Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tubuh kita memiliki suatu sistem yang sangat penting yaitu system saraf dan
tubuh kita mempunyai organ yang sangat penting yaitu otak. Jika otak dan sistem saraf
mengalami gangguan otomatis tubuh akan mengalami gangguan juga yang sangat
menggangu dalam kehidupan sehari hari. Seperti kita ketahui otak merupakan sistem
pengatur seluruh tubuh kita. Otak merupakan pusat dari berbagai mekanisme tubuh kita.
Jika otak kita atau sistem saraf kita mengalami gangguan tubuh kita otomatis akan
terganggu. Seperti pada epilepsi dimana sistem saraf terganggu. Epilepsi dapat
menyerang siapa saja. Dan sering mulai dari anak-anak.

BAB II
1 | Page

TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Otak

Gambar : Potongan membujur dari otak manusia


Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian terbesar otak dan terletak di fossa cranii anterior dan
medius serta menempati seluruh cekungan termpurung tengkorak. Cerebrum terbagi
menjadi dua bagian: diencephalon yang membentuk inti sentral dan tetelncephalon yang
membentuk hemispherium cerebri. Hemisperium cerebri merupakan bagian otak yang
paling besar dan merupakan oleh fissura longitudinalis cerebri. Fissura longitudinalis
superior berisi lipatan durameter yang berbentuk seperti bulan sabit, yang biasanya
disebut sebagai falx cerebri dan juga berisi arteria cerebralis anterior.
2 | Page

Cerebrum dibagi menjadi dua hemisfer, yaitu :


1. Hemisfer dextra
2. Hemisfer sinistra
Kedua hemisfer tersebut dipisahkan oleh fisura longitudinalis. Lobus cerebrum dibagi
menjadi 4 lobus, yaitu :
1. Frontalis
2. Parietalis
3. Occipitalis
4. Temporalis
Sulcus yang memisahkan antar lobus dibagi menjadi:
1. Sulcus centralis
Sulcus centralis yaitu sulcus yang memisahkan lobus frontal dengan lobus
parietal. Sulcus centralis sangat penting karena gyrus yang terletak di sebelah
anteriornya mengandung sel-sel motorik yang menginisiasi gerakan-gerakan
tubuh sisi kontralateral; di posterior sulcus ini terletak korteks sensorik umum
yang menerima informasi sensorik dari sisi tubuh kontralateral.
2. Sulcus parietooccipitalis
Sulcus parietooccipitalis yaitu sulcus yang memisahkan lobus parietal
dengan lobus uccipital. Sulcus ini terdiri dari batang pendek yang terbagi menjadi
tiga ramuSulcus Sulcus ini merupakan celah yang dalam terutama ditemukan di
permukaan inferior dan lateral hemisfer cerebri.
3. Sulcus lateralis
Sulcus lateralis merupakan sulcus yang memisahkan lobus parietal dengan
lobus temporal.sulcus ini dimulai dari tepi medial superior hemisphere sekitar 2
inci (5 cm) di anterior polus occipitalis. Sulcus ini berjalan turun ank e arah
anterior pada permukaan medial untuk bertemu dengan sulcus calcarina.

3 | Page

BAB III
PEMBAHASAN
A. Skenario
Kejang
Seorang laki laki berusia 23 tahun dibawa ke UGD RS dengan keluhan kejang.
Kejang kelonjotan keempat anggota gerak selama 2 menit disertai mata mendelik ke atas,
mulut berbusa dan mengompol. Dari anamnesis dengan keluarga diketahui kejang
4 | Page

pertama 3 tahun yang lalu. Dalam setahun ini sudah 3x serangan. Pemeriksaan tanda vital
didapatkan TD 140/90 mmHg, denyut nadi 120x/menit, frekuensi napas 30x/menit, suhu
37,6oC.

B. Permasalahan
1.
2.
3.
4.
5.

Jelaskan mekanisme terjadinya keluhan!


Apa saja pemeriksaan penunjang untuk pasien di skenario?
Apa saja diagnosa banding untuk kasus di skenario?
Apa diagnosis kasus di skenario?
Jelaskan penatalaksanaan untuk pasien di skenario!

C. Jawaban permasalahan
1. Mekanisme keluhan di skenario
Dasar serangan epilepsi ialah gangguan fungsi neuron-neuron otak dan
transmisi padasinaps. Tiap sel hidup, termasuk neuron-neuron otak mempunyai
kegiatan listrik yangdisebabkan oleh adanya potensial membrane sel. Potensial
membrane neuron bergantung pada permeabilitas selektif membrane neuron, yakni
membrane sel mudah dilalui oleh ion K dariruang ekstraseluler ke intraseluler dan
kurang sekali oleh ion Ca, Na dan Cl, sehingga di dalamsel terdapat kosentrasi tinggi
ion K dan kosentrasi rendah ion Ca, Na, dan Cl, sedangkan keadaansebaliknya
terdapat

diruang

ekstraseluler.

Perbedaan

konsentrasi

ion-ion

inilah

yangmenimbulkan potensial membran. Ujung terminal neuron-neuron berhubungan


dengan dendrit-dendrit dan badan-badan neuron yang lain, membentuk sinaps dan
merubah polarisasi membran neuron berikutnya. Ada dua jenis neurotransmitter,
yakni neurotransmitter eksitasi yang memudahkan depolarisasi ataulepas muatan
listrik dan neurotransmitter inhibisi yang menimbulkan hiperpolarisasi sehingga
selneuron lebih stabil dan tidak mudah melepaskan listrik.
Diantara neurotransmitter-neurotransmitter eksitasi dapat disebut glutamate,
aspartat dan asetilkolin sedangkan neurotransmitter inhibisi yang terkenal ialah
gamma amino butyric acid (GABA) dan glisin. Jika hasil pengaruh kedua jenis lepas
muatan listrik dan terjadi transmisi impuls atau rangsang. Halini misalnya terjadi
dalam keadaan fisiologik apabila potensial aksi tiba di neuron. Dalam keadaan
istirahat, membran neuron mempunyai potensial listrik tertentu dan berada dalam
keadaan polarisasi. Aksi potensial akan mencetuskan depolarisasi membrane neuron
5 | Page

dan seluruhsel akan melepas muatan listrik. Oleh berbagai faktor, diantaranya
keadaan patologik, dapat merubah atau mengganggu fungsi membran neuron
sehingga membran mudah dilampaui oleh ion Ca dan Na dari ruangan ekstra ke intra
seluler. Influks Ca akan mencetuskan letupan depolarisasi membran dan lepas muatan
listrik berlebihan, tidak teratur dan terkendali. Lepas muatan listrik demikian oleh
sejumlah besar neuron secara sinkron merupakan dasar suatu serangan epilepsi. Suatu
sifat khas serangan epilepsi ialah bahwa beberapa saat serangan berhenti akibat
pengaruh proses inhibisi. Di duga inhibisi ini adalah pengaruh neuron-neuron sekitar
sarang epileptic. Selain itu juga sistem-sistem inhibisi pra dan pasca sinaptik yang
menjamin agar neuron-neuron tidak terus-menerus berlepas muatan memegang
peranan. Keadaan lain yang dapat menyebabkan suatu serangan epilepsi terhenti ialah
kelelahan neuron-neuron akibat habisnya zat-zat yang penting untuk fungsi otak. 3,6
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Electro-encephalography (EEG).
Rekaman EEG merupakan pemeriksan yang paling berguna pada dugaan
suatu bangkitan. Pemeriksaan EEG akan membantu menunjang diagnosis dan
membantu penentuan jenis bangkitan maupun sindrom epilepsi. Pada keadaan
tertentu dapat membantu menentukan prognosis dan penentuan perlu/tidaknya
pengobatan dengan AED.
Pemeriksaan pencitraan Otak (brain imaging)
Pemeriksaan CT Scan dan MRI meningkatkan kemampuan kita dalam
mendeteksi lesi epileptogenik di otak. Dengan MRI beresolusi tinggi berbagai
macam lesi patologik dapat terdiagnosis secara non-invasif, misalnya mesial
temporal

sclerosis,

glioma,

ganglioma,

malformasi

kavernosus,

DNET

(dysembryoplastic neuroepihelial tumor). Ditemukannya lesi-lesi ini menambah


pilihan terapi pada epilepsi yang refrakter terhadap OAE. Funtional brain imaging
seperti Positron Emission Tomography (PET), Single Photon Emission Comuted
Tomography (SPECT) dan Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS) bermanfaat
dalam menyediakan informasi tambahan mengenai dampak perubahan metabolik
dan perubahan aliran darah regional di otak berkaitan dengan bangkitan.3
6 | Page

Pemeriksaan Laboratorium.
Pemeriksaan hematologik
Pemeriksaan ini mencakup hemoglobin, lekosit, hematokrit, trombosit,
apusan darah tepi, elektrolit (natrium, kalium, kalsium, magnesium). kadar gula,
fungsi hati, ureum, kreatinin). Pemeriksaan ini dilakukan pada awal pengobatan,
beberapa bulan kemudian, diulang bila timbul gejala klinik, dan rutin setiap tahun
sekali.
Pemeriksaan kadar OAE
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat target level setelah tercapai
steady state, pada saat kebangkitan terkontrol baik, tanpa gejala toksik.
Pemeriksaan ini diulang setiap tahun, untuk memonitor kepatuhan pasien.
Pemeriksaan ini dilakukan pula bila bangkitan timbul kembali, atau bila terdapat
gejala toksisitas, bila akan dikombinasi dengan obat lain, atau saat melepas
kombinasi dengan obat lain, bila terdapat perubahan fisiologi pada tubuh
penyandang (kehamilan, luka bakar, gangguan fungsi ginjal).2,3
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Umum :
Pemeriksaan fisik umum pada dasarnya adalah mengamati adanya tandatanda dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi, seperti trauma kepala,
infeksi telinga atau sinus, gangguan kongenital, kecanduan alkohol, atau obat
terlarang, kelainan pada kulit (neurofakomatosis), kanker, dan defisit neurologik
fokal atau difus.
Pemeriksaan Neurologik :
Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan neurologik sangat bergantung pada
interval antara saat dilakukanya pemeriksaan dengan bangkitan terakhir.

Jika dilakukan pada beberapa menit atau jam setelah bangkitan maka akan
tampak tanda pasca-iktal terutama tanda fokal seperti Todds paresis, transient

aphasic symptoms, yang tidak jarang dapat menjadi petunjuk lokalisasi.


Jika dilakukan pada beberapa waktu setelah bangkitan terakhir berlalu, sasaran
utama adalah untuk menentukan apakah ada tanda-tanda disfungsi sistem saraf

7 | Page

permanen (epilepsi simptomatik) dan walaupun jarang apakah ada tanda-tanda


peningkatan tekanan intrakranial.1
3. Diagnosa Banding
A. Epilepsi Umum
Epilepsi Petit Mal
Epilepsi petit mal adalah epilepsi yang menyebabkan gangguan kesadaran
secara tiba-tiba, di mana seseorang menjadi seperti bengong tidak sadar tanpa reaksi
apa-apa, dan setelah beberapa saat bisa kembali normal melakukan aktivitas semula.
Serangan singkat sekali antara beberapa detik sampai setengah menit dengan
penurunan kesadaran ringan tanpa kejang-kejang. Keadaan termangu-mangu (pikiran
kososng, kehilangan kesadaran dan respons sasaat), muka pucat, pembicaraan
terpotong-potong atau mendadak berhenti bergerak terutama anak - anak. Setelah
serangan anak kemudian melanjutkan aktivitasnya seolah - olah tidak terjadi apa
apa. Serangan petit mal pada anak dapat berkembang menjadi gran mal pada usia
pubertas.4
Epilepsi Myoklonik Juvenil
Epilepsi myoklonik Juvenil adalah epilepsi yang mengakibatkan terjadinya
kontraksi singkat pada satu atau beberapa otot mulai dari yang ringan tidak terlihat
sampai yang menyentak hebat seperti jatuh tiba-tiba, melemparkan benda yang
dipegang tiba-tiba, dan lain sebagainya.
B. Epilepsi Parsial (Sebagian)
1. Epilepsi Parsial Sederhana
Epilepsi parsial sederhana adalah epilepsi yang tidak disertai hilang
kesadaran dengan gejala kejang-kejang, rasa kesemutan atau rasa kebal di
suatu tempat yang berlangsung dalam hitungan menit atau jam.4,5
2. Epilepsi Parsial Kompleks
Epilepsi parsial komplek adalah epilepsi yang disertai gangguan kesadaran
yang dimulai dengan gejala parsialis sederhana namun ditambah dengan
halusinasi, terganggunya daya ingat, seperti bermimpi, kosong pikiran, dan
lain sebagainya. Epilepsi jenis ini bisa menyebabkan penderita melamun, lari
8 | Page

tanpa

tujuan,

berkata-kata

sesuatu

yang

diulang-ulang.

Penderita

memperlihatkan kelakuan otomatis tertentu seperti gerakan mengunyam dan /


menelan dan berjalan dalam lingkaran.4,5
Penyebab lain kejang
Sinkope ialah keadaan kehilangan kesadaran sepintas akibat kekurangan alirandarah
ke dalam otak dan anoksia. Sebabnya adalah tensi darah yang menurun
mendadak,biasanya ketika penderita sedang berdiri. Pada fase permulaan,
penderita menjadigelisah, tampak pucat, berkeringat, merasa pusing, pandangan
mengelam. Kesadaranmenurun secara berangsur, nadi melemah, tekanan darah
rendah. Dengan dibaringkanhorizontal penderita segera membaik.
Gangguan jantung. Gangguan fungsi dan irama jantung dapat timbul dalam
serangan-serangan yangmungkin timbul dalam serangan-serangan yang mungkin
pula mengakibatkan pingsan.Keadaan ini biasanya terjadi pada penderita-penderita
jantung.
Gangguan sepintas peredaran darah otak Gangguan sepintas peredaran darah dalam
batang otak dengan macam-macamsebab dapat mengakibatkan timbulnya serangan
pingsan. Pada keadaan ini dijumpaikelainan-kelainan neurologis seperti diplopia,
disartria, ataksia dan lain-lain.
Hipoglikemia didahului rasa lapar, berkeringat, palpitasi, tremor, mulut
kering.Kesadaran dapat menurun perlahan-lahan.
KeracunanKeracunan alcohol, obat tidur, penenang, menyebabkan kesadaran
menurun.Pada keadaan ini penurunan kesadaran berlangsung lama yang mungkin
pula didapatipada epilepsi.
Serangan hetang dan sianotik (Breath holding spells)Serangan hetang atau somoron
ada dua bentuk yaitu bentuk sianotik dan bentuk palida.Bentuk sianotik disebabkan
oleh henti sementara pernafasan dan bentuk palida oleh hentijantung sementara.
Histeria. Kejang fungsional atau psikologis sering terdapat pada wanita 7-15 tahun.
Seranganbiasanya terjadi di hadapan orang-orang yang hadir karena ingin menarik
perhatian.Jarang terjadi luka-luka akibat jatuh, mengompol, atau perubahan pasca
serangan sepertiterdapat pada epilepsy. Gerakan-gerakan yang terjadi tidak

9 | Page

menyerupai kejang tonik klonik, tetapi bias menyerupai sindroma hiperventilasi.


Timbulnya serangan sering berhubungan dengan stress.3
Narkolepsi. Pada narkolepsi terjadi serangan-serangan perasaan mengantuk yang
tidak dapat dikendalikan.
Pavor nokturnus, lindur, kekauPavor noktornus merupakan gangguan tidur yang
paroksismal, yang terjadi bilaterbangun pada tidur tingkat empat. Anak marahmarah, menangis, ketakutan, dankadang-kadang disertai halusinasi visual atau
auditoris yang berlangsung cepat disertai meningkatnya frekeuensi jantung dan
pernafasan. Setelah itu ia tidur lagi dan keesokan harinya ia tidak ingat sama sekali
apa yang terjadi semalam.. EEG biasanya normal.
Paralisis tidur. Biasanya terjadi menjelang tiduratau bangun dan sering didahului
halusinasi visual danauditoris. Serangan ini sering menakutkan penderita karena ia
dapat bernafas,menggerakan mata, namun tidak dapat bergerak. Sentuhan ringan
atau rangsanganauditoris dapat mengakhiri paralisi tersebut yang biasanya
berlangsung hanya beberapa detik.
Migren. Pada migren gejala-gejala juga timbul mendadak dalam serangan-serangan.
Pada fase vasokontriksi dapat timbul nausea, muntah, mulas, gangguan
penglihatan, atau gejala-gejala neurologis sesisi. Biasanya gejala-gejala ini
reversible, tetapi pada anak pulihnyaagak lambat

4.

Diagnosa Sementara
Epilepsi grand mal adalah epilepsi yang terjadi secara mendadak, di mana
penderitanya hilang kesadaran lalu kejang-kejang dengan napas berbunyi ngorok
dan mengeluarkan buih/busa dari mulut. Epilepsi grand mal ditandai dengan
timbulnya lepas muatan listrik yang berlebihan dari neuron di seluruh area otak-di
korteks, dibagian dalam serebrum dan bahkan di batang otak dan thalamus,
kejang grand mal berlangsung selama 3 atau 4 menit.3,4
Gejala Klinik
Grand mal atau serangan tonis klonis generalized
Ciri-cirinya :

10 | P a g e

Kejang kaku bersamaan dengan kejutan kejutan ritmis dari anggota


badan.
Hilangnya untuk sementara kesadaran dan tonus. Pada umunya serangan
diawali suat perasaan khusus (aura). Hilangnya tonus menyebabkan
penderita terjatuh, kejang hebat dan ototnya menjadi kaku. Fase tonis
berlangsung kira-kira 1 menit disusul oleh fase klonis dengan kejangkejang dari kaki tangan, rahang dan muka.
Penderita kadang mengigit lidahnya sendiri dan juga dapat terjadi
inkontinensia urin atau feces.
Gerakan ritmis dari kaki tanga secara tak sadar, sering kali dengan
jeritan, mulut berbusa, mata membelalak.
Lamanya serangan berkisar antara 1 dan 2 menit disusul dengan keadaan
pingsan selama beberapa menit dan sadar kembali dengan perasaan
kacau serta depresi.
Serangan myoclonis yaitu kontraksi otot-otot simetris dan sinkron yang
tak ritmis dari bahu dan tangan (tidak dari muka), berlangsung berurutan
dengan jangka waktu singkat kurang dari 1 detik.

Status epileptikus serangan yang bertahan lebih dari 30 menit


berlangsung beruntun dengan cepat tanpa diselingi keadaan sadar.
Situasi ini bisa fatal karena kesulitan pernafasan dan kekurangna oksigen
di otak. Umunya disebabkan ketidakpatuhan penderita minum obat,
menghentikan pengobatan secara tiba-tiba atau timbulnya demam.3,5

Etiologi
Idiopatik
Factor herediter, ada beberapa penyakit yang bersifat herediter yang disertai
bangkitan kejang seperti sklerosis tuberose, neurofibromatosis, angiomatosis
ensefalotrigeminal, fenilketonuria, hipoparatiroidisme, hipoglikemia.
Factor genetik; pada kejang demem dan breath holding spells
Kelainan congenital otak; atropi, porensefali, agenesis korpus kalosum
Gangguan metabolik; hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia
11 | P a g e

Infeksi;

radang

yang

disebabkan

bakteri

atau

virus

pada

otak

danselaputnya,toxoplasmosis
Trauma; kontusio serebri, hematoma subaraknoid, hematoma subdural
Neoplasma otak dan selaputnya
Kelainan pembuluh darah, malformasi, penyakit kolagen
Keracunan; timbale (Pb), kapur barus, fenotiazin,air
Lain-lain; penyakit darah,gangguan keseimbangan hormone, degenerasi
serebral,dan lain-lain.6
Faktor Pencetus
kurang tidur
stress emosionalc.
Infeksi
obat-obat tertentu
alcohol
perubahan hormonal
terlalu lelahh
fotosensitif. 6

Patofisiologi
Dasar serangan epilepsi ialah gangguan fungsi neuron-neuron otak dan
transmisi padasinaps. Tiap sel hidup, termasuk neuron-neuron otak mempunyai
kegiatan listrik yangdisebabkan oleh adanya potensial membrane sel. Potensial
membrane neuron bergantung pada permeabilitas selektif membrane neuron,
yakni membrane sel mudah dilalui oleh ion K dariruang ekstraseluler ke
intraseluler dan kurang sekali oleh ion Ca, Na dan Cl, sehingga di dalamsel
terdapat kosentrasi tinggi ion K dan kosentrasi rendah ion Ca, Na, dan Cl,
sedangkan

keadaansebaliknya

terdapat

diruang

ekstraseluler.

Perbedaan

konsentrasi ion-ion inilah yangmenimbulkan potensial membran. Ujung terminal


neuron-neuron berhubungan dengan dendrite-dendrit dan badan-badan neuron
yang lain, membentuk sinaps dan merubah polarisasi membran neuron
berikutnya.
12 | P a g e

Ada dua jenis neurotransmitter, yakni neurotransmitter eksitasi yang


memudahkan depolarisasi atau lepas muatan listrik dan neurotransmitter inhibisi
yang menimbulkan hiperpolarisasi sehingga selneuron lebih stabil dan tidak
mudah melepaskan listrik. Diantara neurotransmitter-neurotransmitter eksitasi
dapat disebut glutamate,aspartat dan asetilkolin sedangkan neurotransmitter
inhibisi yang terkenal ialah gamma amino butyric acid (GABA) dan glisin. Jika
hasil pengaruh kedua jenis lepas muatan listrik dan terjadi transmisi impuls atau
rangsang. Halini misalnya terjadi dalam keadaan fisiologik apabila potensial aksi
tiba di neuron. Dalam keadaan istirahat, membrane neuron mempunyai potensial
listrik tertentu dan berada dalam keadaan polarisasi. Aksi potensial akan
mencetuskan depolarisasi membrane neuron dan seluruhsel akan melepas muatan
listrik.
Oleh berbagai factor, diantaranya keadaan patologik, dapat merubah atau
mengganggu fungsi membaran neuron sehingga membrane mudah dilampaui oleh
ion Ca dan Na dari ruanganekstra ke intra seluler. Influks Ca akan mencetuskan
letupan depolarisasi membrane dan lepas muatan listrik berlebihan, tidak teratur
dan terkendali. Lepas muatan listrik demikian oleh sejumlah besar neuron secara
sinkron merupakan dasar suatu serangan epilepsy. Suatu sifat khas serangan
epilepsy ialah bahwa beberapa saat serangan berhenti akibat pengaruh proses
inhibisi.
Di duga inhibisi ini adalah pengaruh neuron-neuron sekitar sarang epileptic.
Selain itu juga system-sistem inhibisi pra dan pasca sinaptik yang menjamin agar
neuron-neuron tidak terus-menerus berlepas muatan memegang peranan. Keadaan
lain yang dapat menyebabkan suatu serangan epilepsy terhenti ialah kelelahan
neuron-neuron akibat habisnya zat-zat yang penting untuk fungsi otak. 3,6

5.

Penatalaksanaan
Anamnesis
Pada skenario seperti kita ketahui laki-laki berusia 23 tahun mengalai
kejang. Anamnesis yang dapat kita tanyakan antara lain :
Riwayat penyakit sekarang :

13 | P a g e

Kapan pasien mengalami serangan kejang yang pertama kali selama ini?
Usia serangan dapat memberi gambaran klasifikasi dan penyebab kejang.
Serangan kejang yang dimulai pada neonatus biasanya penyebab sekunder
gangguan pada masa perinatal, kelainan metabolik dan malformasi kongenital.
Serangan kejang umum cenderung muncul pada usia anak-anak dan remaja. Pada
usia sekitar 70 tahunan muncul serangan kejang biasanya ada kemungkinan

mempunyai kelainan patologis di otak seperti stroke atau tumor otak.1


Apakah pasien mengalami semacam peringatan atau perasaan tidak enak
pada waktu serangan atau sebelum serangan kejang terjadi?
Gejala peringatan yang dirasakan pasien menjelang serangan kejang
muncul disebut dengan aura, dimana suatu aura itu bila muncul sebelum
serangan kejang parsial sederhana berarti ada fokus di otak. Sebagian aura
dapat membantu dimana letak lokasi serangan kejang di otak. Pasien dengan
epilepsi lobus temporalis dilaporkan adanya dj vu dan atau ada sensasi yang
tidak enak di lambung, gringgingen yang mungkin merupakan epilepsi lobus
parietalis. Dan gangguan penglihatan sementara mungkin dialami oleh pasien
dengan epilepsi lobus oksipitalis. Pada serangan kejang umum bisa tidak
didahului dengan aura hal ini disebabkan terdapat gangguan pada kedua
hemisfer, tetapi jika aura dilaporkan oleh pasien sebelum serangan kejang

umum, sebaiknya dicari sumber fokus yang patologis.


Apa yang terjadi selama serangan kejang berlangsung?
Bila pasien bukan dengan serangan kejang sederhana yang kesadaran
masih baik tentu pasien tidak dapat menjawab pertanyaan ini, oleh karena itu
wawancara dilakukan dengan saksi mata yang mengetahui serangan kejang
berlangsung. Apakah ada deviasi mata dan kepala kesatu sisi? Apakah pada awal
serangan kejang terdapat gejala aktivitas motorik yang dimulai dari satu sisi
tubuh? Apakah pasien dapat berbicara selama serangan kejang berlangsung?
Apakah mata berkedip berlebihan pada serangan kejang terjadi? Apakah ada
gerakan automatism pada satu sisi? Apakah ada sikap tertentu pada anggota
gerak tubuh? Apakah lidah tergigit? Apakah pasien mengompol?. Serangan
kejang yang berasal dari lobus frontalis mungkin dapat menyebabkan kepala dan
mata deviasi kearah kontralateral lesi. Serangan kejang yang berasal dari lobus
temporalis sering tampak gerakan mengecapkan bibir dan atau gerakan

14 | P a g e

mengunyah. Pada serangan kejang dari lobus oksipitalis dapat menimbulkan


gerakan mata berkedip yang berlebihan dan gangguan penglihatan. Lidah tergigit
dan inkontinens urin kebanyakan dijumpai dengan serangan kejang umum

meskipun dapat dijumpai pada serangan kejang parsial kompleks.1


Apakah yang terjadi segera sesudah serangan kejang berlangsung?
Periode sesudah serangan kejang berlangsung adalah dikenal dengan
istilah post ictal period. Sesudah mengalami serangan kejang umum tonik
klonik pasien lalu tertidur. Periode disorientasi dan kesadaran yang menurun
terhadap sekelilingnya biasanya sesudah mengalami serangan kejang parsial
kompleks. Hemiparese atau hemiplegi sesudah serangan kejang disebut Todds
Paralysis yang menggambarkan adanya fokus patologis di otak. Afasia dengan
tidak disertai gangguan kesadaran menggambarkan gangguan berbahasa di
hemisfer dominan. Pada Absens khas tidak ada gangguan disorientasi setelah

serangan kejang.
Kapan kejang berlangsung selama siklus 24 jam sehari?
Serangan kejang tonik klonik dan mioklonik banyak dijumpai biasanya
pada waktu terjaga dan pagi hari. Serangan kejang lobus temporalis dapat terjadi
setiap waktu, sedangkan serangan kejang lobus frontalis biasanya muncul pada

waktu malam hari.


Apakah ada faktor pencetus?
Serangan kejang dapat dicetuskan oleh karena kurang tidur, cahaya yang
berkedip,menstruasi, faktor makan dan minum yang tidak teratur, konsumsi
alkohol, ketidakpatuhan minum obat, stress emosional, panas, kelelahan fisik dan
mental, suara suara tertentu, drug abuse, reading & eating epilepsy. Dengan
mengetahui faktor pencetus ini dalam konseling dengan pasien maupun

keluarganya dapat membantu dalam mencegah serangan kejang.


Bagaimana frekwensi serangan kejang?
Informasi ini dapat membantu untuk mengetahui bagaimana respon

pengobatan bila sudah mendapat obat-obat anti kejang.


Apakah ada periode bebas kejang sejak awal serangan kejang?
Pertanyaan ini mencoba untuk mencari apakah sebelumnya pasien sudah
mendapat obat anti kejang atau belum dan dapat menentukan apakah obat

15 | P a g e

tersebut yang sedang digunakan spesifik bermanfaat.


Apakah ada jenis serangan kejang lebih dari satu macam?

Dengan menanyakan tentang berbagai jenis serangan kejang dan

menggambarkan setiap jenis serangan kejang secara lengkap.1


Apakah pasien mengalami luka ditubuh sehubungan dengan serangan
kejang?
Pertanyaan ini penting mengingat pasien yang mengalami luka ditubuh
akibat serangan kejang ada yang diawali dengan aura tetapi tidak ada cukup
waktu untuk mencegah supaya tidak menimbulkan luka di tubuh akibat serangan
kejang atau mungkin ada aura, sehingga dalam hal ini informasi tersebut

dapat dipersiapkan upaya upaya untuk mengurangi bahaya terjadinya luka.


Apakah sebelumnya pasien pernah datang ke unit gawat darurat?
Dengan mengetahui gambaran pasien yang pernah datang ke unit gawat
darurat dapat mengidentifikasi derajat beratnya serangan kejang itu terjadi yang
mungkin disebabkan oleh karena kurangnya perawatan pasien, ketidakpatuhan
minum obat, ada perubahan minum obat dan penyakit lain yang menyertai.1
Riwayat penyakit dahulu :

Apakah pasien lahir normal dengan kehamilan genap bulan maupun proses

persalinannya?
Apakah pasien setelah lahir mengalami asfiksia atau respiratory distress?
Apakah tumbuh kembangnya normal sesuai usia?
Apakah ada riwayat kejang demam? Risiko terjadinya epilepsi sesudah serangan
kejang demam sederhana sekitar 2% dan serangan kejang demam kompleks

13%.
Apakah ada riwayat infeksi susunan saraf pusat seperti meningitis, ensefalitis?
atau penyakit infeksi lainnya seperti sepsis, pneumonia yang disertai serangan

kejang. Di beberapa negara ada yang diketahui didapat adanya cysticercosis.


Apakah ada riwayat trauma kepala seperti fraktur depresi kepala, perdarahan

intra serebral, kesadaran menurun dan amnesia yang lama?


Apakah ada riwayat tumor otak?
Apakah ada riwayat stroke? 1
Riwayat sosial :

16 | P a g e

Apa latar belakang pendidikan pasien?

Tingkat pendidikan pasien epilepsi mungkin dapat menggambarkan


bagaimana sebaiknya pasien tersebut dikelola dengan baik. Dan juga dapat
membantu mengetahui tingkat dukungan masyarakat terhadap pasien dan
bagaimana potensi pendidikan kepada pasien tentang cara menghadapi penyakit

yang dialaminya itu.


Apakah pasien bekerja? Dan apa jenis pekerjaannya?
Pasien epilepsi yang seragan kejangnya terkendali dengan baik dapat
hidup secara normal dan produktif. Kebanyakan pasien dapat bekerja paruh
waktu atau penuh waktu. Tetapi bila serangan kejangnya tidak terkendali dengan
baik untuk memperoleh dan menjalankan pekerjaan adalah merupakan suatu
tantangan tersendiri. Pasien sebaiknya dianjurkan memilih bekerja dikantoran,
sebagai kasir atau tugas - tugas yang tidak begitu berisiko, tetapi bagi pasien
yang bekerja di bagian konstruksi, mekanik dan pekerjaan yang mengandung
risiko tinggi diperlukan penyuluhan yang jelas untuk memodifikasikan pekerjaan

itu agar supaya tidak membahayakan dirinya.


Apakah pasien mengemudikan kendaraan bermotor?
Pasien dengan epilepsi yang serangan kejangnya tidak terkontrol serta ada
gangguan kesadaran sebaiknya tidak mengemudikan kendaraan bermotor. Hal
ini bisa membahayakan dirinya maupun masyarakat lainnya. Dibeberapa negara
mempunyai peraturan sendiri tentang pasien epilepsi yang mengemudikan

kendaraan bermotor.1,2
Apakah pasien menggunakan

kontrasepsi

oral?

Apakah

pasien

merencanakan kehamilan pada waktu yang akan datang?


Pasien epilepsi wanita sebaiknya diberi penyuluhan terlebih dahulu
tentang efek teratogenik obat-obat anti epilepsi, demikian juga beberapa obat anti
epilepsi dapat menurun efeknya bila pasien juga menggunakan kontrasepsi oral
seperti fenitoin, karbamasepin dan fenobarbital. Dan bagi pasien yang sedang
hamil diperlukan obat tambahan seperti asam folat untuk mengurangi risiko

terjadinya neural tube defects pada bayinya.


Apakah pasien peminum alkohol?
Alkohol merupakan faktor risiko terjadinya serangan kejang umum,
sebaiknya tidak dianjurkan minum-minuman alkohol. Selain berinteraksi dengan

17 | P a g e

obat-obat anti epilepsi tetapi dapat juga menimbulkan ekstraserbasi serangan


kejang khususnya sesudah minum alkohol .1,2
Riwayat keluarga :
Mengetahui riwayat keluarga adalah penting untuk menentukan apakah
ada sindrom epilepsi yang spesifik atau kelainan neurologi yang ada kaitannya
dengan faktor genetik dimana manifestasinya adalah serangan kejang. Sebagai
contoh Juvenile myoclonic epilepsy (JME), familial neonatal convulsion,
benign rolandic epilepsy dan sindrom serangan kejang umum tonik klonik
disertai kejang demam plus.
Riwayat allergi :
Bila pasien sebelumnya sudah minum obat-obatan seperti antiepilepsi,
perlu dibedakan apakah ini suatu efek samping dari gastrointestinal atau efek
reaksi hipersensitif. Bila terdapat semacam rash perlu dibedakan apakah ini
terbatas karena efek fotosensitif yang disebabkan eksposur dari sinar matahari
atau karena efek hipersensitif yang sifatnya lebih luas?
Riwayat pengobatan
Bila pasien sebelumnya sudah minum obat-obatan anti epilepsi, perlu
ditanyakan bagaimana kemanjuran obat tersebut? berapa kali diminum sehari dan
berapa lama sudah diminum selama ini? berapa dosisnya? ada atau tidak efek
sampingnya?1,2

Pertolongan pada Penderita Epilepsi :


1.

Segera amankan penderita dengan mengamankan dari benda-benda


berbahaya, mengamankan dari benturan (terutama bagian kepala), dan lain
sebagainya.

18 | P a g e

2. Rebahkan dengan kepala miring ke samping agar lidah penderita tidak


menutupi jalan pernapasan dan longgarkan baju yang terlalu ketat agar
penderita mudah bergerak dan bernapas.
3. Biarkan penderita bergerak semaunya dan jangan meletekkan apa-apa pada
mulut penderita. Gigi penderita epilepsi bisa patah jika pada mulut penderita
dimasukkan benda-benda keras serta bisa menutupi jalan pernapasannya.
4. Biarkan penderita istirahat karena setelah kejadian penderita akan bingung
dan lelah. Laporkan kepada orang-orang di sekitar atau yang berwenang agar
dilanjutkan dengan menghubungi keluarga/kerabat atau dokter. Jika penderita
cidera atau terjadi serangan susulan terus menerus segera bawa ke dokter,
puskesmas, klinik atau rumah sakit terdekat.4,5
Penanganan umum
-

Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan darah setiap minggu atau setiap


bulan karena efek samping dari karbamazepin dapat terjadi gangguan darah,
hepatitis dan lupus erythematodes.

Menekankan pada keluarga khususnya orang tua pasien bahwa obat harus
diminum secara teratur setiap hari, sebaiknya pada saat yang sama, misalnya
pada waktu makan atau sesudahnya.

Memberikan penjelasan mengenai sifat penyakit ini dapat membantu untuk


bisa lebih baik menerima penderita anak ini dirumah maupun di masyarakat.
Untuk menciptakan suasana di mana anak dapat menjalani hidupnya
senormal mungkin dan dapat mengembangkan potensinya semaksimal
mungkin. Dalam hal ini diperlukan pedoman untuk menjamin keselamatan
anak, misalnya menghindari berenang sendiri.

Mengawasi area bermain anak, jangan sampai mendekati air atau api.
Dikhawatirkan akan membahayakan keselamatan anak apabila tiba-tiba
penyakitnya kambuh.

Jangan menghentikan pengobatan tanpa sepengetahuan dokter, sebaiknya


dokter menurunkan dosisnya secara bertahap sebelum dihentikan sama
sekali.

19 | P a g e

Jika ada dosis yang terlewat diminum, segera minum obat yang terlupa itu.
Namun jika sudah mendekati waktu minum dosis berikutnya, cukup
meminum 1 dosis obat tersebut sesuai jadwal minum obat yang seharusnya.
Jangan digandakan (minum 2 dosis sekaligus). Tetap jika terlewat lebih dari
satu dosis sehari, segera beri tahu dokter.

Jangan meminum obat lebih dari dosis yang ditentukan, jangan meminum
lebih sering dari frekuensi minum obat yang telah ditetapkan, dan jangan
diminum untuk jangka waktu yang lebih lama dari yang disarankan oleh
dokter.3,4,5

Terapi serangan
Kebanyakan lamanya serangan kurang dari 5 menit dan berhenti dengan
sendirinya tanpa pengobatan. Bila berlangsung lebih lama, barulah harus
diberikan obat sebagai berikut :
1. Diazepam rektal
Jika belum menghasilkan efek sesudah 5-10 menit, pemberian dapat
diulang atau diberi midazolam/klonazepam secara oromucosal.
2. Diazepam intravena
Umumnya serangan berhenti dalam 5-15 menit. Dosis tidak boleh terlalu
tinggi karena resiko depresi pernapasan. Bila penanganan belum berhasil
dan terjadi status epilepticus, maka terapi segera dilanjutka di rumah sakit.
3. Benzodiazepin /fenitoin
Pasien biasanya diberi diazepam 10 mg i.v, disusul dengan infus i.v dari
200 mg per liter selama 24 jam.5
Terapi Pemeliharaan
1. Epilepsi luas generalized
Pilihan pertama pada grand mal adalah valproat
Pada grand mal dengan serangan myoclonis dapat digunakan kombinasi
dengan klonazepam
Kombinasi klonazepam klobazam, karbamazepin valproat dan
lamotigrin valproat juga sering kali efektif.
20 | P a g e

Pada bentuk tonis klonis karbamazepin, valproat atau fenitoin


memberikan efek baik.
2. Epilepsi Parsial
Pilihan pertama karbamazepin, valproat dan fenitoin.
Obat lain yang juga efektif adalah benzodiazepam, lamotrigin, topiramat
dan vigabatrin.
3. Kortikosteroid
Terutama digunakan bila penyakit menjadi parah, misalnya pada
penderita lansia dapat diatasi dengan dosis rendah prednison (10 mg)
yang sepanjang tahun dapat dikurangi sampai dosis pemeliharaan. Pada
pasien yang lebih muda diperlukan dosis yang jauh lebih tinggi untuk
waktu yang lama dengan resiko efek samping besar.5
Obat obat epilepsi
Antiepileptika adalah obat yang dapat menanggulangi serangan epilepsi
berkat khasiat antikonvulsinya, yakni meredakan konvulsi (kejang klonus
hebat)
1. Obat generasi pertama
Barbital
Fenobarbital dan mefobarbital memiliki sifat antikonvulsif khusus
yang terlepas dari sifat hipnotiknya.
Fenitoin
Senyawa hidantoin ini terutama digunakan pada grand mal.
Suksinimida
Etosuksimida dan mesuksimida, terutama digunakan pada petit mal.
Lainnya
Asam valproat, diazepam dan klonazepam, karbamazepin dan
okskarbazepin.
2. Obat generasi ke-2
Vigabatrin, lamotigrin dan gabapentin, felvamat, topiramat dan
pregabalin.
21 | P a g e

Obat

ini

umumnya

tidak

diberikantunggal

sebagai

monoterapi, melainkan sebagai tambahan dalam kombinasi dengan obatobat klasik (generasi ke-1). 5

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan gejala yang timbul laki-laki berusia 23 tahun
mengalami kejang kurang lebih 2 menit, dan disertai mata mendelik keatas, mulut berbusa, dan
juga mengompol. Dari data ini dapat kami simpulkan bahawa diagnosis sementaranya bahwa
pasien menderita epilepsi grand mal atau generalisata terlihat juga dari kejang kelonjotan di
empat anggota gerak.

22 | P a g e

Daftar Pustaka
1. Dewanto B,Suwono J,Riyanto B,Turana Y. Panduan praktis diagnosis dan tatalaksana
penyakit saraf. 2007. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Hartono A. Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan Bates. Terjemahan. Lynn SB.
Bates guide to physical examination & history taking. 2009. Edisi ke-8. Jakarta: EGC
3. Levitt LP,Weiner HL. Buku saku neurologi. 2001. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
4. Bradley J,Wayne D,Rubenstein D. Kedokteran klinis. Edisi Keenam. 2008. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
5. Fakultas kedokteran Indonesia. Kapita selekta kedokteran jilid I.2005. Edisi VII. Jakarta :
Media Aesculapics.
6. Price SA,Wilson L.M. Patofisiologi. Edisi Keenam. 2006. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

23 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai