Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
Penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol sejauh ini adalah termasuk
gangguan berhubungan dengan zat yang paling sering dijumpai. Biaya langsung
dan tidak langsung bagi masyarakat Amerika Serikat untuk gangguan yang
berhubungan dengan alkohol (alkohol-related disorder) diperkirakan lebih dari
150 milyar dolar, kira-kira 600 dolar perkapita.1
Penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol sering disebut sebagai
alkoholisme, tetapi karena alkoholisme tidak mempunyai definisi yang persis,
maka istilah ini tidak digunakan dalam Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders edisi keempat (DSN-IV) atau pada sistem diagnostik lain yang
dikenal secara resmi.1
Setelah penyakit jantung dan kanker, gangguan berhubungan dengan
alkohol merupakan masalah kesehatan nomor 3 terbesar di Amerika Serikat
sekarang ini. Kira-kira 35-45% dari semua orang dewasa di Amerika Serikat
sekurang-kurangnya pernah mengalami episode masalah yang berhubungan
dengan alkohol yang bersifat sementara, biasanya berupa suatu episode amnestik
akibat alkohol ( misalnya tidak sadar), mengendarai kendaraan bermotor saat
terintoksikasi, atau bolos kerja atau kurang belajar karena minum yang
berlebihan.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

GANGGUAN MENTAL DAN PRILAKU AKIBAT ALKOHOL


II.1. DEFINISI
Alkohol adalah salah satu dari sekelompok senyawa organik yang
dibentuk dari hidrokarbon-hidrokarbon oleh pertukaran satu atau lebih gugus
hidroksil dengan atom-atom hidrogen dalam jumlah yang sama; istilah ini meluas
untuk berbagai hasil pertukaran yang bereaksi netral dan mengandung satu atau
lebih gugus alkohol.
II.2 EPIDEMIOLOGI
Kira-kira

85%

dari

semua

penduduk

Amerika

Serikat

pernah

menggunakan minuman yang mengandung alkohol sekurang-kurangnya satu kali


dalam hidupnya. Dan kira-kira 51% dari semua orang dewasa di Amerika Serikat
merupakan pengguna alkohol saat ini.1
II.3 ETIOLOGI
II.3.1 Riwayat Masa Kanak-kanak
Beberapa faktor telah teridentifikasi dalam riwayat masa kanak-kanak dari
seseorang yang memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol. Anak-anak
beresiko yang memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol yaitu jika satu
atau lebih orang tuanya adalah pengguna alkohol.1
Pada riwayat masa kanak-kanak terdapat

gangguan

defisit-

atensi/hiperaktivitas atau gangguan konduksi atau keduanya yang meningkatkan


resiko anak untuk memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol pada masa
dewasanya. Gangguan kepribadian khususnya gangguan kepribadian antisosial
juga merupakan predisposisi seseorang kepada suatu gangguan berhubungan
dengan alkohol.1
II.3.2 Faktor Psikoanalisis
2

Teori psikoanalisis tentang gangguan berhubungan dengan alkohol telah


dipusatkan pada hipotesis superego yang sangat bersifat menghukum dan fiksasi
pada stadium oral dari perkembangan psikoseksual.1
Menurut teori psikoanalisis, orang dengan superego yang keras yang
bersifat menghukum diri sendiri berpaling ke alkohol sebagai cara menghilangkan
stres bawah sadar mereka.Kecemasan pada orang yang terfiksasi pada stadium
oral mungkin diturunkan dengan menggunakan zat seperti alkohol melalui
mulutnya. Beberapa dokter psikiatrik psikodinamika menggambarkan kepribadian
umum dari seseorang dengan gangguan berhubungan dengan alkohol adalah
pemalu, terisolasi, tidak sabar, iritabel, penuh kecemasan, hipersensitif, dan
terrepresi secara seksual.1
Aforisme psikoanalisis yang umum adalah bahwa superego dapat larut
dalam alkohol. Pada tingkat yang kurang teoritis, alkohol dapat disalahgunakan
oleh beberapa orang sebagai cara untuk menurunkan ketegangan, kecemasan, dan
berbagai jenis penyakit psikis. Konsumsi alkohol pada beberapa orang juga
menyebabkan rasa kekuatan dan meningkatnya harga diri.1
II.3.3Faktor Sosial dan Kultural
Beberapa lingkungan sosial menyebabkan minum yang berlebihan.Asrama
perguruan tinggi dan basis militer adalah dua contoh lingkungan dimana minum
berlebihan dipandang normal dan prilaku yang diharapkan secara sosial. Sekarang
ini, perguruan tinggi dan universitas mencoba mendidik mahasiswanya tentang
resiko kesehatan dari minum alkohol yang berlebihan.1
II.3.4 Faktor Prilaku dan Pelajaran
Sama seperti faktor kultural, faktor prilaku dan pelajaran juga dapat
mempengaruhi kebiasaan minum, demikian juga kebiasaan didalam keluarga,
khususnya kebiasaan minum pada orang tua dapat mempengaruhi kebiasaan
minum. Tetapi beberapa bukti menunjukkan bahwa, walaupun kebiasaan minum
pada keluarga memang mempengaruhi kebiasaan minum pada anak-anaknya,
kebiasaan minum pada keluarga kurang langsung berhubungan dengan
perkembangan gangguan berhubungan dengan alkohol seperti yang dianggap
sebelumnya, walaupun hal tersebut memang memiliki peranan penting.1
3

Dari sudut pandang prilaku, ditekankan pada aspek pendorong positif dari
alkohol, alkohol yang dapat menimbulkan perasaan sehat dan euforia pada
seseorang. Selain itu, konsumsi alkohol dapat menurunkan rasa takut dan
kecemasan yang dapat mendorong seseorang untuk minum lebih lanjut.1
II.3.5Faktor Genetika dan Biologi Lainnya
Data yang kuat menyatakan adanya suatu komponen genetika pada
sekurangnya suatu bentuk gangguan berhubungan dengan alkohol.Laki-laki lebih
banyak menggunakan alkohol daripada wanita. Banyak penelitian telah
menunjukkan bahwa orang dengan sanak saudara tingkat pertama yang
terpengaruh oleh gangguan berhubungan dengan alkohol adalah 3-4 kali lebih
mungkin memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol daripada orang yang
tidak memiliki sanak saudara tingkat pertama yang terpengaruh dengan alkohol.1
Pada suatu penelitian ditemukan bahwa gangguan terkait alkohol lebih
tinggi resikonya pada kembar monizygot daripada dizygot.3
II.4 EFEK FISIOLOGI DARI ALKOHOL
Istilah "alkohol" ditunjukkan pada sebagian besar molekul organik yang
memiliki gugus hidroksil (-OH) yang melekat pada atom karbon jenuh.Etil
alkohol juga disebut sebagai etanol merupakan bentuk alkohol yang umum, sering
kali disebut alkohol minuman, etil alkohol digunakan dalam minuman. Rumus
kimia untuk etanol adalah CH3-CH2-OH.1
Karakteristik rasa dan bau berbagai muniman yang mengandung alkohol
tergantung kepada metode pembuatannya, yang menghasilkan berbagai senyawa
dalam hasil akhirnya.Senyawa tersebut termasuk metanol, butanol, aldehida,
fenol, tannins, dan sejumlah kecil berbagai logam. Walaupun senyawa ini dapat
menyebabkan suatu efek psikoaktif yang berbeda pada berbagai minuman yang
mengandung alkohol, perbedaan tersebut dalam efeknya adalah minimal
dibandingkan dengan efek etanol itu sendiri.1
Absorpsi

Kira-kira 10% alkohol yang dikonsumsi diabsorpsi di lambung, dan


sisanya di usus kecil. Konsentrasi puncak alkohol didalam darah dicapai dalam
waktu 30-90 menit, biasanya dalam 45-60 menit, tergantung apakah alkohol
diminum saat lambung kosong, yang meningkatkan absorbsi atau diminum
bersama makanan yang memperlambat absorbsi.1
Waktu untuk mencapai konsentrasi puncak dalam darah juga merupakan
suatu faktor selama mana alkohol dikonsumsi, waktu yang singkat menurunkan
waktu untuk mencapai konsentrasi puncak. Absorbsi paling cepat 15-30%
(kemurnian -30 sampai -60).1
Tubuh memiliki alat pelindung terhadap masuknya alkohol. Sebagai
contoh, jika konsentrasi alkohol menjadi terlalu tinggi didalam lambung, mukus
akan disekresikan dan katup pilorik ditutup, hal tersebut akan memperlambat
absorbsi dan menghalangi alkohol masuk ke usus kecil. Jadi, sejumlah besar
alkohol dapat tetap tidak terabsorbsi didalam lambung selama berjam-jam. Selain
itu, pilorospasme sering kali menyebabkan mual dan muntah.1
Jika alkohol telah diabsorbsi ke dalam aliran darah, alkohol didistribusikan
ke seluruh jaringan tubuh.Jaringan yang mengandung proporsi air yang tinggi
memiliki konsentrasi alkohol yang tinggi. Efek intoksikasi menjadi lebih besar
jika konsentrasi alkohol didalam darah tinggi.1
Metabolisme
Kira-kira 90% alkohol yang diabsorbsi dimetabolisme di hati, sisanya
dieksresikan tanpa diubah oleh ginjal dan paru-paru.Kecepatan oksidasi di hati
konstan dan tidak tergantung pada kebutuhan energi tubuh. Tubuh mampu
memetabolisme kira-kira 15 mg/dl setiap jam dengan rentan berkisar antara 10-34
mg/dl per jamnya.1
Alkohol dimetabolisme dengan bantuan 2 enzim yaitu alkohol
dehidrogenase (ADH) dan aldehida dehidrogenase.ADH mengkatalisasi konversi
alkohol menjadi asetilaldehida yang merupakan senyawa toksik.Aldehida
dehidrogenase mengkatalisasi konversi asetaldehida menjadi asam asetat.

Aldehida dehidrogenase diinhibisi oleh disulfiram ( An-tabuse), yang sering


digunakan dalam pengobatan gangguan terkait alkohol.1
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada wanita memiliki ADH yang
lebih rendah dari pada laki-laki, yang mungkin menyebabkan wanita cenderung
menjadi lebih terintoksikasi dibanding laki-laki setelah minum alkohol dalam
jumlah yang sama. Penurunan fungsi enzim yang memetabolisme alkohol akan
menyebabkan mudahnya seseorang terjadi intoksikasi alkohol dan gejala toksik.1
Efek pada otak
Biokimiawi
Teori yang telah lama menunjukkan bahwa efek biokimiawi alkohol terjadi
pada membran neuron. Sejumlah hipotesis mendukung bahwa alkohol akan
menimbulkan efek karena ikatannya dengan membran yang menyebabkan
meningkatnya fluiditas membran pada penggunaan jangka pendek. Tetapi, pada
penggunaan jangka panjang teori menyatakan bahwa membran akan menjadi
kaku. Fluiditas membran penting untuk dapat berfungsi sebagai reseptor, saluran
ion, dan protein fungsional pada membran lainnya secara normal. Secara spesifik,
suatu penelitian menunjukkan bahwa efektivitas saluran alkohol yang
berhubungan

dengan

reseptor

asetilkolin

nikotinik,

serotonin

(5-

hydroxytryptamine) tipe 3 (5-HT3) dan GABA tipe A (GABA A) diperkuat oleh


alkohol, sedangkan aktivitas saluran ion yang berhubungan dengan reseptor
glutamat dan saluran kalsium gerbang voltasi (voltage-gated calcium channel)
yang akan di inhibisi.1
Efek Prilaku
Hasil akhir aktivitas molekular adalah bahwa alkohol memiliki fungsi
depresan yang sangat mirip dengan barbiturat dan benzodiazepin. Pada
konsentrasi 0,05% alkohol didalam darah, maka pikiran, pertimbangan, dan
pengendalian akan mengalami kemunduran dan sering kali terputus. Pada
konsentrasi 0,1 aksi motorik akan canggung. Pada konsentrasi 0,2% fungsi
seluruh daerah motorik menjadi terdepresi, bagian otak yang mengontrol prilaku

emosional juga terpengaruhi. Pada konsentrasi 0,3% seseorang biasanya


mengalami konfusi dan dapat menjadi stupor. Pada konsentrasi 0,4-0,5% dapat
terjadi koma. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, pusat primitif diotak yang
mengontrol pernapasan dan kecepatan denyut jantung akan terpengaruhi dan dapat
terjadi kematian.1
Efek fisiologis lain
a. Hati
Efek dari penggunaan alkohol yang utama adalah terjadinya kerusakan
hati. Penggunaan alkohol walaupun dalam jangka waktu yang pendek dapat
menyebabkan akumulasi lemak dan protein yang dapat menimbulkan perlemakan
hati (fatty liver) yang pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya pembesaran hati.1
b. Sistem gastrointestinal
Meminum alkohol dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan
terjadinya esofagitis, gastritis, aklorhidria, dan ulkus lambung.Perkembangan
menjadi varises esofagus dapat menyertai pada seseorang dengan penyalahgunaan
alkohol yang berat, pecahnya varises esofagus merupakan suatu kegawatdaruratan
medis yang sering menyebabkan perdarahan bahkan kematian.Kadang-kadang
juga dapat terjadi gangguan pada usus, pankreatitis, insufisiensi pankreas, dan
kanker pankreas. Asupan alkohol yang banyak dapat mengganggu proses
pencernaan dan absorbsi makanan yang normal. Sebagai akibatnya makanan yang
dikonsumsi dalam penyerapannya menjadi tidak adekuat.1
c. Sistem tubuh lain
Asupan alkohol yang signifikan dihubungkan dengan meningkatnya
tekanan darah, disregulasi lipoprotein dan trigliserida serta meningkatkan
terjadinya infark miokardium dan penyakit serebrovaskular.Bukti-bukti telah
menunjukkan bahwa alkohol dapat merugikan sistem hemopoetik dan dapat
meningkatkan insidensi kanker, khususnya kanker otak, leher, esofagus, lambung,
hati, kolon, dan paru-paru. Intoksikasi akut juga dapat menyebabkan

hipoglikemia, yang jika tidak cepat terdeteksi akan menyebabkan kematian


mendadak pada orang yang terintoksikasi.1
d. Tes laboratorium
Kadar gamma-glutamiyltranspeptidase meningkat pada kira-kira 80% dari
semua pasien dengan gangguan berhubungan dengan alkohol, dan volume
korpuskular rata-rata (MCV; mean corpuscular volume) meningkat kira-kira 60%.
Hasil tes laboratorium lain yang mungkin berhubungan dengan gangguan
berhubungan dengan alkohol adalah asam urat, trigliserida, glutamat oksaloasetat
transaminase serum (SGOT) atau aspartat aminotransferase (AST), dan
glutamatpiruvat transaminase (SGPT) atau alanin aminotransferase (ALT).1
II.5 Manifestasi Ketergantungan Dan Masalah Alkoholisme
a. Manifestasi sosial
Mungkin merupakan manifestasi yang paling sering, meliputi;
- Permintaan surat keterangan medis
- Masalah perkawinan, perceraian, dan kekerasan domestik
- Masalah keuangan, terkucilkan, kecelakaan kerja
- Penyerangan publik atau mabuk dimuka publik
- Penuntutan untuk prilaku kekerasan atau pelanggaran mengemudi,
pelecehan dan penganiayaan seksual atau pengangguran.
b. Manifestasi klinis
Sekitar 80% pasien yang dirujuk akibat ketergantungan alkohol memiliki
masalah medis yang serius.Gejala putus obat umumnya timbul saat pasien
sadar. Gambaran komplikasi spesifik sangat bervariasi;
- Gastrointestinal :hepatitis, sirosis, gastritis, perdarahan gastrointestinal,
-

pankreatitis
Kardiovaskuler :hipertensi ( menyebabkan meningkatkan kejadian

penyakit kanker mulut, esophagus, hati bahkan payudara)


Obstetri :sindrom alkohol fetus
Neurologis : sinkope, kejang, neuropati, status konfusional akut,

perdarahan subdural, ensefalopati


- Muskuloskeletal : gout
c. Manifestasi psikiatrik
- Depresi : semua bentuk depresi dapat dicetuskan oleh alkohol. Depresi
sendiri dapat menyebabkan alkoholisme dengan memacu orang untuk
minum sebagai usaha untuk mengurangi gejala-gejala depresi.

Ansietas : gejala sering muncul pada saat putus obat parsial. Seperti
halnya depresi, ansietas atau gangguan panik merupakan predisposisi

konsumsi alkohol secara berlebihan sebagai usaha mengurangi gejala


Perubahan kepribadian : penurunan standar kepekaan sosial dan

perawatan diri sendiri


Disfungsi seksual : impotensi, ejakulasi lama
Halusinasi : baik auditorik maupun visual biasanya selama putus obat

tetapi dapat pula terjadi tanpa gambaran delirium lainnya


Halusinasi alkoholik : halusinasi auditorik yang mengganggu tapi
jarang dan terjadi saat sadar.

Menurut Jellinek membagi progresifitas alkoholisme dalam 3 fase;


1. Fase pertama atau fase dini ditandai dengan bertambahnya toleransi
terhadap alkohol, amnesia, secara diam-diam menggak sekaligus
meminum alkohol, merasa bersalah karena meminum minuman beralkohol
dan terhadap prilaku yang diakibatkannya.
2. Fase kedua atau fase krusial ditandai dengan hilangnya kendali terhadap
kebiasaan minum-minuman keras, perubahan kepribadian, kehilangan
teman dan pekerjaan, dan preokupasi untuk menjamin tersedianya
minuman beralkohol.
3. Fase ketiga atau fase kronis ditandai dengan minum minuman beralkohol
pada pagi hari, pelanggaran terhadap standar etika, tremor atau gemetar
dan halusinasi.5
Progresifitas penyakit ini bergantung kepada banyak faktor diantaranya
usia, zat psikoaktif pilihannya, gender, dan predisposisi faali (Royce, 1989).
Progresifitas adiksi lebih cepat pada remaja daripada orang dewasa.Progresifitas
pada perempuan lebih cepat daripada pada laki-laki. Kemungkinan anak seorang
alkoholik untuk menjadi alkoholik adalah sekitar 3-5 kali dari pada anak seorang
nonalkoholik (Sher, 1991)5
II.6 GANGGUAN-GANGGUAN
DSM-IV menuliskan gangguan berhubungan dengan alkohol dan
menyebutkan kriteria diagnostik untuk intoksikasi alkohol dan putus alkohol.1

Gangguan berhubungan alkohol


Gangguan penggunaan alkohol
Ketergantungan alkohol
Penyalahgunaan alkohol
Gangguan akibat alkohol
Intoksikasi alkohol
Putus alkohol
Sebutkan jika :
dengan gangguan persepsi
Delirium intoksikasi alkohol
Delirium putus alkohol
Demensia menetap akibat alkohol
Gangguan psikotik akibat alkohol, dengan waham
Sebutkan jika:
Dengan onset selama intoksikasi
Dengan onset selama putus
Gangguan psikotik akibat alkohol, dengan halusinasi
Sebutkan jika:
Dengan onset selama intoksikasi
Dengan onset selama putus

Gangguan mood akibat alkohol


Sebutkan jika:
Dengan onset selama intoksikasi
Dengan onset selama putus
Gangguan kecemasan akibat alkohol

10

Sebutkan jika:
Dengan onset selama intoksikasi
Dengan onset selama putus
Disfungsi seksual akibat alkohol
Sebutkan jika:
Dengan onset selama intoksikasi
Gangguan tidur akibat alkohol
Sebutkan jika:
Dengan onset selama intoksikasi
Gangguan berhubungan alkohol yang tidak ditentukan
Tabel didasarkan dari DSM-IV, Dignostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, ed 4. Hak cipta American Psyciatric Association, Washington 1994.3
II.6.1 Ketergantungan Alkohol dan Penyalahgunaan Alkohol
Diagnosis dan gambaran klinis:
Pola penggunaan alkohol sering kali disertai dengan prilaku berikut ini:
a. Ketidakmampuan memutuskan atau berhenti minum
b. Usaha berulang untuk mengontrol atau menurunkan minum yang
berlebihan dengan tidak minum minuman keras (periode abstinensia
temporer) atau membatasi minum pada waktu tertentu
c. Pesta minuman keras (tetap terintoksikasi sepanjang hari untuk
sekurangnya dua hari)
d. Mengkonsumsi kadang-kadang

takaran

minuman

keras

(atau

ekuivalennya pada bir atau anggur)


e. Periode amnestik untuk peristiwa yang terjadi selama terintoksikasi
(blackout)
f. Terus minum walaupun adanya suatu gangguan fisik serius yang telah
diketahuinya dieksaserbasi oleh penggunaan alkohol
g. Minum alkohol yang bukan minuman, seperti bahan bakar atau produk
komersial yang mengandung alkohol

11

Disamping itu orang dengan ketergantungan alkohol dan penyalahgunaan


alkohol menunjukkan gangguan fungsi sosial dan pekerjaan karena penggunaan
alkohol, seperti kekerasan saat terintoksikasi, tidak hadir kerja, kehilangan
pekerjaan, masalah hukum (contoh: ditahan karena prilaku terintoksikasi atau
kecelakaan lalu lintas saat terintoksikasi), dan perdebatan atau kesulitan dengan
keluarga atau teman karena penggunaan alkohol yang berlebihan.1
II.6.2 Intoksikasi Alkohol
Diagnosis dan gambaran klinis:
DSM-IV mempunyai kriteria resmi tentang diagnosis intoksikasi alkohol.
Kriteria menekakan sejumlah cukup konsumsi alkohol, perubahan prilaku
maladaptif spesifik, tanda gangguan neurologis, dan tidak adanya diagnosis atau
kondisi lain yang membaur.1
Intoksikasi alkohol bukan merupakan kondisi yang ringan.Intoksikasi
alkohol yang parah dapat menyebabkan koma, depresi pernapasan dan kematian,
baik karena henti pernapasan atau karena aspirasi muntah.pengobatan untuk
intoksikasi berat berupa bantuan pernapasan mekanik diunit perawatan intensif,
dengan perhatian pada keseimbangan asam basa pasien, elektrolit, dan temperatur.
Beberapa penelitian aliran darah serebral selama intoksikasi alkohol mengalami
peningkatan tetapi akan menurun pada minum alkohol selanjutnya.1
Beratnya gejala intoksikasi alkohol berhubungan secara kasar dengan
konsentrasi alkohol dalam darah, yang mencerminkan intoksikasi alkohol didalam
otak.Pada onset intoksikasi, beberapa orang menjadi suka bicara dan suka
berkelompok, beberapa menjadi menarik diri dan cemberut, yang lainnya menjadi
suka berkelahi.Beberapa pasien menunjukkan labilitas mood, dengan episode
tertawa dan menangis yang saling bergantian (intermiten). Toleransi jangka
pendek terhadap alkohol dapat terjadi, orang tersebut tampak kurang
terintoksikasi setelah berjam-jam minum daripada setelah hanya beberapa jam.1
Komplikasi medis intoksikasi alkohol sering disebabkan karena terjatuh
yang dapat menimbulkan hematoma subdural dan fraktur. Tanda yang

12

menggambarkan intoksikasi akibat sering bertanding minum adalah hematoma


wajah, khususnya disekitar mata, yang disebabkan terjatuh atau berkelahi saat
mabuk.1
Kriteria Diagnostik untuk Intoksikasi Alkohol
A. Baru saja menggunakan alkohol
B. Prilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis
(misalnya, prilaku seksual atau agresif yang tidak tepat, labilitas mood,
gangguan pertimbangan, gangguan fungsi sosial atau pekerjaan) yang
berkembang selama atau segera setelah ingesti alkohol
C. Satu (atau lebih) tanda berikut ini, yang berkembang selama atau segera
setelah pemakaian alkohol
1) Bicara cadel
2) Inkoordinasi
3) Gaya berjalan tidak mantap
4) Nistagmus
5) Gangguan atensi atau daya ingat
6) Stupor atau koma
D. Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain
Tabel didasarkan dari DSM-IV, Dignostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, ed 4. Hak cipta American Psyciatric Association, Washington 1994.3

II.6.3 Putus Alkohol


Diagnosis dan gambaran klinis:
Diagnosis putus alkohol disebut putus alkohol tanpa komplikasi di dalam
DSM-III-R untuk membedakannya dengan delirium putus alkohol. Kata tanpa
komplikasi (uncomplicated) dikeluarkan dari DSM-IV karena putus alkohol,
walaupun tanpa delirium, dapat bersifat serius dan dapat termasuk kejang dan
hiperaktifitas

otonomik.

Keadaan

yang

dapat

mempredisposisikan

atau

memperberat gejala putus alkohol adalah kelelahan, malnutrisi, penyakit fisik, dan
depresi.1

13

Kriteria DSM-IV untuk putus alkohol memerlukan dihentikannya atau


penurunan penggunaan alkohol yang sebelumnya berat dan lama, dan juga adanya
gejala fisik atau neuropsikiatrik spesifik.1
Diagnosis DSM-IV juga memungkinkan menentukan dengan gangguan
persepsi. Suatu penelitian dengan Tomografi Emisi Positron (PET; positron
emission tomographic) terhadap aliran darah selama putus alkohol pada seseorang
dengan ketergantungan alkohol dengan keadaan lain yang sehat, menemukan
kecepatan aktivitas metabolik yang rendah secara menyeluruh. Dengan penelitian
dan pengamatan selanjutnya aktivitas tersebut menurun pada daerah parietal kiri
dan frontalis kanan.1
Tanda klasik dari putus alkohol adalah gemetar,kejang, dan gejala delirium
tremens (DTs), sekarang disebut delirium putus alkohol dalam DSM-IV. Gemetar
muncul 6-8 jam setelah dihentikannya minum, gejala psikotik dan persepsi
muncul dalam 8-12 jam, kejang dalam 12-24 jam, DTs dalam 72 jam. Tremor
pada putus alkohol dapat mirip dengan tremor fisiologis, dengan suatu tremor
kontinyu dan amplitudo yang besar dan lebih dari 8 Hz, atau dengan tremor
familisl, dengan ledakan aktivitas tremor yang lebih lambat dari 8 Hz. 1
Gejala lain putus alkohol adalah iritabilitas umum, gejala gastrointestinal
(mual dan muntah) dan hiperaktivitas otonomik simpatik, termasuk kecemasan,
kesiagaan, berkeringat, kemerahan pada wajah, midriasis, takikardia, dan
hipertensi ringan. Pasien dengan putus alkohol biasanya sadar tetapi mudah
dikagetkan.1
Kejang putus alkohol
Kejang yang berhubungan dengan putus alkohol adalah kejang
strereotipik, menyeluruh, dan tonik klonik.Pasien sering kali mengalami lebih dari
satu kejang dalam 3-6 jam setelah kejang pertama.Status epileptikus relatif jarang
pada pasien putus alkohol, terjadi pada kurang dari 3% dari seluruh
pasien.Walaupun medikasi antikonvulsan tidak diperlukan dalam penatalaksanaan
kejang putus alkohol, penyebab kejang masih sulit untuk ditentukan jika pasien
pertama kali diperiksa diruang gawat darurat; jadi banyak pasien dengan kejang
14

putus alkohol mendapatkan terapi antikonvulsan, yang selanjutnya dihentikan jika


penyebab kejang telah diketahui. Penyalahgunaan alkohol jangka panjang dapat
menyebabkan hipoglikemia, hiponatremia, dan hipomagnesemia yang semuanya
dapat juga menyebabkan terjadinya kejang.1
Kriteria Diagnostik untuk Putus Alkohol
A. Penghentian (atau penurunan) pemakaian alkohol yang telah lama dan
berat
B. Dua (atau lebih) tanda berikut ini yang berkembang dalam beberapa jam
sampai beberapa hari setelah kriteria A
1) Hiperaktivitas otonomik (misalnya, berkeringat atau kecepatan
denyut nadi lebih dari 100)
2) Peningkatan tremor tangan
3) Insomnia
4) Mual dan muntah
5) Halusinasi atau ilusi penglihatan, raba atau dengar yang transien
6) Agitasi psikomotor
7) Kecemasan
8) Kejang grand mal
C. Gejala dalam kriteria B menyebabkan penderitaan yang serius secara klinis
atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.
D. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oelh gangguan mental lain.
Sebutkan jika:
dengan gangguan persepsi
Tabel didasarkan dari DSM-IV, Dignostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, ed 4. Hak cipta American Psyciatric Association, Washington 1994.3
Pengobatan
Medikasi utama untuk mengendalikan gejala putus alkohol adalah
benzodiazepin.Penelitian

menunjukkan

bahwa

benzodiazepin

membantu

mengontrol aktivitas kejang, delirium, kecemasan, dan tremor yang berhubungan


dengan putus alkohol.Benzodiazepin dapat diberikan peroral maupun parenteral.
Diazepam (Valium) ataupun chlordiazepoxide (Librium) tidak boleh diberikan IM
karena adanya absorbsi yang menentu dari obat jika diberikan dengan cara
tersebut. Benzodiazepin dititrasi mulai dosis tinggi dan menurunkan dosis saat

15

pasien pulih. Benzodiazepin dalam jumlah yang cukup harus digunakan untuk
menjaga pasien tetap tenang dan tersedasi.1
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa carbamazepine (Tegretol) dalam
dosis 800 mg sehari sama efektifnya dengan benzodiazepin dan mempunyai
manfaat tambahan kemungkinan penyalahgunaan yang minimal.1
Terapi obat untuk intoksikasi dan putus alkohol
Masalah klinis
Obat
Gemetaran dan chlordiazepoxide

Jalur
Oral

agitasi ringan

Dosis
25-100 mg tiap

Keterangan
Dosis awal dapat

4-6 jam

diulangi tiap 2 jam

sampai sedang

sampai pasien tenang;


dosis selanjutnya
harus ditentukan
secara individual dan

Halusinosis

Diazepam

Oral

5-20 mg tiap 4-6

dititrasi
Berikan sampai

Agitasi parah

Lorazepam

Oral

jam

pasien tenang; dosis

chlordiazepoxide

Intravena

2-10 mg tiap 4-6

selanjutnya harus

jam

ditentukan secara

0,5 mg/kg pada

indivisual dan dititrasi

Kejang putus
Delirium
tremens

Diazepam
Lorazepam

Intravena

12,5 mg/mnt
0,15 mg/kg pada

Intravena

2,5 mg/mnt
0,1 mg/kg pada
2,0 mg/mnt

II.6.4 Delirium
DSM-IV memiliki kriteria doagnostik untuk delirium intoksikasi alkohol
dalam kategori delirium intoksikasi zat dan kriteria diagnostik untuk delirium
putus alkohol dalam kategori delirium putus zat. Pasien dengan gejala putus
alkohol harus dikenali dengan cermat untuk mencegah perkembangan ke delirium

16

putus alkohol yang merupakan sindrom putus alkohol yang paling berat, disebut
juga delirium tremens (DTs).1
Delirium putus alkohol merupakan suatu kegawatdaruratan medis yang
dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas yang bermakna. Pasien delirium
sangat berbahaya bagi dirinya sendiri dan orang lain karena prilaku yang tidak
dapat diperkirakan. Pasien mungkin akan menyerang atau bunuh diri. Delirium
tremens yang tidak diobati, dapat meningkatkan mortalitas sekitar 20%, biasanya
bersamaan dengan penyakit medis lainnya seperti pneumonia, penyakit ginjal,
insufisiensi hati atau gagal jantung.1
Ciri penting dari sindroma delirium adalah terjadi dalam 1 minggu setelah
seseorang menghentikan minum alkohol. Disamping itu terdapat ciri-ciri berupa :
1. Hiperaktifitas otonomik, seperti takikardia, diaforesis, demam,
kecemasan, insomnia, dan hipertensi
2. Distorsi perseptual, yang paling sering adalah halusinasi visual atau
taktil
3. Fluktuasi

tingkat

aktivitas

psikomotor,

rentangnya

dari

hipereksitabilitas sampai letargi.1


Kira-kira 5% dari semua pasien yang dirawat di rumah sakit karena
alkoholik mengalami DTs. Episode DTs biasanya mulai pada usia 30-40an setelah
minum berat selama 5-15 tahun.
Pengobatan
Pengobatan terbaik untuk DTs adalah pencegahan.Pasien yang putus dari
alkohol yang menunjukkan salah satu fenomena putus alkohol harus mendapatkan
terapi benzodiazepin, seperti chlordiazepoxide 25-50 mg tiap 2-4 jam hingga
pasien lepas dari bahaya. Tetapi jika tanda delirium terlihat, berikan
chlordiazepoxide 50-100 mg tiap 4 jam peroral atau lorazepam intravena jika
medikasi oral tidak memungkinkan.1
Pada pengobatan berikan diet tinggi kalori, tinggi karbohidrat, dan
multivitamin. Pasien dengan DTs jika diikat fisiknya akan berbahaya karena
pasien dapat berontak terhadap pengikatan sampai mengalami kelelahan yang
17

berbahaya. Jika pasien tidak dapat dikendalikan maka pasien harus ditempatkan
diruangan isolasi.Pasien dapat mengalami dehidrasi yang disebabkan diaforesis
dan demam, hal ini dapat dikoreksi dengan pemberian cairan oral maupun
intravena. Diare, muntah dan anoreksia sering terjadi selama putus alkohol.1
II.6.5 Demensia Menetap akibat Alkohol
Keabsahan demensia akibat alkohol (alcohol-induced persisting dementia)
masih kontroversial, karena beberapa klinisi dan peneliti masih sulit untuk
membedakan antara efek toksik dari penyalahgunaan alkohol dengan kerusakan
sistem saraf pusat akibat nutrisi yang buruk, trauma multipel, dan kerusakan
sistem saraf pusat yang terjadi setelah malfungsi organ tubuh lainnya (hati,
pankreas dan ginjal). Walaupun beberapa penelitian telah menemukan adanya
pembesaran ventrikel dan atrofi kortikal pada seseorang dengan demensia dan
riwayat ketergantungan alkohol, namun penelitian tersebut belum bisa
menjelaskan apa sebenarnya penyebab demensia.1
II.6.6 Gangguan Amnestik Menetap Akibat Alkohol
Diagnosis dan gambaran klinis
Kriteria diagnostik untuk gangguan amnestik menetap akibat alkohol
(alcohol-induced persisting amnestic disorder) berada dalam kategori DSM-IV
untuk gangguan amnestik menetap akibat zat.ciri penting gangguan amnestik
menetap akibat alkohol adalah gangguan daya ingat jangka pendek yang
diakibatkan penggunaan alkohol berat dalam jangka waktu yang lama. Gangguan
ini jarang terjadi pada usia dibawah 35 tahun.1
Sindrom wernicke dan korsakoff
Merupakan nama lain dari gangguan amnestik menetap akibat alkohol.
Wernicke (suatu kumpulan gejala akut) dan korsakoff (suatu keadaan
kronis).Apabila sindrom wernicke adalah reversibel dengan pengobatan, hanya 20
persen pasien dengan sindrom korsakoff yang pulih.Patofisiologi antara kedua
sindrom tersebut adalah defisiensi tiamin, yang disebabkan oleh kebiasaan
nutrisional yang buruk atau masalah malabsorbsi.Tiamin adalah kofaktor bagi
18

beberapa enzim yang penting, dan juga terlibat dalam konduksi potensial akson
disepanjang akson dan didalam transmisi sinaptik. Lesi neuropatologis adalah
simetris dan para ventrikuler, menganai korpus mamilaris, talamus, hipotalamus,
otak tengah, pons, medula, forniks, dan serebelum.1
Sindrom wernicke, juga disebut ensefalopati alkoholik, adalah suatu
gangguan neurologis akut yang ditandai oleh ataksia (yang mengenai terutama
gaya berjalan), disfungsi vestibuler, konfusi, dan berbagai kelainan pergerakan
bola mata, termasuk nistagmus horizontal, palsi rektus lateralis, dan palsi
pamdandangan mata. Biasaya pandangan okuler tersebut adalah bilateral,
walaupun tidak selalu simetris.Tanda okuler okuler lainnya adalah reaksi
terhadapa cahaya yang lambat dan anisokoria. Sindrom wernicke juga dapat
menghilang secara sepontan dalam beberapa hari atau beberapa minggu, atau
dapat berkembang menjadisindrom korsakoff.1
Sindrom korsakoff adalah hilangnya kemampuan untuk mengingat ingatan
yang baru yaitu hilangnya ingatan jangka pendek.Pasien berdiskusi untuk mengisi
kekosongan tersebut. Ensefalopati wernick merupakan awitan akut (berjam-jam
hingga berhari-hari) yang menyebabkan kebingungan global (apati, disorientasi
dan ingatan terganggu), gangguan mata (nistagmus dan oftalmoplegia) dan
ataksia.4
Pengobatan
Stadium dini sindrom wernicke berespons dengan cepat terhadap dosis
tinggi tiamin parentral, yang dianggap efektif dalam mencegah perkembangan
menjadi sindrom korsakoff.Dosis tiamin biasanya dimulai dengan 100 mg peroral
dua sampai tiga kali sehari dan dilanjutkan selama satu sampai dau minggu. Pada
pasien dengan gangguan berhubungan dengan alkohol yang sedang diberikan
larutan glukosa intravena, adalah baik untuk memasukkan 100 mg tiamin dalam
setiap liter larutan glukosa.1
Sindrom korasakoff adalah sindrom amnestik kronis yang dapat mengikuti
sindrom wernicke, dan kedua sindrom tersebut dianggap berhubungan secara
patofisiologi.Ciri utama dari sindrom korsakoff adalah sindrom gangguan mental
19

(khususnya daya ingat belum lama) dan amnesia anterograd pada seorang pasien
yang sadar dan responsif.Pasien mungkin memiliki atau tidak memiliki gejala
konfabulasi.Pengobatan sindrom korsakoff juga tiamin yang diberikan 100 mg
peroral dua sampai tiga kali sehari; pengobatan harus dilanjutkan selama 3 sampai
12 bulan.sedikit pasien yang berkembang menjadi sindrom korsakoff dapat pulih
secara lengkap, walaupun cukup banyak yang mengalami suatu perbaikan dalam
kemampuan kognitifnya dengan pemberian tiamin dan dukungan nutrisi.1

II.6.7 Gangguan Psikotik Akibat Alkohol


Diagnostik dan gambaran klinis
Kreteria diagnostik untuk gangguan psikotik akibat alkohol (alcoholinduced psycotik disorder) (sebagai contoh halusinasi dan waham) ditemukan di
dalam kategori DSM-IV tentang gangguan psikotik akibat zat (subtance-induced
psycotic disorder). DSM-IV memungkinkan lebih jauh untuk menentukan onset
(selama intoksikasi atau putus alkohol) dan apakah halusinasi atau waham
ditemukan.Istilah untuk halusinasi yang terjadi selama putus alkohol yang
digunakan didalam DSM-III R tetapi tidak lagi digunakan dalam DSM-IV adalah
halusinasi alkohol.Halusinasi yang paling sering adalah auditorik, biasanya berupa
suara-suara, tetapi suara tersebut sering kali tedak terstruktur.Suara-suara
karakteristiknya

adalah

memfitnah,

mencela,

atau

mengancam.Walaupun

beberapa pasien dilaporkan bahwa suara-suara itu adalah menyenangkan dan tidak
menganggu. Halusinasi biasanya berlangsung selama kurang dari 1 minggu
walaupun selama minggu tersebut gangguan test realitas adalah sering. Setelah
episode, sebagian besar pasien menyadari sifat halusinasi dari gejalanya.1
Halusinasi setelah putus alkohol dianggap merupakan gejala yang jarang,
dan sindrom adalah beberapa dari delirium putus alkohol. Halusinasi dapat terjadi
pada semua usia, tetapi biasanya berhubungan dengan orang yang telah
melakukan penyalahgunaan alkohol dalam jangka waktu yang lama.Walaupun
biasanya halusinasi menghilang dalam 1 minggu, tapi pada beberapa kasus dapat
menetap.Halusinasi berhubungan dengan putus alkohol harus dibedakan dengan
20

skizofren yang berhubungan dengan temporal dengan putus alkohol, tidak adanya
riwayat klasik skizofrenia dan halusinasinya biasanya singkat. Halusinasi
berhubungan dengan putus alkohol dibedakan dari DTs oleh karena adanya
sensorium yang jernih pada pasien.1
Pengobatan
Pengobatan halusinasi berhubungan dengan putus alkohol sama dengan
DTs yaitu dengan benzodiazepin, nutrisi yang adekuat, dan cairan jika diperlukan.
Jika regimen gagal dan pada kasus jangka panjang, antipsikotik dapat digunakan.1
II.6.8 Gangguan Berhubungan dengan Alkohol Lainnya
Gangguan mood akibat alkohol (alcohol-induced mood disorder). DSM-IV
memungkinkan diagnosis gangguan mood akibat alkohol dengan ciri manik,
depresif atau campuran.1
Gangguan

kecemasan

akibat

alkohol

(alcohol-induced

anxiety

disorder).DSM-IV memungkinkan diagnosis gangguan kecemasan akibat alkohol.


DSM-IV selanjutnya menganjurkan agar diagnosis menyebutkan apakah gejala
merupakan apakah gejala merupakan kecemasan menyeluruh, serangan panik,
gejala obsesif-kompulsif, atau gejala fobik dan apakah onset selama intoksikasi
atau selama putus alkohol.1
Kriteria diagnostik untuk gangguan berhubungan Alkohol yang tidak
ditentukan.Kategori gangguan berhubungan alkohol yang tidak ditentukan adalah
gangguan yang berhubungan dengan pemakaian alkohol yang tidak dapat
diklasifikasikan sebagai ketergantungan alkohol, penyalahgunaan alkohol,
intoksikasi alkohol, putus alkohol, delirium putus alkohol, demensia menetap
akibat alkohol, gangguan psikotik akibat alkohol, gangguan mood akibat alkohol,
gangguan kecemasan akibat alkohol, disfungsi seksual akibat alkohol, atau
gangguan tidur akibat alkohol
Tabel didasarkan dari DSM-IV, Dignostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, ed 4. Hak cipta American Psyciatric Association, Washington 1994.

21

II.6.9 Sindrom Alkohol Fetal


Data yang jelas menyatakan bahwa wanita hamil atau yang menyusui tidak
boleh minum alkohol.Sindrom alkohol fetal (fetal alcohol syndrome) adalah
akibat terpaparnya janin dengan intoksikasi alkohol in utero saat ibunya minum
alkohol.Sindrom alkohol fetal merupakan penyebab utama retardasi mental di
Amerika Serikat.Adanya alkohol menghambat pertumbuhan intrauterin dan
perkembangan setelah kelahiran.Mikrosefali, malformasi kraniofasial dan defek
tungkai dan jantung sering pada bayi yang terkena intoksikasi alkohol dari
ibunya.Perawakan yang pendek saat dewasa dan perkembangan suatu rentan
prilaku maladaptif dewasa juga dihubungkan dengan sindrom alkohol fetal.1
Resiko wanita alkoholik mempunyai anak yang cacat sekitar 35%.
Walaupun kerusakan yang pasti pada janin tidak diketahui, kerusakan tampaknya
sebagai akibat pemaparan intoksikasi utero dengan alkohol atau metabolitnya.
Alkohol mungkin menyebabkan ketidakseimbangan hormonal yang meningkatkan
resiko abnormalitas.1
II.7 PENGOBATAN
II.7.1 Psikoterapi
Psikoterapi memusatkan pada alasan seseorang mengapa minum. Fokus
spesifik adalah dimana pasien minum, dorongan premotivasi dibelakang minum,
hasil yang diharapkan dari minum, dan cara alternatif untuk mengatasi situasi
tersebut. Melibatkan pasangan yang tertarik dan bekerja sama dalam terapi
bersama (conjoint therapy) untuk sekurangnya satu sesion adalah sangat efektif.1
II.7.2 Medikasi
Disulfiram
Disulfiram (antabuse) menghambat secara kompetitif enzim aldehida
dehidrogenase, sehingga biasanya minuman segelaspun biasanya menyebabkan
reaksi toksik karena akumulasi asetaldehida didalam darah. Pemberian obat tidak
boleh dimulai sampai 24 jam setelah minuman terakhir pasien. Pasien harus dalam

22

kesehatan yang baik, sangat termotivasi, dan bekerja sama. Dokter harus
memberitahukan pasien akibat meminum alkohol saat menggunakan obat dan
selama 2 minggu setelahnya.1
Merekan yang menggunakan alkohol sambil meminum disulfiram 250 mg
setiap harinya akan mengalami kemerahan dan perasaan panas pada wajah, sklera,
anggota gerak atas dan dada. Mereka akan menjadi pucat, hipotensif dan mual
juga mengalami malaise yang serius. Pasien juga akan mengalami rasa pusing,
pandangan kabur, palpitasi, sesak dan mati rasa pada anggota gerak. Dengan dosis
lebih dari 250 mg maka dapat terjadi gangguan daya ingat dan konfusi.1
Psikotropika
Obat antiansietas dan antidepresan dapat mengobati gejala kecemasan
pada pasien dengan gangguan terkait alkohol.
II.7.3 Terapi Prilaku
Terapi prilaku mengajarkan seseorang dengan gangguan berhubungan
alkohol untuk menurunkan kecemasan.Latihan ditekankan pada latihan relaksasi,
latihan ketegasan, keterampilan mengendalikan diri, dan strategi baru untuk
menguasai

lingkungan.Sejumlah

program

pembiasaan

prilaku

(operant

conditioning) membiasakan orang dengan gangguan berhubungan alkohol untuk


memodifikasi prilaku minum mereka atau untuk berhenti minum. Dorongan
berupa hadiah keuangan, kesempatan untuk tinggal dalam lingkungan rawat inap
yang baik, dan jalur untuk memasuki interaksi sosial yang menyenangkan.1
II.7.4 Halfway House
Pemulangan seorang pasien dari rumah sakit sering kali memiliki masalah
penempatan yang serius.Rumah dan lingkungan keluarga lainnya mungkin
menghalangi, tidak mendukung, atau terlalu tidak berstruktur. Halfway house
adalah suatu sarana pengobatan yang penting yang memberikan bantuan
emosional, konseling, dan pengembalian progresif ke dalam masyarakat.1
II. 8 Prognosis

23

Sekitar 10 sampai 40 persen alkoholik menjalani semacam program formal


sepanjang perjalanan masalah alkohol mereka.Sejumlah tanda prognostik lebih
disukai.Pertama, tidak ada gangguan kepribadian antisosial atau diagnostis
penyalahgunaan atau ketergantungan zat sebelumnya.Kedua, bukti adanya
stabilitas kehidupan umum dengan adanya pekerjaan, kontak keluarga dekat yang
berkelanjutan, serta tidak adanya masalah hukum yang berat juga menjadi petanda
baik bagi pasien. Ketiga, jika pasien menjalani penuh rehabilitasi awal ( sekitar 2
sampai 4 minggu), kemungkinan memertahankan abstinensinya baik. Kombinasi
ketiga atribut ini meramalkan setidaknya 60 persen kemungkinan abstinensi 1
tahun atau lebih.Hanya sedikit studi yang mendokumentasikan perjalanan jangka
panjang, namun para penelitihi sepakat bahwa 1 tahun abstinensi dikaitkan dengan
kemungkinan baik untuk abstinensi berkelanjutan dalam jangka waktu yang lebih
lama. Namun, alkoholik dengan masalah zat yang parah (terutama zat IV atau
kokain atau ketergantungan amfetamin) serta tunawisma mungkin hanya memiliki
sekitar 10 sampai 15 persen kemungkinan mencapai 1 tahun abstinensi.
Meski tidak mungkin meramalkan secara akurat apakah seorang akan
mencapai atau mempertahankan abstinensi, faktor prosnogtik yang tercantum
diatas dikaitkan dengan peningkatan kemungkinan abstinensi. Namun, faktor yang
mencerminkan stabilitas hidup mungkin hanya dapat menjelaskan 20 persen atau
kurang perjalanan gangguan penggunaan alcohol.Banyak dorongan yang sulit
diukur turut memengaruhi perjalan klinis secara signifikan; hal terserbut
cenderung mencakup hal yang tak dapat dinilai seperti tingkat motivasi dan
kualitas system pendukung social pasien.

24

BAB III
KESIMPULAN

Alkohol adalah salah satu dari sekelompok senyawa organik yang


dibentuk dari hidrokarbon-hidrokarbon oleh pertukaran satu atau lebih gugus
hidroksil dengan atom-atom hidrogen dalam jumlah yang sama.
Kira-kira

85%

dari

semua

penduduk

Amerika

Serikat

pernah

menggunakan minuman yang mengandung alkohol sekurang-kurangnya satu kali


dalam hidupnya.
Penggunaan alkohol memiliki efek terhadap prilaku, efek terhadap otak
dan efek terhadap organ tubuh lain seperti hati, gastrointestinal, muskuloskeletal,
neurologis, obstetri dan kardiovaskular.
Menurut Jellinek membagi progresifitas alkoholisme dalam 3 fase;
1. fase dini
2. fase krusial
3. fase kronis
Pengobatan

pada

gangguan

terkait

alkohol

meliputi

pengobatan

sikoterapiMedikasi yaitu dengan disulfiram yang menghambat secara kompetitif


enzim aldehida dehidrogenase, sehingga biasanya minuman segelaspun biasanya
menyebabkan

reaksi

toksik

karena

akumulasi

asetaldehida

didalam

darah.Pengobatan juga diberikan psikotropikayakni obat antiansietas dan


antidepresan dapat mengobati gejala kecemasan pada pasien dengan gangguan
terkait alkohol.Terapi Prilaku dan Halfway House juga dapat membantu dalam
pengobatan gangguan terkait alkohol.
25

26

Anda mungkin juga menyukai