Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Dermatitis statis adalah salah satu penyakit peradangan kulit pada
ekstremitas. Hal ini merupakan manifestasi dari Chronic Venous Disease
(CVD) yang berakibat insufisiensi dan hipertensi vena. Normalnya aliran
darah mengalir dari ke jantung dengan bantuan katup-katup vena. Katup ini
berfungsi menjaga darah tetap mengair menuju jantung melawan gravitasi.
Apabila fungsi katup tidak berjalan semestinya, darah akan mengalir
kembali ke bawah (reflux). Reflux berakibat terjadi penumpukan darah pada
vena dan bermanifestasi awal pada kulit sebagai hiperpigmentasi. 1

Penyakit ini umumnya menyerang pada usia pertengahan dan usia lanjut.
Penyakit ini jarang terjadi sebelum dekade ke lima kehidupan. Kecuali pada
keadaan dimana insufisiensi vena disebabkan oleh pembedahan, trauma,
atau trombosis. Dermatitis statis dapat merupakan prekusor dari keadaan
lain seperti ulkus vena tungkai atau lipodermatoskerosis.2

Beberapa penyakit seperti lipodermatosklerosis, selulitis,


dermatisis statis vena, dermatitis kontak akut mungkin
dapat secara bersamaan terjadi pada anggota gerak bawah,
sehingga sulit untuk di bedakan. Untuk itu, disusunlah
referat ini yang bertujuan mengetahui lebih rinci tentang
manifestasi klinis dan tatalaksana dermatitis statis
1.2

Status Pasien

A. Anamnesis
Identitas Pasien
Masuk poli penyakit kulit dan kelamin RSAM:
1

Tanggal 13 mei 2016


No. RM : 173207

Nama

: Ny. MUH

Jenis kelamin

: Perempuan

Umur

Status

: Menikah

Alamat

: jl. Pramuka perum kemiling

Suku

Pekerjaan

: 55 Tahun

: jawa
: pegawai

Riwayat Penyakit
Keluhan Utama
Koreng dengan rasa gatal dan nyeri di kaki kanan sejak 1
bulan yang lalu.
Keluhan Tambahan
Keluar cairan berwarna putih dari koreng tersebut.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli penyakit kulit dan kelamin RSAM
pada tanggal 13 Mei 2016, dengan keluhan merasa gatal
dan nyeri pada koreng di kaki kanan sejak 1 bulan yang
lalu. Awalnya pasien mengeluhkan gatal pada kaki kanan,
Lalu karena semakin gatal pasien menggaruk kaki bagian
kanan sehingga timbul koreng. Gatal dirasakan seperti di
gigit semut dan gatal dirasakan terus menerus, tidak di
pengaruhi oleh waktu dan aktivitas fisik. Gatal dirasakan
tiba-tiba tanpa ada pencetus. Gatal hanya pada bagian kaki
kanan saja dan tidak menjalar ke tubuh bagian yang
lainnya.

pasien

juga

merasakan

nyeri

pada

koreng

terutama untuk berjalan. Selain gatal dan nyeri pasien

mengeluhkan keluarnya cairan berwarna putih dan lengket


dari koreng tersebut. Pada koreng tersebut juga terdapat
nanah. Kulit disekitar koreng tersebut berwarna kehitaman
dan

semakin

lama

semakin

meluas.

Pasien

tidak

merasakan demam, nyeri kepala, mati rasa pada daerah


koreng tersebut.
Pasien memutuskan berobat ke dokter umum di sekitar
rumahnya dan diberikan salep. Namun pasien mengatakan
bahwa keluhan gatal tidak kunjung menghilang, sehingga
pasien berobat ke spesialis kulit.
Riwayat makan-makanan tertentu, riwayat kontak dengan
serangga ataupun bahan iritan sebelum gejala dirasakan
disangkal.
Riwayat penyakit dahulu
Keluhan seperti ini tidak pertama kali dialami oleh pasien.
Pasien mengeluhkan hal ini sejak 2,5 tahun yang lalu.
Keluhan sebelumnya bersifat hilang timbul. Koreng dapat
sembuh dan kembali sakit kembali saat pasien banyak
berjalan. Riwayat DM (-), Hipertensi (-)
Riwayat penyakit keluarga
Keluhan yang sama tidak terjadi di dalam keluarga.
Riwayat

penyakit

hipertensi,

diabetes

mellitus,

dan

penyakit herediter lain dalam keluarga disangkal.


B. Pemeriksaan Fisik
Status generalis

Keadaan umum : tampak sakit ringan

Kesadaran

Tanda vital

: compos mentis
:

o Tekanan darah

: 120/80mmhg

o Nadi

: 88 x/menit

o Pernafasan

: 20 x/menit

o Suhu

:-

Kepala dan leher: dalam batas normal

Thoraks

: dalam batas normal

Abdomen

: dalam batas normal

Ekstremitas

KGB

: dalam batas normal

IMT

: 30,46 ( obesitas)

: dalam batas normal

Status dermatologis

Regio

: kruris dextra lateral pars

distal

Effloresensi
diameter

: ulkus soliter, bulat ,


2

cm,

dasar

epidermis,

dinding menggaung,tepi rata, isi cairan


serosa dan nanah, warna merah, kulit
sekitar berwana hitam. Palpasi teraba
jaringan kulit dan nyeri, indurasi Hiperpigmentasi meluas disekitar luka
Tabel 1. Kelainan kulit yang ditemukan pada pasien
UKURAN

LESI

E.F SEKUNDER

Numularis

Soliter

Ulkus
Hiperpigmentasi
Krusta

Gambar 1.Regio brachii dan antebrachii dextra

C. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan lab tanggal 24 maret 2014
SGOT : 12, SGPT : 14, Ureum : 22, Creatinin : 0,7, GDN :
115, GDS : 104, koleterol total : 221, HDL : 37, LDL : 167,
Trigleserida : 140
Asam urat : 5,4
Hasil pemeriksaan laboratorium kultur
Ditemukan bakteri batang gram (-) Klebsiella sp
D. Resume
Pasien perempuan berusia 55 tahun datang ke poli kulit
dan kelamin RSAM dengan keluhan gatal-gatal kronis
disertai bekas luka garukan sejak 1 bulan sebelum
datang ke RSAM dengan predileksi pada :
Regio kruris dextra lateral pars distal.

Gatal yang dirasakan tiba-tiba dan berlangsung terus


menerus.
Nyeri pada koreng dan keluar cairan berwarna putih
dan nanah
Pemeriksaan fisik didapatkan IMT : 30,46 ( obesitas)
Status dermatologis : ulkus soliter, bulat , diameter 2
cm, dasar epidermis, dinding menggaung,tepi rata, isi
cairan serosa dan nanah, warna merah, kulit sekitar
berwana hitam. Palpasi teraba jaringan kulit dan nyeri,
indurasi -, Hiperpigmentasi meluas disekitar luka.
Hasil pemeriksaan laboratorium kultur : Ditemukan
bakteri batang gram (-) Klebsiella sp.
E. Diagnosis Banding
Dermatitis Numularis
Dermatitis kontak
F. Diagnosis Kerja
Dermatitis Statis
G. Penatalaksanaan
I.

Umum
a. Memberikan
sedang

penjelasan

dialami

tentang

pasien

penyakit

yang

pasien

dan

penyebab

dan

kepada

keluarganya.
b. Memberikan

informasi

tentang

prognosis penyakit yang dialami pasien, kepada


pasien dan keluarganya. Serta meminta kerjasama
keluarga pasien untuk merawat pasien.
c. Pada saat istirahat mengangkat kaki kanan lebih
tinggi diatas permukaan jantung selama 30 menit,
dilakukan sebanyak 3-4 kali.
5

d. Pada saat tidur malam hari, kaki kanan diganjal oleh


bantal setinggi 15-20 cm
e. Pada saat aktivitas, memakai kaos penyangga
varises atau pembalut elastis.
II. Khusus
Klindamisin 300mg 2x1
Analsik 500mg 2x1
Sagestam 10mg 2x1
Topcort 10mg

2x1

Moistderm 20mg
H. Pemeriksaan Anjuran
USG Doppler
I. Prognosis

Quo ad vitam

Quo ad functionam : dubia ad malam

Quo ad sanationam : dubia ad malam

: dubia ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Dermatitis statis adalah dermatitis yang terjadi akibat adanya gangguan aliran
darah vena di tungkai bawah (Marwali Harahap, 2000)1. Penyakit ini sering
menyerang pada tungkai bagian bawah karena tempat ini sering terjadi
kelainan insufisiensi vena. 5

2.2 PATOMEKANISME
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mekanisme timbulnya dermatitis
statis, yaitu:
1

Meningkatnya tekanan hidrostatik dalam sistem vena,


terjadinya kebocoran fibrinogen masuk kedalam dermis.
Selanjutnya fibrinogen diluar pembulu darah akan
berpolimerasi membentuk selubung fibrin perikapiler dan
interstisium, sehingga menghalangi difusi oksigen dan
makanan yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup
kulit, akibatnya akan terjadi kematian sel. Tetapi ada data
yang kurang mendukung hipotesis tersebut antara lain,
bahwa derajat endapan fibrin tidak ada hubungan dengan
luasnya insufisiensi vena dan tekanan oksigen. Demikian
pula selubung fibrin sekeliling kapiler dermis tidak
kontinu dan tidak teratur, sehingga sulit berperan sebagai
sawar terutama untuk molekul kcil seperti oksigen dan
nutrient lain.1

Dermatitis stasis terjadi sebagai akibat langsung dari


insufisiensi vena. Terganggunya fungsi sistem 1-arah
pada katup di pleksus vena pada kaki mengakibatkan
terjadinya aliran balik darah dari sistem vena (refluks)
sampai ke sistem vena superfisial, dengan disertai
hipertensi vena. Ini hilangnya fungsi katup dapat hasil
dari

penurunan

kompetensi

berhubungan

katup. Atau,

dengan

peristiwa

usia

tertentu,

pada
seperti

trombosis vena dalam, pembedahan (misalnya, operasi


vena, artroplasti lutut total, pengambilan vena saphena
untuk bypass koroner), atau luka trauma, dapat merusak
fungsi

dari

sistem

vena

tungkai. Mekanisme

ini

merupakan penyebab hipertensi vena dalam peradangan


kulit dermatitis stasis. 1

Pada pasien dengan dermatitis stasis, dapat kita perhatikan pada


bagian betis, karena cedera pada sistem vena karena trauma atau
pembedahan adalah faktor umum yang berkontribusi terhadap
perkembangan dermatitis stasis.2
Teori tentang penyebab peradangan kulit di insufisiensi vena
berpusat pada perfusi oksigen dari tungkai jaringan. Awalnya, sistem
vena yang tidak kompeten dianggap menyebabkan pengumpulan
darah di vena superfisial, dengan arus berkurang dan karenanya
mengurangi tekanan oksigen di kapiler dermis. Kandungan oksigen
menurun darah menggenang menyebabkan kerusakan hipoksia untuk
kulit di atasnya.3
3

Teori hipoksia / stasis itu disangkal oleh bukti bahwa


setelah dikumpulkan, darah stagnan dengan tekanan
oksigen rendah, vena tungkai pada pasien dengan
insufisiensi

vena

telah

dikompensasi

dengan

peningkatkan laju aliran dan tekanan peningkatan


tekanan

oksigen.

Shunting

arteriovenosa

bisa

menyumbang temuan ini, tetapi tidak ada bukti shunting


pada pasien dengan insufisiensi vena. Kurangnya lengkap
bukti untuk mendukung teori hipoksia / stasis telah
menyebabkan

banyak

peneliti

menganjurkan

ditinggalkannya teori dermatitis stasis ini.1


2.3 MANIFESTASI KLINIS
Manifesatsi Klinis pada dermatitis statis adalah: 3,4,5
1. Pelebaran vena atau varises, hal ini diesebabkan oleh
tekanan vena yang meningkat pada tungkai bawah. 5
2. Edema pada pergelangan kaki, Hal ini disebabkan
kebocoran plasma ke jaringan ekstrasisial karena
meningkatnya permeabilitas kapiler sebagai komplikasi
dari varises kronis. 5

3. Pigmentasi

stasis

hiperpigmentasi

atau

hiperpigmentasi,

kecoklatan

atau

berwarna

Purpura
merah

kehitaman pada tungkai bagian bawa yang disebabkan


ekstravasasi hemosiderin sel darah merah ke dalam
dermis, hal ini bersifat permanen dan asimtomatis. 5

4. Prurity patch yang bermula dari medial tungkai bawah


dan ankle yang proggresif. Hal ini dapat berupa
inflamasi akut maupun eksaserbasi akut. Hal ini
disebabkan karena pada bagian medial tungkai bawah
merupakan watersher area dari pembuluh vena yang
mempunyai perdarahan yang buruk dibanding pada
bagian bawah. Bagian ini selalu terkena dampak dari
hipertensi vena. 5
5. Stocking erytoderma. Hal ini disebabkan nekrosis dari
lemak di bawah kulit akibat dermatitis statis yang tak
tertangani pada stadium awal sehingga area lesi meluas
yang

akhirnya

melingkar

pada

tungkai

bawah.

Seringkali lesi meluas ke bagian superior sampai kearah


tumit. 5
6. Ulserasi dan likenifikasi, kondisi seperti dermatitis
lainnya dapat terjadi akibat dari ekskoriasi yang
berulang. Erosi pada kulit dapat terjadi apabila terjadi
trauma yang dalam. Likenifikasi umumnya terjadi
9

karena garukan dengan tungkai maupun dengan tumit


sebelahnya terutama saat pasien duduk. 5

7. Purpura dan ekimosis, Umumnya terjadi akibat trauma


saat lesi digaruk dan dari edema tungkai. 5
8. Lipodermatosclerosis, kelainan ini terdiri dari inflamasi
pada dermis dan subkutis akibat fibrosis. Dapat
ditemukan pada dermatitis statis yang lama (kronis)
maupun sebagai tanda manifestasi awal. Awal dari
lipodermatosklerosis tungkai seperti kemerahan dan
tegang dan sangat nyeri. Pada stage kronis didapatkan
gambaran inverted champagne bottle, dengan garis
parut seperti terikat, dan hiperpigmentasi, serta edema
tanpa sklerotik pada bagian atas dari tungkai yang
terkena.. 5

10

2.4 DIAGNOSA
2.4.1 Kriteria Diagnosis
Anamnesis:
Keluhan awalnya kemerahan pada kulit dan sedikit bersisik, setelah
beberapa minggu atau bulan warna kulit menjadi cokelat gelap, selain
itu timbul penumpukkan darah dan terjadi bengkak. Pasien juga
merasakan kaki seperti diikat kencang dan terasa nyeri.5
Faktor resiko dermatitis stasis pada pasien meliputi faktor risiko
varises yang meliputi: Usia > 50 tahun, wanita multi para, obesitas,
lebih banyak berdiri, penyakit metabolik dan gangguan jantungpembuluh darah.2
2.4.2 Predileksi
Pada tungkai bawah, dimana bagian tungkai bawah adalah tempat
teresering terjadinya kelainan vena.5
2.4.3 Pemeriksaan Fisik
Pada status lokalis didapatkan gambaran UKK meliputi:
Adanya varises dengan patch hiperpigmentasi dengan hemosiderosis
disertai likenifikasi tertutup skuama tebal dan krusta kadang disertai
ulcus berbentuk melingkar pada pergelangan kaki memberikan
gambaran stocking erytrodherma sering disertai edema dan ekomisis
pada bagian distal yang memberikan gambaran inverted champagne
bottle serta didapatkannya ulserasi.
2.4.4 Pemeriksaan Penunjang

11

Radiologi/Doppler untuk melihat adanya perubahan (dilatasi) vena


yang dalam, trombosis atau gangguan katup. Pada pemeriksaan
histologis akan ditemukan adanya tanda-tanda inflamasi, agregasi
hemosiderin di dermis atau penebalan arteriol/venula.5

2.5 PENATALAKSANAAN
PENGOBATAN
Dalam pengobatan dermatitis statis dibeikan pengobatan kausatif dan
simtomatis. Pengobatan kausatif berupa penanganan pada sumbatan
vena dapat melalui terapi sederhana maupun dengan operasi,
sedangkan simtomatis dapat menggunakan terapi obat sistemik dan
topikal
1

Sistemik
a) Pada kasus ringan dapat diberikan anti histamine, atau dapat
dikombinasikan dengan anti serotonin, anti bradikinin, dan
sebagainya. Hidroksizin hidroklorida 10-50 mg setiap 6 jam
bilamana perlu.7
b) Obat

dermatititis

yang

utama

adalah

kortikosteroid.

Kortikosteroid merupakan hormon steroid yang dihasilkan


oleh korteks adrenal yang pembuatan bahan sintetik
analognya telah berkembang dengan pesat. Terutama
diberikan pada penyakit kasus akut dan berat.7
c) Antibiotik diperlukan apabila terdapat infeksi sekunder.6
2

Topikal

12

Terdapat beberapa prinsip umum terapi topikal:


a) Dermatitis akut/ basah (madidans) harus diobati secara basah
(kompres terbuka), bila subakut diberikan losio (bedak kocok), krim
(terutama pada daerah berambut), dan apabila kronik/kering diberikan
zalf.
i) Kompres,

pertama-tama

menggunakan

kompres dingin dengan air keran dingin atau


larutan burrow untuk lesi-lesi eksudtif dan
basah. Kenakan selama 20 menit tiga kali
sehari. Hindari panas disekitar lesi. 6
ii) Losio topikal yang mengandung mentol,
fenol, atau premoksin sangat berguna untuk
meringankan rasa gatal sementara, dan tidak
mensensitisasi, tidak seperti benzokain dan
difenhidramin. Obat-obatan bebas yang dapat
digunakan antara lain lasio atau obat semprot
sarna dan lasio Prax Cetapil dengan mentol
0,25% dan fenol 0,25%. 7
iii) Kortikosteroid topikal, berguna bila daerah
yang terkena tidak terlampau luas atau bila
kortikosteroid oral merupakan kontraindikasi.
Pada serangan akut dapat mengunakan steroid
sedang

sampai

kuat

(potensi

sedang:

mometasone 1% 2 kali sehari)8


b) Makin berat atau akut penyakitnya, dapat dikombinasi dengan obat
topical jenis lain sesuai simtomnya.7
3

Rujukan;

Pasien

dengan

penyakit

kronik

yang

tidak

memberikan respons terhadap terapi dan penghindaran semua

13

penyebab yang dicurigai harus dirujuk ke ahli kulit untuk tes


tempel.8
4. Penatalaksanaan pada kondisi khusus pada dermatitis stasis
a) Pengobatan Kausatif terhadap gangguan sirkulasi dengan elevasi
tungkai atau menggunakan pembalut elastis.
Untuk mengatasi edema akibat varises, maka tungkai dinaikkan
(elevasi) sewaktu tidur atau duduk. Bila tidur kaki diusahakan agar
terangkat melebihi permukaan jantung selama 30 menit dilakukan
3-4

kali

sehari

untuk

memperbaiki

mikrosirkulasi

dan

menghilangkan edema. Dapat pula kaki tempat tidur disangga balok


setinggi 15-20 cm (sedikit lebih tinggi dibanding letak jantung).
Apabila sedang menjalankan aktivitas, memakai kaos kaki
penyangga varises atau pembalut elastis.
b) Apabila lesi eksudatif, eksudat yang ada dapat dikompres terbuka
dengan permanganas kalikus 1/10.000 dan setelah kering diberi
kortikosteroid topikal potensi rendah sampai sedang.
c) Apabila terdapat infeksi sekunder maka dapat ditangani dengan
pemberian antibiotika sistemik
2.6 KOMPLIKASI
Dermatitis stasis dapat mengalami komplikasi berupa ulkus diatas
maleolus desebut ulkus venosum atau ulkus varikosum, dapat pula
mengalami infeksi sekunder, misalnya selulitis. Dermatitis stasis dapat
diperberat karena mudah teriritasi oleh bahan kontakan.7
2.7 PROGNOSIS
Dermatitis stasis sering merupakan penyakit dengan kondisi jangka
panjang (kronis). Kita bisa meminimalkan gejala dengan mengendalikan
kondisi dan pembengkakan.9

14

BAB III
PEMBAHASAN
1. Apakah diagnosa sudah tepat ?
Dermatitis statis adalah dermatitis yang terjadi akibat adanya
gangguan aliran darah vena di tungkai bawah (Marwali Harahap,
2000)1. Penyakit ini sering menyerang pada tungkai bagian bawah
karena tempat ini sering terjadi kelainan insufisiensi vena.

Manifesatsi Klinis pada dermatitis statis yaitu Pelebaran vena atau


varises, hal ini diesebabkan oleh tekanan vena yang meningkat pada
tungkai bawah. , Edema pada pergelangan kaki, Hal ini disebabkan
kebocoran plasma ke jaringan ekstrasisial karena meningkatnya

15

permeabilitas kapiler sebagai komplikasi dari varises kronis,


Pigmentasi stasis atau hiperpigmentasi, Purpura hiperpigmentasi
kecoklatan atau berwarna merah kehitaman pada tungkai bagian bawa
yang disebabkan ekstravasasi hemosiderin sel darah merah ke dalam
dermis, hal ini bersifat permanen dan asimtomatis, Prurity patch yang
bermula dari medial tungkai bawah dan ankle yang proggresif, dan
Stocking erytoderma. Hal ini disebabkan nekrosis dari lemak di
bawah kulit akibat dermatitis statis yang tak tertangani pada stadium
awal sehingga area lesi meluas yang akhirnya melingkar pada tungkai
bawah dan Ulserasi dan likenifikasi, kondisi seperti dermatitis lainnya
dapat terjadi akibat dari ekskoriasi yang berulang. Erosi pada kulit
dapat terjadi apabila terjadi trauma yang dalam.5
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien ini didiagnosa
dengan dermatitis statis. Pada anamnesis pasien masuk dengan
keluhan utama koreng yang disetai gatal dan nyeri sejak 1 bulan
SMRS. Pada koreng didapati cairan serosa berwarna putih dan nanah.
Kulit disekitar koreng mulai menghitam. Keluhan ini bersiafat hilang
timbul dan sudah dialami selama 2 tahun. Pasien sudah menjalani
pengobatan oleh dokter spesialis, dan kontrol ulang ketika keluhan
dirasa muncul dan mulai mengganggu. Dari pemeriksaan fisik,
didapatkan status dermatologis didapati ulkus soliter, bulat ,
diameter

cm,

dasar

epidermis,

dinding

menggaung,tepi rata, isi cairan serosa dan nanah,


warna merah, kulit sekitar berwana hitam. Palpasi
teraba

jaringan

kulit

dan

nyeri,

indurasi

-,

Hiperpigmentasi meluas disekitar luka.


Dari efloresensi diatas sesuai dengan gambaran efloresensi dermatitis
statis yaitu Adanya varises dengan patch hiperpigmentasi dengan
hemosiderosis disertai likenifikasi tertutup skuama tebal dan krusta
kadang disertai ulcus berbentuk melingkar pada pergelangan kaki
memberikan gambaran stocking erytrodherma sering disertai edema

16

dan ekomisis pada bagian distal yang memberikan gambaran inverted


champagne bottle serta didapatkannya ulserasi. 5
Faktor resiko dermatitis stasis pada pasien meliputi faktor risiko
varises yang meliputi: Usia > 50 tahun, wanita multi para, obesitas,
lebih banyak berdiri, penyakit metabolik dan gangguan jantungpembuluh darah.2
Pada pasien ini didapatkan faktor resiko usia pasien 55
tahun, wanita multipara, obesitas dan pasien lebih
banyak aktivitas berjalan.
2. Apakah tatalaksana pasien sudah tepat ?
Pada kasus ini penatalaksanaan yang diberikan yaitu:
A.Umum
f. Memberikan
sedang

penjelasan

dialami

tentang

pasien

penyakit

yang

pasien

dan

penyebab

dan

kepada

keluarganya.
g. Memberikan

informasi

tentang

prognosis penyakit yang dialami pasien, kepada


pasien dan keluarganya. Serta meminta kerjasama
keluarga pasien untuk merawat pasien.
h. Pada saat istirahat mengangkat kaki kanan lebih
tinggi diatas permukaan jantung selama 30 menit,
dilakukan sebanyak 3-4 kali.
i. Pada saat tidur malam hari, kaki kanan diganjal oleh
bantal setinggi 15-20 cm
j. Pada saat aktivitas, memakai kaos penyangga
varises atau pembalut elastis.
B. Khusus
Klindamisin 300mg 2x1
Analsik 500mg 2x1
Sagestam 10mg 2x1
Topcort 10mg

2x1

Moistderm 20mg

17

Dalam pengobatan dermatitis statis dibeikan pengobatan kausatif dan


simtomatis. Pengobatan kausatif berupa penanganan pada sumbatan
vena dapat melalui terapi sederhana maupun dengan operasi,
sedangkan simtomatis dapat menggunakan terapi obat sistemik dan
topikal
3

Sistemik
d) Pada kasus ringan dapat diberikan anti histamine, atau dapat
dikombinasikan dengan anti serotonin, anti bradikinin, dan
sebagainya. Hidroksizin hidroklorida 10-50 mg setiap 6 jam
bilamana perlu.7
e) Obat

dermatititis

yang

utama

adalah

kortikosteroid.

Kortikosteroid merupakan hormon steroid yang dihasilkan


oleh korteks adrenal yang pembuatan bahan sintetik
analognya telah berkembang dengan pesat. Terutama
diberikan pada penyakit kasus akut dan berat.7
f) Antibiotik diperlukan apabila terdapat infeksi sekunder.6
4

Topikal
Terdapat beberapa prinsip umum terapi topikal:

c) Dermatitis akut/ basah (madidans) harus diobati secara basah


(kompres terbuka), bila subakut diberikan losio (bedak kocok), krim
(terutama pada daerah berambut), dan apabila kronik/kering diberikan
zalf.
i) Kompres,

pertama-tama

menggunakan

kompres dingin dengan air keran dingin atau


larutan burrow untuk lesi-lesi eksudtif dan
basah. Kenakan selama 20 menit tiga kali
sehari. Hindari panas disekitar lesi. 6

18

ii) Losio topikal yang mengandung mentol,


fenol, atau premoksin sangat berguna untuk
meringankan rasa gatal sementara, dan tidak
mensensitisasi, tidak seperti benzokain dan
difenhidramin. Obat-obatan bebas yang dapat
digunakan antara lain lasio atau obat semprot
sarna dan lasio Prax Cetapil dengan mentol
0,25% dan fenol 0,25%. 7
iii) Kortikosteroid topikal, berguna bila daerah
yang terkena tidak terlampau luas atau bila
kortikosteroid oral merupakan kontraindikasi.
Pada serangan akut dapat mengunakan steroid
sedang

sampai

kuat

(potensi

sedang:

mometasone 1% 2 kali sehari)8


Penatalaksaan non medikaentosa pada pasien ini sudah sesuai dengan teori
dan faktor resiko dari penyakit tersebut.
Pengobatan medikamentosa yang diberikan pada pasien ini
juga sudah sudah tepat. Penatalaksaan sistemik pada
pasien ini hanya berupa antibiotik oral berupa klindamisin.
Sedangkan pemberian anti histamin dan kortikosteroid
tidak

diberikan.

Karena

eluhan

gatal

sudah

tidak

mendominasi. Akan tetapi, keluhan nyeri dan luka yang


basah masih dirasa mengganngu, sehingga penggunaan
topikal lebih dominan.
Penatalaksanaan secara topikal, antibiotik topikal sudah
diberikan. Sagestam merupakan obat antibiotik topikal
yang mengandung gentamisin didalamnya. Penggunaan
obat topikal antibiotik ini diberikan 2 x 1 hari untuk
mengobati infeksi sekunder yang terjadi. Selain antibiotik,
digunkan juga kortikosteroid topikal. Kortikosteroid yang
diberkan pada pasien ini adalah topcort yang merupakan

19

kortikosteroid
moisderm

golongan

pada

pasien

potensi
berguna

sedang.
sebagai

Pemberian
antipruritus,

dikarenakan mosiderm mengandung Urea. Penggunaan


kompres dan lotion sudah pernahdiberikan pada pasien,
akan tetapi luka dirasakan bertambah basah sehingga
kompres dan pemberian lotion tidak disarankan lagi.
3. Bagaimana prgnosis pada pasien ini ?
Fungsi vital pasien masih baik. Akan tetapi, aktivitas fisik
sehari-hari mulai terganggu karena nyeri dan gatal sulit
untuk hilang, apalagi pekerjaan pasien yang mengharuskan
pasien untuk banyak berjalan, menyebabkan luka semakin
sulit untuk sembuh. Dengan kondisi seperti itu, pasien juga
sulit untuk melakukan pekerjaan sehari-hari.
Secara teori, prognosis pada dermatitis statis, merupakan
penyakit dengan kondisi jangka panjang (kronis). Kita bisa meminimalkan
gejala dengan mengendalikan kondisi dan pembengkakan.

20

BAB IV
KESIMPULAN
Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari bahasan di
atas ialah :

Dermatitis statis adalah salah satu penyakit peradangan kulit


pada ekstremitas. Hal ini merupakan manifestasi dari Chronic
Venous

Disease

(CVD)

yang

berakibat

insufisiensi

dan

hipertensi vena.

Faktor resiko dermatitis stasis pada pasien meliputi faktor risiko varises yang
meliputi: Usia > 50 tahun, wanita multi para, obesitas, lebih banyak berdiri,
penyakit metabolik dan gangguan jantung-pembuluh darah.

Predileksi Dermatitis statis yaitu Pada tungkai bawah, dimana bagian tungkai
bawah adalah tempat teresering terjadinya kelainan vena.

Pada dermatitis statis sering terjadi kekambuhan sebaiknya


diberikan edukasi yang tepat tentang pengobatan secara
umum yaitu Pada saat istirahat mengangkat kaki kanan lebih
tinggi diatas permukaan jantung selama 30 menit, dilakukan
sebanyak 3-4 kali. Pada saat tidur malam hari, kaki kanan
diganjal oleh bantal setinggi 15-20 cm. Pada saat aktivitas,
memakai kaos penyangga varises atau pembalut elastis

21

DAFTAR PUSTAKA
1

1. Djuanda, Adhi. 2008. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.

Balai Penerbit FKUI. Indonesia: Jakarta


PERDOSKI. 2011. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis
Kulit dan Kelamin. Jakarta : Departemen Ilmu Kesehatan Kulit

dan Kelamin FKUI.


Fitzpatrick, T. B., Jonhson, R. A., Polano, M.K., Suurmond, D.,
Wolff, K. 1992. Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology: Common and Serious Disease Second Edition.

United States of America : Mc.Graw-Hill.


Daili, Emmy S. S., Menaldi, Sri L., Wisnu, Made. 2005.
Penyakit Kulit Yang Umum di Indonesia : Sebuah Panduan

Bergambar. Jakarta Pusat : PT Medical Multimedia Indonesia.


Rudikoff D, Steven RC, Scheinfeld N, 2014, Atopic Dermatitis
and Eczematous Disorders,United States of America : CRC

Press.
Lyons F, Ousley Lisa, 2015, Dermatology for the Advanced

Practice Nurse, New York: LLC


Craft N, Lindy P, Fox, Lowell A, Goldsmith, et all., 2013,
VisualDx: Essential Adult Dermatology (VisualDx: The Modern

Library of Visual Medicine), Visual Dx


Jean L. Joseph L, Ronald P, 2003, Dermatology, United States

of America: Elseviers Health Service Philadelphia.


Davey P., 2003, At a Glance Medicine, Jakarta:Gramedia

22

Anda mungkin juga menyukai