Kejang
Kejang
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh kita memiliki suatu sistem yang sangat penting yaitu system saraf dan
tubuh kita mempunyai organ yang sangat penting yaitu otak. Jika otak dan sistem saraf
mengalami gangguan otomatis tubuh akan mengalami gangguan juga yang sangat
menggangu dalam kehidupan sehari hari. Seperti kita ketahui otak merupakan sistem
pengatur seluruh tubuh kita. Otak merupakan pusat dari berbagai mekanisme tubuh kita.
Jika otak kita atau sistem saraf kita mengalami gangguan tubuh kita otomatis akan
terganggu. Seperti pada epilepsi dimana sistem saraf terganggu. Epilepsi dapat
menyerang siapa saja. Dan sering mulai dari anak-anak.
BAB II
1 | Page
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Otak
3 | Page
BAB III
PEMBAHASAN
A. Skenario
Kejang
Seorang laki laki berusia 23 tahun dibawa ke UGD RS dengan keluhan kejang.
Kejang kelonjotan keempat anggota gerak selama 2 menit disertai mata mendelik ke atas,
mulut berbusa dan mengompol. Dari anamnesis dengan keluarga diketahui kejang
4 | Page
pertama 3 tahun yang lalu. Dalam setahun ini sudah 3x serangan. Pemeriksaan tanda vital
didapatkan TD 140/90 mmHg, denyut nadi 120x/menit, frekuensi napas 30x/menit, suhu
37,6oC.
B. Permasalahan
1.
2.
3.
4.
5.
C. Jawaban permasalahan
1. Mekanisme keluhan di skenario
Dasar serangan epilepsi ialah gangguan fungsi neuron-neuron otak dan
transmisi padasinaps. Tiap sel hidup, termasuk neuron-neuron otak mempunyai
kegiatan listrik yangdisebabkan oleh adanya potensial membrane sel. Potensial
membrane neuron bergantung pada permeabilitas selektif membrane neuron, yakni
membrane sel mudah dilalui oleh ion K dariruang ekstraseluler ke intraseluler dan
kurang sekali oleh ion Ca, Na dan Cl, sehingga di dalamsel terdapat kosentrasi tinggi
ion K dan kosentrasi rendah ion Ca, Na, dan Cl, sedangkan keadaansebaliknya
terdapat
diruang
ekstraseluler.
Perbedaan
konsentrasi
ion-ion
inilah
dan seluruhsel akan melepas muatan listrik. Oleh berbagai faktor, diantaranya
keadaan patologik, dapat merubah atau mengganggu fungsi membran neuron
sehingga membran mudah dilampaui oleh ion Ca dan Na dari ruangan ekstra ke intra
seluler. Influks Ca akan mencetuskan letupan depolarisasi membran dan lepas muatan
listrik berlebihan, tidak teratur dan terkendali. Lepas muatan listrik demikian oleh
sejumlah besar neuron secara sinkron merupakan dasar suatu serangan epilepsi. Suatu
sifat khas serangan epilepsi ialah bahwa beberapa saat serangan berhenti akibat
pengaruh proses inhibisi. Di duga inhibisi ini adalah pengaruh neuron-neuron sekitar
sarang epileptic. Selain itu juga sistem-sistem inhibisi pra dan pasca sinaptik yang
menjamin agar neuron-neuron tidak terus-menerus berlepas muatan memegang
peranan. Keadaan lain yang dapat menyebabkan suatu serangan epilepsi terhenti ialah
kelelahan neuron-neuron akibat habisnya zat-zat yang penting untuk fungsi otak. 3,6
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Electro-encephalography (EEG).
Rekaman EEG merupakan pemeriksan yang paling berguna pada dugaan
suatu bangkitan. Pemeriksaan EEG akan membantu menunjang diagnosis dan
membantu penentuan jenis bangkitan maupun sindrom epilepsi. Pada keadaan
tertentu dapat membantu menentukan prognosis dan penentuan perlu/tidaknya
pengobatan dengan AED.
Pemeriksaan pencitraan Otak (brain imaging)
Pemeriksaan CT Scan dan MRI meningkatkan kemampuan kita dalam
mendeteksi lesi epileptogenik di otak. Dengan MRI beresolusi tinggi berbagai
macam lesi patologik dapat terdiagnosis secara non-invasif, misalnya mesial
temporal
sclerosis,
glioma,
ganglioma,
malformasi
kavernosus,
DNET
Pemeriksaan Laboratorium.
Pemeriksaan hematologik
Pemeriksaan ini mencakup hemoglobin, lekosit, hematokrit, trombosit,
apusan darah tepi, elektrolit (natrium, kalium, kalsium, magnesium). kadar gula,
fungsi hati, ureum, kreatinin). Pemeriksaan ini dilakukan pada awal pengobatan,
beberapa bulan kemudian, diulang bila timbul gejala klinik, dan rutin setiap tahun
sekali.
Pemeriksaan kadar OAE
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat target level setelah tercapai
steady state, pada saat kebangkitan terkontrol baik, tanpa gejala toksik.
Pemeriksaan ini diulang setiap tahun, untuk memonitor kepatuhan pasien.
Pemeriksaan ini dilakukan pula bila bangkitan timbul kembali, atau bila terdapat
gejala toksisitas, bila akan dikombinasi dengan obat lain, atau saat melepas
kombinasi dengan obat lain, bila terdapat perubahan fisiologi pada tubuh
penyandang (kehamilan, luka bakar, gangguan fungsi ginjal).2,3
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Umum :
Pemeriksaan fisik umum pada dasarnya adalah mengamati adanya tandatanda dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi, seperti trauma kepala,
infeksi telinga atau sinus, gangguan kongenital, kecanduan alkohol, atau obat
terlarang, kelainan pada kulit (neurofakomatosis), kanker, dan defisit neurologik
fokal atau difus.
Pemeriksaan Neurologik :
Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan neurologik sangat bergantung pada
interval antara saat dilakukanya pemeriksaan dengan bangkitan terakhir.
Jika dilakukan pada beberapa menit atau jam setelah bangkitan maka akan
tampak tanda pasca-iktal terutama tanda fokal seperti Todds paresis, transient
7 | Page
tanpa
tujuan,
berkata-kata
sesuatu
yang
diulang-ulang.
Penderita
9 | Page
4.
Diagnosa Sementara
Epilepsi grand mal adalah epilepsi yang terjadi secara mendadak, di mana
penderitanya hilang kesadaran lalu kejang-kejang dengan napas berbunyi ngorok
dan mengeluarkan buih/busa dari mulut. Epilepsi grand mal ditandai dengan
timbulnya lepas muatan listrik yang berlebihan dari neuron di seluruh area otak-di
korteks, dibagian dalam serebrum dan bahkan di batang otak dan thalamus,
kejang grand mal berlangsung selama 3 atau 4 menit.3,4
Gejala Klinik
Grand mal atau serangan tonis klonis generalized
Ciri-cirinya :
10 | P a g e
Etiologi
Idiopatik
Factor herediter, ada beberapa penyakit yang bersifat herediter yang disertai
bangkitan kejang seperti sklerosis tuberose, neurofibromatosis, angiomatosis
ensefalotrigeminal, fenilketonuria, hipoparatiroidisme, hipoglikemia.
Factor genetik; pada kejang demem dan breath holding spells
Kelainan congenital otak; atropi, porensefali, agenesis korpus kalosum
Gangguan metabolik; hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia
11 | P a g e
Infeksi;
radang
yang
disebabkan
bakteri
atau
virus
pada
otak
danselaputnya,toxoplasmosis
Trauma; kontusio serebri, hematoma subaraknoid, hematoma subdural
Neoplasma otak dan selaputnya
Kelainan pembuluh darah, malformasi, penyakit kolagen
Keracunan; timbale (Pb), kapur barus, fenotiazin,air
Lain-lain; penyakit darah,gangguan keseimbangan hormone, degenerasi
serebral,dan lain-lain.6
Faktor Pencetus
kurang tidur
stress emosionalc.
Infeksi
obat-obat tertentu
alcohol
perubahan hormonal
terlalu lelahh
fotosensitif. 6
Patofisiologi
Dasar serangan epilepsi ialah gangguan fungsi neuron-neuron otak dan
transmisi padasinaps. Tiap sel hidup, termasuk neuron-neuron otak mempunyai
kegiatan listrik yangdisebabkan oleh adanya potensial membrane sel. Potensial
membrane neuron bergantung pada permeabilitas selektif membrane neuron,
yakni membrane sel mudah dilalui oleh ion K dariruang ekstraseluler ke
intraseluler dan kurang sekali oleh ion Ca, Na dan Cl, sehingga di dalamsel
terdapat kosentrasi tinggi ion K dan kosentrasi rendah ion Ca, Na, dan Cl,
sedangkan
keadaansebaliknya
terdapat
diruang
ekstraseluler.
Perbedaan
5.
Penatalaksanaan
Anamnesis
Pada skenario seperti kita ketahui laki-laki berusia 23 tahun mengalai
kejang. Anamnesis yang dapat kita tanyakan antara lain :
Riwayat penyakit sekarang :
13 | P a g e
Kapan pasien mengalami serangan kejang yang pertama kali selama ini?
Usia serangan dapat memberi gambaran klasifikasi dan penyebab kejang.
Serangan kejang yang dimulai pada neonatus biasanya penyebab sekunder
gangguan pada masa perinatal, kelainan metabolik dan malformasi kongenital.
Serangan kejang umum cenderung muncul pada usia anak-anak dan remaja. Pada
usia sekitar 70 tahunan muncul serangan kejang biasanya ada kemungkinan
14 | P a g e
serangan kejang.
Kapan kejang berlangsung selama siklus 24 jam sehari?
Serangan kejang tonik klonik dan mioklonik banyak dijumpai biasanya
pada waktu terjaga dan pagi hari. Serangan kejang lobus temporalis dapat terjadi
setiap waktu, sedangkan serangan kejang lobus frontalis biasanya muncul pada
15 | P a g e
Apakah pasien lahir normal dengan kehamilan genap bulan maupun proses
persalinannya?
Apakah pasien setelah lahir mengalami asfiksia atau respiratory distress?
Apakah tumbuh kembangnya normal sesuai usia?
Apakah ada riwayat kejang demam? Risiko terjadinya epilepsi sesudah serangan
kejang demam sederhana sekitar 2% dan serangan kejang demam kompleks
13%.
Apakah ada riwayat infeksi susunan saraf pusat seperti meningitis, ensefalitis?
atau penyakit infeksi lainnya seperti sepsis, pneumonia yang disertai serangan
16 | P a g e
kendaraan bermotor.1,2
Apakah pasien menggunakan
kontrasepsi
oral?
Apakah
pasien
17 | P a g e
18 | P a g e
Menekankan pada keluarga khususnya orang tua pasien bahwa obat harus
diminum secara teratur setiap hari, sebaiknya pada saat yang sama, misalnya
pada waktu makan atau sesudahnya.
Mengawasi area bermain anak, jangan sampai mendekati air atau api.
Dikhawatirkan akan membahayakan keselamatan anak apabila tiba-tiba
penyakitnya kambuh.
19 | P a g e
Jika ada dosis yang terlewat diminum, segera minum obat yang terlupa itu.
Namun jika sudah mendekati waktu minum dosis berikutnya, cukup
meminum 1 dosis obat tersebut sesuai jadwal minum obat yang seharusnya.
Jangan digandakan (minum 2 dosis sekaligus). Tetap jika terlewat lebih dari
satu dosis sehari, segera beri tahu dokter.
Jangan meminum obat lebih dari dosis yang ditentukan, jangan meminum
lebih sering dari frekuensi minum obat yang telah ditetapkan, dan jangan
diminum untuk jangka waktu yang lebih lama dari yang disarankan oleh
dokter.3,4,5
Terapi serangan
Kebanyakan lamanya serangan kurang dari 5 menit dan berhenti dengan
sendirinya tanpa pengobatan. Bila berlangsung lebih lama, barulah harus
diberikan obat sebagai berikut :
1. Diazepam rektal
Jika belum menghasilkan efek sesudah 5-10 menit, pemberian dapat
diulang atau diberi midazolam/klonazepam secara oromucosal.
2. Diazepam intravena
Umumnya serangan berhenti dalam 5-15 menit. Dosis tidak boleh terlalu
tinggi karena resiko depresi pernapasan. Bila penanganan belum berhasil
dan terjadi status epilepticus, maka terapi segera dilanjutka di rumah sakit.
3. Benzodiazepin /fenitoin
Pasien biasanya diberi diazepam 10 mg i.v, disusul dengan infus i.v dari
200 mg per liter selama 24 jam.5
Terapi Pemeliharaan
1. Epilepsi luas generalized
Pilihan pertama pada grand mal adalah valproat
Pada grand mal dengan serangan myoclonis dapat digunakan kombinasi
dengan klonazepam
Kombinasi klonazepam klobazam, karbamazepin valproat dan
lamotigrin valproat juga sering kali efektif.
20 | P a g e
Obat
ini
umumnya
tidak
diberikantunggal
sebagai
monoterapi, melainkan sebagai tambahan dalam kombinasi dengan obatobat klasik (generasi ke-1). 5
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan gejala yang timbul laki-laki berusia 23 tahun
mengalami kejang kurang lebih 2 menit, dan disertai mata mendelik keatas, mulut berbusa, dan
juga mengompol. Dari data ini dapat kami simpulkan bahawa diagnosis sementaranya bahwa
pasien menderita epilepsi grand mal atau generalisata terlihat juga dari kejang kelonjotan di
empat anggota gerak.
22 | P a g e
Daftar Pustaka
1. Dewanto B,Suwono J,Riyanto B,Turana Y. Panduan praktis diagnosis dan tatalaksana
penyakit saraf. 2007. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Hartono A. Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan Bates. Terjemahan. Lynn SB.
Bates guide to physical examination & history taking. 2009. Edisi ke-8. Jakarta: EGC
3. Levitt LP,Weiner HL. Buku saku neurologi. 2001. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
4. Bradley J,Wayne D,Rubenstein D. Kedokteran klinis. Edisi Keenam. 2008. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
5. Fakultas kedokteran Indonesia. Kapita selekta kedokteran jilid I.2005. Edisi VII. Jakarta :
Media Aesculapics.
6. Price SA,Wilson L.M. Patofisiologi. Edisi Keenam. 2006. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
23 | P a g e