Anda di halaman 1dari 6

F6.

UPAYA PENGOBATAN DASAR


ASMA BRONKIALE
A. LATAR BELAKANG
Vertigo

merupakan keluhan

yang

umum

dijumpai

pada

praktek

klinik dimana pasienmenggambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil
(giddiness,

unsteadiness)

atau

rasa

pusing

(dizziness). Berbeda

dengan

vertigo, dizziness atau pusing merupakan suatu keluhan yang umum terjadi akibat
perasaan

disorientasi,

biasanya

lingkungan. Dizziness sendiri

dipengaruhi

mempunyai

oleh

empat

persepsi

posisi

terhadap

subtipe,

yaitu

vertigo,

disekuilibrium tanpa vertigo, presinkop, dan pusing psikofi siologis. Secara


keseluruhan, insiden pusing, vertigo dan ketidakstabilan (imbalance) mencapai 510% dan meningkat menjadi 40% pada usia lebih 40 tahun. Dari keempat subtipe
dizziness, vertigo terjadi pada sekitar 32% kasus, dan sampai dengan 56,4% pada
populasi orang tua. Sementara itu, angka kejadian vertigo pada anak-anak
tidak diketahui, tetapi dari studi yang lebih baru pada populasi anak sekolah di
Skotlandia, dilaporkan sekitar 15% anak paling tidak pernah merasakan sekali
serangan pusing dalam periode satu tahun. Sebagian besar (hampir 50%) diketahui
sebagai paroxysmal vertigo yang disertai dengan gejala-gejala migren (pucat, mual,
fonofobia, dan fotofobia).
Secara etiologis, vertigo disebabkan oleh adanya abnormalitas organ-organ
vestibuler, visual, ataupun sistem propioseptif. Secara umum vertigo dibagi menjadi
dua kategori berdasarkan yaitu vertigo vestibular dan non vestibular. Vertigo non
vestibular mencakup vertigo karena gangguan pada visual dan sistem proprioseptif.
Sementara vertigo vestibular dibagi menjadi dua yaitu vertigo sentral dan perifer.
Lesi vertigo sentral dapat terjadi pada daerah pons, medulla, maupun
serebelum. Kasusvertigo jenis ini hanya sekitar 20% - 25% dari seluruh kasus vertigo,
tetapi gejala gangguankeseimbangan (disekulibrium) dapat terjadi pada 50% kasus
vertigo. sementara vertigo perifer kelainan atau gangguan ini dapat terjadi pada endorgan (utrikulus maupun kanalissemisirkularis) maupun saraf perifer.2 Beberapa

contoh kasus vertigo perifer seperti: Benign Paroxysmal Position Vertigo (BPPV),
Menierre Disease, dan infeksi seperti labirinitis dan neuronitis.
B. PERMASALAHAN
Benign

Paroxysmal

Potitional

Vertigo

(BPPV)

adalah

gangguan

keseimbangan perifer yang sering dijumpai, kira-kira 107 kasus per 100.000
penduduk, dan lebih banyak pada perempuan serta usia tua (51-57 tahun). Jarang
ditemukan pada orang berusia dibawah 3-5 tahun yang tidak memiliki riwayat cedera
kepala.
Sesuai

kejadiannya, vertigo ada

yaitu vertigo spontan, vertigo posisi

dan vertigo kalori.

beberapa

macam

Dikatakan vertigo spontan

bila vertigo timbul tanpa pemberian rangsangan. Rangsangan timbul dari penyakitnya
sendiri, misalnya pada penyakit meniere oleh sebab tekanan endolimfa yang
meninggi. Dalam vertigo posisi, vertigo timbul karena perangsangan pada kupula
kanalis semi-sirkularis oleh debris atau pada kelainan servikal. Yang dimaksud debris
adalah kotoran yang menempel pada kupula kanalis semi-sirkularis.
a. Identitas Pasien
Nama

: Ny W

Usia

: 56 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan


b. Riwayat Penyakit Sekarang
3 hari sebelum masuk ke puskesmas pasien sering mengeluh pusing, pusing
dirasakan seperti berputar. Namun pasien masih dapat menahan rasa
sakitnya. Pusing dirasakan ketika beraktifitas dan terasa lebih baik jika
pasien beristirahat tiduran. Pasien merasa pusing berputar seperti mau
jatuh, keluhan timbul secara mendadak, hilang timbul dan keluhan
bertambah jika pasien berubah posisi dari duduk berdiri atau sebaliknya

atau jika pasien menggerakan kepala secara cepat. Karena keluhannya


tersebut pasien memeriksakan diri ke dokter namun belum ada perbaikan.
Saat diperiksa, pasien mengeluh pusing dirasakan berputar, merasakan
lemas, berkeringat dingin, pasien menyangkal adanya pandangan kabur,
penglihatan ganda, kelemahan anggota gerak, telinga berdenging,
penurunan pendengaran, demam, kejang, ataupun sakit kepala. Pasien juga
menyangkal adanya rasa baal, kesemutan, tidak ada penurunan berat badan,
batuk, pilek, sakit tenggorokan, sesak nafas. Buang air kecil dan buang air
besar tidak terdapat keluhan.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat asma (-), riwayat alergi (-)
d. Riwayat Penyakit Keluarga
-.
1. Pemeriksaan Fisik
Tanggal: 21 Desember 2015
Keadaan Umum :compos mentis, kesan gizi cukup
a. Vital Sign
Nadi
Respirasi
Suhu

:
: 80 kali/menit
: 20 kali/menit
: 36,7C

b. Kepala

: mesocephal

c. Mata

: konjungtiva anemis (-)

d. Leher

: limfonodi tidak teraba, pembesaran nervus (-)

e. Kulit

: turgor kulit baik

f. Pulmo

Inspeksi

: simetris, jejas trauma (-), retraksi dinding dada (-)

Palpasi
: ketinggalan gerak (-), tactil fremitus tidak diperiksa
Perkusi
: sonor +/+
Auskultasi : vesikuler +/+, ronki basah kasar -/-, wheezing -/-

g. Cor

: batas jantung normal, S1-S2 reguler, bising (-)

h. Abdomen

: Dinding perut sejajar dengan dinding thorak, distended (-),


sikatrik (-), stria (-), caput medusae (-), peristaltik normal,
nyeri tekan (-)

i.Ekstremitas

: akral hangat

2. Diagnosis
Vertigo
3. Terapi Medikamentosa

R/ Betahistin mesilat no. x


3 dd C 1
R/ b com no. X
2 dd C 1

C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


1. DIAGNOSIS: Vertigo
2. PENATALAKSANAAN:
Tatalaksana pengendalian Vertigo dilakukan dengan pendekatan:
a. Promosi kesehatan diharapkan dapat memelihara, meningkatkan dan
melindungi

kesehatan

diri

serta

kondisi

lingkungan

sosial,

diintervensi dengan kebijakan publik, serta dengan meningkatkan


pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai prilaku hidup sehat
dalam pengendalian Vertigo
b. Preventif dengan cara menhindari faktur pencetus yang dapat
menibulkan kekambuhan, peningkatan gizi seimbang dan aktifitas
fisik untuk mencegah timbulnya faktor risiko menjadi lebih buruk
dan menghindari terjadi rekurensi faktor risiko.
c. Kuratif dilakukan melalui pengobatan farmakologis dan tindakan
yang diperlukan, pengelola program dan pelaksana pelayanan yang
dibutuhkan dalam pengendalian Vertigo.
d. Rehabilitatif dilakukan agar penderita tidak jatuh pada keadaan yang
lebih buruk dengan melakukan kontrol teratur

D. PROSES INTERVENSI
Pada hari Rabu, 21 Desesmber 2015 pukul 10.00 bertempat di Puskesmas
Bareng. Proses intervensi berupa melakukan pemeriksaan fisik pada pasien dengan
cermat. Memberikan edukasi kepada orang tua dan pasien bahwa penyakit ini bias
diakibatkan factor keturunan, salah satu hal untuk menghindari kekambuhan pada
pasien adalah dengan menghndari factor pencetus. Intervensi selajutkan

adalah

dengan memberitakan terapi medikamentosa kepada pasien.


E. MONITORING DAN EVALUASI
Pada kasus ini, penyakit Vertigo merupakan penyakit yang bersifat rekuren
atau dapat kambuh sewaktu-waktu, sehingga dokter menjelaskan kepada keluarga
bahwa penyakit pasien ini dapat sembuh dengan meminum obat secara teratur, tetapi
dapat menimbulkan komplikasi apabila tidak mendapatkan perawatan dan
pengobatan yang baik. Sehingga, di sini dokter tetap memberikan obat-obatan untuk
meringankan keluhan-keluhan yang ada.

DOKUMENTASI:

Komentar/Umpan Balik dari Pendamping :


Bontang, 01 Februar
Komentar/Umpan Balik:

Dokter Internsip,
Jombang,
Januari 2016
Dokter Pendamping,
dr. Gesti Ratna Indradiwati
dr. Andri Suharyono, M. KP
NIP. 1966.1205.2001.12.1.001

Anda mungkin juga menyukai