
Badan penerbit Universitas ITB
DiPiro, Joseph T, etc. 2002. Pharmacotheraphy : A Pathophysiologic Approach Sixth Edition.
McGRAW-HILL
Elin yulinah dkk. 2009. ISO FARMAKOTERAPI. Jakarta : Indonesian Pharmacist Association
Purnamasari D, Subekti I. 2007. Penyakit Tiroid. Jakarta : Pusat penerbit ilmu penyakit dalam
FKUI Interna publishing
Syahbuddin S. 2005. Hipotiroidisme: Etiologi, Patofisiologi Dan Pengobatan. Semarang : Badan
penerbit Universitas diponegoro
Soewondo P, Cahyanur R. 2008. Hipotiroidisme Dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium.
Jakarta : Pusat penerbit ilmu penyakit dalam FKUI
Wilkin TJ. 1990. Mechanism Of Disease : Receptor Autoimmunity In Endocrine Disorders. N Eng
J Med; 323: 1318
*| F a r m a k o t e r a p i I I