Anda di halaman 1dari 4

BAKTI SOSIAL UNTUK KESEJATERAAN BERSAMA

Kegiatan dilaksanakan dalam rangka Perkuliahan Religiositas Semester Gasal 2015/2016

Anggota Kelompok:
Eugene RPPD

15.G1.0172

Marika Christa

15.G1.0178

Berlina Setyowati

15.G1.0184

Rio Rendy Anggara

15.G1.0187

Christian Geovany

15.G1.0190

Nurlydia Christina

15.G1.0197

Dosen Pengampu: Rm. Yohanes Gunawan


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG 2015

MENGENAI KEGIATAN KAMI


Pada tanggal 23 November 2015, kami melakukan kegiatan bakti sosial di panti
sosial. Panti Sosial ini diberi nama SOS. Nama lengkap dari panti ini adalah SOS Childrens
Villages Indonesia. SOS Childrens Villages Indonesia memiliki pusat di Jakarta, lebih
tepatnya berada di Jalan Kalibata Tengah no. 2 RT.02/RW.07, Pancoran, Jakarta Selatan.
Sedangkan panti yang kami kunjungi adalah anak cabang dari SOS yang berpusat di Jakarta.
Panti ini berada di Jalan Durian Km.1 Padalangan, Banyumanik.
Siapakah SOS itu sendiri? SOS adalah sebuah organisasi nirlaba aktif yang
memperjuangkan hak-hak anak. Organisasi ini bergerak di Indonesia sejak tahun 1972.
Hingga detik ini SOS telah mendirikan delapan SOS Children Village dan sembilan lokasi
Family Strengthening Program yang tersebar dari Meulaboh hingga Flores. Secara
keseluruhan, SOS mengasuh 1300 anak di 8 village, serta sudah membantu 6500 anak lewat
program Family Streghtening Program. Kegiatan dari organisasi ini sudah bersifat
Internasional. Kegiatan organisasi ini sudah ada di 134 negara dan menitik beratkan
pengasuhan anak dengan metode Family-Based Care (metode pengasuhan berbasis keluarga).
Kegiatan panti ini khusus untuk anak-anak yang telah ditinggalkan atau yang telah
kehilangan atau beresiko kehilangan pengasuhan orang tua. Organisasi ini menggunakan
metode Family-Based Care karena organisasi menghendaki agar anak-anak yang dibantu
merasakan konsep keluarga dan hubungan emosional yang terbangun seperti layaknya
keluarga pada umumnya. Organisasi ini tidak hanya mengasuh anak, tetapi juga memberikan
FSP (Family Strengthening Program). Maksudnya adalah memberikan upaya preventif untuk
mencegah terjadinya kondisi terburuk bila anak harus berpisah dari orang tua. Di program ini,
SOS berperan sebagai pendamping dalam keluarga untuk memperbaiki perekonomian serta
memperkuat pola pengasuhan. Di sini SOS juga memberikan pelatihan dan konsultasi
Parenting Awareness Workshop tentang hak anak serta memberikan pendampingan langsung
terhadap anak. Pendampingan langsung terhadap anak dapat dilakukan dengan bermacam
cara seperti pemberian pendidikan, pengembangan bakat, keterampilan, dan perlindungan
anak.
SOS memiliki tujuan dan sasaran sosial. SOS memiliki Social Meaning diatantaranya:
1. Child at Risk
SOS memberikan pelayanan untuk anak yang beresiko. Anak yang tidak dapat diasuh
orang tua (dalam alasan ekonomi), anak kehilangan orang tua, dan anak yang dilanda
kemalangan adalah anak yang akan dibantu oleh SOS.
2. Family
SOS berpendapat bahwa anak yang malang tadi membutuhkan sebuah keluarga. Maka
SOS membuat program Family dengan anggapan anak akan tumbuh jika adanya
keluarga yang mendukung.
3. Motherhood
SOS berpendapat bahwa ibu adalah posisi yang tidak dapat digantikan dalam
keluarga. Maka SOS membuat program Motherhood atau program Ibu Asuh.
Diharapkan Ibu asuh dapat mencurahkan kasih sayang dan perhatian yang besar agar

4.

5.

6.

7.

8.

9.

anak merasakan afeksi dan tercukupi kebutuhan materiil serta moral sebagaimana ibu
alami.
Home
SOS berpendapat bahwa keluarga membutuhkan rumah untuk tinggal. Maka SOS
menciptakan program Home dengan tujuan anak mendapatkan kenyamanan,
keamanan, dan rasa memiliki, tumbuh dan belajar bersama-sama, saling berbagi
tanggung jawab dan semua kegembiraan serta kesedihan.
Brother and Sisters
Anak laki dan perempuan dari berbagai usia bersama-sama menjadi kakak dan adik
entah dari saudara sekandung atau tidak. Disini akan terbentuk ikatan emosional yang
berlangsung secara langgeng
Moments of Happy Childhood
SOS akan membantu anak-anak yang kurang beruntung untuk mendapatkan masa
kecil yang bahagia dan mendapatkan hak-hak anak seperti halnya keluarga.
Village
Keluarga SOS tinggal bersama-sama dalam satu kompleks lingukungan desa (dalam
satu desa terdapat 12-15 rumah yang masing-masing rumah akan ditempati 8-10 anak
dan satu ibu asuh) yang mendukung anak menikmati kegembiraan. Mereka juga hidup
sebagai anggota yang berintegrasi dan memberikan kontribusi bagi masyarakat.
Childhood in Cultural Diversity
SOS bekerja untuk memastikan setiap anak mampu membentuk kebudayaan serta
keyakinan dirinya sendiri serta menghormati perbedaan yang ada di dalam masyarakat
Education and Personal Growth
SOS memberikan pengajaran kepada anak-anak untuk berkembang menjadi orang
dewasa yang memiliki kemampuan untuk bertanggung jawab terhadap diri mereka
sendiri dan berkontribusi kepada sekitar mereka.

Kami berkumpul di Unika Soegijapranata pada pukul 12 dan pada jam 13, kami
berangkat. Pada saat itu cuaca cerah namun berawan. Kami tiba di lokasi pada pukul 13.30
siang. Melihat lokasi sekitar dan kami cukup tercengang. Lokasi cukup bersih dan sangat
teratur. Di lokasi terdapat banyak sekali rumah berukuran sedang. Disana juga terdapat
sebuah bangsal kecil dan sebuah TK. Setelah melihat-lihat lokasi, kami langsung menuju
rumah yang sudah dijanjikan. Di tengah perjalanan menuju rumah, kami mengamati dan ada
keunikan tersendiri dip anti ini. Setiap rumah diberi nama dan pemberian nama diambil
berdasarkan nama bunga. Kami sampai di rumah dan langsung menyapa ibu asuh untuk
rumah tersebut. Beliau adalah Ibu Maria Pudji Astuti. Ibu Pudji adalah ibu asuh untuk 6 anak.
Beliau beragama katolik. Pada saat itu rumah dalam keadaan sepi. Kami mewawancarai Ibu
Pudji tentang bagaimana SOS beroperasi, kesulitan dan tantangan menjadi ibu asuh, serta
bagaimana status anak yang ada di dalam panti. Ibu Pudji menjawab bahwa SOS beroperasi
karena donasi dari para dermawan. Karena organisasi ini adalah organisasi nirlaba, agak
susah juga kalau tidak ada donatur yang memberikan donasi. Selain itu ibu Pudji juga
menjawab tentang tantangan menjadi ibu asuh. Jadi ibu asuh itu menyenangkan tapi banyak
tantangannya. Kesusahan pertama adalah kami memikul tanggung jawab yang cukup berat.
Kami (ibu asuh) menanggung tiga beban yang berat yaitu tanggung jawab terhadap panti,
terhadap orang tua dari anak yang tidak beruntung ini, dan juga tanggung jawab di depan
Tuhan. Kalau terhadap panti masih sedikit mudah, kami hanya mendidik anak dan

memberikan laporan ke panti. Tanggung jawab kepada orang tua anak adalah hal cukup berat.
Saya dipercaya untuk mendidik anak mereka. Kalau saya gagal mendidik dia, otomatis saya
berdosa dihadapan Tuhan dan di depan orang tua. Saya sudah dipercaya oleh Tuhan dan
orang tua anak itu untuk dididik menjadi anak yang baik. Di sela-sela kami wawancara, anak
asuh dari ibu Pudji pulang dari sekolah. Kami menyambut serta disambut dengan ramah.
Setelah itu kami berbincang dan bercanda, hingga kami tidak sadar jam sudah menunjukan
pukul 15.00. Lalu kami menyempatkan diri untuk berfoto dan memberikan kenang-kenangan
berupa sembako.

Anda mungkin juga menyukai