Bisa Uar Bab 2 Dan 3
Bisa Uar Bab 2 Dan 3
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara
yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan,
penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia.
Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan
keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan
hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah tropis dan
subtropis. Mengingat masih sering terjadi keracunan akibat gigitan ular maka untuk dapat
menambah pengetahuan masyarakat kami menyampaikan informasi mengenai bahaya dan
pertolongan terhadap gigitan ular berbisa. Ular merupakan jenis hewan melata yang banyak
terdapat di Indonesia. Spesies ular dapat dibedakan atas ular berbisa dan ular tidak berbisa.
Ular berbisa memiliki sepasang taring pada bagian rahang atas. Pada taring tersebut terdapat
saluran bisa untuk menginjeksikan bisa ke dalam tubuh mangsanya. Bisa adalah suatu zat
atau substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsa dan sekaligus juga berperan pada
sistem pertahanan diri. Bisa tersebut merupakan ludah yang termodifikasi, yang dihasilkan
oleh kelenjar khusus. Kelenjar yang mengeluarkan bisa merupakan suatu kelenjar ludah
parotid yang terletak di setiap bagian bawah sisi kepala di belakang mata. Bisa ular tidak
hanya terdiri atas satu substansi tunggal, tetapi merupakan campuran kompleks, terutama
protein, yang memiliki aktivitas enzimatik. Patofisologi atau proses bisa ular masuk ke dalam
tubuh untuk setiap ular kurang lebih sama.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana patofisiologi akibat gigitan ular berbisa?
2. Apakah tanda-tanda gigitan ular berbisa?
3. Bagaimana cara pertolongan pertama dan perawatan lanjutan pada pasien dengan
gigitan ular berbisa?
4. Apa saja komplikasi yang dapat dialami oleh penderita yang mendapatkan gigitan
ular berbisa?
C. TUJUAN
1. Mempelajari patofisiologi akibat gigitan ular berbisa
2. Menjelaskan tanda-tanda gigitan ular berbisa
3. Menguraikan cara pertolongan pertama dan perawatan lanjutan pada pasien dengan gigitan
ular berbisa
4. Menjelaskan beberapa komplikasi yang dapat dialami oleh penderita yang mendapatkan
gigitan ular berbisa
BAB II
PEMBAHASAN
CARA KERJA OBAT Imunisasi pasif, pada penyuntikan dimasuk- kan zat-zat Anti
yang mampu menetralisir bisa ular yang beredar dalam darah penderita.
POSOLOGI Jumlah dosis yang tepat tergantung tingkat keparahan penderita pada
saat akan menerima antisera. Dosis pertama sebanyak 2 vial @ 5 mL yang bila ditambahkan
ke dalam larutan fisiologis menjadi larutan 2 % v/v dan diberikan sebagai cairan infus dengan
kecepatan 40-80 tetes/ menit, diulang 6 jam kemudian. Apabila diperlukan (misalnya dalam
keadaan gejala-gejala tidak berkurang atau bertambah) Serum Anti Bisa Ular Polivalen dapat
terus diberikan setiap 24 jam sampai mak- simum 80 100 mL. Serum Anti Bisa Ular
Polivalen yang tidak diencerkan dapat diberikan langsung sebagai suntikan intravena dengan
sangat perlahan-lahan. Dosis Serum Anti Bisa Ular Polivalen untuk anak-anak sama dengan
dosis untuk orang dewasa. Lakukan uji kepekaan terlebih dahulu, bila peka lakukan
desensitisasi. Pemberian secara Intravena : 1. Hasil uji kepekaan harus negatif 2.
Penyuntikan harus dilakukan secara perlahan 3. Penderita harus diamati paling sedikit selama
1 (satu) jam
INTERAKSI OBAT Belum ada interaksi signifikan yang dilaporkan.
PENGARUH ANAK Anak-anak mempunyai risiko yang lebih besar terhadap
envenoming yang parah karena massa tubuh yang lebih kecil dan kemungkinan aktivitas fisik
yang lebih besar. ;Anak-anak membutuhkan dosis yang sama dengan dewasa, dan tidak boleh
diberikan dosis anak berdasarkan berat badan (pediatric weight-adjusted dose); disebabkan
hal ini dapat menimbulkan perkiraan dosis yang lebih rendah. Jumlah serum anti bisa ular
yang diperlukan tergantung dari jumlah bisa ular yang perlu dinetralisasi bukan berat badan
pasien
PENGARUH KEHAMILAN Tidak ada data mengenai penggunaan anti bisa ular
pada kehamilan. Keuntungan penggunaan terhadap ibu dan bayi melebihi kemungkian risiko
penggunaan serum anti bisa ular.
PENGARUH MENYUSUI Tidak ada data. Keuntungan pengunaan terhadap ibu
melebihi kemungkinan risiko pada bayi.
KONTRAINDIKASI Penderita yang terbukti alergi terhadap antisera kuda.
PERINGATAN & PERHATIAN Karena tidak ada reaksi netralisasi silang (crossneutralization) Serum Anti Bisa Ular Polivalen ini tidak berkhasiat terhadap gigitan ular yang
terdapat di Indonesia bagian Timur (misalnya ular-ular dari jenis Acanthopis antarticus,
Xyuranus scuttelatus, Pseudechis papuanus dan lain-lain) dan terhadap gigitan ular laut
(Enhydrina cystsa). Dapat diberikan pada pasien dengan riwayat penyakit asma berat jika
sudah menunjukkan tanda-tanda keracunan sistemik. Bukan untuk pemberian lokal pada
tempat yang digigit. Perhatikan Petunjuk Pemakaian Anti- sera.
PENYIMPANAN Serum anti bisa ular harus disimpan pada suhu antara +2C s/d
+8C.
KESIMPULAN
Tidak semua ular berbisa pada waktu menggigit menginjeksikan bisa pada korbannya.
Orang yang digigit ular, meskipun tidak ada bisa yang diinjeksikan ke tubuhnya dapat
menjadi panik, nafas menjadi cepat, tangan dan kaki menjadi kaku, dan kepala menjadi
pening. Gejala dan tanda-tanda gigitan ular akan bervariasi sesuai spesies ular yang
menggigit dan banyaknya bisa yang diinjeksikan pada korban. Korban yang terkena gigitan
ular harus segera diberi pertolongan pertama sebelum dibawa dan dirawat di rumah sakit.
Pada umumnya terjadi salah pengertian mengenai pengelolaan gigitan ular. Untuk mengobati
korban gigitan ular dianjurkan menggunakan serum anti bisa ular.