Anda di halaman 1dari 44

KOLELITIASIS

Anggota Kelompok
Leonardo Ngala 00000007842
Lidiya Nataliya WPN 00000009246
Avany Ondow 00000009137
Tresna Ferderika Sau 00000003186

Watch Video
https://
www.youtube.com/watch?v=S1v5kr
jwhC8&feature=youtu.be
https://www.youtube.com/watch?
v=ZMydoC-Z2Bk&feature=youtu.be

Definisi
Kolelitiasis adalah pembentukan batu empedu yang biasanya terbentuk dalam
kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu (Brunner
& Suddarth, 2001).
Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu kolesterol,
bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak dan fosfolipid (Price &
Wilson, 2005)
Kolelitiasis merujuk pada inflamasi akut dari kandung empedu, ini biasanya
mengiritasi lapisan kandung empedu, ini dapat menjadi padat dalam duktus sistik
yang menyebabkan obstruksi dan inflamasi dinding kandung empedu, mencetuskan
infeksi. (Barbara, 1998).
Sehingga kelompok menyimpulkan bahwa kolelitiasis disebut juga penyakit yang
terjadi karena adanya pembentukan batu empedu, gallstones, biliary calculus pada
kandung empedu dimana batu empedu merupakan endapan satu atau lebih
komponen empedu seperti kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein,
asam lemak dan fosfolipid yang dapat merujuk pada inflamasi akut pada kandung
empedu.

Klasifikasi Kolelitiasis
1. Batu kolesterol
2. Batu pigmen kalsium bilirubinat (pigmen coklat)
3. Batu pigmen hitam.
4. Batu campuran

Batu kolesterol
Batu kolestrol murni merupakan hal yang jarang ditemui dan prevalensinya kurang dari 10%.
Biasanya merupakan soliter, besar, dan permukaannya halus. Empedu yang di supersaturasi
dengan kolesterol bertanggung jawab bagi lebih dari 90 % kolelitiasis di negara Barat. Sebagian
besar empedu ini merupakan batu kolesterol campuran yang mengandung paling sedikit 75 %
kolesterol berdasarkan berat serta dalam variasi jumlah fosfolipid, pigmeKolesterol dilarutkan di
dalam empedu dalam daerah hidrofobik micelle, sehingga kelarutannya tergantung pada jumlah
relatif garam empedu dan lesitin. Ini dapat dinyatakan oleh grafik segitiga, yang koordinatnya
merupakan persentase konsentrasi molar garam empedu, lesitin dan kolesterolBerbentuk oval,
multifokal atau mulberry dan mengandung lebih dari 70% kolesterol. Lebih dari 90% batu empedu
adalah kolesterol (batu yang mengandung > 50% kolesterol). Untuk terbentuknya batu kolesterol
diperlukan 3 faktor utama :
Supersaturasi kolesterol
Hipomotilitas kandung empedu
Nukleasi/ pembentukan nidus cepat.
Batu pigmen

Batu pigmen kalsium


bilirubinat (pigmen coklat)
Didaerah Timur, batu kalsium bilirubinat dominan dan merupakan 40 sampai 60
% dari semua batu empedu. Batu ini lebih rapuh, berwarna kecoklatan sampai
hitam.2. bilirubin pigemen kuning yang berasal dari pemecahan heme, aktiv
disekresikan ke empedu oleh sel liver. Kebanyakan bilirubin dalam empedu dibentuk
dari konjugat glukorinide yang larut air dan stabil.
Tetapi sedikit yang terdiri dari bilirubin tidak terkonjugasi yang tidak larut
dengan kalsium. Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan
mengandung kalsium-bilirubinat sebagai komponen utama. Batu pigmen cokelat
terbentuk akibat adanya faktor stasis dan infeksi saluran empedu. Stasis dapat
disebabkan oleh adanya disfungsi sfingter Oddi, striktur, operasi bilier, dan infeksi
parasit. Bila terjadi infeksi saluran empedu, khususnya E. Coli, kadar enzim Bglukoronidase yang berasal dari bakteri akan dihidrolisasi menjadi bilirubin bebas
dan asam glukoronat.
Kalsium mengikat bilirubin menjadi kalsium bilirubinat yang tidak larut. Dari
penelitian yang dilakukan didapatkan adanya hubungan erat antara infeksi bakteri
dan terbentuknya batu pigmen cokelat. Umumnya batu pigmen cokelat ini terbentuk

Batu pigmen hitam.


Batu pigmen merupakan sekitar 10 % dari batu empedu di Amerika Serikat. Ada
dua bentuk yaitu batu pigmen murni yang lebih umum dan batu kalsium
bilirubinat. Batu pigmen murni lebih kecil (2 sampai 5 mm), multipel, sangat keras
dan penampilan hijau sampai hitam. Batu-batu tersebut mengandung dalam
jumlah bervariasi kalsium bilirubinat, polimer bilirubin, asam empedu dalam
jumlah kecil kolesterol (3 sampai 26%) dan banyak senyawa organik lain. (Hunter
JG. Gallstones Diseases. In : Schwarts Principles of Surgery 8th edition. 2007. US :
McGraw-Hill Companies).
Batu pigmen hitam adalah tipe batu yang banyak ditemukan pada pasien dengan
hemolisis kronik atau sirosis hati. Batu pigmen hitam ini terutama terdiri dari
derivat polymerized bilirubin. Potogenesis terbentuknya batu ini belum jelas.
Umumnya batu pigmen hitam terbentuk dalam kandung empedu dengan empedu
yang steril.

Batu campuran
Batu campuran antara kolesterol dan pigmen dimana
mengandung 20-50% kolesterol. Merupakan batu campuran
kolesterol yang mengandung kalsium. Batu ini sering
ditemukan hampir sekitar 90 % pada penderita kolelitiasis.
batu ini bersifat majemuk, berwarna coklat tua. Sebagian
besar dari batu campuran mempunyai dasar metabolisme
yang sama dengan batu kolesterol.

Etiologi
Empedu normal terdiri dari 70% garam empedu (terutama kolik dan asam chenodeoxycholic),
22% fosfolipid (lesitin), 4% kolesterol, 3% protein dan 0,3% bilirubin. Etiologi batu empedu masih
belum diketahui secara pasti, adapun faktor predisposisi terpenting yaitu: gangguan metabolisme
yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi empedu, statis empedu, dan infeksi kandung
empedu. Perubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor terpenting dalam
pembentukan batu empedu karena hati penderita batu empedu kolesterol mengekresi empedu
yang sangat jenuh dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam kandung
empedu (dengan cara yang belum diketahui sepenuhnya) untuk membentuk batu empedu.
Statis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif,
perubahan komposisi kimia, dan pengendapan unsur-insur tersebut. Gangguan kontraksi kandung
empedu atau spasme spingteroddi, atau keduanya dapat menyebabkan statis. Kolelitiasis dapat
terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini. Namun, semakin banyak faktor resiko yang
dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko
tersebut antara lain : (Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2005. 570-579).

Faktor Resiko
Faktor resiko tersebut antara lain : (Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi
2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2005. 570-579).
1. Usia

9. Nutrisi intravena jangka lama

2. Obesitas
10. Penyakit lain (seperti Fibrosis sistik, Diabetes mellitus3.
sirosis hati,
pankreatitis, crohn disease dan kanker kandung
empedu) dan penyakit ileus
(kekurangan garam empedu)
3. Keturunan 11. Infeksi
4. Kehamilan
5. Pil Kontrasepsi ( pil KB)
6. Hiperlipidemia
7. Makanan Tinggi Lemak
8. Pengosongan lambung yang memanjang

Usia
Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. orang dengan usia > 60 tahun lebih
cenderung untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan
orang degan usia yang lebih muda dikarenakan penurunan
mortilitas kandung empedu dan meningkatnya sekresi
kolestrol kedalam empedu.

Kegemukan (obesitas).
Orang denganBody Mass Index(BMI) tinggi, mempunyai
resiko lebih tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan
dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam kandung
empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam empedu serta
mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung empedu.

Faktor keturunan
Orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai
resiko lebih besar dibandingn dengan tanpa riwayat
keluarga.

Kehamilan (resiko meningkat pada kehamilan)


Kehamilan menigkatkan kadar esterogen sehingga meningkatkan resiko terkena
kolelitiasis. Tingkat Estrogen yang tinggi juga akan memicu meningkatnya juga
kadar kolesterol didalam tubuh sehingga inilah yang memicu pembentukan batu
empedu.

Penggunaan pil kontrasepsi (KB)


dan terapi hormon (esterogen)
Meningkatkan kolesterol dalam kandung empedu dan
penurunan aktivitas pengosongan kandung empedu.

Hiperlipidemia
Hiperlipidemia adalah keadaan meningkatnya kadar lipid darah dalam lipoprotein
(kolesterol dan trigliserida). Hal ini berkaitan dengan intake lemak dan karbohidrat
dalam jumlah yang berlebihan dalam tubuh. Hiperlipidemia erat kaitannya dengan
peningkatan sekresi kolesterol hepar dan merupakan faktor resiko pembentukan
batu kolesterol

Diet tinggi lemak


Diet tinggi lemak dapat membuat kandung empedu tetap penuh sehingga
meningkatkan resiko kolelitiasis, karena lama waktu pengosongannya,
maka didalam kantung empedu bisa terjadi pengendapan getah empedu.
Jumlah kolesterol dalam empedu sebagian ditentukan oleh jumlah lemak
yang dimakan karena sel-sel hepatik mensintesis kolesterol sebagai salah
satu produk metabolisme lemak dalam tubuh. Untuk alasan inilah, orang
yang mendapat diet tinggi lemak dalam waktu beberapa tahun, akan
mudah mengalami perkembangan batu empedu.

Pengosongan lambung yang


memanjang
Akibat lama waktu pengosongan lambung dapat membuat
empedu penuh karena terus menampung getah empedu
dalam jangka waktu lama.

Nutrisi intravena jangka lama


Nutrisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung
empedu tidak terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak
ada makanan/ nutrisi yang melewati intestinal. Sehingga
resiko untuk terbentuknya batu menjadi meningkat dalam
kandung empedu.

Penyakit lain
Seperti Fibrosis sistik, Diabetes mellitus, sirosis hati,
pankreatitis, crohn disease dan kanker kandung empedu)
dan penyakit ileus (kekurangan garam empedu)

Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan kerusakan dinding kandung empedu, sehingga
menyebabkan terjadinya statis dan meningkatkan pembentukan batu empedu.
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan batu hal
ini terjadi karena mukus meningkatkan viskositas empedu dan unsur sel atau
bakteri dapat berperan sebagai pusat presipitasi/pengendapan. Infeksi dapat
disebabkan kuman yang berasal dari makanan. Infeksi bisa merambat ke saluran
empedu sampai ke kandung empedu dan bermuara di kadung empedu. Penyebab
paling utama adalah infeksi di usus, infeksi ini menjalar tanpa terasa menyebabkan
peradangan pada saluran dan kandung empedu sehingga cairan yang berada di
kandung empedu mengendap dan menimbulkan batu.

Anatomi Fisiologis
Hepar merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, rata-rata sekitar 1500 gr, atau
2,5% berat badan pada orang dewasa normal. Hati memiliki kapasitas cadangan
yang terbesar, dan hanya 10-20% jaringan yang berfungsi, hati mampu
mempertahankan kehidupan. Destruksi total atau pembuangan hati
mengakibatkan kematian dalam 10 jam.
Pembentukan dan ekresi empedu merupakan fungsi utama dari hati, saluran
empedu hanya mengangkut empedu sedangkan kandung empedu menyimpan dan
mengeluarkan empedu ke usus halus sesuai kebutuhan. Hati mensekresi sekitar 1
liter empedu kuning setiap hari. Unsur utama empedu adalah air (97%), elektrolit,
garam empedu, fosfolipid (terutama lesitin), kolesterol, dan pigmen empedu
(terutama bilirubin terkonyugasi). Garam empedu penting untuk pencernaan dan
absorpsi lemak dalam usus halus.

Anfis Kandung Empedu


Kandung empedu bentuknya seperti kantong, organ berongga yang panjangnya
sekitar 10 cm, terletak dalam suatu fosa yang menegaskan batas anatomi antara
lobus hati kanan dan kiri. Kandung empedu merupakan kantong berongga
berbentuk bulat lonjong seperti buah advokat tepat di bawah lobus kanan hati.
Kandung empedu terletak melekat pada permukaan bawah hepar dibidang
transpilorik pada sambungan lobus kanan dan kuadratus. Duodenum dan kolon
transversum terletak dibelakangnya. Kandung empedu berfungsi sebagai reservoir
empedu dimana terjadi konsentrasi. Biasanya didalam terisis empedu sekitar 50 mL
yang dikeluarkan melalui duktus sistikus kemudian melalui duktus biliaris komunis
ke duodenum sebagai respon dari kontraksi kandung empedu yang diinduksi oleh
hormone usus.

Struktur : kandung empedu terdiri dari fundus, korpus, dan kolum (yang memiliki pintu keduktus sistikus)
Pasokan darah : pasokan darah kandung empedu berasal dari dua sumber : a.sistikus yang biasanya, namun tiddak
selalu, merupakan suatu cabang dari a.hepatika dekstra, dan cabang-cabang kecil aa.hepatika yang melalui fosa dimana
terletak kandung empedu.
Sistikus merupakan sumber pasokan darah yang paling signifikan. Meskipun demikian, tidak ada v.sistikus, drainase vena
terjadi melalui vena-vena kecil yang melewati alas kandung empedu.
Fungsi Kandung empedu
Fungsi kandung empedu, yaitu:
1. Tempat menyimpan cairan empedu dan memekatkan cairan empedu yang ada di dalamnya dengan cara
mengabsorpsi air dan elektrolit. Cairan empedu ini adalah cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel hati.
2. Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak,
sehingga membantu penyerapannya dari usus. Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah diubah
menjadi bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu.2,7 Kandung empedu mampu
menyimpan 40-60 ml empedu. Diluar waktu makan, empedu disimpan sementara di dalam kandung empedu. Empedu
hati tidak dapat segera masuk ke duodenum, akan tetapi setelah melewati duktus hepatikus, empedu masuk ke duktus
sistikus dan ke kandung empedu. Dalam kandung empedu, pembuluh limfe dan pembuluh darah mengabsorpsi air dari
garam-garam anorganik, sehingga empedu dalam kandung empedu kira-kira lima kali lebih pekat dibandingkan empedu
hati.

Empedu disimpan dalam kandung empedu selama periode interdigestif dan


diantarkan ke duodenum setelah rangsangan makanan. Pengaliran cairan empedu
diatur oleh 3 faktor, yaitu sekresi empedu oleh hati, kontraksi kandung empedu, dan
tahanan sfingter koledokus. Dalam keadaan puasa, empedu yang diproduksi akan
dialih-alirkan ke dalam kandung empedu. Setelah makan, kandung empedu
berkontraksi, sfingter relaksasi, dan empedu mengalir ke duodenum. Memakan
makanan akan menimbulkan pelepasan hormon duodenum, yaitu kolesistokinin
(CCK), yang merupakan stimulus utama bagi pengosongan kandung empedu, lemak
merupakan stimulus yang lebih kuat. Reseptor CCK telah dikenal terletak dalam
otot polos dari dinding kandung empedu. Pengosongan maksimum terjadi dalam
waktu 90-120 menit setelah konsumsi makanan

Empedu memiliki fungsi, yaitu membantu pencernaan dan


penyerapan lemak, berperan dalam pembuangan limbah tertentu
dari tubuh, terutama hemoglobin yang berasal dari penghancuran
sel darah merah dan kelebihan kolesterol, garam empedu
meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut
dalam lemak untuk membantu proses penyerapan, garam empedu
merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk membantu
menggerakkan isinya, bilirubin (pigmen utama dari empedu)
dibuang ke dalam empedu sebagai limbah dari sel darah merah
yang dihancurkan, serta obat dan limbah lainnya dibuang dalam
empedu dan selanjutnya dibuang dari tubuh.

Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus,


disuling oleh hati dan dialirkan kembali ke dalam empedu.
Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik. Seluruh
garam empedu di dalam tubuh mengalami sirkulasi
sebanyak 10-12 kali/hari. Dalam setiap sirkulasi, sejumlah
kecil garam empedu masuk ke dalam usus besar (kolon). Di
dalam kolon, bakteri memecah garam empedu menjadi
berbagai unsur pokok. Beberapa dari unsur pokok ini
diserap kembali dan sisanya dibuang bersama tinja. Hanya
sekitar 5% dari asam empedu yang disekresikan dalam
feses.

Manifestasi Klinis
Sebagian bersifat asimtomatik.
Nyeri tekan kuadran kanan atas atau midepigastrik samar yang menjalar ke punggung atau region bahu kanan.
Nyeri saat bernafas
Mual dan muntah serta demam.
Ikterus Obstruksi pengaliran getah empedu kedalam duodenum akan menimbuljan gejala yang khas, yaitu getah
empedu yang tidak lagi dibawa kedalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat
kulit dan membrane mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering disertai dengan gejala gatal-gatal pada kulit.
Perubaha warna urine dan fese. Eksresi pigmen oleh ginjal akan membuat urine berwarna sangat gelap. Feses
yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu, dan biasanya pekat yang disebut Clay
colored
Regurgitasi gas : Flatus dan sendawa.
Defisiensi vitamin obstruksi aliran empedu juga akan menggangu absorsi vitamin A,D,E,K yang larut lemak,
karena itu defisiensi vitamin-vitamin jika obstruksi atau sumbatan bilier berlangsung lama. Penurunan jumlah
vitamin K dapat menggangu pembekuan darah yang normal.

PATOFISIOLOGI

Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien dengan kolelitiasis adalah
Kolesistisis
Peradangan kandung empedu dimana kandung empedu oleh batu empedu yang menyebabkan infeksi dan
peradangan pada kandung empedu
Kolangitis
Peradangan pada salurang empedu, hal ini terjadi karena infeksi yang menyebar melalui saluran-saluran dari usus
kecil dimana saluran-saluran tersebut terhalang oleh batu empedu.
Hidrops
Merupakan obstruksi kronik dari kandung empedu dapat menimbulkan hydrops kandung empedu. Hydrops
disebabkan oleh ostruksi duktus sistikus sehingga kandung empedu tidak dapat diisi lagi.
Empiema
Keadaan dimana kandung empedu berisi nanah/puss, komlikasi ini membahayakan jiwa dan memerlukan
kolesistektomi darurat segera.
Joundis atau Ikterik atau kuning
Keadaan dimana bilirubin terakumulasi didalam tubuh sehingga menyebabkan tubuh atau mata berwarna kuning.

Prognosis
Untuk penderita dengan ukuran batu yang kecil,
pemeriksaan serial USG diperlukan untuk mengetahui
perkembangan dari batu tersebut. Batu bisa menghilang
secara spontan. Untuk batu besar masih merupakan
masalah, karena merupakan risiko terbentuknya karsinoma
kandung empedu (ukuran lebih dari 2 cm). Karena risiko
tersebut, dianjurkan untuk mengambil batu tersebut. Pada
anak yang menderita penyakit hemolitik, pembentukan batu
pigmen akan semakin memburuk dengan bertambahnya
umur penderita, dianjurkan untuk melakukan
kolesistektomi.

Penata Laksanaan Medis


Terapi non-operatif
Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography (ERCP)
Bertujuan untuk melihat kandung empedu, tiga cabang saluran empedu melalui
ductus duodenum. ERCP digunakan untuk mengangkat batu saluran empedu
dapat dilakukan ERCP terapeutik dengan melakukan sfingterektomi endoskopik
dimana batu di dalam saluran empedu dikeluarkan dengan balon ekstraksi melalui
muara menuju lumen duodenum sehingga batu dapat keluar bersama dengan
feses sedangkan untuk batu saluran empedu besar, batu yang terjepit di saluran
empedu ataupun yang berada diatas saluran empedu yang sempit, diperlukan
tindakan endoskopi tambahan setelah sfingteroktomi seperti pemecahan batu
dengan litotripsi mekanik dan litotripsi laser.

Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)


Tindakan pemecahan batu empedu dengan menggunakan gelombang suara atau
batu dilarutkan dengan eter dan EDTA, batu harus kurang dari 4 dan masingmasing berdiameter 3 cm serta tanpa riwayat hati dan pancreas karena dapat
menyebabkan gejala konsisten dengan penyakit kandung empedu dan selanjutnya
sepsis (rentan pada klien dengan DM) hingga kematian.

Perkutaneus transhepatik
kolangiografi (PTC)
Pemberian cairan kontras untuk menentukan adanya batu dan cairan pankreas.

Tindakan pembedahan atau operatif


Kolesistektomi
Digunakan untuk penanganan pasien dengan kolelitiasis simtomatik, dimana
indikasi umum dilakukan tindakan ini adalah kolik biliaris rekuren serta diikuti
dengan kolesistitis akut.
Kolesistektomi laparoskopi
Tindakan pengangkatan batu empedu dengan menggunakan atau melalui selang
yang dimasukkan melalui sayatan kecil ddinding abdomen. Indikasi dilakukan
tindakan ini adalah bila simptomatik, adanya keluhan bilier yang mengganggu,
semakin sering ataupun berat, kandung empedu dengan batu besar berdiameter >
2cm yang lebih sering menimbulkan kolesistitis akut.

Koledokostomi
Dalam koledokostomi, insisi dilakukan pada duktus koledokus untuk mengeluarkan
batu. Setelah batu dikeluarkan, biasanya dipasang sebuah kateter ke dalam duktus
tersebut untuk drainase getah empedu sampai edema mereda. Keteter ini
dihubungkan dengan selang drainase gravitas. Kandung empedu biasanya juga
mengandung batu, dan umumnya koledokostomi dilakukan bersama-sama
kolesistektomi.

Pemeriaksaan diagnostic
Anamnesis
Duapertiga penderita kolelitiasis adalah asimtomatis. Keluhan yang mungkin timbul adalah dispepsia yang kadang disertai
intoleran terhadap makanan berlemak. Pada yang simtomatis, keluhan utama berupa nyeri di daerah epigastrium, kuadran
kanan atas atau perikomdrium. Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier
Radiologi
USG atau pemeriksaan Ultrasonografi
Digunakan untuk menegakkan diagnose batu kantong empedu.
menunjukkan adanya bendungan /hambatan , hal ini karena adanya batu empedu dan distensisaluran empedu ( frekuensi
sesuai dengan prosedur diagnostik)
CT-Scan
Dilakukan bila terdapat batu empedu di dalam saluran empedu dan menunjukkan gellbalder pada cysti, dilatasi pada
saluran empedu, obstruksi/obstruksi joundice.
Foto abdomen
Gambaran radiopaque (perkapuran ) galstones, pengapuran pada saluran ataupembesaran pada gallblader.
Sonogram
Digunakan untuk mendeteksi batu dan menentukan apakah dinding kandung telah menebal.

Terapi Farmakologis
1. Pemberian obat analgesic (Meperidin)
2. Asam chenodeoxycholic acis (senodiol atau CDCA) efektif
dalam menghancurkan batu kolestrol utama.
3. Ursodeoxycholic acis atau ursodiol (UDCA) untuk
mengurangi jumlah kolestrol dalam empedu.

Non farmakologi : memberikan garam empedu contoh


Biliron seperti Zanchol, asam dehidrokolik (Decholin)
sesuai indikasi. Meningkatkan pencernaan dan absorbs
lemak, vitamin larut dalam lemak, kolesterol. Berguna pada
kolesisitas kronis.

Pemeriksaan Penunjang
Tes laboratorium : Untuk memeriksa kenaikan bilirubin, karena biasanya terjadi
peningkatan ringan bilirubin serum akibat penekanan ductus koledokus oleh batu
dan penjalaran radang ke dinding yang tertekan dan secara umum tidak
menunjukkan kelainan laboratorik.
1. Leukosit : 12.000 - 15.000 /iu (N : 5000 - 10.000 iu).
2. Bilirubin : meningkat ringan, (N : < 0,4 mg/dl).
3. Amilase serum meningkat.( N: 17 - 115 unit/100ml).
4. Protrombin menurun, bila aliran dari empedu intestin menurun karena
obstruksi sehinggamenyebabkan penurunan absorbsi vitamin K.(cara Kapilar : 2 6 mnt).

Asuhan keperawatan

Referensi
Referensi
Price, S, Lorraine, M., 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Volume 1. Edisi 6. Penerbit buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Brunner &Suddart.2001.KeperawatanMedikal Bedah Vol 2.Edisi 8. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Robbins, dkk., 2007. Buku Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta
Doenges, E., & M. (2002). Rencana asuhan Keperawatan (3rd ed., Vol. 1). Jakarta: EGC.
Lesmana, L. (2002). Buku Ajar Penyakit Dalam (Vol. 1). Jakarta: EGC.
Doherty GM. Biliary Tract. In : Current Diagnosis & Treatment Surgery 13th edition. 2010. US : McGraw-Hill
Companies,p544-55.
Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Biliary Tract. In : Sabiston Textbook of Surgery 17 th edition.
2004. Pennsylvania : Elsevier.
Hunter JG. Gallstones Diseases. In : Schwarts Principles of Surgery 8th edition. 2007. US : McGraw-Hill Companies.
Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2005. 570-579.

Any Question ??
Thank YOU ..

Anda mungkin juga menyukai