Makalah Biokimia
Makalah Biokimia
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Paparan sinar matahari yang kuat dapat menyebabkan eritema dan
Predileksi utama KSB adalah area yang terpapar sinar matahari, sekitar
80% mengenai kepala dan leher dan sebesar 30% terjadi pada hidung. Hal ini
sesuai dengan teori yang menyatakan radiasi ultra violet (UV) sebagai faktor
risiko utama KSB. Hubungan antara radiasi UV dengan KSB merupakan sesuatu
yang kompleks dan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tipe kulit serta
pola dan jumlah dosis paparan tersebut.(Ramsey, 2006).
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana akibat paparan berlebihan sinar matahari pada kulit
manusia yang dihubungkan dengan proses terjadinya kanker dan
kerusakan DNA ?
1.3
Tujuan
Mengetahui akibat terkena paparan berlebihan sinar matahari pada kulit
manusia serta proses terjadinya kanker dan kerusakan DNA.
1.4
Manfaat
1. Bagi Mahasiswa menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
paparan berlebihan sinar matahari pada kulit serta proses terjadinya
kanker dan kerusakan DNA.
2. Bagi Pembaca menambah referensi dan sumber bacaan mengenai
paparan berlebih sinar matahari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kulit
Kulit merupakan organ terbesar tubuh manusia. Kulit mempunyai
dermis/
yaitu
sel
yang
menghasilkan
melanin
melalui
proses
melanogenesis.
b. Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang,
yang merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan merepresentasikan
dengan
filamen;
filamen
ini
memiliki
fungsi
untuk
9. Fungsi ekspresi emosi, hasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas
menyebabkan kulit mampu berfungsi sebagai alat untuk menyatakan
emosi yang terdapat dalam jiwa manusia.
Bagian-bagian kulit akan berfungsi dengan baik jika tidak mengalami
gangguan yang berarti. Dalam sehari-hari manusia melakukan aktifitas diluar
rumah, yang akan selalu terpapar oleh sinar matahari. Dengan paparan sinar
matahari setiap hari dapat menyebabkan kerusakan pada kulit, jika dibiarkan
terlalu lama fungsi kulit akan tergangggu dan akhirnya akan menyebabkan
kanker kulit.
2.2
merugikan bagi manusia yang tergantung pada panjang gelombang sinar matahari,
frekuensi paparan sinar matahari, intensitas sinar matahari yang dipaparkan, dan
sensitivitas masing-masing individu. Radiasi sinar matahari terdiri dari berbagai
macam panjang gelombang mulai dari sinar inframerah, sinar tampak, dan sinar
ultraviolet. Sinar ultraviolet terbagi dalam tiga jenis, yaitu UV A (320-400 nm),
UV B (290-320 nm), dan UV C (200-290 nm) (Wilkinson, 1982).
2.3
sinar matahari. Paparan sinar UV yang berlebihan dapat memberikan efek negatif
pada kulit. Sinar UV bersifat oksidatif karena dapat menghasilkan suatu senyawa
radikal bebas yang disebut dengan reactive oxygen species (ROS). Keberadaan
ROS yang terakumulasi di dalam kulit tersebut diyakini sebagai penginduksi
terjadinya kerusakan sel, penuaan dini, dan kanker kulit (Hassan et al, 2013;
Balakhrisnan dan Narayanaswamy, 2011).
Selain mempunyai manfaat dalam membantu sintesa vitamin D, sinar UV
lebih banyak membawa dampak buruk bagi kulit manusia, diantaranya
menyebabkan kulit terbakar (sunburn), atau penggelapan kulit (darkening),
merusak kulit dan menyebabkan noda noda gelap pada kulit (dark spots).
Gambar 2. Sunburn
Sumber : https://jaller.wordpress.com/tag/perawatan-terhadap-terbakar-sinar-matahari/
menjadi gelap dan pucat. Pigmentasi maksimum muncul 1 jam setelah terpapar
sinar dan akan kembali normal 2-3 jam kemudian (Saul & Robert, 1972).
2) Delayed tanning
Proses pigmentasi tipe delayed tanning disebabkan oleh radiasi sinar
ultraviolet pada rentang panjang gelombang 290-320 nm (UV B) atau dikenal
dengan erythemogenic radiation. Radiasi tersebut menyebabkan granul melanin
yang terletak di lapisan basal pada jaringan epidermis teroksidasi dan mulai
bermigrasi menuju permukaan kulit. Akibatnya, warna kulit menjadi lebih gelap 1
jam kemudian dan mencapai pigmentasi maksimum 10 jam setelah terpapar sinar
UV. Keadaan kulit akan kembali normal 4-8 hari kemudian (Wilkinson dan
Moore, 1982; Saul dan Robert, 1972). 3) True tanning (melanogenesis)
Melanogenesis disebabkan oleh sinar UV B. Sinar UV B akan mengaktifkan
enzim tirosinase dan menginisiasi pembentukan melanin. Pigmentasi muncul dua
hari setelah terpapar sinar ultraviolet dan mencapai pigmentasi maksimum tiga
hari kemudian (Fitrie, 2004).
b. Eritema
Paparan sinar ultraviolet pada panjang gelombang 290-320 nm memicu
reaksi inflamasi dan menyebabkan warna kulit menjadi merah atau eritema.
Eritema muncul 2-3 jam setelah terpapar sinar matahari dan mencapai intensitas
maksimum 10-12 jam kemudian dan tetap merah 24 jam kemudian. Tahapan
eritema dibagi dalam tiga fase, yaitu memerahnya kulit, pengerutan kulit, dan
pelepasan sel epidermis (Zubaidah, 1998).
c. Kanker kulit
Radiasi sinar UV-B pada tingkat seluler (membran, protein, DNA) secara
terus-menerus dapat merusak DNA dan berkembang menjadi kanker kulit. Jenis
kanker kulit dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu Basal Cell Carcinoma (BCC),
Squamos Cell Carcinoma (SCC), dan Cutaneous Malignant Melanoma (CMM).
Gejala BCC ditandai dengan timbulnya benjolan transparan yang terletak di tepi
seperti mutiara. Bagian tengah benjolan tersebut mencekung dan halus. Kanker
BCC paling sering ditemukan di daerah wajah. Kanker SCC terjadi pada sel-sel
skuamosa bagian epidermis kulit dan dapat bertumbuh dan berkembang lebih
cepat dibandingkan sel basal dan bermetastase sekitar 2%. Baik BCC maupun
SCC dapat disembuhkan hingga 98%, sedangkan CMM merupakan jenis tumor
ganas yang berkembang dalam sel melanosit di lapisan epidermis (Bunawas,
1999).
2.4
struktur molekul gula atau basa, putusnya ikatan hidrogen antar basa, hilangnya
basa, dan lainnya. Kerusakan yang lebih parah adalah putusnya salah satu untai
DNA, disebut single strand break, atau putusnya kedua untai DNA, disebut double
strand breaks. Secara alamiah sel mempunyai kemampuan untuk melakukan
proses perbaikan terhadap kerusakan yang timbul dengan menggunakan beberapa
jenis enzim yang spesifik (Ayub, 2013).
Proses perbaikan dapat berlangsung terhadap kerusakan yang terjadi tanpa
kesalahan sehingga struktur DNA kembali seperti semula dan tidak menimbulkan
perubahan fungsi pada sel. Tetapi dalam kondisi tertentu, proses perbaikan tidak
berjalan sebagaimana mestinya sehingga walaupun kerusakan dapat diperbaiki
tetapi tidak secara tepat atau sempurna sehingga menghasilkan DNA yang
berbeda, atau yang dikenal dengan mutasi (Ayub, 2013).
2.5
tubuh yang tidak normal, berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan akan
terus membelah diri, selanjutnya menyusup ke jaringan sekitar (invasive) dan
terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ,selain itu
kanker merupakan suatu penonjolan atau pertumbuhan tidak wajar yang dapat
terjadi pada setiap bagian tubuh. Setiap benjolan yang keras, tidak sakit dan
10
tumbuh perlahan-lahan pada salah satu bagian tubuh. Namun jika lebih spesifik
kanker kulit adalah Benjolan pada kulit yang menyerupai kutil (mengeras seperti
tanduk), infeksi yang tidak sembuh sembuh, bintik-bintik berubah warna dan
ukuran, rasa sakit pada daerah tertentu, perubahan warna kulit berupa bercakbercak.
Proses terjadinya kanker kulit salah satunya disebabkan oleh paparan sinar
matahari yang biasa disebut dengan sinar ultraviolet. Meskipun sinar ultraviolet
tidak dapat dilihat oleh mata manusia, namun sinar ultrsviolet merupakan bagian
dari sinar matahari yang sangat berpengaruh pada kulit. Menurut (Andy, 2009)
menyatakan bahwa Sinar UV dikelompokkan ke dalam 3 jenis, ultraviolet A
(UVA), Ultraviolet B (UVB), dan ultraviolet C (UVC), yang tergantung pada
panjang gelombang. Sinar UV dalam jumlah kecil bermanfaat karena membantu
tubuh menghasilkan Vitamin D. Namun jika sinar UV dalam jumlah besar
merusak asam deoxyribonucleid (DNA-bahan genetika tubuh). Penyebab kanker
kulit yang paling utama adalah sinar ultraviolet (UV) dari matahari. Sinar UV
yang berhasil masuk ke kulit bagian dermis merusak DNA sel kulit.
Sinar
UV
menyebabkan
dinding
sel
pembuluh
darah
menipis
menyebabkan lebih mudah memar hanya disebabkan oleh trauma kecil dikulit
yang terkena matahari, contohnya bagian besar dari memar yang terjadi dikulit
yang terbakar matahari terjadi dibelakang tangan atas dan lengan bagian luar.
Matahari juga dapat menyebabkan munculnya telengiectasias, pembuluh darah
kecil dikulit khususnya diwajah berbentuk seperti jaring laba-laba.
11
Pada keadaan normal, sel yang rusak tersebut dibuang oleh tubuh dan
diganti dengan sel baru yang sehat. Namun, karena UV yang masuk sangat
banyak sehingga tubuh tidak mampu memperbaiki diri lagi, sel yang rusak tidak
mati tapi malah tumbuh merajalela mendesak dan merusak sel yang normal. Sel
yang merusak itulah yang disebut kanker. Orang yang warna kulitnya lebih terang
(putih) juga lebih mudah terkena kanker kulit karena jumlah pigmen warna
kulitnya (melanin) sedikit. Pigmen warna kulit berguna untuk melindungi kulit
terhadap sinar UV, memantulkan dan menyerap sinar UV sehingga tidak sampai
masuk dan merusak sel-sel kulit dermis. Orang Indonesia, yang hidup di
khatulistiwa dengan sinar matahari memancar hampir sepanjang tahun, diberikan
dengan warna kulit sawo matang dengan jumlah pigmen yang sudah
diperhitungkan untuk perlindungan.
Actinic keratoses / pertumbuhan prakanker / (solar keratoses) adalah
pertumbuhan sebelum kanker yang disebabkan terkena sinar matahari langsung
dalam waktu lama. Pertumbuhan ini biasanya berwarna kemerahan atau merah
dan tampak kering, daerah bersisik. Bisa berwarna abu-abu terang atau kecoklatan
dan terasa tebal, kasar atau berpasir. Kulit di sekitarnya seringkali tampak tipis.
Meskipun orang dengan kulit kuning langsat lebih aman, kulit siapapun akan
berubah dengan paparan yang cukup. Actinic keratoses biasanya bisa diangkat
dengan membekukan dengan cairan nitrogen (cryotherapy) ; meskipun begitu, jika
seseorang memiliki terlalu banyak pertumbuhan, krim cair mengandung
fluoroucacil bisa dioleskan. Seringkali, selama pengobatan, kulit sementara waktu
terlihat buruk karena fluoroucacil menyebabkan kemerahan, scaling, dan
pembakaran keratoses dan pada sekitar kulit rusak karena matahri. Obat yang
relatif baru, imiquimod, sangat berguna dalam pengobatan actinic keratoses
karena hal itu membantu sistem kekebalan untuk mengenali dan menghancurkan
pertumbuhan kanker kulit (Peiwen, 2010).
12
Kanker kulit umumnya berasal dari tahi lalat atau bercak kehitaman yang
agak menonjol. Menurut (Peiwen, 2010) menyatakan bahwa Kanker kulit ganas
ada 3 jenis, yaitu:
1) Karsinoma Sel Basal (KSB) /Basal Cell Carcinoma (BCC) atau
basalioma. Jenis kanker kulit ini adalah yang terbanyak diderita
manusia. Di Indonesia pun jenis kanker kulit ini yang paling banyak
terjadi. KSB tumbuh sangat lambat, alhamdulillah tidak menyebar dan
tidak menyebabkan kematian. Namun, tentu saja merusak, lalu
menggerogoti organ tubuh di bawahnya, bahkan bisa sampai melubangi
tulang. KSB awal berupa benjolan cokelat kemerahan, kadang mirip
jerawat yang tidak sembuh-sembuh, pinggirannya menonjol berwarna
keperakan seperti mutiara. Lama kelamaan berkembang menjadi koreng
yang tidak bisa sembuh. Sering disangka koreng biasa dan diberi salep
antibiotik oleh petugas kesehatan. Ya, memang tidak sembuh.
Pengobatannya adalah dengan tindakan bedahterbaik dilakukan pada
fase awaldan bisa sembuh total. Dapat juga diobati dengan laser, bedah
beku, radiasi, dan kemoterapi.
2) Karsinoma Sel Skuamosa (KSS)/Squamous Cell Carsinoma (SCC).
Jenis ini lebih berbahaya dari KSB karena 1 persen kasus bisa menyebar
ke organ lain dan menyebabkan kematian. Agak jarang dijumpai di
Indonesia. Area KSS terutama pada bagian kulit yang banyak terpapar
sinar matahari. Dapat juga terjadi di daerah kulit yang sering terkena
bahan kimia, panas api, radiasi dan racun arsenik yang terkandung dalam
pestisida.
Awalnya
KSS
terlihat
sebagai
benjolan
keras
13
meninggal karena kanker kulit jenis ini. Asalnya dari tahi lalat yang
berubah warnanya menjadi tidak rata, membesar, gatal, mudah berdarah
dan menjadi koreng yang tak kunjung sembuh.
2.6
organ dibawahnya dari bahaya sinar UV matahari, antara lain dengan membetuk
butir butir pigmen kulit ( melamin ) yang sedikit banyak memantulkan kembali
sinar matahari. Jika kulit terpapar matahari, misalnya saat berjemur, maka timbul
2 tipe reaksi melamin (Nofianty, 2008):
1. Tambahan melamin dengan cepat ke permukaan kulit
2. Pembentukan tambahan melanin baru
Jika pembentukan tambahan melanin itu berlebihan dan terus - menerus
akan menimbulkan noda hitam pada kulit. Ada dua cara perlindungan kulit
(Nofianty, 2008)yaitu:
1. Perlindungan secara fisik
Misalnya memakai payung, topi, baju lengan panjang, celana panjang serta
pemakaian bahan bahan kimia yang dapat melindungi kulit dengan cara
memantulkan sinar yang mengenai kulit, misalnya Titan dioksida, Zinc
oksida, kaolin, kalsium karbonat, magnesium karbonat talcium, sillicium
dioksida dan bahan bahan lainnya sejenis yang sering dimasukkan dalam
bedak. Titanium oksida dan seng paling sering digunakan didalamnya.
Titanium oksida dapat memantulkan dan menghamburkan semua radiasi sinar
UV dan sinar tampak ( 290-777 nm ) dengan cara mencegah atau
meminimalkan efek terbakar matahari dan pencoklatan kulit.
2. Perlindungan secara kimiawi dengan bahan kimia:
a. Bahan yang menimbulkan dan mempercepat proses penggelapan kulit
( tanning) misalnya dioxy acetone dan 8-methoxy psoralen yang
dikonsumsi 2 jam sebelum berjemur. Bahan ini dapat mempercepat
pembentukan pigmen melanin di permukaan kulit. Bahan bahan
14
15
bahan-bahan
yang
dapat
melindungi
kulit
dengan
16
bahanbahan ini meningkat belakangan ini karena toksisitasnya yang rendah. Zat zat yang bekerja secara fisik sebenarnya lebih aman, karena tidak mengalami
reaksi kimia yang tidak kita ketahui akibatnya. Bahan ini juga stabil terhadap
cahaya dan tidak menunjukkan reaksi fototoksik atau fotoalergik (Nguyen &
Rigel, 2005). Untuk mengoptimalkan kemampuan dari tabir surya sering
dilakukan kombinasi antara tabir surya kimia dan tabir surya fisik, bahkan ada
yang menggunakan beberapa macam tabir surya dalam suatu sediaan kosmetika
(Wasitaatmadja, 1997).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Akibat Paparan Berlebihan Sinar Matahari pada Kulit Manusia yang
Dihubungkan dengan Proses Terjadinya Kanker dan Kerusakan DNA
Akibat paparan berlebihan sinar matahari pada kulit manusia dapat
menyebabkan penyakit kanker, salah satunya penyakit karsinoma sel basal
(KSB). Karsinoma sel basal merupakan keganasan kulit berasal dari sel yang
tidak mengalami kretinisasi dan terdapat pada lapisan basal di epidermis. Angka
insidensi KSB meningkat dari tahun ke tahun, antara lain disebabkan oleh
17
18
frekuensi LOH lebih rendah dibandingkan keganasan lain dan lebih sering terjadi
mutasi langsung secara independen pada kedua alel untuk p53 menghasilkan
bentuk mutant p53 akibat paparan berulangkali radiasi UV.
Jenis mutasi yang terjadi pada umumnya merupakan transisi sekuens
dipyrimidine C T dan CC TT yang karakteristik untuk mutasi yang disebabkan
oleh UVB. 2 UV dapat mengakibatkan kerusakan pada dimer cytosine yang tidak
dapat diperbaiki, sehingga terjadi mutasi tandem (dua atau lebih salinan sekuensi
DNA yang tersusun dalam urutan head-to tail di sepanjang kromosom), di mana
dua residu cytosine digantikan oleh dua basa thymin. Mutasi ini dapat terjadi pada
kodon 241, 248, 250 dan 258. Deteksi mutasi pada tandem sekuens CC TT pada
kodon 247 dan 248 lebih banyak dilakukan dengan alasan: mutasi tandem tersebut
lebih spesifik dibandingkan mutasi tunggal C T. selain itu kodon 248 menyandi
asam amino arginin yang berperan penting dalam fungsi tumor suppressor. Mutasi
p53 merupakan prediktor KSB, terdapat dose response relationship dimana terjadi
peningkatan risiko KSB seiring dengan peningkatan frekuensi mutasi.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Simpulan
Berdasarkan akibat terkena paparan berlebihan sinar matahari pada
kulit
manusia.
Paparan
sinar
matahari
dapat
memberikan
efek
19
Saran
Sebagai saran isi makalah ini :
1. Dalam mencari referensi jangan lupa mencantumkan sumbernya.
2. Jangan mengambil referensi dari sumber yang anonim.
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society, 2014. Cancer Facts and Figures. [Online] Available at:
http://cancer.org.html [Accessed 2015 Juni 11].
Andy, 2009. Fakta Seputar Sinar UV. [Online] Available at: Vivanews.com
[Accessed 2015 Juni 11 ].
Ayub, I., 2013. DASAR BIOLOGI RADIOTERAPI. [Online] Available at:
http://saladinayub.blogspot.com/2013/10/dasarbiologi-radioterapi-interaksi.html
[Accessed 2015 Juni 11].
Bunawas, 1999. Radiasi Ultarviolet dari Matahari dan RisikoKanker Kulit.
Cermin Dunia Kedokteran 1999, 122, pp.9 - 12.
CDC, 2010. Skin Prevention and Education. [Online] Available at:
http://cdc.gov/cancer/skin.html [Accessed 2015 Juni 15].
20
Fitrie, A.., 2004. Histologi dari Melanosit. Sumatera Utara: e-USU Repository.
pp.1 - 6.
Hadinoto, I..S.W..d.M.C.T.., 2000. Pengaruh pH terhadap Efektivitas Sediaan
Tabir Matahari dengan Bahan Aktif HeksilpMetoksianamat dan Oksilbenzen
dalam Basis Hidrofilik Krim Secara In Vitro. In Kongres Ilmiah XIII IKatan
Sarjana Farmasi Indonesia. Jakarta, 2000. Kongres.
Lachman, L..L.H.A.d.K.J.L., 1994. Teori dan Praktek FarmasivIndustri. 3rd ed.
Jakarta: UI - Press.
Lestari, S., 2011. Panca Indra. [Online] Available at: http://www.unnes.ac.id
[Accessed 2015 Juni 11].
Mitsui, T., 1997. New Cosmetic Science. Netherlands: Elsevier Sciene B.V.
Nofianty, T., 2008. Pengaruh formulasi Literatur. [Online] FMIPA UI Available
at: FAR.057-08-Pengaruh formulasi-Literatur.pdf [Accessed 2015 Juni 11].
Peiwen, L., 2010. Kanker. [Online] Available at: http://.www.untuksehat.co.cc
[Accessed 2015 Juni 11].
Ramsey, M., 2006. Basal Cell Carcinoma Emedicine. [Online] Available at:
http://www.emedicine.com/derm/topic47.htm [Accessed 2015 Juni 11].
Saul, I.K. & Robert, L.G., 1972. Suntan Preparation.
Schottelius, B.A..S.D.D., 1973. Textbook of Physiology. 7th ed.
Suharyanto, B., 2004. Melanoma Maligna dan Permasalahannya, Berkala Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. 16(2), p.69.
WHO, 2008. Cancer Key Fact (Global Burden of Cancer). [Online] Available at:
http://whp.int/cancer/en/index.html [Accessed 11 Juni 2015].
Wilkinson, J.B.d.M.R.J.., 1982. Harrys Cosmeticology. London: George Godwin.
pp.223 - 224.
Zubaidah, A., 1998. Efek Radiasi pada Kulit. 2(1), pp.27 - 31.
21