Anda di halaman 1dari 23

MATA KULIAH

BIMBINGAN DAN KONSELING


PENGELOLAAN DAN MEKANISME PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN
DAN KONSELING DI SEKOLAH

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling
Dosen Pengampu : Rian Rahmad, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :

1.
2.
3.
4.
5.

Ayub Setyaji
Eka Dwi Ariyanto
Mahdiyah Al Mutiah
Ruben Bayu Kristiawan
Yuniar Ratna Pratiwi

K25140
K25140
K25140
K25140
K2514072

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan


rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
JudulPengelolaan dan Mekanisme Program Layanan Bimbingan dan Konseling
di Sekolah ini dengan lancar.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak,
penulis tidak dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar
tanpa ada halangan.
2. Dosen pembimbing Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling, Bapak
Rian Rahmad, S.Pd., M.Pd. yang telah membimbing dalam
penyusunan makalah ini.
3. Orang tua yang senantiasa memberikan dukungan sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah.
4. Teman-teman mahasiswa/mahasiswi lainnya yang telah memberikan
masukan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.

Surakarta,25 Mei 2016

Penyusun

HALAMAN PENGESAHAN

Makalah ini disusun dan diajukan sebagai bukti pelaksanaan tugas


kelompok mata kuliah Bimbingan dan Konseling
.

Ditetapkan pada :
Hari

: .

Tanggal

: .

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Bimbingan dan Konseling

Rian Rahmad, S.Pd.,M.Pd.


NIP. 197901242002121002

HALAMAN PERSEMBAHAN

Makalah Bimbingan dan Konseling yang membahas mengenai mesin


perkakas ini dipersembahkan untuk :
1. Bapak Rian Rahmad, S.Pd., M.Pd. dosen pembimbing mata kuliah
Bimbingan dan Konseling
2. Orang tua yang senantiasa memberikan dorongan terhadap penulis untuk tak
jenuh dalam menuntut ilmu.
3. Teman-teman Pendidikan Teknik Mesin yang selalu memberikan masukan
dan saran demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................
i
KATA PENGANTAR...............................................................................................
ii
PENGESAHAN
iii
PERSEMBAHAN.....................................................................................................
iv
DAFTAR ISI.............................................................................................................
v
BAB I

PENDAHULUAN

BAB II

PEMBAHASAN

BAB V

PENUTUP

43

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengelolaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah
dari tingakt satuan pendidikan sekolah dasar hingga perguruan tinggi dewasa ini
semakin dibutuhkan. Seiring dengan pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
berbagai persoalan pun muncul dengan segala kompleksitasnya. Dunia pendidikan
tampaknya belum sepenuhnya mampu menjawab berbagai persoalan akibat
perkembangan IPTEK, indikasinya dalah muculnya berbagai penyimpangan
perilaku dikalangan peserta didik yang seyogyanya tidak dilakukan oleh seorang
atau orang-orang yang disebut terdidik. Selain itu potensi (Fitrah) siswa sebagai
individu seperti bakat, minat, cita-cita, dan lain sebagainya belum terkembangkan
dan tersalurkan secara optimal melalui proses pendidikan dan pembelajaran di
dalam kelas.
Guna memecahkan persolalan-persoalan diatas, proses pembelajaran dan
pendidikan perlu bersinergi dengan pelayanan bimbingan dan konseling.
Optimalisasi pelayanan bimbingan dan konseling, di sekolah dan madrasah perlu
dilakukan sehingga pelayanan bimbingan dan konseling disekolah dan di
madrasah benar-benar memberikan kontribusi pada pencapaian visi, misi dan
tujuan sekaolah dan madrasah yang bersangkutan. Optimalisasi pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah perlu didukung oleah daya
manusia (pertugas pelayanan BK) yang memadai; dalam arti memiliki
pengetahuan dan wawasan tentang bimbingan dan koseling.
Dalam pengelolaan Bimbingan dan Konseling, maka diperlukan mekanisme
pelaksanaan yang sesuai dengan kaidah dan prosedurnya. Dengan menempuh

mekanime pelaksanaan Bimbingan dan Konseling yang benar, maka tingkat


keberhasilan konseling akan cukup tinggi. Hal ini akan menunjukkan bahwa
konseli atau peserta didik dapat mengoptimalkan kemampuan serta potensinya
secara maksimal untuk karier yang akan di tempuh di masa depan.
B. Rumusan Masalah
Dari penguraian di atas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah dari
makalah berikut ini adalah:
1. Apakah yang dikmaksud dengan pengelolaan Bimbingan dan Konseling di
sekolah?
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan Bimbingan dan Konseling
di sekolah?
3. Bagaimanakah pengelolaan Bimbingan dan Konseling di sekolah
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang didapat dari menyusunan makalah berikut ini adalah
penulis dapat memahami dan mengetahui mengenenai pengelolaan dan
mekanisme bimbingan dan konseling di sekolah. Serta dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Bimbingan dan Konseling


Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 111 tahun 2014, pengertian dari bimbingan konseling adalah
upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang
dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan Konseling untuk memfasilitasi
perkembangan peserta didik/Konseli untuk mencapai kemandirian dalam
kehidupannya. Dalam pelaksanaanya, layanan Bimbingan dan Konseling bagi
Konseli atau peserta didik pada satuan pendidikan memiliki fungsi:
1. pemahaman diri dan lingkungan;
2.

fasilitasi pertumbuhan dan perkembangan;

3. penyesuaian diri dengan diri sendiri dan lingkungan;


4. penyaluran pilihan pendidikan, pekerjaan, dan karir;
5.

pencegahan timbulnya masalah;

6. perbaikan dan penyembuhan;


7. pemeliharaan

kondisi

pribadi

dan

situasi

yang

kondusif

untuk

perkembangan diri Konseli;


8. pengembangan potensi optimal;
9. advokasi diri terhadap perlakuan diskriminatif; dan
10. membangun adaptasi pendidik dan tenaga kependidikan terhadap program
dan aktivitas pendidikan sesuai dengan latar belakang pendidikan, bakat,
minat, kemampuan, kecepatan belajar, dan kebutuhan Konseli.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa layanan Bimbingan dan Konseling


memiliki tujuan membantu Konseli mencapai perkembangan optimal dan
kemandirian secara utuh dalam aspek pribadi, belajar, sosial, dan karir.

B. Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Tujuan dari bimbingan dan konseling adalah untuk membantu peserta
didik mencapai tugas-tugas perkembangan secara optimal sebagai makhluk
Tuhan, sosial, dan pribadi. Secara lebih lanjut tujuan bimbingan dan konseling
adalah membantu individu dalam mencapai: (a) kebahagiaan hidup pribadi
sebagai makhluk Tuhan, (b) kehidupan yang produktif dan efektif dalam
masyarakat, (c) hidup bersama dengan individu-individu lain, (d) harmoni antara
cita-cita mereka dengan kemampuan yang dimilikinya. Dengan demikian peserta
didik dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberi sumbangan
yang berarti kepada kehidupan masyarakat umumnya
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, peserta didik harus mendapatkan
kesempatan untuk: (1) mengenal dan melaksanakan tujuan hidupnya serta
merumuskan rencana hidup yang didasarkan atas tujuan itu; (2) mengenal dan
memahami kebutuhannya secara realistis; (3) mengenal dan menanggulangi
kesulitan-kesulitan sendiri; (4) mengenal dan mengem-bangkan kemampuannya
secara optimal; (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan pribadi dan
untuk kepentingan umum dalam kehidupan bersama; (6) menyesuaikan diri
dengan keadaan dan tuntutan di dalam lingkungannya; (7) mengembangkan
segala yang dimilikinya secara tepat dan teratur, sesuai dengan tugas
perkembangannya sampai batas optimal.
Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah ialah agar
peserta didik, dapat: (1) mengembangkan seluruh potensinya seoptimal mungkin;
(2) mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri; (3) mengatasi kesulitan
dalam memahami lingkungannya, yang meliputi ling-kungan sekolah, keluarga,
pekerjaan, sosial-ekonomi, dan kebudayaan; (4) mengatasi kesulitan dalam
mengidentifikasi dan memecahkan masalahnya; (5) mengatasi kesulitan dalam
menyalurkan kemampuan, minat, dan bakatnya dalam bidang pendidikan dan

pekerjaan; (6) memperoleh bantuan secara tepat dari pihak-pihak di luar sekolah
untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan di sekolah
tersebut.
Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik agar memiliki
kompetensi

mengembangkan

potensi

dirinya

seoptimal

mungkin

atau

mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembang-an yang


harus dikuasainya sebaik mungkin. Pengembangan potensi meliputi tiga tahapan,
yaitu: pemahaman dan kesadaran (awareness), sikap dan pene-rimaan
(accommodation), dan keterampilan atau tindakan (action) melak-sanakan tugastugas perkembangan.

C. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Penyelanggaraan layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling selain
dimuati oleh fungsi dan didasarkan pada prinsip-prinsip bimbingan, juga dituntut
untuk memenuhi sejumlah asas bimbingan. Pemenuhan atas asa-asas itu akan
memperlancar pelakasanaan dan lebih menjamin keberhasilan layanan/kegiatan,
sedangkan pengingkarannya akan dapat menghambat atau bahkan menggagalkan
pelaksanaan serta mengurangi atau mengaburkan hasil layanan kegiatan dengan
membayar SPP penuh itu sendiri. Asas-asas itu sendiri ialah :
1. Asas kerahasiaan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut
dirahasiakannya sejumlah data dan keterangan peserta didik (klien) yang
menjadi sasaran layanan yaitu data atau keterangannya yang tidak boleh
dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing
berkewajiban penuh memiliki dan menjaga semua data dan keterangan itu
sehingga kerahasiaannya benar-benar tejamin.
2. Asas

kesukarelaan

yaitu

asas

bimbingan

dan

konseling

yang

mengkehendaki adanya kesukarelaaan dan kerelaan peserta didik (klien)


mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukan baginya. Dalam
hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan
kesukarelaan seperti itu.
3. Asas keterbukaan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap

trerbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam keterangan tentang dirinya


sendiri maupun berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi
pengembangan dirinya. Dalam hal ini Guru Pembimbing berkewajiban
mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien). Keterbukaan ini amat
terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan
pada diri peserta didik yang menjadi sasaran/layanan kegiatan. Agar peserta
didik dapat terbuka, Guru Pembimbing terlabih dahulu harus bersikap
terbuka dan tidak berpura-pura.
4. Asas kegiatan, yatiu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
peserta didik (klien) yang menjadi sasaran berpatrisipasi secara aktif di
dalam penyelenggaraan layanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini Guru
Pembimbing perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.
5. Asas kemandirian, yaitu bimbingan dan konseling yang menunjuk pada
tujuan umum bimbingan dan konseling, yaitu : peserta didik (klien) sebagai
sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individuindividu yagn mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri
dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta
mewujudkan diri sendiri sebagaimana telah diutarakan terdahulu. Guru
Pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan
dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian
peserta didik.
6. Asas kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan
peserta didik (klien) dalam kondisinya sekarang. Layanan yang berkenaan
dengan ma lampaupun dilihat dampak dan atau ada dan apa yang dapat
diperbuat sekarang.
7. Asas kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar isi layanan terhadap sasaran layanan (klien) yang sama kehendaknya
selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta
berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari
waktu ke waktu.

8. Asas keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki


agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang
dilakukan oleh Guru Pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang,
harmonis dan terpadukan. Untuk ini kerjasama antara Guru Pembimbing
dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan
bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya.
9. Asas kenormatifan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar segenap layanan dan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan
tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada,
yaitu norma-norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu
pengetahuan dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah layanan atau kegiatan
bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi
dan

dan

pelaksanaannya

tidak

berdasarkan

norma-norma

yang

dimaksudkan itu. Lebih jauh, layanan dan kegiatan bimbingan dan


konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik
(klien) memahami, menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.
10. Asas keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar
kaidah-kaidah professional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling hendklah tenaga yang benar-benar ahli
dalam

bidang

bimbingan

dan

konseling.

Keprofesionalan

Guru

Pembimbing harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis


layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling maupun dalam penegakan
kode etik bimbingan dan konseling.
11. Asas alih tangan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan
dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik
(klien) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli.
Guru Pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guruguru lain, atau ahli lain dan demikian pula Guru Pembimbing dapat

mengalihtangankan kasus kepada Guru Mata Pelajaran/Praktik dan ahliahli lain.


12. Asas tut wuri handayani, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan
dapat menciptakan suasana yang mengayomi (memberikan rasa aman),
mengembangkan keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan serta
kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju.
Demikian juga segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang
diselenggarakan hendaknya disertai dan sekaligus dapat membangun
suasana pengayoman, keteladanan dan dorongan seperti itu. Selain asasasas tersebut saling terkait satu sama lain, segenap asas itu perlu
diselenggarakan secara terpadu dan tepat waktu, yang satu tidak perlu
dikedepankan atau dikemudiankan dari yang lain. Begitu pentingnya asasasas tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa asas-asas itu merupakan
jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan pelayanan bimbingan dan
konseling.

Apabila

asas-asas

itu

tidak

dijalankan

dengan

baik

penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling akan tersendatsendat atau bahkan berhenti sama sekali.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengelolaan(Manajemen) Bimbingan Konseling di Sekolah


Menurut Sugiyo (2012: 28) manajemen bimbingan dan konseling adalah
kegiatan yang diawali dari perencanaan kegiatan bimbingan dan konseling,
pengorganisasian aktivitas dan semua unsur pendukung bimbingan dan konseling,
menggerakkan sumber daya manusia untuk melaksanakan kegiatan bimbingan
dan konseling, memotivasi sumber daya manusia agar kegiatan bimbingan dan
konseling mencapai tujuan serta mengevaluasi kegiatan bimbingan dan konseling
untuk mengetahui apakah semua kegiatan layanan sudah dilaksanakan dan
mengetahui bagaimana hasilnya.
Selain itu, Gibson (2011: 566) juga menyatakan bahwa manajemen
bimbingan dan konseling adalah aktivitas-aktivitas yang memfasilitasi dan
melengkapi

fungsi-fungsi

keseharian

staf

konseling

meliputi

aktivitas

administratif seperti pelaporan dan perekaman, perencanaan dan kontrol anggaran,


manajemen fasilitas dan pengaturan sumber daya.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan manajemen bimbingan dan
konseling adalah kegiatan manajemen yang dilakukan oleh konselor untuk
memfasilitasi fungsi bimbingan dan konseling mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi untuk mencapai tujuan bimbingan
dan konseling yang efektif dan efesien dengan memanfaatkan berbagai sumber
daya yang ada.
Pengelolaan bimbingan dan konseling dikatakan produktif apabila dapat
menghasilkan keluaran baik secara kualitas dan kuantitas. Kualitas dari layanan
bimbingan dan konseling dilihat dari tingkat kepuasan dari konseli yang
mendapatkan layanan bimbingan dan konseling. Sedangkan kuantitas dari layanan

bimbingan dan konseling dilihat dari jumlah konseli yang mendapat layanan
bimbingan dan konseling. Dalam mengelola layanan bimbingan dan konseling
terdapat tahap-tahap yang harus dilalui:
Tahapan Pengelolaan Bimbingan Konseling
Agar mencapai pelayanan konseling yang bermanfaat bagi siswa/ peserta
layanan, maka penyelenggaraan layanan harus menerapkan kaidah-kaidah dalam
pelaksanaan layanan konseling. Kaidah tersebut meliputi orientasi, prinsip, dan
asas serta landasan yang secara keseluruhan terpadu dalam setiap kegiatan
layanan dan aspek-aspek pendukungnya. Selain itu penyelenggaraan layanan
harus dilaksanakan dengan berbagai modus, format, da pendekatan yang baik
dalam pelaksanaanya.
Selain diterapkan dengan baik dari berbagai unsur-unsur pelayanan
konseling, factor yang sangat berperan dalam mendukung tercapainya efektifitas
layanan yang diselenggarakan adalah pengelolaan yang baik dalam setiap akan
menyelenggarakan layanan, dan secara umum pengelolaan yang bersifat
menyeluruh terhadap program layanan bimbingan dan konseling.Pentingnya
pengelolaan layanan adalah menjaga efisiensi dan efektifitas dari layanan yang
akan diselenggarakan.
Sehingga layanan yang akan diselenggarakan lebih terarah, focus, dan
akan memudahkan untuk melakukan kegiatan evaluasi terhadap pelaksanaan
layanan yang diselenggarakan.
Unsur-unsur Pengelolaan
Dalam pengelolaan pelayanan konseling, unsure-unsur yang diterapkan
meliputi:
P : Planning
O : Organizing

A : Actuating
C : Controlling
1. Planning (Perencanaan)
Perencanaan merupakan persiapan permulaan kearah pencapaian tujuan.
Perencanaan merupakan proses untuk mempersiapkan mengenai system,
taktik, teknik, metode, personalia, dan fasilitas yang akan digunakan dalam
melaksanakan kegiatan. Secara khusus dalam pelaksanaan pelayanan
konseling planning merupakan perencanaan dari keseluruhan dan atau
sebagian kegiatan pelayanan konseling. Dalam tahap persiapan dapat
diberikan penjelasansebagai berikut:
a. Perencanaan merupakan pedoman yang memberikan gambaran arah
berupa garis garis besar aktivitas dalam mencapai tujuan.
b. Perencanaan merupakan wujud persiapan-persiapan system, teknik,
metode, fasilitas, personalia, waktu dalam mencapai tujuan.
c. Perencanaan

mencerminkan

rumusan

maslah

atau

bagaimana

pekerjaan mencapai tujuan dilakukan


2. Organizing (pengorganisasian)
Pengorganisasian merupakan langkah lanjut setelah perencanaan
dilakukan. Langkah ini merupakan pengaturan lebih lanjut tentang jenisjenis pekerjaan, alokasi tugas, personalia yang menjalankan pekerjaan,
biaya, dan penyediaan fasilitas-fasilitas yang diperlukan. Wujud kegiatan
Organizing adalah proses pengaturan, penyusunan, dan pengorganisasian.
Dengan pengorganisasian, semua prasarana dan sarana yang diperlukan
sedapat-dapatnya telah menjadi siap pakai dan siap jalan.

3. Actuating (Penggerakan)
Berdasarkan hasil perencanaan dan pengorganisasian selanjutnya
ditindak lanjuti dengan menggerakan seluruh sumbe daya dalam aktivitas
mencapai

tujuan

berdasarkan

aturan

dan

kebijakan

yang

telah

diorganisasikan. Tindakan-tindakan yang memungkingkan semua tugas


dijalankan dengan memanfaatkan sumber daya inilah yang disebut dengan
proses penggerakan.
4. Controlling (Penilaian)
Penilaian dilaksanakan terhadap pelaksanaan proses layanan dan
juga hasil dari layanan yang dilaksanakan. Dalam tahap penilaian,
pemahaman penilaian secara sempit menyangkut penilaian hasil,
sedangkan secara luas penilaian mengandung unsure pengembangan dan
pembinaan.
Setelah dilakukan penilaian, maka langkah selanjutnya yang
dilakuakan adalah melakukan tindak lanjut dari hasil penilaian tersebut.
Karena sebaik-baiknya penilaian tidak akan memiliki makna-guna ketika
tidak dilakukan tindak lanjut. Dengan demikian unsure pokok dalam
pengelolaan pelayanan konseling dapat dikembangkan menjadi POAC
Plus.
Pengelolaan dalam Satuan Lembaga
Dalam penyelenggraan kegiatan pelayanan konseling dalam satuan
pendidikan/ lembaga seperti sekolah, pengeloaan dengan unsurPOAC/ POAC
Plus harus dilaksanakan. Tujuannya adalah agar dalam pencapaian tujuan yang
ditetapkan dapat tercapai dengan efektif dan juga efisien.

Semua komponen sekolah bekerja dengan melaksanakan POAC dan juga


secara lengkap melaksanakan POAC Plus. Secara singkat, dapat dijelaskan
penerapan POAC masing-masing Komponen sekolah tersebut:
1. Pimpinan Sekolah/ Madrasah ber -POAC untuk mengarahkan dan
mengendalikan terlaksananya tugas pokok masing-masing komponen
2. Guru berPOAC untuk tugas PMP/ PMP-T melalui modus pengajaran
3. Konselor ber-POAC untuk focus tugas mengembangkan KES dan
menangani KES-T, melalui modus pelayanan konseling
4. Wali kelas, ber-POAC dengan tugas administrasi kelas
5. TU, ber-POAC dengan tugas ketatausahaan.
Masing-masing komponen bersinergi dengan POAC masing-masing
dengan tujuan suksesnya siswa dalam proses pendidikannya. Secara khusus,
konselor mengadakan perencanaan kegiatannya dalam jangka waktu tertentu,
seperti rencana kerja tahunan, yang dijabarkan lagi dalam rencana semesteran,
bulanan, mingguan, dan harian. Untuk implementasi POAC Plus dalam
bimbingan konseling adalah pada rencana harian yang di dilaksanakan dalam
layanan dan kegiatan pendukung.
Penilaian Hasil Layanan
Tahap penilaian merupakan tahapan yang berperan besar dalam
mengetahui keberhasilan dari kegiatan yang dilaksanakan. Begitu juga dalam
pelaksanaan layanan konseling, penilaian berfungsi mengukur efektifitas dari
layanan yang diselenggarakan dalam mengembangkan KES dan menangani
KES-T dari peserta didik (Peserta layanan). Untuk menilai keberhasilan layanan
yang diselenggarakan dapat difokuskan pada aspek-aspek AKUR, yang secara
singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Acuan; Layanan dikatakan berhasil ketika dalam diri siswa telah
memperoleh acuan positif untuk berperilaku KES. Acuan merupakan

orientasi tujuan yang hendak hendak dicapai oleh individu dalam


berperilaku. Ketika individu telah memilki orientasi, landasan, dan tujuan
(visi) untuk berpeilaku positis, KES maka layanan yang diselenggarakan
telah berhasil.
2. Kompetensi: Acuan tersebut tidak akan memilki nilai yang maksaimal
dalampengembangan KES ketikan individu tidak memiliki kompetensi
yang dibutuhkan dalam mencapai KES. Dengan demikian, layanan
konseling akan dikatakan berhasil ketika telah membekali individu
kompetensi yang dibutuhkan ddalam membangun acuan positif, yang
secara bersinergi mendukung dalam usaha
3. Usaha; usaha adalah aplikasi dari acuan yang telah dimiliki dan didukung
oleh kompetensi yang dibutuhkan untuk mencapai perilaku yang KES.
Kemampuan indiviu untuk melakukan usaha yang efektif dalam mencapai
tujuan hidup yang hendak dicapai adalah indikator dari pelaksanaan
layanan konseling yang berhasil.
4. Rasa: Setelah individu memilki acuan yang posituf, kompetensi, dan
mampu melaksanakan usaha demi mencapai tujuan hidup yang hendak
dicapai, keberhasilan layanan konseling lebih jauh dapat dilihat dari
kondisi rasa pada diri individu. Rasa tersebut meliputi:
Rasa diri (Fisikal, intelektual, emosional, dan tehnikal)
Rasa social,
Rasa nilai/moral
Rasa spiritual.

Ketercapaian rasa tersebut dapat dilihat dari rasa senang, terbebas dari
beban, lega, karena telah, memiliki acuan hidup yang positif, kompetensi yang
dibutuhkan telah dimilki, dapat melakukan usaha untuk mencapai tujuan
hidupnya.
Pengelolaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah ditunjang oleh
adanya organisasi, para pelaksana, program pelaksanaan dan operasionalisasi
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.
1. Organisasi Layanan Bimbingan dan Konseling
Organisasi layanan bimbingan dan konseling di sekolah meliputi
segenap unsur di sekolah yaitu :
Organisasi Pelayanan BK di SMK
a. Unsur Kepala Dinas Pendidikan Propinsi/kota adalah personil yang
bertugas

melakukan

pengawasan

dan

pembinaan

terhadap

penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.


b. Dewan Pendidikan yang berperan dalam mutu peningkatan layanan
pendidikan dengan memberi pertimbangan, arahan, dan dukungan
tenaga, sarana, dan prasarana, serta pengawasan pendidikan nasional,
provinsi, dan kabupaten/kota yang tidak memunyai hubungan
hirarkis.
c. Pengawas Sekolah Bidang BK adalah pejabat fungsional yang
bertugas menyelenggarakan pengawasan dan pembinaan terhadap
pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah.
d. Kepala Sekolah (bersama wakil kepala sekolah) adalah penanggung
jawab pendidikan disatuan pendidikan secara keseluruhan, termasuk
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.
e. Komite sekolah berperan dalam mutu peningkatan pelayanan
pendidikan, dengan memberi pertimbangan, arahan, dan dukungan
tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan.

f. Koordinator

bimbingan

dan

konseling

(bersama

para

guru

pembimbing) adalah pelaksana utama pelayanan bimbingan dan


konseling di sekolah.
g. Guru mata pelajaran/praktik, adalah pelaksana pengajaran dan/atau
latihan di sekolah.
h. Wali Kelas adalah guru yang ditugasi secara khusus mengelola satu
kelas siswa tertentu.
i. Siswa adalah peserta didik yang menerima pelayanan pengajaran,
latihan, dan bimbingan dan konseling di sekolah.
j. Tata Usaha adalah pembantu kepala sekolah dalam penyelenggaraan
administrasi dan ketatausahaan di sekolah.
2. Personil Pelaksana
Personil pelaksana pelayanan bimbingan dan konseling adalah
segenap unsur yang terkait di dalam organigram pelayanan bimbingan dan
konseling dengan koordinator dan guru pembimbing sebagai pelaksana
utamanya. Adapun personil pelaksana pelayanan bimbingan dan konseling,
yaitu:
a. Kepala sekolah
b. Wakil kepala sekolah
c. Coordinator bimbingan dan konseling
d. Guru pembimbing
e. Guru mata pelajaran dan guru praktik
f. Wali kelas
3. Program Pelayanan
Program pelayanan bimbingan dan konseling disusun berdasarkan
kebutuhan, lengkap dan menyeluruh, sistematis, terbuka dan luwes,
memungkinkan diselenggarakan penilaian dan tindak lanjut.
a. Perencanaan
Program

pelayanan

bimbingan

dan

konseling

direncanakan

berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang dirasakan oleh siswa asuh

(untuk guru pembimbing tertentu) dan seluruh siswa pada umumnya serta
pihak-pihak lain yang amat berkepentingan dengan perkembangan siswa
pada umumnya serta piahak-pihak lain yang amat berkepentingan dengan
perkembangan siswa secara optimal. Program ini meliputi semua jenis
layanan dengan berbagai kegiatan pendukungnya, disusun dalam rencana
yang jelas baik rinciannya maupun jangka waktunya, yaitu program satuan
layanan/pendukung, mingguan, bulanan, caturwulanan, dan satu tahun
penuh.
b.

Persiapan Pelaksanaan
Program yang telah direncanakan harus dilaksanakan melalui
kegiatan-kegiatan nyata. Kegiatan ini memerlukan persiapan yang matang
baik menyangkut penyipan satuan layanan/kegitannya, tenaga pelaksana,
sarana penunjang dengan berbagai alat perlengkapan/fasilitasnya, maupun
sasaran dari layanan/kegiatan yang direncanakan itu.

c. Penilaian dan Tindak Lanjut


Penilaian dan tindak lanjut kegiatan bimbingan dan konseling perlu
dipersiapkan dengan baik. Hal ini penting agar seluruh progrm pelyanan
yang telah direncanakan itu bersifat dinamis dan dapat dikembangkan
secara berkelanjutan.
d. Operasionlisasi Program
Program-program pelayanan bimbingan dan konseling yang telah
direncanakan akan terlaksana dengn baik apabila ditunjang tenaga,
prasarana, sarana, dan perlengkapan yang memadai. Hal-hal pokok yang
harus mendapatkan perhatian guna terlaksananya pelayanan bimbingan
dan konseling yang baik adalah tenaga, prasarana dan sarana, waktu, kerja
sama, suasana profesional, dan dana.
B. Mekanisme Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Anda mungkin juga menyukai