Laporan Kasus Anggita Lia
Laporan Kasus Anggita Lia
STATUS PASIEN
I.
II.
IDENTITAS
Nama pasien
: Ny. S
Umur
: 53 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Status perkawinan
: Kawin
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Tanggal masuk RS
: 17 Januari 2016
: 268xxx
Macam Operasi
Macam Anestesi
: General Anestesi
Tanggal Operasi
: 18 Januari 2016
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
KU
: Sedang, GCS : E4 V5 M6
BB/TB
: 60 Kg/156 cm
Gizi
: Baik
b. Vital Sign
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 88 x/menit
RR
: 16 x/menit
Suhu
: 36,80C
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik(-/-) nafas cuping hidung (-)
Leher : Retrraksi suprasternal (-/-), deviasi trakea (-), JVP (-), pembesaran
kelenjar limfe (-/-)
Thorax :
1. Jantung :
2. Paru
Perkusi : sonor/sonor
Abdomen :
contour, tidak ada darm steifung, tidak ada luka bekas operasi
Auskultasi : BU (+) dalam batas normal.
Palpasi : Nnyeri tekan (-), teraba benjolan di selangkangan kanan.
Ekstremitas :
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Tangggal : 10 Juni 2015
Pemeriksaan
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
Neutrofil%
Hasil
10.0
29.0
12.6
176
4.59
86.9
29.9
34.3
50.9
Rujukan
12.0 16.0
37.0-47.0
5-10
150-300
4.0-5.0
82.0-92.0
27.0-31.0
32.0-37.0
50.0-70.0
Satuan
g/%
Vol%
/mm3
mm3
Juta/ul
Fl
Pg
%
%
Limfosit%
Monosit%
Eosinofil%
Basofil%
CT
BT
Kreatinin
Ureum
Glukosa Sewaktu
HbsAg
39.2
6.8
2.4
0.3
03.30
01.30
0.95
20.5
89
Negatif
25.0-40.0
3.0-9.0
05-5.0
0.0-1.0
2-8
1-3
0.5-0.9
10-50
70-150
Negatif
%
%
%
%
Menit
Menit
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
4. Kesimpulan
Seorang perempuan umur 53 tahun dengan diagnosis close fracture radius
ulna sinistra yang akan dilakukan tindakan operasi orif radius ulna. Hasil
laboratorium darah dalam batas normal.
III.
Anestesi selesai
: 10.15
a) Jam 10.00 pasien masuk kamar operasi, manset dan monitor dipasang,
tekanan darah 168/79 mmHg, HR 87 x/menit, Saturasi oksigen 99 %
b) Jam 10.10 mulai dilakukan anestesi General
c) Jam 10.15 operasi dimulai, selama operasi dimonitor tanda vital dan
saturasi O2 tiap 5 menit.
d) Jam 11.10 Operasi selesai, pasien dipindahkan ke ruang pemulihan.
e) Monitoring Selama Anestesi
Jam
08.45
08.50
08.55
09.00
09.05
09.10
09.15
09.20
09.25
09.30
Nadi
87
77
70
72
70
64
52
60
64
68
TD
140/80
140/80
140/80
120/60
107/57
100/50
110/57
117/60
125/60
130/60
Sp02
98%
98%
98%
98%
98%
98%
98%
98%
98%
98%
c. Di Recovery Room
Pasien masuk Ruang RR pukul 11.10 dalam Posisi Supine (terlentang), sadar
penuh, dimonitoring tanda vital, infuse RL, diberikan O2 3 liter/menit.
Jam 11.40 pasien dipindah ke bangsal.
d. Intruksi pasca anestesi
a) Posisi supine dengan oksigen 3 L/ mnt
b) Kontrol vital sign, T < 100 mmHg infus dipercepat, beri efedrin
c) Bila muntah diberi ondancetron dan bila kesakitan diberi analgetik.
d) Lain-lain
Antibiotik sesuai Bedah
A. DEFINISI
Anestesi umum (general anestesi) atau bius total disebut juga dengan nama
narkose umum (NU). Anestesi umum adalah meniadakan nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran yang bersifat reversibel. Anestesi umum biasanya dimanfaatkan
untuk tindakan operasi besar yang memerlukan ketenangan pasien dan waktu pengerjaan
lebih panjang, misalnya pada kasus bedah jantung, pengangkatan batu empedu, bedah
rekonstruksi tulang, dan lain-lain .
Komponen anestesi yang ideal terdiri dari: 1. Hipnotik, 2. Analgetik, 3. Relaksasi
otot. Cara kerja anestesi umum selain menghilangkan rasa nyeri, menghilangkan
kesadaran, dan membuat amnesia, juga merelaksasi seluruh otot. Maka, selama
penggunaan anestesi juga diperlukan alat bantu nafas, selain deteksi jantung untuk
meminimalisasi kegagalan organ vital melakukan fungsinya selama operasi dilakukan.
B. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
Adapun syarat ideal dilakukan anestesi umum adalah :
a. Memberi induksi yang halus dan cepat.
b. Timbul situasi pasien tak sadar atau tak berespons
c. Timbulkan keadaan amnesia
d. Timbulkan relaksasi otot skeletal, tapi bukan otot pernapasan.
e. Hambatan persepsi rangsang sensorik sehingga timbul analgesia yang
cukup untuk tindakan operasi.
f. Memberikan keadaan pemulihan
yang
halus
cepat
dan
tidak
C. MEDIKASI
Agar
anestesi
umum
dapat
berjalan
dengan
sebaik
mungkin,
Parenteral
Anestesi umum yang diberikan secara parentral baik intravena maupun
intramuskuler biasanya digunakan untuk tindakan operasi yang singkat atau
untuk induksi anestesi. Obat anestesi yang sering digunakan adalah:
a. Pentothal
b. Ketalar (Ketamine)
2. Perektal
Obat anestesi diserap lewat mukosa rectum kedalam darah dan selanjutnya sampai
ke otak. Dipergunakan untuk tindakan diagnostic (katerisasi jantung, roentgen foto,
pemeriksaanmata, telinga, oesophagoscopi, penyinaran dsb) terutama pada bayi-bayi dan
anak kecil. Juga dipakai sebagai induksi narkose dengan inhalasi pada bayi dan anakanak. Syaratnya adalah:
1. Rectum betul-betul kosong
2.Tak ada infeksi di dalam rectum. Lama narkose 20-30 menit.
Obat-obat yang digunakan:
- Pentothal 10% dosis 40 mg/kgBB
- Tribromentothal (avertin) 80 mg/kgBB
3. Perinhalasi
Obat anesthesia dihirup bersama udara pernafasan ke dalam paruparu, masuk ke darah dan sampai di jaringan otak mengakibatkan narkose.
Obat-obat yang dipakai:
1. Induksi halotan
Induksi
halotan
memerlukan
gas
pendorong
O2
atau
sampai
vol
%.
Seperti
dengan
halotankonsentrasi
zat
anestesika
yang
dihirup/
diinhalasi;
makin
tinggi
konsentrasinya, makin cepat naik tekanan parsial zat anestesika dalam alveolus.
Ventilasi alveolus; makin tinggi ventilasi alveolus, makin cepat meningginya
tekanan parsial alveolus dan keadaan sebaliknya pada hipoventilasi.
2. Faktor sirkulasi
Aliran darah, yaitu aliran darah paru dan curah jantung. Makin banyak aliran
darah yang melalui paru makin banyak zat anestesika yang diambil dari alveolus,
konsentrasi alveolus turun sehingga induksi lambat dan makin lama waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai tingkat anesthesia yang adekuat.
3. Faktor jaringan
Stadium I
Stadium I (St. Analgesia/ St. Cisorientasi) dimulai dari saat pemberian zat
anestetik sampai hilangnya kesadaran. Pada stadium ini pasien masih dapat mengikuti
perintah dan terdapat analgesi (hilangnya rasa sakit). Tindakan pembedahan ringan,
seperti pencabutan gigi dan biopsi kelenjar, dapat dilakukan pada stadium ini.
Stadium ini berakhir dengan ditandai oleh hilangnya reflekss bulu mata (untuk
mengecek refleks tersebut bisa kita raba bulu mata).
Stadium II
Stadium II (St. Eksitasi; St. Delirium) Mulai dari akhir stadium I dan ditandai
dengan pernapasan yang irreguler, pupil melebar dengan reflekss cahaya (+),
pergerakan bola mata tidak teratur, lakrimasi (+), tonus otot meninggi dan diakhiri
dengan hilangnya reflekss menelan dan kelopak mata.
Stadium III
Stadium III yaitu stadium sejak mulai teraturnya lagi pernapasan hingga
hilangnya pernapasan spontan. Stadia ini ditandai oleh hilangnya pernapasan spontan,
hilangnya reflekss kelopak mata dan dapat digerakkannya kepala ke kiri dan kekanan
dengan mudah.
Stadium IV
Ditandai dengan kegagalan pernapasan (apnea) yang kemudian akan segera
diikuti kegagalan sirkulasi/ henti jantung dan akhirnya pasien meninggal. Pasien
sebaiknya tidak mencapai stadium ini karena itu berarti terjadi kedalaman anestesi
yang berlebihan.
F. TAHAPAN TINDAKAN ANESTESI
I.
Penilaian dan persiapan pra anestesia
Tujuan dari kunjungan tersebut adalah untuk mengurangi angka kesakitan
operasi, mengurangi biaya operasi dan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan.
I.1 Penilaian pra bedah
Anamnesis
Riwayat tentang
apakah
pasien
pernah
mendapat
anestesia
darurat
dengan
pada
pasien-pasien
yang
menjalani
anestesia.
Untuk
Pada pasien dewasa umumnya puasa 6-8 jam, anak kecil 4-6 jam dan
pada bayi 3-4 jam. Makanan tak berlemak diperbolehkan 5 jam
sebeluminduksi anestesia. Minuman bening, air putih teh manis sampai 3
jam dan untuk keperluan minumobat air putih dalam jumlah terbatas
boleh 1 jam sebelum induksi anestesia.
I.2 Premedikasi
Sebelum pasien diberi obat anestesia, langkah selanjutnya adalah
dilakukan premedikasi yaitu pemberian obat sebelum induksi anestesia
diberi dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun
dari anestesi \
Obat-obat yang sering digunakan:
1.
Analgesik narkotik
a. Petidin ( amp 2cc = 100 mg), dosis 1-2 mg/kgBB
b. Morfin ( amp 2cc = 10 mg), dosis 0,1 mg/kgBB
c. Fentanyl ( fl 10cc = 500 mg), dosis 1-3gr/kgBB
2.
Analgesik non narkotik
a. Ponstan
b. Tramol
c. Toradon
3.
Hipnotik
a. Ketamin ( fl 10cc = 100 mg), dosis 1-2 mg/kgBB
b. Pentotal (amp 1cc = 1000 mg), dosis 4-6 mg/kgBB
4.
Sedatif
a. Diazepam/valium/stesolid ( amp 2cc = 10mg), dosis 0,1 mg/kgBB
b. Midazolam/dormicum (amp 5cc/3cc = 15 mg),dosis 0,1mg/kgBB
c. Propofol/recofol/diprivan (amp 20cc = 200 mg), dosis 2,5
mg/kgBB
d. Dehydrobenzperidon/DBP (amp 2cc = 5 mg), dosis 0,1 mg/kgBB
5.
Anti emetic
a.Sulfas atropine (anti kolinergik) (amp 1cc = 0,25 mg),dosis 0,001
mg/kgBB
b.DBP
c. Narfoz, rantin, primperan.
II.
INDUKSI ANASTESI
Merupakan tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak
sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anestesi dan pembedahan.
Induksi dapat dikerjakan secara intravena, inhalasi, intramuscular atau
rectal. Setelah pasien tidur akibat induksi anestesia langsung dilanjutkan
dengan pemeliharaan anestesia sampai tindakan pembedahan selesai.
Untuk persiapan induksi anestesi diperlukan STATICS:
S : Scope
Stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung.
Laringo-Scope, pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan usia
pasien. Lampu harus cukup terang.
T : Tube
tercabut.
I : Introducer Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastic (kabel)
yang mudah dibengkokan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah
dimasukkan.
C : Connector Penyambung antara pipa dan peralatan anestesia
S : Suction penyedot lender, ludah danlain-lainnya.
Induksi intravena
\
o
Obat-obat induksi intravena:
Tiopental (pentotal, tiopenton) amp 500 mg atau 1000 mg
Propofol (diprivan, recofol)
Ketamin (ketalar)
Opioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil)
Induksi intramuscular
Sampai sekarang hanya ketamin (ketalar) yang dapat diberikan secara
intramuscular dengan dosis 5-7 mg/kgBB dan setelah 3-5 menit pasien
tidur.
o
o
o
o
o
o
Cara
Induksi inhalasi
N2O
Halotan (fluotan)
Enfluran (etran, aliran)
Isofluran (foran, aeran)
Desfluran (suprane)
Sevofluran (ultane)
Induksi per rectal
ini hanya untuk anak atau bayi menggunakan thiopental atau
midazolam.
Induksi mencuri
Dilakukan pada anak atau bayi yang sedang tidur. Induksi inhalasi biasa
hanya sungkup muka tidak kita tempelkan pada muka pasien, tetapi kita
berikan jarak beberapa sentimeter, sampai pasien tertidur baru sungkup
muka kita tempelkan.
I.
J.
room (RR).
a. Aldrete Score
Nilai Warna
Merah muda, 2
Pucat, 1
Sianosis, 0
Pernapasan
Kesadaran
Menangis 2
Bereaksi terhadap rangsangan 1
Tidak bereaksi 0
K. KOMPLIKASI
Efek samping paling sering dari anestesi umum adalah mual dan
DAFTAR PUSTAKA
Barash, P. G., Cullen, B. F., Stoelting, R. K., Cahalan, M. K., Stock, M. C. 2009.
Handbook of Clinical Anesthesia. 6th edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins.
Budiono, Uripno. Anestesi umum dalam Anestesiologi. Fakultas Kedokteran UNDIP.
2010
Desai AM, General Anesthesia. Accessed on July 28 2012. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/1271543-overview#showall.
General Anesthesia. Accessed on July 29 2012. Available at
http://www.mayoclinic.com/health/anesthesia/MY00100
Hines, R. L., Marschall, K. E. 2008. Stoeltings Anethesia and Co-existing Disease.
edition. New York: Elsevier.
5th
Howley JE, Routh PA. Anesthesia delivery system: Basic of anesthesia 5th ed.
Philadelphia. Churcill livingstone. 2007
Latief SA, Suryadi KA. PetunjukPraktisAnestesiologi, FakultasKedokteran
Universitas Indonesia 2009.
Miller, R. D., Erikkson, L. I., Fleisher, L. A., Wiener, J. P., Young W. L. 2009.
Anesthesia. 7th Edition. New York: Elsevier.
Millers