SKRIPSI
Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ISLAM ALAZHAR
2011
Skripsi Yang Berjudul :
NIM : 08.4.040
Skripsi ini telah diterima sebagai bagian dari persyaratan untuk mencapai
kebulatan studi strata satu (S1) pada Fakultas Teknik
Universitas Islam AlAzhar
Dekan,
( Miftahurrahman, ST, MT )
SKRIPSI
Dosen Pembimbing I,
Mengetahui :
Dekan Fakultas Teknik
Universitas Islam Al - Azhar
( Miftahurrahman, ST, MT )
SKRIPSI
5
Oleh :
: (
:(
3.
: (
Mengetahui
Dekan Fakultas Teknik
6
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas semua
limpahan
Ibu Siti Nurul Hijah, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing Pendamping dalam
penyusunan Tugas Akhir ini.
Suami, Serta Anak-anakku tercinta yang telah membantu dalam segala hal baik
materi dan motipasi.
Bapak, Ibu Dosen dan Rekan-rekan mahasiswa serta pihak yang telah banyak
membantu, yang
penyusunan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
Mataram,
29 Juli 2011
Penyusun,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN DEKAN ...............................................................
ii
HALAMAN
PENGESAHAN
DOSEN
PEMBIMBING
............................................................................................................................ ii
i
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ..............................................
iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................
v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
DAFTAR TABEL................................................................................................
xi
10
DAFTAR
NOTASI
............................................................................................................................ x
ii
INTISARI ............................................................................................................
xv
BAB I
PENDAHULUAN ..............................................................................
1
1.1. Latar Belakang ..............................................................................
2
1.2. Maksud dan Tujuan ......................................................................
...................................................................................................... 3
1.3. Lingkup Pembahasan .....................................................................
...................................................................................................... 3
1.4. Lokasi Penelitian ...........................................................................
...................................................................................................... 3
1.5. Sistematika Penyusunan.................................................................
...................................................................................................... 5
11
12
14
Saran ........................................................................................
62
16
17
DAFTAR GAMBAR
No.
Nama Gambar
Hal.
Gbr.1.1
Gbr. 2.1
Gbr.2.2
Gbr.2.3
Gbr.2.4
Gbr.2.5
Gbr.2.6
18
Gbr.2.7
Gbr.2.8
Gbr.2.9
Gbr.3.2
Gbr.3.3
Gbr.3.4
Gbr.3.5
Hubungan Antara
dan
............................................................
......................................................................................................... 54
Gbr.3.6
Hubungan antara
dengan
......................................................
......................................................................................................... 55
19
DAFTAR TABEL
No.
Nama Tabel
Tabel 3.1
Hal.
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 3.5
Tabel 3.6
Tabel 4.1
21
DAFTAR NOTASI
: parameter skala
: Faktor Profil
B'
: parameter lokasi
C1
C2
Co
cb
Cf
: Faktor gesekan
db
: koefisien gesekan
Feff
Hs
Ho
Hb
g.db
22
Hsm
: tinggi gelombang ke m
Hs
Hsr
k3
KR
: koofisien refraksi
: koofisien difraksi
m'
NT
P1
(N/d)
p
Pls
P(Hs Hs )
: (s-)/
Ts
Tr
UA
Ub
U10
Uz
U*
: Kecepatan geser=
VLEO
Xi
f / 2 ub
fetch (km)
menggunakan
pertambahan 6o sampai sudut terbesar 42o pada kedua sisi dari arah angin
: sudut antara puncak gelombang dengan garis pantai disisi luar breaker
zone
1
: sudut yang sama yang diukur saat gari puncak gelombang melintasi
kontur dasar berikutnya (0)
24
INTISARI
25
BAB I
PENDAHULUAN
26
sedimen
sepanjang
pantai (longshor
transport)
yang
Pelabuhan Kayangan
29
30
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
31
Pantai
pantai
Garis pantai
Pesisir
Daratan
Laut
map ; muka air pasang
mas ; muka air surut
Morfologi pantai dan dasar laut dekat pantai (CEM, 2007; Komar, 1998;
CERC, 1992) dibagi empat kelompok (darat-laut):
1. Backshore, merupakan bagian dari pantai yang tidak terendam air laut kecuali
bila terjadi gelombang badai.
2. Foreshore, yaitu bagian pantai yang dibatasi oleh muka pantai (beach face)
hingga pasang terendah.
32
3. Inshore merupakan daerah yang lebih luas sebagai daerah subtidal yang
memanjang ke daerah gelombang pecah sampai batas kemiringan tertentu.
4. Offshore yaitu bagian laut yang terjauh dari pantai (lepas pantai). (CERC, 1992)
Sedimen pantai berasal dari hasil erosi sungai, erosi tebing pantai dan erosi
batuan dasar laut, sebagian besar justru berasal dari sungai yang bermuara di
sekitar pantai dan memberikan suplai relatif besar (90%) terhadap transport
pantai. Sumber sedimen laut berasal dari angin, vulkanik, dan masukan dari
sungai yang sebagian besar dihasilkan dari pelapukan batuan didaratan (Siebold
dan Berger, 1993). Sedimen berdasarkan Skala Wentworth ukuran butirnya
(CEM, 2007; Dean dan Dalrymple, 2004; Komar, 1998; CERC, 1992)
diklasifikasikan menjadi lempung, lanau, pasir, kerikil, koral (pebble), cobble, dan
batu (boulder). Secara umum, transpor sedimen di pantai dibedakan menjadi dua,
yaitu transpor sedimen tegak lurus pantai dan transpor sedimen sepanjang pantai.
Konsep dasar transport sedimen tegak lurus pantai mirip dengan konsep
keseimbangan pantai (Inman dan Patricia, 2004). Transpor sedimen sejajar pantai
akibat pengaruh gelombang dan arus sepanjang pantai (Dean dan Dalrymple,
2004; Komar, 1998). Gelombang yang mendekati pantai dengan sudut tertentu
mencapai maksimal pada sudut 450-(Siegle dan Nils, 2007) dan pecah akibat
kemiringan pantai (karena perubahan kedalaman) akan membangkitkan arus dekat
pantai yang menentukan arah pergerakan sedimen pantai (Komar, 1998). Arus
menyusur pantai merupakan penyebab efektif pergerakan sedimen pantai (Siegle
33
dan Nils, 2007). Arah transpor sedimen menyusur pantai diketahui dari perubahan
garis pantai dalam periode lama di sekitar bangunan struktur pantai karena
merupakan akumulasi updrift struktur pantai dan erosi downdrift (Kuriyama dan
Hikari, 2007). Beberapa formula transpor sedimen sejajar garis pantai umum
digunakan, antara lain formula CERC (CEM, 2007), Bijker, Engelund-Hansen,
Watanabe, Ackers-White, VannRijn maupun Bailard-Inman (Bayram et al, 2001).
Formula Bijker merupakan formula paling sederhana (Farid, 2005) yang
mengkombinasikan gelombang dan arus serta dapat diterapkan untuk gelombang
pecah maupun gelombang yang belum pecah (Bayram et al, 2001). Bayram et al
(2006) menyimpulkan bahwa total transpor sedimen sepanjang pantai dibentuk
berdasarkan prinsip transpor sedimen secara fisik diasumsikan gelombang pecah
yang memindahkan sedimen, dipengaruhi juga oleh arus. Kecepatan arus
menyusur pantai konstan dan secara integral digantikan dengan fraksi energi
gelombang datang yang menjaga sedimen dalam bentuk suspensi.
34
Puncak Done
Berm
Gelombang biasa
Profil B
Erosi
MHWL
Akserasi
MLWL
Profil A
Erosi
Strom Surge
MHWL
MLWL
Profil A
Mundurnya
MH
Erosi
Puncak dune
MLWL
Profil D :
Setelah badai gelombang normal
Akserasi
Profil A
35
dapat
menimbulkan
energi
untuk
membentuk
pantai,
Nearshore zone
breakzone
Surf zone
Swash zone
breaker
mas
Longhsore bear
offshore
inshore
foreshore
backshor
membentuk pantai, menimbulkan arus dan transpor sedimen dalam arah tegak
lurus (onshore-ofshore)
dan
serta dapat
merupakan faktor utama di dalam penentuan tata letak (layout) pelabuhan, alur
pelayaran, perencanaan bangunan pantai dan sebagainya.
Y
L
C
SWL
d
y = -d
SWL = Still Water Level (Muka Air Diam)
d/L 1/20..................Pers.2.3
1/20<d/L<1/2...........Pers.2.4.
d/L1/2....................Pers.2.5
Klasifikasi
ini
dilakukan
untuk
menyederhanakan
rumus-rumus
gelombang.
a. Kondisi Laut Dalam (d/L )
Co=
g .T
.Pers.2.6.
2
Lo=
g.T 2
..Pers.2.7.
2
Cs= g.d
Ls=T.
Pers.2.8.
g.d Pers.2.9.
C L
2 .d
= =tanh
...Pers.2.10.
Cs Lo
L
39
d
2 .d d
tanh
Pers.2.11.
=
L
L Lo
data-data tersebut harus diolah dan disajikan dalam bentuk tabel (ringkasan) atau
dalam bentuk diagram yang disebut Mawar Angin (Wind Rose).
Penyajian
tersebut dapat diberikan dalam bentuk bulanan, tahunan atau beberapa tahun
pencatatan (5-10 tahun pencatatan).
Gambar diagram mawar angin tersebut menunjukkan prosentasi kejadian
angin dengan kecepatan tertentu dari berbagai arah dalam periode waktu
pencatatan. Dalam gambar tersebut, garis-garis radial adalah arah angin dan tiap
lingkaran menunjukkan prosentasi kejadian angin dalam periode waktu
pengukuran. Berikut contoh tabel dan gambar mawar angin.
U
TL
BL
: 21 27 knots
: 16 21 knots
: 13 16 knots
: 10 13 knots
B
88.3%
Ket. :
U
BD
Tg
= Utara
BL = Barat Laut
TL = Timur Laut
= Barat
= Timur
BD = Barat Daya
S
= Selatan
TG = Tenggara
41
...Pers.2.12.
dengan :
U10
Uz
42
Daerah Geostropik
Z= 1000
Daerah Ekman
Z= 100 m
Permukaan Kasar
dengan :
Feff =
Xi.cos
................................................................Pers.2.14.
cos
Feff
Xi
44
gHs
UA
gF
=1,6 x 10-3 2
U A
.........................................Pers.2.15.
gF
gTs
= 2,857 x 10-1 2
UA
U A
gt
UA
dengan,
gF
= 6,88 x 10 2
U A
1/ 3
........................................Pers.2.16.
2/ 3
.....................................Pers.2.17.
Hs
Ts
UA
; Panjang fetch(km)
; Percepatan gravitasi(m/dt2 )
Secara skematis hubungan antara tinggi gelombang (Hs), periode gelombang (Ts),
panjang Fetch (F) pada suatu kecepatan angin tertentu ditunjukkan pada gambar
dibawah ini, dengan keterangan :
1.
Jika td >
Cg
sifatnya gelombang pada akhir fetch akan tergantung pada F dan U. Apabila
td dan F mempunyai nilai cukup besar, lengkung OAB akan menjadi datar dan
keadaan ini disebut fully developed sea (FDS).
2.
Jika td <
Cg
melainkan OAC.
Dalam hal ini td = F min
Cg
U - konstan
Ts
U =O
H s , Ts
(Generation)
Hs
td >F
Limit fetch
Cg
Limit lama hembus
C
td=Fmin
Cg
<
F
Cg
X
F min
46
dengan :
Ho
Lo
Hb
1
=
......................................................Pers.2.19
Hs 3,3( Hs / Lo ) 1 / 3
dan
db
=1,28........................................................................Pers.2.20.
Hb
47
dengan ,
Hb
Hs
db
Lo
P(Hs Hs )=e
b
Hs
..Pers.2.21.
P(Hs Hs )=1 - e
Hs B
Pers.2.22.
Hs
: parameter skala
48
: parameter lokasi
: parameter bentuk
m 0,44
.Pers.2.23.
NT 0,12
P(HsHsm)=1 0,23
NT 0,2
..........................Pers.2.24.
: tinggi gelombang ke m
NT
Parameter A dan B di dalam persamaan (2.21) dan (2.22) dihitung dari metode
kuadrat terkecil untuk setiap tipe distribusi yang digunakan. Hitungan didasarkan
pada analisis regresi linier dari hubungan berikut :
49
Hm= A ym + B ............................................................Pers.2.25.
A=
dengan :
nHsm. ym Hsm.ym
ny 2 (ym) 2
..Pers.2.26.
B = Hsm - A ym..................................................Pers.2.27.
Dimana ym diberikan oleh bentuk berikut :
a. Distribusi Fisher-Tippett tipe I (Gumbel)
ym=-ln(-ln F(Hs Hsm))
b. Distribusi Weibull (CERC, 1992)
Ym= ln( 1 f ( Hs Hsm )) 1 / k Pers.2.28
A dan B adalah perkirakan dari parameter skala dan lokal yang diperoleh dari
analisis regresi linier. Tinggi gelombang signifikan (Hs) untuk berbagai periode
ulang dihitung dari fungsi distribusi probabilitas dengan rumus sebagai berikut,
(Triatmodjo.B, 2006).
Hsr= A yr + B .......................................................Pers.2.29
Hsr
Tr
Kecepatan
Surf zone
maksimal
Garis pantai
51
gHb sin2b...............................................Pers.2.32.
Hb
52
: koofisien difraksi
KR
: koofisien refraksi
54
Ortogonal Gelombang
L1 = c1
d1
d2
L2 = C2 T
d1 > d2
C1 > C2
L1 > L2
SesuaiGambar.2.10
dengan hukum
Snell,Snell
berlaku
: refraksi gelombang.
Hukum
untuk
(Sumber; B. Triatmodjo, Teknik Pantai, hal.69)
Sin 2 =
dengan,
1
55
C1
C2
Apabila ditinjau gelombang dilaut dalam dan disuatu titik yang ditinjau :
Sin =
sin
Pers.2.35.
Dengan adalah sudut antara garis puncak gelombang dan garis kontur
dasar laut di titik yang ditinjau, dan
.Pers.2.36.
penyebab utama proses terjadi erosi dan akresi (pengendapan) garis pantai.
Karakeristik gelombang ini tergantung pada kecepatan angin, durasi dan daya
seret gelombang (fetch). Pada saat gelombang memecah bibir pantai, terjadi
runup, kemudian surut kembali kelaut, dan membawa sedimen/material disekitar
pantai. Sedimen ini disebut littoral drift .Sebagian besar gelombang datang
dengan membentuk sudut tertentu terhadap garis pantai (longshore current), yang
menggerakan littoral drift sekitar garis pantai dalam bentuk zig-zag sebagai akibat
datang dan surutnya gelombang laut. Gerakan zig-zag ini terjadi karena sebagian
besar gelombang yang datang membentuk sudut tertentu terhadap garis pantai.
Gelombang yang datang ini memiliki energi yang besar yang mendorong sedimen
searah dengan sudut datang gelombang sehingga mencapai berm. Ketika
gelombang kembali turun ke arah laut, sedimen yang berada diatas, memiliki
energi potensial. Dengan energi potensial ini, sedimen jatuh tegak lurus dengan
garis pantai. Gerakan ini terjadi disepanjang pantai . Proses sedimentasi
pantai garis pantai dikatakan mengalami gerak maju (akresi, progradasi) apabila
ada petunjuk terjadi pengendapan (deposisi, sedimentasi) secara terus menerus
dan mengalami pengangkatan (emerge). Sedang garis pantai dikatakan mundur
apabila proses abrasi dan atau penenggelaman (submerge) masih terus berlanjut
(Pird; Bird and Ongkosongo dalam Setiyomo, 1995). Gerakan air di perairan
pantai, adalah kombinasi antara gelombang dengan arus. Berbeda dengan gerakan
air karena arus saja (seperti; kanal atau sungai) atau gelombang saja (seperti;
57
kolam atau danau). Gelombang lebih bersifat melepaskan material di dasar dan
mengaduknya. Sementara arus lebih bersifat memindahkan material sedimen ke
tempat lain. Kondisi ini tentu saja tidak mutlak, dimana gelombang bisa saja
memindahkan sedimen dari satu tempat ke tempat lain dan begitu juga sebaliknya
dengan arus, yang bisa juga mampu mengangkut dan mengaduk sedimen dari
bagian dasar. Faktor penting dalam sedimen transpor ini adalah karakteristik
sedimen yang ditransportasikan tersebut. Karakteristik yang utama adalah
diameter dan rapat massa yang berbeda untuk satu sedimen dengan sedimen yang
lain. Sehingga faktor ini harus diperhitungkan di dalam perhitungan transpor
sedimen. Apabila inflow < out flow maka pantai akan tererosi, dan bila inflow >
out flow maka pantai akan terakresi. Perubahan garis pantai akibat
ketidakseimbangan jumlah sedimen dapat diamti dengan skala waktu 10 tahun
atau lebih.
Sedimen pantai bisa berasal dari erosi garis pantai itu sendiri, dari daratan
yang dibawa oleh sungai, dan dari laut dalam yang terbawa arus ke daerah pantai.
Sifat-sifat sedimen adalah sangat penting di dalam mempelajari proses erosi dan
sedimentasi. Sifat-sifat tersebut adalah ukuran partikel dan distribusi butir
sedimen, rapat massa, bentuk, kecepatan endap, tahanan terhadap erosi, dan
sebagainya.
Sedimen pantai diklasifikasikan berdasar ukuran butir menjadi lempung,
lumpur, pasir, kerikil, koral (pebble), cobble, dan batu (boulder). Distribusi
58
load transport jika pergerakan butiran dilakukan oleh arus setelah butiran tersebut
terangkat dari dasar oleh proses turbulen. Kedua bentuk angkutan sedimen di atas
biasanya terjadi pada waktu yang bersamaan tetapi sulit ditentukan tempat
berakhirnya angkutan dasar dan permulaan dari angkutan suspensi (van Rijn
1993; Allen 1985). Selanjutnya Heinemann (1999) menjelaskan bahwa angkutan
sedimen kohesif sering diistilahkan dengan suspended load transport karena
kebanyakan sifatnya yang melayang dalam kolom air, sementara angkutan
sedimen non-kohesif disebut bed load transport.
Transfor sedimen sepanjang pantai (longshore transport) mempupnyai
arah rata-rata sejajar pantai dan terdiri dari dua komponen utama, yaitu transport
sedimen dalam bentuk mata gergaji di garis pantai dan transport sepanjang pantai
di surf-zone. Pada waktu gelombang menuju pantai dengan membentuk sudut.
Massa air yang naik tersebut kemudian turun lagi dalam arah tegak lurus pantai.
Gerak air tersebut membentuk lintasan seperti mata gergaji, yang disertai dengan
terangkutnya sedimen dalam arah sepanjang pantai. Komponen kedua adalah
transport sedimen yang ditimbukan oleh arus sepanjang pantai yang dibangkitkan
oleh gelombang pecah. Transport sedimen ini terjadi di daerah surf zone.
60
61
Arah Perjalanan
Gelombang
Pantai
pantai
Bar
Arus sepanjang pantai
0,401 10
sin
cos
..Pers.2.37
x Cos
Pers.2.38.
62
dengan,
: jumlah angkutan sedimen per tahun (m3)
QS
Co
KRBR
63
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
- Data angin dan data gelombang tahun 1993 1997 yang diperoleh dari data
perencanaan CV. ASDEC tahun 2005.
64
Mulai
Identifikasi Permasalahan
Perubahan Garis Pantai
Pengumpulan Data
Data Angin
Data Gelombang
Analisa Data :
- Mawar Angin
Mawar Gelombang
Selesai
1997
U
N
Ara
Bulan
Arah
(kno
o.
U
(kn
Arah
(knot
Januar
9
Arah
Barat
Utara
Barat
Barat
Barat
Barat
Laut
Bara
utara
ri
Utara
Barat
t
Bara
Maret
Barat
Teng
April
Teng
Barat
laut
Teng
Tengg
6
gara
Mei
Barat
5
Februa
2
(knot
(knot)
ot)
Bara
utara
Arah
h
t)
Barat
gara
5
Teng
ara
3
Tengg 5
Tengg 5
Tengg 5
66
gara
Juni
Barat
Juli
ara
ara
Teng
Tengg
Tengg
Tengg
gara
ara
ara
ara
Teng
Tengg
Tengg
Tengg
gara
gara
ara
ara
ara
Agustu
Teng
Teng
Tengg
Tengg
Tengg
gara
Septem
selata
6
gara
ber
Oktobe
selata
5
ara
Teng
5
ara
Teng
7
gara
Tengg
4
gara
gara
Nopem
Teng
Bara
ber
gara
Desem
ber
Barat
Tengg
3
ara
ara
Tengg
Tengg
5
ara
Tengg
5
Tengg
4
ara
selata
6
7
ara
Tengg
6
ara
Teng
3
6
ara
6
ara
11
ara
Bara
Barat
Barat
Barat
Barat
12
(Sumber ; Laporan Akhir Perencanaan Pengaman Pantai, CV. ASDEC, Tahun 2005)
67
1993
N
1994
U
Bulan
o
1995
1996
(kno Arah
(knot
t)
1997
U
Ara
Arah (kno
U(kn
Arah
(knot
Arah
h
t)
Januar
Utar
Utara 35
1
i
Maret
Barat
Barat
22
15
Utara
16
Laut
Laut
Laut
Selat
Selat
Selata
15
13
an
Utara 15
Teng
20
Utara
25
13
Utara
20
Barat
15
15
Utara
15
Barat
12
Selata
13
Timur
12
Selata
18
Tmur
12
ara
14
Tengg
15
Laut
Tengg
18
Selat
22
Barat
gara
Juli
Utara
Laut
Teng
40
Barat
22
a
an
Utara
Utar
Laut
Mei
15
Laut
35
15
April
Juni
30
a
Barat
Utara
Utar
Utara 35
ri
Barat
15
Februa
2
ot)
)
15
n
20
Tenga
16
Selata
15
68
gara
an
ara
ra
Agustu
Selat
Selat
Tengg
Tenga
Selata
an
an
ara
ra
Septem
Selat
Barat
Selata
Selata
ber
an
13
15
15
Oktobe
Nopem
14
Barat
Selata
Timur
18
Desem
Laut
ber
15
Barat
20
25
Barat
18
20
Barat
20
Laut
18
Utara
20
19
Utara
25
Utara
a
Utar
Utara 15
2
15
n
15
n
Utar
15
ber
15
n
Laut
13
Daya
Utara 12
Barat
22
Barat
Barat
25
Laut
18
Laut
69
Total
Arah
o
0-5
6 - 10
11 - 15
16 - 20
> 20
Cacah
Barat
10,00
Barat Laut
10
16,67
Barat Daya
1,67
Utara
19
31,67
Timur Laut
3,33
Timur
1,67
Tenggara
11,67
Selatan
14
14
23,33
31
16
13
60
100,00
0,00
Total =
60
100,00
Total :
(Sumber
; Data
sekunder,
(Sumber ; Laporan
Akhir
PerencanaanCV.
Pengaman Pantai, CV. ASDEC, Tahun 2005)
ASDEC)
Total
Arah
o
1
Barat
0-5
6 - 10
11 - 15
16 - 20
> 20
Cacah
11
17
31,48
70
Barat Laut
3,70
Barat Daya
0,00
Timur Laut
0,00
Timur
0,00
Tenggara
20
11
32
59,26
Selatan
5,56
35
18
54
100,00
0,00
Total =
54
100,00
Total :
(Sumber ; Laporan Akhir Perencanaan Pengaman Pantai, CV. ASDEC, Tahun 2005)
Total
Arah
o
0-5
6 - 10
11 - 15
16 - 20
> 20
Barat
0,00
0,00
3,33
5,00
1,67
10,00
Barat Laut
0,00
0,00
8,33
6,67
1,67
16,67
Barat Daya
0,00
0,00
1,67
0,00
0,00
1,67
Utara
0,00
0,00
8,33
8,33
15,00
31,67
Timur Laut
0,00
0,00
1,67
0,00
1,67
3,33
Timur
0,00
0,00
1,67
0,00
0,00
1,67
Tenggara
0,00
0,00
3,33
6,67
1,67
11,67
71
Selatan
Total :
0,00
0,00
23,33
0,00
0,00
23,33
0,00
0,00
51,67
26,67
21,67
100,00
0,00
Total =
100,00
(Sumber ; Laporan Akhir Perencanaan Pengaman Pantai, CV. ASDEC, Tahun 2005)
Tabel 3.6 Persentase Kejadian Angin Rata - Rata Tahun 1993 - 1997
Cacah Kejadian Angin ( Knots )
Total
Arah
o
0-5
6 - 10
11 - 15
16 - 20
> 20
Barat
20,37
11,11
0,00
0,00
0,00
31,48
Barat Laut
1,85
1,85
0,00
0,00
0,00
3,70
Barat Daya
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Utara
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
72
Timur Laut
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Timur
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Tenggara
37,04
20,37
1,85
0,00
0,00
59,26
Selatan
5,56
0,00
0,00
0,00
0,00
5,56
64,81
33,33
1,85
0,00
0,00
100,00
Total :
0,00
Total =
100,00
U
25%
30%
BL
20%
0 5 knot
TL
15%
6 10 knot
10%
11 15 knot
B
16 20 knot
5%
> 20 knot
BD
TG
BL
30%
TL
25%
35%
20%
40%
0 5 knot
15%
6 10 knot
50%
10%
B
5%
11 15 knot
16 20 knot
> 20 knot
TG
BD
73
memperhatikan
panjang
fetch
(Feff),
berikut
langkah-langkah
74
75
tabel. Analisa data gelombang yang akan disajikan adalah data gelombang dalam
bentuk gelombang signifikan (Hs).
- Kecepatan angin (U) yang dinyatakan dalam knots terlebih dahulu
dikonversikan dalam satuan metrik (m/detik) dan kemudian dikonversikan
dalam bentuk faktor tegangan angin (UA)
- Langkah analisisnya sebagai berikut :
Diketahui data angin bulan januari tahun 1993
Arah angin
: Utara
Kecepatan angin
: 6 knots, 1 knots
= 0,514 m/dt
(Hs) , periode gelombang signifikan (Ts) yang terjadi berdasarkan kondisi fetch
efektif (Feff). Hasil perhitungan fetch efektif dapat dilihat pada lampiran 1.1.
F = 5.95 km = 595 m
76
g.Hs
UA
g .F
-3
= 1.6.10 U 2
A
0.5
9,81.595
9,81.Hs
-3
=
1.6.10
2
3,09 2
3,09
0.5
Hs = 0.038 m
g.Ts
UA
1/ 3
9,81.595
9,81.Ts
= 2,857.10-3 3,09 2
3,09
1/ 3
Ts = 2,290 m
g.t
UA
g .F
1
= 6.88.10 U 2
A
2/3
9.81.595
9,81.t
1
= 6.88.10 3,09 2
2
3,09
2/3
t = 0,542 jam
Kemiringan pantai 1 : 20
= -200
2. Proses hitungan
a.
gelombang signifikan (Hs) dan periode gelombang signifikan (Ts) pada halaman
sebelumnya, dengan nilai Hs dan Ts sebagai berikut :
Hs = 0.0358 m
78
Ts = 2,290 m
,
,
= 3,557 m/dt.
c.
Deformasi gelombang
700
0
79
=-200
1800
Sin
sin -200
= -0, 340
= - 19,912
Koefisien refraksi dihitung dengan menggunakan persamaan 2.36
KR =
= 1,03
80
0,4330
9,81 x 2,290
= 0.231
Tinggi gelombang pecah didapatkan dari grafik Gambar.3.5 dibawah ini
= 1,35
Hb = 0,4330 x 1,35
= 0,584 m
0,584
9,81 2,290
= 0,136
81
dan
82
dengan
0,595
8,180
= 0,072
Perbandingan fungsi d\L menggunakan Tabel pada lampiran 1.2 kolom 4
(Sumber : Teknik Pantai. B. Triatmodjo, Hal. 378)
tanh
4
= 0,6217
4
8,180
83
= 0,488
tanh
,
= 0,624
sin
br =
= - 0,2120
KRBR =
x K R
,
x 1,03
= 1,029
1.Data
Digunakan data yang didapat dari hasil analisis pada sub bab sebelumnya
2.Proses hitungan
-
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
86
Uraian
Jumlah
1.
0,038 m
2.
2,290 m
3.
0,542 jam
4.
0,940 m
5.
0,958 m
6.
1,029 m
7.
3,543 m3/thn
8.
6,78 m3/thn
Dari hasil analisa di atas dapat dilihat terjadi pengendapan sedimen pada
daerah pantai timur tanjung kayangan sebesar 3,543 m3/tahun (CERC), dan
menurut Komar, Inman sebesar 6,78 m3/tahunnya. Hal ini bisa menyebabkaan
pendangkalan, sehingga mengakibatkan terganggunya alur pelayaran pada
pelabuhan kayangan.
87
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
88
Dari analisis yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut ;
1. Perubahan garis pantai sangat dipengaruhi oleh interaksi antara angin,
gelombang, arus, pasang surut, jenis dan karakteristik dari material pantai
yang meliputi bentuk, ukuran partikel dan distribusinya di sepanjang
pantai sehingga mempengaruhi proses sedimentasi di sekitar pantai.
2. Pengendapan di ujung Tanjung Kayangan merupakan hasil indikasi
akumulasi transpor sedimen yang berasal dari pantai timur Tanjung
Kayangan. Butiran sedimen di garis pantai timur tersebut terangkut oleh
arus sejajar pantai akibat pejalaran gelombang pecah relatif membentuk
sudut (20
Tanjung Kayangan.
3. Menurut CERC, terjadi pengendapan sedimen sebesar 3,543 m3/tahun,
sedangkan menurut Komar, Inman adalah sebesar 6,78 m3/tahun. Terjadi
selisih hasil antara kedua metode sebesar 3,237 m3/tahun. Pengendapan
yang terjadi bisa mengakibatkan pendangkalan pada kolam labuh dan alur
pelayaran di pelabuhan kayangan.
5.2.
Saran
Berdasarkan dari analisis perhitungan dan kesimpulan diatas, maka dapat
DAFTAR PUSTAKA
Bayram, A., Magnus L, Hanson, Chris C, (2006), A New Formula for Total
Longshore Transport Rate, Coastal Engineering, 3357-3369p.
90
91