Anda di halaman 1dari 18

Nama : Silvia Astri

No. Urut / NIM : 11 /


06111281320010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN KAMPUS PALEMBANG

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Judul:
Pengaruh Penerapan model pembelajaran inquiry terbimbing berbasis
Multimedia dan Lembar Kerja Peserta Didik terhadap prestasi belajar IPA SMP
Kelas VIII SMP Negeri 45 Palembang.

Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan
manusia - manusia yang berkualitas. Kualitas pendidikan di Indonesia belum
mengalami peningkatan yang signifikan, yang menyebabkan pendidikan di
Indonesia tidak kompetitif lagi dibandingkan dengan pencapaian negara - negara
lain. Pencapaian nilai Trends in International Mathematics and Science
Study(TIMMS) siswa Indonesia untuk bidang Matematika dan Sains masih
tergolong rendah. Hasil tes TIMSS 2011
yang
dikoordinir
oleh
The
International for Evaluation of Education Achievement (IEA) menempatkan
tingkat siswa Indonesia di peringkat 36 penguasaan Sains dari 45 negara yang
terlibat (Balitbang Depdiknas, 2011).
Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu
persyaratan dalam penguasaan ilmu dan teknologi. Fisika sebagai salah satu
ilmu dasar dalam IPA mempunyai andil yang besar dalam kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Hal ini ditandai berkembangnya teknologi di segala
bidang yang menerapkan konsep - konsep fisika. Namun, pada kenyataannya
prestasi belajar fisika secara nasional dinilai masih rendah dan kurang optimal.
Begitu pula dengan masih rendahnya prestasi belajar fisika di SMP Negeri 45
Palembang. Hal ini dapat dilihat dari prestasi belajar siswa dalam bentuk nilai Tes
Akhir Semester (TAS) yang masih belum sesuai dengan yang diharapkan sekolah.
Data nilai Tes Akhir Semester (TAS) SMP Negeri 45 Palembang
menunjukkan bahwa nilai rata - rata untuk mata pelajaran IPA kelas VIII masih di
bawah standar ketuntasan belajar minimal yang ditetapkan sekolah, yaitu 6,50.
Nilai rata - rata TAS kelas VII SMP Negeri 45 Palembang untuk mata pelajaran IPA
pada masa 3 (tiga) tahun terakhir ditunjukkan pada tabel 1.1

Tabel 1. 1 Nilai Rata- Rata Tes Akhir Semseter pelajaran IPA Kelas VIII SMP Negeri
45 Palembang
No

Tahun pelajaran

Nilai rata- rata

2012/2013

Semester I
(gasal)
5,44

Semester II
(genap)
6,00

2013/2014

6,30

5,94

2014/2015

6,19

6,48

(Sumber: Buku Laporan Nilai Siswa Kelas VIII)


Rendahnya prestasi belajar fisika dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
faktor dari siswa, guru dan fasilitas sekolah. Mata pelajaran fisika selama ini
masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dipelajari siswa. Dalam
pembelajarannya, kebanyakan guru masih menerapkan metode ceramah dan
belum memaksimalkan daya kreativitasnya. Siswa menjadi kurang aktif dan
masih cenderung pasif sehingga siswa kurang dapat menggali potensi yang
dimilikinya secara optimal. Selain itu, prestasi belajar siswa yang masih rendah
dapat disebabkan karena pembelajaran fisika yang kurang menarik dan
menggugah semangat belajar siswa. Strategi pembelajaran yang diterapkan oleh
guru kurang efektif, menarik dan menggali bakat (kemampuan) siswa.
Keterbatasan dalam menggunakan fasilitas penunjang belajar yang dimiliki
sekolah dan tidak tersedianya media yang bervariasi juga berpengaruh. Hal ini
menyebabkan siswa menjadi kurang motivasi, merasa bosan dan kurang
tertantang dalam belajar, sehingga materi yang dianggap sulit akan menjadi
semakin sulit menurut siswa. Beberapa kemungkinan lain yang menimbulkan
sifat kurang percaya diri pada siswa dalam melaksanakan tugas-tugas belajar
antara lain: (1)kurangnya kemampuan dalam memahami konsep fisika, (2)siswa
memperoleh hasil yang rendah, (3)siswa takut dan resah bila apa yang dilakukan
mendapat tanggapan yang kurang baik, dan (4) kurangnya motivasi dari guru.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru diharapkan dapat
menerapkan strategi pembelajaran yang efektif dan efisien agar siswa dapat
memahami materi yang diajarkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Maka,
diperlukan suatu situasi pembelajaran yang interaktif dan komunikatif yang
melibatkan partisipasi aktif siswa dan dapat melatih siswa belajar secara
mandiri, yang tentu saja sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Proses
pembelajaran dapat berjalan secara efektif bila seluruh komponen seperti
kurikulum, guru, siswa fasilitas, dan lingkungan dapat saling mendukung dalam
mencapai tujuan.Kualitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh cara guru
memberikan informasi agar siswa terlibat secara aktif.
Mata pelajaran fisika merupakan ilmu dasar yang dapat mengembangkan
kemampuan berpikir analitis deduktif dan induktif dalam menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan peristiwa alam, baik secara kualitatif dan kuantitatifserta
dapat mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Esensi dari
pendekatan - pendekatan yang digunakan dalam mengajarkan fisika, baik di
sekolah lanjutan maupun perguruan tinggi adalah menurut filsafat bahwa saya
mendengar dan saya lupa, saya melihat dan saya mengingat, saya melakukan

dan saya mengerti. Untuk mewujudkan hal itu, maka diperlukan suatu
pembelajaran yang mampu melibatkan peran aktif siswa.
Namun dalam pelaksanaannya, haruslah sesuai dengan kurikulum yang
berlaku yaitu Kurikulum 2013. Dalam Kurikulum 2013, kegiatan belajar mengajar
yang dilaksanakan berpusat pada siswa. Guru yang semula berperan sebagai
instruktur, kini menjadi fasilitator pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat
melakukan upaya - upaya kreatif serta inovatif dalam bentuk penelitian tindakan
terhadap berbagai model pembelajaran yang mampu menghasilkan lulusan yang
kompeten.
Salah satu strategi pembelajaran yang diterapkan dan sesuai dengan
kurikulum 2013 adalah model pembelajaran inkuiri. Model ini menekankan pada
peran aktif siswa dalam melakukan belajar di mana siswa memperoleh konsep konsep dengan cara menemukan sendiri. Menurut teori yang dikemukakan
Bruner, bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara
aktif oleh siswa, maka dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik.
Tujuan utama inkuiri adalah mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir
kritis dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah (Dimiyati dan
Mudjiono,2002:173). Siswa diharapkan dapat mengumpulkan dan mengolah data
dan informasi sendirisecara ilmiah untuk mencari jawaban dari masalah yang
dihadapi. Pada penelitian ini, dalam proses pembelajaran fisika digunakan model
inkuiri terbimbing (guided inquiry). Proses pembelajaran fisika diorganisasikan
lebih terstruktur dan skematik, dimana guru mengendalikan keseluruhan proses
interaksi dan menyediakan prosedur pembelajaran yang harus ditempuh siswa.
Guru memberikan bimbingan dan merancang petunjuk yang jelas, untuk
mengajak siswa berperan secara langsung dan aktif dalam pembelajaran secara
ilmiah. Siswa secara aktif mengikuti pembelajaran, mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya, mempelajari dan memahami materi yang disampaikan,
membuat kesimpulan dan mengerjakan soal sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan.
Guru sebagai fasilisator bertugas untuk memfasilitasi siswa agar dapat
belajar dengan caranya sendiri untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Salah satu usaha yang dilakukan untuk mendukung model dan metode
pembelajaran yang digunakan serta membantu kelancaran proses belajar adalah
dengan memanfaatkan media pembelajaran yang tepat. Media pembelajaran
yang digunakan sebaiknya bersifat sebagai alat bantu untuk membantu
mempermudah siswa dalam mempelajari, memahami dan menerapkan konsep
dari proses yang terjadi serta membantu siswa untuk berpikir secara ilmiah.
Dalam hal ini, penggunaan media harus disesuaikan dengan kurikulum, model
pembelajaran dan materi pelajaran yang disampaikan. Media yang digunakan
dalam penelitian ini adalah media video macromedia flash. Media video
macromedia flash yang digunakan adalah uraian materi yang berupa animasi
komputer yang disertai suara. Komputer dimanfaatkan sebagai sarana yang baik
dalam proses pembelajaran karena komputer dapat menyajikan sesuatu secara
visual diam maupun bergerak dalam bentuk animasi.
Modul berfungsi sebagai bahan ajar mandiri yang disajikan secara
sistematis sehingga memungkinkan siswa belajar sesuai dengan kecepatan
belajarnya tanpa tergantung pada orang lain atau dengan bimbingan yang
sangat terbatas dari guru. Lembar kegiatan Peserta Didik (LKPD) berfungsi
sebagai media dalam mengerjakan tugas belajar yang diberikan, yaitu melalui
media video macromedia flash.Bagi guru, media tersebut dapat membantu dan
memperlancar pelaksanaan pembelajaran sehingga lebih efektif dan efisien.
Dengan adanya media-media ini, siswa diharapkan dapat belajar dengan mudah,
dalam mempelajari, memahami, mengkonstruksi dan menerapkan pengetahuan
dan konsep yang baru. Materi pelajaran yang disampaikan dalam penelitian ini

adalah materi pokok pembentukan bayangan pada cermin datar dan cermin
lengkung. Materi ini merupakan salah satu dasar bagi perkembangan materi
pelajaran selanjutnya, misalnya materi optik. Materi ini melibatkan peristiwa
alam (kehidupan nyata) yang bersifat makro, sehingga gejala atau kejadian
fisisnya tidak semuanya dapat dilihat secara langsung dengan panca indera.
Untuk menjelaskan dan membuat siswa dapat memahami gejala alam yang
terjadi disekelilingnya serta untuk mengatasi keterbatasan panca indera, maka
diperlukan media pembelajaran yang tepat untuk membantu proses belajar
siswa, seperti media video macromedia flash.
Keberhasilan belajar seseorang dalam bidang pendidikan dinyatakan
dengan prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan tolok ukur atau alat evaluasi
proses belajar siswa dan pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru di
sekolah. Prestasi belajar terdiri dari aspek pengetahuan, aspek sikap dan aspek
keterampilan. Keberhasilan proses pembelajaran dapat ditentukan oleh beberapa
faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari diri siswa
itu sendiri, antara lain kemampuan awal dan aktivitas belajar siswa. Sedangkan,
faktor eksternal berasal dari luar diri siswa atau lingkungan, antara lain guru,
materi pelajaran, model, metode dan media pembelajaran yang digunakan.
Berdasarkan pada uraian di atas, penulis memperoleh pemikiran bahwa dalam
melaksanakan Kurikulum 2013, prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui
penggunaan model, metode dan media pembelajaran yang tepat, yang tentunya
tidak akan lepas dari pengaruh faktor intrinsik dan ekstrinsik siswa. Oleh karena
itu, penulis ingin melakukan penelitian tentang pembelajaran yang melibatkan
peran aktif siswa dalam belajar secara mandiri danmenyeluruh baik mental
maupun fisik dalam belajar.
Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan multimedia dan LKPD terhadap hasil prestasi belajar fisika
pada materi pokok pembentukan bayangan pada cermin datar dan cermin
lengkung ?
Tujuan penelitian
Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran
inkuiri terbimbing dengan multimedia dan LKPD terhadap hasil prestasi belajar
fisika pada materi pokok pembentukan bayangan pada cermin datar dan cermin
lengkung

Manfaat Penelitian
a.

Bagi siswa

Memberikan alternatif pembelajaran fisika yang melibatkan kemampuan kognitif


dan peran aktif siswa dalam proses belajar sehingga siswa dapat belajar secara
mandiri
b. Bagi guru

Memberi dorongan para guru untuk memanfaatkan teknologi informasi dan


komunikasi dalam pembelajaran fisika
c. Bagi sekolah
Memberikan masukan dan sumbangan pemikiran bagi sekolah dalam
melaksanakan pembelajaran sesuai kurikulum yang berlakui yaitu Kurikulum
2013
Memberikan konstribusi kepada sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah
d. Bagi peneliti
- Memberikan gambaran yang lebih jelas tentang pengaruh penggunaan
model, metode dan media pembelajaran terhadap prestasi belajar fisika
- Menambah pengetahuan dan pengalaman sebagai bekal untuk
mempersiapkan diri sebagai calon guru fisika di sekolah.
Tinjauan Pustaka
Hakikat Belajar
Pengertian belajar yang dikemukakan oleh Anthony (Trianto, 2009:15)
adalah sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan)
yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Belajar dapat
diartikan sebagai suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan yang bersifat relatif konstan
(Sofah, 2005:2). Asril (2010:1) dalam bukunya mengatakan bahwa belajar adalah
suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang
dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan
latihan. Garet dalam Sagala (2010:13) berpendapat bahwa belajar adalah suatu
proses yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama melalui latihan maupun
pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara
mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat pengalaman dan latihan, artinya, tujuan kegiatan adalah
perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan
maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan
belajar mengajar, menilai proses, dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam
cakupan tanggung jawab guru. Jadi, hakikat belajar adalah perubahan (Djamarah
dan Zain, 2006:10).
Berdasarkan pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan sebuah proses peningkatan kualitas kepribadian manusia seperti
kecakapan, pengetahuan, daya pikir, pemahaman, keterampilan dan sikap.
Siswa yang belajar sebenarnya di dalam otaknya terdapat banyak konsep,
terutama konsep awal tentang alam yang ada di sekitarnya. Melalui proses
pembelajaran yang sistematis konsep awal tersebut akan menghasilkan konsep
yang benar, tepat dan terarah.
Pengertian belajar menurut teori behavioristik adalah perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon, dengan
kata lain belajar merupakan perubahan yang dialami siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon. Sedangkan menurut pandangan aliran
kontruktivistik, belajar adalah suatu proses dalam pembentukan pengetahuan
pada individu. Pengetahuan ini dilakukan oleh siswa dalam belajar. Siswa
dituntut harus aktif dalam melakukan kegiatan, aktif dalam berfikir, menyusun
suatu konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.
Peranan seorang guru disini adalah untuk membantu agar proses
pengkontruksian pengetahuan berjalan dengan lancar. Guru tidak mentransfer

pengetahuan yang dimilikinya melainkan membantu siswa dalam proses


pembentukan pengetahuannya sendiri.
Berdasarkan dua teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses menuju perubahan tingkah laku tetap dalam diri
individu dari yang belum mengenal jadi mengenal, dari yang tidak mengerti
menjadi mengerti, dari yang kurang terampil menjadi terampil dan dari suatu
kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru dalam proses pembentukan
pengetahuan individu berdasarkan pengalaman sebagai suatu hasil interaksi
dengan lingkungan sekitar serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu
sendiri.
Model Inkuiri Terbimbing
Pengertian Model Inkuiri Terbimbing
Menurut Syamsu (1993: 81) inkuiri adalah suatu cara belajar atau
penelaahan sesuatu yang bersifat mencari secara kritis, analitis-argumentatif
dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang
meyakinkan, karena didukung oleh fakta, dan atau argumentasi. Sedangkan
menurut Gulo (2002:84) inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemamapuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu model pembelajaran yang
melibatkan seluruh kemampuan siswa dalam menumbuhkan rasa percaya diri
saat mereka melakukan proses pembelajaran.
Eggen & Kauchak (2012: 177) mengemukakan inkuiri terbimbing
merupakan model yang efektif untuk mendorong keterlibatan dan motivasi siswa
seraya membantu mereka mendapatkan pemahaman mendalam tentang topiktopik yang jelas. Sedangkan menurut Sanjaya (2008: 200) pembelajaran inkuiri
terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya
guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.
Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran yang
dalam pelaksanaannnya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas
kepada siswa (Agung, 2009: 1). Sebagian perencanaanya dibuat oleh guru, siswa
tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri
terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh siswa. Guru harus memberi pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam
melakukan kegiatankegiatan sehingga siswa yang berfikir lambat atau siswa
yang mempunyai kemampuan berfikir rendah tetap mampu mengikuti kegiatankegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai intelegensi tinggi
tidak memonopoli kegiatan. Pedoman-pedoman pada model inkuiri biasanya
berupa pernyataan-pernyataan yang membimbing.
Sanjaya (2008: 202) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau
iklim pembelajaran yang kondusif.
b. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki.
c. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji.
d. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan.
e. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima


sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh.
f. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperolehberdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Wena (2012: 68) merangkum tahapan pembelajaran inkuiri tersebut
menjadi empat tahap, yaitu orientasi, penentuan masalah, identifikasi masalah
dan penyimpulan.
Kelebihan dan kekurangan Model Inkuiri Terbimbing
Model
inkuiri
memiliki
kelebihan
dibandingkan
model-model
pembelajaranlain. Menurut Sahrul (2009: 54) kelebihan model inkuiri adalah
sebagai berikut :
a. Membantu peserta didik mengembangkan kesiapan serta penguasaan
keterampilan dalam proses kognitif.
b. Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat
mengerti dan mengendap dalam pikirannya.
c. Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk belajar
lebih giat lagi.
d. Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan
dan minat masing-masing.
e. Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses
menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta dengan peran
guru yang sangat terbatas.
Selain kelebihan pada pembelajaran inkuiri terdapat pula kekurangan yang
pasti dihadapi pada proses pembelajaran baik secara konsep maupun teknis.
Kekurangan pembelajaran inkuiri menurut Prambudi (2010: 43) adalah sebagai
berikut :
a. Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur
dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
b. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang
panjang sehingga guru sering sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah
ditentukan.
c. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka strategi ini akan sulit diimplementasikan oleh
setiap guru.
Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius dan merupakan bentuk
jamak dari kata medium, yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau
pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan
dari pengirim kepada penerima pesan. Heinich dkk. (1982) dalam Azhar Arsyad
(2005 : 4) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar
informasi antara sumber dan penerima. AECT (Association of Education and
Communication Technology) atau Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan
(1971) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang
digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Dengan kata lain, media
adalah alat yang berfungsi untuk menyampaikan atau menyalurkan pesan atau
informasi.
Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan
instruksional atau mengandung maksud-maksud pembelajaran, maka media itu
disebut dengan media pembelajaran. Gagne dkk (1992 : 208) secara implisit
mengatakan bahwa instructional media are the physical means by which an
instructional message is communicated, yang artinya media pembelajaran
meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi
pembelajaran.

Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana
fisik yang mengandung materi pembelajaran di lingkungan siswa yang dapat
merangsang siswa untuk belajar. Secara lebih khusus, pengertian media dalam
proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis atau
elektronik untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi
visual atau verbal.
Gerlach dan Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami
secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun
kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan
dan sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks dan lingkungan sekolah
merupakan media (Azhar Arsyad, 2005 : 3-4).
Dari beberapa definisi tentang media diatas, dapat disimpulkan bahwa
media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
atau informasi dari pengirim kepada penerima.Media pembelajaran adalah
seperangkat benda atau alat yang berfungsi dan digunakan sebagai pembantu
fasilitator atau pengajar dalam komunikasi dan interaksi suatu proses
pembelajaran dengan tujuan untuk mempermudah dan mempercepat proses
penyampaian materi pembelajaran kepada siswa.
Media dalam pembelajaran dapat berupa segala alat fisik maupun non
fisik (software) yang dapat menyajikan materi pembelajaran serta merangsang
siswa untuk belajar. Media pembelajaran digunakan dalam komunikasi dan
interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Secara umum media pembelajaran mempunyai manfaat sebagai berikut
(Azhar Arsyad, 2005 : 26-27 dan Sadiman dkk, 2005 : 17-18) :
1). Memperjelas penyajian pesan atau informasi sehingga dapat memperlancar
dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
2). Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
3). Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sifat pasif siswa.
4). Memberikan perangsang belajar yang sama dan kesamaan pengalaman
kepada siswa sehingga dapat menimbulkan persepsi yang sama.
Media berbasis audio visual meliputi video, film, program slide-tape,
televisi, dan sejenisnya. Media ini menyampaikan materi dengan menggunakan
mesin-mesin mekanik dan elektronik untuk menyajikan pesan audio (melalui
pendengaran) dan visual (melalui penglihatan). Jadi pembelajaran dengan media
audio visual memungkinkan siswa mempelajari materi yang disampaikan melalui
penglihatan dan pendengaran sekaligus. Ciri-ciri utama teknologi media audio
visual adalah (a) dapat
menyajikan visual yang dinamis, (b) digunakan dengan cara yang telah
ditetapkan sebelumnya oleh perancang, (c) merupakan representasi fisik dari
gagasan real atau abstrak, (d) dikembangkan menurut prinsip psikologis kognitif
dan behaviorisme.
Hasil Belajar
Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar keterampilan ( ranah psikomotor) adalah ranah yang
berkaitan dengan kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu (Kunandar, 2013: 249). Psikomotor berhubungan
dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan (skill) sebagai
hasil dari tercapainya kompetensi pengetahuan. Hal ini berarti kompetensi
keterampilan itu sebagai implikasi dari tercapainya kompetensi pengetahuan
dari peserta didik. Keterampilan itu sendiri menunjukkan tingkat keahlian
seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu. Menurut
Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 (Kunandar: 49) standar penilaian
pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen

penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses


pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil
belajar peserta didik.
Berdasarkan penjelasan tentang pengertian keterampilan (psikomotorik)
tersebut dapat dikemukakan bahwa penilaian kompetensi keterampilan adalah
penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi
keterampilan dari peserta didik yang meliputi aspek imitasi, manipulasi, presisi,
artikulasi dan naturalisasai. Berikut penjelasan masing-masing aspek
keterampilan (psikomotorik) :
(1) Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan
sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya.
(2) Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum
pernah dilihat, tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja.
(3) Presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang akurat
sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat.
(4) Artikulsi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang kompleks dan tepat
sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh.
Pada pembelajaran inkuiri, aspek keterampilan merupakan salah satu
aspek yang harus dikembangkangkan. Inkuiri tidak hanya mengembangkan
kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk
pengembangan emosional dan pengembangan keterampilan. Pada hakikatnya,
inkuiri ini merupakan suatu proses. Proses ini bermula dari merumuskan
masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti, menguji hipotesis,
dan menarik kesimpulan sementara, menguji kesimpulan sementara supaya
sampai pada taraf tertentu diyakini oleh peserta didik yang bersangkutan (Gulo,
2008:93). Dalam kurikulum 2013, ranah psikomotor tercantum dalam
kompetensi inti 4 (KI 4), yakni keterampilan. Semua mata pelajaran memiliki
aspek keterampilan sebagai kelanjutan dari aspek pengetahuan (kompetensi inti
3) yang telah dikuasai peserta didik.
Guru menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian berupa: (1)
kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu
kompetensi tertentu menggunakan tes praktik (unjuk kerja) dengan
menggunakan instrumen lembar pengamatan (observasi), (2) proyek dengan
menggunakan instrumen lembar penilaian dokumen laporan proyek, (3)
penilaian portofolio dan penilaian produk dengan menggunakan instrumen
lembar penilaian produk. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau
skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik. Pada penelitian ini
menggunakan penilaian kinerja dengan instrumen penilaian lembar observasi
yang dilengkapi rubrik penilaian. Lembar observasi yang dibuat, dikembangkan
berdasarkan sintaks inkuiri yaitu orientasi, penentuan masalah, identifikasi
masalah dan penyimpulan.
Menurut kunandar (2013: 261) langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam penilaian unjuk kerja adalah:
1) Tetapkan KD yang akan dinilai dengan teknik penilaian unjuk kerja beserta
indikator-indikatornya.
2) Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan
mempengaruhi hasil akhir (out put) yang terbaik.
3) Tulislah prilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting diperlukan
untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir (out put) yang terbaik.
4) Rumuskan kriteria kemampuan yang akan diukur.
5) Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan-kemampuan yang akan diukur,
atau karakteristik produk yang dihasilkan.
6) Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan
yang akan diamati.

7) Kalau ada periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria-kriteria


kemampuan yang sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain dilapangan.
Materi pembentukan bayangan pada cermin datar dan cermin lengkung
Pembentukan bayangan pada cermin dapat diuraikan dalam 3 jenis cermin. Yaitu
pembentukan bayangan pada cermin datar, cermin cekung dan cermin
cembung. Bayangan yang idhasilkan oleh cermin yang berbeda ini memiliki
karakteristik yang berbeda sebagai berikut.

Pada pemantulan terhadap cermin datar, ukuran benda sama dengan ukuran
bayangan dan jarak benda sama dengan jarak bayangan.
Lukisan bayangan pada cermin datar
Lukisan bayangan pada cermin datar dapat dilihat pada gambar berikut.

Untuk melukis bayangan digunakan aturan hukum pemantulan.


Pembentukan Bayangan Pada Cermin Cekung
Cermin cekung adalah cermin yang bidang pantulnya melengkung ke dalam.
Sendok dan mangkuk merupakan contoh benda yang permukaannya cekung.
Tampak pada mangkok dan sendok bayangan dari apel. Untuk memahami

bagaimana bayangan terbentuk, terlebih dulu harus memahami sifat, bagianbagian cermin dan sinar-sinar istimewa yang berlaku pada cermin tersebut.
Sifat Cermin Cekung
Bila berkas sinar sejajar sumbu utama dijatuhkan ke sebuah cermin cekung,
maka sinar pantulnya akan mengumpul (konvergen). Karena sifat inilah, maka
cermin cekung disebut juga cermin konvergen.

Sinar-sinar sejajar sumbu utama dipantulkan melalui titik fokus.


Bagian-bagian Cermin Cekung/Konvergen

Bagian-bagian cermin cekung

1, 2, 3, dan 4 merupakan ruang benda dan ruang bayangan


Dengan :
O = titik pusat bidang cermin
F = titik fokus
M = titik pusat kelengkungan cermin
f = jarak fokus cermin (cm)
R = jari-jari cermin (cm)
SU = sumbu utama
Sinar-sinar Istimewa pada Cermin Cekung
1. Sinar datang sejajar sumbu utama cermin akan dipantulkan melalui titik
fokus F.

2. Sinar datang melalui titik fokus F akan dipantulkan sejajar sumbu utama.
3. Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan M akan dipantulkan kembali
melalui titik M.

Sinar-sinar Istimewa pada Cermin


Cekung
Lukisan Bayangan Pada Cermin Cekung
Untuk melukis bayangan yang dihasilkan oleh cermin cekung dapat digunakan 2
di antara 3 sifat sinar-sinar istimewa.

Bayangan benda pada cermin cekung


Pada cermin cekung berlaku aturan 5, yaitu:
1. Jika benda di ruang (1), bayangan di ruang (4)
2. Jika benda di ruang (2), bayangan di ruang (3)
3. Jika benda di ruang (3), bayangan di ruang (2)
Pembentukan Bayangan Pada Cermin Cembung
Cermin cembung adalah cermin yang bidang pantulnya melengkung keluar.
Contoh lain dari cermin cembung adalah kaca spion. Bagaimanakah proses
terbentuknya bayangan? Untuk itu kita harus memahami sifat, bagian-bagian
cermin, dan sinar-sinar istimewa yang berlaku pada cermin cembung.
Sifat Cermin Cembung

Bila berkas sinar sejajar sumbu utama dijatuhkan pada cermin cembung maka
berkas sinar akan dipantulkan menyebar (divergen) seolah-olah berasal dari titik
fokus.

Sinar dipantulkan menyebar


Oleh karena itu, cermin cembung disebut cermin divergen. Selain itu karena nilai
R negatif, maka cermin cembung disebut juga cermin negatif.
Bagian-bagian Cermin Cembung/Negatif/Divergen

Bagian-baggian cermin cembung


Pada cermin cembung, benda selalu di ruang (4) sehingga bayangan di ruang
(1).
Sinar-sinar Istimewa Pada Cermin Cembung
Cermin cembung juga memiliki 3 sinar istimewa, yaitu:
1. Sinar datang sejajar sumbu utama cermin akan dipantulkan seolah-olah
berasal dari titik fokus F.

Sinar sejajar sumbu utama


2. Sinar datang menuju titik fokus F akan dipantulkan sejajar sumbu utama.

Sinar menuju titik fokus


3. Sinar datang menuju ke titik pusat kelengkungan M akan dipantulkan
kembali seolah-olah berasal dari titik M.

Sinar menuju pusat kelengkungan


Lukisan Bayangan Pada Cermin Cembung

Variabel pada cermin cembung


Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan metode yang
mengarah pada studi kuantitatif. Subana dan Sudrajat (2009:27) mengatakan
bahwa penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian yang tidak melakukan
tindakan ataupun pengontrolan perlakuan pada subjek penelitian, penelitian
dilakukan untuk mengungkap fakta dan gejala apa adanya saat penelitian
dilakukan. Subana dan Sudrajat, (2009: 27) juga membagi metode penelitian
deskriftif ke dalam tiga studi: studi komperatif, yaitu membandingkan persamaan
dan perbedaan gejala-gejala tertentu; studi kuantitatif, yaitu mengukur dan

menampilkan fakta melalui teknik survey, tes, interview, angket, dan lain-lain;
dan studi korelasional, yaitu satu unsur dengan unsur lainnya.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas. penelitian tindakan
didefinisikan sebagai studi sistematis dari upaya meningkatkan praktik
pendidikan oleh kelompok partisipan dengan cara tindakan praktis mereka
sendiri dan dengan cara refleksi mereka sendiri terhadap pengaruh tindakan
tersebut (Hopkin dalam Emzir, 2008:234)
Setting Penelitian
Penelitian dilakukan di SMP Negeri 45 Palembang pada semester genap tahun
ajaran 2015 -2016 karena pada penelitian ini materi yang akan digunakan adalah
materi optik. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 1 April 2016 sampai
dengan 15 April 2016.
Subjek Penelitian
Menurut Arikunto (2010: 95) jika jumlah subjek dalam populasi hanya meliputi
antara 100 sampai 150 orang, sebaiknya subjek diambil semua. Akan tetapi jika
subjeknya besar dapat diambil beberapa persen saja bergantung dari
kemampuan peneliti. Berdasarkan alasan ini maka sampel yang diambil adalah
dua kelas yaitu kelas VIII.1 dan VIII.2 SMP Negeri 45 Palembang. Hal ini sesuai
dengan informasi yang diperoleh dari guru mata pelajaran fisika tentang kelas
yang cocok untuk dijadikan subjek penelitian.
Rencana Penelitian
Menurut Arikunto (2006) secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim
dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.
Dalam pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yang tediri dari dua siklus, yaitu sebagai berikut:
Siklus I
(1) Rencana Tindakan I
Penerapan pembelajaran inquiry terbimbing dilengkapi dengan LKPD untuk
menentukan bayangan pada cermin datar dan multimedia untuk menjelaskan
pembentukan bayangan pada cermin lengkung pada pokok bahasan
pembentukan bayangan pada cermin datar dan cermin lengkung.
(2) Pelaksanaan Tindakan I
Memberikan LKPD dan Pelaksanaan pembelajaran inquiry terbimbing pada
praktikum pembentukan bayangan pada cermin datar dan setelah itu
memperhatikan media multimedia sebagai media untuk menganalisis fenomena
materi pembentukan bayangan pada cermin lengkung.
(3) Observasi I
Mengamati aktivitas peserta didik
selama praktikum berlangsung dengan
lembar pengamatan sikap dan keterampilan peserta didik. Dan melihat
keaktifkan peserta didik kegiatan analisis fenomena berdasar multimedia yang
ditampilkan oleh guru.

(4) Refleksi I
Menganalisis data dari LKPD , lembar observasi dan laporan praktikum dan dari
indikator hasil dari LKPD, lembar pengamatan, dan laporan praktikum sudah atau
belum tercapai.
Siklus II
Siklus II, dilakukan untuk menguatkan tindakan pada siklus I yang terdiri dari:
(1) Rencana Tindakan I
Penerapan pembelajaran inquiry terbimbing dilengkapi dengan LKPD untuk
menentukan bayangan pada cermin datar dan multimedia untuk menjelaskan
pembentukan bayangan pada cermin lengkung pada pokok bahasan
pembentukan bayangan pada cermin datar dan cermin lengkung. Pada kegiatan
ini guru memfasilitasi peserta didik lebih maksimal dan mulai mengajak peserta
didik berfikir kritis pada fenomena- fenomena terkait materi yang bersifat
kontekstual.
(2) Pelaksanaan Tindakan I
Memberikan LKPD dan Pelaksanaan pembelajaran inquiry terbimbing pada
praktikum pembentukan bayangan pada cermin datar dan setelah itu
memperlihatkan media multimedia sebagai media untuk menganalisis fenomena
materi pembentukan bayangan pada cermin lengkung. Pada kegiatan ini
dilakukan penguatan saat guru memperlihatkan multimedia berupa video
macromedia flash pembentukan bayangan pada cermin lengkung dengan cara
memberikan stimulus berupa kata kunci kepada peserta didik untuk berpendapat
terkait dengan fenomena yang disajikan dalam multimedia
(3) Observasi I
Mengamati aktivitas peserta didik
selama praktikum berlangsung dengan
lembar pengamatan sikap dan keterampilan peserta didik. Dan melihat
keaktifkan peserta didik kegiatan analisis fenomena berdasar multimedia yang
ditampilkan oleh guru. Pada tahap ini guru memastikan seluruh peserta didik
bisa melakukan praktikum dengan benar dan tepat.
(4) Refleksi I
Menganalisis data dari LKPD , lembar observasi dan laporan praktikum dan dari
indikator hasil dari LKPD, lembar pengamatan, dan laporan praktikum sudah atau
belum tercapai.
Tabel 2. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas

No. Kegiatan

Minggu ke
1

Penyusunan Proposal

Seminar Proposal

Persiapan Penelitian

Pelaksanaan Siklus 1

Pelaksanaan Siklus 2

Pelaksanaan Siklus 3

Analisis Data

Penulisan Laporan

Seminar Hasil

10

Perbaikan Laporan

Instrumen Pengumpulan Data


Agar diperoleh data penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan, maka
diperlukan instrumen yang dapat digunakan sebagai pengumpul data. Dalam
penelitian ini ada empat metode pengumpulan data, yaitu metode dokumentasi,
tes, angket, dan observasi.
Metode dokumentasi merupakan pengukuran data dengan cara
mengambil dokumen. Pada penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk
mengetahui daftar nama dan nomor absen siswa serta untuk mendapatkan data
nilai test akhir, tugas dan laporan hasil (LKS).
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk
mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 1998). Dalam penelitian
ini, metode tes digunakan untuk mendapatkan informasi tentang kemampuan
kognitif siswa sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran, yaitu kemampuan
awal (prasyarat) dan prestasi belajar fisika (aspek kognitif).
Angket adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang terinci dan lengkap
yang harus dijawab oleh responden tentang pribadinya atau hal-hal yang
diketahuinya (Masidjo, 1995 : 70). Dalam penelitian ini, metode angket
digunakan untuk mendapatkan informasi tentang aktivitas belajar selama
mengikuti pembelajaran dan prestasi belajar fisika (aspek afektif) setelah siswa
mengikuti pembelajaran. Pengumpulan data dengan observasi digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang aktivitas dan pestasi belajar fisika (aspek afektif
dan psikomotor) selama siswa mengikuti pembelajaran.
Teknik Analisis Data
Observasi keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing
Pada penelitian ini observasi keterlaksanaan model inkuiri terbimbing
penilai diasumsikan adalah orang-orang yang mengetahui benar tingkah laku
individual tersebut pada saat keterlaksanaan model inkuiri terbimbing. Observasi
ini bertujuan untuk mengambil data mengenai proses pelaksanaan model
pembelajaran inkuiri terbimbing . Pada lembar observasi keterlaksanaan model
inkuiri terbimbing penilaian difokuskan hanya dilakukan pada guru, terdapat 17
deskriptor yang akan dinilai dengan memberikan chek list pada kolom Ya atau
Tidak. Kolom Ya diberi skor satu dan kolom Tidak diberi skor nol. Skor dari
masing-masing
deskriptor
dijumlahkan
kemudian
dihitung
persentase
keterlaksanaannya menggunakan rumus :

(Purwanto, 2004:103)
Instrumen Prestasi Belajar (Aspek Psikomotor)
Untuk memperoleh data tentang prestasi belajar siswa aspek psikomotor setelah
mengikuti pembelajaran, maka digunakan alat observasi psikomotor. Observasi
ini berupa cek list yang terdiri dari 15 soal dengan dua alternatif jawaban yaitu
skor 1 untuk Ya dan skor 0 untuk Tidak.
Daftar Pustaka

Ambarsari, Wiwiet, dkk. 2013.Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap


Keterampilan Proses Sains Dasar Pada Pelajaran Biologi Siswa Kelas VII SMP
Negeri 7 Surakarta. Jurnal Pendidikan Biologi Volume 5, Nomor 1, Halaman 81-95.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Arikunto, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Balitbang Depdiknas. 2007. Rendahnya Kemampuan Sains Siswa.
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=182149&kat_id=151
Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan Contoh. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Wena, Made. 2012. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai