Anda di halaman 1dari 2

Burung Cendrawasih, Si Cantik Langka Dari Papua

Siapa yang tidak kenal dengan burung cendrawasih nan indah ini? Satwa langka
dari Papua ini sejak dulu telah memikat hati banyak orang. Burung cendrawasih
yang menjadi fauna kebanggaan dan identitas dari Papua ini hidup di hutan lebat
atau di dataran rendah dan kebiasaannya bermain di pagi hari saat matahari mulai
menampakkan cahaya di ufuk .
Burung cendrawasih merupakan anggota famili Paradisaeidae dari ordo
Passeriformes. Mereka ditemukan di Indonesia timur, pulau-pulau selat Torres,
Papua Nugini, dan Australia timur. Burung anggota keluarga ini dikenal karena bulu
burung jantan pada banyak jenisnya, terutama bulu yang sangat memanjang dan
rumit yang tumbuh dari paruh, sayap atau kepalanya. Ukuran burung cendrawasih
mulai dari Cendrawasih Raja pada 50 gram dan 15 cm hingga Cendrawasih Paruhsabit Hitam pada 110 cm dan Cendrawasih Manukod Jambul-bergulung pada 430
gram.
Burung-burung cendrawasih terdiri dari 13 genus dan yang paling terkenal adalah
anggota genus Paradisaea, termasuk spesies tipenya, cendrawasih kuning besar,
Paradisaea apoda. Jenis ini dideskripsikan dari spesimen yang dibawa ke Eropa dari
ekpedisi dagang. Spesimen ini disiapkan oleh pedagang pribumi dengan membuang
sayap dan kakinya agar dapat dijadikan hiasan. Hal ini tidak diketahui oleh para
penjelajah dan menimbulkan kepercayaan bahwa burung ini tidak pernah mendarat
namun tetap berada di udara karena bulu-bulunya. Inilah asal mula nama bird of
paradise ('burung surga' oleh orang Inggris) dan nama jenis apoda - yang berarti
'tak berkaki'. (Sumber: Wikipedia)
Burung yang mendapat julukan burung surga itu dahulu populasinya cukup banyak
di hutan Papua, namun karena terus diburu akhirnya populasinya kini menurun
drastis dan sudah sulit dijumpai. Ada beberapa penyebab mengapa jenis satwa
langka ini terancam punah. Penyebabnya antara lain, hutan tempat mereka
berlindung dan berkembang biak mulai menyempit seiring dengan semakin
meningkatnya penebangan hutan oleh perusahaan pemegang hak pengusahaan
hutan (HPH). Faktor lain yang menyebabkan populasi burung Cendrawasih menurun
drastis adalah sifat reproduksi hewan langka tersebut sangat lamban. Kondisi ini
semakin diperburuk oleh pemburu liar.
Perburuan burung Cendrawasih sebenarnya sudah dilarang dipasaran berdasarkan
surat keputusan Menteri Kehutanan, namun karena harga burung ini cukup
menggiurkan sehingga para pemburu terus mengadakan perburuan liar.
Keindahannya sejak lama telah menjadi incaran komoditas usaha yang mendunia,
mulai dari pemburu lokal, pemerintah kolonial Belanda, hingga pengusaha busana
di Eropa Amerika dan Kanada yang memanfaatkan bulu burung tersebut.

Populasi burung cendrawasih yang terus menurun menimbulkan keinginan


beberapa pihak untuk mencoba melakukan penangkaran. Salah satu yang berhasil
melakukan penangkaran adalah Taman Burung dan Rimba Reptil Bali di Gianyar Bali
terhadap burung cendrawasih jenis kepala merah (Paradisaea rubra) (Sumber:
Antara News

Anda mungkin juga menyukai