Anda di halaman 1dari 7

GANGGUAN DISOSIATIF

MODUL XIII
GANGGUAN DISOSIATIF

Gangguan disosiatif adalah sebuah kelompok gangguan yang ditandai oleh suatu
kekacauan atau disosiasi dari fungsi identitas, kesadaran, dan ingatan. Adalah gangguan pada
fungsi yang biasanya terintegrasi, yaitu kesadaran, memori, identitas/persepsi tentang
lingkungan Dalam kondisi normal, individu mengetahui siapa dirinya (misalnya mengetahui
siapa namanya, dimana tempat tinggalnya, apa yang dilakukan untuk menghidupi dirinya, ingat
peristiwa yang terjadi dalam hidupnya, dan mengetahui apa saja yang terjadi dalam beberapa
tahun terakhir, walaupun tidak secara mendetil). Gangguan ini dapat muncul secara tiba-tiba
atau gradual, transient (singkat) maupun kronis.
Pada gangguan ini, perspektif lintas budaya penting dalam evaluasi, karena kondisi
disosiatif merupakan ekspresi aktivitas budaya atau pengalaman religius dalam berbagai
masyarakat. Gangguan disosiatif mayor mencakup empat jenis gangguan, yaitu: Gangguan
Identitas Disosiatif, Amnesia Disosiatif, Fugue Disosiatif, Gangguan Depersonalisasi

JENIS-JENIS GANGGUAN DISOSIATIF


1. Gangguan Identitas Disosiatif (dulu disebut gangguan kepribadian ganda)

Munculnya dua atau lebih identitas atau keadaan kepribadian yang berbeda,
masing-masing membawa pola persepsi.

Berulang mengendalikan perilaku penderita

Ketidakmampuan untuk mengingat info pribadi

Tidak berkaitan dengan dampak fisiologis langsung/kondisi medis umum

Tidak sama dengan imagery friend pada anak-anak

Menunjukkan kegagalan untuk mengintegrasikan berbagai aspek identitas, memori,


kesadaran

Setiap kepribadian seolah-olah memiliki sejarah pribadi, citra diri, identitas dan nama
yang terpisah-pisah sendiri

Biasanya ada identitas primer (membawa nama lahir individu, biasanya pasif,
dependen, rasa bersalah, depresif); identitas alternative (nama berbeda, ciri
berlawanan dengan identitas primernya, memiliki rasa permusuhan, pengendali dan
perusak diri sendiri); serta identitas khusus (mungkin muncul dalam keadaan spesifik
yang berbeda).

Makin pasif identitas maka makin terbatas memori identitas tersebut. Transisi antar
identitas sering dipicu oleh stress psikologis

Prevalensi lebih banyak pada perempuan. Pada penderita perempuan jumlah


identitas yang terdisosiasi juga umumnya lebih banyak daripada pada penderita lakilaki.

Ciri-ciri diagnostik dari Gangguan Identitas Disosiatif menurut DSM adalah:


1. Sedikitnya dua kepribadian yang berbeda ada dalam diri seseorang, dimana masingmasing memiliki pola relatif kekal dan berbeda dalam mempersepsikan, memikirkan,
dan berhubungan dengan lingkungan maupun self.
2. Dua atau lebih dari kepribadian ini secara berulang mengambil kontrol penuh atas
perilaku individu.
3. Ada kegagalan untuk mengingat kembali informasi pribadi penting yang terlalu
substansial untuk dianggap sebagai lupa biasa.
4. Gangguan ini tidak dianggap terjadi karena efek zat psikoaktif atau kondisi medis umum.

2. Gangguan Depersonalisasi (menyertai gangguan jiwa lainnya)


Depersonalisasi merupakan perasaan ketidaknyataan atau keterpisahan diri dari tubuh
atau lingkungan sekitar. Derealisasi merupakan perasaan tidak nyata mengenai dunia luar
yang mencakup perubahan aneh pada lingkungan atau dalam periode waktu. Misalnya,
melihat orang dan objek dapat berubah ukuran atau bentuknya, serta dapat mengeluarkan
suara yang berbeda. Orang dengan depersonalisasi tetap memiliki kontak dengan realitas,
dapat membedakan kenyataan dan ketidaknyataan, dapat mengenali dirinya, memiliki
ingatan yang baik. Perasaan depersonalisasi biasanya datang tiba-tiba dan menghilang

secara bertahap. Gangguan depersonalisasi dapat disebut gangguan jika pengalaman


depersonalisasi berulang kali terjadi dan menimbulkan distres yang jelas.

Pengalaman-pengalaman perasaan asing yang menetap dan berulang, dan seolaholah seseorang adalah pengamat di luar dirinya.

Selama mengalami depersonalisasi, daya nilai terhadap realitas terjaga (berbeda


dengan derealisasi).

Secara klinis menyebabkan tekanan atau hendaya (impairment) dalam fungsi sosial,
pekerjaan atau fungsi penting lainnya.

Tidak terjadi secara eksklusif selama ada gangguan mental lain dan tidak
berhubungan dengan fisiologis langsung.

3. Fugue Disosiatif
Fugue berasal dari bahasa Latin yang fugere, yang artinya melarikan diri. Orang
yang mengalami gangguan fugue disosiatif akan melakukan perjalanan secara tiba-tiba
dan tanpa diduga dari rumah atau tempat kerjanya ; tidak mampu mengingat kembali
informasi yang sebelumnya ; menjadi bingung akan identitasnya ; dan berasumsi
memiliki identitas yang baru. Fugue tidak dianggap sebagai psikotik, karena yang
memiliki gangguan ini dapat berpikir dan berperilaku cukup normal.
-

Gangguan utama adalah perjalanan yang dilakukan secara tiba-tiba dan tidak
diharapkan, jauh dari tempat tinggal/kerja, ketidakmampuan untuk mengingat masa
lalunya

Kebingungan tentang identitas diri/asumsi tentang suatu identitas baru

Gangguan tidak terjadi secara eksklusif, tidak berkaitan dengan efek langsung fisiologis

Gejala-gejala secara klinis menyebabkan tekanan atau hendaya pada fungsi sosial,
pekerjaan dan lainnya.

4. Amnesia Disosiatif
Gangguan ini adalah tipe paling umum dari gangguan disosiatif. Gangguan ini pada
awalnya disebut gangguan amnesia psikogenik. Gangguan amnesia disosiatif adalah suatu

gangguan disosiatif dimana seseorang mengalami kehilangan ingatan tanpa sebab organis
yang dapat teridentifikasi. Orang dengan gangguan ini menjadi tidak mampu menyebutkan
kembali informasi pribadi yang penting, biasanya melibatkan pengalaman yang traumatis
atau penuh tekanan, dalam bentuk yang tidak dapat dianggap sebagai lupa biasa. Hilang
ingatan ini bukan disebabkan oleh penyebab organis tertentu (kerusakan otak, penyakit)
atau efek langsung dari obat-obatan dan alkohol. Ingatan yang hilang dalam gangguan ini
dapat kembali, meskipun gangguan ini sudah terjadi selama beberapa hari, minggu, atau
tahun.
-

Gangguan utama adalah ketidakmampuan (pada satu atau lebih episode) untuk
mengingat-ingat

informasi

personal

yang

penting,

biasanya

tentang

kejadian

traumatis/stressful.
-

Tidak terjadi secara eksklusif/berlebihan, tidak berhubungan secara langsung dengan


efek fisiologis, penggunaan zat atau kondisi neurologis/medis umum

Gejala-gejala menyebabkan tekanan atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau
area fungsi penting lain dalam kehidupan.

Beberapa jenis gangguan adalah localized amnesia (kegagalan mengingat peristiwaperistiwa yang terjadi selama satu periode tertentu, biasanya beberapa jam setelah
peristiwa yang sangat mengganggu tersebut); selective amnesia (masih dapat
mengingat beberapa hal, namun tidak semua kejadian dalam satu periode tertentu,
misal veteran perang). Selain itu ada tiga jenis gangguan lain yang lebih jarang terjadi,
yaitu generalized amnesia (ketidakmampuan mengingat seluruh kehidupan yang telah
dialami); continuous amnesia (ketidakmampuan mengingat kejadian pada waktu spesifik
hingga saat ini); systematized amnesia (hilangnya ingatan untuk suatu kategori
informasi tertentu yang berhubungan dengan sesuatu).

PANDANGAN TEORITIS
1. Psikodinamika
Menurut teoretikus psikodinamika, gangguan disosiatif disebabkan karena tindakan
represi besar-besaran, yang menyebabkan terpisahnya impuls yang tidak dapat diterima
dan ingatan yang menyakitkan dari kesadaran seseorang. Pada gangguan disosiatif
perlu dilihat riwayat child abuse. Dalam amnesia dan fugue disosiatif, ego melindungi
dirinya dari kecemasan dengan mengeluarkan ingatan yang mengganggu atau dengan
mendisosiasi impuls menakutkan yang bersifat seksual atau agresif. Pada gangguan
kepribadian ganda, orang mengekspresikan impuls dorongan seksual, melalui
pengembangan kepribadian alter. Pada depersonalisasi, orang berada di luar dirinya
supaya aman, dengan cara menjauh dari pertarungan emosi di dalam dirinya.
2. Kognitif dan Belajar
Menurut teretikus belajar dan kognitif, disosiasi disebabkan karena respon yang
dipelajari, yang meliputi proses tidak berpikir tentang tindakan atau pikiran yang
mengganggu dalam rangka menghindar. Gangguan merupakan respon menghindar
yang termotivasi oleh kecemasan tinggi, rasa bersalah dan malu yang ditimbulkan oleh
pengalaman-pengalaman itu. Kebiasaan tidak berpikir itu dikuatkan oleh perasaan
bebas akan kecemasan.
3. Disfungsi Otak
Belum ada penelitian yang menyebutkan dengan pasti bahwa disfungsi otak
menyebabkan perilaku disosiatif. Satu penelitian menunjukkan adanya perbedaan
aktivitas metabolisme otak antara orang dengan gangguan depersonalisasi dengan
orang yang normal. Bukti ini menjelaskan adanya kemungkinan disfungsi otak yang
mempengaruhi fungsi persepsi. Fungsi persepsi yang terganggu dapat menjelaskan
mengapa orang-orang dengan depersonalisasi memiliki perasaan terpisah.

PENANGANAN
Baik pendekatan psikoanalisa maupun berhavioral, sama-sama fokus pada penanganan
kecemasan yang diasosiasikan dengan ingatan yang terlupakan sebagai penyebab nyata.
Tujuan utama dari penanganan adalah untuk mengurangi gejala dan mengendalikan masalah
perilaku yang muncul akibat gangguan. Penanganan kemudian bermaksud untuk membantu
individu untuk mengekspresikan dengan aman dan memproses memori yang menyakitkan,
mengembangkan coping baru dan life skills, mengembalikan keberfungsian. Penanganan yang
paling baik bergantung pada individu dan keparahan gejalanya. Penanganan dapat mencakup
berikut:
Psikoterapi
Terapi ini ditujukan untuk gangguan mental dan emosional menggunakan teknik psikologis yang
didesain untuk mendorong komunikasi dari konflik dan meningkatkan insight terhadap masalah.
Terapi kognitif
Terapi jenis ini berfokus untuk mengubah pola pemikiran disfungsional dan akibat perasaan dan
perilakunya
Terapi kreatif
Terapi jenis ini membuat individu dapat mengeksplorasi dan mengekspresikan pikiran dan
perasaannya dengan cara yang aman dan kreatif.

Anda mungkin juga menyukai