IDENTITAS PASIEN
DATA
PASIEN
AYAH
IBU
Nama
An. L
Tn. B
Ny. D
5 tahun, 6 bulan
35 tahun
30 tahun
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
II.
Agama
Islam
Islam
Islam
Suku Bangsa
Jawa
Jawa
Jawa
Pendidikan
S1
SMA
Pekerjaan
PNS
Penghasilan
Keterangan
Asuransi
No. RM
603495
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu kandung dan ayah
kandung pasien pada tanggal 11 Februari 2016, pukul 10.00 WIB, di raung
Wijaya Kusuma atas, RSUD Kardinah
A. Keluhan Utama: Demam
B. Keluhan tambahan:
Perut sakit
Tidak nafsu makan
Gatal di sekitar anus, terutama malam hari
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSU Kardinah diantar oleh orang tuanya
dengan keluhan demam sejak 3 hari SMRS. Orang tua pasien mengatakan
demam anaknya dirasakan tinggi namun tidak diukur, hanya menggunakan
perabaan tangan, demam dirasakan naik turun. Naik ketika malam hari,
turun jika menjelang pagi. Sudah sempat ke dokter tetapi tidak membaik.
Selain demam, orang tua pasien juga mengeluhkan anaknya
merasakan mual dan muntah sejak 3 hari SMRS, muntah sebanyak 3 kali
berisi air dan makanan, warna coklat, tidak ada darah. Menurut orang tua
pasien volume cairan yang keluar dari muntah sebanyak 500 cc.
Orang tua pasien mengatakan bahwa perutnya juga dirasakan sakit.
Pasien tidak nafsu makan sejak mulai demam namun menurut keluarga
tidak terjadi penurunan berat badan. Orang tua pasien menyangkal adanya
riwayat mimisan, dan gusi berdarah.
Sudah sebulan ini pasien mengeluhkan BAB sering mengeluarkan
uget-uget (cacing). Pasien juga mengeluhkan sering gatal dibagian
anusnya saat malam hari. Pasien selalu rewel saat malam hari. Sudah
diberikan obat cacing, tetapi tidak membaik.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
- Tidak ada riwayat operasi
- Tidak ada riwayat trauma
- Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan tertentu
- Penyakit lain, seperti asma, penyakit jantung, dan sebagainya
disangkal
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang perah mengalami sakit serupa
F. Riwayat Lingkungan Perumahan
Kepemilikan rumah : rumah pribadi
Keadaan rumah:
Rumah berukuran 5 x 11 m, memiliki 2 kamar tidur, dan 1 kamar
mandi. Cahaya matahari dapat masuk melalui jendela. Penerangan
dengan listrik. Air minum berasal dari Sumur. Jarak septic tank kurang
lebih 10 meter dari sumber air. Air limbah rumah tangga disalurkan
melalui selokan di depan rumah.
Kesan : Keadaan rumah baik dengan ventilasi yang baik dan
sirkulasi baik. keadaan lingkungan rumah baik
G.Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah pasien adalah seorang PNS dan ibu pasien seorang ibu rumah
tangga berpenghasilan kurang lebih Rp 2.- 3 juta per bulan. ayah
pasien menghidupi satu orang anak
Kesan
: Status ekonomi cukup
H.Riwayat Kehamilan dan Pemeriksaan Prenatal
Morbiditas kehamilan
KEHAMILAN
Perawatan antenatal
saat
menginjak
usia
tujuh
bulan
Puskesmas
Penolong persalinan
Bidan
Cara persalinan
normal
Penyulit : -
Masa gestasi
Cukup Bulan
Keadaan bayi
KELAHIRAN
Kesan
DASAR (umur)
0 bulan
2 bulan
4 bulan
0 bulan
2 bulan
6 bulan
4 bulan
ULANGAN (umur)
-
CAMPAK
9 bulan
2 tahun
HEPATITIS B
0 bulan
1 bulan
6 bulan
N. Silsilah/Ikhtisar Keturunan
Keterangan :
: laki-laki
: pasien
: perempuan
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 11 Februari 2016, pukul 10.00 WIB, di raung
Wijaya Kusuma atas, RSUD Kardinah
A. Kesan Umum
Kesadaran: Compos Mentis, tampak lemas, tampak sesak
B. Tanda Vital
- Tekanan darah : 90/60
- Nadi
: 104 x/menit
- Laju nafas
: 36 x/menit
- Suhu
: 35,6 (Axilla)
C. Data Antropometri
o
Berat badan 20,5 kg
o
Tinggi badan 115 cm
o
Lingkar Kepala 49 cm
D. Status Internus
Kepala
: mesosefali
Rambut
mudah dicabut
Mata
Telinga
Mulut
Tenggorok
Axilla
Thorax
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
kanan
Cor
Inspeksi
Palpasi
sinistra
Perkusi
: Sulit dinilai
Abdomen
o Inspeksi
membesar.
o Perkusi
Inguinal
Genitalia
Anorektal
Ekstremitas
Superior
Akral Dingin
Akral Sianosis
CRT
Oedem
IV.
Inferior
-/-/<2
-/-
-/-/<2
-/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium 07/02/2016 09.30
Pemeriksaan
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
MCV
MCH
MCHC
Trombosit
Diff Count
Netrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
Hasil
2.3
4.2
11
137
75.7
26
34.4
137
64.6
54.3
6.5
0
0.4
Hematologi
Satuan
1000/ul
1000.000/ul
g/dl
%
U
Pcg
g/dl
1000/ul
%
%
%
%
%
Rujukan
5.0 13.0
3.8 5.8
10,7 14,7
34 40
90-96
28-39
23-36
150 400
50-70
35-40
2-8
2-4
0-1
Hasil
4.5
5.1
13.2
37.5
73.2
25.8
Hematologi
Satuan
1000/ul
1000.000/ul
g/dl
%
U
Pcg
Rujukan
5.0 13.0
3.8 5.8
10,7 14,7
34 40
90-96
28-39
MCHC
Trombosit
35.2
58
g/dl
1000/ul
23-36
150 400
Hasil
5.9
5.0
12.8
34.8
70.2
25.8
36.8
35
Hematologi
Satuan
1000/ul
1000.000/ul
g/dl
%
U
Pcg
g/dl
1000/ul
Rujukan
5.0 13.0
3.8 5.8
10,7 14,7
34 40
90-96
28-39
23-36
150 400
Hasil
5.7
4.5
11.5
31.0
69.0
25.6
37.1
44
Hematologi
Satuan
1000/ul
1000.000/ul
g/dl
%
U
Pcg
g/dl
1000/ul
Rujukan
5.0 13.0
3.8 5.8
10,7 14,7
34 40
90-96
28-39
23-36
150 400
Feses Rutin
Makroskopis
Konsistensi
Lembek
Warna
Kuning
Lendir
Negatif
Darah
Negatif
Negatif
Mikroskopis
Leukosit
Negatif
Negatif
Eritrosit
Negatif
Negatif
Epitel
Silinder
Negatif
Yeast
Negatif
Amoeba
Negatif
Telur cacing
Negatif
Karbohidrat
Positif
Lemak
Negatif
Protein
Negatif
Bakteri
Negatif
V.
PEMERIKSAAN KHUSUS
A. Data Antropometri
Anak perempuan usia 5 tahun 6 bulan
Berat badan 20,5 kg
Tinggi badan 115 cm
Lingkar Kepala 49 cm
B. Pemeriksaan Status Gizi
Negatif
Negatif
Kesan : mesosefali
VI.
VII.
DAFTAR MASALAH
Demam
Perdarahan
Sesak
Nyeri perut
Trombositopenia < 100,000
BAB keluar cacing
Status gizi baik
DIAGNOSIS BANDING
A. Demam
Dengue Haemorrhagic Fever
Typhoid Fever
Malaria
B. Status gizi
Gizi Baik
Gizi kurang
Gizi buruk
C. BAB keluar cacing
Ascariasis
Enterobiasis
Cacing tambang
PROGNOSIS
XI.
Quo ad vitam
Quo ad santionam
Quo ad fungsionam
: dubia ad bonam
: ad bonam
: ad bonam
SARAN PEMERIKSAAN
Cek darah rutin ulang
D- Dimer
PT dan APTT
Fungsi hepar
II.
Fungsi ginjal
Roentgen Thorax
Feses rutin ulang
Perianal Swab
FOLLOW UP
Tanggal
08 Februari 2016
(+)
Ekstremitas: oedem (-), akral hangat
Ptekie (+) di ekstremitas bawah
Lab:
Hb: 11,0
Ht: 32
Leukosit: 2300
Trombo: 137.000
Demam dengue
Medikamentosa
P
Tanggal
IVFD RL 20 TPM
Parasetamol 3x500 mg
Stimuno Syrup 1x1cth
09 Februari 2016
Medikamentosa
Th/ Lanjutkan
+ Inj Ondansentron mg/8mg
Cek
Darah Rutin
Feses Rutin
10 Februari 2016 00.30
keluar uget-uget
Mual (+) muntah (-)
Demam (-)
(+)
Ekstremitas: oedem (-), akral dingin(-),
CRT > 2 Ptekie (+) di tangan kiri
Lab:
Hb: 13,2
Ht: 37,5
Leukosit: 4500
Trombo: 58.000
A
DHF
IVFD RD 20 tpm
Ranitidin 2x1/2 cth
Pct 3x1/2 tablet
Stimuno Syr 1x1
Extra sanmol 200mg IV
IVRD RD 200cc/jam
Lapor dr jaga:
(50tts/jam)
Cek:
Darah Rutin
Feses Rutin
Tanggal
10 Februari 2016
11 Februari 2016
keluar uget-uget
ada uget2nya
Rh(-/-), wh(-/-)
Jantung : S1/S2 regular, M (-), G (-)
Abdomen: datar, BU(+), NT Epigastrium
(+)
Ekstremitas: oedem (-), akral hangat
Lab: Hb 12,8
Leuko: 5,9
HT: 34,8
35.000
A
P
DSS
Efusi Pleura Kanan
DSS
Efusi Pleura Kanan
IVFD RD 15 tpm
Amoxicillin 3x50 mg
Vit c 1x100mg
Psidii syr 3x1
RD 5cc/jam
Metilprednisolon 12,5
mg
Amoxicillin 3x500mg
Vit C 1x100mg
Stimuno Syr 1x1
Pct tab 3x1/2 tab
Tanggal
12 FEbruari 2016
13 Februari 2016
Demam membaik
DSS
Efusi Pleura dekstra
IVFD RD 15 tpm
Amoxicillin 3x500mg
VIt C 1x100mg
Psidii syr 3x1 cth
Stimuno Syr 1x1
Pct tab 3x1/2 tab
BLPL:
Pyrantel Pamoat 1x200mg
Psidii syrup 3x1 cth
PCT Tab 3x1/2 tab
Stimuno Syr 1x1 cth
ANALISA KASUS
Diagnosis Dengue Shock Syndrome, efusi pleura, edema paru, dan status
gizi diambil berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik yang dilakukan.
1. Dengue Shock Syndrome disertai efusi pleura
Masalah
Interpretasi
Anamnesis
Orang
tua
pasien
mengatakan
tidak
diukur,
hanya
menggunakan
Klinis
o
Demam tinggi
tanpa
menjelang pagi.
berlangsung
o
bendung
menyangkal
adanya
riwayat
termasuk
positif,
*uji
petekie,
mengatakan
manifestasi
jelas,
terus-menerus
Terdapat
perdarahan,
yang
sebab
mendadak,
Hepatomegali.
Laboratorium
o Trombositopenia
(jumlah
dilihat
dari
Masalah
Interpretasi
Anamnesis
3. Suspek Enterobiasis
Sudah
sebulan
mengeluhkan
ini
BAB
mengeluarkan
(cacing).
mengeluhkan
uget-uget
Pasien
sering
juga
gatal
cacing,
tetapi
tidak
membaik
Pemeriksaan Penunjang
Feses Rutin (-)
TINJAUAN PUSTAKA
Demam Dengue
Definisi
Demam Dengue merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh
virus genus Flavivirus, famili Flaviviridae, mempunyai 4 jenis serotipe yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4, dan ditularkan melalui perantara nyamuk Aedes
aegypti atau Aedes albopictus. Dari 4 serotipe dengue yang terdapat di Indonesia,
DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan banyak berhubungan dengan kasus
berat, diikuti dengan serotipe DEN-2. World Health Organization - South-East
Asia Regional Office (WHO-SEARO) melaporkan bahwa pada tahun 2009
terdapat 156052 kasus dengue dengan 1396 jumlah kasus kematian di Indonesia
dan case-fatality rates (CFR) 0.79%.
Epidemiologi
DBD dapat diderita oleh semua golongan umur, walaupun saat ini DBD
lebih banyak pada anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini DBD terlihat
kecenderungan kenaikan proporsi pada kelompok dewasa, karena pada kelompok
umur ini mempunyai mobilitas yang tinggi dan sejalan dengan perkembangan
urban) sedangkan daerah pedesaan (daerah rural) kedua spesies nyamuk tersebut
berperan dalam penularan.
Patogenesis
Patofisiologi yang terpenting dan menentukan derajat penyakit ialah
adanya perembesan plasma dan kelainan hemostasis yang akan bermanifestasi
sebagai peningkatan hematokrit dan trombositopenia. Adanya perembesan plasma
ini membedakan demam dengue dan demam berdarah dengue. Teori enhancing
antibody dan teori virulensi virus merupakan teori yang paling penting untuk
dipahami. Teori secondary heterologous infection, dimana infeksi kedua dari
serotipe berbeda dapat memicu DBD berat, berdasarkan data epidemiologi dan
hasil laboratorium hanya berlaku pada anak berumur diatas 1 tahun. Pada
pemeriksaan uji HI, DBD berat pada anak dibawah 1 tahun ternyata merupakan
infeksi primer. Gejala klinis terjadi akibat adanya Ig G anti dengue dari ibu. Dari
observasi ini, diduga kuat adanya antibodi virus dengue dan sel T memori
berperan penting dalam patofisiologi DBD.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut kriteria diagnosis WHO 2011, infeksi dengue
dapat terjadi asimtomatik dan simtomatik. Infeksi dengue simtomatik terbagi
menjadi undifferentiated fever (sindrom infeksi virus) dan demam dengue (DD)
sebagai infeksi dengue ringan; sedangkan infeksi dengue berat terdiri dari demam
lesu, tidak mau makan, konstipasi, nyeri perut, nyeri tenggorok, dan depresi
umum.
Pemeriksaan fisik
dan dada
Pada hari sakit ke 3-4 timbul ruam kulit makulopapular/rubeolliform
Mendekati akhir dari fase demam dijumpai petekie pada kaki bagian dorsal,
Anamnesis
Demam tinggi, 2-7 hari, dapat mencapai 40C, serta terjadi kejang demam.
Dijumpai facial flush, muntah, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri
tenggorok dengan faring hiperemis, nyeri di bawah lengkung iga kanan, dan
nyeri perut.
Pemeriksaan fisik
o Manifestasi perdarahan
Antibodi IgM anti dengue dapat dideteksi pada hari sakit ke-5 sakit,
mencapai puncaknya pada hari sakit ke 10-14, dan akan menurun/
pada infeksi sekunder IgG anti dengue akan terdeteksi pada hari sakit ke-2.
Rasio IgM/IgG digunakan untuk membedakan infeksi primer dari infeksi
sekunder. Apabila rasio IgM:IgG >1,2 menunjukkan infeksi primer namun
apabila IgM:IgG rasio <1,2 menunjukkan infeksi sekunder.
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan foto dada dalam posisi right lateral decubitus dilakukan atas
indikasi,
Distres pernafasan/ sesak
Dalam keadaan klinis ragu-ragu, namun perlu diingat bahwa terdapat kelainan
radiologis terjadi apabila pada perembesan plasma telah mencapai 20%-40%
Pemantauan klinis, sebagai pedoman pemberian cairan, dan untuk menilai
edema paru
karena overload pemberian cairan.
Kelainan radiologi yang dapat terjadi: dilatasi pembuluh darah paru terutama
daerah hilus kanan, hemitoraks kanan lebih radioopak dibandingkan yang
kiri, kubah diafragma kanan lebih tinggi daripada kanan, dan efusi pleura.
Pada pemeriksaan ultrasonografi dijumpai efusi pleura, kelainan dinding
vesika felea, dan dinding buli-buli.
Diagnosis
Diagnosis DBD/DSS ditegakkan berdasarkan kriteria klinis dan laboratorium
(WHO, 2011).
Kriteria klinis
Kriteria laboratorium
Trombositopenia (=100.000/mikroliter)
Hemokonsentrasi, dilihat dari peningkatan hematokrit 20% dari nilai
dasar / menurut standar umur dan jenis kelamin
Tatalaksana
Fase Demam
Pada fase demam, dapat diberikan antipiretik + cairan rumatan / atau cairan oral
apabila anak masih mau minum, pemantauan dilakukan setiap 12-24 jam
Medikamentosa
o Antipiretik dapat diberikan, dianjurkan pemberian parasetamol bukan
aspirin.
o Diusahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan (misalnya
antasid, anti emetik) untuk mengurangi beban detoksifikasi obat dalam
hati.
o Kortikosteroid diberikan pada DBD ensefalopati apabila terdapat
Fase Kritis
Pada fase kritis pemberian cairan sangat diperlukan yaitu kebutuhan rumatan +
deficit, disertai monitor keadaan klinis dan laboratorium setiap 4-6 jam.
Cairan: 20 ml/kg cairan bolus dalam 10-15 menit, bila tekanan darah sudah
diberikan
bersama koloid 10-30ml/kgBB secepatnya dalam 1 jam dan koreksi hasil
review
hematokrit sebelum resusitasi)
Monitor ketat (pemasangan katerisasi urin, katerisasi pembuluh darah vena
Apabila jalur intravena tidak didapatkan segera, coba cairan elektrolit per oral bila
pasien sadar atau jalur intraoseus. Jalur intraoseus dilakukan dalam keadaan
darurat atau setelah dua kali kegagalan mendapatkan jalur vena perifer atau
setelah gagal pemberian cairan melalui oral. Cairan intraosesus harus dikerjakan
secara cepat dalam 2-5 menit.
Fase Recovery
Pada fase penyembuhan diperlukan cairan rumatan atau cairan oral, serta monitor
tiap 12-24 jam.
Indikasi untuk pulang
Pasien dapat dipulangkan apabila telah terjadi perbaikan klinis sebagai berikut.
teratur
Diuresis baik
Minimum 2-3 hari setelah sembuh dari syok
Tidak ada kegawatan napas karena efusi pleura, tidak ada asites
Trombosit >50.000 /mm
Pada kasus DBD tanpa komplikasi, pada umumnya jumlah trombosit akan
meningkat ke nilai normal dalam 3-5 hari.
Perjalan penyakit
Cacing Enterobius vermicularis menyebabkan infeksi cacing kremi yang
disebut juga enterobiasis atau oksiuriasis. Infeksi biasanya terjadi melalui 2 tahap.
Pertama, telur cacing pindah dari daerah sekitar anus penderita ke pakaian, seprei
atau mainan. Kemudian melalui jari-jari tangan, telur cacing pindah ke mulut anak
yang lainnya dan akhirnya tertelan. Telur cacing juga dapat terhirup
dari udara kemudian tertelan. Setelah telur cacing tertelan, lalu larvanyamenetas
di dalam usus kecil dan tumbuh menjadi cacing dewasa di dalam usus
besar (proses pematangan ini memakan waktu 2-6 minggu). Cacing dewasa betina
bergerak ke daerah di sekitar anus (biasanya pada malam hari) untuk menyimpan
telurnya di dalam lipatan kulit anus penderita. Telur tersimpan dalam suatu bahan
yang lengket. Bahan ini dan gerakan dari cacing betina inilah yang menyebabkan
gatal-gatal. Telur dapat bertahan hidup diluar tubuh manusia selama 3 minggu
pada suhu ruangan yang normal. Tetapi telur bisa menetas lebih cepat
dancacing muda dapat masuk kembali ke dalam rektum dan usus bagian bawah.
Gejala
Gejalanya berupa:
Rewel (karena rasa gatal dan tidurnya pada malam hari terganggu)
Kurang tidur (biasanya karena rasa gatal yang timbul pada malam hari
ketika cacing betina dewasa bergerak ke daerah anus dan
menyimpan telurnya di sana)
Nafsu makan berkurang, berat badan menurun (jarang terjadi, tetapi bisa
terjadi pada infeksi yang berat)
Rasa gatal atau iritasi vagina (pada anak perempuan, jika cacing dewasa
masuk ke dalam vagina)
Kulit di sekitar anus menjadi lecet, kasar, atau terjadi infeksi (akibat
penggarukan).
Komplikasi
1. Salpingitis (peradangan saluran indung telur)
Diagnosis
Cacing kremi dapat dilihat dengan mata telanjang pada anus penderita,
terutama dalam waktu 1-2 jam setelah anak tertidur pada malam hari. Cacing
kremi berwarna putih dan setipis rambut, mereka aktif bergerak.
Telur maupun cacingnya bisa didapat dengan cara menempelkan selotip di
lipatan kulit di sekitar anus, pada pagi hari sebelum anak terbangun. Kemudian
selotip tersebut ditempelkan pada kaca objek dan diperiksa dengan mikroskop.
Pengobatan
Infeksi cacing kremi dapat disembuhkan melalui pemberian dosis tunggal
obat
anti-parasit mebendazole, albendazole atau pirantel
pamoat.
Seluruh
anggota keluargadalam
satu rumah harus
meminum obat tersebut
karena infeksi ulang bisa menyebar dari satu orang kepada yang lainnya. Untuk
mengurangi rasa gatal, bisa dioleskan krim atau salep anti gatal ke daerah
sekitar anus sebanyak 2-3 kali/hari. Meskipun telah diobati, sering
terjadi infeksi ulang karena telur yang masih hidup terus dibuang ke
dalam tinja selama seminggu setelah pengobatan. Pakaian, sepreidan mainan anak
sebaiknya sering dicuci untuk memusnahkan telur cacing yang tersisa.
Langkah-langkah
umum
yang
mengendalikan infeksi cacing kremi adalah:
dapat
dilakukan
untuk
Pencegahan
Sangat penting untuk menjaga kebersihan pribadi, dengan menitikberatkan kepada
mencuci tangan setelah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan.
Pakaian dalam dan seprei penderita sebaiknya dicuci sesering mungkin dan
dijemur matahari.
DAFTAR PUSTAKA
1. World
Health
Organization-South
East
Asia
Regional
Office.
2010
sept
1.
Available
from:
http://www.cdc.gov/dengue/clinicallab /clinical.html.
3. Dengue Hemorrhagic Fever. Diagnosis, treatment prevention and control.
Edisi kedua. WHO, Geneva, 1997.
4. WHO. Dengue for Diagnosis, treatment, prevention and control. 2009:1146
5. Holiday MA, Segar WE. Maintenance need for water in parenteral fluid
therapy. Pediatrics 1957;19:823
6. Demam Berdarah Dengue. Naskah lengkap Pelatihan bagi Pelatih Dokter
Spesialis Anak & Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam Tata laksana
Kasus DBD. Hadinegoro SR, Satari HI, penyunting. Balai Penerbit,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 2005
7. Krishnamurti C, Kalayanarooj S, Cutting MA, et al. Mechanisms of
hemorrhage
in Dengue without circulatory collapse. Am J Trop Med Hyg 2001; 65:
840-7.
8. Srikiatkhachorn A, Krautrachue A, Ratanaprakarn W, et al. Natural history
of
plasma leakage in Dengue hemorrhagic fever: a serial ultrasonographic
study. Pediatr Infect. Dis. J 2007; 26: 283-292.
9. Pancharoen C, Rungsarannont A, Thisyakorn U. Hepatic dysfunction in
Dengue patients with various severity. J Med Assoc Thai 2002 ; 85 (Suppl
1): S298-301.
10. Nguyen TH, Nguyen TL, Lei HY, et al. Volume replacement in infants
with Dengue hemorrhagic fever/Dengue shock syndrome. Am J Trop Med
Hyg 2006; 74: 684-691.
11. Darmowandowo W. Infeksi Virus Dengue. http://www.pediatrik.com/
pkb/061022015303-6l9i130.p
12. Enterobius
Vermicularis.
Avalaible
at:
13. Enterobius
Vermicularis
https://web.stanford.edu/class/humbio103/ParaSites2006/Enterobius.htm
Accessed on: Feb 17, 2016.