Anggota Kelompok:
Eugene RPPD
15.G1.0172
Marika Christa
15.G1.0178
Berlina Setyowati
15.G1.0184
15.G1.0187
Christian Geovany
15.G1.0190
Nurlydia Christina
15.G1.0197
4.
5.
6.
7.
8.
9.
anak merasakan afeksi dan tercukupi kebutuhan materiil serta moral sebagaimana ibu
alami.
Home
SOS berpendapat bahwa keluarga membutuhkan rumah untuk tinggal. Maka SOS
menciptakan program Home dengan tujuan anak mendapatkan kenyamanan,
keamanan, dan rasa memiliki, tumbuh dan belajar bersama-sama, saling berbagi
tanggung jawab dan semua kegembiraan serta kesedihan.
Brother and Sisters
Anak laki dan perempuan dari berbagai usia bersama-sama menjadi kakak dan adik
entah dari saudara sekandung atau tidak. Disini akan terbentuk ikatan emosional yang
berlangsung secara langgeng
Moments of Happy Childhood
SOS akan membantu anak-anak yang kurang beruntung untuk mendapatkan masa
kecil yang bahagia dan mendapatkan hak-hak anak seperti halnya keluarga.
Village
Keluarga SOS tinggal bersama-sama dalam satu kompleks lingukungan desa (dalam
satu desa terdapat 12-15 rumah yang masing-masing rumah akan ditempati 8-10 anak
dan satu ibu asuh) yang mendukung anak menikmati kegembiraan. Mereka juga hidup
sebagai anggota yang berintegrasi dan memberikan kontribusi bagi masyarakat.
Childhood in Cultural Diversity
SOS bekerja untuk memastikan setiap anak mampu membentuk kebudayaan serta
keyakinan dirinya sendiri serta menghormati perbedaan yang ada di dalam masyarakat
Education and Personal Growth
SOS memberikan pengajaran kepada anak-anak untuk berkembang menjadi orang
dewasa yang memiliki kemampuan untuk bertanggung jawab terhadap diri mereka
sendiri dan berkontribusi kepada sekitar mereka.
Kami berkumpul di Unika Soegijapranata pada pukul 12 dan pada jam 13, kami
berangkat. Pada saat itu cuaca cerah namun berawan. Kami tiba di lokasi pada pukul 13.30
siang. Melihat lokasi sekitar dan kami cukup tercengang. Lokasi cukup bersih dan sangat
teratur. Di lokasi terdapat banyak sekali rumah berukuran sedang. Disana juga terdapat
sebuah bangsal kecil dan sebuah TK. Setelah melihat-lihat lokasi, kami langsung menuju
rumah yang sudah dijanjikan. Di tengah perjalanan menuju rumah, kami mengamati dan ada
keunikan tersendiri dip anti ini. Setiap rumah diberi nama dan pemberian nama diambil
berdasarkan nama bunga. Kami sampai di rumah dan langsung menyapa ibu asuh untuk
rumah tersebut. Beliau adalah Ibu Maria Pudji Astuti. Ibu Pudji adalah ibu asuh untuk 6 anak.
Beliau beragama katolik. Pada saat itu rumah dalam keadaan sepi. Kami mewawancarai Ibu
Pudji tentang bagaimana SOS beroperasi, kesulitan dan tantangan menjadi ibu asuh, serta
bagaimana status anak yang ada di dalam panti. Ibu Pudji menjawab bahwa SOS beroperasi
karena donasi dari para dermawan. Karena organisasi ini adalah organisasi nirlaba, agak
susah juga kalau tidak ada donatur yang memberikan donasi. Selain itu ibu Pudji juga
menjawab tentang tantangan menjadi ibu asuh. Jadi ibu asuh itu menyenangkan tapi banyak
tantangannya. Kesusahan pertama adalah kami memikul tanggung jawab yang cukup berat.
Kami (ibu asuh) menanggung tiga beban yang berat yaitu tanggung jawab terhadap panti,
terhadap orang tua dari anak yang tidak beruntung ini, dan juga tanggung jawab di depan
Tuhan. Kalau terhadap panti masih sedikit mudah, kami hanya mendidik anak dan
memberikan laporan ke panti. Tanggung jawab kepada orang tua anak adalah hal cukup berat.
Saya dipercaya untuk mendidik anak mereka. Kalau saya gagal mendidik dia, otomatis saya
berdosa dihadapan Tuhan dan di depan orang tua. Saya sudah dipercaya oleh Tuhan dan
orang tua anak itu untuk dididik menjadi anak yang baik. Di sela-sela kami wawancara, anak
asuh dari ibu Pudji pulang dari sekolah. Kami menyambut serta disambut dengan ramah.
Setelah itu kami berbincang dan bercanda, hingga kami tidak sadar jam sudah menunjukan
pukul 15.00. Lalu kami menyempatkan diri untuk berfoto dan memberikan kenang-kenangan
berupa sembako.